8
BAB II
LANDASAN TEORITIK 2.1. Perencanaan Karir
2.1.1.
Teori Perencanaan KarierE.G Williamson (Winkel dan Sri Hastuti, 2006) menguraikan sejarah perkembangan bimbingan karir dan proses lahirnya konseling karir yang berpegang pada teori Trait-Factor. Teori Trait and Factor dikembangkan berdasarkan sumbangan beberapa ahli perkembangan karir seperti Frank Parson, E.G Williamson, D.G Patterson, JG Darley, dan Miller yang tergabung dalam kelompok Minnesota (Munandir, 1996). Frank Parsons (Sharf 1992) mengajukan bahwa untuk memilih karir, seorang individu idealnya harus memiliki : pertama, Pengertian yang jelas mengenali diri sendiri, sikap, minat ambisi, batasan sumber dan akibatnya. Kedua, Pengetahuan akan syarat-syarat dari kondisi sukses dan kerugian, kompensasi, kesempatan, dan harapan masa depan pada jenis pekerjaan yang berbeda-beda. Ketiga, Pemikiran nyata mengenai hubungan-hubungan antara dua kelompok atau fakta-fakta-fakta diatas..
Williamson (dalam Winkel dan Sri Hastuti, 2006) merumuskan pula sejumlah asumsi yang mendasari Trait-Factor counseling dalam suatu karangan yang dimuat dalam Theories of counseling sebagai berikut:
a.
Setiap individu mempunyai sejumlah kemampuan dan potensi, seperti taraf intelegensi umum, bakat khusus, taraf kreativitas, wujud minat serta ketrampilan yang bersama-sama membentuk suatu pola yang khas untuk individu itu. Kemampuan dan variasi potensi itu merupakan ciri-ciri kepribadian (traits), yang telah agak stabil sesudah masa remaja lewat dan9 dapat diidentifikasikan melalui tes-tes psikologis. Data hasil testing memberikan gambaran deskriptif tentang individualitas sesorang yang lebih dapat diandalkan daripada intropeksi atau refleksi terhadap diri sendiri.
b.
Pola kemampuan dan potensi yang tampak pada seseorang menunjukkan hubungan yang berlainan dengan kemampuan dan ketrampilan yang dituntut pada seorang pekerja di berbagai bidang pekerjaan. Juga wujud minat yang dimiliki seseorang menunjukkan hubungan yang berlain- lainan dengan pola minat yang ditemukan pada orang berkarir diberbagai bidang pekerjaan. Dengan demikian dibuthkan informasi pekerjaan (vocational information), yang tidak hanya mendeskripsikan tugas-tugas yang dilakukan, tetapi menggambarkan pula pola kualifikasi dalam kepribadian pekerja, yang harus dipenuhi supaya mencapai sukses dalam suatu bidang pekerjaan.c.
Setiap individu mampu, berkeinginan dan berkecenderungan untuk mengenal diri sendiri serta memanfaatkan pemahaman diri itu dengan berpikir baik-baik, sehingga dia akan menggunakan keseluruhan kemampuannya semaksimal mungkin dan dengan demikian mengatur kehidupannya sendiri secara memuaskanDari uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa memilih karir, seorang individu idealnya harus memiliki Pengertian yang jelas mengenali diri sendiri, sikap, minat ambisi, batasan sumber dan akibatnya, Pengetahuan akan syarat- syarat dari kondisi sukses dan kerugian, kompensasi, kesempatan, dan harapan masa depan pada jenis pekerjaan yang berbeda-beda.
Perencanaan yang matang menurut pemikiran tentang segala tujuan yang hendak dicapai dalam jangka waktu panjang (long range goals) dan semua tujuan yang hendak dicapai dalam jangka waktu pendek (short range goals). Secara ideal, tujuan yang terakhir ini menjadi tujuan intermediar yang semakin mendekatkan orang pada tujuan jangka waktu panjang. Kegunaan dari perencanaan yang matang adalah meminimalkan kemungkinan dibuat kesalahan yang berat dalam memilih diantara alternatif-alternatif yang tersedia. Hasil dari perencanaan adalah keputusan tentang sesuatu yang dipilih secara sadar, biasanya
10 dari antara sejumlah alternatif yang dapat dipilih. Perencanaan bukan sekedar langkah mengawang-awang atau tingkah laku mencoba-coba saja (Winkel dan Sri Hastuti, 2006).
