• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 COVID-19

2.1.1. Tinjauan Pustaka COVID-19

Corona Virus Desease atau biasa kita sebut COVID-19 adalah virus RNA positif berukuran diameter 60 nm-140 nm yang memiliki tonjonlan seperti paku sehingga terlihat menyerupai mahkota yang dilihat dibawah mikroskop electron, makadari itu virus ini disebut dengan Conona Virus. (Bhatt et al., 2021) COVID- 19 merupakan jenis virus terbaru dan belum pernah teridentifikasi oleh manusia yang cara menularkannya dengan cara dari hewan kemanusia (zoonosis) dan dapat gejala ringan dan berat. Sebelum adanya corona virus ini sudah ada kasus yang serupa yaitu Midle East Respiratori Syndrome (MERS-Cov) dan Severe Acute Respiratori Syndrome (SARS-Cov). (Moudy and Syakurah, 2020) Virus corona terdiri dari empat jenis, yaitu α-CoV, β-CoV, δ-CoV dan γ-CoV. Kelelawar adalah inang alami yang paling penting. Sekitar 35% dari virus yang mereka bawa adalah coronavirus, dari mana setidaknya selusin coronavirus yang berbeda telah diidentifikasi sejauh ini. Studi saat ini telah menunjukkan 96,3% homologi dengan kelelawar mirip SARS coronavirus (BatCoV RaTG13), menunjukkan bahwa kelelawar mungkin menjadi inang alami untuk COVID-19 (Huang et al., 2020).

2.1.2. Etiologi COVID-19

Virus ini ditemukan 88% diurutkan dengan sindrom pernapasan akut (SARS) yang diturunkan dari kelelawar, tetapi tidak dengan sindrom pernapasan akut yang parah (SARS) (SARS-CoV). Sehingga, dinamai 2019-novel coronavirus (SARS-CoV-2). Coronavirus adalah untai tunggal, asam ribonukleat yang dienkapsulasi dengan paku permukaan sepanjang 9-12 nm yang disebut korona matahari. Protein spike (S), yang mengikat reseptor Angiotensin-Converting Enzyme 2 (ACE2) dan memediasi fusi berikut antara amplop dan membran sel inang untuk membantu masuknya virus, adalah salah satu dari empat protein struktural utama yang diekspresikan oleh coronavirus genom pada amplop.

Berdasarkan filogeni, taksonomi, dan praktik yang mapan, Kelompok Studi

(2)

Coronavirus (CSG) dari Komite Internasional Taksonomi Virus akhirnya mengidentifikasinya sebagai sindrom pernafasan akut yang parah coronavirus 2 (SARS-CoV-2) pada 11 Februari 2020. Kondisi tersebut yang disebabkan oleh coronavirus ini segera dijuluki Coronavirus Disease 2019 oleh WHO (COVID-19).

Menurut bukti saat ini, kelelawar mungkin adalah inang pertama COVID-19, yang kemudian ditularkan ke manusia melalui trenggiling atau babi guinea lainnya yang dijual di pasar makanan laut Huanan, dan kemudian menyebar melalui penularan dari manusia ke manusia..(Rauf et al., 2020).

2.1.3. Epidemiologi COVID-19

Pandemic berawal 8 Desember 2019 hanya terjadi di Wuhan dan sekitarnya di Provinsi Hubei sebelum kasus tersebar pertama kali dilaporkan di Provinsi Guangdong pada 19 Januari 2020. Per 30 Januari 2020, ketika kasus tersebar pertama di Provinsi Tibet dilaporkan, COVID-19 telah menyebar ke seluruh 31 provinsi di Tiongkok daratan. Hingga 11 Februari 2020, 44.672 kasus dilaporkan di seluruh 31 provinsi di Tiongkok ( 74,7% di Hubei). Di antara mereka, 0,2%

(100% di Hubei), 1,7% (88,5% di Hubei), 13,8% (77,6% di Hubei), dan 73,1%

(74,7% di Hubei) kasus terjadi sebelum 31 Desember 2019, 10 Januari 2020, 20 Januari2020, dan 31 Januari 2020. Jumlah kasus yang dilaporkan meningkat pesat setelah 10 Januari 2020, dan mencapai puncaknya pada 12 Februari 2020. Melalui analisis 1688 kasus yang dikonfirmasi layanan kesehatan dengan gejala parah, ada 1080 kasus di Wuhan, terhitung 64,0% dari total kejadian, 394 kasus (23,3%) di Hubei kecuali Wuhan, dan 214 kasus (12,7%) secara nasional, kecuali Hubei.

Provinsi Tibet dan Qinghai tidak memiliki kasus yang dikonfirmasi masing- masing sejak 21 Februari 2020 dan 24 Februari 2020. Pada 18 Maret 2020, "0"

kasus baru yang dikonfirmasi pertama kali dilaporkan di Provinsi Hubei, dan total 24 provinsi di Cina daratan secara berurutan melaporkan "0" kasus baru yang dikonfirmasi. Hingga 23 Maret 2020, 81.773 kasus (427 kasus masuk dari luar negeri) secara kumulatif dilaporkan di 31 provinsi daratan Cina, dan jumlah kasus baru yang dikonfirmasi sebagian besar berasal dari luar negeri dan delapan provinsi tidak memiliki kasus yang dikonfirmasi (Jin et al., 2020).

Pada Maret 2020, prevalensi tertinggi COVID-19 tercatat di Italia, Amerika Serikat, Spanyol, Prancis, Iran, dan Jerman. Terkait data virus corona, penyebaran

(3)

COVID-19 dilaporkan pada dasarnya dari penularan individu ke individu melalui pernapasan droplet dari batuk dan bersin melalui kontak dekat. Penularan virus COVID-19 melalui area atau benda yang terkontaminasi setelah kontak dengan mulut, mata, atau hidung juga dapat terjadi. Individu yang bergejala berada pada risiko tertinggi untuk menginfeksi individu lain. Informasi terbatas tersedia pada pelepasan virus pada individu dengan fitur tanpa gejala, tetapi pasien yang terinfeksi parah dapat menunjukkan peningkatan tingkat pelepasan virus. Di Amerika Serikat, penularan dari manusia ke manusia pada awalnya terbatas;

Namun, saat ini, ini telah berkembang menjadi penyebaran komunitas virus di beberapa negara bagian. Secara konsisten, bilangan reproduksi dasar (R0) baru- baru ini diperkirakan lebih besar dari 2,2; untuk setiap kasus penyakit coronavirus yang tercatat dalam populasi, lebih dari 2 kasus baru kemungkinan akan terlihat tanpa adanya isolasi yang memadai.. (Rauf et al., 2020).

