• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata kunci : Al Quran, Kajian, Sumber Hukum Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Kata kunci : Al Quran, Kajian, Sumber Hukum Islam"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

215

KAJIAN ALQURAN SEBAGAI SUMBER HUKUM Oleh : Drs. M. Thahir, M.Ag.

Dosen Fakultas Syariah Institut Agama Islam Daar Al Uluum Asahan Kisaran

Abstaraksi

Tulisan ini berbicara tentang pengertian Alquran, apakah itu dipandang dari sudut bahasa maupun istilah. Banyak para ulama berbeda pandangan dalam mendefenisikannya. Qara’a mempunyai arti mengumpulkan dan menghimpun, dan Qira’ah berarti menghimpun huruf-huruf dan kata-kata satu dengan yang lain dalam suatu ucapan yan tersusun rapi. Alquran dengan wahyu memiliki kaitan yang erat, karena Alquran merupakan wahyu Allah yang telah disampaikan kepada nabi Muhammad SAW, sebagaimana Allah telah menyampaikan wahyu kepada rasul sebelumnya. Pada masa turunya Alqur’an ditengah – tengah bangsa Arab dengan segala aktifitas kebudayaan mereka, setiap ayat diturunkan Allah tidak dipahami sebagai kalimat – kalimat yang berdiri sendiri, melainkan berkaitan langsung dengan kenyataan – kenyataan yang mereka hadapi sehari – hari, sehingga untuk memahami isi kandungan dari ayat tersebut hampir–hampir tidak ditemukan masalah – masalah yang serius.

Selain itu para sahabat nabi, adalah orang – orang yang pintar, sehingga mereka mampu memahami dan mencerna kesusasteraan yang bermutu tinggi dari Alquran. Adapun Alquran menempati kedudukannya yang maha penting dalam barisan agama – agama yang besar di dunia. Meskipun umurnya yang relative muda, ia mempunyai bagian dalam ilmu Kitab yang pernah mencapai keberhasilan, yang belum pernah dicapai sebelumnya. Alquranlah yang telah mengubah cara berfikir dalam lingkaran manusia dan membawa anjuran tentang peradaban tinggi dan menggerakkan bangsa Arab yang sedang dalam alam gulita menjadi suatu bangsa yang gagah berani. Alquranlah yang telah membawa bangsa itu (Arab) masuk ke medan pemuka agama yang berdasar politik, sehingga dapat membangun sebuah organisasi Islam yang mengagumkan.

Tegasnya alquran dalam pembahasan ini adalah sumber hukum yang menjadi sebuah pedoman dalam hukum islam karena hokum islam ini yang menjadi rujukan sumber hukumnya dalah Alquran, Hadis dan Ijtima para ulama.

Kata kunci : Al Quran, Kajian, Sumber Hukum Islam

(2)

216 A. PENDAHULUAN

Alquran merupakan kitab suci umat islam yang diturunkan Allah SWT kepada rasulnya yang terakhir yaitu nabi Muhammad SAW, sekaligus sebagai mukjizat yang terbesar diantara mukjizat-mukjizat yang lain. Turunnya Alquran dalam kurun waktu 23 tahun, dibagi menjadi dua fase. Pertama diturunkan di Mekkah yang biasa disebut dengan ayat-ayat Makiyah. Dan yang kedua diturunkan di Madinah disebut dengan ayat-ayat Madaniyah.

Alquran sebagai kitab terakhir dimaksudkan untuk menjadi petunjuk bagi seluruh umat manusia (hudan linnas) sampai akhir zaman, bukan cuma diperuntukkan bagi anggota masyarakat Arab tempat dimana kitab ini diturunkan akan tetapi untuk seluruh umat manusia. Di dalamnya terkandung nilai-nilai yang luhur yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia dalam berhubungan dengan Tuhan maupun hubungan manusia dengan sesama manusia lainnya dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Fazlur Rahman mengemukakan tentang tema-tema pokok yang terkandung dalam Alquran yang meliputi : tentang Ketuhanan, kemanusiaan (individu/masyarakat), alam semesta, kenabian, eskatologi, setan/kejahatan dan masyarakat muslim.1

Menurut Ahmad Van Denffer pendekatan terhadap Alquran itu dapat dilakukan dengan tiga tahapan, yaitu :

