• Tidak ada hasil yang ditemukan

State Capture Corruption, Grand Corruption dan Korupsi Struktural

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "State Capture Corruption, Grand Corruption dan Korupsi Struktural"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

State Capture Corruption, Grand

Corruption dan Korupsi Struktural

Rimawan Pradiptyo

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Gadjah Mada

Seminar Memahami State Capture Corruption, Hakordia, KPK,

(2)

Definisi

Kendala Struktural

Kemana Angin Bertiup?

Komitmen Anti Korupsi?

(3)

Korupsi Struktural di Indonesia

Korupsi telah didesain dari sejak

perencanaan dan penyusunan peraturan Aturan yang ada justru mendorong orang melakukan korupsi

Aturan tanpa teori dan peraturan yang tidak dapat ditegakkan

State-capture corruption

UU Tipikor ketinggalan jaman

3

Korupsi Swasta

Korupsi staff asing

Illicit Enrichment

Trading of Influence

Hal yang Belum Diatur

Kondisi Korupsi Saat Ini

(4)

Grand Corruption

Definisi Transparency International:

Grand corruption is the abuse of

high-level power that benefits the few at the expense of the many, and causes serious and widespread harm to individuals and society. It often goes unpunished.

• Dimungkinkan melihat dari dua

pendekatan terkait Grand Corruption: • Intensitas korupsi

• Pengaruh politik pelaku korupsi • Didasarkan pada definisi di atas, maka

Grand Corruption adalah daerah A

Sk

al

a

Ko

ru

ps

i

Pengaruh Politik

Besar

Kecil

Besar

A

B

Kecil

C

D

(5)

State Capture Corruption (SCC)

• SCC adalah korupsi politik yang bersifat sistemik, yang mana, kepentingan pribadi, individu maupun perusahaan, mempengaruhi secara signifikan pengambilan keputusan pemerintah untuk keuntungan sekelompok pihak tersebut (lihat Edwards, 2017).

• SCC tidak dapat dipisahkan dari sistem politik yang berkembang di suatu negara.

• Bagaimana sistem insentif politisi dan birokrat, pengaturan CoI pejabat public, sistem partai politik (termasuk

pendanaan partai politik) berpengaruh terhadap potensi SCC di suatu negara.

• Hasil dari proses politik tersebut berpengaruh terhadap kebijakan public. K

• ebijakan public adalah pilihan pemerintah untuk

(6)

Arah Ideal Reformasi

Pe nt in g Diatur Ya Tidak

Ya

Logis

Error Type 2

False Negative

Tidak Error Type 1 False Positive

Logis

Pe nt in g Diatur Ya Tidak

Ya

Logis

Error Type 2

False Negative

Tidak Error Type 1

False Positive

Logis

Yang penting tidak diatur, yang diatur tidak penting

Mengatur yang penting dan tidak diatur yang tidak penting

(7)

Jika cakupan hukum komprehensif:

– False positive (error type I) > false negative (error type II)

– Menghukum orang tidak bersalah, dibobot lebih berat daripada membebaskan orang bersalah

Perubahan aspek kelembagaan:

False positive (error type I) < false

negative (error type II)

Mengatur hal tidak berisiko (penting),

dibobot lebih rendah daripada tidak

mengatur hal yang berisiko (penting)

False

Positive NegativeFalse

Perbedaan

Prioritas

Perubahan

(8)

Reformasi Dikorupsi

Sektor

Formal

Sektor

Informal

Aspek Kelembagaan

Sektor

Formal

Sektor

Informal

Aspek Kelembagaan

• Reformasi Dikorupsi adalah fenomena ketika sistem/ sistem kelembagaan diubah ke arah yang memperlemah aspek tata Kelola (governance). • Catatan: false negative di aspek

kelembagaan lebih berbahaya daripada false positive

(9)

Grand Corruption vs IUUF:

Pola Serupa?

• IUUF termasuk kejahatan serius,

mengingat IUUF umumnya tidak berdiri sendiri, namun terkait dengan kejahatan berat lainnya (UNCLOS, 2000).

• Setiap upaya menanggulangi dan mencegah IUUF pada dasarnya juga mencegah dan menanggulangi

kejahatan serius lainnya.

