TESIS
Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Luar Sekolah Konsentrasi Pelatihan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Oleh
Ahmad Fauzi NIM 1202035
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
SEKOLAH PASCASARJANA
(Studi Perilaku Sosial Anak Jalanan di Provinsi Banten)
Oleh Ahmad Fauzi
S.Pd Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, 2011
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Sekolah Pascasarjana
© Ahmad Fauzi 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Desember 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
(STUDI PERILAU SOSIAL ANAK JALANAN DI PROVINSI
Hakikat penelitian ini yaitu pemecahan masalah keberadaan anak jalanan dalam usaha merumahkan anak jalanan melalui konsep edukatif Rumah Singgah di Provinsi Banten. Yaitu suatu proses penanganan anak jalanan yang dilakukan dengan cara menampung anak jalanan dan merumahkannya. Melalui usaha merumahkan anak jalanan melalui konsep edukatif Rumah Singgah ini anak jalanan diberikan bimbingan, pengarahan, pelatihan dan keterampilan.
Tujuan dilakukannya penelitian ini untuk mengetahui dan mendapatkan data secara langsung kondisi obkektif anak jalanan serta peran dari Dinas Sosial Provinsi Banten dalam mengatasi permasalahan anak jalanan di Provinsi Banten dalam usaha merumahkan anak jalanan melalui konsep edukatif Rumah Singgah serta manfaat yang dapat dirasakan anak jalanan melalui Rumah Singgah dan untuk mengetahui sistem yang dibangun Pemerintah Provinsi Banten dalam usaha transformasi anak jalanan keluar dari posisi anak jalanan.
Metode dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif dipilih sebagai upaya memperoleh gambaran hasil nyata mengenai usaha transformasi anak jalanan melalui studi perilaku sosial anak jalanan di Provinsi Banten. mendapatkan informasi atau data secara langsung dari latar alami yang dimilki subyek penelitian yang memiliki karakteristik yang berbeda (heterogen) dilihat dari sisi pengalaman, pengetahuan, sikap, perilaku, dan hasil yang diharapkan berupa rumusan atau gagasan yang memungkinkan aplikasinya mendapat dukungan alami dari kondisi empirik.
Hasil temuan dalam penelitian ini mengetahui kondisi objektif anak jalanan di Provinsi Banten, analisis lembaga sosial dalam menangani masalah keberadaan anak jalanan, upaya edukatif dalam merumahkan anak jalanan melalui rumah singgah, dan sistem yang dibangun oleh pemerintah Provinsi Banten dalam menangani masalah kesejahteraan sosial. dan Rekomendasi ditujukan kepada Dinas Sosial sebagai pelaksana dalam menyelesaikan permasalahan kesejahteraan sosial harus mampu mendorong keberlangsungan Rumah Singgah sebagai solusi konkrit menangani kasus keberadaan anak jalanan melalui upaya merumahkan anak jalanan di Provinsi Banten.
OF STREET CHILDREN POSITION
(SOCIAL BEHAVIOR STUDY OF STREET CHILDREN BANTEN PROVINCE)
Ahmad Fauzi
Indonesia University Of Education Email: mumtaza_zie@yahoo.com
ABSTRAK
The nature of this study is solving the existence of street children to place them in the houses street children through educational concepts Shelter in Banten Province. Namely the process for handling street children which conducted in a manner to accommodate street children and housing them. Through the efforts of houses street children through educational concepts Shelter is street children are given guidance, direction, training and skills. through the street children shelter home and to find a system that built by Banten Province Government in an effort to transform street children out of position as a street children.
The method in this research is descriptive with qualitative approach. A qualitative approach is chosen in order to obtain a real picture of the results of the transformation efforts of street children through the study of the social behavior of street children in Banten province. Obtaining information or data directly from the natural background owned by subjects of this study which have different characteristics (heterogeneous) in terms of experience, knowledge, attitude, behavior, and the results are expected in the form of formula or the idea that its application might obtain natural support of empirical conditions.
The findings in this study, knowing the objective conditions of street children in Banten province, the analysis of social institutions in dealing with the existence of street children, educational efforts in housing the street children through shelters, and the system built by the government of Banten province in addressing social welfare issues. and Recommendation is addressed to the Department of Social Welfare as executor in solving problems of social welfare should be able to push sustainability Shelter as a concrete solution in handling the case of the existence of street children through the efforts of housing street children in Banten Province.
Ahmad Fauzi , 2014
Usaha Transformasi Anak Jalanan Keluar Dari Posisi Anak Jalanan
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iv
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian ... 1
2. Identifikasi Masalah Penelitian ... 9
3. Rumusan Masalah Penelitian ... 10
4. Tujuan Penelitian ... 10
5. Manfaat Penelitian... 11
6. Struktur Organisasi Tesis ... 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Pendidikan Luar Sekolah Dalam Usaha Transformasi Anak Jalanan Keluar Dari Posisi Anak Jalanan ... 14
2. Transformasi Dalam Usaha Merumahkan Anak Jalanan ... 25
3. Kajian Literatur Perilaku Anak Jalanan ... 34
4. Konsep Edukatif Merumahkan Anak Jalanan ... 38
Ahmad Fauzi , 2014
Usaha Transformasi Anak Jalanan Keluar Dari Posisi Anak Jalanan
6. Konsep Motif ... 43
7. Teori-Teori Motif ... 46
8. Macam-Macam Motif ... 48
9. Perilaku Sosial Anak Jalanan dan Konsep Resiliensi ... 51
10. Beberapa Penelitian Yang Berkaitan ... 58
11. Kerangka Berpikir ... 62
BAB III METODE PENELITIAN 1. Lokasi Dan Subjek Penelitian ... 65
2. Desain Penelitian ... 66
3. Metode Penelitian ... 68
4. Defenisi Operasional . ... 70
5. Instrumen Penelitian ... 72
6. Proses Pengembangan Instrumen ... 74
7. Teknik Pengumpulan Data Dan Sumber Data ... 80
8. Analisis Data ... 81
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian... 85
2. Pembahasan ... 112
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ... 135
2. Saran ... 136
DAFTAR PUSTAKA ... 137
Ahmad Fauzi , 2014
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Penelitan
Pada dasarnya semua manusia cenderung mencari kepandaian dan
menghindari kebodohan. Jika suatu hal dikaitkan dengan kebodohan, maka kita
cenderung menghindarinya. Sebaliknya, jika suatu hal dikaitkan dengan
kepandaian atau kecerdasan, maka kita akan cenderung mendekatinya. Pendidikan
merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk mengembangkan dan
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dengan pendidikan manusia dapat
meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik. Sumber daya manusia yang
berkualitas merupakan hal yang penting bagi suatu negara untuk menjadi negara
maju, kuat, makmur dan sejahtera. Upaya peningkatan kualitas sumber daya
manusia tidak bisa terpisah dengan masalah pendidikan bangsa. Dalam
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003, bahwa Pengertian Pendidikan adalah : (dalam
Pasal-1, ayat (1)), "usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara".
Pada hakekatnya yang disebut dengan pendidikan adalah pengaruh
bimbingan, arahan dari orang dewasa kepada anak yang belum dewasa menjadi
dewasa, mandiri dan memiliki kepribadian yang utuh dan matang. Kepribadian
yang dimaksud adalah semua aspek yang meliputi cipta, rasa, karsa (Zainal Aqib,
2008:14). Pendidikan bermaksud mengembangkan segala potensi yang dimiliki
individu yang secara alami sudah dimiliki. Potensi yang ada pada individu
tersebut apabila tidak dikembangkan menjadi sumber daya yang terpendam tanpa
dapat kita lihat dan rasakan hasilnya, untuk itu individu perlu diberi berbagai
kemampuan dalam pengembangan berbagai hal antara lain: konsep, prinsip,
kreativitas, tanggung jawab, dan ketrampilan. Individu juga makhluk yang ingin
perkembangan individu. Penjelasan tersebut dimaksudkan bahwa pendidikan
merupakan salah satu upaya yang dengan sengaja diselenggarakan oleh
masyarakat untuk tujuan membantu perkembangan kepribadian dan kemampuan
setiap anak agar dapat meningkatkan kualitas kesejahteraan hidupnya di masa
yang akan datang. Dengan demikian dari pernyataan tersebut berarti bahwa
dengan pendidikan maka kesejahteraan dan kualitas kehidupan seorang anak akan
dapat meningkat.