Bimbingan karir merupakan bimbingan yang juga perlu diterapkan dalam bimbingan dan konseling di sekolah, karena bimbingan ini diperlukan untuk masa depan siswa atau individu untuk memeprolah pekerjaan yang benar-benar sesuai dengan bakat dan minatnya. Bimbingan karir adalah kegiatan dan layanan pemberian bantuan kepada para siswa dengan tujuan agar siswa memperoleh pemahaman dunia kerja dan akhirnya mampu menentukan pilihan kerja dan menyusun perencanaan karir (Munandir 1996). Sukardi (1994) suatu proses yang berkesinambungan yang membantu siswa melalui perantara kurikuler yang dapat membantu perencanaan karir. Menurut Marsudi (2003) Bimbingan karir adalah suatu perangkat, lebih tepatnya suatu program yang sistematik, proses, teknik, atau layanan yang dimaksudkan untuk membantu individu memahami dan berbuat atas dasar pengenalan diri dan pengenalan kesempatan-kesempatan dalam pekerjaan, pendidikan, dan waktu luang, serta mengembangkan ketrampilan- ketrampilan mengambil keputusan sehingga yang bersangkutan dapat menciptakan dan mengelola perkembangan karirnya.
Dari pengertian-pengertian bimbingan karir diatas maka pada dasarnya bimbingan karir merupakan suatu bantuan yang diberikan kepada siswa yang berkesinambungan, memberikan informasi tentang dunia kerja, memberi pemahaman tentang kemampuan diri, membantu menentukan tujuan karir, pemilihan karir dan perencanaan karir serta tentang lingkungan kerja.
11 Bimo Walgito (2004) menyatakan bahwa tujuan dilaksanakannya bimbingan karir di sekolah yaitu:
a.
Agar siswa dapat memahami nilai dirinnya sendiri, terutama yang berkaitan dengan potensi yang ada dalam dirinya, mengenai kemampuan minat, bakat, sikap dan cita-citannya.b.
Agar siswa menyadari dan memahami nila-nilai yang ada dalam dirinya dan yang ada dalam masyarakat.c.
Agar siswa mengetahui beberapa jenis pekerjaan yang berhubungan dengan potensi yang ada didalam dirinya, mengetahui jenis pendidikan dan latihan yang diperlukan bagi suatu bidang tertentu. Memahami hubungan usah dirinya yang sekarang dengan masa depannya.d.
Agar siswa menemukan hambatan-hambatan yang mungkin timbul yang disebabkan oleh dirinya sendiri dan faktor lingkungan, serta mencari jalan untuk dapat mengatasi hambatan-hambatan tersebut.e.
Agar siswa dapat merencanakan masa depannya serta menemukan karir dan kehidupannya yang serasi.Dari uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa bimbingan karir sangatlah penting dikalangan anak-anak karena untuk menunjang kehidupan mendatangya nanti maka perlu sekali perencanaan karir dari dini yang disesuaikan bakat minat siswa agar siswa tidak menemukan hambatan-hambatan yang akan dilakukan kedepanya nanti.
Dari uraian di atas, perencanaan karir menurut beberapa ahli seperti Dillard (1985) mengemukakan bahwa perencanaan karir merupakan proses pencapaiaan tujuan karir individu, yang ditandai oleh adanya: tujuan yang jelas setelah menyelesaikan pendidikan,cita-cita yang jelas terhadap pekerjaan yang dicita- citakan nanti. Menurut Hale dalam Manrihu (1992) perencanaan karir di pandang
“sebagai proses menghubungkan hasil dari evaluasi diri dengan informasi yang tersedia sekarang tentang dunia kerja”. Menurut Gunawan (1992) perencanaan karir dilakukan “untuk membantu perkembangan siswa melalui bantuan kepada setiap siswa untuk memilih dan merencanakan menggunakan setiap kesempatan
12 dan sumber kemungkinan yang tersedia di sekolah atau dalam pasaran kerja dalam masyarakat” Perencanaan karir merupakan bagian dari orientasi karir total individu. Hal ini senada dengan pendapat supriatna (2009) mengatakan bahwa perencanaan karir adalah aktivitas peserta didik yang mengarah pada keputusan karir masa depan.