• Pola serupa terjadi pada Grand

Corruption yang umumnya tidak berdiri sendiri, minimum terkait dengan TPPU (pencucian uang)

• Bagaimana SCC di bidang pengelolaan sumber daya kelautan?

Tindak Pidana di Bidang Perikanan Tindak Pidana Lain

1. Pemalsuan

dokumen kapal 8. Pemalsuan laporanpenangkapan ikan 1. Transaksi illegal BBM di tengah laut

2. Registrasi dan bendera ganda 9. Ekspor tanpa dokumen yang diperlukan 2. Pelanggaran keimigrasian 3. Penangkapan ikan tanpa dokumen sah 10. Menangkap di luar WPP yang diizinkan 3. Tindak pidana kepabeanan 4. Marked down ukuran kapal 11. Menggunakan alat tangkap yang dilarang

4. Pencucian uang 5. Mempekerjakan

nahkoda/ABK asing 12. Tidak memiliki/ bermitra dengan UPI 5. Penghindaranperpajakan

6. Tidak aktifkan transmitter kapal 13. Tidak mendaratkan tangkapan di pelabuhan 6. Penyelundupan dan perdagangan narkoba 7. Alih muatan illegal di tengah laut 7. Perdagangan orang (perbudakan) 8. Tindak pidana korupsi

(10)

10

Korupsi dan Konflik Agraria

2016: 450 konflik agraria, 1.265.027 ha, 86.745 KK (Komnas HAM & KPA, 2017)

2000-2014: 1.391 konflik agraria, 5.711.396 Ha, 926.700 KK (Komnas HAM, KPA & Walhi, 2014)

BPN: Dampak konflik 607.886 Ha lahan menjadi tidak produktif, kerugian negara Rp 146 Triliun

Pola serupa juga terjadi di lima negara lain di Asia (Yasmi, dkk, 2012)

(11)

Alih Fungsi Hutan di ASEAN

• Negara-negara ASEAN:

• Penurunan luas lahan: Indonesia, Malaysia, Myanmar, Kamboja Brunei • Peningkatan luas lahan hutan: Vietnam,

Laos, Filipina, Thailand

• Alih fungsi hutan terbesar di ASEAN 1990-2015:

• Indonesia: 275.350 km2, jauh lebih luas

hutan daripada Malaysia tahun 1990: 237.760 km2

• 50% lahan sawit 2005 di Malaysia dan Indonesia, adalah hutan di tahun 1990 (Vijay, dkk 2016, Koh dan Wilcove, 2008).

4,130 129,440 1,185,450 176,449 223,760 392,180 65,550 164 140,050 93,630 3,800 94,570 910,100 187,614 221,950 290,410 80,400 164 163,990 147,730

BRUNEI CAMBODIA INDONESIA LAOS MALAYSIA MYANMAR PHILIPPINES SINGAPORE THAILAND VIETNAM 1990 2015 78.37 73.33 65.44 76.45 68.11 60.01 21.98 24.40 27.41 28.77 72.11 53.57 50.24 81.29 67.55 44.47 26.96 23.06 32.10 47.64

BRUNEI CAMBODIAINDONESIA LAOS MALAYSIA MYANMARPHILIPPINESSINGAPORE THAILAND VIETNAM 1990 2015

Sumber: World Bank, diolah. Sumber: World Bank, diolah.

(12)

Definisi

Kendala Struktural

Ke Mana Angin Bertiup?

Komitmen Anti Korupsi?

(13)

Masalah Pembangunan

Tidak faham diri dan lawan Besarnya Sektor Informal

Human Capital yang terlupakan Modal Sosial yang terlupakan Reformasi Hukum yang Tertinggal Kendala Aspek Kelembagaan

Aspek Kelembagaan Sistem Insentif Heterogen Dualisme Sistem Kelembagaan Penyerapan Anggaran sebagai KPI Sektor Publik Korupsi Struktural (Grand Corruption) Masalah Transparansi dan Akuntabilitas Kehadiran Pemerintah Minim

(14)

Masalah Pembangunan di Indonesia

Sun Tzu in Wee (2003):