Hingga saat ini terdapat kurang lebih 133 negara yang terpapar COVID-19 sehingga jumlah kasus COVID-19 di dunia mencapai 18.354.342 kasus serta 696.147 kematian diseluruh dunia. Pada bulan November 2020 secara menyeluruh kasus yang tercatat sebanyak 46.840.783 kasus, dan berdasarkan geografisnya insiden kasus COVID-19 paling banyak di Amerika, dengan jumlah kasus 20.7 juta, Eropa sebanyak 11.5 juta, kemudian Asia Tenggara 9.3 juta, disusul oleh daerah Medeiterania Timur 3.1 juta, Afrika 1.3 juta dan daerah Pasifik Barat sebanyak 774 ribu kasus dan total jumlah korban meninggal di seluruh dunia mencapai 1.204.208. Di Indonesia kasus COVID-19 pertama kali ditemukan pada tanggal 2 Maret 2020, dan hingga saat ini kasus COVID-19 di Indonesia terus meningkat hingga pada bulan Agustus 2020 telah diketahui 130.718 kasus serta 5.903 kematian di seluruh provinsi Indonesia. Indonesia menduduki peringkat ke empat dalam jumlah kasus konfirmasi sebanyak 440.549 kasus di Asia dan peringkat 21 di dunia dalam jumlah kematian. Hingga pada tanggal 17 November 2020 didapatkan 470.648 kasus dan 15.296 kematian di seluruh Indonesia (Veranita, Wibowo and Rachmat, 2020).

2.1.4. Patogenesis COVID-19

Angiotensin converting enzyme 2 (ACE2) adalah reseptor utama COVID- 19. ACE2 banyak diekspresikan di sel epitel alveolus paruparu, terutama sel

(4)

alveolus tipe II. Selain itu ACE2 juga terdapat di jantung, endotel pembuluh darah, ginjal, dan saluran gastrointestinal sehingga menyebabkan manifestasi multi organ pada infeksi COVID-19. Genom COVID-19 terdiri dari 4 protein utama, yaitu spike (S), nucleocapsid (N), membrane (M), dan envelope (E). Infeksi terjadi ketika protein S berhubungan dengan reseptor ACE2. Agregasi COVID-19 pada paru-paru mengakibatkan kerusakan sel epitel dan endotel alveolus, bersama dengan infiltrasi sel-sel inflamasi menyebabkan munculnya sitokin-sitokin proinflamasi. Pada pasien COVID-19 berat, respon imun ini dapat berlebihan dan menyebabkan badai sitokin sistemik yang mencetuskan terjadinya systemic inflammatory response syndrome (SIRS). Respon inflamasi sistemik berlebihan mengakibatkan terjadinya jejas endotel (endoteliopati) sistemik dan keadaan hiperkoagulasi yang meningkatkan risiko terjadinya makrotrombosis dan mikrotrombosis sistemik. Manifestasi makrotrombosis dapat berupa tromboemboli vena (misalnya trombosis vena dalam dan emboli paru) atau tromboemboli arteri (misalnya stroke). Mikrotrombosis berperan dalam proses terjadinya ARDS dan disfungsi multi organ (Willim, Hardigaloeh and Supit, 2020).

(5)

Gambar II. 1 Patogenesi COVID-19

2.1.5. Manifestasi Klinis

Covid-19 jadi atensi berarti pada bidang kesehatan, bukan hanya sebab penyebarannya yang cepat serta berpotensi menimbulkan kolaps sistem kesehatan, namun pula karna beragamnya manifestasi klinis pada penderita. Spektrum klinis Covid- 19 bermacam- macam, mulai dari asimptomatik, indikasi sangat ringan, sampai keadaan klinis yang dikarakteristikkan dengan kegagalan pernapasan kronis yang mewajibkan pemakaian ventilasi mekanik serta support di Intensive Care Unit( ICU). Ditemui sebagian kesamaan manifestasi klinis antara infeksi COVID-19 serta infeksi betacoronavirus sebelumnya, ialah SARS- CoV serta

(6)

MERS-CoV. Sebagian kesamaan tersebut antara lain demam, batuk kering, gambaran opasifikasi ground- glass pada gambar toraks (Nur Indah Fitriani, 2020).

Lama waktu inkubasi biasana yaitu 4 hari dengan jarak waktu 2 hari hingga 1 minggu. Masa inkubasi dengan menggunakan distribusi lognoral yaitu berkisar antara 2 hari hingga 2 minggu. Masa bergantung pada umur dan status imunitas penderita. Rata-rata usia penderita adalah 47 tahun dengan rentang umur 35 hingga 58 tahun serta 0,9% merupakan pasien yang lebih muda dari umur 15 tahun. Gejala umum yang biasa terjadi yaitu demam, kelelahan atau myalgia, batuk kering. Serta beberapa bagian tubuh yang terlibat seperti pernapasan (batuk, sesak napas, sakit tenggorokan, hemoptisis atau batuk darah, nyeri dada), gastrointestinal (diare,mual,muntah), neurologis (kebingungan dan sakit kepala). tetapi tanda dan gejala yang sering dijumpai adalah demam (83-98%), batuk (76-82%), dan sesak napas atau dyspnea (31-55%) (Levani, Prastya and Mawaddatunnadila, 2021).

Pada sebagian kasus yang dilaporkan gejalanya asimptomatik, ialah tidak terdapat keluhan khusu yang dialami oleh penderita, tetapi ditemui hasil positif dari pengecekan penunjang yaitu cek darah rutin serta foto rontgen dada yang dilakukan. Perihal ini yang setelah itu mendasari pengelompokan pasien menurut Dokumen Kemenkes mengenai Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Covid- 19 (27 Maret 2020), ialah Pasien Dalam Pengawasan( PDP), 94 Orang Dalam Pemantauan( ODP), 95 serta pula Orang tanpa Gejala( OTG). 96 Kriteria pengelompokan bergantung dari pengecekan yang dicoba oleh petugas kesehatan.

Sebab spektrum yang luas dari indikasi klinis Covid- 19, studi tentang biomarker guna diagnosis tepat serta kriteria klinis yang bisa digunakan guna memprediksi prognosis disaat ini jadi prioritas utama untuk memungkinkan membedakan kasus yang membutuhkan intervensi lebih lanjut pada fase awal penyakit (Khaedir, 2020).

Orang yang terinfeksi tetapi tanpa indikasi bisa jadi sumber penularan SARS- CoV- 2 serta sebagian diantaranya mengalami progres yang cepat, bahkan bisa berakhir pada ARDS dengan case fatality rate tinggi. Terdapat penelitian menampilkan bahwa dari 58 penderita tanpa indikasi yang dites positif Covid19 pada saat masuk Rumah sakit, seluruhnya mempunyai gambaran CT- Scan toraks abnormal. Temuan tersebut berbentuk gambaran opasitas ground- glass dengan

(7)

distribusi perifer, lokasi unilateral, serta sangat sering mengenai dua lobus paru.

