• Tidak ada hasil yang ditemukan

YAYASAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM UNIVERSITAS ISLAM RIAU FAKULTAS AGAMA ISLAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "YAYASAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM UNIVERSITAS ISLAM RIAU FAKULTAS AGAMA ISLAM"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

“STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA RELIGI MASJID AGUNG ISLAMIC CENTRE KABUPATEN ROKAN HULU”

SKRIPSI

Diajukan kepada Program Studi Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Riau (UIR) untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Ekonomi (S.E)

Oleh:

AULIA ISMI LATHIFAH NPM : 152310187

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM RIAU PEKANBARU

2020

(2)
(3)
(4)

IDENTITAS MAHASISWA/I

1. Nama : AULIA ISMI LATHIFAH

2. NPM : 152310187

3. Fakultas/Jurusan : Fakultas Agama Islam/Ekonomi Syariah

4. Judul Skripsi : Strategi Pengembangan Wisata Religi Masjid Agung Islamic Centre Kabupaten Rokan Hulu

5. Pembimbing I : Dr. Zulkifli, MM., ME.Sy 6. Pembimbing II : -

Dengan ini, lembaga CELAD FAI-UIR menyatakan bahwa mahasiswa/i dengan data yang tertera di atas, telah benar-benar melakukan penerjemahan Abstrak Skripsi miliknya di lembaga CELAD FAI-UIR, dengan nomor regitrasi: CELAD/44/A-2/2020.

Pekanbaru, 20/ 07/2020 Ketua CELAD FAI-UIR,

Alfitri, Lc., M.Pd NIDN : 1013078302

(5)

ISLAMIC CENTRE KABUPATEN ROKAN HULU

AULIA ISMI LATHIFAH 152310187

Objek penelitian Masjid Agung Islamic Centre Kabupaten Rokan Hulu karena Masjid ini di desain seperti Masjid Nabawi di Madinah dan juga memiliki arsitektur yang megah serta dijadikan sebagai masjid paripurna di Kabupaten Rokan Hulu. Rumusan masalah penelitian ini bagaimana strategi pengembangan wisata religi Masjid Agung Islamic Centre Kabupaten Rokan Hulu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana strategi pengembangan wisata religi Masjid Agung Islamic Centre Kabupaten Rokan Hulu. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Populasi dalam penelitian ini adalah pengelola Masjid Agung Islamic Centre dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan kabupaten Rokan Hulu,.

Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik wawancara, dokumentasi dan observasi. Untuk mengetahui strategi pengembangan wisata religi maka ada lima dimensi yaitu Daya Tarik Wisata, Aksebilitas, Amenitas, Layanan Tambahan dan Kelembagaan dengan tambahan pendekatan dimensi Religiusitas Islam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi yang dilakukan dengan menyediakan berbagai fasilitas dan layanan serta keunikan dan kemegahan yang dimiliki Masjid Agung Islamic Centre.

Kata Kunci: Wisata Religi, Masjid Agung Islamic Centre

(6)

ةفيطل يسما ايلوأ 152310187

عوضوم حبلا

ث جنوغأ يربكلا عمالجا في ل

ولوه ناكور ةقطنم في يملاسلإا زكرمل ممصم ناك هنلأ

دجسلما

ةماعلا دجسم ةباثبم ناكو ةعئارلا ةيرامعلما ةسدنلها هيدل اضيأو ةرونلما ةنيدلما في يوبنلا دجسلما مسبا في

ولوه ناكور ةقطنم يه ثحبلا اذه ةلكشم ةغايص نإ .

ةحايسلا ريوطت ةيجيتاترسا يربكلا عمالجا في ةينيدلا

جنوغأ ل ولوه ناكور ةقطنم في يملاسلإا زكرمل ذه نم ضرغلا ناك .

ا لا ثحب ةيفيك ديدتح وه ةيجيتاترسا

ا ةحايسلا ريوطت جنوغأ يربكلا عمالجا في ةينيدل

ل ولوه ناكور ةقطنم في يملاسلإا زكرمل نم عونلا اذه .

تسلما تناايبلا عون .يفصو يعون ثحبلا لأا تناايبلا يه ةمدخ

ةيلو لمجا .ةيوناثلا تناايبلاو عمت

ذه في ا

لا ثحب ريدم مه و لجا عما يربكلا جنوغأ .ولوه ناكور ةقطنم في ةفاقثلاو ةحايسلا مسقو يملاسلإا زكرملل

ا ىلع فرعتلل .ةظحلالماو قيثوتلاو تلاباقلما مادختسبا تانيعلا ذخأ ةينقت ةحايسلا ريوطت ةيجيتاترس

ةينيدلا كانه ، ةقادصلاو ،لوصولا ةيناكمإو ،ةحايسلا ةيبذاج يه ،داعبأ ةسخم

تاسسؤلماو تامدلخاو ،

يرفوت للاخ نم تذفن ةيجيتاترسلاا نأ جئاتنلا ترهظأو .يملاسلإا نيدلا دعبل فياضإ جنه عم ةيفاضلإا تلايهستلا فلتمخ ذكو تامدلخاو

لجا ةمظعو درفت كل عما

يربكلا جنوغأ يملاسلإا زكرملل .

تاملكلا لا

ةسيئر ةينيدلا ةحايسلا :

، لجا عا يربكلا لل جنوغأ زكرم

يعلاسلإا

(7)

ISLAMIC CENTRE AGUNG MOSQUE IN ROKAN HULU REGENCY

AULIA ISMI LATHIFAH 152310187

The object of this study is the Islamic Center Agung Mosque in Rokan Hulu Regency because this mosque was designed like the Nabawi Mosque in Medina which has a magnificent architecture and it is also as a plenary mosque in Rokan Hulu Regency. The problem formulation of this study: how is the development strategy for religious tourism of the Islamic Centre Agung Mosque in Rokan Hulu Regency?. This study aims to investigate the development strategy for religious tourism of the Islamic Centre Agung Mosque in Rokan Hulu Regency. The type of this study is descriptive qualitative. The data sources used are primary data and secondary data. The population in this study is the administrators of Islamic Center Agung Mosque and the Department of Tourism and Culture of Rokan Hulu Regency.

The sampling techniques used are interview, documentation and observation. To find out the development strategy for religious tourism, so there are five dimensions investigated, namely Tourism Attractiveness, Accessibility, Amity, Additional Services and Institutions with an additional approach to the dimension of Islamic Religiosity. The results of the study show that the development strategy that has been carried out is by providing various facilities and services as well as the uniqueness and grandeur of the Islamic Center Agung Mosque.

Keywords: Religious Tourism, Islamic Center Agung Mosque

(8)

i hidayah-Nya sehingga penulis diberikan kesempatan dan kemampuan untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (SE) pada Program Studi Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam Universitas Islam Riau.

Sholawat beserta salam semoga tetap tercurahkan bagi Nabi Muhammad SAW dan selaku ummat Islam semoga kita mampu menjalankan setiap sunnah Rasul termasuk sunnah dalam bidang pengembangan ekonomi umat berdasarkan syariat Islam.

Dalam UU No. 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan dijelaskan bahwa pariwisata ialah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha dan pemerintah.

Wista religi adalah wisata yang berkaitan erat dengan sisi religious atau keagamaan dengan tujuan memperdalam rasa spiritualitas dan bukan hanya dengan bersenang-senang semata. Tujuannya wisata religi tidak hanya sebatas berkunjung ziarah ke makam wali melainkan bisa berkunjung ke tempat yang memiliki sisi religiulitas, seperti masjid maupun mesuem bersejarah Islam.

Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari tentunya masih banyak terdapat kekurangan. Dengan keterbatasan kemampuan dan cakrawala berpikir serta keterbatasan waktu dan kesempatan, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: “Strategi Pengembangan Wisata Religi Masjid Agung Islamic Centre Kabupaten Rokan Hulu”

(9)

ii 1. Rektor Universitas Islam Riau, Bapak Prof. Dr. Syafrinaldi, SH., M.C.l

2. Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Islam Riau, Bapak Dr. Zulkifli, MM,ME.Sy

3. Ketua Prodi Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam Riau Bapak Muhammad Arif, SE, MM.

4. Bapak Dr. Zulkifli, MM., ME.Sy yang penuh kesabaran memberikan arahan, bimbingan, saran, dan nasehat kepada penulis dalam penulisan proposal ini.

5. Seluruh Bapak/Ibu Dosen serta karyawan/ karyawati Fakultas Agama Islam Universitas Islam Riau

Semoga dengan bantuan dan kebaikan yang telah diberikan dapat dibalas oleh Allah SWT. dan penulis berharap kritik dan saran yang dapat membangun karena penulis menyadari adanya kekurangan dalam penyusunan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih semoga skripsi ini memberikan manfaat kepada penulis dan pembaca.

