• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Persepsi Lingkungan Kerja dan Tipe Kepribadian Neuroticism terhadap Stres Kerja Pegawai di PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Persepsi Lingkungan Kerja dan Tipe Kepribadian Neuroticism terhadap Stres Kerja Pegawai di PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Stres Kerja

1. Definisi Stres Kerja

Dalam lingkungan pekerjaan setiap orang hampir semuanya pernah mengalami stres. Stres yang dialami seseorang bisa kecil hampir tak berarti, namun bagi orang lain bisa dianggap sangat menganggu dan berlanjut dalam waktu yang relatif lama (Efendi, 2001). Lingkungan kerja, sebagaimana lingkungan-lingkungan lainnya, menuntut adanya penyesuaian diri dari individu yang menempatinya. Oleh karena itu individu akan memiliki kemungkinan untuk mengalami suatu keadaan stres dalam lingkungan kerja (Rice, 1992).

Secara sederhana stres dapat di definisikan sebagai suatu keadaan dimana individu terganggu keseimbangannya. Sering juga stres diartikan sebagai perasaan khawatir dan takut (Dharmawan, 2005). Hans Selye (dalam Efendi, 2001) yang dikenal sebagai father of stress theory

(2)

Stres juga dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi dinamis dimana seorang individu di hadapkan pada peluang, tuntutan atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu dan yang hasilnya dipandang tidak pasti dan penting. Stres bisa positif dan bisa negatif. Stres positif berupa stres tantangan atau stres yang menyertai tantangan di lingkungan kerja (seperti banyak proyek, tugas, dan tanggung jawab. Sedangkan stres negatif merupakan suatu hambatan atau stres yang menghalangi untuk mencapai tujuan (seperti birokrasi, politik kantor, kebingungan terkait tanggung jawab pekerjaan (Robbins, 2014).

(3)

Stres merupakan suatu keadaan yang menekan diri dan jiwa seseorang diluar batas kemampuannya, sehingga jika terus dibiarkan tanpa ada solusi maka akan berdampak pada kesehatannya. Oleh karena seseorang melakukan sesuatu tidak sesuai dengan hati nuraninya namun hati nuraninya tidak sanggup untuk menolaknya, sehingga menimbulkan pertentangan diri yang kuat atau kontra dengan batinnya (Fahmi, 2013).

Stres yang kemunculannya mengacu pada pekerjaan seseorang disebut stres kerja (Austin, 2004). Stres kerja menurut Kahn, dkk (dalam Cooper, 2003) merupakan suatu proses yang kompleks, bervariasi, dan dinamis dimana stressor, pandangan tentang stres itu sendiri, respon singkat, dampak kesehatan, dan variabel-variabelnya saling berkaitan. Cooper (2003) mengemukakan bahwa stres kerja adalah ketidakmampuan untuk memahami atau menghadapi tekanan, di mana tingkat stres tiap individu dapat berbeda-beda dan bereaksi sesuai perubahan lingkungan atau keadaan.

Stres kerja adalah interaksi antara kondisi-kondisi pekerjaan dengan para karyawannya yang ciri-cirinya dapat merubah kondisi normal psikologis atau merubah fungsi-fungsi secara psikologis, atau merubah keduanya dalam meningkatkan performa pekerjaan. Hal tersebut menjadi sangat penting untuk industri dan karyawannya dinyatakan oleh Beehr dan Newman (dalam Rice ,1992).

(4)

terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungan (Bandoyo, 2004). Selye (dalam Beehr, 1995) menyatakan bahwa stres kerja dapat diartikan sebagai sumber atau stressor kerja yang menyebabkan reaksi individu berupa reaksi fisiologis, psikologis, dan perilaku.

Stres kerja juga dapat dirumuskan sebagai suatu kondisi dari pekerjaan yang mengancam individu. Ancaman ini dapat berasal dari tuntutan pekerjaan itu atau karena kurang terpenuhinya kebutuhan individu. Stres kerja ini muncul sebagai bentuk ketidakharmonisan individu dengan lingkungan kerjanya (Diahsari, 2001).

Stres kerja dapat diartikan juga sebagai suatu kondisi ketegangan yang menciptakan adanya ketidakseimbangan fisik dan psikis, yang mempengaruhi fisik dan psikis, yang mempengaruhi emosi, proses berpikir, dan kondisi seorang karyawan. Stres kerja yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungan. Sebagai hasilnya pada diri karyawan berkembang segala macam gejala stres yang dapat menganggu pelaksanaan kerja mereka (Rivai, 2013).

Menurut Rice (1992) seseorang dapat mengalami stres kerja jika urusan stres yang dialami melibatkan juga pihak organisasi dan perusahaan tempat individu bekerja. Penyebabnya tidak hanya lingkungan tempat individu bekerja tapi permasalahan sikap individu itu sendiri.