1. Menerima Alquran lewat membaca dan mendengarnya.

2. Memahami pesan-pesan yang dikandung Alquran dengan cara menghayati, dan kemudian mengkaji makna yang dikandungnya.

3. Menerapkan pesan-pesan yang dibawa Alquran lewat pelaksanaan, baik dalam kehidupan pribadi ataupun kehidupan masyarakat yang kita jalani2 Dan cabang yang dikenal dengan nama “ulumul quran” tersebut dapat kita pergunakan untuk mencapai pada tahapan yang kedua, yaitu memahami pesan- pesan dari Alquran lewat pemahaman terhadap nash dan suasana ketika ayat-ayat

1M. Yusran Asmuni, Dirasah Islamiyah I. Pengantar Studi Alquran Hadist Figh dan Pranata Sosial, ( Jakarta, PT. Raja Grafindo, 1997), h. 43

2Ahmad Van Denffer, Ilmu Arquran Pengalaman Dasar Terj. A. Nashir

(3)

217

tersebut diwahyukan. Oleh karena itu Alquran senantiasa harus dipelajari, difahami dan dimanifestasikan dalam amalan praktis dalam kehidupan sehari-hari.

Kiranya dengan tanpa mempelajari dan memahaminya, seseorang mustahil dapat mengamalkan dalam kehidupan nyata.

B. PENGERTIAN AL QURAN WAHYU DAN ILHAM 1. Pengertian Alquran

Berbicara tentang pengertian Alquran, apakah itu dipandang dari sudut bahasa maupun istilah. Banyak para ulama berbeda pandangan dalam mendefenisikannya. Qara’a mempunyai arti mengumpulkan dan menghimpun, dan Qira’ah berarti menghimpun huruf-huruf dan kata-kata satu dengan yang lain dalam suatu ucapan yan tersusun rapi. Quran pada mulanya seperti Qira’ah, yaitu masdar (infinitive) dari kata qara’a, qira’atan, qur’anan,3 Adapun pengertian Alquran menurut istilah yang telah disepakati oleh para ulama adalah “Kalam Allah yang bernilai mukjizat yang diturunkan kepada “pungkasan” para nabi dan rasul (Nabi Muhammad SAW) dengan perantaran malaikat Jibril AS, yang tertulis pada mashahif, diriwayatkan kepada kita secara mutawatir, yang membacanya dinilai sebagai ibadah yang diawali dengan surah al-Fatihah dan ditutup dengan surat an-Naas4

2. Pengertian Wahyu

Alquran dengan wahyu memiliki kaitan yang erat, karena Alquran merupakan wahyu Allah yang telah disampaikan kepada nabi Muhammad SAW, sebagaimana Allah telah menyampaikan wahyu kepada rasul sebelumnya.

Arti kata wahyu sebagaimana dikatakan wahaitu ilaih dan auhaitu, bila kita berbicara kepadanya agar tidak diketahui orang lain. Wahyu adalah isyarat yang cepat. Itu terjadi melalui pembicaraan yang berupa rumus dan lambang, dan terkadang melalui suara semata, dan terkadang pula melalui isyarat dengan

3Manna Khalil Al-Qattan, Terj. Mudzakir AS, Studi Ilmu –Ilmu Al-Qurn,(

Jakarta, PT. Pustaka Litera Antar Nusa, 2001), h.16

4 Muhammad Ali Ash-Shabuni,At –Tibyan Fi Ulumul Quran Ter.

Muhammad Qadirun Nur : Ikhtisar Ulumul Quran Praktis, ( Jakarta, Pustaka Amani, 2001 ), h. 3

(4)

218

sebagian anggota badan. melalui pembicaraan yang berupa rumus dan lambang, dan terkadang melalui suara semata, dan terkadang pula melalui isyarat dengan sebagian anggota badan 5 . Sementara itu menurut pendapat lain yang mendefenisikan wahyu dari segi bahasa (etimologi) maupun secara istilah (terminology) adalah sebagai berikut : Bahwa wahyu secara sistematis diartikan sebagai isyarat yang cepat (termasuk bisikan di dalam hati dan ilham), surat, tulisan, dan segala sesuatu yang disampaikan kepada orang lain untuk di ketahui.