Pekanbaru, Juni 2020 Penulis

Aulia Ismi Lathifah 152310187

(10)

iii

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian... 5

D. Manfaat Penelitian... 5

E. Sistematika Penelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Strategi ... 8

1. Pengertian Strategi... 8

2. Tipe Strategi ... 9

3. Manfaat strategi ... 9

B. Tinjauan Tentang Pengembangan ... 10

C. Tinjauan Tentang Pariwisata ... 12

1. Pengertian Pariwisata ... 12

2. Jenis-Jenis Pariwisata ... 14

(11)

iv

D. Definisi Wisata Religi ... 20

1. Tinjauan tentang Wisata Religi ... 20

2. Fatwa DSN–MUI tentang Pedoman Penyelenggaraan Pariwisata ... 22

3. Bentuk-Bentuk Wisata Religi ... 30

4. Manfaat Wisata Religi ... 30

E. Religiusitas Islam ... 31

F. Hukum Wisata dalam Islam ... 33

G. Penelitian Yang Relevan ... 35

H. Konsep Operasional... 37

I. Kerangka Konseptual ... 38

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 39

B. Tempat dan Waktu penelitian ... 39

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 40

D. Populasi dan Sampel ... 40

E. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data... 41

F. Teknik Pengolahan Data ... 42

G. Teknik Analisis Data ... 43

(12)

v

2. Lambang Kabupaten Rokan Hulu... 46

3. Visi Dan Misi Kabupaten Rokan Hulu ... 47

B. Masjid Agung Islamic Centre Kabupaten Rokan Hulu ... 48

1. Sejarah Masjid Agung Islamic Centre Rokan Hulu... 48

2. Visi Misi Masjid Agung Islamic Centre ... 52

3. Struktur organisasi Masjid Agung Islamic Centre Rokan Hulu... 53

C. Deskripsi Umum Temuan Penelitian ... 53

D. Analisis Data Penelitian ... 58

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 68

B. Saran... 68 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(13)

vi Tabel 3: Data Hasil Penelitian ... 54 Tabel 4: Objek Wisata Alam Kabupaten Rokan Hulu ... 59

(14)

vii Gambar 3: Lambang Kabupaten Rokan Hulu ... 46 Gambar 4: Struktur Organisasi Masjid Agung Islamic Centre ... 53

(15)

viii Lampiran 2 : Surat Keterangan Riset

Lampiran 3 : Surat Rekomendasi Penelitian DPMPTSP Provinsi Riau

Lampiran 4 : Surat Keterangan Penelitian DPMPTSP Kabupaten Rokan Hulu Lampiran 5 : Surat Riset

Lampiran 6 : Surat Keterangan Bebas Plagiat Lampiran 7 : Surat Balasan Dari Tempat Penelitian Lampiran 8 : Instrumen Wawancara

Lampiran 9 : Dokumentasi

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara yang memiliki banyak keragaman, baik dari segi budaya, suku bangsa, ras, bahasa daerah, agama dan kepercayaan.

Indonesia juga merupakan Negara dengan potensi kekayaan alam yang luar biasa. Kekayaan sumber daya alam yang tersebar dari Sabang sampai Merauke tersebut, jika dikelola dengan baik tentu dapat dijadikan sebagai potensi untuk memakmurkan rakyat dan memajukan Indonesia, salah satunya potensi yang dapat dikembangkan adalah sektor pariwisata

Dalam UU No. 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan dijelaskan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok mengunjungi tempat tertentu dengan tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungu dalam jangka waktu sementara.

Wisata religi merupakan jenis wisata yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan rohani manusia untuk memperkuat iman dengan mendatangi tempat-tempat yang dianggap memiliki nilai religius. Wisata religi adalah kegiatan yang sudah menjadi suatu aktivitas yang kerap dilakukan oleh masyarakat bahkan bisa setiap bulan atau bahkan setiap tahun memiliki agenda untuk mengunjungi objek yang memiliki wisata religi. Wisata religi dilakukan di samping untuk mendapat kesenangan dan juga hiburan juga

(17)

sebagai ajang untuk mendapatkan pelajaran dan pengetahuan serta juga untuk menambah wawasan mengenai ajaran agama Islam, serta memiliki pemahaman untuk mensyukuri kekuasaan Allah SWT. Wisata religi ini juga biasa disebut wisata keagamaan hal ini karena wisata religi dimaksudkan untuk jiwa dan mengingat akan kebesaran Allah SWT.

Kabupaten Rokan Hulu merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Riau yang dijuluki dengan Negeri Seribu Suluk yang menjujung tinggi nilai- nilai budaya, adat istiadat dan agama, dalam kehidupan kesehariannya.

Masyarakat Rokan Hulu masih sangat kuat memegang teguh budaya dan tradisi juga hukum dan adat, terlihat dalam penyambutan upacara perkawinan, penyambutan tamu negeri dan acara budaya lainnya. (Nurmayani, Vol.5:2018) Masjid merupakan tempat yang multi fungsi bagi umat Islam. Masjid bukan hanya sebagai tempat ibadah mahdhah semata. Tetapi fungsi masjid jauh lebih luas dari pada itu. Pada zaman Rasulullah SAW masjid digunakan untuk berbagai macam kegiatan, di antaranya sebagai pusat pendidikan agama Islam, tempat konsultasi masalah ekonomi sosial, tempat menjalin hubungan silaturrahmi serta tempat layanan kesehatan korban perang dan lain sebagainya. Pada saat ini masjid dibangun dan dirancang khusus dengan berbagai atribut megah sebagai kebanggaan masing-masing. Selain itu juga masjid tempat melaksanakan berbagai aktivitas amal saleh seperti tempat musyawarah, pernikahan, mancari solusi permaslahan yang terjadi di tengah- tengah umat dan sebagainya.

(18)

Masjid Agung Agung Islamic Centre merupakan aset milik pemerintah Kabupaten Rokan Hulu yang pembangunannya didanai oleh APBD Kabupaten Rokan Hulu. Pengelolaan masjid ini sepenuhnya dikelola oleh badan pengelolaan Masjid Agung Islamic Centre Rokan Hulu. Masjid Agung Islamic Centre Dinobatkan sebagai masjid terbaik se-Indonesia pada tahun 2015 menurut penilaian yang dilakukan oleh Kementerian Agama Republik Indonesia (KEMENAG RI), sesuai dengan keputusan dewan penilaian masjid agung percontohan Nomor.01/PM.MA/IX/2015. Tentang penetapan masjid agung percontohan tingkat nasional tahun 2015. Terdapat juga Peraturan Bupati Rokan Hulu Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pembentukan Badan Pengelola Masjid Agung Islamic Centre Rokan Hulu Pasir Pengaraian Rokan Hulu.

Gambar 1: Masjid Agung Islamic Centre Kabupaten Rokan Hulu Masjid Agung Islamic Centre didesain seperti Masjid Nabawi Madinah. Bangunan Masjid Agung Islamic Centre Pasir Pengaraian penuh dengan lambang dan simbol keislaman yang mempunyai makna dan arti yang mendalam, memperlihatkan betapa tinggi dan mulianya agama Islam. Masjid

(19)

Agung Islamic Centre telah meningkatkan fungsi masjid yang tidak hanya untuk tempat melaksanakan sholat melainkan telah diperluas sesuai dengan mottonya masjid sebagai sarana ibadah, meraih berkah meningkatkan marwah.

Pada saat ini kunjungan ke Masjid Agung Islamic Center Kabupaten Rokan Hulu cukup banyak dan selalu ramai setiap harinya apalagi ketika hari libur terutama pada saat libur dan peringatan hari besar Islam yang dimanfaatkan dengan mengisi kegiatan liburannya. Dan juga karena adanya ceramah dan pengajian rutin yang diadakan di Masjid Agung Islamic Centre juga sekaligus berfoto atau sekedar melihat bangunan yang menyerupai arsitektur Masjid Nabawi yang terdapat di dalam masjid tersebut.

Namun dalam beberapa tahun terakhir ini objek wisata religi Masjid Agung Islamic Centre mengalami penurunan pengunjung. Penurunan ini terjadi disebabkan oleh pergantian kepengurusan dalam sistem pengelolaan Masjid Agung Islamic Centre. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa strategi pengembangan wisata religi dapat menjadi daya tarik wisata yang dapat banyak kunjungan wisatawan. Jadi, wisata religi yang ada di Kabupaten Rokan Hulu masih memerlukan perhatian dan pengembangan dari pemerintah maupun pihak-pihak pengelola yang berada di bidang tersebut baik dari segi sarana dan prasarana, layanan, dan pengembangannya terhadap wisatawan.

Berdasarkan latar belakang penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Strategi Pengembangan Wisata Religi Masjid Agung Islamic Centre Kabupaten Rokan Hulu”

(20)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah Bagaimana Strategi Pengembangan Wisata Religi Masjid Agung Islamic Centre Kabupaten Rokan Hulu ?

C. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Strategi Pengembangan Wisata Religi Masjid Agung Islamic Centre Kabupaten Rokan Hulu.