(5)

merubah fungsi normal secara fisik, psikologis maupun perilaku yang berasal dari tuntutan pekerjaan yang melebihi kemampuan karyawan atau kondisi lingkungan yang menimbulkan stres yang dapat menyebabkan pengaruh negatif bagi karyawan maupun organisasi tempat dia bekerja yang membutuhkan solusi baik itu dari personal maupun perusahaan.

2. Aspek-aspek Stres kerja

Beehr dan Newman (dalam Rice, 1992) telah memeriksa sejumlah penelitian tentang stres kerja dan dirangkumkan ke dalam 3 tipe dari aspek stres kerja yaitu aspek fisik, aspek psikologis, dan aspek perilaku.

a. Aspek fisik dapat menyebabkan perubahan metabolisme sehingga mempengaruhi keadaan fisiologis individu. Pada umumnya gejala-gejala fisik yang tampak yaitu :

1) Meningkatnya detak jantung dan tekanan darah 2) Meningkatnya sekresi adrenalin dan nonadrenalin 3) Timbulnya gangguan perut

4) Kelelahan fisik 5) Kematian

6) Timbulnya penyakit kardiovaskuler

(6)

11)Kanker

12)Gangguan tidur

b. Aspek psikologis dari stres kerja merupakan efek psikologis paling jelas dan sederhana. Pada umumnya gejala-gejala psikologis yaitu : 1) Ketegangan, kecemasan, kebingungan, dan mudah tersinggung 2) Perasaan frustasi, marah, mudah lupa dan kesal

3) Emosi yang menjadi sensitif dan hiperaktif

4) Perasaan tertekan

5) Kemampuan berkomunikasi efektif menjadi kurang 6) Menarik diri dan depresi

7) Perasaan terisolir dan terasing

8) Kebosanan dan ketidakpuasan dalam bekerja

9) Kelelahan mental dan menurunnya fungsi intelektual 10)Menurunnya harga diri

Kemungkinan besar prediksi efek stres kerja adalah ketidakpuasan pekerjaan. Ketika hal ini muncul, seseorang merasa kurang termotivasi untuk bekerja, tidak bekerja dengan baik, atau tidak melanjutkan pekerjaan. Aspek ini muncul pada tahapan yang berbeda di dalam perjalanan dari pekerjaan tersebut dan bervariasi antara satu orang dengan yang lainnya.

(7)

c. Aspek perilaku dari stres kerja biasanya dikaitkan dengan perilaku dalam kehidupan pribadi. Yang termasuk dalam gejala-gejala perilaku yaitu :

1) Bermalas-malasan dan menghindari pekerjaan 2) Kinerja dan produktivitas menurun

3) Meningkatnya penggunaan alkohol dan obat-obat terlarang 4) Melakukan sabotase pada pekerjaan

5) Makan berlebihan sebagai pelarian yang bisa mengakibatkan obesitas 6) Mengurangi makan sebagai perilaku menarik diri dan berkombinasi

dengan depresi.

7) Kehilangan selera makan dan menurunnya berat badan secara tiba-tiba 8) Meningkatnya perilaku yang berisiko tinggi

9) Agresif, brutal, dan mencuri

10)Hubungan yang tidak harmonis dengan keluarga dan teman 11)Kecenderungan melakukan bunuh diri.

(8)

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Stres Kerja

Fakta menunjukkan bahwa stres pekerjaan berdampak pada kesehatan fisik dan mental dari karyawan Cooper (dalam Rice, 1992).

Menurut Robbins (2014) ada tiga kategori faktor potensi pemicu stres (stressor) : lingkungan, organisasi dan individu.

a. Faktor Lingkungan

Yaitu keadaan secara global. 1) Ketidakpastian Ekonomi

Selain mempengaruhi desain struktur sebuah organisasi, ketidakpastian lingkungan mempengaruhi tingkat stres para karyawan dalam organisasi. Perubahan dalam siklus bisnis menciptakan ketidak pastian ekonomi. Ketika ekonomi memburuk orang merasa cemas dengan kelangsungan pekerjaan mereka. 2) Ketidakpastian politik

Perubahan politik sangat memicu untuk karyawan menjadi stres. Contoh : pemisahan antara Jerman Timur dan Jerman Barat menyebabkan ketidakpastian politik yang memicu stres masyarakat di negara tersebut.

3) Perubahan tehnologi

(9)

komputer, sistem robotik, otomatisasi, dan berbagai bentuk inovasi teknologis lain yang serupa merupakan ancaman bagi banyak orang dan memicu mereka untuk stres.