Secara essensial perencanaan karir merupakan salah satu proses layanan yang bertujuan membantu siswa dalam proses pemahaman diri, pemahaman nilai- nilai, pengenalan lingkungan, hambatan dan cara mengatasinya serta perencanaan masa depan. Masa depan harus direncanakan disongsong bukan di tunggu. Awal masa depan itu adalah “di sini dan sekarang”. Persiapan untuk menyongsong masa depan dilakukan melalui prosedur-prosedur tertentu baik melaui pendidikan informal, formal maupun non formal. Melalui pendidikan di sekolah siswa dibekali dengan berbagai pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap- sikap tertentu. Bekal yang diperoleh siswa di sekolah bertujuan untuk mempersiapkan mereka memasuki dunia kerja
2.1.2. Tujuan Adanya Perencanaan Karir
Perencanaan yang matang menuntut pemikiran tentang segala tujuan yang hendak dicapai dalam jangka panjang (long-range goals) dan semua tujuan yang hendak dicapai dalam jangka pendek (short-range goals). Secara ideal, tujuan yang terakhir ini menjadi tujuan intermediary yang semakin mendekatkan siswa kepada tujuan jangka panjang. Gaya hidup (life style) yang ingin dicapai termasuk tujuan dalam jangka panjang misalnya nilai-nilai kehidupan (values) yang ingin
13 direalisasikan dalam hidup. Sertifikat, ijasah yang dipersiapkan untuk memegang suatu rencana pekerjaan dimasa depan, termasuk tujuan dalam jangka pendek.
Kegunaan dari perencanaan karir dimasa depan adalah untuk meminimalkan kemungkinan dibuat kesalahan yang berat dalam memilih alternatif-alternatif yang ada. Seadainya siswa hanya memikirkan tujuan jangka pendek saja, tanpa jelas menghubungkan dengan suatu tujuan jangka panjang (karirnya dimasa depan) terdapat kemungkinan bahwa suatu tujuan jangka pendek yang telah dicapai ternyata tidak selaras dengan tujuan jangka panjang.
Kematangan perencanaan karir untuk jangka panjang juga tergantung dari corak pendidikan yang diterima dari dalam keluarga.
Hasil dari perencanaan ialah suatu keputusan yang dipilih secara sadar, biasanya dari antara jumlah tingkat pertama, lain juga disekolah lanjut tingkat atas dan lain pula dijenjang perguruan tinggi. Namun kebanyakan pilihan itu menyangkut tujuan jangka pendek, yang merupakan tujuan penunjang dari tujuan jangka panjang. Setelah membuat keputusan siswa mendaftarkan diri untuk diterima dalam suatu program akademik, suatu program pendidikan latihan pra- jabatan atau suatu program ekstrakurikuler. Siswa tersebut diterima atau tidak dalam program yang dipilih, bukan keputusan siswa tersebut melainkan keputusan dari instansi atau pejabat yang berwenang. Keputusan ini akan semakin dimudahkan bila instansi tersebut yakin bahwa pilihan siswa telah dipikir secara matang dan merupakan suatu hasil perencanaan, bukan sekedar langkah yang mengawang-awang atau hanya mencoba-coba saja.
14 2.1.3. Faktor-Faktor Yang Menentukan dalam Perencanaan Karir Siswa
Kunci bagi perencanaan yang matang dan keputusan yang bijaksana terletak pada pengolahan informasi tentang diri dan pemahaman tentang lingkungan hidupnya. Dengan kata lain siswa memiliki gambaran tentang informasi yang relevan dan menafsirkan makna bagi dirinya sendiri dan membuat pilihan-pilihan yang dapat dipertanggung jawabkan. Oleh karena itu konselor sekolah harus membantu siswa dalam memperoleh informasi yang relevan dan memberikan informasi kepada siswa baik melalui kegiatan bimbingan karir dalam bentuk kelompok maupun individual. Berikut ini adalah faktor-faktor menurut williamsom yang diperlukan untuk membuat perencanaan karir siswa (WS Winkel
& Sri Hastuti 2006).