D. Manfaat penelitian

Berdasarkan penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu manfaat antara lain sebagai berikut:

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran dalam hal peningkatan strategi pengembangan wisata religi Masjid Agung Islamic Centre Kabupaten Rokan Hulu

2. Secara akademis, mengetahui dan memberikan suatu gambaran mengenai strategi pengembangan wisata religi Masjid Agung Islamic Centre Kabupaten Rokan Hulu. Selain itu juga hasil penelitian ini nantinya dapat dijadikan bahan referensi bagi pembaca yang ingin melakukan penelitian sejenis.

(21)

E. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gagasan singkat mengenai bagian-bagian yang akan di bahas dalam penelitian ini, maka penulis mengungkapkan penguraiannya sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan mengenai Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini menjelaskan mengenai Tinjauan tentang Strategi, Tinjauan tentang Pengembangan, Tinjauan tentang Pariwisata, Tinjauan tentang Wisata Religi, Tinjauan tentang Strategi Pengembangan Wisata Religi, Tinjauan tentang Religiusitas Islam, Penelitian Relevan, Konsep Operasional dan Kerangka Konseptual.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menjelasan mengenai Jenis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian, Subjek dan Objek Penelitian, Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Pengolahan dan Teknik Analisis Data.

(22)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan mengenai Deskripsi Umum Tempat Penelitian, Deskripsi Umum Temuan Penelitian, dan Analisis Data Penelitian.

BAB V PENUTUP

Bab ini menjelaskan mengenai Kesimpulan dan Saran.

(23)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan tentang Strategi 1. Pengertian Strategi

Fandi Tjiptono (2008:3) Kata “strategi” berasal dari bahasa Yunani

“Strategos” (Stratos = militer dan ag = memimpin). Yang artinya seni atau ilmu untuk menjadi seorang jendral. Konsep ini relevan dengan situasi pada zaman dahulu yang sedang diwarnai perang, dimana jendral dibutuhkan untuk memimpin suatu angkatan perang agar dapat selalu memenangkan perang. Suatu strategi mempunyai dasar atau skema untuk mencapai sasaran yang dituju. Jadi, strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan yang kaitannya dengan keputusan jangka panjang ataupun program tindak lanjut.

Stretegi adalah rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan perusahaan dapat di capai melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan.

(Lawrence,1999:12)

Chandler(1962) dalam Rangkuti (2018:3) strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya.

(24)

Strategi adalah rencana yang disusun untuk menentukan tujuan yang akan di gunakan jangka panjang dalam sebuah perusahaan.

2. Tipe Strategi

Menurut Rangkuti (2014:6) pada prinsipnya strategi dapat dikelompokkan berdasarkan tiga tipe strategi sebagai berikut:

a. Strategi manajemen, meliputi strategi yang dapat dilakukan oleh manajemen dengan orientasi pengembangan strategi secara makro.

Misalkan strategi pengembangan produk, strategi penerapan harga, strategi pengembangan pasar dan sebagainya

b. Strategi investasi, meliputi kegiatan yang berorientasi pada investasi.

Misalkan apakah perusahaan ingin melakukan strategi pertumbuhan yang agresif atau berusaha mengadakan penetrasi pasar, strategi bertahan dan sebagainya.

c. Strategi bisnis, ialah strategi yang berorientasi pada fungsi-fungsi kegiatan manajemen. Misalnya, strategi pemasaran, strategi produk atau operasional, strategi distribusi dan sebagainya.

3. Manfaat Strategi

Strategi menjadi sangat penting karena merupakan kunci yang bisa dikatakan memiliki kekuatan untuk menentukan. Dalam artian bahwa apabila strategi dirumuskan secara baik, maka pencapaian tujuan akan membuahkan hasil yang baik pula, sebaliknya manakala strategi tidak dirumuskan atau dirancang secara baik maka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan akan sulit untuk diwujudkan secara nyata.

(25)

Aktivitas dari formulasi strategi bisa mempertinggi kemampuan dari perusahaan dalam menghadapi bermacam-macam masalah yang sedang dihadapi, setidaknya manajemen strategi juga bisa mencegah timbulnya bermacam-macam masalah yang berasal dari dalam maupun luar perusahaan dan juga bisa meningkatkan kemampuan perusahaan dalam menghadapi masalah.

B. Tinjauan tentang Pengembangan

Pengembangan adalah kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bertujuan memanfaatkan kaidah dan teori ilmu pengetahuan yang telah terbukti kebenarannya untuk meningkatkan fungsi, manfaat dan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada atau menghasilkan teknologi baru.

(UU No. 18 Tahun 2002 Pasal 1 Ayat 5 tentang Sistem Nasional Penelitian dan Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi).

Menurut Paturusi (2001) dalam Amerta (2019:14) bahwa pengembangan suatu strategi yang digunakan untuk memajukan, memperbaiki, dan meningkatkan kondisi kepariwisataan suatu daya tarik wisata sehingga dapat dikunjungi wisatawan. Menurut Butler (1999 : 60) ada enam tahap pengembangan pariwisata yang membawa dampak berbeda-beda secara teoritis, yaitu sebagai berikut:

1. Tahap eksplorasi, pertumbuhan spontan dan penjajakan (exploration) Pada tahap ini jumlah pengunjung wisatawan relatif kecil. Mereka

(26)

cenderung dihadapkan pada keindahan alam dan budaya yang masih alami didaerah tujuan wisata.

2. Tahap keterlibatan (involvement)

Pada tahap ini mulai adanya inisiatif masyarakat lokal menyediakan fasilitas wisata, kemudian promosi daerah wisata dimulai dengan dibantu oleh keterlibatan pemerintah.

3. Tahap pengembangan dan pembangunan (development)

Pada tahap ini jumlah wisatawan yang datang meningkat tajam. Pada musim puncak wisatawan biasanya menyamai, bahkan melebihi jumlah penduduk lokal. Investor dari luar mulai berdatangan memperbaharui fasilitas, dan masalah-masalah rusaknya fasilitas mulai terjadi.

4. Tahap konsolidasi (consolidation)

Tahap ini tingkat pertumbuhan mulai menurun walaupun total jumlah wisatawan masih relatif meningkat.

5. Tahap kestabilan (stagnation)

Tahap ini jumlah wisatawan yang datang berada pada puncaknya.

Artinya, wisatawan tidak mampu lagi dilayani oleh daerah tujuan wisata. Ini disadari bahwa kunjungan ulang wisatawan dan pemanfaatan bisnis dan komponen-komponen lain pendukungnya dibutuhkan untuk mempertahankan jumlah wisatawan yang berkunjung.

(27)

6. Tahap penurunan kualitas (decline) dan kelahiran baru (rejuvenation)

Pada tahap ini penurunan kualitas (decline), pengunjung kehilangan daerah tempat wisata yang telah menjadi “resort” baru. “Resort”

menjadi bergantung pada sebuah daerah tangkapan secara geografi lebih kecil untuk perjalanan harian dan kunjungan berakhir pekan.

Pemilik lebih memilih untuk merubah fasilitas pariwisata seperti akomodasi. Dan pada akhirnya, pengambilan kebijakan memutuskan untuk dikembangkan sebagai “kelahiran baru”

C. Tinjauan tentang Pariwisata 1. Pengertian Pariwisata

Menurut UU No. 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok mengunjungi tempat tertentu dengan tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.

Menurut The United Nations World Tourism Organisation (UWTO) mendefinisikan pariwisata sebagai berikut: “Tourims comprises the activities of persons travelling to and staying in place uotside their usual environment for not more than one consecutive year for leisure, bussiness and other purposes not related to the exercise of an activity remunerated from within the place visited”. Apabila diartikan kedalam

(28)

bahasa Indonesia mempunyai pengertian “kepariwisataan adalah kegiatan orang-orang yang bepergian ke dan tinggal di tempat-tempat di luar lingkungan mereka biasanya tidak lebih dari satu tahun berturut-turut untuk rekreasi, bisnis dan tujuan lain yang tidak terkait dengan pelaksanaan kegiatan ekonomi tempat yang dikunjungi”. (Hanief, 2018:3).

Menurut Simanjuntak (2017:3) “all the phenomena of tourism carrier out by tourist, including various facilities and service provided by entreprenuers, the public, and the government and bussiness relate to that field are defined as tourism (Zulkifli,Vol.6: 2019).

Objek pariwisata dapat berupa tempat-tempat bersejarah atau lokasi-lokasi alam yang indah dan aktraktif. Pariwisata merupakan aktivitas yang dianjurkan oleh syara’ karena fitrah manusia dalam kehidupannya tidak meluluhkan melaksanakan ibadah mahdah yang waktu, jumlah pelaksanaanya sudah ditentukan oleh syara’. Hal ini dilakukan supaya mengenal alam sekitar, sehingga jika aktivitas pariwisata tersebut mampu menjadikan pelakunya lebih mengenal penciptanya, lebih menjaga lingkungan sekitarnya.