Dalam Konvensi Hak Anak PBB (KHA), yang telah diratifikasi oleh
pemerintah Indonesia dan dengan dikeluarkannya Kepres 36 tahun 1990. Menurut
KHA, anak adalah individu yang belum berusia 18 tahun. Pada pasal 28 KHA
dinyatakan bahwa negara-negara peserta mengakui hak anak atas pendidikan, dan
mewujudkan hak ini secara bertahap dan berdasarkan kesempatan yang sama,
secara khusus negara-negara peserta akan membuat pendidikan menjadi suatu
kewajiban dan tersedia secara cuma-cuma untuk semua anak. Dari penjelasan
tersebut, ditunjukan bahwa pengakuan dan dukungan pemerintah Republik
Indonesia terhadap arti penting pendidikan, khususnya pada anak, dan
penyelenggaraan pendidikan dasar bagi semua anak tanpa terkecuali dan secara
cuma-cuma mempunyai landasan hukum. Pernyataan di atas dapat dimaksudkan
juga bahwa salah satu bentuk eksploitasi terburuk adalah memanfaatkan tubuh
dan jiwa seseorang anak untuk mendapatkan keuntungan bagi orang dewasa, dan
salah satu bentuk eksploitasi terhadap anak adalah mempekerjakan anak. Pasal 32
dari KHA, menyatakan bahwa negara harus mengakui hak anak untuk dilindungi
dari eksploitasi ekonomi dan dari setiap pekerjaan yang mengganggu dan
membahayakan diri anak.
Provinsi Banten, adalah wilayah yang dikenal Religius, dan merupakan
salah satu daerah Provinsi yang masih tergolong muda, karena daerah ini
ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahuin 2000, sehingga memasuki
tahun 2014, Provinsi Banten memasuki usia nya yang ke 14 tahun, seiring dengan
kemajuan daerah Banten, sering diiringi dengan kecenderungan adanya fenomena
yang disebut dengan anak jalanan, dimana perkembangan pada aspek
jalanan di Provinsi Banten. Persoalan anak jalanan sesungguhnya terkait erat
dengan kerentanan keluarga akibat aspek sosial ekonomi. Berdasarkan faktor
keluarga, kesulitan yang dihadapi adalah kesadaran orang tua yang menganggap
anak sebagai asset yang dapat membantu keluarga dalam perolehan ekonomi
keluarga, padahal secara yuridis terdapat dua landasan hukum yaitu
Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan
Undang-Undang No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang mengharuskan
pemerintah untuk terus berupaya memberikan pelayanan kepada semua anak.
Permasalahan anak jalanan merupakan fenomena gunung es yang dari
tahun ke tahun terus meningkat baik dalam jumlah maupun wilayah
penyebarannya. Pada tahun 2011 jumlah keberadaan anak jalanan di Provinsi
Banten berjumlah 1.628 jiwa dan turun pada tahun 2012 menjadi 754 jiwa, dan
meningkat kembali pada thun 2013 menjadi 1.076 jiwa atau bertambah sekitar
322 jiwa pada tahun 2013. Data tersebut merupakan data yang diperoleh melalui
Dinas Sosial Provinsi Banten yang di ambil melalui peneyediaan data rekapitulasi
Penyandang Maasalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) pada akhir tahun 2013.
Dari penyediaan data karakteristik anak/ketelantaran untuk wilayah
Provinsi Banten tahun 2013, Kota Serang yang merupakan Ibu Kota Provinsi
Banten adalah salah satu daerah dimana terdapat jumlah yang paling banyak
terdapat keberadaan anak jalanan diantara kabupaten / kota di wilayah Banten,
yaitu sekitar 393 jiwa dengan spesifikasi 378 untuk laki-laki, dan 15 untuk
perempuan. Disisi lain, masalah anak jalanan merupakan patologi sosial yang
mempengaruhi perilaku anak, dengan pola dan sub kultur yang berkembang di
jalanan sebagai salah satu daya tarik bagi anak yang masih tinggal dirumah, akan
tetapi rentan menjadi anak jalanan untuk terjun ke jalanan. Kecenderungan
semakin bertambahnya anak jalanan seiring dengan kemajuan kota, dan
distimulasi dengan dorongan yang dimiliki manusia berkaitan dengan kebutuhan
fisiologinya. Maka dengan demikian dorongan inilah yang menggerakkan
perilaku dan dinamakan daya atau kekuatan. Dan perilaku sosial dikembangkan
juga melalui proses pembentukan dorongan tingkat kedua, yaitu dikarenakan
Permasalahan tentang kesejahteraan dan perlindungan anak, tidak terlepas
dari kenyataan adanya eksploitasi secara ekonomi dan hilangnya hak-hak anak
mencakup pendidikan dan kesejahteraan anak. Masalah itu tidak semata-mata
menyangkut aspek ekonomi semata, tetapi menyangkut dimensi lain seperti adat
kebiasaan dan unsur budaya lainnya. Sorotan paling tajam datang dari berbagai
kalangan seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Lembaga Bantuan
Hukum (LBH), dan pemerhati masalah anak seperti Komisi Nasional
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), terfokus pada pelanggaran dan perampasan
terhadap hak-hak anak. Hak-hak anak yang menyangkut pendidikan, keamanan
dan kenyamanan, serta pelayanan hukum yang sama hal nya dengan orang
dewasa. Padahal sejatinya pemerintah dalam hal ini sesuai dengan Pasal 34:1
UUD 1945 berbunyi bahwa “fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh
Negara”, bukan melakukan pembiaran terhadap anak-anak yang bermasalah tersebut. Bukan masalah mungkin jika anak menjadi anak jalanan, tapi yang
menjadi masalah sosial mengenai anak jalanan adalah perampasan hak asasi
manusia di dalamnya, dimana sejati nya anak diperlakukan layaknya individu
yang harus diberi kasih dan sayang, diperlakukan nyaman dengan keadaan
harmonis dalam kekeluargaan, berhak bermain dan belajar layaknya anak pada
umumnya, diberikan pembekalan keimanan dalam kekeluargaan sebagai bekal
hidupnya kelak, karena ini menyangkut masa depan anak , maka ini menjadi hal
yang penting, karena menyangkut masalah masa depan bangsa dan Negara.
Karena bangsa yang kuat adalah bangsa yang memiliki generasi yang cerdas
dibekali dengan keimanan dan ketaqwaan, dan itu dimulai dari anak-anak yang
dilahirkan dari tiap-tiap ibu yang sehat, hebat dan tangguh, serta Negara
menjamin keadaan tersebut di dalamnya.
KPAI melihat banyak fenomena yang terjadi seperti hal nya di Kota-Kota
besar di Jakarta dimana banyak seorang ibu menggendong bayi yang terkulai
lemas dan anak-anak jalanan yang mengemis di pinggir lampu merah
(http//www.liputan6.com). Situasi ini menghiasi hampir sebagian besar lampu
merah di daerah DKI Jakarta yang merupakan Ibu kota yang padat penduduk dan
2002 tentang Perlindungan Anak secara tegas menyebutkan, negara wajib
melindungi anak dalam situasi darurat. "Anak-anak di jalanan merupakan situasi
darurat yang harus segera diselamatkan dari jalanan oleh pemerintah, Pembiaran
oleh pemerintah termasuk pelanggaran dan pengingkaran terhadap
Undang-Undang, "kata Komisioner KPAI M Ihsan dalam keterangan tertulis di Jakarta,
Sabtu (13/7/2013). KPAI mencatat, Indonesia memiliki 230 ribu anak terlantar
dari total 4,8 juta anak dan khusus di DKI Jakarta terdapat 13 ribu anak jalanan.
"Bahkan, menjelang Lebaran, anak jalanan meningkat 60 hingga 80 persen,
khususnya Jakarta," imbuhnya. Ada bahaya yang dapat diderita bagi anak-anak
yang turun ke jalanan. Mereka bisa terkena gangguan pernapasan dan kesehatan,
narkoba, menghisap lem, penyimpangan perilaku, kekerasan, perkosaan, sodomi,
seks bebas, kriminal, dan berbagai permasalahan lainnya. Oleh karena itu, KPAI
meminta pemerintah merespons fenomena anak jalanan. Setidaknya ada delapan
langkah yang disampaikan KPAI dalam mengatasi atau menangani keberadaaan
meningkatnya anak jalanan yang bisa dilakukan atau diupayakan oleh pemerintah
(http//www.kompas.com).