a. Informasi tentang diri sendiri yang meliputi data tentang (1) kemampuan intelektual (2) bakat khusus di bidang studi akademik (3) minat-minat baik yang bersifat luas maupun lebih khusus (4) hasil belajar dalam berbagai bidang studi inti (5) sifat-sifat kepribadian yang mempunyai relevansi terhadap suatu program studi akademik, suatu program latihan pra jabatan dan suatu bidang jabatan, seperti berani berbicara dan bertindak, kooperatif, sopan dapat diandalkan, bijaksana, rajin, berpotensi, dalam bidang kepemimpinan, rapi, tekun, toleran, tahan dalam situasi yang penuh ketegangan, terbuka, jujur, dan berwatak baik.
b. Data tentang keadaan keluarga dekat juga dimasukan dalam lingkup informasi tentang gambaran diri sendiri yang sebenarnya termasuk data
15 sosial. Namun, keadaan keluarga sebagai lingkungan hidup yang paling bermakna bagi individu yang sehari-hari bersama keluarga ikut berpengaruh besar terhadap pembentukan gambaran diri. Keadaan keluarga dekat ini meliputi tentang (1) Posisi anak dalam keluarga; (2) pandangan keluarga tentang peranan kewajiban anak laki-laki dan perempuan; (3) harapan keluarga untuk masa depan anak; (4) taraf sosial ekonomi kehidupan keluarga,; (5) gaya hidup dan suasana keluarga c. Di dalam arus globalisasi yang memiliki diferensiasi sosial yang
semakin kompleks, khususnya siswa akan dihadapkan pada berbagai macam kemungkinan pilihan hidup yang penting, seperti pilihan untuk melanjutkan studi, pilihan tentang dunia kerja, pilihan tentang pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan, bakat dan minat, dan semua ini menuntut kemandirian dalam menjatuhkan pilihannya. Bagi siswa yang tidak dapat memahami potensi yang dimliki, di duga mereka juga tidak akan dapat menentukan berbagai macam pilihan karir, akhirnya akan mengalami masalah. Agar siswa dapat menyiapkan masa depannya dengan baik, siswa harus dibekali dengan sejumlah informasi karir yang akan dipilihnya.
Berdasarkan uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa Kunci bagi perencanaan yang matang dan keputusan yang bijaksana terletak pada pengolahan informasi tentang diri dan pemahaman tentang lingkungan hidupnya. Oleh karena itu konselor sekolah harus membantu siswa dalam memperoleh informasi yang
16 relevan dan memberikan informasi kepada siswa baik melalui kegiatan bimbingan karir dalam bentuk kelompok maupun individual.
2.1.4. Tantangan-Tantangan konselor sekolah dalam membantu membuat perencanaan karir siswa
Konselor sekolah dalam membantu siswa membuat perencanaan karir siswa tidaklah mudah, karena konselor sekolah harus mempertimbangkan beberapa aspek yang ada didalam diri siswa. Berikut ini beberapa tantangan konselor sekolah dalam membantu perencanaan karir siswa (Winkel & Sri Hastuti, 2006) :.
a) Harus dihindari ramalan yang bersifat dogmatik tentang kemungkinan konseli akan berhasil atau gagal dalam megambil suatu jalur. Setelah siswa mendapat penjelasan tentang makna data yang tersedia tentang diri sendiri dan tentang lingkungan kehidupannya, dia tetap bebas memilih.
b) Harus menghindari bahaya yang terkandung dalam memberikan saran tentang pilihan yang dibuat, karena sebaiknya mungkin tidak dimengerti oleh siswa dan hanya mengikuti saran saja
c) Harus dihindari memberikan kesan hanya terdapat satu karir yang cocok bagi konseli dan akan memuaskan baginya. Maka dapat dianggap bijaksana jika seorang siwa membuat beberapa alternatif dalam urutan prioritas; pilihan pertama, kedua dan seterusnya.
d) Harus dijaga apabila siswa membuat pilihan hanya atas dasar keinginan saja. Alternatif yang tersedia selain ditinjau dari sudut pandang yang diinginkan,juga harus ditinjau dari sudut pandang apakah dimungkinkan, dan dapat membawa hasil yang diharapkan seandainya dipilih.
