Hak cipta dan penggunaan kembali:
Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.
Copyright and reuse:
This license lets you remix, tweak, and build upon work
non-commercially, as long as you credit the origin creator
and license it on your new creations under the identical
terms.
TRANSKRIP OPINI.ID
TIM CREATOR MR. NGEHEK
Wherry Enggo Prayogi as Producer / Research Noor Muhammad Falih as Video Editor
10 Juni 2019
R= Rangga / Peneliti W= Wherry
F= Falih
R = Ya mas boleh perkenalan dulu
F= Saya falih, di sini, MR ngehek sebagi video editor.
W= Saya wherry, executive produser
R= Proses menemukan kontennya tuh gimana sih mas?
F= Sebenernmya sih dulu itu satu orang aja. Dia intinya mau bikin diversifikasi konten aja.
Kan belom ada nih, yang ngomongin politik, kritik pejabat publik, tapi bener lantang. Yaduah jadi lah MR. NGEHEK ini. Dia cerita ke temen temen, proses kolektif jadi lah kayak sekarang
R= kenapa sih bentuk visualnya gitu mas? Pakai topeng dan baju hoodie?
F= Topeng nya topeng badut sih itu. Pakai suara samar. Tujuannya pengen orang itu mendengar apa yang disampaiklan MR. NGEHEK. Jadi sebisa mungkin identitas itu ilang.
Lo ga perlu tau siapa yang ngomonmg, tapi yang perlu diperhatiin aja apa yang diomongn.
Diilangin umur, ras, agama, dan identifikasi lain. Mungkin satu-satunya identifikasi ya cuma soal dia laki-laki. Sengaja dijadiin abu-abu dan general. Biar identitasnya ilang dan orang fokus ke topik
R= kalau soal editan mas, tujuannya memasukan konten-konten viral apa ya mas? Contohnya editan video lucu darri Instagram
W= Intinya sih, kata kuncinya di diversifikasi. Jadi sejak 2016 kita fokus di konten jurnalistik video. Turunannya adalah kita harus bikin video jurnalistik yang kreatif. Terus kita setujui bahwa konten ini harus punya nafas baru. Tadi udah dibilang soal MR. NGEHEK, kita pengen yang diserap adalah argumentasi dan informasi nya. Tidak lagi menonjolkan aspek popularitas dari MR. Ngehek itu. Soaln konten video viral, ya kita pelengkap aja. Tapi grand design tetep di naskah. Bukan video viral mana terus dimasuk-masukin. Justru dari naskahnya dulu, baru ada video kocak untuk tujuan satir dimasukin. Jadi tujuannya tetep video kreatif yang menyampaikan data dan fakta, kadang pihak ketiga. Tapi tetep kreatif.
R= Inia da proses liputannya ga sih mas? Prosesnya gimana?
W= proses dapat ide besar itu basicnya research. Ada wawancara, liputan, dan literature. Dari research kita selalu kita pergi ke narasumber untuk konfirmasi, dan ada nasarumber
pembanding. Jadi memang berangkat dari riset, tapi tetep konfirmasi ke narasumber dan kasih hak jawab sih. Walaupun ga selalu turun langsung ya, kalau data udah ada dan factual ya itu dipake, tapi kalau perlu pihak sana nya jawab ya kita samperin atau telfon
R= Kalau target marketnya gimana mas? Untuk siapa, dan apakah pembentukan kontennya disesuaikan sama target market?
F= ya milenial anak muda sih. Kalo diliat dari penontonnya ya milenial, 18-34 tahun. Sesuai sama apa yang kita proyeksiin di awal. Sesuai sama konten yang suka kita selipin itu.
Sebenernya bukan mandatory dari redaksi ya, tapi kalau konten viralnya masuk sama naskahnya ya dimasukin.
R= Pernah takut ga sih mas kalau tiba-tiba yang nbonton bukan target marketnya, terus ga diterima dengan baik?
W= Sebenernya sih ya argument kita, konten bersifat sarkas, komedi, yang berupa satir ini jadi interest orang yang jadi target kita. Yaitu umur 18-35, yang kalau kita bedah lagi ya jadi anak muda umur 18-24. User seperti itu yang memang kita harapkan untuk bisa menonton ini. Tipe mereka kan tipe yang ga suka berita formal dan serius. Kita menconba mengemas konten digital, dan sesuai sama yang mereka mau. Kalau soal takut, ya, karena kita kantor media, satu hal yang dipegang ya data kita harus akurat. Kalau pernah ada yang bahas soal ketidak akuratan, ya kita open space buat diskusi. Data apa yang menurut temen temen salah, nanti kita adu argument. Selama kita ga menyalahi kode etik jurnalistik ya tetep kita tampilkan. Selama ini sih jarang ada yang complain, kalaupun ada ya mentah. Karena kita ga bisa turunin berita Cuma karena beberapa orang ga suka. Satu satunya hal yang bisa kita kasih ya hak jawab. F= iya kita belom pernah sih ngerasa data kita salah. Jadi temuan yang menurut oprang salah, ya jarang ada yang kebukti data kita salah.
R= terus ini kan media nya opini.id ya mas. Pernah ga sih ada yang mikir kalau ini tuh opini banget deh mas?
F= Sebenernya opini itu kan juga termasuk produk jurnalistik juga kan. Ya bisa juga dibilang ada selipan opini dari MR. NGEHEK ya itu juga tajuk rencana dari pihak opini.id dan valid ya mnenurut kita. Kantor berita kita juga jurnalisnya udah leeway sertifikasi jurnalis dewan pers.
R= Pertama kali buat MR. NGEHEK itu ngeliat akan laku, dan apa sih tujuannya secara industry?
F= lkita sih dulu yakin bakal diterima, karena banyak anak muda, ga ngerti politik, tapi kita tau keseharian mereka sukanya apa, contohnya meme, budaya pop culture, makanya sengaja kita masukin konten sejenis, salahs atu tujuannya memang buat nge gaet. Dan lumayan kebukti, misalkan konten atta halilintar mereka gasuka kita ledekin, dan mereka cocok gitu R= ada pengharapan khusus ga sih mas, buat masyarakat, mungkin biar meningkat literasi media atau gimana?
f= biar melek politik aja sih sebenernya
W= Iya sebenernya tujuan si mr. ngehek itu kan mau kritik pengambil kebijakan yang kadang suka gak cocok dan salah. Mencoba kritisi statement kayak gitu aja sih. Membenarkan logika yang suka salah dari pengambil kebijakan. Nah kita pake tokoh ini, buat nyampein fakta itu, tapi berdasarkan fakta dan narasumber juga. Jadi dibilang opini juga engga. Lebih ke berita tapi disampaikan dengan data spesifik, dengan gaya tersendiri. Ya intinya misalkan pejabat ngaco, ya kita bilang ngaco, basicnya data, terus dengan selipan kreatif itu.
R= Kan ini suka ngritik media lain juga mas, takut ga sih ada masalah sama media lain?
W= engga sih, itu kan bentuk kreatifitas dan industry aja ya. Indeks yang diucap di media lain, ya berhak aja kita ambil dan jadi sumber. Kecuali kita manfsirkan
R= semenjak adanya mr. ngehjek ini meningkat ga sih mas. Pengunjung atau pengikut OPINI.ID
F= Meningkat drastic sih, gatau kalo di platform lain, tapi kalo di youtube, subscribernya dibawah 20.000, sekarang jadi 100 ribu. Itu baru dari penghitungan youtube doing sih ya.
Sisanya ya tergantung konten di tempat lain. Cuma kan emang kita untuk konten MR.
NGEHEK emang fokus release di youtube.
R= Emang tujuan awal tapi emg ditaro di youtube ya mas?
W= Sebenernya sih ga ada platform khusus. Tapi pertama booming ya di youtube aja. Jadi kita emang sebagai industry kreatif ya sesuain platform apa yang lagi IN, dan perkembangan fiturnya. kita gatau juga sejauh apa youtube bisa jadi backbone MR. Ngehek. Tapi sejauh ini, uintuk segmen video lebih dari 2 menit, akan lebih maksimal ditaro di Youtube.