If you know your enemies and know yourself, you will not be imperiled in a hundred battles;

if you do not know your enemies but do know yourself, you will win one and lose one;

if you do not know your enemies nor yourself, you will be imperiled in every single battle. Sektor Formal Aspek Kelembagaan Sektor Formal Sektor Informal Aspek Kelembagaan

Negara Maju

Indonesia

Masalah pembangunan kita:

1. Kita tidak cukup mengetahui siapa “diri” dan “lawan kita”; 2. Transformasi sektor informal ke

formal;

3. Aspek kelembagaan yang lemah, sehingga korupsi dan ekonomi biaya tinggi marak

(15)

Kendala Transparansi

dan Akuntabilitas

SIN/NIK BPJS Pendidikan Bantuan Sosial Pajak/ Subsidi/ PNBP Kriminalitas Perencanaan BO

NIK/SIN: Perbaikan Data Kependudukan

Beneficiary Ownership

Data dan Peta Tunggal

Data Interfacing Antar K/L

(16)

Natural Resource-Curse Hypothesis

• Australia, Malaysia dan Chile adalah negara kaya SDA namun terhindar dari RCH karena mereka memprioritaskan perbaikan aspek kelembagaan dan

pembangunan human capital.

•Fokus ke sektor ekstraktif •Ekspor raw material •Impor barang modal dan

konsumtif SDA kaya •Korupsi marak •Manufaktur lemah (industrialisasi gagal) •Tergantung sektor ekstraktif Kelembagaan

Lemah •Defisit neraca pembayaran •Inovasi lemah

•Terputus dari global value chain

•Kerusakan lingkungan

(17)

Kendala: Dualisme Sistem Kelembagaan

Perkembangan Teknologi Sistem Administrasi 17

Sistem Birokrasi

Demokrasi &

Perekonomian Modern

VS

VS

• Sistem birokrasi dan administrasi tidak mampu mengimbangi perkembangan teknologi, ekonomi dan demokrasi.

• Aspek keberlanjutan pembangunan dipertanyakan.

(18)

He

ter

og

en

ita

s

Si

st

em

In

se

nt

if

Se

kt

or

P

ub

lik

• Koordinasi antar K/L sulit dilakukan karena koordinasi dan sinergi bertentangan dengan KPI K/L

• Koordinasi menjadi beban bagi K/L yang digaji dengan cara rasional dan manusiawi.

• Selama system insentif tidak rasional dan tidak manusiawi, pencapaian outcome sulit dilakukan.

18

KPK, BI, OJK dan BRR Kemenkeu dan K/L Reformasi

Birokrasi K/L non Reformasi Birokrasi

Single salary system dengan nilai gaji yang manusiawi (gaji = pendapatan)

Non single salary system namun elemen gaji tidak banyak dan total salary lebih manusiawi

Non single salary system, elemen gaji banyak dan nilai gaji tidak manusiasi

Pendapatan tidak terkait

dengan jumlah kegiatan Campuran (mixed) Pendapatan meningkat sejalan dengan aktivitas (penyerapan)

Job description ada dan

berorientasi ke outcome Job description sudah ada meski belum tentu

berorientasi ke outcome

Job description tidak ada

Non-Pecatable (Kecuali KPK) Non-Pecatable Non-Pecatable

Dampak: orientasi kerja fokus

ke outcome (kinerja) Dampak: campuran (mixed) Dampak: orientasi kerja fokuske output atau upaya

(19)

Kesalahan KPI untuk K/L

• Kesalahan indikan kinerja utama (Key

Performance Indicator/KPI) sebagian besar sektor publik adalah PENYERAPAN Anggaran

• Fakta:

– Kemampuan PENYERAPAN anggaran K/L dengan tingkat KESEJAHTERAAN belum tentu terkait!!

– Anggaran = input, untuk menyerap Anggaran perlu aktivitas/program = Output, Dampak ke KESEJAHTERAAN = Outcome

• Di masa pandemi, terbukti KPI Penyerapan Anggaran sulit diterapkan

• SONJO/Sambatan Jogja, mampu membuat outcomes dengan biaya mendekati Rp0!!

(20)

Masalah Tata Kelola SDA

• Sumber masalah dari tata kelola SDA bermuara pada korupsi

• Salah satu penyebab korupsi adalah system insentif yang tidak rasional dan tidak manusiawi

• Penyerapan anggaran sebagai KPI

• Take home pay ASN meningkat sejalan dengan penyerapan anggaran

• Sulitnya koordinasi karena heterogenitas system insentif di sektor public.

