o
Selasa.
Rabu0
Kamis0
Jumat4
5
6
7
8
9
10
11
20
S
22 23 24 25 26o
Mar 8Apr OMei OJun OJul 0 Agso
Sabtu0
Minggu12 13 14 15 16
27 28 29 30 31
OSep OOkt ONov ODes
REPUBLIKA
1'1
f",~i$r
1.\::[
.'"""~
P
.,
,.
s~,
.
~
><I"r''"'" ',. ' """'~g'.
ana lebih mudah, mengurus hakirn atau
wartawan? Bagir Manan -mantal1
ketua
Mahkamah Agung (MA)yang kini v.enjadi ketua
Dewan Pers-
menjawab, "Sama saja. Kalau
persoalannya dikuasai dan dipahami, ya tida.Rsusah."
Masuk ke Dewan Pers, Bagir membawa s~umlah misi,
yakni tidak memidanakan wartawan. Tapi, bat hendak
mendayung di antara dua kecenderungan, Gu:ruBesar
Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, ini, rnengatakan
akan mengusahakan agar sengketa dengan p,ers tak
men-jadi sesuatu yang dihindari. Tapi, sengketa it~ pun jangan
sampai diniatkan untuk mematikan pers, me.fi\Cabut
kemerdekaan pers.
Pekan lalu, wartawan
Republika,
Yasmlna~$asnl,
berbin-cang tentang berbagai hal dengan Ketua Dewan Pers
peri-ode 2010-2013
ini. Mulai dari program-progr~mnya di
Dewan Pers, kriminalisasi pers, kemerdekaai;!1pers,
kompe-tensi wartawan, kesejahteraan wartawan, hil)~a wartawan
bodreks dan
infotainment.
Berikut petikannycH
-
-
Bisa cerltakanprosesAndamenjadlanggota dan kemudlanketua DewanPers?
Inisiatifnya dari ternan-ternan jurnalis. Saya katakan, boleh, asalkan saya tidak jadi beban kalian. Sebab, saya bukan orang yang pernah berkecimpung seeara praktis dengan dunia pers. Jadi, pengalaman saya keeil dan terbatas kepada pekerjaan saya menjadi aka demisi dan hakim.
Memang, sebagai ketua MA, saya pernah IIlenggariskan beberapa kebijaksanaan bagi dunia pers. Pertama, kita wajib menjunjung kemerdekaan pers, karena itu merupakan salah satu instrumen demokrasi. Kedua, kalau ada perkara pers, upayakan disele-saikan di luar prosedur kriminal. Ketiga, kalau ada perkara pers, dahulukan penggu-naan UU Pers dan Kode Etik Jurnalistik.
5elama beberapa bulan memlmpln Dewan Pers, apa saja yang telah Anda lakukan?
Saya baru mengerjakan beberapa hal. Pertama, membaea surat masuk dan keluar. Itu tak terlalu sulit, karena saya sudah biasa melakukan itu saat masih di MA. K:edua, belajar. Selain dengan membaea buku-buku yang diberikan ternan-ternan pers, pelajaran yang sangat praktis adalah mengadakan 'Pertemuan -baik internal maupun
terbuka-dengan banyak wartawan. Itu cara saya mempelajari pers.
Pekerjaan praktis antara lain menyelesai-kan persoalan dan sengketa pers. Itu meru-pakan pekerjaan rutin, karena banyak sekali surat pengaduan ke Dewan Pers. Pekerjaan lain adalah melanjutkan tradisi Dewan Pers, yakni melakukan sosialisasi berbagai
peraturan dan keputusan Dewan Pers. Misalnya, mengenai standar kompetensi wartawan, standar perusahaan pers.
Pekerjaan lain yang paling penting yaitu menjaga kemerdekaan pers. Dewan Pers serta-merta bereaksi jika keluar peraturan yang berkaitan dengan pers. Misalnya, yang kemarin soal peraturan Menkominfo.
Kita juga mendukung upaya-upaya lain meningkatkan kompetensi pers. Misalnya, mendukung sekolah pers yang dideklarasi-kan di Palembang. Ke depan, di tempat-tempat lain juga akan dirintis. Selain itu, kita juga sedang merintis dan mendukung univer-sitas memberikan pendidikan jurnalistik, antara lain dalam bentuk kerja sarna dengan perusahaan pers setempat, mendatangi redaksi untuk bertemu dan bertukar pikiran, dan memberikan eeramah kepada organisasi-organisasi pers di daerah.