F= Jadi adaptif aja sih. Kita kan terbit 2 minggu sekali, jadi ya cocok buat di youtube. Karena terjadwal kan. Tim kecilnya ada 4-5 orang
R= itu yang main jadi MR. ngehek nya itu siapa mas?
W= kita sih ga akan ngmg itu siapa ya, yang inign kita tularkan memang lo ga perlu tau itu siapa sih. Tapi kalo dari teknisnya, ga ada sih siapa yang bakal gw sebut.
W= Buat nambain, paling segmen yang kita produksi dan akan kit ap[roduksi adalah program yang lebih kreatif dari media lain. Selama kita bisa ambil aspek kreatif itu, menurut kita itu jadi penyemangat deh untuk produksi konten lain. Belum bicara secara bisnis dulu, walupun memang penting, tapi yang fundamental ya itu, kita harus sajin konten jurnalistiki kreatif yang untuk umur 18-24 tahun milenial, atau 18-35 tahun.
R= Satu lagi mas, misalkan ada tanggapan kalao MR. NGEHEK ga berimbang, karena jarang datengin narasumber, itui gimana mas?
W= engga ah, kita pernah kok. Itu dulu tsamara, faldo, rian ernest, sama gamal. Kita datengin, modelnya live wawancara gitu, ini live loh wawancaranya. MR. NGEHEK tetep pakai topeng dan narasumber tetep ga tau itu siapaTapi memang yang bisa kita undang, ya narasumber yang muda, dan ga tersinggung kalo diwawancarain sama orang bertopeng gitu ya. Jadi yang pikirannya terbuka buat konten kreatif.
R= Oke mas, terima kasih ya mas.
Transkrip Fazilah Khairunnissa (ZILAH) Inews TV
Produser dan Presenter 9 Juni 2019
R= Rangga Z= Zilah
R: Nama lengkapnya kak?
Z: Nama saya Fazilla Khairunnissa, kerja di inews tv sekarang R: Udah berapa lama kak
Z: Baru 7 bulan, masuk 8 bulan. Sebagai produser presenter.
R: Biasanya produksi konten apa aja kak?
Z: Biasanya kalo program saya pegangnya Inews Sore, itu jam setengah 5 sampe jam 6, itu produksi. Kalo Presenter di Inews Malam.
R: Sebelumnya pernah tau tentang berita satir kak?
Z: Sebenrnya pernah tau, tapi ga terlalu detail. Sekarang kan udah banyak tuh konten baru di Youtube, kenceng banget kan konten begitu. Tapi ga terlalu perhatiin sih
R: Pendapat mengenai konten MR. Ngehek, yang diperhatiin pertama kali apa kak
Z: Gw sih pribadi ya, orang yang kerja di media itu, dia mau jadi influencer yang mau ngasih tau tentang ada fakta lain soal suatu berita. Gw sih perhatiin tentang yang polisi sama wartawan ya, yang tentang kerusuhan.Nah dia mau memberikan fakta lain tentang kasus itu.
Tapi menurut gw, dari segi konten dia itu hanya memberikan opini dia. Walaupun sesuai tema mungkin, tapi dia belom bisa dapet sumber yang jelas. Kalau misalkan di TV, kita itu berpatokannya sama statement yang bersangkutan. Kalau dia memberikan opini yang sebenarnya belum tentu memberikan statement yang betul. Cuma statement nanggung walaupun dari fakta, tapi ga ada wawancara ke yang bersangkutan. Walaupun ada statement kutipan dari polisi, atau dari AJI misalkan, tapi jadi nyambung-nyambungin aja gitu.Karena menurut gw harusnya dia kasih statement dari yang bersangkutan. Jangan sampe jadi kasus baru dimana ada orang salah tangkap atau persepsi yang beda karena dia gak ceritain secara full gitu. Dia itu hanya memperlihatkan sisi berlawanan dari apa yang udah ada di media konvensional sih, kayak pada hari kerusuhan, ada kejadian perilaku kasar polisi ke wartawan.
Tapi menurut gw dia harus tetep kasih statement dari polisi. Jadi menurut gw kurang cover both side aja sih. Walaupun mungkin emang konsep acaranya gitu ya, kasih berita yang gak blow up di media. Tapi itu lebih berbeda dari kita lembaga konvensional, yang mengacu ke berbagai sumber, jadi kontradiktif.
R: Merusak informasi gak sih kak, kalau gitu?
Z: Sebenrnya sih engga ya, dia berhak aja dan bebas. Tapi tetep aja ada orang yang akan ga open minded kan, yang sekali nonton langsung nyebar kemana-mana. Kayak misalkan soal kasus polisi tadi, bisa aja orang nonton terus langsung nyalahin polisi, padahal dia tinggal kejer aja wawancara polisi sih,biar dapet cover both side. Dia harusnya nayangin yang
dibilang sama polisi aja sebagai statement resmi. Jadi menurut gw takutnya ada dampak buruk sih ya
R: Mungkin belum tentu semua masyarakat yang nonton literasi medianya sama semua ya kak?
Z: Iya sih betul, mungkin ada pasarnya satu komunitasnya sendiri. Mungkin juga dia juga ngangkat berita selalu dari berita yang udah ada dari konvensional itu. Tapi menurut gw dampaknya sih takut jadi ga baik, kalau penyampaian berita nya kurang lengkap dan berupa opini aja gitu. Jadi memberikan sebuah informasi yang kontradiktif sih dari media konvensional. Intinya berdampak aja, bisa baik bisa buruk. Tapi takutnya buruk kan.
R: Oke kak, itu kan tadi dari isi. Kalau dari pembawaannya kak, erditan mungkin atau lawakan yang dimasukan. Menurut kakak itu ganggu informasi ga sih?
Z: Menurut gw sih itu tergantung kreatifitas orang ya. Menurut gw kalo kayak itu lebih terserah media nya aja. Ga ada yang salah dari pengemasannya. Cuma berita nya itu sih, kalau mau kritik polisi, ya harus ada statement dari dua belah pihak. Walaupun dari berita yang udha ada mungkin dia ambilnya, tapi tetep harus ada cover both side sih. Kalau soal nbentuk dan editannya, ya itu gapapa, lebih ke kreatifitas dan usaha buat narik viewers.
R: Sebenernya media Indonesia tuh perlu ga sih kak konten kayak gini, diversifikasi konten atau terobosan konten yang baru, gini kak?
Z: Sebenernya menurut gw penting sih, kan banyak kritikan yang media konvensional ga bisa kritik atau present ke pemirsa, nah dia bisa. Justru itu kelebihan media baru yang suka ada di youtube, dan online. Kayak contohnya Asumsi, yang dia ngundang narasumber tapi secara formal buat jelasin suatu topik. Kalau ini kan lebih ke opini aja sih. Walaupun konsepnya memang opini.id mungkin aja opini nya salah kan. Karena dia kurang dalem aja menurut gw jelasin beritanya.
R: Tapi sebenernya yang lebih kakak kritisi itu, pengemasan kontennya lewat satir yang buat beritanya mungkin jadi cetek, atau ke kedalaman risetnya sih kak? Atau gimana?
Z: Lebih ke kontennya sih. Karena gw sih suka kreatifitasnya ya, buat kontennya menarik.
Tapi ke penyampaian berita nya itu lebih ke opini, dan takutnya menciptakan sebuah stigma khusus yang belum tentu betul. Kalau soal gimmick dan pengemasan, ya menarik menarik aja. Tapi kalau kedalaman riset atau usaha dia untuk liputan ya menurut gw kurang. Ada beberapa spot bolong yang ga melingkupi semua kesaksian dari para pelaku dalam berita itu ya. Sebenernya kalau dia bisa riset dan liputan lebih dalam, ya pasti itu bisa lebih nguntungin dia ya. Apalagi sekarang, pas semua orang udah jarang nonton tv. pindah ke internet, dan dia nyajiin konten baru yang menarik. Kan pasti orang bisa lebih liat dan lebih betah nonton kan.