4) Terorisme

Peristiwa di Amerika, peringatan teror di gedung-gedung pencakar langit serta harus menghadiri beragam acara publik besar telah membuat faktor keamanan menjadi sangat penting, dan meningkatkan stres bagi mereka yang bekerja di dalamnya.

b. Faktor Organisasi

Yaitu kondisi organisasi yang langsung mempengaruhi kinerja individu, dapat dikategorikan sebagai berikut :

1) Tuntutan Tugas

Adalah faktor yang terkait dengan pekerjaan seseorang. Tuntutan tersebut meliputi desain pekerjaan individual (otonomi, keragaman tugas, tingkat otomatisasi), kondisi kerja, dan tata letak fisik pekerjaan.

Tugas yang dibebankan untuk setiap pegawai PT PLN Wilayah Sumut adalah sesuai dengan jobdescriptionnya masing-masing yang sudah terstandarisasi nasional. Jadi tugas dan tanggung jawab untuk setiap pemangku jabatan tersebut dalam Wilayah Sumut, sama dengan jabatan yang sama untuk PT PLN seluruh Indonesia.

(10)

Adalah berkaitan dengan tekanan yang diberikan kepada seseorang sebagai fungsi dari peran tertentu yang dimainkannya dalam organisasi. Konflik peran menciptakan ekspetasi yang mungkin sulit untuk diselesaikan atau dipenuhi.

Sementara di PT PLN Wilayah Sumut setiap karyawan atau pegawai memiliki peranan yang sama untuk setiap individu sesuai dengan jabatannya masing-masing. Dari mulai level manager sampai dengan staff.

3) Tuntutan Individu/Pribadi

Adalah tekanan yang diciptakan oleh karyawan lain. Tidak adanya dukungan dari kolega dan hubungan antar pribadi yang buruk dapat menyebabkan stres, terutama diantara para karyawan yang memiliki kebutuhan sosial tinggi.

c. Faktor Individu

1) Persoalan Keluarga

Berbagai kesulitan dalam hidup perkawinan, retaknya hubungan, dan kesulitan masalah disiplin dengan anak-anak adalah beberapa contoh masalah hubungan yang menciptakan stres bagi karyawan yang lalu terbawa sampai ke tempat kerja.

(11)

Pola hidup yang besar pasak daripada tiang adalah kendala pribadi lain yang menciptakan stres bagi karyawan dan menganggu konsentrasi kerja mereka.

3) Kepribadian

Perbedaan individu dalam mengatasi stres berbeda-beda, hal tersebut karena adanya hal-hal yang berbeda dalam pribadi individu yang melekat tersebut, seperti : persepsi, pengalaman kerja, dukungan sosial, keyakinan pada pusat kendali, keyakinan diri, emosi dan permusuhan. Demikian juga tipe kepribadian sangat mempengaruhi stres. Sementara tipe kepribadian yang ada di Big Five Personality adalah salah satu yang mendekati faktor mempengaruhi stres yaitu tipe kepribadian neuroticism. Tipe kepribadian neuroticism merupakan tipe kepribadian yang menggambarkan seseorang memiliki masalah emosi yang negatif seperti rasa khawatir dan rasa tidak aman (Pervin, 2005).

(12)

kepribadian neuroticism, kedua faktor yang berpengaruh terhadap stres kerja.

4. Dampak Stres kerja

Menurut Gibson (2006) menyatakan bahwa dampak dari stres kerja banyak dan bervariasi. Dampak positif dari stres kerja diantaranya motivasi pribadi, rangsangan untuk bekerja lebih keras, dan meningkatnya inspirasi hidup yang lebih baik. Meskipun demikian, banyak efek yang menganggu dan secara potensial berbahaya. Cox membagi menjadi 5 kategori efek dari stres kerja, yaitu sebagai berikut :

a. Subyektif berupa kekhawatiran atau ketakutan, agresi, apatis, rasa bosan, depresi, keletihan, frustasi, kehilangan kendali emosi, penghargaan diri rendah, gugup, kesepian.

b. Perilaku berupa mudah mendapat kecelakaan, kecanduan alkohol, penyalahgunaan obat, luapan emosional, makan dan merokok secara berlebihan, perilaku impulsif, tertawa gugup.

c. Kognitif berupa ketidakmampuan untuk membuat keputusan yang masuk akal, daya konsentrasi rendah, kurang perhatian, sangat sensitif terhadap kritik, hambatan mental.

(13)

e. Organisasi berupa angka absensi, omset rendah, produktivitas rendah, terasing dari mitra kerja, komitmen organisasi dan loyalitas berkurang.

