Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
48
ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK SEWA KAMAR DENGAN
ACTIVITY
BASED COSTING SYSTEM
(ABC SYSTEM)
(Studi pada Guest House Hasanah Buring Kota Malang Tahun 2016)
Nivo Haneda Devi Farah Azizah Fakultas Ilmu Administrasi
Univеrsitas Brawijaya
Malang
Еmail: nivo922@gmail.com
ABSTRACT
More accurate determining of cost is important as a basis for decision-making for the management of
service company. During this time Hasanah Buring Guest House isn’t use special method in determining the
rate of rent room. Rate of rent room is determined by the owner and manager by doing simple calculations, that way can make distorted calculations. One method that can be used to calculate cost of the rent room is by using Activity Based Costing System, so that researchers interested in making the research under the title
"Cost Calculation Analyzes of Rent Room with Activity Based Costing System” This research used
descriptive method and case study approach with two research problems, they were How to cost of rent room by the management of Hasanah Buring? How to calculate cost of rent room in Hasanah Buring by using Activity Based Costing System? Data sources obtained from internal data, that was financial data of Hasanah Buring. Data analyzes used three stages: The calculation of the cost of rent room in Hasanah Buring; Calculating the cost of renti room by using the ABC System method; Conducting comparison between the calculation of the cost rent room currently used by Hasanah Buring and the calculation that used the ABC System method.
Kеywords: Service Company, Guest House, Rent Room
АBSTRАK
Penentuan harga pokok yang lebih akurat penting bagi manajemen perusahaan jasa sebagai dasar untuk pembuatan keputusan. Selama ini Guest House Hasanah Buring belum menggunakan metode khusus dalam menentukan tarif sewa kamar. Tarif sewa kamar tersebut ditentukan oleh owner dan manajer dengan melakukan perhitungan yang sederhana, namun cara tersebut dapat menghasilkan perhitungan yang terdistorsi. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menghitung harga pokok sewa kamar adalah dengan menggunakan Activity Based Costing System (ABC System), sehingga peneliti tertarik untuk
mengangkat judul “Analisis Perhitungan Harga Pokok Sewa Kamar dengan Activity Based Costing
System(ABC System).” Penelitian ini menggunakan metode deskriptif pendekatan studi kasus dengan dua rumusan masalah, yaitu (1) Bagaimana harga pokok sewa kamar menurut manajemen Hasanah Buring? (2) Bagaimana perhitungan harga pokok sewa kamar pada Hasanah Buring dengan menggunakan Activity Based Costing System (ABC System)?. Sumber data diperoleh dari data internal yaitu data keuangan yang diperoleh dari Hasanah Buring. Analisis data menggunakan 3 tahap yaitu (1) Perhitungan harga pokok sewa kamar pada Hasanah Buring; (2) Melakukan perhitungan harga pokok sewa kamar menggunakan metode ABC System; (3) Melakukan perbadingan antara perhitungan harga pokok sewa kamar yang saat ini digunakan oleh Hasanah Buring dengan perhitungan menggunakan metode ABC System.
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
49 PЕNDАHULUАN
Penentuan harga pokok produk yang lebih akurat penting bagi manajemen sebagai dasar untuk pembuatan keputusan. Secara umum, harga pokok produk adalah biaya-biaya yang timbul karena adanya aktivitas produksi. Proses produksi suatu perusahaan akan mengeluarkan biaya-biaya yang akan digunakan untuk menghasilkan barang atau jasa. Harga pokok produk bisa ditentukan berdasarkan akuntansi biaya tradisional maupun menggunakan metode Activity Based Costing System (ABC System). Menurut Bastian dan Nurlela (2009:23), biaya tradisional adalah dimana biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik baik yang bersifat variabel maupun tetap menjadi biaya produk.