(1) orang tua anak jalanan diberi pembinaan dan pekerjaan padat karya; (2) jika kembali ke jalan, diberi sanksi sesuai Perda, yaitu kurungan dan denda; (3) anak-anak ditempatkan di tempat perlindungan hingga orang tua dapat kembali mengasuh anaknya; (4) melakukan pencegahan turun ke jalan dengan pembinaan komunitas rentan; (5) Sindikat atau koordinator anak jalanan harus diberi sanksi pidana tegas; (6) menindak tegas pemberi uang di jalan; (7) sosialisasi tentang ancaman memberi dan mengemis di jalan; dan (8) menempatkan petugas di titik rawan.
Perlu usaha yang optimal, karena tidak mungkin begitu saja membuat
segalanya menjadi lebih baik dengan cepat dan instan untuk membuat keadaan
menjadi seperti yang kita harapkan. Karena masih banyak anak yang diperlakukan
salah dan dirampas hak-hak nya, Seperti hal nya kasus pada anak yang terjadi di
Tangerang tepat nya di Provinsi Banten, ketua KPAI Arist Merdeka Sirait
bersama kepolisian mengevakuasi anak-anak dan balita di panti asuhan Samuel,
gading serpong sector 6 Blok GC, Kabupaten Tangerang pada tanggal 24 Februari
2014. Sebanyak 12 dari 32 anak dan balita dievakuasi oleh KPAI karena adanya
hari setelah dilakukan penelusuran dan penyelidikan dari pihak berwenang, telah
terbukti bahwa “Panti Asuhan Samuel” telah melakukan kekerasan dan
penelantaran terhadap anak asuhannya, berdasarkan kesaksian mantan anak
asuhannya yang telah meloloskan diri dari panti tersebut menyatakan bahwa orang
tua asuh nya hanya memperkaya diri sendiri melalui kedok panti sosialnya, belum
lagi ternyata panti yang berkedok panti asuhan tersebut belum resmi terdaftar di
dinas sosial yang bersangkutan. Ini membuktikan masih banyak oknum-oknum
yang memanfaatkan anak dan mengeksploitasi anak secara sengaja untuk
kepentingan pribadi bukan untuk kepentingan anak (http//www.liputan6.com).
Munculnya masalah anak jalanan berkaitan dengan meningkatnya
pertumbuhan kota yang dimana dalam hal ini merupakan suatu daya tarik yang
mendorong anak-anak untuk mencari nafkah yang dilakukan dengan cara
mengemis, mengamen, atau bahkan sampai memalak di jalanan. Bahkan
tempat-tempat objek wisata seperti tempat-tempat penziarahan makam di Banten, dan kerajaan
Banten lama menjadi salah satu lokasi anak jalanan untuk mengais rezeki dengan
cara meninta minta sedekah kepada para pengunjung di dalamnya. Keadaan
demikian merupakan kondisi yang tidak lepas dari adanya faktor yang mendorong
anak untuk turun ke jalan-jalan mencari rezeki. Lingkungan memberikan
pembelajaran tentang bagaimana anak bisa mendapatkan uang dengan cara yang
beragam bahkan sampai meminta-minta kepada orang disekitar jalan. Ditempat
penziarahan sekalipun mengemis, dan meminta sumbangan merupakan hal yang
lumrah sehingga anak-anak dapat menirukan tindakan tersebut. Sementara pada
tempat lain seperti di perempatan lampu merah, alun-alun kota, dan tempat-tempat
strategis lainnya, anak jalanan mencari nafkah dengan cara mengamen atau
mengerjakan sesuatu yang beragam untuk mendapatkan uang seadanya untuk
dapat memberikan penghasilan yang dapat digunakan untuk kebutuhan dirinya.
Kondisi demikian menggambarkan betapa kerasnya upaya yang dilakukan, harus
kerja jika ingin makan, demikian prinsip hidup yang mereka pegang untuk
memenuhi kebutuhan fisiologisnya.
Secara garis besar anak jalanan dibedakan dalam tiga kelompok (Surbakti
mempunyai kegiatan yang kuat dengan orang tua mereka. Sebagian penghasilan
mereka dijalanan pada kategori ini adalah untuk membantu memperkuat
penyangga ekonomi keluarganya karena beban atau tekanan kemiskinan yang
mesti di tanggung tidak dapat diselesaikan oleh kedua orang tuanya. Kedua,
children of the street, yakni anak-anak yang berpartisipasi penuh dijalanan, baik secara sosial maupun ekonomi. Beberapa diantara mereka masih mempunyai
hubungan dengan orang tuanya, tetapi frekuensi petemuan mereka tidak menentu.
Banyak diantara mereka adalah anak-anak yang karena suatu sebab, biasanya
kekerasan lari atau pergi dari rumah. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa
anak-anak pada kategori ini sangat rawan terhadap perlakuan salah, baik secara
sosial, emosional, fisik maupun seksual (Irwanto, 1995). Ketiga, children from
families of the street, yakni anak-anak yang berasal dari keluarga yang hidup di jalanan. Meskipun anak-anak ini mempunyai hubungan kekeluargaan yang cukup
kuat, tetapi hidup mereka terombang-ambing dari satu tempat ke tempat yang lain
dengan segala resikonya (Blanc & Associates, 1990 ; Irwanto dkk, 1995 ; Taylor
& Veale, 1996). Salah satu ciri penting dari kategori ini adalah pemampangan
kehidupan jalanan sejak anak masih bayi, bahkan sejak masih dalam kandungan.
Untuk menangani masalah mengenai anak jalanan butuh dukungan dan
partisipasi dari seluruh komponen lapisan masyarakat. Serangkaian program yang
dilakukan oleh pemerintah, LSM, dan komunitas bergulir dan berusaha supaya
anak–anak keluar dari posisi anak jalanan. namun sayangnya banyak yang bekerja secara sendiri-sendiri atau masing–masing mengembangkan program sesuai dengan apa yang mereka pikir diperlukan di daerahnya. Menindak lanjuti hal
demikian diperlukan penelusuran secara menyeluruh dan spesifik terhadap semua
komponen penyelenggara program yang menangani masalah anak jalanan dengan
cara melihat dan mengidentifikasi sejauh mana program yang digulirkan mampu
membuat anak jalanan keluar dari posisi anak jalanan, dan tidak kembali lagi pada
posisi anak jalanan.
Banten melalui Dinas Sosial setiap tahunnya melakukan upaya program
pembinaan, pengembangan dan pelaksanaan kegiatan di bidang sosial
kesejahteraan anak maupun keluarga. Berkaitan dengan usaha tersebut di atas
dalam upaya memperbaiki kondisi anak jalanan menjadi lebih baik di wilayah
Banten, perlu setidaknya usaha transformasi untuk merumahkan anak jalanan
melalui pembelajaran transformatif, dalam UU Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 26
ayat dijelaskan bahwa Pendidikan Nonformal diselenggarakan bagi masyarakat
yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti,
penambah, dan/atau pelengkap Pendidikan Formal dalam rangka mendukung
pendidikan sepanjang hayat. Pada ayat 2 dijelaskan Pendidikan Nonformal
berfungsi mengembangkan potensi peserta didik (warga belajar) dengan
penekanan pada penguasaan pengetahuan. Keterampilan fungsional serta
pengembangan sikap dan kepribadian. Callaway dalam breemback (Marzuki,
2010:99) menjelaskan bahwa: ‘Pendidikan Luar Sekolah sebagai suatu bentuk
kegiatan belajar yang berlangsung di luar sekolah dan universitas’.
Jalur Pendidikan Luar Sekolah memberikan layanan pendidikan di luar
pendidikan formal, tidak hanya sebagai pelengkap atau suplemen. PLS bisa
menjadi alternatif pengganti masyarakat atau bagi anak jalanan yang tidak
mengenyam pendidikan formal melalui pembelajaran program pendidikan dan
pelatihan, dimana hal ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
atau anak jalanan melalui pemberdayaan dan partisipasi masyarakat melalui
serangkaian program dalam ke PLS-an seperti program kecakapan hidup atau
program keterampilan kerja. Berkaitan dengan hal tersebut dijelaskan oleh
Sudjana (2010:30) bahwa: “proses pembelajaran pada pendidikan luar sekolah
berkaitan dengan kehidupan peserta didik dan masyarakat”.
Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat secara spesifik tentang
penanganan anak jalanan yang dilakukan oleh Pemerintah daerah Banten melalui
Dinas Sosial dalam mengangani anak jalanan keluar dari posisi anak jalananan.