Menurut Jacinta (2002), menyatakan stres kerja dapat mengakibatkan hal- hal sebagai berikut :

a. Dampak terhadap perusahaan

1. Terjadinya kekacauan, hambatan baik dalam manajemen maupun operasional kerja

2. Mengganggu kenormalan aktifitas kerja 3. Menurunnya tingkat produktivitas

4. Menurunkan pemasukan dan keuntungan perusahaan b. Dampak terhadap individu

Muncul masalah-masalah yang berhubungan dengan : 1. Kesehatan

Banyak penelitian yang menemukan adanya akibat-akibat stres terhadap kesehatan seperti : jantung, gangguan pencernaan, darah tinggi, maag, alergi dan beberapa penyakit lainnya.

2. Psikologis

(14)

Kesimpulan dari dampak stres kerja yaitu dampak terhadap perusahaan dan dampak terhadap individunya. Dampak ke perusahaan yaitu terjadinya kekacauan, hambatan baik dalam manajemen maupun operasional kerja; mengganggu kenormalan aktifitas kerja; menurunnya tingkat produktivitas; menurunkan pemasukan dan keuntungan perusahaan. Sedangkan dampak terhadap individu yaitu muncul masalah yang berhubungan dengan kesehatan dan psikologis.

B. Persepsi Lingkungan Kerja

1. Definisi Persepsi Lingkungan Kerja

Sebelum menjelaskan definisi persepsi lingkungan kerja, ada dua hal yang harus diketahui untuk memahami pengertian dari definisi persepsi lingkungan kerja. Kedua hal tersebut adalah definisi persepsi dan definisi lingkungan kerja.

a. Definisi Persepsi

Persepsi dalam arti sempit adalah penglihatan atau cara pandang orang terhadap sesuatu. Dalam arti luas persepsi adalah pandangan atau cara seseorang dalam memandang atau mengartikan sesuatu (Leavitt, 2001). Sedangkan Chaplin (2009) memandang persepsi sebagai proses.

(15)

Branca dalam Darmawan (2013) bahwa sebagian tingkah laku dan penyesuaian individu ditentukan oleh persepsi. Tingkah laku dan sikap individu terhadap suatu keadaan atau obyek akan tergantung pada tanggapan individu terhadap obyek tersebut lewat persepsinya.

Luthans dalam Kreitner (2014) persepsi adalah proses mental serta kognitif yang kompleks dan meliputi seleksi, pengorganisasian, interpretasi dan memahami lingkungan sekitar. Kemudian Kreitner dan Kinichi (2014) mengemukakan bahwa persepsi merupakan proses mengorganisasi dan menginterpretasi, data-data berdasarkan pengalaman sebelumnya. Persepsi menggambarkan pengenalan terhadap manusia, kondisi atau situasi yang berada dalam jangkauan simulasi sensoris. Sehingga respon yang dihasilkan persepsi berupa motivasi, sikap dan perilaku.

Giddens dalam Rivai (2013) persepsi terhadap pekerjaan ditentukan oleh cara karyawan mengartikan pekerjaannya. Persepsi bukan hanya sekedar melihat, tetapi segala hal yang diterima melalui indra akan diolah secara kognitif dan kemudian individu akan dapat menentukan reaksi dari sensasi atau stimulus yang diterima.

Gibson (2006) perception is the process by which an individual gives meaning to the environment. It involves organizing and interpreting

various stimuli into a psychological experience.

(16)

sebagai pekerja, dan juga peristiwa yang dihadapi karyawan saat ini dalam bekerja (Dharmawan, 2005).

Berdasarkan keseluruhan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah suatu tanggapan dan penilaian individu secara psikologis yang melibatkan unsur-unsur penginderaan, pengorganisasian, penginterpretasian terhadap obyek-obyek di lingkungan sekitar kehidupan individu.

b. Definisi Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja adalah keadaan disekitar tempat kerja pada waktu karyawan melakukan pekerjaannya, dan keadaan ini merupakan keadaan yang dapat mempengaruhi kesejahterahan karyawan sehingga karyawan akan berdaya guna untuk menghasilkan sesuatu (Wesik, 2004).

(17)

Lingkungan Kerja merupakan segala sesuatu yang ada disekitar pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan. Misalnya : kebersihan, musik, dan sebagainya. Lingkungan kerja fisik dalam suatu perusahaan merupakan suatu kondisi pekerjaan untuk memberikan suasana dan situasi kerja karyawan yang nyaman dalam pencapaian tujuan yang diinginkan oleh suatu perusahaan (Nitisemito, 2001).

Kondisi lingkungan kerja yang buruk berpotensi menjadi penyebab karyawan mudah jatuh sakit, mudah stres, sulit konsentrasi dan menurunnya produktivitas kerja. Lingkungan kerja yang kurang bersih, berisik, tentu besar pengaruhnya pada kenyamanan kerja karyawan. Sehingga dilakukan pemeliharaan prasarana fisik seperti kebersihan yang terjaga, penerangan cahaya yang cukup, ventilasi udara, suara musik, dan tata ruang kantor yang nyaman. Karena lingkungan kerja dapat menciptakan hubungan kerja yang mengikat orang-orang yang ada dalam lingkungannya (Nitisemito,2001).