Tak lama lagi kita juga akan melakukan diskusi untuk -kemungkinan-
memperba-Nama : Bagir Manan
Tempatjtanggallahlr : Desa Kalibalangan, LampungUtara, 6 Oktober1941
Istrl : Dra Hj Komariah
Anak : Tiga orang: satu perempuan,dua laki-Iaki.
Pendldlkan:
. Doktor IImu Hukum Tata Negara Universitas Padjajaran (1990)
. Master of Comparative Law Southern Methodist, University Law School Dallas. Texas, AS (1981)
. Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran (1967)
Karler:
. Ketua
Dewan Pers (2010-sekarang).
KetuaMahkamahAgung(2001-2009). Rektor Universitas Islam Bandung (2000)
. Dirjen Hukum dan Perundang-Undangan Departemen Kehakiman
(1995-1998)
. DirekturPerundang.UndanganDepartemenKehakiman(1990-1995)
.
StafAhli
Menteri Kehakiman (1974-1976).
Anggota
DPRD Kodya Bandung (1968-1971)."'"""""~
harui UU Pers. Untuk itu perlu input dari kalangan pers, bagian mana dari UU tersebut yang perlu diperbaiki. Karena bentuknya masih waeana, kita j~ga akan melakukan
workshop dan diskusi yang terkait dengan pers, UU yang bersentuhan langsung dengan pers, seperti UU ITE (Informasi dan
Transaksi Elektronik). Poinnya adalah jangan sampai ada UU yang akan menggang-gu kemerdekaan pers.
BagalmanaAndan1emandangkebebasan
atau kemerdekaanparsdllndonesla saat Inl?
Bieara soal kebebasan pers, itu bukanlah
kebebasan orang pers dalam segala
aktivitas-nya, namun kebebasan orang pers dalam
melaksanakan tugas jurnalistik. Soal
mengapa harus bebas, pertama, itu
merupa-kan konsekuensi dari pers yang independen.
Sudah menjadi hukum besi, kalau tidak
bebas, ya dia tidak independen. Kedua,
karena pers adalah instrumen demokrasi.
Ketiga, karena fungsi yang diembannya
sebagai sarana informasi bagi:masyarakat.
Kalau dia tidak bebas, bagaimana dia
mem-berikan informasi yang benar bagi
masyarakat? Fungsi pers juga sebagai
instru-men politik. Kini, di Indonesia, se,benarnya
semua pihak sudah eukup memahami.
Namun, masih ada beberapa kasus yang
mengganggu kemerdekaan pers.
Kehldupan pers dllndonesla sekarang Inl dlhadapkan pada berbagal tantangan, antara
lain krlmlnallsasl...
"Tak ada peningkatan [kriminalisasi]. Malah semakin menurun. Mengapa? Ya, berkat perjuangan pers sendiri. Saya selalu mengatakan, kehormatan, kemulian, dan independensi bukan sesuatu yang diberikan, tapi diperjuangkan. Perjuangan itu bersifat terus menerus, berkesinambungan. Karena itu, meskipun kita sekarang independen, itu bukan berarti kita tidur menikmatinya. Sebab, kalau kita hanya tidur, sewaktu-waktu akan diambil. Independensi yang"kita nikmati sekarang kan hasil perjuangan.
Ya, tentu saja, tatanan politik dan negara ikut menyumbang kriminalisasi. Tapi, yang harus merupakan avant garde ya pers sendiri. Karena itu, di zaman sekarang, kita semakin punya kesempatan untuk memperjuangkan hal-hal yang bersifat baik bagi pers. Antara lain, memperjuangkan soal kriminalisasi itu. Kita sedang berusaha menerapkan agar seng-keta dengan pers tak menjadi hal yang harus dihindari. Tapi, sengketa dengan pers jangan menjadi niat untuk mencabut kemerdekaan pers atau mematikan pers.