In sanskrit language, term of “wisata” means “repetition”, whereas in arabic language, the term “tour” similar to as siyahah, which is taken from the expression of saha al-maa ‘siyahah (water flows and melts). The expresssion is used to refer to flowing water on surface of the land. The word “as-siyahah” which means traveling on the surface of the

(29)

earth in the framework of to promote piety or withuot any purpose, is subsequently used for the human context ( Zulkifli, Vol. 16:2019)

Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan yang dilakukan secara suka rela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata. Wisata sering juga disebut perjalanan. Wisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan seseorang atau lebih dengan tujuan mendapatkan kenikmatan dan tujuan untuk mengetahui sesuatu dapat juga yang berhubungan dengan kegiatan olahraga, kesehatan, keagamaan dan keperluan wisata lainnya.

Usaha penyedia sarana dan prasarana ini didukung oleh pemerintah daerah yakni dengan cara perbaikan jalan, transportasi, pengenalan objek wisata lokal kepada daerah lain ataupun negara lain agar potensi wisata dapat lebih dikenal (Arif, Vol.15:2018)

2. Jenis – Jenis Pariwisata

Menurut Arjana (2016: 98) jenis pariwisata menurut objeknya dibagi menjadi 8 yaitu:

1) Pariwisata budaya ( cultural tourism)

2) Pariwisata kesehatan ( recuperational tourism) 3) Pariwisata perdagangan(commercial tourism) 4) Pariwisata olahraga ( sport tourism)

5) Pariwisata politik ( political tourism)

6) Pariwisata spiritual atau keagamaan ( pligrim tourism) 7) Pariwisata alam ( natural tourism)

(30)

8) Pariwisata syariah 3. Komponen Produk Pariwisata

Menurut Cooper dalam Supriadi (2017:38) komponen-komponen utama dalam pariwisata terdiri dari 5 yaitu:

a. Daya Tarik Wisata ( Atractions) mencangkup:

1. Daya tarik yang berbasis utama pada kekayaan alam 2. Daya tarik budaya

3. Daya tarik buatan (artificial) / daya tarik minat khusus (special interest)

b. Aksesibilitas (Accessibility) mencangkup dukungan sistem transportasi yang meliputi: rute atau jalan trasportasi, fasilitas terminal, bandara, pelabuhan, dan mode transportasi lainnya.

c. Amenitas (Amenities) mencangkup fasilitas penunjang yang meliputi: akomodasi, rumah makan (food and baverage), pusat informasi wisata, dan fasilitas kenyamanan lainnya.

d. Layanan Tambahan (Ancillary Service) mencangkup ketersediaan fasilitas pendukung yang digunakan oleh wisatawan, seperti bank, rumah sakit, dan sebagainya.

e. Kelembagaan (Institution) yakni terkait dengan keberadaan peran masing- masing unsur dalam mendukung terlaksananya kegiatan pariwisata termasuk masyarakat setempat sebagai tuan rumah (host).

(31)

4. Karakteristik Produk Pariwisata

Menurut Bafadhal ( 2018: 15 ) produk pariwisata terutama dalam bentuk layanan, memiliki beberapa karakteristik umum antara lain:

1. Tidak berwujud, produk pariwisata umumnya berupa layanan jasa yang bersifat tidak konkrit, tetapi dapat dirasakan dan mampu memenuhi kebutuhan wisatawan. Hal ini dikarenakan produk pariwisata tidak bisa diraba, dilihat, didengar, dirasa sebelum adanya transaksi pembelian.

2. Keterlibatan psikologis, nilai jual utama produk pariwisata yang besar adalah kepuasan psikologis konsumen yang berasal dari pengalaman penggunaanya. Seorang wisatawan memperoleh pengalaman saat interaksi dengan lingkungan baru dan pengalamannya membantu menarik dan memotivasi pelanggan potensial.

3. Produk komposit, produk wisata tidak dapat disediakan oleh satu perusahaan tidak seperti manufaktur. Produk wisata mencangkup pengalaman lengkap kunjungan ke tempat tertentu.misalnya, hotel penyedia kamar dan restoran, pesawat terbang memungkinkan transportasi wisata.

4. Tidak ada produk identik, produk pariwisata sangat beragam,bervariasi,berbeda dan memiliki kekhasan satu sama lainnya sehingga tidak asa produk yag benar-benar sama dan mirip.

(32)

Produk wisata merupakan produk jasa yang berbasis untuk kerja individu manusia.

5. Tidak dapat dipindahkan, produk pariwisata dalam penjualannya tidak dapat dibawa kepada wisatawan sebagai konsumen, melainkan wisatawan harus mengunjungi langsung ke destinasi wisata tersebut tanpa membawa pulang produk wisata. Tidak seperti produk manufaktur pada umumnya, baik sebelum maupun setelah transaksi wisatwan tetap tidak dapat memindahkan produk wisata untuk dibawa pulang ke domisili asal wisatawan.

6. Tidak dapat disimpan, produk pariwisata tidak dapat disimpan karena bersifat intangible dari jasa. Jika produk tetap tidak terpakai kemungkinan akan hilang. Artinya, produk wisata tidak dapat disimpan, dijual kembali kepada orang lain, atau dikembalikan kepada penyedia layanan dimana wisatawan membeli produk wisata.

Misalnya, jika wisatawan tidak mengunjungi tempat tertentu, kesempatan pada saat itu hilang.

7. Tidak dapat dicoba, wisatawan hanya dapat melihat dari brosur, poster, infografis, tv atau tayangan film yang sengaja dibuat untuk mempromosikan suatu produk wisata tertentu. Pada dasarnya, wisatawan tidak mencicipi atau mencoba contoh produk itu sebelumnya. Meskipun dalam perkembangan saat ini wisatawan dapat mencoba dengan bantuan teknologi virtual tourism sebelum mendatangi suatu destinasi wisata. Namun pengalaman virtual

(33)

tourism belum benar-benar memberikan pengalaman indrawi yang memiliki aspek fisik, fisiologis dan psikologis dari suatu destinasi wisata nyata.

8. Proses produksi dan proses konsumsi berlangsung bersamaan, proses produksi dan konsumsi produk pariwisata umumnya terjadi ada tempat dan pada saat yang sama. Tanpa adanya wisatwan maka tidak akan terjadi proses produksi produk wisata. Berarti, wisatawan harus berada di tempat wisata yang dimintanya, sehingga wisatawan dapat melihat an bahkan ikut ambil bagian proses produksi tersebut.

9. Mengandalkan keterampilan manusia. Produk wisata masih banyak bergantung pada keterampilan manusia dan sedikit menggunakan mesin. Meskipun dalam perkembangan teknologi saat ini secara perlahan terjadi pergeserab dimana produk pariwisata beberappa dapat diproduksi menggunakan teknologi self-service system, otomatisasi dan kecerdasan buatan namun diyakini peran manusia tidak sepenuhnya dapat tergantikan.

10. Memiliki resiko besar. Hasil penjualan produk pariwisata membawa keuntungan sekaligus resiko. Resiko yang terlibat dalam penggunaan produk pariwisata meningkat karena harus dibeli bersamaan dengan dikonsumsi. Unsur biaya kesempatan selalu hadir dalam konsumsinya. Seperti pertunjukan mungkin akan menghibur dan tidak seperti yang dijanjikan atau pesawat mengalami penundaan bahkan pembatalan dari jadwal keberangkatan

(34)

11. Tidak adanya transfer kepemilikan. Saat membeli mobil, kepemilikan mobil ditransfer ke konsumen, tetapi tidak begitu dengan lukisan dalam museum, festival, taman rekreasi, kamar hotel dan lain-lain dimana bisa digunakan tetapi tidak dapat dimiliki.

Layanan tersebut bisa dibeli untuk dikonsumsi, wisatwan dapat berinteraksi didalamnya, tetapi kepemilikan tetap dimiliki oleh penyedia layanan.

12. Marketable, produk pariwisata di pasarkan di dua tingkat. Pada tingkat pertama, organisasi nasional atau regional terlibat untuk meyakinkan calon wisatawan untuk mengunjungi negara tersebut atau wilayah tertentu. Organisasi wisata resmi tersebut menciptakan pengetahuan negaranya dipasar penghasil turis dan membujuk pengunjung pasar ini untuk mengunjungi negara tersebut. Pada tingkat kedua, berbagai perusahaan ataupun individu penyedia layanan wisata, memasarkan produk mereka sendiri berbagai produk wisata untuk membujuk calon wisatawan untuk mengunjungi destinasi tersebut.

5. Dampak Positif dan Negatif Pariwisata

Menurut Judiseno (2017: 9) yang menjadi dampak positif dan negatif sebagai berikut:

a. Dampak Positif Pariwisata

1. Terjadinya pertukaran budaya antar wisatawan dan penduduk lokal.

(35)

2. Pariwisata bermanfaat untuk mengentaskan kemiskinan.

3. Pariwisata sebagai sumber terbukanya kesempatan kerja baik terlibat langsung maupun tidak langsung.

4. Pariwisata secara tidak langsung merupakan media yang efektif untuk memperkenalkan dan mempromosikan seni, sejarah, budaya sebagai kearifan lokal.