Dengan demikian lingkungan kerja dapat diartikan dengan suatu kondisi materiil dan psikologis yang ada dalam satu lingkungan organisasi ataupun perusahaan dan dianggap memiliki pengaruh pada perilaku anggotanya.

(18)

pengorganisasian, penginterpretasian terhadap kondisi lingkungan suatu organisasi maupun perusahaan, baik yang bersifat materiil/fisik maupun psikologis. Persepsi terhadap lingkungan kerja ini dapat mempengaruhi perilaku individu terhadap lingkungan kerjanya.

2. Dimensi - dimensi Lingkungan Kerja

Menurut (Wineman, 2004) dimensi dari lingkungan kerja selalu meliputi kondisi lingkungan fisik dan lingkungan psikologis. Yaitu : 1. Lingkungan kerja fisik

Merupakan keadaan ruangan beserta perlengkapan yang mendukung. Yaitu seperti peralatan kerja, suhu udara, penerangan, tingkat kebisingan, tata ruang kerja, dan hal-hal lain yang terkait dengan lingkungan fisik.

2. Lingkungan kerja psikologis/psikososial

Merupakan kondisi organisasi dan interaksi sosial didalamnya. Hal tersebut menyangkut kebutuhan para karyawan, perilaku, norma kelompok kerja, peran karyawan, dan sikap-sikap para karyawan dalam bekerja.

(19)

3. Aspek-aspek Persepsi Lingkungan Kerja

Gondokusumo (2001) mengungkapkan aspek-aspek pengukuran persepsi lingkungan kerja yang meliputi :

a. Kebijaksanaan

Meliputi prosedur dan pedoman yang memuat norma, standar atau sasaran dari kerja sehari-hari dan dari usaha dalam jangka yang lebih panjang. b. Syarat kerja

Semua kewajiban yang ditetapkan oleh pimpinan termasuk imbalan oleh karyawan-karyawan. Imbalan tersebut seharusnya seimbang dengan hasil kerja dan imbalan tersebut bukan gaji saja, tetapi imbalan tersebut termasuk pula berbagai macam tunjangan yang dikenal sebagai fringe benefits, misalnya pengobatan dan perawatan di rumah sakit, premi.

c. Alat yang baik dan bahan yang tersedia

Alat yang baik dan tersedianya bahan akan mempercepat kerja, sehingga dapat menambah kepuasan kedua belah pihak. Sebaliknya apabila alat kurang baik dan bahan kurang tersedia, kerja diperlambat dan tidak produktif, sehingga mengakibatkan kecemasan, ketegangan dan tekanan kalau nantinya pekerjaan tidak selesai tepat waktu.

d. Tempat kerja harus cukup luas untuk bergerak dan bersih

Tempat kerja harus cukup luas untuk bergerak, bersih dan memiliki udara segar. Disamping itu harus mempunyai gangguan sedikit mungkin.

(20)

Dalam hal ini adalah kebijaksanaan pimpinan yaitu bagaimana cara pihak atasan mendekati, mendorong, membimbing dan mengawasi karyawan sehingga tercapai keseimbangan diantara kedua pihak, karyawan dan atasan.

f. Semangat

Yang dipengaruhi oleh kebijakan perusahaan, dan merupakan pengaruh utama pada sumbangan karyawan, karena dengan semangat akan membuat karyawan mencapai hasil pekerjaan yang lebih tinggi.

g. Kerjasama dalam kelompok

Merupakan refleksi dari moral, akan baik kalau moralnya tinggi. Ada baiknya apabila karyawan dengan kemampuan kerja dan daya tahan kerja keras yang setaraf itu dimasukan ke dalam satu kelompok kerja.

h. Kesediaan membantu

Disebabkan oleh moral yang tinggi. Kesediaan ini dapat ditingkatkan dengan latihan silang karena dapat menambah pengetahuan tentang kesukaran kerja orang lain dan akan menambah sikap saling menghargai.

i. Prestasi dan produktivitas yang tinggi

(21)

Sedangkan (Mangkunegara, 2005) menjelaskan aspek untuk pengukuran persepsi lingkungan kerja bisa meliputi :

a. Kebijaksanaan dan kepemimpinan b. Syarat-syarat pekerjaan

c. Kerjasama di kelompok kerja d. Tempat dan alat kerja

e. Semangat dalam membantu

Berdasarkan analisa beberapa teori tersebut diatas, dapat disimpulkan beberapa aspek lingkungan kerja yang dapat dipergunakan untuk mengukur persepsi lingkungan kerja, meliputi : (a) kebijaksanaan, (b) kepemimpinan, (c) tempat kerja, (d) alat kerja, (e) kerjasama dalam kelompok.