Dalam perhitungan sistem tradisional
memfokuskan pengendaliannya terhadap biaya dengan manajer yang mempunyai wewenang atas terjadinya biaya yang menyebabkan banyak biaya overhead pabrik yang tidak berhubungan dengan volume produk yang diproduksi. Akibatnya, sistem akuntansi biaya tradisional dapat menghasilkan perhitungan yang terdistorsi. Dengan adanya kelemahan dalam perhitungan biaya tradisional tersebut, sistem akuntansi baru yaitu metode Activity Based Costing System (ABC System) dapat memberikan solusi dalam menentukan harga pokok produk.
Firdaus dan Wasilah (2012:320)
menyatakan bahwa sebagai pendekatan yang baru dalam penentuan harga pokok produk, ABC System dapat menghasilkan informasi biaya produk yang lebih akurat dan dapat dipercaya dibandingkan dengan sistem penentuan biaya atau harga pokok yang sudah ada sebelumnya, oleh karena sistem ini mengunakan jenis pemicu biaya (cost driver) yang lebih banyak, sehingga dapat mengukur secara lebih tepat sumber daya yang dikonsumsi oleh produk. Agar tidak terjadi distorsi penentuan harga
pokok per unit, banyak perusahan yang
menggunakan sistem penentuan harga pokok berbasis aktivitas (ABC System) dengan harapan manajemen melakukan analisis profitabilitas, mendorong perbaikan proses, mengembangkan ukuran kinerja yang lebih inovatif, dan dapat berpartisipasi dalam perencanaan yang strategis. Sistem informasi ini dapat diterapkan pada perusahaan manufaktur, dagang, dan jasa seperti jasa akomodasi. Maraknya pertumbuhan jumlah
akomodasi per tahunnya menuntut setiap
perusahaan untuk bisa bersaing secara kompetitif. Salah satu strateginya yaitu dengan persaingan penawaran harga. ABC System dapat digunakan
sebagai perhitungan harga pokok untuk
mendapatkan perhitungan yang lebih akurat. Kota Malang tidak hanya pusat segala kegiatan ekonomi, bisnis, perdagangan dan industri tetapi juga sebagai tempat persinggahan sementara bagi sebagian pengunjung. Melihat potensi yang dimiliki, kota Malang dimungkinkan menjadi kota modern sehingga memerlukan fasilitas-fasilitas pendukung seperti sarana akomodasi. Dengan adanya peluang tersebut maka jumlah akomodasi di Kota Malang semakin meningkat setiap tahunnya.
Kota Malang memiliki peningkatan yang pesat baik pada hotel berbintang, hotel melati, dan akomodasi lain. Meningkatnya jumlah akomodasi menyebabkan berbagai jenis akomodasi di Kota Malang harus dapat mengembangkan penawaran- penawaran dalam berbagai aspek agar dapat meningkatkan kunjungan hotel dan kepuasan bagi konsumen. Hal yang membedakan dari ketiga jenis akomodasi tersebut adalah harga, kenyamanan, serta kelengkapan fasilitas yang didapatkan.
Salah satu akomodasi yang dibutuhkan diantaranya adalah Guest House. Guest House merupakan sejenis fasilitas baik milik perorangan maupun perusahaan yang diperuntukkan khusus bagi tamu yang menginap. Fasilitas yang ditawarkan Guest House cukup sederhana meliputi AC, TV, Wifi, Laundry, serta keperluan makanan dan minuman. Ciri khas yang menjadi perbedaan antara Guest House dan hotel berbintang adalah pada tarif yang ditetapkan, penetapan tarif Guest House cenderung lebih murah dari hotel. Untuk dapat bersaing dengan baik, suatu Guest House harus dapat mengambil keputusan dan tindakan yang tepat untuk memperoleh keuntungan. Salah satu cara yang dapat dilakukan Guest House dalam menentukan harga pokok sewa kamar adalah
dengan menggunakan metode Activity Based
Costing System (ABC System).