Harusnya konten baru kayak gini bisa ngasih nilai lebih ke media nya, kurang kedalaman berita nya aja. Contohnya Vice deh, dia di youttube dan bisa se menarik itu, eksploratif, dan beritanya dia ga pernah ga menarik dari pemilihan kontennya. Tapi tetep dalam dan sekaligus bikin orang tertarik tentang sisi lain yang jarang di blow up. Bagus sih MR. ngehek itu buat penyemangat media lain, dan bisa kritisi yang kita media konvensional ga bisa cakup. Tapi harus ada cover both sides nya tetep. Kurang narasumber sih
R: Nyambung ke soal youtube tadi kak. Banyak kan media ke youtube. Kakak setuju ga sih, media masuk ke youtube?
Z: Setuju sih. Karena satu banyak yang nonton, dan sekarang juga banyak kan media yang potong berita nya dan masukin ke youtube. Itu membantu banget jadi misalkan lo ga sempet
nonton tv atau gimana, lo tetep bisa update berita dari youtube. Apalagi kalo misalkan lo mau kasih tayangan lo ke media lain atau tayang ulang, harus ambil copy tayang dan prosedurnya panjang. Kalau youtube ini kan bisa ditonton kapan aja
R: Menurut kakak ini kontennya dibuat untuk siapa sih kak?
Z: Pastinya buat anak muda ya. Bagus aja sih sebenernya, asal si TV itu bisa kuat narik penonton. Karena sekarang aja TV udah susah kan nyari penonton, apalagi buat bikin konten yang kayak gitu. Tapi menurut gw tetep oke sih, banyak juga pasti media yang pake konten yang ga Cuma hard news. Gimana kita bikin berita yang menarik, tapi tetep berisi.
R: Terus kakak sebagai produser dan anchor nih kak, sebagai anchor kakak setuju ga sih, dengan penampilan pembawa berita yang ga konvensional atau ga biasa? Kan pakai topeng dan mukanya ketutup, dan suaranya di edit. Terpercaya ga berita nya menurut kakak?
Z: Balik lagi sih itu menurut gw kan gimmick ya, Dengan label MR. Ngehek kan jadi menarik. Kayak yang dulu di RCTI pake topeng yang waspadalah. Itu kan gapapa dan ga biasa kan. Itu bisa jadi Sosok misterius dan jadi mungkin sosok pengkritik pemerintah, kayak V for Vendetta gitu ya gimmick nya masuk lah sama konsepnya. Kontennya menarik dan lebih keliatan mengkritiknya. Lewat gimmick pembawaan yang ga biasa, kayak bisik bisik, dan editan kayak gitu jadi seru. Karena kan dia punya ruang yang ga terbatas buat explore ya, jadi emang harus dimanfaatkan sebaiknya sih kebebasan yang ga ada di media konvensional itu.
R: Jadi untuk target dia sendiri, konten ini udah pas kak?
Z: Namun balik lagi, kontennya emang menarik, tapi menurut gw dengan menariknya dia itu, malah nanti orang yang belum paham soal berita. Literasi media belum terlalu baik mungkin, bisa salah tangkep ya kalau beritanya kurang lengkap. Kalau gw kan karena gw udah tau beritanya ya, dan udah buat beritanya, menurut gw kurang lengkap dan kurang informative ya yang dia bikin. Dengan konsep satir gitu walaupun asik, tapi kurang terlalu dapet informasinya. Karena gw terjun langsung kan, jadi tau mana yang belum diberitain disana.
Tapi buat awam yang gak tau, mungkin bisa tuh tumbuh persepsi yang beda dari apa yang ada di realita nya. Pasti ada kan, persepsi nburuk yang muncul. Boleh beropini, asal jangan memaksakan orang lain buat punya opini yang sama. Misalkan dia ngeledek polisi, terus tanpa statement kan, dan harus ada konfirmasi dari polisinya. Jangan dia bikin berenti di tengah jadi kesannya polisi denial soal kasus itu. Atau mungkin harus ada konfirmasi dari korban juga. Jadi tau sebab dan alasannya. Setelah itu juga harus pastiin lagi ke polisi. Jadi jangan sampe ngebentuk persepsi buruk ke salah satu pihak. Kalau soal penyajiannya sih menarik ya.
R: Untuk evaluasi nya kak, yang harus diperbaiki ini dari jurnalisnya, redaksi nya. Atau literasi masyarakat Indonesia yang belum siap untuk konten semacam ini kak?
Z: Kalau menurut gw dari tiga-tiganya. Sebagai jurnalis dan label pers, haruisnya dia belajar buat seimbang dan patuh sama etika jurnalistik. Dari redaksinya juga, dalam perencanaan kontennya harus kasih rambu-rambu ke jurnalisnya, dan harus cover both sides dan harus diotayangin semua konfirmasi dari kedua belah pihak. Kurang konfirmasi aja sih. Satu lagi dari masyarakatnya, misalkan dapet suatu berita walaupun cukup menarik, tapi tetep harus cari lagi informasi sebanyak-banyaknya. Dan gw garis bawahin untuk media nya, misalkan emang dia tujuannya bukan propaganda ya, harus ditampilkan sumber berita dan statement dari berbagai pihak, biar awam juga nontonnya jelas dan berimbang. Walaupun emang konten
kritik ini banyak ya, kita juga sering kan media tv kritik, tapi ga langsung kritik gitu, lebih rapih dan pembahasannya lebih luas dan ada konfirmasi dari berbagai pihaknya. Walaupun dengan konten satirnya ya
R: Oke kak, satu lagi nih ya kak. Menurut kakak harus disebut berita atau engga ya kak?
Z: Menurut gw sih engga ya, itu lebih ke program hiburan. Karena ya sumbernya belum lengkap dan ga cover both side. Sumbernya juga ga terlalu jelas ya, dan memperlihatkan banget soal keberpiohakan dia ke salah satu pihak. Ya menurut gw sebagai jurnalis ya sebagai berita belum lengkap ya, yang bagus baru pengemasannya aja.
R: Baik kak itu aja, Terima kasih ya kak Z: Yeeyy oke semoga terbantu ya
TSARINA MAHARANI DETIK NEWS
REPORTER 12 JUNI 2019
R= Rangga T= Tsarina
Boleh perkenalan dulu kak
Aku Rani, dari detik.com , news di politik. Liputan di DPR. Nulis berita di DPR
Soal MR. Ngehek nih kak yang udah kita bahas. Dengan penampilan visual seperti itu, menurut kakak dia mau nyampein apa?
Menurut aku sih, dia mau mengkritik sebenernya. Cuma dalam bentuk anonym gitu, jadi dibuat seperti itu, Topeng, ber hoodie dan nhitam putih jadi anonym. Menurut aku sih biar lebih leluasa kritiknya ya
Setiap kali menulis berita, pasti ada nama penulis kan kak. Menurut kakak dengan anonimitas itu, jadi kurang kredibel ga kak beritanya?
Sebeenrnya itu wadahnya kan jelas ya. Cuma penyampaiannya aja yang dibuat ga jelas.
Menurut aku sih ga masalah karena media nya jelas. Walaupun ada kontroversial atau bermasalah, ya pasti medianya yang harus diliat.
Menurut kakak dari penyampaiannya udah sesuai belum sama kaidah jurnalistik?
Dari beberapa yang aku tonton, contohnya RUU PERMUSIKAN, kan aku sempet juga tuh nulis berita itu. Menurut aku sih data dan pasal yang disebut bener ya. Alasan disebut pasal karet dan, bagian bagian soal data, serta statement semua pihak sih bener dan jelas ya. Sesuai deh sama apa yang aku bikin
Menurut kakak, akan terjadi disrupsi informasi ga sih kak dengan penyampaian kayak gitu?
Aku pribadi sih bisa memahami deengan benar ya apa yang dia sampaikan. Menurut aku khalayak juga pasti bisa nerima. Karena satu cukup ringan. Walaupun cukup berat tapi delivernya baik sih. Lengkap jadi mudah dipahami
Konten Seperti ini menuut kakak diciptakan untuk siapa sih kak? Target marketnya?