Dan mencari tahu kondisi objektif, menganailisis program lembaga, sistem yang
dibangun serta upaya edukatif dalam merumahkan anak jalanan, sehingga
dimungkinkan menjadi rekomendasi untuk dapat menangani masalah kasus anak
Transformasi Anak Jalanan Keluar Dari Posisi Anak Jalanan (studi perilaku sosial
anak jalanan di Provinsi Banten).
B.Identifikasi Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah Penelitian di atas, hasil identifikasi
masalah dalam penelitian ini antara lain:
1. Meningkatnya angka anak putus sekolah karena alasan ekonomi, telah
mendorong sebagian anak untuk menjadi pencari kerja, jalanan mereka
jadikan salah satu tempat untuk mendapatkan uang sehingga masih
terdapat peningkatan angka jumlah anak jalanan di Provinsi Banten yang
dibuktikan dengan data PMKS dari Dinas Sosial Provinsi Banten pada
akhir tahun 2012 sebesar 754 dan meningkat pada akhir tahun 2013
sebesar 1.076 jiwa;
2. Adanya kesenjangan sistem Jaringan Pengaman Sosial sehingga Jaring
Pengaman Sosial tidak ada ketika keluarga dan anak menghadapi kesulitan
dan dalam hal ini perlu dilakukan upaya yang optimal dalam usaha
merumahkan anak jalanan di Provinsi Banten sebagai solusi penanganan
anak jalanan baik dari pemerintah ataupun masyarakat;
3. Pemerintah mempunyai tanggung jawab terhadap pemeliharaan dan
pembinaan anak-anak terlantar, termasuk anak jalanan, pada hakekatnya
sama dengan hak-hak asasi manusia pada umumnya;
4. Pemerintah harus menjamin hak untuk tumbuh kembang, yaitu hak yang
meliputi segala bentuk pendidikan (formal-informal) dan hak untuk
mencapai standar hidup yang layak bagi perkembangan fisik, mental,
spiritual, moral dan sosial anak.
Berdasarkan hasil identifikasi yang telah disebutkan di atas, selanjutnya
batasan masalah penelitian dibatasi pada kajian berikut;
1. Penelitian ini dilakukan di Wilayah Provinsi Banten, bekerjasama dengan
Dinas Sosial Provinsi Banten dan Rumah Singgah yang ada di Kota
2. Fokus utama dalam penelitian ini adalah proses penanganan anak jalanan
yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam merumahkan anak jalanan
sebagai solusi edukatif dalam menangani keberadaan anak jalanan.
C.Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah penelitian dan hasil identifikasi
masalah penelitian, setidaknya perlu dilakukan usaha semaksimal mungkin dalam
usaha merumahkan anak jalanan untuk menjamin kesejahteraan keberadaan anak
jalanan di masa mendatang, Berdasarkan permasalahan anak jalanan tersebut di
atas, Selanjutnya rumusan masalah di atas dijabarkan menjadi Pertanyaan
Penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi objektif anak jalanan di Provinsi Banten?
2. Bagaimana Analisis Program Lembaga dalam proses penanganan anak
jalanan di Provinsi Banten?
3. Bagaimana upaya edukatif dalam merumahkan anak jalanan melalui Dinas
Sosial Provinsi Banten?
4. Bagaimana sistem yang dibangun oleh pemerintah daerah dalam “usaha transformasi anak jalanan keluar dari posisi anak jalanan?
D.Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah solusi dalam
menangani masalah keberadaan anak jalanan, antara lain:
1. Mengetahui kondisi objektif anak jalanan di Provinsi Banten;
2. Mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, hambatan, dan tantangan
kelembagaan dalam penanganan anak jalanan di Provinsi Banten;
3. Mengetahui gambaran hasil dari usaha merumahkan anak jalanan di
Provinsi Banten;
4. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi anak menjadi anak jalanan
E.Manfaat Penelitian
Hasil dari Penelitian ini diharapkan dapat memiliki dua manfaat, yaitu
manfaat secara teoritis, dan manfaat secara praktis;
Secara Teoritis
1. Memberikan gambaran dari usaha transformasi dalam merumahkan anak
jalanan melalui pembelajaran transformatif berdasarkan teori dalam
mengatasi permasalahan anak jalanan di wilayah Provinsi Banten;
2. Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai rekomendasi dan
solusi penanganan anak jalanan dalam usaha transformasi anak jalanan
keluar dari posisi anak jalanan melalui usaha transformasi dalam
merumahkan anak jalanan;
3. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan dan
memperkaya pengembangan teori ilmu pendidikan, ilmu sosial dan ilmu
pengetahuan sejenis dalam menambah cakrawala dan membuka wawasan
keilmuan;
Secara Praktis
1. Bagi Peneliti diharapkan dapat memberikan kontribusi aktif kepada
penyelanggara program penanganan anak jalanan dalam mengatasi
keberadaan anak jalanan melalui usaha transformasi merumahkan anak
jalanan di Provinsi Banten;
2. Bagi pemerintah dan instansi/lembaga, diharapkan dapat dijadikan bahan
referensi dan memperkaya hasil penelitian sejenis dalam upaya mengatasi
kasus penanganan anak jalanan di wilayah nya untuk meminimalisir
keberadaan anak jalanan melalui usaha transformasi merumahkan anak
jalanan dan Memberikan masukan pada pengambil kebijakan dalam
menunjang pendidikan yang lebih baik untuk anak jalanan dan masa depan
anak jalanan;
3. Bagi anak jalanan memberikan informasi dan gambaran dari hasil
penanganan anak jalanan oleh pemerintah daerah dalam upaya menjamin
F.Struktur Organisasi Tesis
Penulisan tesis ini dibagi menjadi lima bagian utama yaitu Pendahuluan,
Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian, Hasil Penelitian dan Pembahasan
Penelitian serta Kesimpulan dan Saran. Masing-masing bagian memiliki
penjelasan yang berbeda. Perbedaan ini dilihat dari penekanan pada setiap
penjelasan yang dilakukan saat persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian,
sampai hasil penelitian.
Pada bagian Pendahuluan disajikan kerangka berfikir mengenai penelitian
yang akan dilakukan. Kerangka berfikir ini dilengkapi dengan latar belakang
pentingnya dilakukan penelitian tesis ini yang dilengkapi dengan beberapa hasil
penelitian dan landasan teoretis yang mendukung pertanyaan penelitian yang
diteliti pada tesis ini, rumusan masalah yang dijabarkan menjadi beberapa
pertanyaan penelitian, batasan–batasan masalah yang dikaji pada penelitian, tujuan dilakukannya penelitian, dan manfaat penelitian yang diharapkan dapat
bermanfaat bagi berbagai pihak seperti bermanfaat bagi instansi atau lembaga
Dinas Sosial dalam memberikan alternatif pembelajaran dan usaha edukatif yang
memanfaatkan potensi lokal dalam proses penanganan keberadaan anak jalanan,
serta bagi peneliti lain yang ingin mengkaji permasalahan serupa dengan fokus
penelitian yang berbeda.
Pada bagian Tinjauan Pustaka berisi tentang kajian–kajian materi dan landasan teoretis yang terkait dengan penelitian. Tinjauan Pustaka pada tesis ini
terdapat Kajian Literatur yang terdiri dari Pendidikan Luar Sekolah sebagai dasar
pembelajaran transformatif dari Grand Theory, serta Konsep yang digunakan
dalam Penelitian, Teori-teori yang digunakan, Konsep Resiliensi, Pengelolaan
Interfensi dalam penelitian, serta fokus penelitian sebagai state of the art tesis
dalam memberikan jaminan keberlangsungan kehidupan anak jalanan melalui
usaha transformasi merumahkan anak jalanan yang dilindungi oleh UU Nomor 23
tahun 2002 untuk menjamin masa depan anak jalanan oleh pemerintah daerah
khususnya di Provinsi Banten.
Pada bagian Metodologi Penelitian berisi tentang metode penelitian yang
Penelitian berisi desain dan prosedur penelitian dari tahap perencanaan, tahap
pelaksanaan hingga tahap akhir pelaksanaan, jenis instrumen yang digunakan
dalam menjaring data, serta teknik analisis data.