Sesudah follow up dalam jangka waktu pendek, 27, 6% penderita yang tadinya asimptomatik mulai menampilkan indikasi berupa demam, batuk, serta fatigue (Nur Indah Fitriani, 2020).

2.1.6. Transmisi COVID-19

Hewan liar diduga selaku inang natural covid-19 termasuk di antara lain hewan kelelawar. Inang asal COVID-19 ini diduga berasal dari kelelawar sebab genom virus baru ini dikenal identik dengan genom virus Korona pada kelelawar sebesar 96%. Tetapi demikian, masih butuh diteliti lebih lanjut lagi Mengenai infeksi virus COVID-19 ini, apakah infeksi virus berlangsung secara langsung ( direct) dari kelelawar ke manusia ataupun berlangsung lewat inang perantara ( indirect), yaitu dari kelelawar kemudian ke hewan liar lain, baru terakhir ke manusia. Ada pula hewan liar semacam cerpelai serta trenggiling berpotensi jadi inang perantara dalam proses penularan SARS- CoV- 2 dari hewan ke manusia (Prastyowati, 2020).

Penyebaran COVID-19 yang ditularkan ole manusia ke manusia merupakan transimisi virus yang agresi. Adapun penularan dari pasien simptomatik melalu droplet yang keluar saat batuk ataupun bersin. Terdapat penelitian dimana ada COVID-19 dapat bertahan hidup pada aerosol selama kurang lebih 3 jam. WHO sendiri mempertimbangkan reproduktif number (R0) COVID-19 sebesar 1,4.

Tetapi, dari studi lain memperikarakn R0 sebesar 3 (Susilo et al., 2020).

COVID-19 telah terbukti menginfeksi saluran cerna berdasarkan hasil biopsi pada sel epitel gaster, duodenum, dan rektum. Virus dapat terdeteksi di feses, bahkan ada 23% pasien yang dilaporkan virusnya tetap terdeteksi dalam feses walaupun sudah tak terdeteksi pada sampel saluran napas. Kedua fakta ini menguatkan dugaan kemungkinan transmisi secara fekal-oral (Susilo et al., 2020).

2.1.7. Diagnosis COVID-19 2.1.9.1. Tes RT-PCR

Tes standar untuk mengetahui adanya COVID-19 didalam tubuh yaitu dengan menggunakan real time reverse transcription quantification polymerase chain reaction (RT-PCR) dan sampel bahan swab nasoaring atau orofaring, sputum atau cairan bilas bronkial (bronkial lavage). Tes ini dilakukan dengan

(8)

protokol standar yaitu RNA harus diekstraksi dan adanya virus RNA dikonvirmasi dengan RT-PCR. Dimana target yang dituju untuk mendeteksi adanya COVID-19 yaitu gen E (Envelope), gen N (nukleokapsid), gen S (Spike) dan gen RdRp. Pasien yang positif ditandai dengan adanya urutan RNA virus yang unik dengan meggunakan RT-PCR. Hasil positif itu dapat menandakan pasien terinfeksi oleh COVID-19. Pemeriksaan RT-PCR untuk COVID-19 merupakan tes kualitatif (Pusparini, 2020).

Sampel uji tes RT-PCR dengan menggunkan sampel air liur yang diambil dari dalam mulut. Dengan menggunkan sampel air liur dapat memudahkan dan lebih cepat delam pengambilan sampel oleh tenaga keehatan dan juga memiliki resiko leih kecil. Tes RT-PCR melibatkan isolasi RNA virus dari sampel klinis dan diikuti oleh generasi DNA komplementer (cDNA) oleh reaksi DNA polymerase yang bergantung pada RNA. Kemudian, cDNA diubah menjadi DNA untai ganda (dsDNA) melalaui amfliakasi PCR, dan anplifikasi sampel DNA dilakukan sampai cDNA virus terdeteksi oleh sinyal fluoresen. Suatu zat yag ditandai dengan fluoror ditambahkan ke dalam campuran PCR yang mengandung cetakan DNA, primer spesifik, deoksiribomuleotida, dan DNA termostabil polimerase dalam larutan buffer yang sesuai. Fluoresensi pewarna ditekan oleh polymerase setelah pembelahan fluofor dari quencher oleh polymerase, pewarna bebas memancarkan sinyal fluoresensi yang didaftarkan oleh sensor yang sesuai dalam siklus ternal.(Majumder and Author, 2021).

Setiap siklus PCR mencakup beberapa langkash spesifik yang diperlukan yang diprakarsai oleh perubahan cepat dalam rejimen suhu. Setelah inisiasi dengan DNA templat, peningkatan suhu hingga 95°C menyebaban denaturasi DNA untai ganda sehingga pemisahan untai sense dan antisemen dari template. Perubahan suhu yang cepat ke nilai yang paling sesuai (biasanya 50-60 ° C) menyebabkan anil primer dan probe reporter terikat fluorofor ke untaian template yang sesuai, polimerase memperluas kedua untai template dan memisahkan fluorofor dari quenchernya yang menyebabkan emisi sinyal. Setiap langkah menyebabkan penggandaan untai template (atau fragmen pendeknya) tes RT-PCR membutuhkan beberapa perubahan suhu di setiap siklus. Sehingga metode diagnostic dapat

(9)

berjalan dengan cepat dan menghemat biaya yag dapat mendeteksi COVID-19 dalam sampel klinis (Majumder and Author, 2021).

Gambar II. 2 Diagnosis COVID-19

2.1.9.2. Rapid Antigen Test

Rapid antigen merupakan tes siap digunkan yang cepat dalam mendeteksi adanya virus dalam dalam tubuh dan kualitatif antigen COVID-19 dalam nasopharyngeal secretions. Dalam tes ini menggunkan antibody monoclonal untuk mendeteksi antigen nucleoprotein COVID-19 dan COVID-19 yang sangat terkonservasi. Selain itu ada juga antibody monoklona yaitu onjugate tocolloidal gold nanoparticules. Antibody ini bergerak menuju membrane nitroselulosa.

Antibodi ini diimobilisasi ke membran nitroselulosa. Pengujian dilakukan sesuai dengan instruksi pabrik dengan mencampur 100μL sekresi nasofaring dengan 4 tetes (sekitar 100μL) buffer pengenceran LY-S dalam tabung dan strip ditambahkan. Ketika sekresi nasofaring bersentuhan dengan strip, difusi pasif memungkinkan konjugat terlarut untuk bermigrasi dengan sampel dan bereaksi

(10)

dengan antibodi anti-SARS-CoV-2 yang diimobilisasi ke membran. Garis kontrol disertakan dalam strip untuk menilai migrasi sampel yang benar. Interpretasi visual dari hasil dilakukan setelah 15 menit (Anaïs Scohy* and Anantharajah, Monique Bodéus, Benoît Kabamba-Mukadi, Alexia Verroken, 2020).