Menurut aku sih buat anak muda ya, dikemasnya kan visual kreatif, bahasa sehari hari. Jadi buat anak muda 18-20an sekian cocok lah. Kan anak-anak sekarang kurang suka tuh baca berita kayak detik dan kompas. Contohnya di kantor aku, detik. Di kita sih targetnya bukan anak-anak muda. News nya ya. Itu lebih ke laki-laki pekerja umur hampir 30 deh. Nah itu kan mereka suka berita yang cepet dan singkat. Nah itu juga bikin kita menyesuaikan kontennya sih. Dari awal udah dikasih tau karakteristik tulisan detik, dan kita mengikuti aja.
Bedanya itu ya, kalau MR. NGEHEK ini mungkin juga sama, dia nyesuain pengemasan kontennya, sama target beritanya. Sebenernya penting sih punya karakter berita gitu, jadi
jelas setiap media punya karakter sendiri. Begitu kita punya audience yang jelas, ya kita juga jadi jelas bikin beritanya kayak apa.
Untuk karakter kak, menurut kakak penting ga sih media ini ikutin perkembangan jaman?
Sebenernya penting sih ya. Di detik walaupun kita isu nasional dan ga ringan, ga kayak opini ini dan provoke misalnya. Tapi kita tetep ngikutin perkembangan sih. Di Instagram suka ada kok kita detik20. Jadi berita video yang kita coba kemas secara kreatif, tapi masih sesuai sama karakter kita. Untuk ngikutin perkembangan ini sih menurut aku opini.id udah bagus ya dengan bikin konten begitu yang sesuai sama karakter mereka.
Menurut kakak, peliputan mereka udah pas dan sesuai belum secara jurnalistik?
Menurut aku sih yang berbasis riset gini, kayak narasi gitu ya. Jadi ga ada wartawannya, tapi fokus ke riset dan kreasi aja. Kayaknya sekarang emang banyak deh yang berbasis riset.
Selama masih dapat dipertanggungjawabkan, dan terdaftar dalam dewan pers. Aku sih ga terganggu ya. Karena emang banyak media yang caranya ga kepikiran sama kita. Ga menutup kemungkinan kedepannya yang kayak gini juga akan menjamur. Asal beritanya valid dan dapat dipertanggung jawabkan ya.
Opini.id dan menggunakan berita satir kak, menurut kakak konten seperti ini sah ga digunakan sebagai cara penyampaian informasi?
Aku sih ga ada ya pakai itu. Di detik seenggaknya. Tapi detik pernahnya pakai meme gitu.
Setiap hari ada kayak kumpulan komik hari ini. Mungkin mirip deh ya sama satir juga. Jadi coba menyampaikan sesuatu dengan komedi dan kritik, kan sama aja ya. Baru sih, pilpres 2019 ini, Cuma hanya keluar kayak dua bulan gitu. Ga tau juga kenapa, aku sih ngeliatnya beta banget aja ya yang detik bikin, mungkin sama. Tapi diambilnya dari bahan-bahan liputan kita juga. Dan menurut aku juga banyak media yang punya ya. Kayak tempo ada komik, kompas ada Mice, dan Timun, sama yang wayang. Sebenernya kan itu juga penuh kritik ya.
Kayaknya emang satir itu juga bagian dari jurnalistik sih. Tapi menuirut aku tetep itu Cuma bagian aja, hiburan aja. Di sini sih belum ada yang se serius pakai berita satir di luar.
Menurut kakak pengemasan konten berat dengan berita satir itu menguntungkan pembaca ga sih kak?
Menurut aku dengan kayak gini, nberita berat semakin banyak yang bisa terima ya. Kalo aku ada berita kayak gini, dan aku ga ngerti, malah aku sih nyari ya. Harusnya lebih mendorong orang buat cari tau beritanya ya.
Tapi mereka kan pakai satir kak, penuh kritik, dengan literasi media masyarakat sekarang, akan terjadi kesalahan penerimaan pesan ga sih kak?
Ya kita emang ga bisa control sih penerimaan orang sekarang. Orang bisa nerima salah, atau benar, kan bukan tergantung kita juga. Asal sesuai sama kaidah jurnalistik ya. Walaupun di media ini keliatan lebih tendensius ya. Tapi emang kita di media ya emang ada aja tendensi khusus. Kayak kemaren soal RUU PERMUSIKAN itu, kita juga rapat, ini beritanya mau kayak gimana, yang intinya kita pengen itu gagal gimana caranya. Tapi itu isu tertentu ya.
Karena kan emang tugas kita sebagai watchdog, fungsinya kita itu. Jadi kalau ada yang salah dari pemerintah, atau DPR, ya fungsi kita untuk kritik mereka. Kita punya power untuk pengawasan mereka. Makanya kemarin soal RUU music itu kita gencerin banget beritanya.
Walaupun penting juga cover both side gitu, tapi ya kadang mereka juga aneh kan jawabannya. Jadi udah tugas kita buat ngawasin. Kayak waktu itu soal UU MD3 , mereka ekspose RUU nya ke kita telat, udah seminggu sebelum paripurna gitu. Jadi kita juga ga
sempet kritik banyak. Itu nunjukin sih pentingnya fungsi pengawasan kita sebagai watchdog.
Cuma caranya aja mungkin mereka lebih berani. Justru kritik itu penting menurut aku Kalau soal data yang diberikan MR. Ngehek kak, ada kritik?
Menurut aku sih engga ya. Cuma bisa deh ditambahin. Kayak yang soal polisi wartawan kemarin, itu dia juga ga nambahin sumber sih pas dia bilang polisi mukul wartawan. Bukti validnya polisi ngegebukin itu gimana. Dia gabisa nunjukin data primer atau gambar gitu.
Narasumber juga engga. Kalau bisa sih lebih baik ada data pendukung soal itu ya, tapi ga juga gapapa sih.
Terus dia kan suka masukin video-video viral dan meme kan. Menurut kakak itu gimana?
Menurut aku itu bagian dari humor aja deh. Tingkat humor dan informasi nya masih seimbang deh. Belum sampai titik di mana informasi itu jadi kabur. Walaupun pakai meme, atau komedi, menurut aku masih pantes dan pas sasaran sih.
Nama Narasumber: Iwan Pras Keterangan
Pewawancara: P Narasumber: N
P: Boleh dikasih nama lengkapnya Om?
N: Iwan.. nama on air atau nama off air?
P: dua duanya Om
N: nama on air iwan pras atau orang biasanya manggil elmo, elmo iwan P: Udah jadi jurnalis dari tahun berapa om?
N: Saya jadi jurnalis dari thaun 1993 di koran jayakarta P: Terus di metro dari?
N: Di metro dari tahun 2000 P: Sekarang sebagai?
N: Program directon
P: Program director, itu ada salah satu program atau
N: Kalau program saya ganti-ganti karna program director news bulletin, news buletin itu berita, berita hard news. Berita metro pagi, metro siang, metro sore, metro hari ini
P: Overall itu ya?
N: Ganti-gantian aja tapi semua udah pernah dipegang
P: Mau nanya soal teasernya ini, om kan udah liat visualnya tuh om jadi ada orang pakai topeng, pakai hoodie. nah itu menurut om dia itu pakai visual dan bentuk-bentuk keindahan seperti itu gunanya untuk apa sih om?
N: Untuk memperjelas aja jadi gini pakai topeng. Topeng gini si topeng itu adalah vendeta, vendeta itu pahlawan spanyol apa prancis ya?
P: Pertengahan
N: Pokoknya eropa lah ya pertengahan. Itu pembela kebenaran dan itu dia bersembunyi itu intinya dulu vendeta. Vendeta itu tersembunyi gak mau liatin bahwa gue hero. dia sama dengan robin hood lah tapi kan robin hood lebih fisik kalau si vendeta dia gamau keliatan dia siapa tapi dia mebela kebenaran beda mungkin dia topeng ini dipakai untuk mensimbolkan saja gitu bahwa gue ini cerita bahwa ini kebenaran gitu. Jadi pakai visualisasinya itu vendeta kedua model kaya apa sih namanya gambar gambar yang sting gitu ya gambar teng gitu gambar jadi kaget gitu ya gambar ini penjelasannya menurut saya dia itu bahwa mau menyentuh si pemersia yang nonton
itu bahwa ah oh iya ni bener nih kata kata dia mau mengarahkan ke situ supaya pemirsa tuh tertarik penonton tuh tertarik jadi penasaran. Apa yang dirasa? Dipause kan sama dia apa sih tulisannya? Oh ini baru ya itu salah satu cara dia untuk menyentuh rasa penasaran ini
P: Nah terus ini kan ngomongin dia nyampaiin berita nih om kan biasanya kalau kita liat di tv atau di media konvensional itu kan sumbernya siapa yang bacain beritanya jadi penting kan om?
anchornya N: Dulu iya
P: Nah terus dengan adanya topeng topeng visual kaya gini kan berarti dia anonim kan. Menurut om itu akan mengganggu informasinya ga sih om? Akan terjadi disturbsi
N: Di awal iya di awal iya P: Kenapa gitu om?