Pada bagian Hasil Penelitian dan Pembahasan Penelitian berisi tentang
penjabaran mengenai hasil temuan–temuan yang diperoleh selama penelitian. Hasil penelitian ini mengacu pada pertanyaan-pertanyaan penelitian yang telah
dijabarkan dalam rumusan masalah pada bagian Pendahuluan. Hasil temuan
dianalisis dan dibahas secara komprehensif dalam pembahasan untuk menjawab
rumusan masalah utama. Pembahasan penelitian dilakukan dengan mengaitkan
hasil temuan yang diperoleh dengan landasan teori dan beberapa hasil penelitian
lain sejenis yang mendukung hasil temuan.
Pada bagian Kesimpulan berisi tentang inti dari hasil penelitian yang
dirangkum secara sistematis untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian.
Agar hasil penelitian berjalan dengan baik, peneliti dapat menyampaikannya
dalam bentuk saran agar pada penelitian serupa selanjutnya tidak terdapat
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Lokasi dan Subjek Penelitian
Lokasi Penelitian di tetapkan di Provinsi Banten, tepatnya di dua tempat berbeda, antara lain yang pertama bertempat di Dinas Sosial Provinsi Banten yang beralokasi di sekitar Jl. Ki Ajurum No. 3 Cipocok Jaya, Serang-Banten. Dan yang kedua tepatnya pada Rumah Singgah yang beralokasi di Kota Cilegon yang berada di dua lokasi berbeda, yang pertama lokasi rumah singgah KPJ di kelurahan Jombang Wetan kecamatan jombang kota cilegon, dan yang ke dua Rumah Singgah milik Pemerintah di kelurahan Bendungan Kota Cilegon. Lokasi pada Dinas Sosial Provinsi Banten di tetapkan sebagai penelusuran pertama peneliti untuk mendapatkan data dan kondisi objektif mengenai anak jalanan di Provinsi Banten pada tahun terakhir sebelumnya yaitu pada akhir tahun 2013. Dinas Sosial Provinsi Banten memiliki data keseluruhan wilayah diantaranya terdiri dari empat kabupaten (Serang, Pandeglang, Tangerang, Lebak) dan empat kota (Serang, Cilegon, Tangerang Selatan, tangerang), Sehingga memudahkan pendataan secara menyeluruh pada satu tempat iinstitusi pemerintahan di Provinsi Banten. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya pada latar belakang penelitian mengenai kondisi objektif anak jalanan di Provinsi Banten.
Sedangkan lokasi pada Rumah Singgah digunakan untuk mengetahui sejauh mana konsep edukatif merumahkan anak jalanan berhasil di terapkan pada kondisi nyata di lapangan, dan untuk membuktikan lebih dalam pembuktian dari konsep edukatif merumahkan anak jalanan sebagai usaha transformasi anak jalanan keluar dari posisi anak jalanan (studi perilaku sosial anak jalanan di Provinsi Banten), dilakukan observasi dan wawancara terhadap dua rumah singgah yang berbeda, satu rumah singgah milik KPJ, satu lagi milik pemerintah.
anak jalanan di lokasi terminal pakupatan Serang Banten, dan 1 (satu) orang mantan jalanan. Dengan demikian subjek yang akan diteliti adalah mereka yang terdiri unsur pemerintah yaitu Dinas Sosial Provinsi Banten, dan anak jalanan dari rumah singgah pemerintah, anak jalanan dari komunitas rumah singgah KPJ, anak jalanan di lokasi terminal, dan mantan anak jalanan dari rumah singgah. Subjek yang akan diteliti adalah orang yang berperan dan bertanggung jawab dalam bidangnya sehingga hal tersebut diharapkan dapat memenuhi persyaratan dari tujuan penelitian yang diharapkan dalam Usaha Transformasi Anak Jalanan Keluar Dari Posisi Anak Jalanan.
B.Desain Penelitian
Desain dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian studi kasus. Menurut Bogdan & Taylor (2006:4) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Sedangkan menurut David Williams dalam Moleong (2006:5) menyatakan penelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah dengan menggunakan metode alamiah, dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara alamiah. Penelitian dengan jenis deskriptif berarti adalah data-data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberikan gambaran penyajian laporan tersebut. Kutipan dan data ini didapatkan melalui catatan di lapangan, foto, rekaman wawancara, dan dokumen resmi lainnya.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian studi kasus. Dengan menggunakan teori dari Yin (1997:1) metode studi kasus adalah strategi yang
lebih cocok bila pokok pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan “ how “dan
menjawab pertanyaan-pertanyaan awal yaitu pada pertanyaan seperti “mengapa“ atau “bagaimana“ pada fokus penelitian sehingga akan mempermudah peneliti ke tahap pengumpulan dan analisis data. Menurut Yin (1997:46) karakteristik umumdesain penelitian berperan sebagai latar untuk memikirkan desain yang spesifik bagi studi kasus. Strategi studi kasus memiliki empat desain, yaitu : (1)
Sumber : Yin, Studi Kasus Desain & Metode (2014:46) Keterangan gambar :
Tipe 1 : Desain kasus tunggal dan unit analisis tunggal Tipe 2 : Desain dengan kasus tunggal dan unit multi analisis Tipe 3 : Desain dengan multi kasus dan unit analisis tunggal Tipe 4 : Desain dengan multi kasus dan multi analisis
jalanan“, maka desain penelitian yang cocok adalah tipe 4, yaitu desain dengan multi kasus dan unit multi analisis.
C.Metode Penelitian
Setiap penelitian baik penelitian kuantitatif maupun kualitatif selalu berangkat dari masalah. Namun terdapat perbedaan yang mendasar antara “masalah” dalam penelitian kuantitatif dan “masalah” dalam penelitian kualitatif. Kalau dalam penelitian kuantitatif, “masalah” yang akan dipecahkan dalam penelitian harus jelas, spesifik, dan dianggap tidak berubah, tetapi dalam penelitian kualitatif “masalah” yang dibawa oleh peneliti masih remang-remang, bahkan gelap, kompleks dan dinamis. Oleh karena itu, “masalah” dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara, tentatif dan akan berkembang atau berganti setelah peneliti berada di lapangan.
Metode dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif dipilih karena didasarkan pada tiga alasan utama, pertama, masalah dalam penelitian ini merupakan suatu upaya memperoleh gambaran hasil nyata mengenai usaha transformasi penanganan anak jalanan melalui pengelolaan intervensi pada studi perilaku sosial anak jalanan di Provinsi Banten. Kedua, tujuan penelitian ini tidak lain untuk mendapatkan informasi atau data secara langsung dari latar alami yang dimilki subyek penelitian yang memiliki karakteristik yang berbeda (heterogen) dilihat dari sisi pengalaman, pengetahuan, sikap, perilaku, dan lain sebagainya. Ketiga, hasil yang diharapkan berupa rumusan atau gagasan yang memungkinkan aplikasinya mendapat dukungan alami dari kondisi empirik.
Merriam yang dikutip oleh John W. Creswell (Creswell, 1994:136), ada enam
asumsi dalam pendekatan kualittatif yang perlu diperhatikan oleh peneliti yaitu:
1. Peneliti Kualitatif lebih menekankan perhatian pada proses, bukan pada hasil
atau produk;
2. Peneliti kualitatif tertarik pada makna bagaimana orang membuat hidup, pengalaman, dan struktur kehidupannya masuk akal;
3. Peneliti kualitatif merupakan instrument pokok untuk pengumpulan dan
analisis data. Data di dekati melalui instrumen manusia, bukan melalui inventaris, daftar pertanyaan atau alat lain;
4. Peneliti kualitatif melibatkan kerja lapangan, peneliti secara fisik berhubungan dengan orang, latar belakang, lokasi atau institusi untuk mengamati atau mencatat perilaku dalam latar alamiahnya;
5. Peneliti kualitatif bersifat deskriptif dalam arti peneliti tertarik proses, makna, dan pemahaman yang didapat melalui kata atau gambar; dan
6. Proses penelitian kualitatif bersifat induktif, peneliti membangun abstrak, konsep, proposisi, dan teori.
sudut pandang informan. Sehingga peneliti merupakan instrument utama dalam pengumpulan data. Focus penelitiannya pun ada pada persepsi dan pengalaman informan dan cara mereka memandang kehidupannya. Sehingga tujuannya bukan untuk memahami realita tunggal melainkan realita majemuk. Penelitian kualitatif memusatkan perhatian pada proses yang berlangsung dan hasilnya. Objetivitas dan kejujuran merupakan hal penting bagi seorang peneliti untuk menjelaskan tujuan peneliti kepada informan. Identitas informan dirahasiakan sehingga tidak berdampak kepada informan yang telah memberikan informasi.