Sedangkan menurut istilah adalah pengetahuan seseorang di dalam dirinya serta diyakininya bahwa pengetaahuan itu datang dari Allah, baik dengan perantaraan atau tanpa suara maupun tanpa perantaraan.6

Muhammad Rasyid Ridha dalam Al-Wahyul Muhammadi memberikan pengertian bahwa ilham adalah suatu perasaan emosional yang diyakini oleh jiwa yang karenanya jiwa itu terdorong untuk melakukan yang dikehendadkinya oleh dorongan ilham itu, tanpa disertai kesadaran jiwa sendiri dari mana datangnya

C. KAJIAN ALQUR’AN DIKALANGAN MUSLIM GENERASI AWAL

Pada masa turunya Alqur’an ditengah – tengah bangsa Arab dengan segala aktifitas kebudayaan mereka, setiap ayat diturunkan Allah tidak dipahami sebagai kalimat – kalimat yang berdiri sendiri, melainkan berkaitan langsung dengan kenyataan – kenyataan yang mereka hadapi sehari – hari, sehingga untuk memahami isi kandungan dari ayat tersebut hampir–hampir tidak ditemukan masalah – masalah yang serius.

Selain itu para sahabat nabi, adalah orang – orang yang pintar, sehingga mereka mampu memahami dan mencerna kesusasteraan yang bermutu tinggi dari Alquran.Dan jika mereka mendapatkan suatu ayat yang sukar untuk dimengerti, maka mereka menanyakan langsung kepada nabi. Jadi praktis pada masa rasulullah dan masa berikutnya ( pada masa generasi sahabat nabi ) tidak ada

5Manna Khalil Al-Qattan, Terj. Mudzakir AS, Studi Ilmu –Ilmu Alquran, h. 36

6Qurais Shihab dkk, Sejarah dan Ulumul Quran,( Jakarta, Pustaka Firdaus, 2000), h. 48

(5)

219

kebutuhan sama sekali untuk menulis atau mengarang buku – buku tentang ilmu – ilmu Alqur’an.

Disamping telah terpenuhinya pemahaman mereka terhadap wahyu yang diturunkan, nabi sendiri juga telah melarang para sahabatnya untuk menulis sesuatu selain yang bukan Alquran, seperti sabdanya : “ jangan kalian menulis sesuatu tentang diriku selain Alquran, siapa yang menulis tentang diriku selain Alquran, hendaklah mengahapusnya”. Larangan beliau ini didorong karena kekhawatiran akan terjadinya percampuran dengan hal-hal yang bukan Alquran.7

Pada masa rasulullah hingga masa khalifah Abu Bakar dan Umar bin Khattab, naskah-naskah yang ditulis oleh para sahabat yang ditugaskan nabi., dikumpulkan menjadi satu dan disimpan. Dan ilmu Alquran masih disampaikan melalui lisan.

Baru setelah pemerintahan Usman bin Affan, dimana pada saaat itu bangsa Arab telah membuka diri dengan bangsa-bangsa lainnya, barulah naskah-naskah itu dikeluarkan untuk ditulis ulang dan disusun kembali dan kemudian dikirimkan ke beberapa daerah di luar Arab.8 Naskah Alquran yang baru disusun ulang itu dijadikan naskah standar (induk), yang kemudian dikenai dengan mushaf al- ustmani. Dengan demikian khalifah Usman telah meletakkan dasar-dasar ilmrasam Alquran (ilmu tentang bentuk tulisan alquran atau ilm rasam al- Usamani (ilmu tentang bentuk tulisan Alquran yang disetujui Usman), suatu cabang ulumul quran dari segi penulisannya.9 Selanjutnya pada pemerintahan Ali bin Abi Thalib, dimunulkannya ilmu tentang alqur’an yang mengkaji dari segi tata bahasanya ( ilm I’rab alquran). Hal ini disebabkan adanya perusakan-perusakan terhadap kaidah bahasa arab yang dilakukan oleh orang-orang Asing, sehingga dikhawatirkan akan menjalar kepada bahasa alquran yang notabene bahasa arab.

Untuk itu beliau memerintahkan Abul Aswad Ad-Duwali untuk menyusun kaidah-kaidah bahasa Arab guna memelihara kemurnian alquran (dari segi tata bahasa) dari permainan dan kerusakan yang dilakukan oleh orang-orang yang jahil. Setelah masa Khulafaurrasyidin, maka muncullah ilmu-ilmu yang

7Subhi As-shahih, Mahahits fi Ulumil Quran, Terj. Membahas Ilmu –ilmu qur’an ( Jakarta, Pustaka Firdaus, 1985) . h. 144

8Abdul Djalal, Ulumul Quran, ( Surabaya, Dunia Ilmu, 2000) , h. 29

9Quraish Shihab, Sejarah dan Ulumul Qur.an, h, 43

(6)