5. Pembangunan destinasi pariwisata yang dapat dinikmati secara tidak langsung oleh masyarakat sekitar.

b. Dampak Negatif Pariwisata

1. Penggunaan dan pengalihan sumber daya alam yang berlebihan contohnya dari lahan pertanian menjadi hotel dan kawasan wisata 2. Terjadinya penyimpangan sosial, seperti perjudian, alkohol dan

narkoba.

3. Meningkatkan polusi dan kebisingan di destinasi wisata.

4. Meningkatnya kegiatan terorisme.

D. Definisi Wisata Religi 1. Tinjauan Wisata Religi

Wisata religi adalah salah satu jenis produk wisata yang berkaitan erat dengan sisi religius atau keagamaan yang dianut oleh umat manusia.

Wisata religi dimaknai sebagai kegiatan wisata ketempat yang memiliki makna khusus bagi umat beragama, biasanya beberapa tempat ibadah memiliki makna khusus bagi umat beragama. Kelebihan ini misalnya

(36)

dilihat dari sisi sejarah, adanya mitos, dan legenda mengenai tempat tersebut ataupun keunikan dan keunggulan arsitektur bangunannya. Wisata religi ini banyak di hubungkan niat dan tujuan sang wisatawan untuk memperoleh berkah,ibrah,tausiah dan hikmah dalam kehidupannya.

(Moch.Chotib, Vol 14:2015)

Wisata religi adalah salah satu alternatif bidang pariwisata yang kental dengan unsur-unsur nilai rohani dan budaya yang ada pada suatu masyarakat. Wisata religi sendiri diartikan sebagai sektor wisata yang bertujuan untuk memenuhi segala kebutuhan manusia dari sudut pandang spiritualnya dan sebagai sarana memperkuat keimanan dan ketakwaan saat berkunjung ke tempat yang memiliki nilai religius dan bersejarah. Wisata religi memiliki kaitan erat dengan agama sebagai seseorang dalam melakukan perjalanan rekresi atau melancong. Dan setiap orang yang melakukan perjalanan memiliki motif yang berbeda. Apabila niatan dalam hatinya berbesit tujuan-tujuan islami yang diridhoi Allah SWT dan sejalan dengan dengan agama, maka perjalanannya tersebut disebut wisata religi.

Di tambah lagi jika objek-objek yang dituju adalah objek-objek yang bersejarah dan berkaitan erat dengan keislaman.

Wisata religi berkaitan erat dengan agama sebagai motif seseorang dalam melakukan perjalanan rekreasi atau melancong. Setiap orang memiliki motif yang berbeda dalam melakukan perjalanan rekreasi tersebut. Apabila niat dalam hatinya bersifat tujuan Islami yang diridhai Allah sejalan dengan agama maka perjalanan tersebut dapat disebut

(37)

dengan wisata religius. Apalagi objek-objek yang bersejarah dan berkaitan erat dengan keislaman (Zulkifli, Vol. 15:2018)

Wisata religi merupakan jenis wisata yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan rohani manusia untuk memperkuat iman dengan mendatangi tempat-tempat yang dianggap memiliki nilai religius.

Hakikatnya berpariwisata adalah suatu proses kepergian sementara seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya.

Dorongan kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan, baik kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lainnya seperti, karena sekedar ingin tahu, menambah pengalaman ataupun belajar, menganggumi keindahan alam dan mendekatkan diri kepada Allah.

2. Fatwa DSN- MUI tentang Pedoman Penyelenggaraan Pariwisata Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No.108/DSN-MUI/X/2016. Dengan ini maka DSN-MUI menetapkan fatwa bahwa penyelenggaraan wisata berdasarkan syariah adalah:

 Pertama ketentuan umum

Dalam fatwa ini yang dimaksud dengan:

1. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.

(38)

2. Wisata syariah adalah wisata yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah.

3. Pariwisata adalah segala kegiatan wisata yang didukung dengan fasilitas serta layanan yang disediakan oleh pengusaha, masyarakat dan pemerintah.

4. Pariwisata syariah adalah pariwisata yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah.

5. Destinasi wisata syariah adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang didalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas ibadah dan umum, fasilitas pariwisata, aksebilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan yang sesuai dengan prinsip syariah.

6. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.

7. Biro Perjalanan Wisata Syariah (BPWS) adalah kegiatan usaha yang bersifat komersil yang mengatur, dan menyediakan pelayanan bagi seseorang atau sekelompok orang, untuk melakukan perjalanan dengan tujuan utama berwisata yang sesuai dengan prinsip syariah.

8. Pemandu wisata adalah orang yang memandu dalam kegiatan pariwisata syariah.

9. Pengusaha pariwisata adalah orang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan usaha pariwisata.

(39)

10. Usaha hotel syariah adalah penyediaan akomodasi berupa kamar- kamar di dalam suatu bangunan yang dapat dilengkapi dengan jasa pelayanan makan dan minum, kegiatan hiburan atau fasilitas lainnya secara harian dengan tujuan memperoleh keuntungan yang dijalankan sesuai prinsip syariah.

11. Kriteria usaha hotel syariah adalah rumusan kualifikasi dan klasifikasi yang mencangkup aspek produk, pelayanan, dan pengelolaan.

12. Terapis adalah pihak yang melakukan spa, sauna, atau message.

13. Akad ijarah adalah akad pemindahan kegunaan atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu dengan pembayaran atau upah.

14. Akad wakalah bil ujrah adalah akad pemberian kuasa yang disertai dengan ujrah dari hotel syariah kepada BPWS untuk melakukan pemasaran.

15. Akad ju’alah adalah janji atau komitmen (iltizam) perusahaan untuk memberikan imbalan (reward/‘iwadh/ ju‘l) yang ditentukan dari suatu pekerjaan (objek akad ju’alah).

 Kedua: Ketentuan hukum

Penyelenggaraan pariwisata berdasarkan prinsip syariah boleh dilakukan dengan syarat mengikuti ketentuan yang terdapat dalam fatwa ini.

 Ketiga: Prinsip umum penyelenggaraan pariwisata syariah Penyelenggaraan wisata wajib:

(40)

1. Terhindar dari kemusyrikan, kemaksiatan, kemafsadatan, tabdzir/ israf dan kemungkaran.

2. Menciptakan kemaslahatan dan kemanfaatan baik secara material ataupun spiritual.

 Keempat: ketentuan terkait para pihak dan akad 1. Pihak-pihak yang berakad

Pihak-pihak dalam penyelenggaraan pariwisata syariah sebagai berikut:

a) Wisatawan

b) Biro Perjalanan Wisata Syariah (BPWS) c) Pengusaha pariwisata

d) Hotel syariah e) Pemandu wisata f) Terapis

2. Akad antar pihak

a) Akad antar wisatawan dengan BPWS yaitu akad ijarah.

b) Akad antara BPWS dengan pemandu wisata yaitu akad ijarah atau ju’alah.

c) Akad antara wisatawan dengan pengusaha pariwisata yaitu ijarah.

d) Akad antara hotel syariah dengan wisatawan yaitu akad ijarah.

(41)

e) Akad antara hotel syariah dengan BPWS untuk pemasaran yaitu akad wakalah bil ujrah.

f) Akad antara wisatawan dengan terapis yaitu akad ijarah.

g) Akad untuk penyelenggaraan asuransi wisata, penyimpanan dan pengelolaan serta pengembangan dana pariwisata wajib menggunakan akad sesuai fatwa dengan DSN-MUI dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

 Kelima: Ketentuan terkait hotel syariah

1. Hotel syariah tidak boleh menyediakan fasilitas akses pornografi dan tindak asusila.

2. Hotel syariah tidak boleh menyediakan fasilitas hiburan yang mengarah pada kemusyrikan, maksiat, pornografi dan atau tindak asusila.

3. Makanan dan minuman yang tersediakan dihotel syariah wajib telah mendapat sertifikat halal dari MUI.

4. Menyediakan fasilitas, peralatan, dan sarana yang memadai untuk pelaksanaan ibadah, termasuk fasilitas bersuci.

5. Pengelola dan karyawan/karyawati hotel wajib menggunakan pakaian yang sesuai dengan syariah.

6. Hotel syariah wajib memiliki pedoman dan atau panduan mengenai prosedur pelayanan hotel guna menjamin terselenggaranya pelayanan hotel yang sesuai dengan prinsip syariah.

(42)

7. Hotel syariah wajib menggunakan jasa lembaga keuangan syariah dalam melakukan pelayanan.

 Keenam: Ketentuan terkait wisatawan wajib memenuhi ketentuan- ketentuan berikut:

1. Berpegang teguh pada prinsip-prinsip syariah dengan menghindarkan diri dari syirik, maksiat, munkar, dan kerusakan (fasad).