• Status quo bias terhadap upaya perbaikan

Kecenderungan penerapan kebijakan yang tidak mempertimbangkan evidence-based

policy (EBP) Korupsi Perijinan Peta tidak tunggal Tumpang Tindih Lahan Konflik lahan Masalah Kemitraan Beneficiary Ownership Corporate criminal liability

(21)

Database

Korupsi:

Putusan

Pengadilan

2001–2009 W1 2001-2009 • 549 kasus • 831 terdakwa 2001–2012 W2 2001-2012 • 1,289 kasus • 1,831 terdakwa 2001–2013 W3 2001-2013 • 1,518 kasus • 2,142 terdakwa 2001–2015 W4 2001-2015 • 2,321 kasus • 3,109 terdakwa 2001–2019 W5 2001-2019 • 4684 terdakwa

Hasil analisis dimuat di situs: CegahKorupsi.feb.ugm.ac.id.

Laboratorium Ilmu Ekonomi, FEB, UGM membangun database korupsi sejak 2009

(22)

Korupsi Tercatat di Indonesia (2001-2015)

37% 4% 59% 0% 0%

Proporsi Korupsi Menurut Pekerjaan

Public Sector SOEs (National & Regional)

Private Corporation Cooperative & CSO Others 14,09% 58,49% 54,11% 83,39% 65,10% 8,96% 91,94% 10,52% 5,60% 30,75% 44,16% 0,44% 76,83% 9,53% 25,64% 11,01% 0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% 70,00% 80,00% 90,00% 100,00% Civil S erva nt Villag e Gov ernme nt Polit icians Minis ter a nd In depe nden t Bod ies SOEs (Nati onal & Re giona l) Priva te Co rpor ation Coop erati ve & CSO Othe rs

Prosecution: % of State Loss Final Conviction: % of State Loss

(23)

Hukuman Finansial Menurut Skala Korupsi

23 Skala Korupsi Terpidana Rata-rata Kerugian Negara (A) Rata-rata Tuntutan Jaksa (B) B/A (%) Avg Putusan Pengadilan (C) C/A (%) Gurem 62 119,934 2,037,049 1698.5% 4,111,515 3428.1% Kecil 512 10,198,507 21,405,450 209.9% 101,505,468 995.3% Sedang 1062 154,962,172 170,303,109 109.9% 664,341,936 428.7% Besar 779 1,417,735,018 699,716,427 49.4% 516,807,423 36.5% Kakap 148 48,453,559,408 10,710,261,681 22.1% 4,021,250,522 8.3%

(24)

Definisi

Kendala Struktural

Ke Mana Angin Bertiup?

Komitmen Anti Korupsi?

(25)

Kemana Angin

Bertiup?

Beneficiary

Ownership

GNP SDA

Satgas 115

13/2016

PerMA

Stranas PK

AEoI &MLA

UU 19/2019

(KPK)

GNP SDA

Tidak

Dilanjutkan

Ekspor Benih

Lobster

Omnibus Law

(RBA di

Perijinan)

2014-2019

2019 - sekarang

(26)

GNP-SDA: Perbaikan Kelembagaan

Monitoring compliance pelaku usaha

Audit kepatuhan meliputi spatial, sosial dan lingkungan

Perbaikan sistem dan regulasi

Koordinasi dan supervisi permasalahan lintas K/L

Deteksi “Special Case”

Breakthrough dan debottlenecking permasalahan lintas K/L/D

• KPK melalui program GNP-SDA, bekerja sama dengan 26 K/L melakukan upaya perbaikan aspek kelembagaan

• KKP membentuk Satgas 115 (anti IUUF) untuk memperbaiki aspek kelembagaan di sektor perikanan tangkap

• Beberap K/L memperbaiki tata kelola perijinan dan pengawasan

(27)