220

membahas tentang alquran yang dimunculkan oleh para tabi’ dan tabi’in, pada sudu pandang (bahasan) yang beraneka ragam. Ada yang membahas tentang penafsiran ayat-ayat yang menghapus dan dihapus oleh ayat yang lain (ilm nasikh wal mansukh) dan lain sebagainya. Kemudian setelah itu datanglah masa pembukuan/penulisan cabang-cabang ulumul quran. Adapun cabang ulumul quran yang pertama kali dibukukan adalah Tafsir Alquran. Sebab Tafsir Alquran ini dianggap sebagai induk dari ilmu-ilmu alquran lainnya dianggap sebagai induk dari ilmu-ilmu alquran lainnya. 10

D. PENDEKATAN STUDI AL QURAN

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang Alquran, pemakalah ingin menguraikan secara ringkas tentang pendekatan-pendekatan dalam studi Alquran, antara lain adalah sebagai berikut:

a. Pendekatan Kebahasaan (analisis bahasa)

Telah disepakati oleh semua pihak, bahwa untuk memahami isi kandungan Alquran dibutuhkan pengetahuan Bahasa Arab. Dan untuk memahami arti suatu kata dalam raangkaian redaksi satu ayat, seseorang terlebih dahulu harus meneliti apa saja pengertian yang dikandung oleh kata tersebut.

Kemudian menetapkan arti yang paling tepat setelah memperhatikan segala aspek yang berhubungan dengan ayat tadi.

a. Pendekatan Korelasi antar ayat dengan ayat lain (analisis ayat per-ayat) Memahami pengertian suatu kata dalam rangkaian satu ayat, tidak dapat dilepaskan dari konteks kata tersebut dengan keseluruhan kata-kata dari ayat tadi.14 Maksudnya adalah pemaknaan suatu ayat tidak akan sempurna jika tidak diikuti oleh makna ayat sebelum atau sesudahnya. Dengan demikian terjadinya hubungan sebab akibat antara suatu ayat dengan ayat lainnya baik sebelum maupun sesudahnya.

b. Sifat Penemuan Ilmiah

10Quraish Shihab, Membumikan Al-qur’an : Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat, ( Mizan, Bandung, 1994) h. 105

(7)

221

Hasil pemikiran seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik itu yang berasal dari dalam diri sendiri maupun dari luar dirinya. Dengan begitu pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan pengalaman-pengalaman.

Sehingga memaksa pemahaman redaksi Alquran menjadi berbeda-beda.

c. Pendekatan Korelasi antar ayat dengan ayat lain (analisis ayat per-ayat)

Memahami pengertian suatu kata dalam rangkaian satu ayat, tidak dapat dilepaskan dari konteks kata tersebut dengan keseluruhan kata-kata dari ayat tadi.14 Maksudnya adalah pemaknaan suatu ayat tidak akan sempurna jika tidak diikuti oleh makna ayat sebelum atau sesudahnya. Dengan demikian terjadinya hubungan sebab akibat antara suatu ayat dengan ayat lainnya baik sebelum maupun sesudahnya.

d. Sifat Penemuan Ilmiah

Hasil pemikiran seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik itu yang berasal dari dalam diri sendiri maupun dari luar dirinya. Dengan begitu pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan pengalaman-pengalaman.

Sehingga memaksa pemahaman redaksi Alquran menjadi berbeda-beda11.

Berkenaan dengan pendekatan ini, Qurais Shihab mengemukakan pandangannya bahwa, apa yang dipersembahkan para ahli dari berbagai disiplin ilmu, sangat bervariasi dari kebenarannya. Seseorang bahkan tidak dapat mengatas namakan Alquran dalam kaitan dengan pendapatnya, jika pendapat tadi melebihi kandungan redaksi ayat-ayat. Tetapi hal ini bukan berarti seseorang dihalangi untuk memahami suatu ayat sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Hanya selama pemahaman tersebut sejalan dengan prinsip-prinsip ilmu tafsir yang telah disepakati.12

E. MACAM MACAM PENAFSIRAN AL QURAN

Selanjutnya dalam pembahasan ini juga akan diuraikan secara singkat tentang metode-metode dalam mengkaji (studi) terhadap kandungan Alquran.

