• Tidak ada hasil yang ditemukan

(Single Subject Research Di Kelas III/2 SDN 05 Kapalo Koto Padang) SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "(Single Subject Research Di Kelas III/2 SDN 05 Kapalo Koto Padang) SKRIPSI"

Copied!
167
0
0

Teks penuh

(1)

SEDERHANA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MEDIA KEPINGAN CD (COMPACT DISK)

BAGI ANAK KESULITAN BELAJAR

(Single Subject Research Di Kelas III/2 SDN 05 Kapalo Koto Padang)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Strata Satu (S1)

Disusun:

CICA ANWAR

01150/2008

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGRI PADANG

2012

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Cica Anwar. 2012. Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Pecahan Sederhana Pada Pembelajaran Matematika Melalui Media Kepingan CD(Compact Disk ) Bagi Anak Kesulitan Belajar ( Single Subject Research Di Kelas III/2 SDN 05

Kapalo Koto Padang )

Penelitian ini berawal dari hasil asesmen yang peneliti laksanakan di SDN 05 Kapalo Koto Padang, terdapat seorang anak laki-laki berumur 9 tahun dengan inisial X yang belum bisa mengenal konsep pecahan , secara optimal, dimana anak mengalami kesulitan dalam menyebutkan pecahan, menunjukkan pecahan, dan mencocokkan pecahan dengan lambang bilagan. Penelitian ini bertujuan untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Pecahan Sederhana Pada Pembelajaran Matematika Melalui Media Kepingan CD(Compact Disk).

Jenis penelitian yang digunakan adalah Single Subject Research dengan desain A-B dan dengan desain baseline jamak antar variabel yang bertujuan untuk membuktikan apakah media kepingan CD (compact disk ) dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep pecahan bagi anak kesulitan belajar. Jenis ukuran target behaviornya adalah frekuensi dengan menghitung jumlah jawaban yang benar oleh anak. sedangkan data dianalisis menggunakan analisis visual data grafik yang terdiri dari dalam kondisi dan antar kondisi.

Hasil analisis data dalam kondisi dan hasil data antar kondisi terlihat bahwa sebelum diberikan perlakuan menggunakan Media kepingan CD (Compact Disk ) pada kondisi baseline, kemampuan anak dalam menyebutkan pecahan adalah pada hari kedua baseline menyebutkan anak menjawab 2 buah pecahan yaitu dengan skor 4. Kemampuan anak dalam menunjukkan pecahan adalah pada hari ketiga baseline menunjukkan anak menjawab 2 buah pecahan yaitu dengan skor 4. kemampuan anak dalam mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan adalah pada hari kedua baseline mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan anak menjawab 2 buah pecahan yaitu dengan skor 4. Kemampuan anak kesulitan belajar masih rendah, setelah diberi perlakuan kemampuan anak dalam menyebutkan pecahan adalah pada hari ketigabelas sampai keenambelas intervensi menyebutkan anak menjawab 5 buah pecahan yaitu dengan skor 10. Kemampuan anak dalam menunjukkan pecahan adalah pada hari kesebelas sampai keenambelas intervensi menunjukkan anak menjawab 5 buah pecahan yaitu dengan skor 10. kemampuan anak dalam mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan adalah pada hari keduabelas sampai keenambelas intervensi mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan anak menjawab 5 buah pecahan yaitu dengan skor 10. Kemampuan anak kesulitan belajar meningkat. Hal ini membuktikan Media kepingan CD (Compact Disk ) dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep pecahan bagi anak kesulitan belajar. Untuk itu guru hendaknya memakai media kepingan CD (Compact Disk ) ini dalam proses belajar mengajar (PBM) bagi anak kesulitan belajar di SDN 05 Kapalo Koto Padang.

(6)

ABSTRAC

Cica Anwar. 2012. Inprove Understanding Of The Concept Of Simple Fraections In The Learning Of Mathematics Through The Medium Of CD (Compact Disk) For Child With Learning Disability (Single Subject Research In Class III/2 SDN 05 Kapalo Koto Padang)

This Study begius with an assessment of research carried out in SDN 05 kapalo koto padang, there is a 9 year old boy with the initials X who can not recognize the concept of fractional , an optimal, where child have disability in naming fractions, indicating fractions, and fractions matching numbers with symbols. This research alms to improve understanding of the concept of simple fractions in the teartcing of mathemations through the medium of CD (Compact Disk).

Type of study is Single Subject Research to design A-B and with baseline design among variables that aim to prove whether CD (Compact Disk) medium can enlance the ability of understanding to concept of simple fractions for child with learning disability tes. Type of the target size is the frequency of their behavior by counting the number of correct answers by child. With using visual analysis of grafik date cousisting of the condition and between conditions.