D.Definisi Operasional
Usaha: Pengertian usaha dalam penelitian ini menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah kegiatan dengan mengerahkan tenaga pikiran atau badan untuk mencapai suatu maksud tertentu. Dalam ruang lingkup lainnya, pengertian usaha bisa disama artikan dengan istilah suatu pekerjaan, perbuatan, prakarsa, ikhtiar, atau daya dan upaya untuk mencapai suatu maksud tertentu. Sama hal nya dengan pengertian yang telah disebutkan, usaha dalam penelitian ini dimaksudkan dengan maksud sejauh mana program atau kegiatan yang dilakukan atau di prakarsaicoleh pemerintah ataupun swasta dalam hal ini melalui Dinas Sosial Provinsi Banten dan Komunitas yang ada di masyarakat dalam menanggulangi keberadaan anak jalanan yang ada di Wilayah Provinsi Banten umumnya dan Cilegon khususnya untuk merubah posisi anak jalanan menjadi anak yang lebih baik dan tidak kembali pada posisi anak jalanan.
pembelajaran transisi, dimana dalam hal ini kendali pembelajaran di arahkan untuk kepentingan peserta belajar dan segala sumber daya di maksimalkan dalam upaya mendukung pembelajaran transformatif itu sendiri. untuk mengembangkan struktur makna dalam proses pembelajaran melalui kemampuan refleksi dan keterlibatan pada pelatihan secara rasional dan mengambil tindakan secara berdasarkan hak (emancipatory). Transformasi dalam kajian penelitian ini merupakan suatu bentuk kegiatan yang mengerahkan tenaga, pikiran ataupun badan untuk mencapai suatu maksud tertentu dalam upaya melakukan perubahan sosial, baik dalam bentuk rupa, sifat, dan fungsinya menjadi lebih baik untuk mencapai kondisi akhir yang dicita-citakan sesuai dengan kajian teori yang telah diutarakan pada bab II.
Anak Jalanan : dalam penelitian ini yang dimaksud anak jalanan adalah identitas individu atau kelompok individu yang berusia 7-18 tahun dimana banyak menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bermain dan mencari nafkah dan berkeliaran di jalanan ataupun ditempat-tempat umum lainnya yang strategis. Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Juwartini.W (2005) dalam profil kehidupan anak jalanan, adalah anak yang sebagian besar waktunya berada di jalanan atau di tempat-tempat umum. Anak jalanan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: berusia antara 5 sampai dengan 18 tahun, melakukan kegiatan atau berkeliaran dijalanan, penampilannya kusam dan pakaiannya tidak terurus tetapi mempunyai mobilitas yang tinggi. Sama hal nya dengan yang diungkapkan oleh UNICEP (1986) anak jalanan adalah anak yang berusia 16 tahun yang bekerja di jalan-jalan perkotaan, tanpa perlindungan dan mereka menghabiskan waktu di jalanan. Berkaitan dengan jalanan, umumnya mereka berasal dari keluarga yang pekerjaannya berat dan ekonominya lemah.
penelitian ini sama hal nya dengan melakukan proses pemberdayaan anak jalanan melalui rumah singgah baik dari pemerintah ataupun pihak swasta baik yang dilakukan oleh Dinas Sosial ataupun komunitas di sekitar lingkungan tempat tinggal masyarakat di dalamnya yang bisa dilakukan dengan cara intervensi berbasis komunitas dalam upaya melakukan rekonstruksi model penanganan anak jalanan melalui pendampingan sosial.
E.Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan instrumen wawancara, observasi, dan studi kasus / literatur. Ini merupakan alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. (Arikunto, 2002:136) Instrumen penelitian yang digunakan peneliti adalah :
1. Wawancara mendalam (indepth interview)
Yaitu sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk mendapatkan gambaran serta memperoleh data dari informan (terwawancara) guna mendukung data-data yang sudah didapat dari sumber-sumber pendukung lainnya. Yang peneliti jadikan dalam narasumber atau informan disini adalah anak jalanan dan mantan anak jalanan serta perwakilan lembaga atau institusi, ini dilakukan agar ada perbandingan hasil. Kartini Kartono dalam Yusuf (2002:57) mengemukakan bahwa wawancara adalah suatu percakapan, Tanya jawab, lisan antara dua orang atau lebih yang duduk berhadapan secara fisik dan diarahkan pada suatu masalah tertentu. Lebih lanjut dikemukakan oleh
koentjaraningrat dalam shantini (2002:64) bahwa: “interview atau wawancara
dalam observasi, jadi dengan kata lain wawancara dilakukan untuk memperkaya dan memperjelas hasil dari Obsevasi.
2. Observasi
Yaitu suatu penelitian yang dilaksanakan dengan cara mengamati langsung dan pencatatan dengan sistematis terhadap poin-poin yang diselidiki sebagai pengumpul data dengan cara langsung menyelidiki mulai dari mengetahui kesekretariatan tempat dimana subjek atau objek penelitian berada, lalu mengunjungi atau mengecek tempat dimana kegiatan berlangsung sebagai gambaran utuh terjadinya pelaksanaan suatu kegiatan tertentu.. Observasi adalah studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala alam dengan jalan pengamatan (Kartini Kartono, 1990 dalam Suminar 2004: 87). Observasi dilakukan melalui pengamatan secara langsung tentang fakta atu kenyataan serta segala sesuatu yang terjadi dilapangan berkenaan dengan objek penelitian. Observasi yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengadakan pengamatan atau pencatatan secara langsung terhadap benda, latar penelitian tersebut termasuk di dalamnya situasi dan kondisi serta perilaku peserta pelatihan yang mendukung terhadap kelangsungan proses suatu kegiatan. Hal tersebut sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Guba dan Lincoln dalam Moleong (2006: 138) bahwa dalam penelitian kualitatif secara metodologis, penggunaan pengamatan dapat mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan dan sebagainya. Pengamatan memungkinkan peneliti untuk melihat dunia sebagaimana yang dilihat oleh informan pada saat itu, menangkap arti fenomena dari segi pengertian informan, menangkap kehidupan budaya dari segi pandangan dan anutan para informan pada waktu itu, pengamatan memungkinkan peneliti merasakan apa yang dirasakan dan dihayati oleh informan sehingga memungkinkan pula peneliti sebagai sumber data.
3. Studi Dokumentasi
hal ini dilakukan dengan menelusuri, mempelajari, dan mendalami berbagai dokumen yang bersifat permanen dan tercatat seperti hal nya gambaran umum dalam lokasi penelitian, meliputi jumlah atau luas wilayah, kondisi geografis , sosial ekonomi, kondisi objektif anak jalanan, foto-foto dan lain sebagainya yang berfungsi menambah atau memperkaya informasi dalam penelitian ini. Hal tersebut sejalan dengan Nasution (2003:85) yang mengemukakan bahwa dalam penelitian kualitatif, dokumen termasuk sumber non human resources yang dapat dimanfaatkan karena memberikan beberapa keuntungan yakni sebagai bahan yang telah tersedia, siap pakai, dan penggunaannya tidak memakan biaya yang besar.
4. Catatan Lapangan
Catatan lapangan dibuat dalam bentuk deskriptif tentang apa yang sesungguhnya diamati peneliti menurut apa yang dilihat dan di dengar, mendeskripsikan komentar, refleksi, pemikiran ataupun pandangan peneliti sendiri tentang catatan lapangan ini merupakan uraian obyektif tentang apa yang sebenarnya kita lihat dan kita dengar, namun dalam hal memberikan deskripsi sengaja dibatasi penafsiran, bahkan sedapat mungkin menjauhi unsur penafsiran.
F. Proses Pengembangan Instrumen
1. Tahap Orientasi
Orientasi dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang lengkap dan jelas masalah yang akan diteliti. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap orientasi ini adalah :
a. Mengadakan studi pendahuluan pada calon informan, yaitu salah satu
perwakilan instansi pemerintah melalui Dinas Sosial Provinsi Banten, anak jalanan dan mantan anak jalanan dengan kategori yang sudah di tentukan; b. Mempersiapkan referensi yang berkaitan dengan literatur dan teori yang
berkaitan dengan kajian penelitian;
c. Melakukan studi pustaka yang berkaitan tentang anak jalanan dan model yang berkaitan dengan penanganan anak jalanan;
d. Menyusun desain penelitian.
e. Mengurus administrasi penelitian.