11Quraish Shihab, Membumikan Al-qur’an : Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat, ( Mizan, Bandung, 1994) h. 105

12Abudin Nata, Metodelogi Studi Islam, (Jakarta Raja Grafindo Persada, 2000) h. 69

(8)

222

Setidaknya ada empat metode penting dalam mengkaji isi kandungan Alquran yang dikemukakan oleh para ahli yaitu : 1. Metode Tahlily (Analisis ayat per- ayat). 2. Metode Ijmaly (secara global). 3. Metode Muqarin (perbandingan).

Dan 4. Metode Mudhu’i / Tematik ( bertolak dari tema tertentu).13

1. Metode Tahlily (Ayat Per Ayat)

Dari keempat metode yang dikemukakan di atas, metode tahlily merupakan salah satu metode yang populer selain metode Mudhu’i / Tematik yang sering digunakan oleh para mufassir untuk mengkaji isi kandungan Alquran.

Adapun pengertian metode tahlily adalah metode yang “mufassirnya” berusaha menjelaskan kandungan ayat-ayat Alquran dari berbagai seginya dengan memperhatikan, runtutan ayat-ayat Alquran sebagaimana yang tercantum dalam mushaf.14 Metode tafsir tahlily ini memiliki aspek-aspek yang sangat luas dan menyeluruh, di dalam melakukan penafsiran, mufassir harus dapat memberikan perhatian di segala aspek yang terkandung dalam ayat yang ditafsirkannya, dengan tujuan menghasilkan makna yang benar dari setiap bagian ayat.

2. Metode Ijmali

Pengertian metode ijmali adalah suatu metode tafsir yang menafsirkan ayat – ayat Alquran dengan mengemukakan maka global. Dengan menggunakan metode ini, musaffir menjelaskan makna ayat – ayat alquran secara global ( garis besar ).

Sistematikanya harus mengikuti urutan surah – surah Alquran sehingga maknanya dapat saling berhubungan dalam menyajikan makna – makna ini, musaffir mengemukan ungkapan – ungkapan dari Alquran itu sendiri dengan menambah kata – kata atau kalimat penghubung sehingga memudahkan para pembaca untuk memahaminya. Adapun kitab tafsir yang disusun menurut metode ini antara lain, tafsir Alquranul Karim ( Muhammad Farid Wajdi ) dan Al Wasith ( Karya Tim Lembaga Penelitian ).

13Quraish Shihab, Memahami Alquran, H. 86

14Quraish Shihab, Sejarah dan Ulumul Qur’an, h. 174

(9)

223 3. Metode Muqarin ( perbandingan )

Metode tafsir ini menggunakan perbandingan yaitu dengan membandingkan antara ayat Alquran satu dengan ayat yang lainnya dan membandingkan antara ayat Alqruan dengan hadist, serta membandingkan antara musaffir satu dengan musaffir lainnya. Perlu digaris bawahi, bahwa membandingkan ayat Alquran dengan ayat lainnya dalam metode ini hanya sebatas pada persoalan redaksinya saja dan bukan terletak pada bidang pertentangan makna sepereti yang dibahas pada ilmu nasikh dan mansukh.

Hal ini disebabkan di dalam Alquran sendiri banyak dijumpai ayat – ayat yang memiliki kemiripan redaksi atau lafaz. Untuk itu diperlukannya metode ini yang bertujuan untuk membandingkan ( dari segi redaksi / lafaz ) ayat – ayat Alqruan yang memiliki persamaan redaksi dalam masalah atau kasus yang berbeda atau ayat-ayat yang memiliki redaksi berbeda dalam masalah atau kasus yang sama.

4. Metode Maudhu’i/ Tematik Metode ini memiliki dua bentuk :

a. Membahas suatu surah Alquran secara menyeluruh, memperkenalkan dan menjelaskan maksud-maksud umum dan khususnya secara garis besar dengan cara menghubungkan ayat satu dengan ayat yang lain, atau antara pokok satu dengan pokok masalah lain. Dengan metode ini surah tersebut tampak dengan metodenya yang utuh, teratur, cermat, teliti, dan sempurna.

b. Menghimpun dan menyusun ayat-ayat Alquran yang memiliki kesamaan arah dan tema, kemudian memberikan penjelasan dan mengambil kesimpulan di bawah satu bahasan tema tertentu. Melalui kajian seperti ini mufassir mencoba menetapkan pandangan Alquran yang mengacu pada tema tertentu dari berbagai macam tema yang berkaitan dengan alam dan kehidupan. Upaya tersebut pada akhirnya dapat mengantarkan mufassir kepada kesimpulan yang menyeluruh tentang masalah tertentu menurut pandangan Alquran, bahkan dengan menggunakan metode ini, mufassir dapat mengajukan pertanyaan- pertanyaan yang tertulis dalam benaknya dan menjadikan permasalahan

(10)

224

tersebut sebagai tema-tema yang akan dibahas dengan tujuan menemukan pandangan Alquran mengenai hal tersebut.