Date analysis results in a condition and results of date between the condition seen that before treatment is given usin the medium CD (Compact Disk) on baseline conditions, children‟s ability to say fractions are one second dav baseline mention 2 pieces of children replied that fraction is , with a score of 4. Children‟s ability to demonstrate fractions are on the third day baseline shows 2 pieces of children replied fraction is , with a score of 4, children ability to match the fraction with the symbol number is on the second day baseline fraction matching number with symbols 2 pieces of children replied that , with a score of 4. Child with learning disability to learn is low, after being given treatment in a child‟s ability fractions mentioned is some one on the thirttreenth to the sixteenth day of the interventions to mention the child to answer the 5 piecess of children replied that , with a score of 10. Children‟s ability to demonstrate fractions are in the eleventh to the sixteenth day of the intervention showed children answer the 5 pieces of fragments is , with a score of 10. Children‟s ability to match the fractions with the symbol number is on the twelfth to the sixteenth day of the intervention match the fraction with the symbol number of children anwer the 5 pieces of fragments is , with a score of 10. Child‟s ability to increase learning disability. This proves medium CD (Compact Disk) can improve the ability of understanding the concept of fraction for the child‟s learning disability. For medium teachers should use there CD (Compact Disk) in the process of teaching and learning (PBM) for child learning disability at SDN 05 Kapalo Koto Padang.

(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah mengkaruniakan limpahan rahmat dan kasih sayang kepada hamba – hamba Nya. Salam dan do‟a ditunjukan kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya kejalan yang diridhoi Allah SWT.

Penelitian ini berjudul: “.Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Pecahan Sederhana Pada Pembelajaran Matematika Melalui Media Kepingan CD(Compact Disk ) Bagi Anak Kesulitan Belajar “

(

Single Subject Research di kelas III/2 SDN 05 Kapalo Koto Padang

)

Penulisan ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat melengkapi tugas akhir untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan di Jurusan Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang. Skripsi ini dipaparkan dalam lima bab. Bab I merupakan pendahuluan yang membahas tentang latar belakang, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Bab II membahas kajian teori yang mencakup konsep pecahan, media kepingan CD( Compact Disk ), anak kesulitan belajar, penelitian yang relevan, kerangka konseptual dan hipotesis. Bab III membahas metode penelitian yang mencakup jenis penelitian, variabel penelitian, devinisi operasional variabel, subjek penelitian, setting penelitian, teknik dan alat pengumpulan data, teknik analisis data. Bab IV membahas Deskripsi Pelaksanaan Penelitian, Analisis Data, Pembuktian Hipotesis, Pembahasan. Bab V Kesimpulan, Saran.

Dalam penulisan penelitian ini penulis banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih setulusnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis. Penulis minta maaf jika selama ini

(8)

penulis.

Penulis menyadari bahwa penulisan penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi membangun kesempurnaan penulisan penelitian ini.

Padang, Juni 2012

(9)

Syukur alhamdulilah penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Pecahan Sederhana Pada Pembelajaran Matematika Melalui Media Kepingan CD (Compact Disk ) Bagi Anak Kesulitan Belajar ( Single Subject Research Di

Kelas III/2 SDN 05 Kapalo Koto Padang )”.

Dalam membuat skripsi ini peneliti banyak mendapat bimbingan, arahan, dan motivasi dari semua pihak. Berkat bantuan tersebut peneliti dapat menyelasaikan skripsi ini sesuai dengan harapan. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Bapak Drs. Tarmansyah, Sp. Th. M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan , Universitas Negeri Padang.

2. Bapak Drs. Ardisal M.Pd sebagai pembimbing I yang telah membimbing dan memberi arahan, saran dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Prof. Dr. Hj. Mega Iswari sebagai pembimbing II yang telah memberi arahan, saran dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Rahmawati, S.Pd selaku kepala sekolah SDN 05 Kapalo Koto Padang yang telah memberi izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian ini.

5. Seluruh staf dosen dan karyawan yang telah membantu penulis dalam menyelasaikan skripsi ini.

6. Teristimewa kepada orangtua ku, kepada bapak (Anwar) dan kepada ibu

(Marnis) yang telah mengorbankan semuanya untuk kelancaran skripsi ku. Terima kasih ya pak dan ibu ku.

7. Kepada kakakku (Cici Anwar , S.pd) yang telah membantu ku dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih kakakku

8. Kepada adikku Desi Anwar. Terima kasih adikku atas doanya selama ini.

(10)

doanya aku bisa menyelesaikan skripsi ini. Amin 11. Kepada une nani dan bang firman…

12. Kepada Syarini Ramadani dan kakak cici permata sari. Terima kasih atas doanya.

13. Kepada teman-teman PL ku yang senasip dan seperjuangan dengan ku, Nabila, Emi. Terima kasih atas doanya

14. Kepada rita dan lidia. Terima kasih atas dukungan dan semangatnya teman ku. 15. Teman- teman 08. Terima kasih atas doanya. amin

16. Rekan- rekan mahasiswa Jurusan Pendidikan Luar Biasa angkatan 2007, 2008, 2009, 2010, 2011 tanpa terkecuali, saya ucapkan terima kasih banyak kepada saudara dan saudari.

Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritikan yang memebangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat dalam khasanah Ilmu Pendidikan.

Padang, Juli 2012

Penulis

Cica Anwar Nim. 01150

(11)

ABSTRAK……….i

KATA PENGANTAR……….ii

UCAPAN TERIMA KASIH………...iv

DAFTAR ISI……….vi

DAFTAR GRAFIK………..viii

DAFTAR TABEL………ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah... 1

B. Identifikasi masalah ... 5

C. Batasan masalah ... 6

D. Rumusan masalah ... 6

E. Tujuan penelitian ... 6

F. Manfaat penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI A. Anak kesulitan belajar... 8

B. Matematika ... 13

C. Konsep pecahan ... 15

D. Media pembelajaran ... 18

E. Media kepingan CD (Compact Disk) ... 22

F. Kerangka konseptual ... 25

G. Hipotesis penelitian ... 26

(12)

A. Jenis penelitian ... 28

B. Variable penelitian ... 30

C. Definisi Operasional Variabel ... 31

D. Subjek penelitian ... 31

E. Tempat penelitian... 32

F. Teknik dan alat pengumpulan data ... 32

G. Teknik analisis data... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 40

B. Analisis Data ... 42 C. Pembuktian Hipotesis ... 89 D. Pembahasan... 89 BAB V PENUTUP A . Kesimpulan ... 93 B. Saran ... 96 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(13)

Grafik 4.1 Kondisi baseline kemampuan menyebutkan pecahan ... 44 Grafik 4.2 Kondisi baseline kemampuan menunjukkan pecahan ... 45 Grafik 4.3 Kondisi baseline kemampuan mencocokkan pecahan dengan

lambang bilangan ... 48 Grafik 4.4 Kondisi intervensi kemampuan menyebutkan pecahan ... 52 Grafik 4.5 Kondisi Intervensi Kemampuan Menunjukkan Pecahan ... 55 Grafik 4.6 Kondisi Intervensi Kemampuan Mencocokkan Pecahan dengan

lambang bilangan ... 58 Grafik 4.7Data Tentang Kemampuan Menyebutkan Pecahan Pada

Kondisi baseline A, intervensi B ... 59 Grafik 4.8 Data Tentang Kemampuan menunjukkan Pecahan Pada

Kondisi baseline A, intervensi B. ... 60 Grafik 4.9Data Tentang Kemampuan mencocokkan Pecahan dengan lambang bilangan

Pada Kondisi baseline A, intervensi B ……….61 Grafik 4.10Kecendrungan Arah menyebutkan Pecahan Bagi Anak Kesulitan Belajar

Dalam Kondisi baseline A, intervensi B ... 64 Grafik 4.11 Kecendrungan Arah menunjukkan Pecahan Bagi Anak Kesulitan Belajar

Dalam Kondisi baseline A, intervensi B ……….65 Grafik 4.12 Kecendrungan Arah mencocokan Pecahan dengan lambang bilangan Bagi

Anak Kesulitan Belajar Dalam Kondisi baseline A, intervensi B………...66 Grafik 4.13Stabilitas Kecendrungan Kemampuan Menyebutkan Pecahan

Dalam Kondisi baseline A, intervensi B ………70 Grafik 4.14 Stabilitas Kecendrungan Kemampuan menunjukkan Pecahan

Dalam Kondisi baseline A, intervensi B ………74 Grafik 4.15 Stabilitas Kecendrungan Kemampuan mencocokkan Pecahan

(14)

Tabel 4.1 Kondisi baseline kemampuan menyebutkan pecahan ... 44

Tabel 4.2 Kondisi baseline kemampuan menunjukkan pecahan... 46

Tabel 4.3 Kondisi baseline kemampuan mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan ... 48

Tabel 4.4 Kondisi Intervensi Kemampuan Menyebutkan Pecahan ... 52

Tabel 4.5 Kondisi Intervensi Kemampuan Menunjukkan Pecahan ... 54

Tabel4.6 Kondisi Intervensi Kemampuan Mencocokkan Pecahan dengan Lambang Bilangan ... 57

Tabel 4.7 Panjang Kondisi Baseline ,Intervensi Kemampuan Menyebutkan Pecahan ... 62

Tabel 4.8Panjang Kondisi Baseline ,Intervensi Kemampuan Menunjukkan Pecahan ... 62