N: Karena gini pikiran orang maksudnya gini perasaan orang pas baca berita pasti liat presenternya dong yang nyampein, cantikkah, gantengkah, apa ngehe kah ni orang jelek banget nih tapi kebawa jadi informasinya kebaca pertama ganggu ni orang mau main-main nih minimal mau hoax lah malah penasaran di awal ah apaan sih tapi orang akan liat karena opini.id kan dia masif kan ngeluarin gak cuma sekali dua kali terus orang pengen tau juga apa sih yang diomongin ngapain sih dia pakai topeng itu tujuannya apa. Menurut saya di awal ganggu tapi berikutnya orang akan penasaran ini apa sih orang. Pada saat dia ngeluarin fakta orang jadi belajar. Oh gua baru tau nih yang kaya gitugitu loh ya gangguan di awal bisa ilang pelan pelan kalau saya ya
P: Nah terus ini kan tadi kita balik ke visual lagi om terus kalau menurut om diciptakannya target marketnya siapa om?
N: Ya anak milenial lah gak mungkin seumuran saya. 35 tahun ke atas tuh udah gak peduli karena merasa lebih tau. kaum milenial yang mereka masih buta sejarah, buta sejarah negara ya buta masalah politik segala macem kan satu dekade sebelumnya udah apatis dengan keadaan politik sekarang jadi terusik rasa ingin tahunya. Akhirnya dapet deh pembelajaran dari ini walaupun mungkin gak 100% dapetnya ya okelah awal awal dia oke kalau dia lebih sering lagi si opini.id ngeluarin konten-konten itu dan fokus fokus saya rasa kaum milenial si pemirsanya dapet lah
P:Nah terus menurut om ini sekelibatan aja ya menurut om dia nyampaiin datanya sudah cukup belum om?
N: Selama ini yang saya liat ya sedikit ganggu lah ibaratnya karna saya liat saya udah tau ya udah tau apa yang akan diomongin sedikit ganggu. Tapi untuk kaum milenial bagus
P: Udah cukup data dan faktanya?
N: Bagus cukup cukup tinggal kita memfokuskan diri saja topik topiknya gitu tema temanya.
Jadi jangan terlalu melebar fokus ngomongin soal korupsi, korupsi . faktanya aja faktanya dijelasin ini ini ini jadi jangan ngalur ngidul kemana apalagi pakai pernyataannya si anonim ini
gausah fakta aja keluarin menurut sri mulyani, menurut KPK, menurut si ini fakta keluarin jadi kalau ada yang ngomong di luar fakta tersebut bullshit pemirsa gitu.
P: Dengan adanya si topeng itu malah opini si tokoh itu otomatis ilang om?
N: Ga ilang jadi gini loh kalau dia bicara masalah fakta ya tanpa punya dasar memang benar.
Mungkin benar yang disampaikan sama dia tapi orang ganggu lu tau fakta dari mana? Sok tau lu.
Apalagi jaman milenial kita ngomong gini dasarnya apa lu ngomong gini kalau jamanjaman saya waktu masih muda ya oh ya ya oh ya ya sekarang gak bisa. Jelasin fakta jelasin sumber menurut ini sebagian saya udah liat kok opini.id udah ada kok menurut keterangan kpu cukup bagus P:Udah cukup untuk target marketnya sendiri udah?
N: Bagus jadi gini loh orang lu ngomong gini datanya dari mana? Dari KPU. Lu ngomong gini dari mana? Dari kementrian keuangan kan diluar itu siapa lagi yang mau dipercaya kan gak mungkin. Ini menurut dari anggota BPN datanya begini begini. Udahlah BPN cuma 5 tahun sekali gabakal didengerin. Orang halah bullshit lah tapi kalau ini data dari kementrian keuangan data, dari kabulog, data dari biro pusat statistik jelas BNPT kemarin gini-gini, kecelakaan kemarin gini-gini, teroris begini-begini sumbernya jelas. Kalau orang merasa ah bener ga sih dia pasti orang browsing bener gasih data dari ini buka websitenya go.id kan pemerintah. Dan jangan sekali-kali main-main soal data gitu loh
P: Jadi menurut om menurut om malah dengan adanya pengurangan berita kaya gini nih masyarakat yang jadi tujuan khalayaknya nih jadi kepo ya?
N: Pasti loh gini loh awalnya kan tokoh vendeta ini ditampilkan anonimus kan pertama kali ditampili adalah korupsi di luar kan soal yang katanya daftar pemilik saham wikilik ya?
P: Panama apa namanya?
N: Panama papers itu kan rame mendunia lah semua negara membicarakan itu. Kaum milenial pasti gak gaptek soal teknologi pasti browsing cari tau. Ada anonimus ngomongin lain maksudnya kok lain ya. Jangan terus foto prabowo foto jokowi gak kena. Ini bagus karena memang dia lagi in ya si vendeta tuh lagi in ya udah jadi tokoh.
P: Revolusioner gitu ya?
N: Revolusioner pembela kebenaran udah itu aja. kalau zoro orang siapa sih zoro tapi kan kalau vendeta lagi trend filmnya ada jadi gitu menurut saya cukup lah cukup mengenal cukup mengganggu lah
P: Menurut om kan udah jurnalis lama nih om terus udah di metro menggunakan program steller yang pakai satin ini kan tapi lanjut ke pertanyaan lain otomatis karena dia masuk ke media baru otomatis juga yang bisa nonton gak cuma milenial doang kan?
N: Ya semua umur lah
P: Itu bakal menyebabkan polemik di kategori umur yang lain ga sih om?
N: Engga
P: Kenapa om?
N: Karena trennya kesitu masyarakat butuh informasi orang yang lebih tau pengalaman gasemua orang pengen menyampaikan harus punya media baru dia bisa nyampaiin gak bisa secara pribadi nyampein. Orang yang bukan jurnalis mungkin gak akan ngomong ah menurut gua begini mungkin dia berkomen aja tapi dia engga kana memotong itu yang penting itu milenial generasi berikutnya yang harus tau itu yang harus dipikirin. Kalau generasi tua gak usah dipikirin. kaya jaman soekarno dulu kasih aku 10 orang muda ketimbang ribuan orang tua, gua bangun negeri ini karena yang bangun negeri ini generasi muda gak mungkin generasi tua tinggal berapa lagi sih umur. Liat jepang stuck dia karena generasi mudanya abis gak ada yang mau punya anak.
Kalah sama china kalah sama korea well tahun 80an siapa yang gatau jepang penguasa teknologi kan sekarang china karena china apa? Banyak anak bebas lo ngomongin apaapa bebas dunia ini punya lo tapi satu yang gaboleh politik karena politik punya komunis udah maju china kita harus belajar
P: Karena bahasanya begini otomatis yang orang-orang tua mental sendiri gitu om?
N: Yaiya lah sekarang umur-umur saya gini 50an mau ngomong apa diketawaiin contohnya Kivlan Zen udah gak perlu dia ngomong dia harusnya tinggal menikmati keindahan hidup aja menjelang dia mau ke akhirat udah bau tanah ngapain dia ngomong gitu malah jadi cercaan kan?