2.1.9.3. Serelogi Test

Test serologi merupakan tes dengan dasar respon dari host untuk melihat adanya Ig M, Ig A, Ig G atau antibodi total terutama dari sampel darah. Adanya respon dari antibodi dalam tubuh membutuhkan bebapa waktu terhadap infeksi, tergantung dari respon pasien yang diuji. Biasanya sekitar hari ke-7 hingga ke-14 untuk serokonversi pasca terpapar virus, walaupun ada beberapa pasien yang membentuk antibody lebih awal. Dengan pembentukan antibodi yang seperti itu maka kurang efektif untuk pasien yang memiliki penyakit yang akut. Penelitian sebelumnya menunjukkan IgM muncul hari ke-7, meningkat sampai hari ke-28 dan mulai menurun pada hari ke-42, sedangkan IgG muncul hari ke-10, meningkat sampai hari ke-49. Kadar antibodi IgM dan IgG lebih tinggi pada pasien dengan klinis berat dibandingkan pasien dengan klinis ringan (Pusparini, 2020).

Adapun penelitian yang menunjukkan bahwa tes ini dalam COVID-19 menunjukkan sensitifitas yang rendah yaitu 36,4% dan spesifitas 88,93%. Hal ini menunjukkan bahwa dari hasil RT-PCR positif hanya 36,4% yang menunjukkan tes antibodi positif dan dari pasien dengan hasil RT-PCR negatif ditemukan bahwa terdapat 88.93% pasien yang menunjukkan hasil tes antibodi negatif juga. Atas dasar tersebut maka tes antibodi tidak direkomendasikan untuk digunakan untuk skrining dikomunitas (Pusparini, 2020).

2.1.8. Manajemen Terapi 2.1.9.1. Interferon (IFN-α)

Kelompok obat antivirus termasuk interferon (IFN-α), lopinavir/

ritonavir, chloroquine phosphate, ribavirin, dan arbidol secara terapeutik berguna untuk pencegahan, diagnosis, dan pengobatan pneumonia. IFN-α diberikan dalam bentuk inhalasi uap dengan dosis 5 juta U (dan 2 mL air steril untuk injeksi) untuk orang dewasa, 2 kali/hari. Dosis lopinavir/ritonavir adalah 400 mg/ 100 mg untuk dewasa, 2 kali/hari. Ribavirin harus diberikan melalui infus intravena dengan dosis 500 mg untuk orang dewasa, 2 sampai 3 kali/hari dalam kombinasi dengan IFN-α

(11)

atau lopinavir/ritonavir. Klorokuin fosfat diberikan secara oral dengan dosis 500 mg (300 mg untuk klorokuin) untuk orang dewasa, 2 kali/hari. Arbidol diberikan secara oral dengan dosis 200 mg untuk orang dewasa, 3 kali/hari. Durasi pengobatan tidak lebih dari 10 hari (Rauf et al., 2020).

2.1.9.2. Favipiravir

Favipiravir merupakan obat dimana secara selektif menghambat RNA dependen RNA polimerase (RdRP), enzim yang diperlukan untuk replikasi virus RNA dalam sel manusia. Ini berfungsi sebagai analog purin dan dimasukkan sebagai pengganti guanin dan adenin. Penggabungan satu molekul Favipiravir mengakhiri pemanjangan RNA virus. Obat diubah secara intraseluler menjadi bentuk terfosforilasi aktif dan kemudian dikenali sebagai substrat oleh RdRP virus.

Ini memiliki spektrum aktivitas yang luas terhadap virus RNA (Influenza, Rhino, dan Respiratory Syncytial Virus) tetapi tidak terhadap virus DNA (seperti Herpes.

Penelitian terhadap obat dan vaksin untuk mengobati atau mencegah Covid-19 sedang dilakukan oleh berbagai kelompok penelitian. Sehingga aspek yang berkaitan dengan mekanisme kerja salah satu obat ini, Favipiravir, dalam mengobati infeksi virus RNA dan peran potensialnya dalam mengendalikan infeksi COVID-19 (Seneviratne et al., 2020).

2.1.9.3. Remdesivir

Remdesivir adalah obat analog yang dimana masuk dan terakumulasi dalam sel, menghambat RdRp virus dan menghentikan replikasi virus. Coronavirus memiliki enzim pengoreksian (exoribonuclease) yang mengoreksi kesalahan dalam urutan RNA, berpotensi membatasi efek analog, tetapi remdesivir mampu menghindari pengoreksi ini. Di laboratorium, mutasi virus dapat menyebabkan resistensi terhadap remdesivir, tetapi virus bermutasi kurang infektif. Laporan awal penggunaan remdesivir pada manusia dengan covid-19 adalah rangkaian kasus kecil yang tidak terkontrol yang tidak memiliki informasi tentang hasil. Hasil jangka pendek kini telah dilaporkan untuk 53 dari 61 pasien dengan covid-19 yang dirawat di lebih dari 20 rumah sakit di tiga benua. Pasien menerima setidaknya satu dosis remdesivir intravena selama 10 hari sebagai bagian dari program penggunaan penuh kasih yang diselenggarakan oleh produsen, dan bukan sebagai bagian dari uji klinis. Tiga puluh diberi ventilasi dan empat dirawat dengan extracorporeal

(12)

membrane oxygenation (ECMO) pada awal pengobatan remdesivir. Setelah rata- rata 18 hari, 25/53 pasien (47%) telah dipulangkan dari rumah sakit dan tujuh (13%) telah meninggal. Kematian adalah 5% di antara pasien yang tidak berventilasi. Probabilitas keseluruhan peningkatan selama 18 hari adalah 68%

(95% interval kepercayaan 40% hingga 80%) (Ferner and Aronson, 2020).

2.1.9.4. Chloroquine Phosphate

Menurut survei baru ditemukan bahwa Chloroquine Phosphate lebih efektif dalam pengobatan kontrol dalam menghambat perkembangan pneumonia, meningkatkan temuan pencitraan paru-paru, mempromosikan konversi virus- negatif, dan memperpendek perjalanan penyakit". Molekul antimalaria ini akan menjadi obat yang sukses dan kabar baik dalam pengobatan infeksi virus akut karena obat ini cukup murah dan mudah didapat (Rauf et al., 2020).

2.1.9. Cara Pencegahan COVID-19

Untuk mencecah penularan COVID-19 dapat dicegah dengan melakukan 1. Mencuci tangan dengan sabun atau handsanitizer secara rutin.

2. Menghindari kebiasaan menyentuh wajah agar terhidar dari masuknya kuman-kuman pembawa virus melewati

3. Beretika saat batuk dengan menutup mulut dan hidung menggunakan siku . 4. Menggunakan masker standar medis

5. Menjaga jarak minimal 1 meter dan mengindari kerumunan agar terhindar kontak langsung dengan orang lain (Suprayitno et al., 2020).