ANALISIS DAN EVALUASI

KAPAL EKS-ASING

1132 kapal ikan

eks-asing menjadi obyek

Anev

Kapal tersebut dimiliki

oleh 187 perusahaan

Kapal tersebar di 33

pelabuhan di Indonesia

27 25 5 374 4 104 1 10 2 1 8 98 2 216 280 1 1 AUS TRAL IA BELIZE TION GKOK HON DURA S JEPANG KAM BOJAKORE A MALAYS IA MEK SIKO PANAMAFILI PINA SING APURATAIW AN THA ILAND US A VIETN AM

JUMLAH KAPAL EKS-ASING OBJEK ANEV

Jumlah Kapal

(28)

Peningkatan Detection dan Conviction Rates

102 67 15 1 10 7 0 0 0 13 38 11 28 27 10 1 43 189 232 157 127 112 68 71 228 253 192 154 0 50 100 150 200 250 300 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 Tidak Diproses Hukum Menjalani Pembinaan Menjalani Proses Hukum Total Kapal

Distribusi Penanganan Kapal Pelanggar Hukum 2012-2018 10 1 43 189 232 157 127 10 1 26 139 176 120 64 1 0 10 136 181 96 36 0 0 0 0 115 84 46 0 50 100 150 200 250 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 Menjalani Proses Hukum Inkracht Ditenggelamkan Didenda

Distribusi Hukuman Terhadap Kapal IUUF 2012-2018

(29)

Penenggelaman dan Pembinaan Kapal

0 0 2 52 47 27 12 1 0 4 67 108 63 22 0 0 4 17 26 6 2 1 0 10 136 181 96 36 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 < 30 GT > = 30 GT GT N/A Total Kapal

Distribusi Kapal yang Ditenggelamkan 2012-2018

0 0 7 6 3 16 14 0 0 6 29 5 10 12 0 0 0 3 3 2 1 0 0 13 38 11 28 27 0 5 10 15 20 25 30 35 40 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 < 30 GT > = 30 GT GT N/A Total Kapal

(30)

Penindakan Terhadap Kapal dan Non Kapal

0 0 0 0 32 23 15 0 0 0 0 63 50 19 0 0 0 0 10 10 12 0 0 0 0 115 84 46 0 20 40 60 80 100 120 140 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 < 30 GT > = 30 GT GT N/A Total Kapal

Distribusi Kapal yang Didenda 2012-2018

7 15 13 14 9 0 10 11 11 6 0 3 2 8 3 0 2 4 6 8 10 12 14 16 2014 2015 2016 2017 2018 Jalur Hukum Inkracht Didenda

(31)

KAPAL-KAPAL IKAN ASING PELAKU IUUF YANG DITANGKAP

DI INDONESIA

MV SILVER SEA 2 FV VIKING HUA LI 8

FV STS 50 FV FU YUAN YU 831 HAI FA

31

• IUUF adalah trans national organized crime.

• Banyak kapal-kapal asing dengan tonase besar,

melakukan pencurian lintas negara

• Tercatat 7 kapal yang menjadi buron Interpol, berhasil di tangkap oleh Satgas 115.

• IUUF adalah tanggung jawab semua negara untuk

(32)

Dampak GNP-SDA

Peningkatan penerimaan

negara

Penguatan fungsi

pengendalian pemerintah

Penurunan biaya informal

Peningkatan standar

pelayanan publik

Kesenjangan

proses bisnis

moral hazard

Pembiaran

Birokratisasi

permasalahan

Akuntabilitas

Minim

State-capture

corruption

(33)

Definisi

Kendala Struktural

Ke Mana Angin Bertiup?

Komitmen Anti Korupsi?

(34)

Pra: UU 30/2002

Eksekutif

KPK

Legislatif

Eksekutif

Yudikatif

Independent

State

Body (KPK, dll)

Pasca: UU 19/2019

UU 30/2002:

• KPK adalah lembaga independent • Pegawai KPK bukan ASN (tenaga

profesional)

UU 19/2019:

• KPK adalah bagian dari eksekutif (pasal 1 & 3) • Pegawai KPK adalah ASN (pasal 24)

(35)

Will KPK be a Leaderless Law Enforcer?