2. Tahap Eksplorasi
Tahap ini sudah mulai penelitian, yaitu mengeksplorasi atau menjelajahi focus penelitian, yaitu mengumplkan data sesuai dengan fokus dan tujuan yang telah ditetapkan. Pengumpulan data yang dilakukan melalui wawancara, observasi dan studi dokumentasi serta catatan lapangan. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah :
a. Mengadakan kegiatan pengumpulan data dengan melibatkan staff bagian
penanganan anak jalanan melalui kantor Dinas Sosial Provinsi Banten; b. Mengadakan kegiatan pengumpulan data berkaitan dengan kondisi peserta
sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan kepemimpinan;
c. Melaukan kegiatan pengumpulan data berkaitan dengan usaha transformasi anak jalanan;
d. Melakukan triangulasi data dari subyek penelitian;
e. Membuat catatan lapangan dari data kasar yang terkumpul.;
f. Memilih, menyusun, dan mengelompokkan data sejenis yang diperoleh dari
lapangan;
g. Membuat catatan, komentar dan pertanyaan yang berkembang selama
h. Membuat rangkuman dan merumuskan temuan-temuan sementara dilapangan.
3. Tahap Member Check
Member check dimaksudkan untuk mengecek kebenaran dari data dan informasi yang tekah dikumpulkan agar hasil penelitian dapat dipercaya dan selanjutnya ditulis dalam bentuk laporan penelitian. Pengecekan ini dilakukan dengan cara :
a. Mengkonfirmasi ulang hasil wawancara kepada beberapa subjek dalam
penelitian;
b. Meminta koreksi hasil yang telah dicatat dari observasi kepada
instansi/lembaga terkait yang berwenang dan bertanggung jawab.
Rangkaian dari desain penelitian ini dapat disederhanakan melalui beberpa langkah yang dapat dilakukan melalui proses pengembangan instrumen diantaranya:
1. Persiapan Persiapan.
peneliti akan mencakup beberapa hal diantaranya: 1) mengidentifikasi jumlah dan keberadaan anak jalanan. 2) melakukan identifikasi terhadap penyelenggara program dalam kategori pada pengelolaan intervensi yang bergerak di bidang pengelolaan penanganan anak jalanan dan melakukan review atas program-program mereka. 3) membuat instrument wawancara dan
observasi. Selama masa persiapan penelitian, peneliti akan melakukan persiapan-persiapan seperti review literatur umtuk mempelajari konsep-konsep yang dipakai dalam penelitian, mengosongkan pikiran atas konsep-konsepsi awal dan melakukan defocusing yang digunakan untuk memperhatikan keseluruhan situasi dan setting dalam latar penelitian.
2. Memilih site dan memperoleh akses.
Sebelum memulai penelitian, maka terlebih dahulu peneliti akan memilih site (field site) atau konteks tempat terjadinya suatu fenomena atau aktifitas keberadaan para informan. Dalam memilih site, peneliti harus memperhatikan site-site yang memiliki banyak hubungan sosial, keragaman aktivitas dan kejadian yang bisa menghasilkan data – data yang dapat memperkaya dan menarik. Pada penelitian ini peneliti akan memilih site tempat mangkal dimana anak-anak jalanan berada. Dari site ini peneliti akan melihat secara langsung aktivitas-aktivitas yang dilakukan anak jalanan. untuk dapat memasuki site tersebut tentunya diperlukan bantuan adanya “orang dalam” yang ada pada site tersebut, strategi untuk memperoleh akses pada site ini adalah dengan mengidentifikasi “gatekeepers”, yaitu orang yang dimaksud adalah yang memiliki otoritas formal atau informal yang mengontrol akses untuk memasuki site.
3. Memulai Penelitian.
dan berinteraksi dengan para anak jalanan. penyelenggara program yang dimaksud adalah dari kalangan pemerintah melalui dinas Sosial untuk pencarian data di awal, lembaga swadaya masyarakat, dan komunitas-komunitas, serta tidak menutup kemungkinan keluarga anak jalanan yang berada di wilayah Provinsi Banten. Hingga pada akhirnya peneliti akan mencoba melakukan interaksi kepada anak jalanan dengan melakukan percakapan-percakapan yang menyenangkan agar informan dalam hal ini anak jalanan tidak canggung.
4. Membangun hubungan.
Semaksimal mungkin peneliti akan mencoba membangun hubungan yang baik dengan pihak penyelenggra program penanganan anak jalanan, dan para tokoh formal maupun nonformal yang ada di lingkungan tempat beroperasi. Tentunya dalam membangun hubungan yang baik ini, peneliti sedapat mungkin akan mencoba terlibat dalam aktivitas di lapangan. kemudian diharapkan akan terbangun kepercayaan terhadap peneliti dan terhindar dari kecurigaan yang negatif.
5. Memilih Peran Sosial.
Dalam melakukan penelitian lapangan, disadari betul seorang peneliti harus mampu memainkan peran tertentu, baik itu peran baru ataupun memodifikasi peran-peran yang sudah ada. Dengan menggunakan peran yang sudah ada, peneliti mendapat kemudahan memasuki area penelitian. Namun dalam hal ini peneliti akan tetap menjadi “orang lain” dengan tidak memainkan peran sosial yang terjadi dilingkungan tempat penelitian.
6. Tingkat Keterlibatan Peneliti.
7. Pencatatan Lapangan, Field notes atau catatan lapangan merupakan alat untuk menyimpan data. Catatan lapangan yang berupa deskripsi kongkrit atas proses dan konteks sosial. Dalam penelitian ini, peneliti akan membuat catatan – catatan berdasarkan dari hasil pengamatan langsung (direct observation
notes) yang dilakukan peneliti. Catatan – catatan akan dibuat langsung (jotted notes), pada saat terjadinya peristiwa berlangsung dengan mengandalkan apa
yang peneiliti lihat, dengar, dan rasakan pada saat itu. Namun, peneliti menyadari bahwa kadangkala kegiatan menulis catatan lapangan dapat mengganggu kejadian yang sedang berlangsung dan menarik perhatian orang lain. Sehingga kadangkala peneliti membuat catatan lengkap setelah meninggalkan lapangan. Selain kedua jenis catatan yang dipakai dalam penelitian seperti yang telah diuraikan sebelumnya diatas, peneliti juga akan membuat catatan dan rekaman berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap informan.
8. Pada saat selesainya penelitian, peneliti akan meninggalkan lokasi penelitian, karena penelitian telah dianggap selesai dan data-data yang dibutuhkan telah terpenuhi, maka dalam hal ini peneliti meninggalkan lokasi penelitian sesuai dengan etika penelitian yang ada dengan cara berpamitan secara formal, juga berpamitan kepada gatekeepers yang telah banyak membantu peneliti, dan mengucapkan banyak terima kasih atas semua informasi yang diberikan. Selain daripada itu, peneliti juga akan berpamitan kepada beberapa informan kunci atas ketersediaannya menyediakan waktu untuk diwawancara oleh peneliti secara langsung.
G.Teknik Pengumpulan Data dan Sumber Data
wawancara, namun panduan ini tidak ketat, karena para informan akan diberikan kesempatan untuk memberikan informasi diluar pertanyaan yang telah disiapkan oleh peneliti. Dan peneliti dalam hal ini dapat membuat pertanyaan secara dadakan dalam menggali informasi lebih dalam lagi. Skema yang digunakan dengan menggunakan Triangulasi/gabungan dalam teknik pengumpula data dan sumber data pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 3.1 Triangulasi Data
Untuk menetapkan keabsahan (trustworthiness) data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas kriteria yang sesuai dengan metode penelitian inkuiri alamiah (naturalistic inquiri research), yaitu criteria derajat kepercayaan. Kriteria ini berfungsi untuk: pertama, melaksanakan inquiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat tercapai; kedua, mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jelas pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti.
