• Tidak ada hasil yang ditemukan

Resiko Kredit pada Bank BUMN Di Indonesi (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Resiko Kredit pada Bank BUMN Di Indonesi (1)"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

Resiko Kredit pada Bank BUMN Di Indonesia 2015-2016.

Setiawan , Muhammad Hadi

Universitas Trilogi

Latar Belakang Masalah.

Dunia perbankan, khususnya BANK BUMN akan selalu dihadapkan pada risiko-risiko yang

berkaitan erat dengan fungsinya sebagai lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat dan

Instansi dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat atau instansi dalam

rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. peningkatan perkembangan dunia perbankan

dalam mengikuti perkembangan zaman seperti penggunaan internet yang berdampak pada Internet

Banking dan Commerce juga menyebabkan semakin tingginya risiko kegiatan usaha ini. Untuk

itu agar mampu tetap bersaing dalam lingkungan bisnis perbankan, Bank dituntut untuk

menerapkan manajemen Risiko

Tujuan Penulisan.

1. Untuk mengetahui alur dan pengelolaan perkreditan dan resiko pada Bank BUMN

2. Menegtahui variable dalam meningkatkan pertumbuhan perkreditan pada Bank BUMN

Literatur (Pembahasan ).

P ENGELOLAAN RISIKO KREDIT

(2)

P ENGELOLAAN RISIKO KREDIT BANK BUMN

Proses kredit dan pengelolaan risiko kredit dilakukan secara terintegrasi oleh Business Unit, Credit Operation Unit, dan Credit Risk Management Unit. Dalam pelaksanaannya, didukung oleh sistem yang terintegrasi dan dilakukan secara end-to-end.

KEBIJAKAN KREDIT

Sebagai pedoman dalam pengelolaan kredit secara end-to-end, setiap Bank BUMN memiliki Kebijakan Perkreditan , termasuk didalamnya Budaya Kredit dan Doktrin Perkreditan. Penjabaran kebijakan kredit secara operasional dituangkan dalam bentuk Standar Prosedur Kredit (SPK) dan Manual Produk.

P ERSETUJUAN KREDIT

Persetujuan dan penetapan limit kredit pada segmen corporate, commercial, dan business banking memiliki rentang limit peminjaman yang berbeda. Hal ini diidentifikasi dan diukur melalui sistem credit rating yang kemudian dilakukan analisa kelayakan bisnis melalui spreadsheet dan Nota Analisa Kredit (NAK) secara terintegrasi dan end-to-end melalui Integrated Processing System (IPS). pada segmen retail juga dilakukan hal yang sama dan consumer diukur melalui sistem credit scoring. Proses kredit dan pengelolaan risiko kredit segmen mikro dan consumer dilakukan melalui proses end-to-end yang terintegrasi dalam sistem Loan Origination System (LOS). Model credit rating (wholesale) dan credit scoring (retail dan consumer) secara kontinu dikembangkan dan divalidasi, serta dimonitor melalui laporan Tinjauan Model Scoring dan Rating. Model credit rating dan credit scoring yang digunakan sudah dapat memberikan nilai Probability of Default (PD), sementara Bank terus menerus mengembangkan model Loss Given Default (LGD) dan model Credit Conversion Factors (CCF) untuk menghitung Exposure at Default (EAD) dalam rangka mendukung penerapan Basel II dan perhitungan economic capital. Dalam proses kredit, agunan yang diterima dapat berupa objek yang dibiayai dengan kredit (benda bergerak maupun benda tidak bergerak), maupun objek yang tidak dibiayai (personal guarantee maupun corporate guarantee). Agunan kredit harus memenuhi kriteria antara lain mempunyai nilai ekonomis, marketable, transferableserta mempunyai nilai yuridis

MONITORING KREDIT

(3)

debitur dan kemampuan membayar. Monitoring kredit pada segmen corporate, commerial, dan business banking khusus untuk limit > Rp2 Miliar dilakukan pada level debitur dengan