Berdasarkan uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa taraf perkembangan siswa mendapat penjelasan tentang makna data yang tersedia tentang lingkungan kehidupanya bahwa konselor harus bertanggung jawab memfasilitasi anak-anak untuk merencanakan karir nanti.
17 2.2. Bimbingan Kelompok
2.2.1. Pengertian Bimbingan Kelompok
Layanan bimbingan kelompok merupakan layanan yang diberikan kepada sekelompok individu yang berjumlahkan 10-15 orang yang dipimpin oleh konselor atau pemimpin kelompok dimana membahas masalah yang bersifat umum dan aktual yang menjadi kepeduliaan para anggota kelompok untuk mengembangkan dinamika kelompok, pengembangan kepribadian, sosial, belajar dan karier. Bimbingan kelompok adalah layanan bimbingan yang diberikan dalam kelompok (Prayitno, 1996).
Layanan bimbingan kelompok merupakan suatu bantuan untuk membahas permasalahan siswa yang memanfaatkan dinamika kelompok yang bertujuan menggali dan mengembangkan potensi diri individu. Dalam kelompok ini semua anggota kelompok bebas mengeluarkan pendapat. Semua yang dibicarakan bermanfaat bagi semua anggota kelompok. Bimbingan kelompok sangat tepat bagi remaja karena memberikan kesempatan untuk menyampaikan gagasan, permasalahan, perasaan.
Menurut Sukardi (2002) layanan bimbingan kelompok adalah layanan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama memperoleh bahan dari nara sumber tertentu (terutama guru pembimbing atau konselor) yang berguna unuk menunjang kehidupan sehari-hari baik individu sebagai pelajar, anggota kelompok, anggota keluarga dan masyarakat serta untuk mempertimbangkan dalam pengambilan keputusan. Menurut Romlah (2002) bimbingan kelompok adalah proses pemberian bantuan yang diberikan pada
18 individu dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok ditujukan untuk mencegah timbulnya masalah pada siswa dan mengembangkan potensi siswa.
Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bimbingan kelompok adalah salah satu teknik dalam bimbingan konseling untuk memberikan bantuan kepada peserta didik atau siswa yang dilakukan oleh seorang pembimbing/konselor melalui kegiatan kelompok yang dapat berguna untuk mencegah berkembangnya masalah-masalah yang dihadapi anak.
2.2.2. Tahap- Tahap Bimbingan Kelompok
Tahap pelaksanaan bimbingan kelompok menurut (Prayitno,1996) ada empat tahapan, yaitu:
a. Tahap I Pembentukan
Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap pelibatan diri atau tahap memasukkan diri ke dalam kehidupan suatu kelompok. Pada tahap ini pada umumnya para anggota saling memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan ataupun harapan-harapan yang ingin dicapai baik oleh masing-masing, sebagian, maupun seluruh anggota.
Memberikan penjelasan tentang bimbingan kelompok sehingga masing- masing anggota akan tahu apa arti dari bimbingan kelompok dan mengapa bimbingan kelompok harus dilaksanakan serta menjelaskan aturan main yang akan diterapkan dalam bimbingan kelompok ini. Jika ada masalah dalam proses pelaksanaannya, mereka akan mengerti bagaimana cara menyelesaikannya. Asas kerahasiaan juga disampaikan
19 kepada seluruh anggota agar orang lain tidak mengetahui permasalahan yang terjadi pada mereka.
b. Tahap II Peralihan
Tahap kedua merupakan “jembatan” antara tahap pertama dan ketiga. Ada kalanya jembatan ditempuh dengan amat mudah dan lancar, artinya para anggota kelompok dapat segera memasuki kegiatan tahap ketiga dengan penuh kemauan dan kesukarelaan. Ada kalanya juga jembatan itu ditempuh dengan susah payah, artinya para anggota kelompok enggan memasuki tahap kegiatan kelompok yang sebenarnya, yaitu tahap ketiga. Dalam keadaan seperti ini pemimpin kelompok, dengan gaya kepemimpinannya yang khas, membawa para anggota meniti jembatan itu dengan selamat.