Karena apa? Karena orang tua balik lagi ke umur muda balik lagi ke umur kecil gampang ngambek, gampang nangis ya kan emosional begitu dia gak dapet apa yang dia mau salah jalan kan makar lah segala macem pikirin kaum milenial generasi berikutnya gausah pikirin generasi sebelumnya generasi sebelumnya udah ngalamin semua
P: Aku mulai omongin industri medianya nih ya. Industri media indonesia perlu ga sih sekarang contohnya kaya kita liat narasi deh kan ada mulai trend tuh kalau dulu liputan apa kalau ini kan lebih ke konten konten kreatif. Industri media diindonesia perlu gasih?
N: Perlu dong sangat perlu karena apa? Berita yang konvensional udah gadiliat metro tuh ngalamin. Tahun 2002 tuh woh kita dikejer pengen tau semua sekarang
P: Oh gitu om? Ada trendnya?
N: Pasti dong, pasti menurun makin menurun tren tuh baca koran orang nonton tv gak mau orang medsos udah ada kok. Penjelasannya kesitu kalau untuk kecepatan itu disini jadi gak usah pikirin lagi industri kita mau gini gak usah dipikirin lagi tv udah gaada lagi koran udah ilang. Siapa baca koran sekarang? Paling nyari iklan jual mobil kan. Tv? Mungkin 10 tahun kedepan udah gaada 5 tahun lah gausah bicara 10 tahun, 5 tahun kedepan mungkin orang udah gaada tv semuanya smartphone. Siapa yang nguasain smartphone sekarang? Kaum milenial kan bukan orang tua kan orang tua kan paling sms whatsapp
P: Jadi karna pertumbuhan milenial otomatis industri perlu mengeluarkan itu?
N: Harus itu harus ngapain mikirin orde baru karena udah gak jaman kita ngomongin orde baru ditentang sama semua sebagiaan besar menentang kita mau ngomongin revolusi ke jaman Gusdur lagi gak mau orang kita musti apa sih pembaruan? Yang dicontoh si Ahok itu kan terus balik Anis jadi gubernur sorry ya kesitu anis balik lagi ke model dulu jadi kaya Foke kan? Apa yang terjadi? Kotanya berantakan masyarakt kesel artinya apanya kita musti pembaruan. Musti
pembaruan terus komunikasiberkembang gak ada ilmu yang berkembang kecuali sejarah ya.
Sejarah kita flash back gitu aja sih jadi harus metro kalau gak gitu ketinggalan sekarang net karena apa masuk ke si talkshow itu kan masuk ke Sule dia bencanda karena informatif itu yang dicari hiburannya dapet informasi dapet kalau informasi doang kaku. Dulu cakrawala laku antv makin kesini gakena gamau ada darah apaan sih kasar jaman gini masih ditayangin darah darah kasar gitu caranya yang tadi itu mau sarkasme kek, satir kek, ironi kek itu bentuknya aja gimana di layar
P: Terus ini aku nanya soal bahasa satire om kan ini pakai bahasa satir om itu tuh pantes ga sih digunain di jurnalistik om? Karena kan banyak sindala sendilun kita tau yang di us terus kompas di komiknya suka pakai satir
N: Mungkin kalau kita pakai kode etik wartawan ya PWI ya memang tidak disarankan bukan gak boleh tidak disarankan itu yang namanya kata pengantar, kata redaksi opini redaksi itu kan yang bicara wartawan dari media itu kan? Itu pakai satir gak mungkin engga pasti ada lah dan untuk menggambarkan menghina orang kalau pakai kata-kata langsung kena dong? Makanya pakai kata-kata satir tapi disarankan tidak gitu jadi kalau kita mau model gitu gak mungkin dalam buletin lah pasti dialog dengan stand up komedi komik gitu itu salah satu cara menampilkan informasi. Buletin udah usang menurut saya jaman-jaman saya umur tua udah males nonton tv kan karena nonton tv orang orang milenial barubaru mau berkarir kan? Liat yang kaya gitu?
Udah males matiin udah dapet dari smartphone dapet dari detik.com udah selesai ya kan dulu koran, koran kan apa sih namany awaktunya panjang kita bisa baca kapan aja gaberubah informasinya gaberubah berubah udah orang gamau lagi orang pengen cepet tv semua tiap detik berubah berubah gue pengen cepet tapi jangan sampai ilang. Kalau tv kan cepet terus ilang keluarlah smartphone semua udah ada disini loh kalau tv gangikutin disini selesai makanya metro siapin medcom dia onlinenya kalau gagitu selesai kita dari dulu udah tutup ini dari 2015 keatas udah gaada metro kita pakai itu orang liat medcom sambil ditampilin ada rekamannya kok tadi metro malam
P: Di playback
N: UCTV ada rekamannya makanya tv on the man makanya apa? Tv on the man ngalahin first media internetnya kenceng tapi gadapet apa-apa dari ini internetnya dipake tapi tvnya gadipake kaya gitu penting menurutku harus
Nama Narasumber: Nazmi Haddyat Tamara Keterangan
Pewawancara: P Narasumber: N
P: Boleh perkenalkan diri dulu kak nama lengkapnya terus nama panggilan N: Nama lengkap nazmi haddyat tamara panggilan nazmi
P: Sekarang sedang jadi jurnalis di?
N: Posisi sekarang data journalist di katadata.co.id P: Dari tahun berapa kak?
N: Mulai masuk di katadata.co.id tuh dari 2017 udah mau 2 tahun P: Aslinya lulusan?
N: Sebelumnya lulusan statistik?
P: Di?
N: Di IPB, Institut Pertanian Bogor
P: Mulai masuk ke berita acaranya ya kak. Kan kakak sering nonton tuh kontennya opini.id kita sering liat penampilannya orang pakai topeng, pakai hoodie, editannya abu-abu, suaranya diblur.
Dia mau nyampaiin apa sih kak dari visual kaya gitu?
N: Sebenernya kalau yang saya tangkep itu dia memang salah satu penyampaian informasi yang berbeda jenis aja dan kenapa? Mungkin memakai istilahnya identitasnya disembunyikan lebih pada karena dia lebih banyak konten yang meledek atau menyinyir atau kadang-kadang ada juga yang dia kata-katanya malah menjatuhkan mengungkit beberapa kesalahan makanya suaranya disamarkan identitasnya disembunyikan. Tapi sebenarnya terlepas dari itu semua kalau memang informasinya benar itu jadi salah satu gaya menyampaikan informasi yang berbeda aja sih.
Sebenarnya informasi yang sama kalau dibaca ada juga informasinya, samasama benar.
P: Kalau kita biasanya baca berita kalau tertulis ada namanya misalnya oleh nazmi kalau di tv ada presenternya. Ini kalau diliat dia secara langsung menghilangkan identitas pembawa acara.
Jadi masalah ga sih kak? Mungkin kredibilitasnya dipertanyakan atau informasinya bisa terdisrupsi?
N: Sebenarnya kalau bahan kayanya, tapi belum tau praktiknya gimana tapi sepertinya informasi yang disamapikan oleh anonim atau disini mungkin dari opini.id aja kan bukan mr. ngehe bukan identitas yang bisa dipertanggung jawabkan biasanya itu tidak bisa dipakai untuk penyebaran yang selanjutnya dia gak bisa dipakai narasumber karena menurut saya kalau mengutip dari opini.id atau mr. ngehe itu jadinya tidak kredibel menurunkan kredibilitas.
P: Karena pengemasan unik begitu jadi gak bisa untuk riset selanjutnya ya?
N: Iya kalemahan dia tidak bisa dikutip karena biasanya data-data jurnalistik atau research sumbernya harus jelas kalau ada beberapa kesimpulan atau beberapa intepretasi dari mr. ngehe ini meskipun itu benar tapi akan sulit untuk dipertanggung jawabkan karena pengemasan anonim tidak bisa diverifikasi lebih lanjut mungkin ada yang seperti ini kalau di Amerika itu kan jelas ada identitasnya siapa dan bisa dipertanggung jawabkan siapasih namanya, pembuat- pembuatnya, narasumbernya. Kalau ada yang menggugat istilahnya kan yang ingin melihat kredibilitas atau akurasi bisa di konfirmasi lebih lanjut kalau seperiti ini kalau saya menganggapnya lebih ke hiburan.Bisa jadi hiburan disaat orang pusing mungkin bosen penyampaian berita yang serius. Mungkin kalau di jurnalisme data pusing terlalu banyak data yang harus dibaca penyampaian seperti ini bisa jadi alternatif tapi sekarang kalau saya sendiri melihat ini mungkin sebagai hiburan, kontrol. Mungkin sebagai dari intepretasi satir itu gimana sih dari based data yang sama penyampaian satir bisa jadi kontrol sebenarnya kalau dari gayanya satir intepretasinya bisa berbeda gitu lebih ringan mungkin ternyata gak seberat itu kok penyampaian informasinya. Mungkin kelemahannya memang itu menurunkan kredibilitas dan saat pengecheckan akurasi.