C. Tipe kepribadian Neuroticism

a. Definisi tipe kepribadian Neuroticism

Sebelum menjelaskan definisi tentang tipe kepribadian neuroticism

(22)

Dalam psikologi kepribadian memerlukan model deskriptif atau taksonomi mengenai kepribadian itu sendiri. Salah satu tujuan utama taksonomi dalam ilmu pengetahuan adalah untuk menyederhanakan definisi yang saling tumpang-tindih. Oleh karena itu, dalam psikologi kepribadian suatu taksonomi akan mempermudah para peneliti untuk meneliti sumber utama karakteristik kepribadian daripada hanya memeriksa ribuan atribut yang berbeda-beda yang membuat setiap individu berbeda dan unik (John & Srivastava, 2001).

Setelah beberapa dekade, psikologi kepribadian memperoleh suatu pendekatan taksonomi kepribadian yang dapat diterima secara umum yaitu dimensi “Big Five Personality” Dimensi ini pertama kali dikenalkan oleh Goldberg pada tahun 1981. Big Five disusun bukan untuk menggolongkan individu ke dalam satu kepribadian tertentu, melainkan untuk menggambarkan sifat-sifat kepribadian yang disadari oleh individu itu sendiri dalam kehidupannya sehari-hari. Pendekatan ini disebut Goldberg sebagai Fundamental Lexical (Language) Hypothesis. Perbedaan individu yang paling mendasar digambarkan hanya dengan satu istilah yang terdapat pada setiap bahasa (Pervin, 2005).

(23)

lebih sederhana.Terdapat beberapa istilah untuk menjelaskan kelima faktor tersebut yaitu :

1. Neuroticism (N) 2. Extraversion (E)

3. Openness to New Experience (O) 4. Agreeableness (A)

5. Conscientiousness (C)

Untuk lebih mudah mengingatnya, istilah-istilah tersebut diatas disingkat menjadi OCEAN (Pervin, 2005).

Lebih jelasnya kelima faktor diatas akan dipaparkan pada tabel yang didapat dari penelitian Costa dan Mc Rae (1985;1992). Neuroticism

berlawananan dengan Emotional stability yang mencakup perasaan-perasaan negatif, seperti kecemasan, kesedihan, mudah marah, dan tegang.

Openess to Experience menjelaskan keluasan, kedalaman, dan kompleksitas dari aspek mental dan pengalaman hidup. Extraversion dan

Agreeableness merangkum sifat-sifat interpersonal, yaitu apa yang dilakukan seseorang dengan dan kepada orang lain. Yang terakhir

Conscientiousness menjelaskan perilaku pencapaian tujuan dan kemampuan mengendalikan dorongan yang diperlukan dalam kehidupan sosial (Pervin, 2005).

Tabel 2.1

Karakteristik ciri-ciri Five Factor Model skor tinggi dan rendah Sifat/Ciri-ciri Karakteristik dengan skor

tinggi

(24)

Neuroticism (N)

Mengukur penyesuaian vs ketidakstabilan emosi. Mengidentifikasi

kecenderungan individu akan distress psikologi, ide-ide yang tidak emosional, tabah, nyaman, puas terhadap diri sendiri.

Extraversion (E)

Mengukur kuantitas dan intensitas interaksi baru, senang mengetahui sesuatu yang tidak

familiar.

Rasa ingin tahu tinggi, ketertarikan luas, kreatif, original, imajinatif, tidak

ketinggalan jaman. seseorang, mulai dari perasaan kasihan sampai pada sikap permusuhan dalam hal pikiran, perasaan dan tindakan.

Berhati lembut, baik, suka menolong, dapat dipercaya, mudah memaafkan, mudah untuk dimanfaatkan, terus terang.

Sinis, kasar, rasa curiga, tidak mau bekerjasama, pendendam, kejam, mudah marah, manipulatif.

Conscientiousness (C)

Mengukur tingkat keteraturan seseorang, ketahanan dan motivasi dalam mencapai tujuan. Berlawanan dengan ketergantungan dan kecenderungan untuk menjadi malas dan lemah.

Teratur, dapat dipercaya, pekerja keras, disiplin, tepat waktu, teliti, rapi, ambisius, tekun.

(25)

Tipe kepribadian neuroticism adalah kepribadian yang menggambarkan seseorang yang memiliki masalah dengan emosi yang negatif seperti rasa khawatir dan rasa tidak aman. Secara emosional mereka labil dan mengubah perhatian menjadi sesuatu yang berlawanan (Pervin dalam Eysenck, 1990).

Sedangkan menurut (Goldberg, 2000) tipe kepribadian neuroticism adalah kepribadian yang mengacu pada kecenderungan individu untuk menjadi marah atau emosional. Neuroticism adalah faktor utama kepribadian patologi.