Hasanah Guest House merupakan
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
50
kamar berjumlah 17 dengan 4 tipe yaitu 1 kamar Suite, 2 kamar Deluxe, 10 kamar Superior, dan 4 kamar Standart. Dari tahun ke tahun jumlah guest
pada Hasanah Buring selalu mengalami
peningkatan.
Pada dasarnya dalam menentukan tarif sewa kamar Hasanah Buring belum menggunakan metode Actvity Based Costing System (ABC System). Tarif sewa kamar tersebut ditentukan oleh owner dan manajer Hasanah dengan cara yang
sederhana yaitu menyesuaikan harga yang
ditawarkan oleh pesaing yang berlokasi di sekitar Hasanah Buring. Berdasarkan latar belakang diatas, untuk menentukan harga pokok sewa kamar dan meningkatkan kualitas pengambilan keputusan yang lebih akurat, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Analisis Perhitungan Harga Pokok Sewa Kamar dengan Activity Based Costing System (Studi pada Guest House Hasanah Buring Kota Malang Tahun 2016).
KАJIАN PUSTАKА
Activity Based Costing System (ABC System)
Menurut Blocher, Chen dan Lin (2000:120) ABC System adalah pendekatan penentuan biaya produk yang membebankan biaya ke produk atau jasa berdasarkan konsumsi sumber daya yang disebabkan karena aktivitas. Dasar pemikiran pendekatan penentuan biaya ini adalah bahwa produk atau jasa perusahaan dilakukan oleh aktivitas dan aktivitas yang dibutuhkan tersebut mengunakaan sumber daya yang menyebabkan timbulnya biaya. Sumber daya dibebankan ke aktivitas, kemudian aktivitas dibebankan ke objek biaya berdasarkan penggunaannya. ABC System memperkenalkan hubungan sebab akibat antara cost driver dengan aktivitas.
Penentuan Harga Pokok menggunakan ABC System
Menurut Siregar., et al (2013:233) langkah pengaplikasian sistem ABC adalah sebagai berikut: a. Mengidentifikasi biaya sumber daya dan
aktivitas
Tahap pertama adalah melakukan analisis aktivitas untuk mengidentifikasi biaya sumber daya dan aktivitas di perusahaan. Setelah aktivitas diidentifikasi dan diketahui biayanya, sering kali didapatkan aktivitas yang jumlahnya puluhan bahkan ratusan. Oleh
karena itu, untuk memudahkan dalam
pengelolaan, termasuk dalam perhitungannya, aktivitas-aktivitas yang dianggap memiliki karakteristik konsumsi sumber daya yang sama akan dijadikan satu kelompok aktivitas yang disebut pool. Pengelompokkan ke dalam pool dilakukan dengan beberapa langkah. Pertama, aktivitas yang memiliki level aktivitas sama dikumpulkan menjadi satu. Kedua, aktivitas dibagi ke dalam pool-pool
aktivitas berdasarkan kesamaan rasio
konsumsi aktivitas oleh setiap produk yang sama.
Identifikasi biaya sumber daya untuk berbagai macam aktivitas dapat dilakukan
dengan cara membedakan aktivitas
berdasarkan cara aktivitas mengkonsumsi sumber daya. Dengan cara ini, aktivitas dikelompokkan menjadi empat level aktivitas sesuai dengan tingkatan yang dilakukan aktivitas tersebut.
1) Aktivitas level unit (unit-level activity) adalah aktivitas yang dilakukan dalam rangka menghasilkan satu unit individual dari produk atau jasa.
2) Aktivitas level batch (batch-level activity) adalah aktivitas yang dilakukan untuk menghasilkan setiap batch atau grup dari produk atau jasa.
3) Aktivitas level produk (product-level activities) adalah aktivitas yang dilakukan untuk mendukung produksi dari satu tipe produk atau jasa yang spesifik.