2.2 Vaksin

2.2.1. Definisi Vaksin

Vaksin adalah zat (biologis) yang diberikan kepada seseorang untuk merangsang perkembangan antibodi dan dengan demikian menghasilkan perlindungan terhadap penyakit. Vaksin biasanya mengandung bahan yang meniru virus atau bakteri penyebab penyakit, yang biasanya dihasilkan dari versi agen penyebab penyakit yang sudah mati atau dilemahkan. Senyawa ini menyebabkan sistem kekebalan mendeteksinya sebagai bahan asing, mendorongnya untuk menghancurkannya dan membentuk memori di mana sistem kekebalan dapat dengan mudah memerangi virus atau bakteri jika menginfeksi tubuh di masa depan (Andriadi, 2021).

(13)

2.2.2. Sejarah Pengembangan Vaksin

Edward Jenner, seorang dokter Inggris, adalah orang pertama yang memperkenalkan vaksinasi. Dia mempelajari kasus cacar pada pekerja harian pada tahun 1796. Jenner memvaksinasi karyawan tersebut dengan vaksin cacar sapi yang lemah. Jenner kemudian secara tidak sengaja menyentuh permukaan lengan anak laki-laki berusia 8 tahun dengan cairan dari luka cacar. Setelah 48 hari, ia menyebut penemuannya sebagai "vaksin", yang berarti "sapi" dalam bahasa Latin (Sari and Sriwidodo, 2020)

Ketika proses infeksi mikroba lebih dari satu abad kemudian, ilmuwan Prancis Louis Pasteur memelopori teknologi vaksin dengan memaparkan manusia pada kuman yang mati atau dilemahkan. Vaksin pertama sering dianggap tidak disiapkan dengan benar, yang dapat menimbulkan masalah keamanan yang serius.

Misalnya, satu dari setiap 3.000 anak yang disuntik mengembangkan penyakit autoimun setelah menerima vaksin rabies pertama Pasteur, yang mengandung virus yang tumbuh di jaringan otak kelinci. Penemuan pada tahun 1940-an bahwa virus dapat tumbuh dalam sel hewan mengarah pada penemuan sejumlah vaksinasi yang masih digunakan sampai sekarang, termasuk untuk polio, campak, dan, baru-baru ini, rotavirus.(Makarim, 2017).

Dengan keberhasasil membasni cacar, WHO melaukann Program Pengembangan Imunisasi (Expanded Programe Immunization (EPI)). Tujuan dari program tersebut agar semua anak-anak mendapatkan vaksin yang dapat melindungi mereka dari penyakit tuberculosis, polio, difteri, peptusis, tetanus dan campak yang dierikan sebelum usia satu tahun. Sejak saat itu banyak vaksin vaksin baru bermunculan dipasaran seperti vaksin hepatitis B, rotavirus, Heamophilus tipe b (Hib). Adapun vaksin pneumokok yang gunan secara global yang disarankan oleh WHO. Kemudian vaksin yellow fever ( demam kuning) yang ditemukan pada decade berikutnya. Hingga tahun 1990 telah melindungi lebih dari 80% anak-anak didunia dengan melakukan program tersebut. Pada tahun 1999 dibentuk GAVI (Global Alliance for Vaccine and Immunization) yang bertujuan untuk memperluas program imunisasi ke daerah-daerah dan membantu negara-negara untuk

(14)

indroduksi vaksin untuk melindungi anak-anak dari infeksi penyakit yang berbahaya bagi keselamatan mereka.(World Health Organitation, 2021).

2.2.3. Jenis-jenis Vaksin dan Mekanismenya 2.2.3.1. Vaksin mati dan Vaksin yang dilemahkan

Vaksin jenis ini merupakan vaksin dimana menghasilkan beberapa komponen antigenetik ke inang sehingga menyebabkan beberapa efek imunologis terhadap pathogen. Saat ini Pusat pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok, Institut Virologi Wuhan, Akademi Pengetahuan Cina, Universitas Zheijiang, dan beberpa lembaga lainnya telah berhasil mengisolasi strain virus COVID-19 dan mengembangkan vaksin yang relwvan (Makmun and Hazhiyah, 2020).

2.2.3.2. Vaksin Subunit

Vaksin subunit dengan satu atau lebih antigen memiliki imunogenisitas tinggi dan dapat secara efektif merangsang sistem kekebalan tubuh pejamu. Vaksin ini lebih aman dan lebih mudah dibuat, tetapi membutuhkan adjuvant untuk mencapai respon imun yang signifikan. Beberapa lembaga menggunakan protein S sebagai antigen dalam program subunit COVID-19, misalnya, University of Queensland sedang mengerjakan vaksinasi subunit menggunakan teknologi “molecular clamping”.(Makmun and Hazhiyah, 2020).

2.2.3.3. Vaksin mRNA

Vaksin mRNA adalah antigen-coding mRNA yang diterjemahkan ke dalam mesin seluler inang selama proses vaksinasi. Jenis ini memiliki struktur genomik self-amplifying yang memungkinkan replikasi RNA yang sangat besar di sitosol.

Namun, keamanan dan kemanjuran vaksin pada manusia tidak pasti. Stimulasi respon sel B dan sitotoksisitas sel T diinduksi oleh vaksinasi mRNA. Protein (S) lonjakan dikodekan oleh vaksin mRNA . Kemajuan pesat teknologi vaksin mRNA dalam pengobatan penyakit menular dan kanker mengkodekan antigen yang diterjemahkan oleh vaksinasi di mesin seluler inang. Tidak adanya integrase genomik, peningkatan respon imun, perkembangan yang cepat, dan generasi antigen multimerik merupakan keuntungan dari vaksin ini. (Makmun and Hazhiyah, 2020).

(15)

2.2.3.4. Vaksin DNA

Sebuah molekul DNA plasmid yang mengkodekan satu atau lebih antigen biasanya digunakan dalam vaksinasi DNA. Dalam hal formulasi, vaksin DNA mengungguli vaksin mRNA dalam hal stabilitas dan efisiensi pengiriman. Karena nukleus dimasukkan ke dalam vaksin, ada bahaya integrasi vektor dan mutasi pada genom inang. Dua vaksin DNA COVID-19 saat ini sedang dalam pengembangan.

INO-4800, kandidat vaksin DNA yang dikembangkan oleh InovioPharmaceuticals, sekarang dalam uji praklinis dan akan segera memulai uji klinis fase I. LineaRx, anak perusahaan Applied DNA Science, dan Takis Biotech bermitra dalam pengembangan kandidat vaksin DNA linier COVID-19, yang saat ini sedang dalam pengujian praklinis.(Makmun and Hazhiyah, 2020).