Berdasarkan dari beberapa penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tipe kepribadian neuroticism adalah tipe kepribadian yang menggambarkan seseorang yang memiliki masalah dengan emosi yang negatif sehingga menjadi tidak labil, emosi, kuatir, cemas dan cepat marah.

2.Ciri-ciri tipe kepribadian Neuroticism a. Kuatir

b. Cemas c. Emosional

d. Merasa tidak nyaman e. Kurang penyesuaian

f. Kesedihan yang tidak beralasan

(26)

Menurut Costa & Mc Rae (dalam Pervin, 2005), dalam tipe kepribadian

neuroticism juga terdiri dari 6 (enam) faset atau subfaktor. Dalam hal ini 6 (enam) tersebut merupakan :

a. Anxiety (kecemasan)

b. Self-consciousness (kesadaran diri) c. Depression (depresi)

d. Vulnerability (mudah tersinggung) e. Impulsiveness (menuruti kata hati) f. Angry hostility (amarah)

D.Pengaruh Persepsi Lingkungan Kerja terhadap Stres Kerja Pegawai Cooper (2003) mengatakan bahwa stres kerja adalah ketidakmampuan untuk memahami atau menghadapi tekanan, dimana tingkat stres individu berbeda-beda dan setiap individu bereaksi sesuai perubahan lingkungan atau keadaan.

(27)

Faktor lingkungan yang merupakan pemicu stres yaitu keadaan lingkungan secara global (Robbins, 2014). Lingkungan dalam arti disini adalah lingkungan kerja. Lingkungan kerja adalah keadaan disekitar tempat pada waktu karyawan melakukan pekerjaannya, dan keadaan ini yang dapat mempengaruhi kesejahterahan karyawan (Wesik, 2004). Lingkungan kerja yang berupa lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja psikologis (Wineman, 2004), sangat mempengaruhi tingkatan stres kerja. Kondisi lingkungan kerja yang buruk seperti kurang bersihnya ruangan, berisik, kurang sirkulasi udara menyebabkan karyawan mudah sakit, sulit konsentrasi sehingga produktivitasnya menurun, dan menimbulkan stres kerja. Sebaliknya apabila lingkungannya sangat mendukung dengan rekan-rekan kerja yang bersahabat, bersih, tenang dan nyaman, maka akan mendukung semakin konsentrasi dalam bekerja dan tingkat stres kerja menjadi rendah (Nitisemito, 2001).

(28)

E.Pengaruh Tipe Kepribadian Neuroticism terhadap Stres Kerja Pegawai Robbins (2014) mengatakan selain faktor lingkungan dan faktor organisasi, faktor individu juga menjadi pemicu stres. Faktor individu salah satunya adalah kepribadian. Tipe kepribadian berbeda-beda, salah satu yang mengacu individu pada kecenderungan emosi negatif adalah tipe kepribadian

neuroticism.

Menurut (Goldberg, 2000) tipe kepribadian neuroticism adalah kepribadian yang mengacu pada kecenderungan individu untuk menjadi marah atau emosional. Kepribadian tersebut menggambarkan seseorang yang memiliki masalah dengan emosi yang negatif seperti rasa khawatir dan rasa tidak aman.

Neuroticism berlawanan dengan Emotional Stability yang mencakup perasaan-perasaan negatif, seperti : kecemasan, kesedihan, mudah marah dan tegang (Pervin, 2005). Dengan adanya luapan emosi yang negatif lebih berpotensi menyebabkan stres. Bila kondisinya dalam lingkungan pekerjaan, menjadi stres kerja.

(29)

Individu yang memiliki tipe kepribadian neuroticism akan lebih mudah mengalami stres kerja. Sebab individu tersebut mudah cemas, kurang penyesuaian, mudah berkeringat, merasa tidak nyaman, emosional di dalam lingkungan kerjanya. Lalu muncul adanya perasaan frustasi, marah, kesal, mudah lupa. Emosinya juga lebih menjadi sensitif, perasaannya tertekan, kemampuan komunikasi menjadi tidak efektif, menarik diri dari lingkungan, bosan, perasaan terisolir, menurunnya fungsi intelektual. Hal-hal tersebut terjadi di dalam pekerjaan, berarti individu sudah mengalami stres kerja (Rice, 1992).

Tipe kepribadian neuroticism sangat mempengaruhi stres kerja, karena adanya unsur-unsur pendukung yang merupakan ciri-ciri kepribadian tersebut. Sehingga semakin tinggi ciri-ciri yang muncul maka akan semakin berpotensi individu tersebut mengalami stres kerja, sedangkan semakin rendahnya ciri-cirinya yang muncul maka potensi individu mengalami stres kerja menjadi lebih rendah.