4) Aktivitas level fasilitas (facility-level activities) merupakan aktivitas pendukung operasi secara umum.
b. Mengalokasikan biaya ke dalam objek biaya ABC menggunakan dasar pemicu
konsumsi biaya sumber daya dalam
mengalokasikan biaya sumber daya ke produk. Biaya sumber daya dapat dialokasikan kedalam aktivitas berdasarkan estimasi atau penelusuran langsung. Penelusuran langsung
membutuhkan pengukuran penggunaan
sumber daya yang sesungguhnya.
c. Mengalokasikan biaya aktivitas ke dalam objek biaya
Langkah terakhir adalah
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
51
pembebanan. Tarif pembebanan dapat
dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
Satu kelompok dapat berisi beberapa aktivitas sekaligus sehingga perhitungan tarif dapat dipilih salah satu aktivitas tertentu dalam pool tersebut. Penggunaan aktivitas yang berbeda akan menghasilkan tarif yang berbeda pula, tetapi nantinya biaya yang dibebankan akan tetap sama karena kesamaan rasio aktivitas. Oleh karena itu, dalam satu fasilitas produksi sangat dimungkinkan untuk memiliki banyak tarif pembebanan overhead. Langkah
pembebanan biaya overhead dihitung
menggunakan rumus berikut:
ABC System pada Perusahaan Jasa
Karakteristik jasa berdasarkan sifat tidak terwujudnya. Jasa tidak terpisah dari pelanggan dan tidak dapat disimpan. Sistem akuntansi
tradisional menekankan manufaktur dan
mengabaikan jasa. Sekarang berbeda dengan sebelumnya, pendekatan ini tidak digunakan lagi. Manajer harus mampu untuk menelusuri biaya jasa yang diserahkan sama akuratnya dengan mereka menelusuri harga pokok produksi (Hansen dan Mowen, 2000:135).
Menurut Hansen dan Mowen (2000:325),
organisasi jasa sekarang menekankan penghilangan limbah, meningkatkan produktivitas, teknologi baru, manajemen mutu terpadu, dan pengurangan biaya. Dengan adanya informasi biaya secara teliti dapat menjadikan organisasi untuk merubah campuran jasa dan membantu mengurangi biaya jasa yang akan ditawarkan. ABC dapat berguna bagi organisasi jasa. Semua organisasi jasa
mempunyai kegiatan dan keluaran yang
menempatkan kebutuhan akan kegiatan-kegiatan ini. Namun ada beberapa perbedaan dasar antara organisasi jasa dan produksi. Kegiatan dalam organisasi produksi cenderung menjadi jenis yang sama dan dilaksanakan dengan cara yang serupa. Hal yang sama tidak dapat dikatakan untuk organisasi jasa. Untuk perusahaan manufaktur, keluaran mudah ditentukan (produk-produk nyata yang diproduksi), tetapi untuk organisasi jasa,
pendefinisian keluaran lebih sulit. Keluaran untuk organisasi jasa kurang nyata. Keluaran harus didefinisikan sehingga keluaran dapat dihitung harganya.
MЕTODEPЕNЕLITIАN
Pеnеlitian ini mеrupakan mеtodе pеnеlitian dеskriptif dеngan pеndеkatan Studi kasus. Pеnеlitian ini mеnggambarkan adanya suatu variabеl, gеjala atau kеadaan. Tеknik mеtodе ini lеbih sеsuai dan mampu mеnjawab pеrmasalahan yang ditеliti. Pеnеlitian ini diharapkan mampu mеmbеrikan hasil dan jawaban yang jеlas.
Fokus Pеnеlitiаn
1. Harga pokok sewa kamar menurut manajemen
Hasanah Buring.