5esaat setelah dllantlk Anda mengatakan akan fokus pada 'penlngkatan pemahaman' masyarakat, aparat pemerintah dan penegak hukum terkait mekanlsme kerja dan profesio-nallsme pers. 5ehingga jlka ada masalah dengan pemberltaan dlselesalkan dulu lewat kode etlk Jumalistlk, kemudian UU Pers. Jlka tak memuaskan barulah menggunakan KUHP. Apakah cukup penlngkatan pemahaman?
Pernyataan itu bukan hanya ditujukan untuk peningkatan pemahaman semata tanpa tindakan konkret. Sebab, begini, tak eukup hanya wartawan dan lembaga pers saja yang mengerti ten tang prosedur seperti ini. Masyarakatnya harus paham juga. Misalnya hak jawab, itu harus digunakan jika orang tak puas dengan satu berita. Dia wajib menggunakan dulu hak jawab, sebelum dia datang ke Polri atau pengadilan.,
Masyarakat harus diberi tahu bahwa hal itu yang harus ditempuh terlebih dahulu, jangan lantas melompatinya.
Apa yang akan dllakukan dewan pers jlka ada plhak yang melompatl prosedur Itu?
Kita ada understanding dengan, misalnya, MA. Jadi, kalau ada perkara pers di
pengadilan, maka pengadilan akan me-manggil Dewan Pers sebagai saksi ahli. Jadi, kita bisa menjelaskan jika perkara itu belum layak menjadi perkara karena melompati prosedur penanganan kasus pers.
Bagalman~ deng~n masalah kompetensl
wartawan?
Kita sadar bahwa kebanyakan wartawan
kita berasal dari berbagai latar belakang
pendidikan. Pengetahuannya tentang
kewartawanan dia peroleh sambil jalan,
learning by doing.
Itu tak jadi soal. Sebab,
yang harus dipupuk adalah semangatnya
untuk menjadi wartawan yang bagus. Antara
lain dengan belajar terus mengenai dunia
kewartawanan.
Karena mungkin tak ada waktu lagi
menambah sekolah reguler, maka setiap
kegiatan yang dapat menambah ilmunya
harus dimanfaatkan.
Pertama, ada
training,
diskusi, dan
seba-gainya. Jadi, ada
improvement
dirinya
berniat untuk menjadi wartawan yang bagus.
Kedua, itu tugas dari organisasi wartawan.
Setidaknya, bagi anggota-anggotanya harus
mempuny"i program intensif untuk
mening-katkan kompetensi. Ketiga, tentu perusahaan
yang juga harus menyediakan
pelatihan-pelatihan.
Keempat, pemerintah harus sadar betapa
pentingnya wartawan yang bermutu, karena
media mempunyai fungsi pendidikan sosial,
dan itu akan menguntungkan negara. Sebab,
jika pendidikan itu sudah dilakukan oleh
pers melalui tulisan, negara bisa menikmati
hasil pendidikan dengan cuma-cuma.
Jika pers bermutu, tentu masukan kepada
pemerintah akan bermutu pula. Sebab, pers
memberikan kontrol dan masukan bagi
pemerintah. Makin bermutu
wartawan,masukan
dan kontrol yang
diberikan juga akan semakin bermutu.
Kelima, ini tugas Dewan Pers. Jangan
ke-tinggalan, karena itulah kita juga melakukan
berbagai pelatihan.
Kita menyadari bahwa wartawan yang
bermutu akan lebih menguntungkan
diban-dingkan kita biarkan mereka menjadi tak
bermutu.
Bermutu itu macam-macam. Mutu dalam
pengetahuan, mutu dalam integritas. Banyak
orang berilmu tinggi tetapi berintegritas
rendah. Kita membutuhkan keduanya.
Namun, kalau harus memilih antara
penge-tahuan dan integritas, harus mendahulukan
integritas. Sebab, kalau seseorang memiliki
integritas, dia tentu akan berusaha
meningkatkan ilmunya. Itu proses.
Apakah persoalan kompetensl inl berkaitan dengan kesejahteraan wartawan?
0, iya dong. Saya sudah pernah mengata-kan bahwa salah satu persoalan dunia kewartawanan di Indonesia adalah masih banyaknya perusahaan pers yang tidak mem-berikan kesejahteraan yang cukup kepada wartawan. Tentu, sudah ada perusahaan yang cukup, tapi pada umumnya belum.