Adapun yang dilaksanakan dalam tahap ini yaitu: 1) Menjelaskan kegiaatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya; 2) menawarkan atau mengamati apakah para anggota sudah siap menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya; 3) membahas suasana yang terjadi; 4) meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota; 5) Bila perlu kembali kepada beberapa aspek tahap pertama.
c. Tahap III Kegiatan
Tahap ini merupakan inti dari kegiatan kelompok, maka aspek-aspek yang menjadi isi dan pengiringnya cukup banyak, dan masing-masing aspek tersebut perlu mendapat perhatian yang seksama dari pemimpin kelompok.
ada beberapa yang harus dilakukan oleh pemimpin dalam tahap ini, yaitu sebagai pengatur proses kegiatan yang sabar dan terbuka, aktif akan tetapi
20 tidak banyak bicara, dan memberikan dorongan dan penguatan serta penuh empati. Tahap ini ada berbagai kegiatan yang dilaksanakan, yaitu:
1. Masing-masing anggota secara bebas mengemukakan masalah atau topik bahasan.
2. Menetapkan masalah atau topik yang akan dibahas terlebih dahulu.
3. Anggota membahas masing-masing topik secara mendalam dan tuntas.
4. Kegiatan selingan.
5. Kegiatan tersebut dilakukan dengan tujuan agar dapat terungkapnya masalah atau topik yang dirasakan, dipikirkan dan dialami oleh anggota kelompok. Selain itu dapat terbahasnya masalah yang dikemukakan secara mendalam dan tuntas serta ikut sertanya seluruh anggota secara aktif dan dinamis dalam pembahasan baik yang menyangkut unsur tingkah laku, pemikiran ataupun perasaan.
d. Tahap IV Pengakhiran
Pada tahap pengakhiran bimbingan kelompok, pokok perhatian utama bukanlah pada berapa kali kelompok itu harus bertemu, tetapi pada hasil yang telah dicapai oleh kelompok itu. Kegiatan kelompok sebelumnya dan hasil-hasil yang dicapai seyogyanya mendorong kelompok itu harus melakukan kegiatan sehingga tujuan bersama tercapai secara penuh.
Dalam hal ini ada kelompok yang menetapkan sendiri kapan kelompok itu akan berhenti melakukan kegiatan, dan kemudian bertemu kembali untuk melakukan kegiatan. Ada beberapa hal yang dilakukan pada tahap ini, yaitu:
1. Pemimpin kelompok mengemukakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri.
2. Pemimpin dan anggota kelompok mengemukakan kesan dan hasil- hasil kegiatan.
3. Membahas kegiatan lanjutan.
4. Mengemukakan pesan dan harapan.
Setelah kegiatan kelompok memasuki pada tahap pengakhiran, kegiatan kelompok hendaknya dipusatkan pada pembahasan dan penjelajahan tentang apakah para anggota kelompok mampu menerapkan hal-hal yang mereka pelajari (dalam suasana kelompok), pada kehidupan nyata mereka sehari-hari.
Berdasarkan uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa dalam pelaksanaan bimbingan kelompok memerlukan tahapan-tahapan untuk melaksanakan kegiatan
21 perencanaan karir siswa, siswa akan lebih aktif dan mandiri mengungkapkan pendapatnya serta sebuah ungkapan yang akan dilaksanakan kedepanya nanti.