2.2.3.5. Vaksin Live Vector

Virus hidup (vektor) yang mengekspresikan antigen heterolog digunakan dalam vaksinasi vektor langsung. Mereka sering digunakan untuk menghasilkan imunitas seluler in vivo dan dicirikan dengan menggabungkan imunogenisitas yang kuat dari subunit vaksin hidup yang dilemahkan dengan keamanan subunit vaksin.

Lembaga-lembaga berikut telah melakukan penelitian terhadap vaksin COVID-19 yang terkait. Greffex, Inc. adalah perusahaan yang mengkhususkan diri dalam pengembangan Dengan Platform Vektor Greffex, perusahaan yang berbasis di Houston telah membuat vaksin vektor virus COVID-19 dan sekarang akan melakukan pengujian pada hewan. Tonix Pharmaceuticals mengungkapkan sedang melakukan penelitian untuk memproduksi vaksin COVID-19 berbasis Horsepox Virus (TNX-1800). Untuk pengembangan vaksin, Johnson & Johnson telah memilih platform vektor adenoviral AdVac®. (Makmun and Hazhiyah, 2020).

2.2.3.6. Vaksin Peptida Sintetis atau epitop

Seluruh fragmen antigen tertentu termasuk dalam vaksin ini, yang dibuat menggunakan prosedur sintesis kimia. Vaksin ini mudah disiapkan dan dikelola dari segi kualitas. Karena imunogenisitas terbatas vaksin ini karena berat molekul rendah dan kompleksitas struktural, perubahan struktural, mekanisme pengiriman, dan adjuvant diperlukan untuk formulasi. (Makmun and Hazhiyah, 2020).

(16)

2.2.4. Jenis-Jenis Vaksin di Indonesia 2.2.4.1. Vaksin Sinovac

Sinovac adalah vaksin yang dikembangkan oleh Sinovac Biotech Ltd, sebuah perusahaan biofarmasi Tiongkok, untuk mencegah dan mengelola virus SARS-CoV-2 atau COVID-19. Vaksinasi ini telah digunakan dengan persetujuan da Emergency Use of Authorization (EUA) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM). Hingga saat ini vaksin tersebut sudah tersebarr ke berbagai daerah di Indonesia (Talib, Kawengian and Pasoreh, 2021).

Pemerintah mengimpor total 3 juta dosis vaksin dari produsen Sinovac dalam dua tahap, pertama 1,20 juta dosis pada 6 Desember 2020, dan kedua 1,80 juta dosis pada 31 Desember 2020. CoronaVac merupakan sebuah vaksin inaktif didukung oleh bisnis biofarmasi yang berbasis di Beijing, Cina. Vaksinasi menggunakan virus yang tidak aktif untuk merangsang sistem kekebalan melawan virus tanpa risiko reaksi penyakit yang signifikan. Vaksin Sinovac telah menyelesaikan uji coba fase ketiga, dengan hasil awal menunjukkan bahwa vaksin tersebut efektif masing-masing 91,25 persen dan 63,50 persen di Turki dan Indonesia. Di Brasil, peneliti menemukan tingkat efektivitas 78 persen, namun setelah menambahkan data studi, statistik diturunkan menjadi 50,40 persen pada Januari 2021.(RUSMIATI, 2021).

2.2.4.2. Vaksin Astrazeneca

Astrazeneca adalah perusahaan farmasi yang berbasis di Inggris yang telah bermitra dengan pemerintah Indonesia untuk membuat vaksin COVID-19 bekerja sama dengan Oxford University dan untuk kebutuhan vaksinasi di Indonesia dikenal dengan AZD1222 atau Astrazeneca Vaccine. European Medicines Agency (EMA) mengevaluasi vaksin ini untuk kualitas data, keamanan, dan kemajuan vaksin dan merekomendasikan izin pemasaran bersyarat untuk siapa pun yang berusia 18 tahun ke atas. Mengingat terbatasnya jumlah vaksin yang tersedia, vaksin ini diprioritaskan untuk orang berusia 65 tahun ke atas, serta penyedia layanan kesehatan. Vaksin tidak boleh digunakan oleh siapa saja yang alergi terhadap komponen vaksin. Vaksin ini tidak direkomendasikan untuk siapa pun yang berusia di bawah delapan belas tahun. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, vaksin Astrazeneca 63,09 persen efektif melawan infeksi COVID-19 yang

(17)

bergejala, dan interval dosis yang diperpanjang 8-12 minggu akan meningkatkan efektivitas vaksinasi.(Nazar, Sensu and Sjaiful, 2021).

2.2.4.3. Vaksin Sinopharm

Sinopharm adalah vaksin COVID-19 yang diproduksi oleh perusahaan Sinopharm di Cina, dan identik dengan Sinovac, vaksin tidak aktif yang beroperasi mirip dengan Sinovac. Vaksin ini dibuat menggunakan metode inaktivasi virus, yang merupakan metode tradisional untuk menghasilkan vaksin di mana virus yang dihancurkan mempertahankan imunogenisitas. Sistem kekebalan manusia dapat mendeteksi ini, menghasilkan respons imunologis yang menciptakan antibodi.

Vaksin Sinopharm dibuat menggunakan sel Vero yang telah melalui proses kultur, inaktivasi, dan pemurnian. Imunogenisitas vaksin, keamanan, dan perlindungan kekebalan diuji menggunakan berbagai hewan termasuk tikus, marmut, kelinci, dan monyet rhesus. (Ni’mah and Syufa’at, 2021).

Sinopharm mengatakan pada 30 Desember bahwa fase ketiga uji coba vaksin mengungkapkan tingkat kemanjuran 79 persen. Di bawah izin penggunaan darurat, sekitar satu juta pasien di China telah disuntik dengan Vaksin Sinopharm.

Uni Emirat Arab mengklaim bahwa data percobaan dari fase ketiga penelitian mengungkapkan tingkat kemanjuran 86 persen. Vaksin Sinopharm telah disetujui untuk digunakan di Turki, Brasil, Chili, Uni Emirat Arab, dan Bahrain.(Rahayu and Sensusiyati, 2021)

2.2.4.4. Vaksin Merah putih

Vaksin merah putih merupakan vaksin COVID-19 buatan dalam negeri yang diproduksi oleh PT. Bio Farma. Vaksin ini berkerja sama dengan perusahaan Sinovac Biotech yang berasal dari China. Perolehan bahan baku dan tenaga ahli teknis dari perusahaan ChinaSinovac Biotech untuk mengisi dan melengkapi produk Covid-19, serta proses quality control sebelum mengolah bahan baku menjadi contoh kerjasama dalam hal ini. (Ni’mah and Syufa’at, 2021).