Ini harus menjadi perhatian perusahaan pers untuk menjaga pers Indonesia yang se-hat. Bahaya paling besar dari pers yang tak sehat adalah bisa terjadi degradasi pers. Ka-lau degradasi itu terjadi, akan menuju sirna-nya kemerdekaan pers.
Untuk meningkatkan mutu wartawan, tentu harus disejahterakan. Bagaimana wartawan mau beli buku kalau tak ada uangnya?
-
----Dengan kondlsi'ketlka wartawan dlberl Gto,.
tlnggJ, dla blsa Independenterhadap pihak lain,
tapl blsa jadl justru menjadl tldak
Independen terhadap perusahaan tempatnya
bekerja. KomentarAnda?
Itu juga bahaya. Namanya bahaya
kapita-lisasi pers. Mungkin saja wartawan nanti
dikendalikan oleh perusahaannya. Ada
beberapa cara untuk mengatasinya. Pertama,
integritas wartawan. Dia harus memelihara
integritasnya sebagai profesi independen,
tidak tunduk kepada maunya perusahaan.
Memang ada risikonya: dikeluarkan. Tapi, ya
sudah, keluar saja. Toh, kalau dia bermutu,
'dia akan mudah dapat lagi pekerjaan. Itu
penting sekali.
Kedua, ada aturan-aturan
tadi yang
mene-gaskan kewajiban menyelenggarakan
kese-jahteraan bagi karyawan pers, khususnya
wartawan. Ketiga, kesadaran perusahaan.
Jangan perusahaan itu melakukan
eksploitasi kepada wartawannya. Dia harus
untung, tapi untung bersama bersama
wartawannya. Itu harus dilakukan dengan
sistem.
Di sinilah antara lain pentingnya
organisasi wartawan. Sebab, takkan bisa
berjuang sendiri-sendiri.
Ada satu fenomel'Ja pemb~jakan kemerdeka-an pers ykemerdeka-ang dllakukkemerdeka-an oleh wartawkemerdeka-an bodreks. Apa langkah Dewan Pers untuk mereka?
Salah satu upaya yang kita lakukan adalah dengan mengingatkan perusahaan pe'rs. Di mana-mana kita, bicara itu. Karena, bodreks itu kan ada perusahaan persnya. Jika masih ada bodreks di lapangan, berarti perusahaannya bisa saja bodreks juga. Namun, bisa juga ada perusahaan yang bagus, namun'memiliki oknum wartawan yang bodreks. Untuk itu kita minta perusa-haan agar ditindak. Kalau ada wartawan seperti itu, ya dikeluarkan saja. Kalau kita tahu dia memeras, ya kita lapor ke polisi.
Soal pekerja Infotainment juga belum tuntas. Apa yang akan dllakukan Dewan Pers kepada mereka?
Untuk pengertian dari pekerjanya masih ada perdebatan. Sampai sekarang belum final. Acara infotainment yang ditayangkan di televisi itu masih kuat anggapannya sebagai bagian dari pekerjaan pers. Tapi, konsekuensinya, kalau dia bagian pers, maka harus tunduk pada semua kaidah pers.
Pada konferensi internasional dikatakan bahwa pers dan publik dapat dikecualikan dari hak untuk mengetahui perkara rumah tangga. Artinya, hal seperti itu, dalam tatanan internasional, tak boleh disiarkan. Dalam UU keterbukaan informasi di Indo-nesia juga disebut bahwa hal-hal yang bersi-fat pribadi tak boleh disiarkan. Dalam kaidah hukum, itu termasuk hal yang dilin-dungi dari publikasi. Sayangnya, di Indo-nesia, rasanya masyarakat dan figur publik-nya senang dengan hal itu.
Hingga kini, kita belum melakukan tin-dakan karena kita masih berdebat apakah itu termasuk dalam kegiatan pers atau tidak. Kedua, masyarakat senang pada hal itu.
Apa saja rencana dan target Anda selama memimpin Dewan Pers?
Saya tidak punya target apa-apa. Karena, seperti tadi saya katakan, sentral persoalan kita adalah bagaimana menjaga
kemerdekaan pers. Bagaimana meningkatkan agar pers semakin bermutu, Itu pekerjaan yang tak ada ujungnya. Untuk apa target? Ini pekerjaan yang siapapun harus menger-jakannya. 8 ed: harun husein