2. Menjaga kewajiban ibadah selama berwisata.

3. Menjaga akhlak mulia.

4. Menghindari destinasi yang bertentangan dengan prinsip syariah.

 Ketujuh: Ketentuan destinasi wisata

1. Destinasi wisata wajib diarahkan pada ikhtiar untuk:

a. Mewujudkan kemaslahatan umum.

b. Pencerahan, penyegaran dan penenangan.

c. Memelihara amanah, keamanan, dan kenyamanan.

d. Mewujudkan kebaikan yang bersifat universal dan inklusif.

e. Memelihara kebersihan, kelestarian alam, sanitasi, dan lingkungan.

f. Menghormati nilai sosial budaya dan kearifan lokal yang tidak melanggar prinsip syariah.

2. Destinasi wisata wajib memiliki:

(43)

a. Fasilitas ibadah layak pakai, mudah dijangkau, dan memenuhi persyaratan syariah.

b. Makanan dan minuman halal yang terjamin kehalalannya dengan sertifikat MUI.

3. Destinasi wisata wajib terhindar dari:

a. Kemusyrikan dan khufarat.

b. Maksiat, zina, pornografi, pornoaksi, minuman keras, narkoba dan judi.

c. Pertunjukan seni dan budaya serta atraksi yang bertentangan dengan prinsip syariah.

 Kedelapan: Ketentuan terkait biro perjalanan wisata syariah

Biro perjalanan wisata syariah wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut:

1) Menyelenggarakan paket wisata yang sesuai dengan prinsip syariah.

2) Memiliki daftar akomodasi dan destinasi wisata sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.

3) Memiliki daftar penyedia makanan dan minuman halal yang memiliki sertifikat halal MUI.

4) Menggunakan jasa Lembaga Keuangan Syariah dalam melakukan pelayanan jasa wisata, baik bank, asuransi, lembaga pembiayaan, lembaga penjaminan maupun dana pensiun.

(44)

5) Mengelola dan dana investasinya wajib sesuai dengan prinsip syariah.

6) Wajib memiliki panduan wisata yang dapat mencegah terjadinya tindakan syirik, khufarat, maksiat, zina, pornografi, pornoaksi, minuman keras, narkoba dan judi.

 Kesembilan: Ketentuan terkait pemandu wisata syariah Pemandu wisata syariah wajib memenui ketentuan berikut:

1. Memahami dan mampu melaksanakan nilai syariat dalam menjalankan tugas, terutama yang berkaitan dengan fikih pariwisata.

2. Berakhlak mulia, komunikatif, ramah, jujur, dan bertanggung jawab.

3. Memiliki kompetensi kerja sesuai standar profesi yang berlaku dibuktikan dengan sertifikat.

4. Berpenampilan sopan dan menarik sesuai dengan prinsip syariah.

 Kesepuluh: Ketentuan penutup

1. Pelaksanaan fatwa ini diatur lebih lanjut dalam pedoman implementasi fatwa.

2. Apabila terjadi perselisihan diantara para pihak dalam penyelenggaraan pariwisata berdasarkan prinsip syariah, maka penyelesaiannya dilakukan melalui lembaga penyelesaian sengketa berdasarkan syariah sesuai peraturan perundang-

(45)

undangan yang berlaku setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.

3. Fatwa ini berlaku sejak ditetapkan, dan akan diubah serta disempurnakan sebagaimana mestinya jika dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan.

3. Bentuk - Bentuk Wisata Religi

Wisata religi biasanya di maknai dengan kegiatan wisata ke tempat khusus, wisata ketempat khusus tersebut seperti:

1. Masjid sebagai tempat pusat keagamaan dimana masjid digunakan untuk beribadah, Sholat, I’tikaf, Adzan, dan Iqomah. Adapun wisata kemasjid-masjid secara tegas Al-Qur’an menyatakan bahwa memakmurkan masjid merupakan salah satu ciri-ciri orang yang beriman. Kata “memakmurkan” yang digunakan terbatas pengertiannya pada pembangunan, memelihara dan sholat, tetapi Nabi Muhammmad SAW sendiri, bersama sekian banyak sahabat setiap hari sabtu berkunjung ke Masjid Quba di Madinah.

2. Makam dalam tradisi jawa, tempat mengandung kesakralan. Dalam pandangan tradisonal, makam merupakan tempat peristirahatan.

3. Candi sebagai unsur pada zaman yang kemudian kedudukannya diganti oleh makam.

4. Manfaat Wisata Religi

Ada beberapa manfaat yang bisa diperoleh dengan melakukan kegiatan wisata religi antara lain sebagai berikut:

(46)

1. Memperoleh ibrah atau pelajaran dari penciptaan Allah SWT untuk membuka hati sehingga menumbuhkan kesadaran bahwa hidup didunia ini tidak kekal.

2. Menambah wawasan dan mempertebal keimanan, keyakinan kepada Allah SWT.

3. Merasakan kesegaran jasmani dan rohani dan siap menekuni aktivitas sehari-hari. Manfaat yang diperoleh dari wisata religi adalah menyegarkan fikiran.

4. Memperoleh pengalaman dan pengetahuan tentang suasana yang terdapat didaerah tujuan wisata yang dituju.

E. Religiusitas Islam

1. Pengertian Religiusitas Islam

Kata religius berasal dari kata religiosus yang merupakan kata sifat dari kata benda religio. Asal usul kata religiosus dan religio sulit untuk diartikan, jika dihubungka dengan kata kerja re-eligere yang berarti memilih kembali atau re-ligare yang berarti mengikat kembali atau, kata relegare yang berarti menerus berpaling kepada sesuatu.Hardjana (2005:29)

Religiusitas adalah suatu bentuk hubungan manusia dengan penciptanya melalui ajaran agama yang sudah terinternalisasi dalam diri seseorang dan tercermin dalam sikap perilakunya sehari-hari.

(47)

Religiusitas adalah suatu kesatuan unsur yang komprehensif, yang menjadikan seseorang disebut sebagai orang beragama dan bukan sekedar mengaku mempunyai agama. Religiusitas meliputi pengetahuan agama, pengalaman agama, perilaku (moralitas) agama, dan sikap sosial keagamaan. Dalam Islam, religiusitas tercermin dalam pengalaman Aqidah, Syariah dan Akhlak atau dengan ungkapan lain Iman, Islam dan Ihsan. Sebagaiman diketahui bahwa Islam adalah agama yang komprehensif yang merangkum seluruh kehidupan manusia termasuk kegiatan ekonomi. Pelaksanaan Islam secara menyeluruh akan membawa rahmat kepada sekalian alam termasuk manusia yang menjalankan kegiatan. Suatu kegiatan yang berlandaskan kepada nilai-nilai Islam yang terdapat didalamnya empat nilai utama yaitu ketuhanan (rabbaniyah), akhlak (akhlaqiyyah), kemanusiaan (insaniyyah), dan keseimbangan (wasatiniyyah) Bakhri (Vol.8:2011).

Dimensi religiusitas menurut Glock (Rahmat,2003) bahwa ada lima aspek yang perlu di penuhi yaitu sebagai berikut:

1. Dimensi ideologi atau keyakinan, yaitu dimensi dari keberagaman yang berkaitan dengan apa yang harus dipercayai, misalnya kepercayaan adanya Tuhan, malaikat, surga dan sebagainya.

Kepercayaan atau doktrin agama adalah dimensi yang mendasar.

2. Dimensi peribadatan, yaitu dimensi keberagaman yang berkaitan dengan sejumlah perilaku,dimana perilaku tersebut sudah ditetapkan oleh agama, seperti tata cara ibadah, pembaptisan, pengakuan dosa,

(48)

berpuasa, sholat atau menjalankan ritual-ritual khusus pada hari-hari suci.

3. Dimensi penghayatan, yaitu dimensi yang berkaitan dengan perasaan keagamaan yang dialami oleh penganut agama atau seberapa jauh seseorang dapat menghayati pengalaman dalam ritual agama yang dilakukan, misalnya kekhusyukan ketika melakukan sholat.

4. Dimensi pengetahuan, yaitu berkaitan dengan pemahaman dan pengetahuan seseorang terhadap ajaran-ajaran agama yang dianutnya.

5. Dimensi pengalaman, yaitu berkaitan dengan akibat dari ajaran- ajaran agama yang dianutnya yang diaplikasikan melalui sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari. (Mayasari, Vol. 7: 2014)

F. Hukum Wisata Dalam Islam

Hukum asal perjalanan wisata adalah mubah / diperbolehkan. Namun hukum asal ini dapat berubah karena adanya faktor lain yang menghalanginya. Diperbolehkan jika wisata ini semata-mata hanya untuk mencari hiburan dan kesengan jiwa, selama tujuan wisata tidak terjadi kemaksiatan dan tindakan tidak bermoral lainnya. (Bawazir,2013: 15)

Wisata yang berbasis dan bermotif agama sudah banyak diharapkan dan disetujui oleh banyak kalangan masyarakat, namun ada sebagian masyarakat muslim masih meragukan dan mempermasalahkannya. Sehingga dengan adanya keadaan ini maka muncullah dua pemikiran umat muslim.