2. Perhitungan harga pokok sewa kamar pada Hasanah Buring dengan menggunakan Activity Based Costing System (ABC System).
Lokаsi Pеnеlitiаn
Pеnеlitian ini dilakukan di Hasanah Guest
House Malang yaitu sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa akomodasi. Hasanah Guest House yang dipilih dalam penelitian ini beralamatkan di Jalan Buring No. 9 Malang dan biasa disebut dengan nama Hasanah Buring. Lokasi penelitian ini dipilih karena Hasanah Buring masih menggunakan perhitungan sederhana dalam menentukan tarif sewa kamar
HАSIL DАN PЕMBАHАSАN
Perhitungan Pendapatan Jasa Kamar Hasanah Buring
Hasanah Buring memiliki dua tipe harga yang berbeda yaitu pada waktu weekday dan weekend. Berikut perhitungan pendapatan jasa kamar pada Hasanah Buring.
Tabel 1. Pendapatan Penjualan Jasa Kamar Hasanah Buring Tahun 2016
No. Jenis 1. Pendapatan Penjualan Jasa Kamar Weekday
Standart Rp
Pool Rate= Anggaran biaya overhead per pool aktivitas
Cost Driver
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
52
658.550.000,00 2. Pendapatan Penjualan Jasa Kamar Weekend
Standart Rp
Berdasarkan tabel diatas diketahui
pendapatan penjualan jasa kamar Hasanah Buring tahun 2016 sebesar Rp 1.125.535.000,00.
Perhitungan Persentase Pendapatan Penjualan Jasa Kamar Hasanah Buring
Persentase pendapatan dapat dihitung
berdasarkan pendapatan jasa kamar tiap tipe dengan total pendapatan jasa kamar secara keseluruhan. Berikut merupakan perhitungan persentase pendapatan penjualan jasa kamar pada Hasanah Buring:
Tabel 2. Persentase Pendapatan Penjualan Jasa Kamar Hasanah Buring Tahun 2016
Jenis
Berdasarkan tabel 2 persentase pendapatan tertinggi terdapat pada kamar tipe Superior yaitu memiliki persentase 61%, sedangkan persentase pendapatan jasa terendah terdapat pada tipe kamar Suite yang hanya memiliki persentase 7%.
Perhitungan Harga Pokok Sewa Kamar Hasanah Buring
Pada dasarnya penentuan tarif sewa kamar di Hasanah Buring ditentukan oleh owner dan manajer dengan cara yang sederhana yaitu
menjumlahkan beberapa elemen biaya. Elemen-elemen biaya tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Rincian Elemen-Elemen Biaya dalam Menentukan Harga Pokok Sewa Kamar Hasanah
Buring Tahun 2016
Sumber: Hasanah Buring, 2016
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa,
semua elemen-elemen ditambahkan untuk
menentukan harga pokok sewa kamar. Elemen-elemen tersebut meliputi biaya gaji tetap tidak langsung, biaya listrik, biaya air, biaya telepon, biaya bahan bakar, biaya konsumsi, biaya laundry, biaya perawatan, dan biaya penyusutan gedung. Penambahan elemen tersebut menghasilkan jumlah sebesar Rp 522.367.824,00.
Setelah melakukan penambahan pada tingkat unit, Hasanah Buring menentukan biaya operasional setiap kamar berdasarkan persentase pendapatan yang diterima tiap kamar. Adapun biaya operasional untuk setiap tipe kamar adalah sebagai berikut:
Tabel 4. Biaya Operasional tiap Kamar Hasanah Buring Tahun 2016
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
53
selanjutnya akan ditentukan harga pokok sewa kamar. Harga pokok sewa kamar Hasanah Buring didapatkan melalui pembagian antara biaya operasional dengan jumlah lama hari menginp atau Long of Stay. Berikut dicantumkan pada tabel 19 harga pokok sewa kamar Hasanah Buring tahun 2016.
Tabel 5. Harga Pokok Sewa Kamar Hasanah Buring Tahun 2016
No.