Dalam menyusun suatu karya tafsir dengan menggunakan metode ini, harus menempuh beberapa langkah yang telah dirumuskan oleh beberapa ahli bidang ini. Langkah-langkah tersebut antara lain :

1. Menentukan topik bahasan

2. Menghimpun dan menetapkan ayat-ayat yang menyangkut masalah tersebut 3. Merangkai urutan-urutan ayat yang sesuai dengan masa turunnya.

4. Menggunakan bantuan metode tahlily, contohnya adalah dengan mengetahui tentang sebab-sebab turunnya ayat tersebut.

5. Menyusun pembahasan dalam satu kerangka yang sempurna

6. Melengkapi pembahasan dengan hadist-hadist, yang menyangkut dengan masalah yang dibahas

7. Mempelajari semua ayat-ayat yang terpilih

8. Pembahasan dibagi dalam beberapa bab, meliputi beberapa pasal dan sebagainya.

Demikianlah metode-metode serta corak yang ada dalam mengkaji studi tafsir yang merupakan induk dari ilmu-ilmu Alquran lainnya yang terhimpun dalam satu bahasan yaitu ulumul Quran.15

F. PENUTUP

Alquran merupakan kitab yang berisikan kalamullah yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril yang di dalamnya berisikan petunjuk – petunjuk kepada seluruh umat manusia. Untuk memahami petunjuk – petunjuk tersebut dengan benar, maka diperlukannya berbagai macam ilmu yang membahas / mengkaji alquran itu yaitu Ulumul Quran, didalamnya memuat seluruh bahasan tentang alquran mulai dari tafsir alquran yang merupakan induk dari segala macam kajian mengenai alquran sampai pada ilmu bacaan alquran, yang semuanya itu bertujuan untuk membela serta mempertahankan kesucian

15Quraish Shihab, Sejarah dan Ulumul Qur.an, h.172-174

(11)

225

alquran itu sendiri dari segala macam bentuk gangguan yang tidak diinginkan kesuiannya.

(12)

226

DAFTAR PUSTAKA

Amanah, H.St.Pengantar Ilmu Alquran dan Tafsir, Semarang : Asy-Syifa, 1994

Al-Qattan, Manna’Khalil. Mabahits fi Ulumil Quran, terj.Mudzakkir AS, Studi Ilmu – Ilmu Quran, Jakarta: PT. Litera Antar Busa,2000

Asmuni, M.Yusran, Dirasah Islamiah I ( Pengantar Studi Alquran Hadist Fiqih dan Pranata Sosial ), Jakarta Rajagrafindo Persada, 1997

Ash-Shabuni, Muhammad Ali, At-Tibyan fi Ulumil Quran, terj.Muhammad Qadirun Nur, Jakarta : Fustaka Firdaus,1985

Djalal, Abdul Ulumul Quran, Surabaya : Dunia Ilmu, 2000

D.S. Margoliouth, Mohammed and The Rise of Islam, New York: Book for Librarian Press,1975

Lubis,Nur A.Fadhil, Introductory Reading : ISLAMIC STUDIES, Medan,iain Press, 1998

Mansyur, Kahar. Pokok – pokok Ulumul Quran, Jakarta: Rineka Cipta,1992

Nata, Abudin. Metodeologi Studi Islam, Jakarta : Rajagrafindo Persada, 2000

Republik Indonesia, Departemen Agama, Alquran dn Terjemahannya, Semarang : Karya Toha Putra, 1995

Shiddieqy, T.M. Hasbi. Sejarah dan Pengantar Ilmu Alquran/ Tafsir, Jakarta : Bulan Bintang, 1992

Shihab, Quraish.Membumikan Alquran ( Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat ) Bandung : Mizan,1994

Ddk Sejarah dan Ulumul Quran, Jakarta ; Pustaka Firdaus. 2000

Watt, W.Montogomery, Islam and ritianity Today : London : Routledge &

Kegan Paul, 1983

Referensi

Dokumen terkait