2.2.4.5. Vaksin Moderna

Vaksin Moderna, juga dikenal sebagai mRNA-1273, adalah vaksin mRNA yang dikembangkan oleh ModernaTX, Inc. Di bawah Izin Penggunaan Darurat, Food and Drug Administration (FDA) telah menyetujui penggunaan Vaksin COVID-19 Moderna untuk mencegah penyebaran COVID -19 pada orang berusia

(18)

18 tahun ke atas. Dosis pertama vaksin Moderna diberikan kepada 15.400 orang berusia 18 tahun ke atas dalam uji klinis. Vaksin moderna 94,10% efektif dalam mencegah penularan COVID-19 yang dikonfirmasi laboratorium pada pasien yang menerima dua dosis dan tidak memiliki indikasi infeksi sebelumnya, menurut hasil studi klinis. Uji klinis yang melibatkan orang-orang dari berbagai usia, jenis kelamin, ras, dan etnis, serta orang-orang dengan masalah medis yang mendasari, mendukung klaim ini.(Rahayu and Sensusiyati, 2021).

Reaksi di tempat suntikan berupa nyeri, nyeri tekan, dan pembengkakan getah bening di lengan yang sama dengan suntikan, bengkak, dan kemerahan adalah salah satu efek samping vaksin Moderna. Umumnya yaitu kelelahan, sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi, mual, dan kedinginan, serta mual dan muntah.

(Rahayu and Sensusiyati, 2021).

2.2.4.6. Vaksin Pfizer BioNTech

Vaksin Pfizer BioNTech adalah vaksin mRNA dengan komponen yang dibuat dan diproduksi secara kimiawi yang diproduksi secara enzimatik dari hal- hal yang terjadi secara alami seperti protein. Tidak seperti vaksin tradisional lainnya yang menggunakan virus mati yang tidak aktif atau sebagian dari virus sebenarnya untuk merangsang kekebalan dalam tubuh, vaksin ini tidak mengandung virus hidup. Sebaliknya, mRNA mengirimkan pesan ke sel-sel tubuh melalui amplop nanopartikel lipid yang menginstruksikan sel untuk menghasilkan lonjakan. Virus corona, yang menyebabkan infeksi, memiliki protein ini di permukaannya. Instruksi sel ini dirancang untuk membuat protein lonjakan untuk meningkatkan respons imunologis dan produksi antibodi terhadap protein lonjakan COVID-19.(Ni’mah and Syufa’at, 2021).

Ketidak nyamanan di tempat suntikan, kelelahan, sakit kepala, nyeri otot, kedinginan, demam, nyeri sendi, pembengkakan di daerah suntikan, kemerahan di daerah suntikan, mual, rasa sakit, dan pembengkakan kelenjar getah bening adalah beberapa efek samping dari penggunaan vaksin ini. Vaksin Pzifer-BioNTech ( limfadenopati) memiliki risiko rendah menyebabkan alergi. Reaksi alergi yang signifikan terhadap vaksinasi Pzifer-BioNTech terjadi dalam beberapa menit hingga beberapa jam setelah injeksi. Orang yang menyuntik vaksin biasanya akan

(19)

menunggu beberapa saat untuk melihat apakah penerima vaksin mengalami reaksi alergi (Rahayu and Sensusiyati, 2021).

2.3 Media Sosial

2.3.1 Definisi Media Sosial

Istilah "media sosial" dan "media" terdiri dari dua kata: "media" dan "sosial", dengan "media" mengacu pada media komunikasi dan "sosial" mengacu pada fakta bahwa setiap orang berkontribusi pada masyarakat. Berdasarkan uraian sebelumnya, media sosial merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh pengguna dalam proses sosial. Kita bisa mengetahui tentang tindakan orang lain melalui media sosial, meskipun kita belum pernah bertemu dengan mereka (Mulawarman and Nurfitri, 2017).

2.3.2 Fungsi Media Sosial

Saat ini media sosial memberikan pengaruh yang signifikan terhadap sikap masyarakat saat ini, terutama dari segi fungsinya, yang meliputi :

 Media sosial adalah alat yang menggunakan internet dan teknologi web untuk meningkatkan hubungan sosial manusia.

 Media sosial berpotensi mengubah komunikasi media penyiaran dari institusi media ke banyak penonton (one to many) menjadi komunikasi dialogis di antara banyak penonton (many to many).

 Media sosial dapat memperluas sumber pengetahuan dan informasi.

Mengubah peran orang dari pengguna konten pesan menjadi pembuat pesan (Purbohastuti, 2017).

2.3.3 Klasifikasi Media Sosial

Kaplan dan Heanlein membuat skema berbagai macam jenis menia sosial yang dimana dibagi menjadi enam bentuk yaitu :

a. Proyek Kolaborasi

Situs web adalah tempat di mana orang dapat mengedit, menambah, atau menghapus konten.. Contohnya yaitu Wikipedia

b. Blog dan Microblog

Tempat dimana pengguna dapat bebas melakukan sesuatu didalam blog ini seperti berbincang atau mengkritik sesuatu kejadian. Contohnya yaitu twitter.

(20)

c. Konten

Dimana masyakat yang menggunakan website saling membagikan konten-konten media seperti berupa video, ebook, gambar, dan lain sebagainya. Contohnya yaitu youtube.

d. Situs Jejaring Sosial

Sebuah program dimana penggunanya untuk terlibat dengan orang lain dan berbagi informasi sesama, dimana informasi tersebut dapat berupa gambar, video ataupun tulisan. Contohnya Facebook, Instagram.

e. Virtual Game World

Sebuah dunia virtual di mana pengguna dapat muncul dalam bentuk apa pun yang mereka inginkan dan berinteraksi dengan pengguna lain seolah- olah mereka berada di dunia nyata, Contohnya game online.

f. Virtual Sosial World

Pengguna merasa hidup di dunia virtual dan berinteraksi dengan pengguna lain, mirip den virtual game world. Dunia Sosial Virtual, di sisi lain, lebih terbuka dan fokus pada kehidupan.. Contohnya Second Life (CAHYONO, 2021).

2.4 Pengetahuan

2.4.1 Definisi Pengetahuan

Pengetahuan, menurut Notoatmojo, merupakan konsekuensi dari mengetahui, yang terjadi setelah individu melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Lima indera manusia, yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan sentuhan, digunakan untuk mendeteksi informasi ini. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui penglihatan dan pendengaran. Informasi yang diketahui atau disadari oleh seseorang disebut sebagai pengetahuan. Ketika seseorang melihat, merasakan, atau mendengar sesuatu, dan semuanya dilakukan dengan sadar dan dengan pengetahuan, mereka telah memperoleh pengetahuan.(Abdullah and Nasionalita, 2018).