Head of Investigator and Prosecutor, and also leader of KPK Commissioners Deputy/ Director Staff Staff Deputy/ Director Staff Director Deputy Commissioners (no longer head of investigator and prosecutor) Supervisory Council

Pre: Act 30/2002 Post: Act 19/2019

(36)

Ketidaksesuaian antara SOP dan Sistem insentif

Sistem Insentif Standard Operating Procedure (SOP)

Standard

Operating

Procedure

(SOP)

Sistem

Insentif

Pra: UU 30/2002 Pasca: UU 19/2019

Kinerja KPK yang gemilang (2005-2019)

disebabkan kesesuaian antara sistem insentif dan SOP (sangat ketat) dan fokus ke

(37)

The Detection Rate of KPK is Deteriorated

St at e O ff ic ial s (P ro m in en t I nd iv id ua ls

) Corruption worth Rp1 billion or more Yes No Yes KPK KPK No KPK Police/ Prosecutor Stat e O ff ic ial s (P ro m in en t I nd iv id ua ls

) Corruption worth Rp1 billion or more Yes No Yes KPK Police/ Prosecutor No KPK Police/ Prosecutor Act 19/2019:

• KPK no longer handles corruption cases which become people attention (article 11) • KPK must coordinate with prosecution office for prosecution process (article 12A) • KPK’s right to open branch offices at provincial level is abolished (article 19)

(38)

Pre: Act 30/2002

Seizure

Warrants

Search

Tapping

KPK had implemented post audit

for tapping

Seizure

Search Warrants

Tapping

Supervisory Council

Post: Act 19/2019

Riskless Prospect

Uncertain Prospect

Articles 12B

and 47

(39)

A Herculean Task: Facing Serious Crime with

Ordinary Measures

Special Measures

Prosecut ion Investiga tion Inquiry Corruption Inquiry Investig ation Prosecu tion Pre: Act 30/2002 Post: Act 19/2019

(40)

Definisi

Kendala Struktural

Ke Mana Angin Bertiup?

Komitmen Anti Korupsi?

(41)

Ketika Nature/

State of the World Bergerak

Mobilitas dan kerumunan

menyebar Covid-19, eskalasi VUCA

Kondisi ini belum

terjadi sehingga

kita tidak tahu

apa yang terjadi

pasca covid-19

Kerumunan dan mobilitas manusia tulang punggung ekonomi, VUCA

Strategi

Dominan menjadi Strategi Terdominasi,

demikian

pula sebaliknya

Pra Covid

Covid-19

Pasca

(42)

Kegagalan Akibat Perubahan Nature

• Kegagalan invasi Napoleon ke Rusia 1812

– Contoh:Epic History TV, “Napoleon in Russia ALL PARTS”, diunggah: 20 Juni 2020,

https://www.youtube.com/watch?v=byH2Whz XjcQ&t=193s, diakses: 26 Oktober 2020.

• Kekalahan Napoleon di Waterloo 1815

– Contoh: Epic History TV, “Napoleonic Wars: Battle of Waterloo 1815”, diunggah: 17 May 2015,

https://www.youtube.com/watch?v=nDZGL1xs qzs; diakses: 26 Oktober 2020.

• Kegagalan Operation Barbarossa 1941-1942 (invasi Nazi ke Rusia)

– Contoh: Past to Future, “Operation Barbarossa: Hitler's Invasion of The Soviet and Battle of Moscow – Animation”diunggah: 9 Juni 2020,

https://www.youtube.com/watch?v=gPMgYC0s

(43)

Covid-19 adalah “Perang”

Bukan Bencana

• Setiap perang selalu ada lawan, namun pandemi ini lawannya adalah diri kita sendiri (ego, kedisiplinan, dll)

• Kapan pandemi berakhir tidak ada yang tahu, sehingga diperlukan wawasan the

survival game

• Sense of crisis diharapkan tumbuh dari anggota masyarakat

• Diharapkan masyarakat “hemat energi” dan rasional karena perjuangan masih panjang, meski vaksin nantinya ditemukan (2-3 tahun ke depan)

• Kerjasama akan menjaga keberlanjutan (sustainability) gerakan kemanusiaan

(44)

Apa yang Sedang Kita Hadapi?