Dengan kata lain teknik yang dapat digunakan sebagaimana penjabaran tersebut, maka teknik pemeriksaan keabsahan data yang sesuai adalah dengan menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan, atau sebagai pembanding terhadap data. Penelitian ini akan menggunakan triangulasi yang berdasarkan sumber, yang artinya membandingkan atau mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Patton, 1987 dalam Moleong, 2006:330). Hal ini dapat tercapai dengan jelas melalui jalan: (1)
OBSERVASI
WAWANCARA DOKUMENTASI
pertama membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara; (2) kedua membandingkan apanyang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi; (3) membadingkan dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu; (4) membandingkan keadaan dengan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang; (5) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
H.Analisis Data
Analisa data dalam penelitian kualitatif dalam Moleong, (199:188) merupakan analisa naratif kualitatif, mencari kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan informasi, karena dalam penelitian kualitatif analisa data tidak selalu harus terkumpul semua, melainkan dapat dilakukan secara berangsur-angsur. Penafsiran yang diberikan diarahkan pada bagaimana menemukan esensial atau hal-hal yang mendasar dari sebuah kenyataan. Data maupun informasi yang diperoleh dari sumber data disusun menurut kategorinya. Dalam penelitian ini, data hasil wawancara dan pengamatan ditulis dalam suatu catatan lapangan yang terperinci dan terekam yang akan dapat dianalisa secara kualitatif, sedangkan untuk analisis data akan dilakukan melalui langkah-langkah analisis data kualitatif seperti skema di bawah ini,:
Gambar 3.2
Langkah – langkah Analisis Data Kualitatif
Sumber: Muhammad Idrus (2007:104) Pengumpulan Data
Penarikan Kesimpulan / Verifikasi Reduksi Data
Reduksi Data yang diperoleh akan di buatkan catatan anekdot dalam
bentuk uraian yang sangat lengkap dan banyak. Data tersebut direduksi, dirangkum, dan dipilih hal yang bersifat pokok, difokuskan kepada hal yang penting dan berkaitan dengan masalah yang di teliti yang berkaitan erat dengan tema penelitian. data yang direduksi dapat memberikan suatu gambaran yang lebih mendalam (tajam dan akurat) tentang suatu hasil dari pengamatan dan dari hasil wawancara yang akan menjadi studi induktif yang akan dikembangkan menjadi simpulan sementara seperti skema di bawah ini.
Gambar 3.3.
Model induktif penelitian dalam penelitian kualitatif
Sumber: Creswell, 1994: 90
Display Data. Display data dapat dilakukan dengan mengelompokan
sesuai pada sub tema penelitian yang akan dapat dijadikan bahan untuk diresumekan, mengingat data yang terkumpul demikian banyak, sehingga data yang terkumpul atau tertumpuk akan menimbulkan kesulitan dalam menggambarkan rincian keseluruhan. Sehingga keseluruhan data dapat dipetakan dengan jelas.
Kesimpulan dan Verifikasi. Penarikan kesimpulan berdasarkan reduksi dan
penyajian data yang berdasar pada sub tema peneltian. Penarikan kesimpulan data berlangsung bertahap dari kesimpulan umum pada tahap reduksi data. Kemudian
Peneliti mengembangkan teori atau Membandingkan pola dengan teori lain
Peneliti mencari pola (teori)
Peneliti membentuk kategori
Peneliti mengajukan pertanyaan
menjadi lebih spesifik pada tahap penyajian data yang sudah dipolakan, difokuskan dan disusun secara sistematik, baik melalui penentuan tema maupun model dan paradigm penelitian. kemudian dapat disimpulkan, sehingga makna dari data tersebut dapat ditemukan dengan baik. Rangkaian proses ini menunjukan bahwa analisis data kualitatif dalam penelitian ini bersifat menggabungkan tahap reduksi data, penyajian data, dan pemikiran kesimpulan secara berulang dan bersiklus.
Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data. Untuk dapat menguji keabsahan
data atau kesimpulan dan hasil verifikasi data diperlukan pemeriksaan ulang terhadap data yang telah terkumpul. Dalam penelitian kualitatif menggunakan kriteria derajat kepercayaan (kredibilitas), keteralihan, kebergantungan, dan kepastian. Sedangkan dalam penelitian ini, teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan adalah: teknik triangulasi data dan teknik lain seperti hal nya diskusi. Teknik triangulasi dilakukan dengan memanfaatkan dua cara, yaitu
triangulasi dengan sumber dan triangulasi dengan teori (Patton,
1987:331;Moleong, 1991:178;Robson,2005:174-176).
Pada penelitian kualitatif, peran peneliti cukup signifikan, karena apa yang terjadi selama penelitian harus diuraikan secara terperinci dalam laporan penelitian. Untuk dapat masuk ke dalam lingkungan anak jalanan, dan masuk ke dalam penyelenggara program penanganan anak jalanan, peneliti akan mengawali proses penelitian ini dengan mempersiapkan surat kerjasama penelitian formal leader dimana subyek penelitian berada.
Pada bagian verifikasi data dilakukan untuk menguji suatu kebenaran atau kepercayaan terhadap data yang telah diperoleh. Verifikasi dalam penelitian kualitatif dikenal juga dengan validitas dan teliabilitas, dan merupakan salah satu masalah penting dalam penelitian kualitatif. Untuk menghindari ketidakvalidan
dalam memverifikasi data, maka dalam hal ini peneliti akan melakukan hal – hal
sebagai berikut; (1) deskripsi data tetap yang didasarkan pada pengkategorisasi data; (2) penafsiran dan pengembangan abstraksi teoritis, dan tetap mengacu kepada kondisi – kondisi yang ada; (3) melakukan diskusi konfirmatif (members check) dengan cara para informan, yaitu para anak jalanan dan informan lainnya
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A.SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang usaha transformasi anak jalanan melalui usaha merumahkan anak jalanan baik yang dilakukan dapat disimpulkan: 1. Kondisi objektif anak jalanan di wilayah Provinsi Banten berjumlah 1.076
anak jalanan, yang diperoleh dari data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) pada akhir tahun 2013. Kota Serang memilki jumlah yang cukup besar di bandingkan dengan wilayah lainnya, Kota Serang memiliki kondisi objektif anak jalanan berdasarkan data Dinas Sosial terdiri dari 378 laki-laki dan 15 perempuan, jumlah keseluruhan sebesar 393 anak jalanan di Kota Serang.
2. Hasil analisis pada program lembaga melalui Dinas Sosial Provinsi Banten terdapat upaya yang signifikan dalam usaha merumahkan anak jalanan melalui rumah singgah dan program lainnya yang terintegrasi dengan Dinas Sosial lintas kota dan kabupaten.
3. Upaya yang bersifat edukatif dalam usaha merumahkan anak jalanan melalui
rumah singgah yang berfungsi sebagai tempat singgah sementara dan tempat pemberian pelatihan serta keterampilan kepada anak jalanan, baik yang dilakukan oleh pemerintah ataupun pihak swasta. Kedua nya mengarahkan anak-anak jalanan, memberikan motivasi dan membekali dengan pelatihan keterampilan untuk bekal hidup anak-anak jalanan sehingga tidak kembali ke jalanan seperti sebelumnya atau kembali menjadi anak jalanan.
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Adham Nasution (1983), Sosiologi, Alumni, Bandung
Aitken, S. Estrada, S.L., Jennings, J. & Aguire, L.M. (2006). Reproducing life and labor. Global processes and working children in Tijuana, mexico. Childhood: A Journal of global child research. 13 (3), 365-388.
Arikunto, Suharsini, 2007, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara.
Bajari, Atwar, (2012) Anak Jalanan: Dinamika Komunikasi dan Perilaku Sosial Anaka menyimpang, Humaniora Bandung
Bandura, Albert, (1977). Aggression: A Social Learning Analysis, Englewood Cliffs, NJ : PrenticeHall
Ben-Arieh, A. & Frones, I. (2011). Taxonomy for child well-being indicators: A framework for the analysis of the well-being of children. Childhood. A Journal Of Global Child Research, 18 (4). Hal 460-477.
Creswell, Jhon W (2013). Research Design edisi ketiga, pustaka pelajar Yogyakarta
Desmita, (2009) Psikologi Perkembangan Remaja, Rosda Karya Bandung
Emzir, ((2012) Metodologi Penelitian Kualitatif:Analisis Data, PT
RajaGrafindo Persada, Jakarta
Etling, Arlen. (1993). What is Nonformal Education? Journal of agricultural education
Gerungan (2009) Psikologi Sosial, Refika Aditama Bandung
Idi, A. (2011) Sosiologi Pendidikan: Individu, Masyarakat dan Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers
Idrus, M., 2007, Metodologi Penelitian (Kualitatif dan kuantitatif) , Yogyakarta: Penerbit Andi.
J. Moleong, Lexy, 2006, Metodologi penelitian kulaitatif, Bandung: PT Remaja RosdaKarya.
Juwartini.W (2005). Profil Kehidupan Anak Jalanan [Online]. Tersedia:
http://www.lib.unnes.ac.id/3387cache/2005 / Juwartini.html [15