menggunakan Watch List. Watch List merupakan suatu metode standar, terstruktur dan komprehensif dalam memonitor kinerja debitur, sehingga dapat segera dilakukan tindak lanjut (action plan) untuk mencegah penurunan kualitas kredit debitur. Proses monitoring dilakukan sekurang-kurangnya secara triwulanan, untuk mengidentifikasi debitur-debitur yang berpotensi mengalami kesulitan memenuhi kewajibannya melalui Loan Monitoring System yang telah terintegrasi dalam sistem IPS, serta melakukan deteksi dini menggunakan analisa Watch List (Early Warning Analysis). Berdasarkan hasil analisa tersebut, Bank menetapkan account strategy dan tindakan secara dini untuk mencegah terjadinya penurunan kualitas kredit. Monitoring kredit untuk segmen business banking khusus untuk limit < Rp2 Miliar, mikro dan consumer dilakukan pada tingkat portfolio melalui analisa portfolio dari berbagai aspek (kualitas dan kuantitas portfolio dari berbagai perspektif: industri, wilayah, produk, jenis kredit, unit bisnis, segmen, dll)yang dituangkan dalam credit risk report.

Sebagai langkah antisipatif (early warning signal), dilakukan proses simulasi dan stress testing terhadap portfolio Bank secara berkala untuk mengetahui perubahan kualitas portfolio Bank per segmen atau per sektor industri, akibat perubahan beberapa parameter kondisi ekonomi secara ekstrim yang mungkin terjadi (extreme but plausible). Hasil simulasi memberikan panduan bagi bank untuk memonitor secara lebih ketat sektor-sektor atau debiturdebitur yang berpotensi mengalami penurunan kualitas serta untuk menetapkan langkah-langkah antisipatif guna mencegah terjadinya dampak yang buruk. Pada tahun ini, selain melaksanakan stress testing periodik, bank juga melakukan simulasi stres test terkait dampak perubahan harga komoditas serta dampak kenaikan upah minimum provinsi.

CREDIT COLLECTION & RECOVERY

Direktorat Risk Management secara khusus menjalankan kebijakan penanganan collection dan recovery untuk kredit segmen retail (business banking dengan limit Rp500 Juta s.d. Rp5 Miliar& mikro) dan consumer, yang dibuat secara lebih fokus, sistematis, agresif dan terintegrasi

berdasarkan jenis produk dan masing-masing bucket collection.

Rekomendasi pada bank tentang manajemen resiko

(4)

Kesimpulan.

Dalam meminjamkan uang, bank harus mempertimbangkan banyak faktor seperti suku bunga, inflasi, PDB dan pertumbuhan kredit dan juga kondisi kinerja bank seperti Net Interest Margin (NIM), NonPerforming Loan (NPL) dan kemampuan pendanaan bank. Bank harus

memperhatikan ke variabel-variabel ini dalam kebijakan kreditnya. Agar dengan kredit seperti itu bank bisa tumbuh,

6.References

Kisman, Z. MODEL FOR OVERCOMING DECLINE IN CREDIT GROWTH (CASE STUDY OF INDONESIA WITH TIME SERIES DATA 2012M1-2016M12). Journal of Internet Banking and Commerce 22 (3)

http://bankernote.com/pengelolaan-risiko-kredit-bank-mandiri/

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Berita Acara Hasil Pelelangan Nomor : 003/009/KLP-RSUD/BLUD/POKJA-I/2016 tanggal 22 Februari 2016, maka Pokja I Pengadaan Barang/Jasa Kantor Layanan Pengadaan Kabupaten

Dalam hal ini, untuk penggunaan secara offline pada aplikasi akan dibangun sebuah fitur Phrasebook yang berisi files kata umum yang sering digunakan pada

tanggal 22 Februari 2016., Maka Pokja II Pengadaan Barang/Jasa Kantor Layanan Pengadaan Kabupaten Musi Banyuasin Tahun Anggaran 2016 menyatakan PELELANGAN GAGAL dengan mengacu

d) Pada saat gelas air minum suadah sampai pada tempat pengisian dan belt conveyor sudah stop maka PLC akan memerintahkan solenoid valve untuk bekerja (melakukan

berkembang mengalami pertumbuhan ekspor yang cepat, tetapi sektor itu gagal mendorong perkembangan sektor- sektor lainnya.. Setelah perang dunia 2; Sektor ekspor di bebrapa negara

Rencana Penarikan Dana dan Perkiraan Penerimaan yang tercantum dalam Halaman III DIPA diisi sesuai dengan rencana pelaksanaan kegiatan.. Tanggung jawab terhadap penggunaan anggaran

Purwanto, Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA), Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta; Wijayanti Dwi Astuti, Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan

Aplikasi ini hanya memuat materi sederhana dari Kasus Coronary Artery Bypass yang dapat dipelajari untuk user yang tertarik pada.