Tabel 4.9Panjang Kondisi Baseline ,Intervensi Kemampuan Mencocokkan Pecahan dengan lambang bilangan ... 63

Tabel 4.10 Estimilasi Kecendrungan Arah Kemampuan Menyebutkan Pecahan ... 65

Tabel 4.11 Estimilasi Kecendrungan Arah Kemampuan Menunjukkan Pecahan ... 66

Tabel 4.12 Estimilasi Kecendrungan Arah Kemampuan Mencocokkan Pecahan dengan lambang bilangan... 67

Tabel 4.13 : Persentase Stabilitas Kondisi Baseline Menyebutkan Pecahan ... 68

Tabel 4.14: Persentase Stabilitas Kondisi intervensi Menyebutkan Pecahan ... 69

Tabel 4.15 : Persentase Stabilitas Data Kondisi Baseline ,Intervensi Pada Kemampuan Meyebutkan Pecahan ... 70

Tabel 4.16: Persentase Stabilitas Kondisi Baseline Menunjukkan Pecahan ... 72

Tabel 4.17: Persentase Stabilitas Kondisi intervensi Menunjukkan Pecahan ... 73

Tabel 4.18 : Persentase Stabilitas Data Kondisi Baseline ,Intervensi Pada Kemampuan Menunjukkan Pecahan ... 74 Tabel 4.19 : Persentase Stabilitas Kondisi Baseline Mencocokkan Pecahan

(15)

Tabel 4.20 : Persentase Stabilitas Kondisi intervensi Mencocokkan Pecahan

Dengan Lambang Bilangan ... 77

Tabel 4.21: Persentase Stabilitas Data Kondisi Baseline ,Intervensi Pada Kemampuan Mencocokkan Pecahan dengan lambangbilangan………7

7 Tabel 4.22 : Kecendrungan Jejak Data Kemampuan Menyebutkan Pecahan ... 79

Tabel 4.23 : Kecendrungan Jejak Data Kemampuan Menunjukkan Pecahan ... 80

Tabel 4.24 : Kecendrungan Jejak Data Kemampuan Mencocokkan Pecahan dengan lambang bilangan ... 80

Tabel 4.25 : Level Stabilitas Dan Rentang ... 81

Tabel 4.26: Level Perubahan Kemampuan Menyebutkan Pecahan ... 82

Tabel4.27: Level Perubahan Kemampuan menunjukkan Pecahan ... 82

Tabel4.28 : Level Perubahan Kemampuan mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan ... 82

Tabel 4.29 : Rangkuman Analisis Dalam Kondisi Kemampuan Anak Dalam Menyebutkan Pecahan ... 83

Tabel 4.30: Rangkuman Analisis Dalam Kondisi Kemampuan Anak Dalam Menunjukkan Pecahan ... 83

Tabel 4.31 : Rangkuman Analisis Dalam Kondisi Kemampuan Anak Dalam Mencocokkan Pecahan Dengan Lambang Bilangan ... 84

Tabel 4.32 : Banyaknya Variabel Yang Berubah ... 85

Tabel 4.33 : Perubahan Kecendrungan Arah ... 85

Tabel 4.34 : Perubahan Kecendrungan Stabilitas ... 85

Tabel4.35: Perubahan Kecendrungan Stabilitas ... 86 Tabel 4.36 : Rangkuman Hasil Analisis Antar Kondisi Kemampuan Anak

(16)

Tabel 4.37 : Rangkuman Hasil Analisis Antar Kondisi Kemampuan Anak

Dalam menunjukkan Pecahan ... 88 Tabel 4.38 : Rangkuman Hasil Analisis Antar Kondisi Kemampuan Anak

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A . Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana, untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi yang ada pada dirinya sebagaimana tertuang dalam (UU. NO 20 tahun 2003. Pasal 1 ayat 1). Bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik yang mengalami kelainan fisik,mental,emosi, dan social agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa. Beraklak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokrasi serta bertanggung jawab. Diantaranya adalah anak kesulitan belajar.

Program pendidikan untuk anak kesulitan belajar memerlukan program pembelajaran yang dirancang khusus yang sesuai dengan kondisinya. Program pendidikan untuk anak kesulitan belajar disusun sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan dan karakter anak serta bermanfaat bagi anak di kemudian hari. Program pendidikan tersebut mencakup keterampilan 3 M yaitu (membaca, menulis, menghitung) serta pengetahuan tentang alam dan masyarakat.