F.Pengaruh Persepsi Lingkungan Kerja dan Tipe Kepribadian Neuroticism terhadap Stres Kerja

(30)

Selain persepsi lingkungan kerja dapat menjadi sumber stres, kepribadian dari individu juga sangat mempengaruhi stres kerja karyawan. Selain kepribadian tipe A, kepribadian tipe neuroticism juga mudah terkena stres. Hal tersebut karena skor tinggi dari sifat neuroticism mudah kuatir, cemas, emosional, merasa tidak nyaman terhadap lingkungan dan kondisi yang ada, kesedihan yang tidak beralasan (Pervin, 2005).

Dalam (Pervin, 2005) individu yang memiliki tipe kepribadian neuroticism

akan mudah mengalami stres kerja. Tipe kepribadian neuroticism tersebut sudah menggambarkan kepribadian yang memiliki emosional yang negatif. Persepsi lingkungan kerja memiliki pengaruh individu untuk berpotensi stres juga dengan adanya tipe kepribadian neuroticism, yang merupakan tipe kepribadian yang menunjukkan gejala psikologis seseorang mengalami stres. Keduanya saling mempengaruhi munculnya stres dalam lingkungan pekerjaan, yang disebut dengan stres kerja (Nitisemito, 2001). Sehingga kedua variabel tersebut yaitu variabel persepsi lingkungan kerja dan variabel tipe kepribadian neuroticism

berpengaruh terhadap variabel stres kerja.

Pengaruhnya apabila persepsi lingkungan kerja positif dan tipe kepribadian neuroticism skornya rendah, maka akan rendah tingkat stres kerjanya. Sedangkan apabila persepsi lingkungan kerjanya negatif dan tipe kepribadian

(31)

G. Kerangka Berpikir Penelitian

Terdiri dari Delapan Area Medan, Binjai, L.Pakam, P.Siantar, R. Prapat, P. Sidempuan, Sibolga, Nias.

Lingkungan kerja area Nias terdiri dari dua rayon dan dua PLTD yaitu G.Sitoli dan Teluk Dalam, dengan total jumlah karyawan 75 orang .

Bagaimana pengaruh persepsi lingkungan kerja dan tipe kepribadian neuroticism terhadap Stres kerja pegawai PT PLN (persero) Wilayah Sumatera Utara.

(32)

Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara, terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2002).

Hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah : Hipotesa Mayor :

Ada pengaruh positif antara persepsi lingkungan kerja dan tipe kepribadian neuroticism terhadap stres kerja pegawai. Diasumsikan bahwa semakin tinggi persepsi lingkungan kerjanya dan semakin rendah tipe kepribadian

neuroticism, maka semakin rendah tingkat stres kerjanya. Demikian sebaliknya semakin negatif persepsi lingkungan kerjanya, dan semakin tinggi tipe kepribadian neuroticism, maka semakin tinggi tingkat stres kerjanya.

Hipotesa Minor

1. Adanya korelasi antara persepsi lingkungan kerja dengan stres kerja. Semakin positif persepsi lingkungan kerjanya, maka semakin rendah stres kerjanya. Semakin negatif persepsi lingkungan kerjanya, maka semakin tinggi stres kerjanya.

2. Adanya korelasi antara tipe kepribadian neuroticism dengan stres kerja. Semakin tinggi skor neuroticism maka semakin tinggi stres kerjanya. Semakin rendah skor neuroticism maka semakin rendah stres kerjanya.

Referensi

Dokumen terkait

Simpulan dari kegiatan ini adalah bentuk/wujud bangunanya merupakan bangunan yang sedarhana, geometris dan simple, posisi bangunan sangat strategis yang dapat dilihat dari

Jum’at 10 Januari 2014 Bribtu Nurul Avandi anggota seseksep criminal sector kelapa nunggang, tewas setelah ditembak seseorang yang akan merampok motor miliknya yang terparkir di

Fungsi kode etik guru antara lain adalah agar guru memiliki pedoman dan arah yang jelas dalam melaksanakan tugasnya, bertanggungjawab atas profesinya, terhindar dari

Lampiran 2 Kamal Darojat, Ketua Kelompok Rodat Rock Gempor (Sumber : Dokumentasi Malik,

Di dalam peraturan pemerintah disebutkan bahwa Madrasah Aliyah adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal dalam binaan Menteri Agama yang menyelenggarakan

Busana kerja adalah busana yang dipakai untuk melakukan suatu pekerjaan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Busana kerja banyak macamnya, sesuai dengan jenis pekerjaan

Adaptable building which is able to respond and adjust towards the changing needs throughout its life span maximizes the investment value of resources and energy used in

Gambar 3 merupakan tampilan pada saat pemain menyentuh splash screen. Pada Main Menu terdapat empat tombol yang dapat dipilih oleh pemain, yaitu: 1. Tombol “Mulai”