2.4.2 Tingkatan Pengetahuan

Terdapat enam tingkatan untuk sesorang mengukur tingkat pengengetahuannya. Dimana tercakup dalam domain kognitif yaitu :

(21)

a. Tahu (Know), yang artinya yang mengacu pada mengingat pembelajaran yang dipelajari sebelumnya.

b. Memahami (Comprehension), kemampuan seseorang untuk mendeskripsikan secara tepat objek yang diketahui dan menginterpretasikan isinya.

c. Aplikasi (Aplication), kemampuan untuk menerapkan apa yang telah dipelajari dalam peristiwa dan pengaturan kehidupan nyata..

d. Analisis (Analysis), kemampuan untuk memecah suatu subjek menjadi bagian-bagian penyusunnya sambil menjaga struktur organisasi dan hubungannya tetap utuh.

e. Sintesis (Synthesis), kemampuan untuk menyatukan bagian-bagian yang berbeda untuk membuat keseluruhan atau untuk membuat formula baru.

f. Evaluasi (Evaluation), yang berkaitan dengan kemampuan untuk bertindak atas suatu objek atau materi. (Jamaluddin and Nugroho, 2016).

2.4.3 Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Adapun factor factor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu : a. Pendidikan

Pendidikan bisa didapatkan dari berbagai macam, seperti pendikakan formal yang didapat disekolah dan pendidikan non-formal yaitu pelatihan, bersosialisasi dengan sesama, dan lingkungan. Reaksi tersebut akan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Pengetahuan yang diperoleh seseorang dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan lebih besar.

b. Usia

Pengetahuan seseorang dapat terpengaruh seiring bertambahnya usia. Namun, seiring bertambahnya usia, kemampuan mereka untuk mengingat dan menyimpan informasi menurun. Tiga kekuatan dan kedewasaan dalam berpikir dan berbuat akan semakin matang seiring bertambahnya usia. Ketika Anda dewasa, Anda cukup dewasa untuk mengasimilasi informasi. Sebaliknya, orang tua yang berusia lanjut mungkin tidak selalu memiliki tingkat keahlian yang tinggi. Hal ini terjadi karena individu kurang memiliki wawasan, pengalaman, dan informasi

(22)

yang cukup. Lebih jauh, ketika seseorang bertambah tua, ia mengumpulkan lebih banyak pengalaman hidup dan karenanya lebih banyak informasi.

c. Pekerjaan

Tingkat kemampuan berpikir seseorang akan mempengaruhi pengetahuan di tempat kerja, dan seseorang yang sudah bekerja akan berpengaruh pada kehidupan rumah tangga. Bekerja menghadapkan seseorang ke berbagai interaksi dengan lingkungan dan rekan kerja. Hal ini akan berdampak pada informasi yang dikumpulkan (Haryanti, Ashom and Aeni, 2019).

2.5 Pengaruh Tingkat Informasi dengan Pengetahuan

Informasi adalah data yang telah dilkasifikasikan atau diolah atau di interprestasikan untuk digunakan dalam proses pengambilan keputusan. Sistem pengolah informasi akan mengolah data menjadi informasi atau mengolah data dari bentuk tak berguna menjadi berguna bagi yang menerimanya (Yusran, 2020).

Sumber informasi adalah adanya informasi baru mengenai sesuatu hal dalam menyampaikan atau memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut. Dimana semakin banyaknya sumber informasi maka semakin baik informasi yang didapat oleh seseorang didukung juga media yang digunakan yang juga dapat mempengaruhi seseorang dalam bersikap. Hal ini juga searah dengan semakan tinggi informasi yang didapat maka semakin besar juga tingkat pengetahuan (Carolina, Carolina and Lestari, 2016).

2.6 Profil Kecamatan Mentawa Baru Ketapang

Kecamatan Mentawa Baru Ketapang ibu Kecamatan yang berada di Kota Sampit, Kota Sampit sendiri merupakan ibukota Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng). Kota Sampit merupakan bagian dari Kecamatan Mentawa Baru/Ketapang, salah satu dari 17 kecamatan yang ada di Kabupaten Kotim. Kalau Kota Sampit diidentikan dengan Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, maka luas wilayahnya mencapai 726,00 km², dengan jumlah penduduk tahun 2020 sebanyak 89.285 jiwa, Kecamatan Mentawa Baru Ketapang ibu Kota Sampit secara resmi dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur Nomor 10 tahun 2018 tentang perubahan atas peraturan daerah Kabupaten Kotawaringin Timur nomor 9 tahun 2016 tetang

(23)

Susunan dan Pembentukan Perangkat Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur.

Kecamatan Mentawa Baru Ketapang merupakan Kecamatan induk dengan terdapat 5 Kelurahan dan 6 Desa yang secara yuridis formal berjalan sejak Tahun 1780 kemudian Era Reformasi, pada 21 Mei 1998, gaungnya juga sampai ke Kota Sampit. Karena itu, di era reformasi yang kemudian disusul penerapan otonomi daerah, aspirasi masyarakat Sampit kembali mengemuka. Salah satu aspirasi yang dikumandangkan adalah upaya pemekaran wilayah dimana sebelumnya tuntutan aspirasi tersebut dimasa orba seolah tersumbat. pada masa itu masih 10 Kecamatan beribukota di sampit. Kabupaten denga Seruyan mencakup DAS Seruyan, dengan luas wilayah 16.404 kilometer persegi mencakup lima Kecamatan beribukota di Kuala Pembuang dan Kabupaten Katingan mencakup DAS Katingan dengan luas 17.800 kilometer persegi, dengan 11 Kecamatan beribukota di Kasongan, Penetapan pemekaran itu berdasarkan UU Nomor 5 Tahun 2002 (BPS Kabupaten Kotawaringin Timur, 2019).

Referensi

Dokumen terkait

Dari uraian di atas, faktor usia, pengaturan waktu pada saat menghafal, serta tempat menghafal juga berpengaruh pada saat proses menghafal. Apabila hal-hal itu

Term yang jarang muncul pada keseluruhan dokumen teks memiliki nilai Invers Document Frequency lebih besar dibandingkan dengan term yang sering muncul.. Pembobotan menggunakan

PEMERINTAH KABUPATEN LAHAT DINAS PENDIDIKAN.. SMA UNGGUL NEGERI

Kredibilitas atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan: 1) Perpanjangan pengamatan. Pada penelitian pendahuluan dilakukan pengamatan

Nota: Individu yang mengalami reaksi ini setelah menerima dos pertama vaksin mRNA COVID-19 tidak akan diberikan dos kedua.. 11 ADAKAH VAKSIN COVID-19 BOLEH DIBERIKAN KEPADA

002 Jumlah Misi Penjualan Pariwisata Pasar Asia Pasifik 003 Jumlah Festival Pariwisata Indonesia Pasar Asia Pasifik 004 Jumlah Peserta Perjalanan Wisata Pengenalan Pasar Asia

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yuliandari, dkk (2014) menyatakan bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan secara individu dari kompensasi dan lingkungan

Tinjauan: Perlunya untuk mengetahui lebih lanjut mengenai COVID-19, dimana kasus emergency perlu untuk segera ditangani dan manajemen untuk mencegah penularan,