P: Terus tadi kan kakak udah bahas soal jadi alternatif dimana media media lain serius ini jadi tanda kutip ringan gitu ya. Menurut persepsi kakak konten seperti ini target marketnya siapa sih kak?
N: Saya sih target market dari konten seperti ini anak muda biasanya milenial yang gadget atau penetrasi internetnya sudah tinggi dan sudah memakai akses itu jadi dia emang targetnya lebih kesana bukan orangorang yang lebih dewasa pembaca berita pada umumnya biasany aseperti ini digunakan di chanel pribadi chanel chanel pribadi bukan diakui sebagi produksi jurnalistik dan sebenernya saya juga belum bisa tau si opini.id memperlakukan konten ini si mr. ngehe ini sebagai produk jurnalistik atau hanya produk opini tapi non jurnalistik mungkin harus dikonfirmasi lagi
P: Kemarin aku nanya ke opini.id tujuannya sebenernya pengen bikin konten jurnalistik tapi sekreatif mungkin
N: Soalnya ada beberapa pantangan gitu. Sebuah konten jurnalistik itu banyak harus bisa diverifikasi semuanya teori teori yang ada. Dan salah satunya ini memang produk seperti ini apakah bisa disebut sebagai produk jurnalistik atau jurnalistik yang kreatif, jurnalistik yang baru, modern atau anti mainstream gitu. Soalnya tadi itu biasanya konten jurnalistik biasanya kan bisa dikutip selanjutnya atau dipakai buat research pun bisa misalnya buat skripsi gitu dari katadata memberitakan ada sumbernya jelas kalaupun ada penguji gak percaya nih secara teori beda, bisa dikonfirmasi ntah bisa ke pemrednya atau siapa. Kalau ini saya gatau sudah ada kasusnya atau belum tapi mungkin ga setrasparant di produk lain gatau siapa yang ngomong ms. ngehenya itu P: Kakak sebagai data jurnalistik menyambung penjelasan kakak yang barusan sebagai data jurnalis berdasarkan data-data yang dipaparin mr. ngehe sebenarnya sudah oke lah atau masih belum kurang atau gimana menurut kakak?
N: Kalau dari sisi data journalism sebetulnya belum bisa disebut produk data jurnalis ya. Produk jurnalistik pun masih bisa. Saya belum tau disebut jurnalistik atau tidak. Kalau dari sisi data- datanya itu belum banyak mengungkap kuantitatif. Dia lebih banyak ada isu dibahas dengan namanya opini jadi dia lebih banyak intepretasi dari informasi informasi aja disambungkan
dengan informasi di background story di sebelumnya atu misalkan ada sindirian-sindiran lagi kalau datanya sebenernya kaya pelengkap sih ya belum menjadi hal yang utama untuk dijelaskan P: Berarti lebih fokus ke konten kreatifnya aja?
N: Iya saya lihat beberapa yang udah sering saya lihat belum ya gitu data-data yang ditampilakan bukan yang dari teori ada juga dia mengungkapkan secara real ada grafiknya lah
P: Data kompleksnya ya?
N: Ya data kompleksnya hanya pelengkap aja gitu kalau disambungkan dengan data jurnalism kalau kita malah berangkatnya dari datanya dulu dari data-data ini tuh kita kumpulin dulu
P: Data mentah gitu ya?
N: Ya data mentah kita sebisa mungkin tidak melihat dari 1 sumber atau 1 sisi pasti kalaupun 1 sumber yang sama kita pasti lihat data pendukungnya dari situ kan istilahnya ada analisisnya dulu jadi nyambung dari story yang akan kita buat atau gak kesimpulannya ini hasilnya sama kaya keliatan di lapangan berangkat dari data itu baru bikin story. Kalau ini saya lihat memang dari isunya dulu apakah viral biasanya isunya viral duluan baru diledek gitu baru disindir. Jadi ada 1 isu terus dia dibuat dengan konten satir barulah ada data yang memang bisa jadi pendukung baru dikutip oiya BPS nyebutin begini ya padahalkan misalkan pernyataan si A nya seperti ini paling seperti kalau kita dari jurnalistik data kita gak peduli dulu dengan pernyataan isunya itu kita mulai dari datanya gitu
P: Terus lanjut soal kreasi konten. Sekarang kan banyak tuh kak media media yang media riset dia fokusnya riset dulu kalau perlu baru liputan ke lapangan misalnya Narasi kan modelnya gitu.
Menurut kakak kaya gitu di perkembangan dunia jurnalistik malah mengganggu penyebaran informasi atau sah-sah aja?
N: Misalnya tadi research based dulu baru kalau perlu investigasi. Nah sebenarnya mungkin dulu pun semua jurnalis sebelum investigasi sebenarnya dia riset dulu gitu hanya memang tren yang sekarang dengan keterbukaan data yang tersebar lebih banyak data yang orang yang membuka data memperlihatkan bahwa mereka punya itu menyebabkan jadi lebih terliat aja research aja sebenarnya itu sebagai data journalism itu memang sebagai satu hal yang lain dilakukan karena costnya juga jadi lebih efisien kita tidak perlu harus investigasi lapangan toh mungkin ada beberapa research lain yang sudah melakukan itu kita lebih ke konfirmasi aja sih sebenarnya dan itu menjadi bekal juga untuk investigasinya seperti misalkan yang sudah saya lakukan. Jadi data ini dikumpulkan dulu kalau misalnya ada anomali atau apa kita bisa konfirmasi kepada ahli atau apa
P: Terus ini kak, tadi kakak bilang kalau misalkankonten kaya gitu cocoknya lebih ke anak muda masuk ke anak muda yang lebih seneng ngeliat berita yang kreatif yang mencolok mata dibanding yang indepth yang panjang yang kompleks. Menurut kakak berita berita kaya gini tuh malah harus dilakukan seenggaanak muda bisa melek politik dulu atau engga seharusnya makin dikasih yang instan malah mereka semakin malas?
N: Itu jadi 2 pandanga, dua-duanya bisa benar bisa salah. Jadi kalau saya jadi netral terlepas dari bentuknya mau dia indepth atau mau yang simple dan satir bahkan itu semangatnya itu kepada
konten yang disajikan. Kalau tren yang sekarang terjadi lebih kepada kredibilitas si penyampai beritanya. Contoh di katadata misalnya berita indepth dan panjang dan ribet maksudnya lebih kompleks punya target market sendiri pembaca tetap banyak bahkan itu bisa dipakai itu bisa untuk based reserach lagi untuk pembacanya disisi lain konten seperti ini yang instan juga berguna untuk minimal menyebarkan menyadarkan dulu selanjutnya dia mau bahas mau baca indepth di langkah selanjutnya yang penting dia sadar dulu kalau isu ini beda kalau misalkan si konten ini tidak berkembang hanya membahas isu-isu yang nyeleneh gitu kan itu sebenernya malah dikhawatirkan anak muda ini suka dengan hal-hal seperti ini padahal lebih dari ini banyak informasi yang lebih dalam yang bisa didapatkan dengan penyampaian atau jenis karya jurnalistik yang lain
P: Jadi ini untuk pelengkap aja ya?