Dari semua keterampilan di atas, keterampilan berhitung tak kalah pentingnya bagi anak kesulitan belajar. Berhitung adalah salah satu bagian matematika. Hal ini sejalan dengan pendapat moris kline (1981) dalam wirasto dan hidjan bahwa hampir semua cabang matematika yang berjumlah delapan puluh cabang besar selalu ada hitungan. Perlunya anak kesulitan belajar berhitung tidak perlu diragukan lagi, sebab hampir setiap kehidupan orang tidak terlapas

(18)

dari dimensi hitung menghitung. Sebelum anak dikenalkan dengan menghitung yang rumit maka terlebih anak di kenalkan konsep bilangan, karena konsep bilangan merupakan dasar dalam mengikuti proses pembalajaran matematika selanjutnya. Jenis bilangan dalam pembelajaran matematika adalah bilangan asli, bilangan bulat, bilangan pecahan, bilangan genap, bilangan ganjil.

Tujuan secara khusus pembelajaran matematika bagi anak kesulitan belajar pada kurikulum tingkat satuan pendidikan ( KTSP ) 2006 adalah untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan, terutama pada bilangan pecahan. Bilangan pecahan ini terbagi atas 3 yaitu pecahan biasa, pecahan campuran dan pecahan desimal yang dapat menjelaskan serta menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari – hari. Kurikulum anak kesulitan belajar Kelas III Semester 2. 3. Standar Kompetensi adalah : Memahami pecahan sederhana dan penggunaannya dalam pemecahan masalah. Kompetensi Dasar adalah: 3.1 Mengenal pecahan sederhana. Antara lain menyebutkan nilai pecahan, menunjukkan nilai pecahan, mencocokkan nilai pecahan melalui media gambar. Anak Kesulitan belajar adalah istilah umum yang berhubungan dengan kelompok heterogen kelainan yang di tunjukkan dengan adanya kesulitan yang signifikan dalam memperoleh dan menggunakan pendengaran, bicara, membaca, menulis, berpikir, dan kemampuan matematika. Tetapi mereka masih memiliki potensi yang di optimalkan dengan melalui pelayanan pendidikan khusus. Kurikulum pendidikan yang mereka ikuti sama dengan pendidikan pada umumnya. Salah satunya mata pelajaran yang dapat diikuti adalah matematika. Mata pelajaran matematika yang dapat diikutinya bertujuan untuk menjadikan siswa menjadi manusia yang dapat berfikir secara logis, kritis, rasional dan percaya diri.

(19)

Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan di lapangan Pada Bulan Desember 2011 di SDN 05 Kapalo Koto Padang terdapat seorang anak laki- laki berumur 9 tahun dengan inisial X yang sekarang berada dikelas III SD, bahwa anak tersebut belum bisa mengenal

pecahan ,

Hasil asesmen yang dilakukan diketahui bahwa anak mengalami kesulitan dalam

mengenal pecahan , , anak bisa menyebutkan pecahan secara lisan, tetapi anak tidak

bisa menyebutkan pecahan melalui media gambar dengan benar. Seperti contoh: pecahan

dibaca anak pecahan dibaca anak pecahan dibaca anak , pecahan dibaca anak ,

pecahan dibaca anak .

Anak juga tidak bisa menunjukkan pecahan , yang diminta guru. Anak sering

memberikan jawaban yang salah terhadap pertanyaan guru. Anak juga tidak bisa mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan secara benar. Seperti contoh : Anak tidak bisa mencocokkan

pecahan dengan lambang bilangan secara benar. Anak tidak bisa mencocokkan pecahan

dengan lambang bilangan secara benar. Anak tidak bisa mencocokkan pecahan dengan

lambang bilangan secara benar. Anak tidak bisa mencocokkan pecahan dengan lambang

bilangan secara benar. Anak tidak bisa mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan

secara benar.

Guna mendapat data yang lebih akurat peneliti malakukan wawancara dengan guru kelas dan asesmen ulang pada anak. Berdasarkan informasi yang peneliti peroleh dari guru kelas di

(20)

ketahui bahwa anak ini belum mengenal konsep pecahan , secara optimal. Anak bisa

menyebutkan pecahan , lisan, tetapi melalui media gambar pecahan anak tidak

bisa menjawab dengan benar. Untuk menambah data peneliti melakukan asesmen mengenal

pecahan , pada anak. tes yang dilakukan dalam asesmen yaitu dengan menyuruh anak

menyebutkan pecahan melalui media gambar, dalam tes ini anak tidak dapat menjawab dengan

benar, selanjutnya peneliti menyebutkan nama pecahan , lalu anak disuruh untuk

menunjukkan pecahan , media gambar tapi anak tidak bisa memberikan jawaban

yang benar.