(1)
Tipe Kamar
(2)
Biaya Operasional per Tipe Kamar
(3)
Lama Hari Mengi nap
(4)
Harga Pokok Sewa Kamar per Hari
(5) = (3) : (4)
1. Standart Rp 109.697.243,00 1249 Rp 87.828,05
2. Superior Rp 318.644.372,60 2541 Rp 125.401,16
3. Deluxe Rp 57.460.460,64 359 Rp 160.056,99
4. Suite Rp 36.565.747,68 193 Rp 189.459,83
Sumber: Data Diolah
Penentuan Harga Pokok Sewa Kamar Menggunakan Metode ABC System
Mengidentifikasi Biaya Sumber Daya dan Aktivitas
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada Hasanah Buring, aktivitas-aktivitas biaya yang ada di Hasanah Buring meliputi:
1) Pembayaran Gaji Tetap Tidak Langsung 2) Pemakaian Listrik
3) Pemakaian Telepon
4) Pemakaian Air (PDAM)
5) Pemakaian Bahan Bakar 6) Konsumsi (F&B)
7) Laundry 8) Perawatan
9) Penyusutan Gedung
Berikut ini dijelaskan mengenai elemen biaya di atas sebagai berikut:
1) Biaya Gaji Tetap Tidak Langsung
Biaya gaji bersifat tetap karena jumlah rupiah yang dikeluarkan relatif tetap dan tidak tergatung pada banyak atau sedikitnya tingkat hunian kamar. Aktivitas ini dikategorikan sebagai unit-level activity cost.
2) Biaya Listrik
Semua tipe kamar Hasanah Buring
membutuhkan tenaga listrik untuk penerangan kamar atau menjalankan aktivitas lainnya yang membutuhkan energi listrik. Aktivitas listrik ini dikategorikan sebagai unit-level activity
cost karena biaya bisa berubah sesuai dengan pemakaian listrik yang terpakai.
3) Biaya Air
Pada Hasanah Buring air di dapat dari dua saluran yaitu melalui sumur dan PDAM. Setiap harinya Hasanah Buring memakai air dari sumur dan menggunakan PDAM hanya saat sumur bermasalah. Sehingga Hasanah Buring hanya mengeluarkan biaya air PDAM sebesar Rp 659.000,00 pada tahun 2016. Aktivitas air ini dikategorikan sebagai unit-level activity cost.
4) Biaya Telepon
Hasanah Buring mengeluarkan biaya telepon sebesar Rp 6.404.221,00 untuk memberikan kemudahan para tamu dalam hal komunikasi dengan teman ataupun pihak hotel. Aktivitas biaya telepon ini dikategorikan sebagai unit-level activity cost.
5) Biaya Bahan Bakar
Hasanah Buring mengeluarkan biaya bahan bakar sebesar Rp 3.564.858,00. Biaya bahan bakar dikategorikan sebagai facility-level activity cost.
6) Biaya Konsumsi
Biaya konsumsi tamu yang dikeluarkan oleh Hasanah Buring pada tahun 2016 adalah sebesar Rp 122.945.465,00. Aktivitas biaya konsumsi ini dikategorikan sebagai unit-level activity cost.
7) Biaya Laundry
Aktivitas laundry mempunyai hubungan
secara tidak langsung terhadap aktivitas operasional kamar yang menyediakan linen bersih seperti sprei, selimut, sarung bantal, dan korden. Biaya laundry yang dikeluarkan sebesar Rp 19.830.000,00 dan termasuk dalam kategori facility- level activity cost.
8) Biaya Perawatan
Biaya perawatan adalah biaya yang
dikeluarkan oleh pihak Hasanah Buring untuk
menyelenggarakan servis peralatan dan
fasilitas-fasilitas lainnya. Biaya yang dikeluarkan oleh Hasanah Buring selama tahun 2016 sebesar Rp 5.483.000,00. Biaya ini termasuk dalam kategori facility- level activity cost.
9) Biaya Penyusutan Gedung
Biaya penyusutan gedung sebesar Rp
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
54 Membebankan Biaya Sumber Daya pada
Aktivitas
Langkah selanjutnya dalam penerapan Activity Based Costing System (ABC System)
adalah membebankan biaya-biaya yang
mengkonsumsi sumberdaya pada aktivitasnya.