N: Ya ini jadi alternatif sebetulnya makanya kalau saya sih kalau lagi ada sharing atau apa gitu sebenarnya jangan terfokus dengan 1 media atau 1 jenis kalau misalkan orang lihatnya opini, opini terus. Banyak media lain yang punya alternatif bentuk penyampaian dan itu bisa juga menjadi kontrol satu sama lain. Misalkan kita ngomongin katadata nih terkesannya berat data dan berat topiknya juga berat-berat kita gapernah bahas vannesa angel atau apa kita bahasnya kalau ada politik ekonominya makro yang lebih dalam walaupun udah senang dengan konten ini tapi jangan menutup untuk melihat juga opini lah atau berita berita lain yang mungkin sebenarnya itu punya kegunaan lah atau punya dampak pembaca itu lebih tau banyak mengetahui informasi karena 1 media itu gak bisa membuat semua jenis konten makany asaya agak apa ya gua sukanya baca ini doang saya bukannya gak setuju. Tapi jangan kalau kaya gitu terbatas informasinya tipenya satir terus dia gak bisa lihat dari sisi yang lain jadi saya bukannya gak setuju adanya konten ini kalau pembaca kalau lagi sharing baca juga yang lainnya bisa menambah pengetahuan penyeimbang informasinya kadangkan kenap a terpapar hoax karena terpapar pada 1 sumber fanatik calon 1 calon 2 si mdianya pun fanatik menutu saya tidak ada variasi informasi atau variasi sumber membuat pembaca itu jadi bisa mengalami disinformasi itu P: Terakhir nih kan kan soal visual udah, soal target udah, soal penulisan beritanya udah, terakhir mungkin ada gak kira-kira kritik yang menurut gue ini gak setuju banget dengan sisi ini ada ga kak?
N: Sebenarnya bukan tidak setuju tapi konten yang jurnalistik itu biasanya ada ledekan atau pernyataan yang jump conclusion kadang melontarkan candaan yang agak jauh dari isunya jadi spekulasi padahal tidak dibuktikan dengan pernyataan ahli atau sebuah data yang kuat hanya melihat dari isu-isu aja yang berkembang atau dari screenshot tweet ini komentar netizennya begini. Kalau secara jurnalistiknya kalau dibilang produk jurnalistik tidak semua bisa di masukan sebenarnya kan jurnalistik menghindari adanya konklusi kita tidak boleh menyimpulkan terlalu jauh kecuali ada support dari ahli atau data-datanya itu sih sebenarnya yang rada kadang-kadang gak gini sih sebenarnya tapi kan itu dari pandangan saya yang juranalis yang penyebaran informasinya lebih banyak dari group journalis beda lah walaupun tidak diberitakan tapi informasi awalnya saya tau ada off record atau apa itu yang ditakutkan misalnya tadi itu dia hanya menonton konten seperti ini dan fans hanya 1 aja dia bisa mengikuti itu bisa disebarkan itu kan salah satu udah share dan menyebar yang terjadi seperti sekarang tiba-tiba 1 kelompok menyimpulkan seperti ini padahal yang satunya itu hoax itu biasanya dari jump conclusion disetujui dengan teman-temannya kemudian ditambah kalau pernah dengar Ecocamber gaung yang dia follow disebut ditwitter jadi dia follow yang sepaham dengan sisi dia jadi dia terus jadi
dia menguatkan opininya sendirinya aja opini yang diyakini kalau ada 1 aja yang disinformasi itu kan karena gak ada penyeimbang dari yang lain hal yang ditakutkan sebenarnya itu ada meledek- meledek. Tidak semua juga yang menyebut itu ledekan ada yang menyebut itu benar pdaahal mungkin namanya satir itu nyimdir takutnya itu ada banyak pembaca atau penonton yang tidak ngimbangi dengan yang lainnya ditakutkan hal itu terjadi
P: Satu lagi deh kak nyambung soalnya pemaparan yang kakak bilang aku diusia 20 sekian kalau yang belajar jurnalistik tau teknik tekniknya taro lah milenial yang pertanian yang gatau perlu informasi juga dikasih konten begini memang cocok untuk milenial atau emang sebenarnya aduh milenial cari di tempat lain aja deh jangan disini. Pandangan kakak gimana?
N: Kalau itu sebenernya lebih ke prefensi sama selera sih. Saya juga gak bisa merekomendasikan jangan deh gak bisa gitu juga ini hak mereka juga untuk melihat disarankan menyeimbangi aja.
Yang kaya gini dibaca bagus boleh menjadi alternatif. Jangan sampai hanya membaca atau melihat yan gini aja karena yang seperti ini biasanya segmented juga kadang walaupun pasarnya milenial tapi banyak juga milenial yang gak suka sih. Ada sih beberapa komen di ig story temen saya juga apaan sih kaya gini sok asik mungkin sebetulnya dia bukan suka yang berat mungkin dia gak setuju dengan penyampaian atau informasinya yang disukai diledek sama dia apaan sih sok asik lo harusnya gak gitu harusnya konfirmasi dulu. Saat itu saya bilang yaudah kan diskusi juga tuh saat itu ini kan kontennya dia maksudnya ini alternatifnya aja kalau misalkan ingin mencari yang lain silahkan banyak yang alternatif lain tidak harus menyalahkan informasinya juga selama kontennya bisa dipertanggug jawabkan. Kalau urusan satirnya ya itu gaya mr.
ngehenya aja kita gak bisa atur tingkat satirnya dia, tapi yang bisa kita atur gimana penerimaan kita terhadapsi informasi itu gitu. Toh kalau mungkin kalau di jurnalisme data pun kalau banyak data yang ditampilkan tapi kadang pembaca itu gak setuju dengan itunya kan saya lihat ada data ini juga gapapa bisa jadi pertimbangan untuk bahan diskusi selanjutnya aja sama seperti ini kita gak bisa nyalahin harusnya lu satirnya gak gitu. Kalau gitu nonton tv aja atau vlog pribadi atau apa dia kan menjual namanya juga mr. ngehe jadi ngehe gitu menjual ini memang untuk pasar orang orang seperti ini. Toh sebenernya orang-orang seperti ini pun kalau kita lihat stand up komedi ini udah banyak stand up comedian yang bahas politik kemudian meleset tapi memang topiknya tidak konstiten seserius ini aja. Saya pernah liat stand up comedian sammy not a slim boy politik pas spesial shownya saat mau 2014 mau pemilu waduh gue sebenernya sedih kenapa SBY gak bisa nyalon lagi karena materi gua jadi ngurang soalnya selama 10 tahun ini SBY enak jadi materi stand up sebenernya juga dia ngeritik kebijakan publik kenapa macet misalkan kaya pas kemacetan jakarta pas setioso jakarta macet salahin setioso pas fauzi bowo macet pasti garagara fauzi bowo pas jokowi ah kan dia baik dia kan waceli jadi gua gak mau nyalahin kemacetan. Itu kan sebenernya salah satu bentuk satir temanya lebih kebijakan publik politik ekonomi cuma dia gakonsisten dalam pembuatan kontennya memang tidak punya naungan istilahnya media kaya opini punya nama sendiri tapi ada 1 konten yang membahas itu jadi sejujurnya bukan sesuatu hal yang baru tapi yang baru dari sini dia dibawah sebuah organisasi media jadi lebih masif penyebarannya. kalau stand up comedy kan hanya orang-orang yang interest aja dengan itu dari segi penyampaian umumnya bukan sesuatu yang baru tapi di jurnalistik jadi sesuatu yang baru karena memang di tv pun 1 sesi atau 1 program yang membahas satir gitu
P: Ada sih dulu santilan sentilun di metro dulu tapi itu lebih ke..
N: Dia lebih ke komedi biasa sih tapi ini lebih keras dulu ada republik mimpi juga
P: Dulu juga ada yang pembawa acaranya gendut itu democrazy atau apa gitu
N: Iya democrazy nah itu sebenernya sering nonton seru aja gitu ada kebijakan publik aja presiden ngeluarin ini becandain sebenernya itu alternatif. Kalau dulu dia gak nyebut produk jurnalistik itu hanya program komedi adanya di tv dan berita kalau ini dia isunya sensitif penyampaiannya juga keras. Biasanya yang kaya gini targetnya itu biner sih ada orang yang suka banget ada yang gak suka banget ada juga sih yang netral tapi ada juga orang yang ditanya ah gue gak suka udahlah abis itu gak mau nonton lagi atau ada yang senang abis itu nungguin terus dia ngeshare itu sih jadi resiko suatu produk seperti itu kalau ditengah-tengah aja nanggung sih.