(49)

Yang pertama, yaitu sebagian umat muslim yang menerima pengembangan objek wisata yang bernilaikan agama. Kedua, yaitu sebagian umat muslim yang masih mengkhawatirkan dampak-dampak buruk dari budaya berlibur ini sehingga tujuan untuk menerapkan ajaran-ajaran Islam terkendala oleh hal- hal instrinsik yang melekat pada kegiatan pariwisata itu sendiri.

Ada dalil yang berkaitan dengan pariwisata, Allah berfirman:

َﻦْﯿِﺑﱢﺬَﮑُﻤْﻟا ٌﺔَﺒِﻘَﻋ َن ﺎَﮐ َﻒْﯿَﮐ اوْﺮُﻈْﻧُا ﱠﻢُﺛ ِضْر َ ْﻷا ﯽِﻓ اْوُﺮْﯿِﺳ ْﻞُﻗ )

: م ﺎﻌﻧ ﻻا ١١

(

Artinya:“Katakanlah:‘ Berjalanlah di muka bumi, kemudian perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan itu,” (QS Al-An’am:11)

Melakukan kegiatan berwisata memang sangat penting dengan tujuan untuk mencari hikmah dan pelajaran. Allah SWT sampai mengulangi ayat yang sama di dalam surah yang berbeda.

Allah SWT berfirman :

َﱠﷲ ﱠنِا َةَﺮِﺧ َ ْﻷا َةَﺄْﺸﱠﻨﻟا ﺊُﺸِﻨُﯾ ُ ﱠﷲ ﱠﻢُﺛ َﻖْﻠَﺨﻟْا َأَﺪَﺑ َﻒْﯿَﮐ اوْﺮُﻈْﻧ ﺎَﻓ ِضْرَﻷْا ﯽِﻓ اوُﺮْﯿِﺳ ْﻞُﻗ ﱢﻞُﮐ ﯽَﻠَﻋ

ٌﺮْﯾِﺪَﻗ ٍﺊَﺷ : تﻮﺒﮑﻨﻌﻟا)

٢٠ (

Artinya: “Katakanlah: “Berjalanlah di (muka) bumi, maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali lagi. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa Atas Segala Sesuatu.”( QS Al- Ankabut:20)

Pada ayat pertama Allah menganjurkan manusia untuk melakukan perjalanan guna menemukan jawaban dan bukti yang nyata bahwa orang- orang yang mendustakan tuhan akan ditimpa azab yang sangat pedih. Dan ayat kedua Allah menganjurkan agar manusia dapat mengambil hikmah bahwa orang-orang yang berdosa maka akan menemui kemalangan di dalam hidupnya. Sebenarnya berwisata atau melakukan perjalan itu memiliki tujuan

(50)

spiritual yakni meningkatkan keimanan dan ketakwaan dan mengakui kebesaran Allah SWT. Tidak hanya untuk mengagumi keindahan alam, supaya jiwa menjadi tenang. Wisata dalam Islam adalah sebuah kegiatan safar atau traveling untuk merenungi keindahan ciptaan Allah SWT menikmati keindahan alam untuk menguatkan keimanan dan memotivasi diri untuk terus menunaikan kewajiban hidup. Refresing juga sangat di perlukan oleh jiwa agar selalu tumbuh semangat baru. ( Sucipto 2014: 50 )

G. Penelitian Relevan

Adapun beberapa tinjauan peneliti yang relevan yang membahas tentang wisata religi dalam pengembangan wisata religi di Kabupaten Rokan Hulu antar lain:

Fitri Wulandari (2019) meneliti tentang “Potensi Wisata Religi Masjid Jamik Sultan Lingga Kabupaten Lingga Provinsi Kepulauan Riau”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Potensi Wisata Religi Masjid Jamik Sultan Lingga Kabupaten Lingga Provinsi Kepulauan Riau. Hasil penelitian ini adalah dilihat dari enam dimensi yaitu dimensi daya tarik wisata, dimensi aksebilitas, dimensi amenitas, dimensi layanan tambahan, dimensi kelembagaan dan dimensi religiusitas Islam menunjukkan bahwa ada beberapa indikator menunjukkan sangat baik dan layak untuk di kembangkan seperti dan beberapa indikator kurang baik untuk dikembangkan. Adapun persamaan dari penelitian terdahulu adalah sama-sama meneliti tentang wisata religi masjid. Sedangkan perbedaannya terletak pada objek yang

(51)

diteliti, objek penelitian ini adalah Masjid Jamik Sultan Lingga Kabupaten Lingga Provinsi Riau sedang objek penelitian penulis adalah Masjid Agung Islamic Centre Kabupaten Rokan Hulu.

Laila Qodriana (2007) meneliti tentang “Masjid Agung Demak Sebagai Tempat Wisata Keagamaan Di Kabupaten Demak”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran Masjid Agung Demak dapat dilihat dari dua hal, yaitu dari sudut fisik dan sosial kemasyarakatan. Hasil dari penelitian ini adalah Dari sudut fisik Masjid Agung Demak memiliki peran untuk dapat menarik wisatawan berkunjung ke Masjid Agung Demak dengan berbagai tujuan. Dari sudut sosial kemasyarakatan, Masjid Agung Demak memberikan nilai kepuasan, ketenangan, dan kedamaian bagi wisatawan yang mengunjungi. Sedangkan bagi masyarakat sekitar masjid, peranan masjid sangat penting dalam memberikan lapangan pekerjaan, fasilitas sarana prasarana seperti jalan, penginapan, parkir, dan warung makan yang lebih lengkap. Adapun perbedaannya terletak pada objek penelitian yaitu Masjid Agung Demak, lokasi penelitiannya adalah di Kabupaten Rokan Hulu, teknik pengambilan sampel menggunakan teknik wawancara.

(52)

H. Konsep Operasional

Berdasarkan teori di atas maka dapat dilihat konsep operasional sebagai berikut:

Tabel 1: Konsep Operasional

No Konsep Dimensi Indikator

1

Strategi Pengembangan

Wisata Religi Masjid Agung Islamic Centre Kabupaten Rokan Hulu

Daya Tarik Wisata (Atraction)

a. Kekayaan Alam b. Budaya

c. Buatan Aksesibilitas

(Accessibility)

a. Terminal b. Bandara

Amenitas (Amenities) a. Pusat Informasi Wisata b. Perpustakaan

c. Market Layanan tambahan

(Ancillary Service)

a. Akomodasi Atau Penginapan b. Bank

c. Rumah Sakit d. Pos Keamanan e. Rumah Makan Kelembagaan

(Institution)

a. Pemerintah b. Pemandu Wisata Religiusitas Islam a. Penghayatan Aqidah

b. Penghayatan Akhlak c. Pengahayatan Syariah Data Olahan : 2020

(53)

I. Kerangka Konseptual

Berdasarkan uraian diatas maka dapat digambarkan kerangka konseptual penelitian sebagai berikut:

Gambar 2: Kerangka Teori

Data olahan : 2020

Dari gambar di atas, diketahui bahwa strategi pengembangan wisata religi Masjid Agung Islamic Centre Kabupaten Rokan Hulu yaitu dengan langkah-langkah menguraikan dari aspek Daya Tarik Wisata (Attraction), Aksesibilitas (Accessibility), Amenitas (Amenities), Layanan Tambahan (Ancillary Service), Kelembagaan (Institution), dan Religiusitas Islam. Sehingga dari aspek tersebut dapat dijadikan tolak ukur apakah strategi pengembangan wisata religi Masjid Agung Islamic Centre Kabupaten Rokan Hulu tersebut dapat terlaksana dengan baik dan mencapai tujuan.

Strategi Pengembangan Wisata Religi Masjid Agung Islamic Centre Kabupaten Rokan Hulu

Meliputi

Daya tarik wisata (atraction) Aksesibilitas

(accebility) Amenitas (amenities) Layanan tambahan

(ancillary service) Kelembagaan

(institution) Religiusitas Islam

(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian lapangan (field research) yaitu memaparkan dan menggambarkan keadaan serta fenomena yang jelas mengenai situasi yang terjadi. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang disusun dalam rangka memberikan gambaran secara sistematis tentang informasi ilmiah yang berasal dari subyek atau objek penelitian . Penelitian deskriptif berfokus pada penjelasan sistematis tentang fakta yang diperoleh saat penelitian dilakukan. (Sanusi, 2011 : 13)

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Masjid Agung Islamic Centre Rokan Hulu. Waktu penelitian mulai bulan April sampai bulan Juli tahun 2020, yaitu selama empat bulan dengan perencanaan sebagai berikut:

Tabel 2: Waktu Penelitian

No Jenis

Kegiatan

Bulan

April Mei Juni Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Persiapan Penelitian 2. Pengumpulan

Data Penelitian 3. Pengolahan

dan Anlisis

(55)

Data Penelitian 4. Penulisan

Laporan Penelitian

Sumber : Data Olahan 2020

C. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah objek wisata religi Masjid Agung Islamic Centre Rokan Hulu. Sedangkan yang menjadi objeknya adalah Strategi Pengembangan Wisata Religi Masjid Agung Islamic Centre Kabupaten Rokan Hulu.