Aktivitas biaya pada Hasanah Buring
diklasifikasikan kedalam dua kelompok yaitu unit-level activity dan facility-level activity. Unit-level activity merupakan aktivitas yang dilakukan setiap hari saat tamu menginap di Hasanah Buring, aktivitas yang termasuk dalam kategori ini adalah biaya gaji tetap tidak langsung, biaya listrik, biaya air, biaya telepon, dan biaya konsumsi. Sedangkan facility-level activity adalah aktivitas yang berhubungan dengan mempertahankan fasilitas yang dimiliki oleh Hasanah Buring. Aktivitas ini meliputi biaya laundry, biaya bahan bakar, biaya perawatan, dan biaya penyusutan gedung.
Tabel 6. Klasifikasi Aktivitas Biaya Sewa Kamar pada Kelompok Aktivitas Hasanah Buring Tahun
2016
Level Activities Cost
Driver Cost Pool
Pemakaian Bahan Bakar Jumlah
Tamu Rp 3.564.858,00
Pool 5
Penyusutan Gedung Luas
Kamar Rp 60.913.889,00
Sumber: Data Diolah
Diketahui pada tabel 6 yaitu cost driver yang akan datang dibebankan pada setiap aktivitas biaya dalam menentukan harga pokok kamar hotel. Cost driver yang digunakan yaitu long of stay (LOS), kilo watt hours (Kwh), jumlah tamu menginap, dan luas kamar (m²).
Identifikasi cost driver yang digunakan pada Hasanah Buring ditunjukkan sebagai berikut:
1. Aktivitas biaya gaji tetap tidak langsung menggunakan long of stay (LOS) sebagai cost driver.
2. Aktivitas listrik menggunakan kilo watt hours (KWH) sebagai cost driver.
3. Aktivitas air menggunakan long of stay (LOS) sebagai cost driver.
4. Aktivitas telepon menggunakan long of stay (LOS) sebagai cost driver.
5. Aktivitas konsumsi menggunakan long of stay (LOS) sebagai cost driver.
6. Aktivitas laundry menggunakan long of stay (LOS) sebagai cost driver.
7. Aktivitas bahan bakar menggunakan jumlah tamu menginap sebagai cost driver.
8. Aktivitas perawatan menggunakan long of stay (LOS) sebagai cost driver.
9. Aktivitas penyusutan gedung menggunakan luas tiap kamar (m²) sebagai cost driver.
Menentukan Tarif Kelompok (Pool Rate)
Tabel 7. Penentuan Tarif per Cost Pool Kamar Hasanah Buring dengan Menggunakan Metode
ABC System
Menentukan Biaya Aktivitas pada Produk dan Jasa dengan Menggunakan Cost Pool Rate dan Ukuran Aktivitas
Tabel 8. Rekapitulasi Biaya FOH pada Setiap Tipe
Kamar Hasanah Buring Tahun 2016 dengan ABC
System
Cost Pool
Standart Superior Deluxe Suite
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
55
Berdasarkan tabel 8 diketahui harga pokok dengan ABC System pada tipe kamar Standart sebesar Rp 112.739,42; Superior Rp 114.234,02;
Deluxe Rp161.708,45; dan Suite Rp 172.198,06.