Disini guru harus menyesuikan media dengan karakteristik anak berkesulitan belajar karena anak kesulitan belajar ini sulit untuk menyelesaikan tugas- tugas akademik yang diberikan guru disekolah. untuk itu penulis harus memberikan layanan secara dini kepada anak agar nantinya anak tidak mengalami kesulitan belajar lagi di bidang mata pelajaran lainnya. Jadi disini guru harus memilih media yang cocok Agar permasalahan dalam konsep pecahan ini dapat di atasi sacara dini. Sebaiknya guru menggunakan media yang menarik agar anak tertarik dalam mengikuti pelajaran tentang konsep pecahan. Usaha guru dalam mengatasi masalah konsep pecahan ini adalah guru sudah menggunakan media asli seperti roti yang di potong – potong agar anak bisa mengerti konsep pecahan itu seperti apa. Disini usaha guru sudah banyak tapi belum berhasil juga. Untuk itu perlu media yang menarik agar anak mengerti tentang konsep pecahan tersebut seperti apa. dan media tersebut adalah media kepingan CD (compact disk ).

Media kepingan CD (compact disk) dapat digunakan untuk mengajarkan konsep pecahan bagi anak kesulitan belajar. Media ini penulis potong – potong sesuai dengan bentuknya yang

(21)

terdiri dari potongan- potongan yang di potong sama besar, sehingga mempermudah anak dalam memahami nilai dari potongan yang melambangkan nilai pecahan. Tidak hanya itu media kepingan CD (compact disk) ini juga memiliki kelebihan: seperti : mudah diperoleh, tidak beresiko, cepat dikenal anak, dan berkilau sehingga anak tertarik melihat media yang penulis gunakan ini. Selain itu media ini mudah dicari dimana saja karena kepingan CD (compact disk) ini mudah di dapat. Media ini digunakan agar anak kesulitan belajar dapat memahami konsep pecahan tersebut dari potongan – potongan media kepingan CD (compact disk) ini. Sehubung dengan permasalahan ini penulis akan mencoba berbagai cara untuk meningkatkan Kemampuan pemahaman konsep pecahan melalui media kepingan CD(compact disk ) bagi anak berkesulitan belajar di SDN 05 Kapalo Koto Padang.

Berdasarkan permasalahan mengenai konsep pecahan ini penulis tertarik untuk mengadakan judul “Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Pecahan Sederhana Pada Pembelajaran Matematika Melalui Media Kepingan CD (Compact Disk ) Bagi Anak Kesulitan BelajarDi SDN 05 Kapalo Koto Padang”. Harapan penulis untuk kedepannya agar anak kesulitan belajar memahami konsep pecahan dengan media yang penulis gunakan. Dan penulis juga berharap media ini dapat digunakan semua pihak.

B . Identifikasi Masalah

Berdasarkan latarbelakang di atas, maka dapat di identifikasi beberapa masalah sebagai berikut :

1. Anak belum bisa menyebutkan pecahan ,

(22)

3. Anak belum bisa mencocokkan pecahan , dengan lambang bilangan

C . Batasan masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi masalah pada konsep pecahan yaitu meningkatkan kemampuan menyebutkan,menunjukkan, dan mencocokkan

pecahan , untuk anak kesulitan belajar.

D . Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “ Apakah Kemampuan pemahaman

konsep pecahan sederhana dapat ditingkatkan melalui Media kepingan CD (compact disk ) Bagi Anak berkesulitan belajar di SDN 05 Kapalo Koto Padang ?”.

E . Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dijelaskan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk “Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Pecahan Sederhana Pada Pembelajaran Matematika Melalui Media Kepingan CD (CompactDisk ) Bagi Anak Kesulitan BelajarDi SDN 05 Kapalo Koto Padang.

(23)

F . Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pihak – pihak yang terkait di antaranya :

1. Bagi guru, Sebagai masukan bagi guru untuk meningkatkan Kemampuan pemahaman konsep pecahan pada anak kesulitan belajar dangan media yang penulis gunakan. 2. Bagi sekolah, Sebagai bahan kajian sekolah untuk meningkatkan pembelajaran

matematika khususnya dalam konsep pecahan

3. Bagi peneliti, Untuk menambah wawasan pengetahuan peneliti tentang upaya meningkatkan kemampuan pemahaman konsep pecahan bagi anak kesulitan belajar

(24)

BAB II

KAJIAN TEORI A . Anak Kesulitan Belajar

1. Pengertian Anak Kesulitan Belajar

Anak Kesulitan belajar adalah istilah umum yang berhubungan dengan kelompok heterogen kelainan yang di tunjukkan dengan adanya kesulitan yang signifikan dalam memperoleh dan menggunakan pendengaran, bicara, membaca, menulis, berpikir, dan kemampuan matematika menurut(National Join Committee On Learning Disability:1998: 89).

Menurut Munawir yusuf (2005 : 59) Anak kesulitan belajar adalah anak yang secara nyata mengalami kesulitan dalam tugas-tugas bidang akademik khusus maupun umum, baik itu disebakan oleh adanya disfungsi neorologi, proses psikologi dasar maupun sebab- sebab lain sehingga prestasi belajarnya rendah dan anak beresiko tinggal kelas.