2.2.3. Teknik-Teknik Bimbingan kelompok
Penggunaan teknik dalam kegiatan bimbingan kelompok mempunyai banyak manfaat selain dapat untuk memfokuskan kegiatan bimbingan kelompok terhadap tujuan yang ingin dicapai tetapi juga dapat membuat suasana terbangun dan membuat siswa tidak bosan dalam mengikuti kegiatan. Seperti yang dikemukakan oleh Tatiek Romlah (2001) “Bahwa teknik merupakan bukan tujuan tetapi sebagai alat untuk mencapai tujuan. Pemilihan dan penggunaan masing- masing teknik tidak dapat lepas dari kepribadian konselor, guru atau pemimpin kelompok.” Sehingga dapat dikatakan jika selain sebagai alat untuk mencapai tujuan, teknik pemilihan juga harus disesuaikan dengan karakteristik konselor atau pemimpin kelompok. Beberapa teknik yang biasa digunakan dalam bimbingan kelompok antara lain diskusi, ceramah, psikodrama, sosiodrama, games, kerja kelompok, karya wisata (field trip), pemberian informasi, pemecahan masalah (problem solving), permainan peran (role playing). Dari bermacam-macam teknik
yang ada, untuk bimbingan kelompok dalam upaya perencanaan karier pada siswa kelas XII-BB SMK N 1 Bancak. tidak semua digunakan, oleh sebab itu akan dipilih teknik yang sekiranya memenuhi standar yang dapat membantu perencanaan karier pada siswa kelas XII-BB SMK N 1 Bancak. Teknik tersebut antara lain :
a. Teknik pemberian informasi
Teknik pemberian informasi disebut juga dengan metode ceramah yaitu pemberian penejelasan oleh seorang pembicara kepada sekelompok
22 pendengar. Pelaksanaan teknik pemberian informasi mencakup tiga hal yaitu perencanaan, pelaksanaan, penilaian.
b. Diskusi kelompok
Teknik diskusi ini sebenarnya sering dipraktekan di kelas. Pemimpin diskusi yang baik, akan sanggup dengan cepat mengambil tindakan- tindakan menghadapi ketimpangan-ketimpangan. Diskusi diawali dengan penguraian materi yang terkait oleh seseorang atau beberapa orang.
Setelah itu dibuka sesi tanggapan atau pertanyaan yang berfungsi untuk memperdalam pemahaman kelompok mengenai materi itu.
c. Teknik pemecahan masalah (problem solving)
Teknik pemecahan masalah merupakan proses kreatif dimana individu menilai perubahan yang ada pada dirinya dan lingkungannya dan membuat pilihan-pilihan baru, keputusan-keputusan atau penyesuaian yang selaras dengan tujuan dan niali hidupnya. Teknik ini mengajarkan pada individu bagaimana pemecahan masalah secara sistematis.
d. Games
Penyelenggaraan games ini memiliki tujuan yang berbeda-beda. Ada yang untuk having fun saja, juga untuk penyampaian materi tertentu. Namun, sejatinya, dalam permainan ini tentu ada pesan yang bisa diambil. Bermain game pada intinya bersifat sosial dan melibatkan belajar dan memenuhi peraturan, pemecahan masalah, disiplin diri, kontrol emosional dan adopsi peran-peran pemimpin dan pengikut dari sosialisasi.
Dari uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa Penggunaan teknik dalam kegiatan bimbingan kelompok mempunyai banyak manfaat selain dapat untuk memfokuskan kegiatan bimbingan kelompok terhadap tujuan yang ingin dicapai tetapi juga dapat membuat suasana terbangun dan membuat siswa tidak bosan dalam mengikuti kegiatan.
2.2.4. Keefektivan Bimbingan Kelompok Dalam Perencanaan Karier
Menurut Sukardi (2002) Bimbingan kelompok memiliki kelebihan- kelebihan antara lain yaitu: Diberikan kesempatan yang luas untuk berpendapat dan membicarakan berbagai hal yang terjadi disekitarnya, memiliki pemahaman yang obyektif, tepat, dan cukup luas tentang berbagai hal yang mereka bicarakan, menimbulkan sikap yang positif terhadap keadaan diri dan lingkungan mereka yang berhubungan dengan hal-hal yang mereka bicarakan dalam kelompok,
23 menyusun program-program kegiatan untuk mewujudkan penolakan terhadap yang buruk dan dukungan terhadap yang baik, melaksanakan kegiatan-kegiatan nyata dan langsung untuk membuahkan hasil sebagaimana yang mereka programkan semula.