Perbandingan Harga Pokok Sewa Kamar Menurut Hasanah Buring dengan Harga Pokok Sewa Kamar Menggunakan Metode ABC System
Tabel 9. Perbandingan Harga Pokok Sewa Kamar per Hari Hasanah Buring dengan Harga Pokok
Sewa Kamar Menggunakan Metode ABC System
Tipe
24.911,37) Undercosted
Superior
1.651,46) Undercosted
Suite
Berdasarkan tabel 9 diketahui adanya perbedaan antara harga pokok sewa kamar yang telah ditentukan oleh manajemen Hasanah Buring dengan perhitungan harga pokok menggunakan metode Activity Based Costing System (ABC System). Dari hasil tersebut jika dibandingkan dengan perhitungan menggunakan metode ABC System, selisih pada kamar tipe Standart sebesar Rp 24.911,37 dan Deluxe sebesar Rp 1.651,46 sehingga selama ini Hasanah Buring menghitung
harga pokok sewa kamar lebih rendah
(undercosted). Sedangkan selisih untuk tipe Superior Rp 11.167,14 dan Suite sebesar
Rp17.261,77 sehingga selama ini Hasanah Buring menghitung harga pokok sewa kamar yang lebih besar (overcosted).
Terjadinya selisih harga pada metode ABC System dengan metode perhitungan yang digunakan oleh Guest House Hasanah Buring. Perhitungan harga pokok sewa kamar yang digunakan oleh Guest House Hasanah Buring dihitung berdasarkan persentase pendapatan yang dikalikan dengan total biaya operasional. Sedangkan pada metode ABC System dibebankan pada banyak cost driver. Cost driver yang digunakan meliputi LOS, KWH, Jumlah Tamu, dan Luas Kamar. Sehingga dalam metode ABC System mampu mengalokasikan biaya aktivitas ke setiap kamar secara tepat berdasarkan konsumsi masing-masing aktivitas. Penerapan metode ABC System dalam menetapkan harga pokok sewa kamar menggunakan pembebanan biaya tidak langsung akan menghasilkan perhitungan yang lebih akurat.
KЕSIMPULАN DАN SАRАN Kеsimpulаn
1. Harga pokok sewa kamar yang telah
ditetapkan oleh pihak manajemen Hasanah Buring ditentukan dengan mengalokasikan biaya operasional yang terjadi pada setiap tipe kamar dengan persentase pendapatan. Harga pokok sewa kamar menurut manajemen Hasanah Buring yaitu, tipe Standart Rp 87.828,05 ; Superior Rp 125.401,16 ; Deluxe Rp 160.056,99 ; dan Suite Rp 189.459,83.
2. Perhitungan harga pokok sewa kamar
menggunakan metode Activity Based Costing System (ABC System) yaitu, Standart 112.739,42 ; Superior Rp 114.234,02 ; Deluxe Rp 161.708,45 ; dan Suite Rp 172.198,06. Dengan demikian terdapat selisih antara hasil perhitungan harga pokok dari manajemen Hasanah Buring dengan perhitungan metode ABC System tipe kamar Standart dan Deluxe menghasilkan perhitungan harga pokok yang lebih rendah (undercosted) yaitu sebesar Rp 24.911,37 dan Rp 1.651,46, sedangkan pada tipe kamar Superior, dan Suite menghasilkan perhitungan harga pokok yang lebih tinggi (overcosted) sebesar Rp 11.167,14 dan Rp 17.261,77.
Sаrаn
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
56
dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi
manajemen Hasanah Buring, saran yang dapat diberikan sebaiknya manajemen Hasanah Buring dapat menerapkan metode Activity Based Costing System (ABC System) dalam menentukan harga pokok sewa kamar karena dapat menghasilkan perhitungan secara lebih akurat.
DАFTАR PUSTАKА
Blocher, Edward J., Kung H. Chen, dan Thomas W. Lin. 2000. Manajemen Biaya: Dengan Tekanan Stratejik. Jakarta: Salemba Empat.
Bustami, Bastian dan Nurlela. 2009. Akuntansi Biaya: Melalui Pendekatan Manajerial. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Dunia, Firdaus Ahmad dan Wasilah Abdullah. 2009. Akuntansi Biaya Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat.
______. 2012. Akuntansi Biaya Edisi 3. Jakarta: Salemba Empat.
Hansen, Don R dan Maryanne M. Mowen. 2000. Manajemen Biaya: Akuntansi dan Pengendalian. Jakarta: Salemba Empat.