Menurut Osman, (1979: 5) kesulitan belajar adalah ketidakteraturan atau gangguan dalam pemahaman atau perasaan bahasa, termasuk di dalamnya kesulitan dalam mendengar, berpikir, berbicara, membaca, atau matematika. Namun, jika kesulitan itu disebabkan oleh hambatan yang berkaitan dengan penglihatan, pendengaran, motorik, cacat mental, gangguan emosi, atau kurang menunjang lingkungan, kesulitan tersebut tidak disebut dengan kesulitan belajar.

(25)

Menurut Hardman Drew, & Egan, (1984 :79) kesulitan belajar didefinisikan sebagai kelambatan atau penyimpangan dalam bidang akademik dasar ( berhitung, mengeja, menulis) serta gangguan bicara dan bahasa.

Menurut Kauffman dan Lloyd ( 1985 : 14 ) kesulitan belajar khusus adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologi dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran atau tulisan.

Kesuitan belajar atau learning disability merupakan istilah generik yang merujuk kepada keragaman kelompok yang mengalami gangguan dimana gangguan tersebut diwujudkan dalam kesulitan- kesulitan yang signifikan yang dapat menimbulkan gangguan proses belajar (Internet).

Kesulitan belajar merupakan peristilahan yang digunakan pada siswa- siswa yang mempunyai kesulitan tidak dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar disebabkan karena kurangnya intelegensi, kelainan sensori, ketidakberuntungan dan ketidak cukupan budaya dan bahasa ( Bauer, Keefe And Shea, 2001 : 88 ) .

Kesulitan belajar adalah kondisi dimana anak dengan kemampuan intelegensi rata-rata atau di atas rata-rata, namun memiliki ketidakmampuan atau kegagalan dalam belajar yang berkaitan dengan hambatan dalam proses persepsi, konseptualisasi, berbahasa, memori, serta pemusatan perhatian, penguasaan diri, dan fungsi integrasi sensori motorik (Clement, dalam Weiner, 2003. Internet)

2. Klasifikasi Anak Kesulitan Belajar

Secara garis besar klasifikasi kesulitan belajar terdiri dari tiga jenis kesulitan belajar akademik menurut (Munawir Yusuf, 2005 : 64-66) sebagai berikut :

(26)

a. Kesulitan Belajar Membaca ( Disleksia )

Kesulitan belajar membaca sering disebut disleksia. Kesulitan belajar membaca yang berat dinamakan aleksia. Kemampuan membaca tidak hanyamerupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang akademik, tetapi juga untuk meningkatkan keterampilan kerja dan memungkinkan orang untuk berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat secara bersama.

Gejala – gejala disleksia auditoris sebagai berikut :

1) Kesulitan dalam diskriminasi audiotoris dan persepsi sehingga mengalami kesulitan dalam analisis fonetik. Contoh : anak tidak bisa membedakan kata kakak, kapak, katak.

2) Kesulitan analisis dan sintetis audiotoris contohnya : „ibu‟ tidak dapat diuraikan menjadi „i-bu dan problem sintesanya :‟p-i-t-a menjadi „pita‟

b. Kesulitan Belajar Menulis ( Disgrafia)

Kesulitan belajar menulis diseut juga disgrafia. Kesulitan belajar yang berat disebut juga agrafia. Ada 3 jenis kesulitan pelajaran menulis yaitu : menulis pemulaan, mengeja atau dikte, dan menulis ekspresif. Kegunaan kemampuan menulis bagi seorang anak adalah untuk menyalin, mencatat, dan mengerjakan sebagain besar tugas sekolah. oleh karena itu kesulitan belajar menulis harus dideteksi secara dini dan ditangani sejak dini agar tidak menimbulkan kesulitan bagi anak dalam mempelajari berbagai mata pelajaran yang diajarkan disekolah.

c . Kesulitan Belajar Berhitung (Diskalkulia)

Kesulitan belajar berhitung disebut juga diskalkulia. Kesulitan belajar berhitung berat disebut akalkulia. Ada tiga elemen pelajaran berhitung yang harus dikuasai oleh anak. Ketiga elemen tersebut adalah konsep, komputasi, dan pemecahan masalah. Seperti halnya bahasa,

(27)

berhitung yang merupakan bagian dari matematika adalah sarana berpikir keilmuan. Oleh karena itu, seperti halnya kesulitan belajar bahasa, kesulitan belajar berhitung hendaknyadideteksi dan ditangani sejak dini agar tidak menimbulkan kesulitan bagi anak dalam mempelajari berbagai mata pelajaran lain di sekolah.