Berdasarkan teori perkembangan karir Williamson (dalam Munandir, 1996) maka siswa SMKN 1 Bancak Pada fase ini anak mengembangkan bakat, minat, kebutuhan dan potensi yang akhirnya dipadukan dalam struktur gambaran diri. Gambaran diri ini meliputi beberapa hal diantaranya (1) kemampuan intelektual ; (2) bakat khusus dibidang studi akademik; (3) minat-minat baik yang bersifat luas maupun lebih khusus; (4) hasil belajar dalam berbagai bidang studi inti; (5) sifat-sifat kepribadian; (6) Posisi anak dalam keluarga; (7) pandangan keluarga tentang peranan kewajiban anak laki-laki dan perempuan; (8) harapan keluarga untuk masa depan anak; (9) taraf sosial ekonomi kehidupan keluarga;
(10) gaya hidup dan suasana keluarga; dan lain sebagainya sebagaimana dibahas dalam teori. Perencanaan karir merupakan bagian dari perencanaan kehidupan seseorang. Berdasarkan teori perkembangan karir yang telah dibahas sebelumnya dapat disimpulkan bahwa, siswa kelas XII-BB SMKN 1 Bancak yang memasuki tahap ini harus mampu menentukan arah yang jelas tentang karir yang akan dipilih sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya.
Berdasarkan fungsi atau kegunaan metode bimbingan kelompok maka dalam perencanaan karir siswa kelas XII-BB SMKN 1 Bancak, bimbingan kelompok membantu siswa mengeksplorasi tentang bakat, minat dan potensinya dan dapat merencanakan kariernya dengan sebaik mungkin.
24 2.3. Penelitian Yang Terkait
Penelitian yang dilakukan oleh oleh Afifah (2005) meneliti tentang “ Ada Pengaruh antara bimbingan kelompok dengan perencanaan karir pada siswa kelas III SMK N 2 Magelang (Kelompok Bisnis Manajemen) tahun pelajaran 2006/2007. termasuk kategori efektif dengan persentase 79.43%. Besarnya pengaruh tersebut yaitu 38.3%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa, bimbingan kelompok berpengaruh cukup signifikan terhadap peserta didik dalam merencanakan karier sebesar 38.3%.
Penelitian Listiana (2006) meneliti tentang “ Keefektifan bimbingan kelompok dalam perencanaan karier SMA Negeri 1 Kudus”. mengemukakan bahwa bimbingan kelompok efektif untuk perencanaan karier peserta didik yang ditunjukkan dengan nilai hitung Z = 4, 264 > nilai tabel Z = 1,94.
Menurut Pertiwi (2013), meneliti tentang “mediasi perguruan tinggi berbantuan program flash terbukti efektif untuk meningkatkan minat melanjutkan studi pada siswa kelas VIII SMP N 20 Surakarta tahun ajaran 2013/2014”. Hasil pengujian hipotesis menunjuk-kan bahwa minat melanjutkan studi siswa mengalami peningkatan yang signifikan setelah mendapatkan intervensi layanan informasi dengan bahan informasi karir luaran sekolah menengah atas dengan mediasi perguruan tinggi berbantuan program flash. Dari hasil perhitungan rata- rata nilai pre-test dan post-test, diketahui bahwa terdapat kenaikan rata-rata sebesar 60,66 (21,66%) antara sebelum dilakukan perlakuan dan sesudah dilakukan perlakuan.
25 Menurut Purwanti (2013), meneliti tentang “Deskriptif meningkatkan minat studi lanjut ke SMK pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 2 Salem Kabupaten Brebes”. presentase minat studi lanjut ke SMK mengalami kenaikan sebesar dari kondisi awal dan setelah mendapatkan tindakan layanan informasi karier sebanyak dua siklus sebesar 23.24%.
Menurut Fransisca Deni (2008), meneliti tentang perencanaan karir melalu layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas XI-BB SMK 1 Ambarawa”.
tingkat reliabilitas skala perencanaan karir, menggunakan kriteria yang dikemukakan oleh Azwar (2000) untuk menguji menggunakan teknik Alpha Cronbach, dikatakan reliabel jika besarnya korelasi minimal α ≥ 0,70. Dari uji reliabilitas 48 item pertanyaan dalam skala perencanaan karir diperoleh angka koefisien Alpha = 0.946.
2.4. Hipotesis Penelitian
Layanan bimbingan kelompok dapat meningkatkan perencanaan karir siswa kelas XII-BB SMKN 1 Bancak.