Sektor Formal Sektor Informal Aspek Kelembagaan Sektor Formal Sektor Informal Aspek Kelembagaan Kontraksi di sektor formal Peningkatan sektor informal Transaksi Fisik Transaksi Daring Aktivitas Ekonomi Patuh Protokol Covid

(45)

Covid-19: Perubahan Proses Bisnis

Covid-19 Mobilitas Kerumuna n Ruang Tertutup 3M (Mas Ngawi) 3T Sektor Jasa Non-Finansial Sektor Riil Sektor Finansial

Ekonomi dapat bergulir

dengan media baru

Tidak ada kerusakan

infrastruktur

(46)

Strategi Bertahan di Masa

Pandemi

1. Expect the unexpected:

mempertimbangkan dampak

terburuk;

2. Thinking the unthinkable: memikirkan

solusi yang tidak terpikirkan

sebelumnya

3. Mobilisasi sumberdaya untuk

mengatasi dampak Covid-19 di

daerah/lingkungan kita

(47)

Logistik: Mobilisasi

Sumber Daya

• Selama perang/ pandemic/ krisis

ekonomi, maka logistic selalu memegang peranan penting

• Logistik = f(sumber daya)

• Di mana sumber daya berada? Jelas bukan di pemerintah (APBN) yang hanya 1/7-1/6 dari GDP, namun sumber daya ada di

masyarakat 5/6-6/7 dari GDP.

• Sumber daya di masyarakat tidak harus bersifat moneter

• Membangun modal sosial menjadi

kebutuhan untuk bertahan (survive) dari pandemi.

APBN

GDP -

APBN

Fleksibel Tidak harus berupa uang 5/6-6/7 GDP Ketentuan Ketat 1/6-1/7 GDP

(48)

• SONJO (Sambatan Jogja: sonjo.id/ ) didesain dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia di Jogja.

– Inspirasi dari: Apollo 13, AK-47

• Di awal pendiriannya, anggota SONJO berasal dari jaringan akademisi anti korupsi, dan kemudian berkembang.

• Prinsip kerja di SONJO mengikuti prinsip-prinsip tata kelola organisasi berintegritas (GCG

• Tantangan: bagaimana memanfaatkan semua sumber daya tersebut untuk menghasilkan outcomes?

• SONJO mungkin diterapkan di daerah lain dengan menyesuaikan kondisi di tiap daerah.

SONJO

Gerakan Anti Korupsi Budaya Lokal Kebutuhan Lokal Sumber Daya Manusia Teknologi yang Tersedia Jejaring

(49)

Gerakan Berintegritas:

Suatu Kebutuhan

Kewajib an Kebutuhan Te rp ak sa Ke in gin an Bisnis Berintegritas

(50)

Perubahan Proses Bisnis

Pandemi menggerakkan Nature/ state of

the world (belum mencapai steady state)

• Dominant strategies di masa pra Covid-19 menjadi dominated strategies di masa Covid-19, dan sebaliknya Kejujuran dan transparansi sangat dibutuhkan Kebutuhan terhadap sains meningkat Empati dan jaringan sosial berkembang Adaptasi dan Inovasi Perubahan

Aktivitas Ekonomi EngineeringReversed

KPI: Outcomes

KPI: Penyerapan

Anggaran

(51)

Pembentukan Norma Baru

• Norma yang akan terbentuk pasca Covid-19

ditentukan oleh norma mayoritas yang

berkembang di masa pandemic Covid-19 ini (Munjid, 2020)

• Jika norma yang berkembang:

ketidakpercayaan terhadap sesama, dan anti sains, maka norma itulah yang akan

berkembang di masa pasca pandemi.

• Jika empati, sinergi, transparansi, integritas, dan mengikuti sains (EBP) adalah norma di masa pandemi, maka norma itulah yang akan berkembang pasca pandemi berakhir.

(52)

Perubahan Norma dalam

Jangka Panjang

Norma Lama

Seolah Tidak ada kelangkaan

Tidak ada Cense of Crisis Sulit Koordinasi

Tidak Jujur (Tidak Transparan)

Orientasi Input/Output

Norma Baru

Kelangkaan Sumber Daya

Sense of Crisis Tinggi

Suka membantu/ sinergi (warm-glow giving) Jujur (Transparan) Orientasi Outcome

Perubahan mekanisme kehidupan sesuai covid-19, dalam jangka panjang akan membentuk norma baru di masyarakat

(53)

Referensi

Dokumen terkait