D. Populasi dan Sampel a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

(Sugiyono,2014:80)

Adapun sebagai populasi dalam penelitian ini berjumlah 29 orang.

Yang terdiri dari 25 orang pengelola masjid Agung Islamic Centre, dan 4 orang Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Rokan Hulu.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimilki oleh populasi tersebut. (Sugiyono,2014:81)

(56)

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Total Sampling. Total sampling yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi di jadikan sample. Hal ini dilakukan karena jumlah populasi relatif sedikit. Dengan istilah lain sampel total adalah sensus , dimana semua anggota populasi di jadikan sampel. (Sugiyono,2015:175)

E. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Sumber yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Sumber Data

a. Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya. Adapun data primer dalam penelitian ini bersumber dari hasil wawancara pada pengelola masjid Agung Islamic Centre, dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan.

b. Data sekunder adalah sumber data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada. Seperti buku, jurnal, laporan, dokumentasi, dan lain-lain. Adapun data sekunder dalam penelitian ini

2. Teknik Pengumpulan Data

Untuk melengkapi data yang diperlukan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

(57)

a. Wawancara

Wawancara merupakan sebuah teknik pengambilan data dengan cara memberikan pertanyaan secara lisan kepada narasumber (Sanusi,20:105).

b. Dokumentasi

Dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan- peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, data yang relevan dengan penelitian.( Riduwan,2015: 58)

c. Observasi

Selain melakukan wawancara secara langsung kepada informan, untuk memperoleh data tambahan serta mencocokkan data yang ada, maka peneliti melakukan observasi.

F. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data ada beberapa tahap sebagai berikut:

1. Editing Data

Teknik editing data merupakan pengecekan atau pengoreksian data yang dikumpulkan karena kemungkinan data yang masuk atau data yang terkumpul tidak logis dan meragukan. Tujuan editing adalah untuk menghilangkan kesalahan-kesalahan yang terdapat pada pencatatan dipandangan dan bersifat koreksi. Pada kesempatan ini, kekurangan data

(58)

atau kesalahan data dapat dilengkapi atau diperbaiki dengan pengumpulan data ulang ataupun interpolasi atau penyisipan ( Zulkifli, Vol. 1: 2018) 2. Interpretasi

Teknik pengolahan data ini memberikan penafsiran atau penjabaran atas hasil penelitian untuk dicari makna dari insformasi wawancara pada informan dengan menghubungkan jawaban yang diperoleh dengan data lain. Adapun proses interpretasi atas hasil dari penelitian ini adalalah dengan mencoba menafsirkan, mengartikan, mencari inti pokok, atau maksud dari informan yang ada baik dari hasil wawancara maupun dokumen yang diperoleh.

G. Teknik Analisis Data

Menurut Mudjiarahardjo dalam Sujarweni (2014: 34) analisis data adalah sebuah kegiatan untuk mengatur, menurutkan mengelompokkan, memberi kode atau tanda, mengkategorikannya sehingga memperoleh suatu temuan berdasarkan fokus atau masalah yang ingin dijawab. Analisis data berlangsung secara bersama-sama dengan proses pengumpulan data dengan alur tahapan sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Data yang diperoleh ditulis dalam bentuk laporan atau data yang terperinci. Laporan yang disusun berdasarkan data yang diperoleh direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok,difokuskan pada hal-hal yang penting.

(59)

2. Penyajian Data

Data yang diperoleh dikategorikan menurut pokok permasalahan dan dibuat dalam bentuk matriks sehingga memudahkan peneliti untuk melihat pola-pola hubungan satu data dengan data yang lainnya.

3. Penyimpulan dan Verifikasi

Kegiatan penyimpulan adalah langkah lebih lanjut dari kegiatan reduksi dan penyajian data. Data yang sudah direduksi dan disajikan secara sistematis akan disimpulkan sementara. Kesimpulan yang diperoleh pda tahap awal biasanya kurang jelas, tetapi pada tahap-tahap selanjutnya akan semakin tegas dan memiliki dasar yang kuat

4. Kesimpulan Akhir

Kesimpulan akhir diperoleh berdasarkan kesimpulan sementara yang telah diverifikasi. Kesimpulan akhir ini diharapkan dapat diperoleh setelah pengumpulan data selesai.

(60)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Umum Tempat Penelitian

1. Gambaran Umum Kabupaten Rokan Hulu

Kabupaten Rokan Hulu merupakan sebuah kabupaten hasil pemekaran Kabupaten Kampar yang berdiri pada tanggal 12 Oktober 1999 berdasarkan UU Nomor 53 Tahun 1999 dan UU Nomor 11 Tahun 2003 tentang perubahan UU NO.010/PUU-1/2004, Tanggal 26 Agustus 2004. Kabupaten Rokan Hulu terdiri dari 16 kecamatan, 7 daerah kelurahan dan 149 desa.

Secara geografis Kabupaten Rokan Hulu memiliki batas sebagai berikut:

Utara : Padang Lawas dan Labuhan Batu, Provinsi Sumatera Utara Selatan : Kabupaten Kampar

Barat : Kabupaten Pasaman dan Pasaman Barat, Provinsi Sumatera Barat Timur : Kabupaten Bengkalis dan Kabupaten Rokan Hilir

Kabupten Rokan Hulu memiliki wilayah yang terdiri dari 87% daratan dan 15% daerah perairan dan rawa. Kabupaten Rokan Hulu dikenal dengan sebutan “Negeri Seribu Suluk”. Kabupaten Rokan Hulu terdiri dari 16 kecamatan yaitu Bangun Purba, Kabun, Kepenuhan, Kunto Darussalam, Rambah, Rambah Hilir, Rambah Samo, Rokan IV Koto, Tambusai, Tambusai Utara, Tandun, Ujung Batu, Pagaran Tapah Darussalam, Bonai Darussalam, Kepenuhan Hulu, Dan Pendalian IV Koto.

(61)

2. Lambang Kabupaten Rokan Hulu

Gambar 3 : Lambang Kabupaten Rokan Hulu

Sumber: dprd-rohul.go.id Arti Lambang kabupaten Rokan Hulu:

1. Payung berlajur lima, bermakna Kabupaten Rokan Hulu terdiri dari lima luhak yang memiliki adat istiadat yang semestinya dilindungi oleh Pemerintah Kabupaten Rokan Hulu

2. Keris memiliki makna semangat juang untuk mencapai cita-cita pembangunan demi tujuan prospek kedepan.

3. Bintang memiliki makna masyarakat Rokan Hulu berpegang teguh pada ajaran agama

4. Dua belas butir padi, bunga dan sembilan gundukan bukit dengan sembilan bayangan memiliki makna Kabupaten Rokan Hulu yang makmur, sejahtera dan bersahabat yang berdiri tanggal 12 oktober 1999.

Gambar

Gambar 1: Masjid Agung Islamic Centre Kabupaten Rokan Hulu Masjid  Agung Islamic  Centre didesain  seperti  Masjid  Nabawi Madinah
Tabel 1: Konsep Operasional
Gambar 2: Kerangka Teori
Tabel 2: Waktu Penelitian
+5

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian Rita Widiasih dkk dalam jurnal pendidikan vol.11 yang berjudul Pengaruh Penggunaan Media bervariasi dan Motivasi Belajar terhadap hasil

Menurut Kartono (1992:32) dalam Nuraini (2013:107) Kinerja merupakan kemampuan dalam menjalankan tugas dan pencapaian standar keberhasilan yang ditentukan oleh

Dari hasil perhitungan di atas diketahui bahwa Persepsi Masyarakat Kota Pekanbaru Tentang Zakat Profesi adalah setuju karena akumulasi jumlah responden berada pada

1) Dari kecil kita biasakan dia untuk solat kemasjid, karena dimasjid kawannya pasti baik. 2) Ya saya kira anak yang sidah baligh tentunya pasti sudah paham antara

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya keaktifan belajar siswa SMP Negeri 6 Siak Hulu. Hal ini dapat diketahui dari gejala-gejala berikut ini: 1) Guru

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Fitria Payabadar (2019) meneliti tentang persepsi masyarakat terhadap perkembangan produk perbankan syaraiah dan IKBN

Upaya ini dilakukan dengan cara guru memberikan tugas hafalan untuk dihafalkan, sedangkan hukuman diberikan ketika tugas tidak dilaksanakan oleh siswa.C.Membimbing para siswa

Berdasarkan hasil koefisien korelasi antara variabel bebas (produk, harga, tempat, promosi, manusia, proses, bukti fisik, janji dan sabar) dengan variabel terikat