Kirk & Ghallager (1986. Internet) Kesulitan belajar dapat dikelompokan menjadi dua kelompok besar yaitu developmental learning disabilities dan kesulitan belajar akademis. Komponen utama pada developmental learning disabilities antara lain perhatian, memori, gangguan persepsi visual dan motorik, berpikir dan gangguan bahasa. Sedangkan kesulitan belajar akademis termasuk ketidakmampuan pada membaca, mengeja, menulis, dan aritmatik.

1. Jenis - Jenis Anak Kesulitan Belajar

Anak kesulitan belajar dapat dikelompokkan menjadi 4 jenis Menurut

(Munawir Yusuf, 2005 : 58)

a. Anak yang sebenarnya IQ nya rata-rata atau diatas rata- rata tetapi hasil belajarnya rendah karena faktor eksternal, disebut sebagai anak yang mengalami hambatan belajar. b. Anak yang sebenarnya IQ nya rata-rata atau diatas rata- rata tetapi mengalami kesulitan

dalam bidang akademik tertentu ( misalnya membaca, menulis dan berhitung ) tidak seluruh mata pelajaran, diduga karena faktor neorologis, disebut sebagai anak yang mengalami kesulitan belajar spesifik atau spesific learning disability

c. Anak yang prestasi belajarnya rendah tetapi IQnya sedikit dibawah rata- rata disebut anak yang lamban belajar atau slow learner

(28)

d. Anak yang prestasi belajarnya rendah disertai adanya hambatan- hambatan komunikasi dan sosial, sedangkan IQnya jauh di bawah rata- rata, disebut sebagai retardasi mental atau tunagrahita.

4 . Faktor Penyebab Anak Kesulitan Belajar

Penyebab terjadinya kesulitan belajar ( Geddes, 1981 : 113) adalah faktor organ tubuh, dan lingkungan. Dan ahli lain menyebutkan bahwa penyebab terjadi anak kesulitan belajar adalah disebabkan oleh tiga kategori yaitu factor organik dan biologis, faktor genetika, dan faktor lingkungan.

Menurut smith ( 1998) membagi kemungkinan penyebab kesulitan belajar kedalam dua kategori : fisiologi dan lingkungan.

a. Penyebab fisiologis

Beberapa kemungkinan fisiologis yang menyebabkan kesulitan belajar telah berhasil diidentifikasi oleh para ahli pendidikan dan peneliti medis. Penyebab tersebut termasuk didalamnya :

1) Luka pada otak. Luka pada otak ini kemungkinan terjadi sebelum lahir (prenatal), ibu yang mengkonsumsi alcohol, obat-obatan, terkena virus atau merokok.

2) Keturunan. Para guru melaporkan bahwa banyak orang tua dari anak-anak dengan kesulitan belajar berkomentar “ dia hampir sama dengan bapak atau ibunya”.

3) Ketidakseimbangan kimia. Penyebab fisiologis kesulitan belajar ini adalah biokemikal. Penyebab tersebut mungkin berhubungan dengan kurangnya vitamin, masalah tyroid, atau hypoglycemia ( redah gula dalam darah).

(29)

Kesulitan belajar disebabkan karena situasi dimana dia hidup ( smith, 1998: 91) contoh: anak yang kekurangan gizi dapat mengakibatkan kesulitan belajar, anak kesulitan belajar disebabkan oleh karena racun yang ada dalam lingkungan. Anak- anak tersebut juga mungkin beresiko tinggi mempunyai kesulitan belajar dikarenakan kurangnya perawatan medis atau tungkat pendidikan orang tua rendah.

B . Matematika

1. Pengertian matematika

Matematika sebagai suatu ilmu mengenai srtuktur dan hubunganya, memerlukan symbol – symbol untuk membantu manipulasi aturan – aturan dengan operasi yang di tetapkan.

Matematika menurut Johnson & Rising ( 1972 : 15 ) dalam tombokan runtukahu merupakan bahasa symbol tentang berbagai gagasan dengan menggunakan istilah- istilah yang didefenisikan secara cermat, jelas, dan akurat. Seni dimana keindahan terdapat dalam keterurutan dan keharmonisan.

Sementara itu Rey,dkk ( 1992 : 15 ) dalam tombokan runtukahu mengemukakan matematika adalah studi tentang pola dan hubungan antara elemen- elemen matematika. Keterkaitan antara berbagai elemen matematika dapat dikembangkan sehingga terjadi bagian- bagian matematika yang berhubungan satu dengan lainnya.

Matematika adalah pengetahuan yang sangat terstruktur yang satu tidak dapat terlepas dari bagian yang lainnya. Sebuah topik matematika yang telah dipelajari tidak terdiri sendiri tetapi terkait dengan topik matematika yang mendahuluinya. Seandainya anak kesulitan belajar belum menguasai topik pertama, maka anak akan mengalami kesulitan belajar topic yang kedua dan seterusnya. Jadi pembelajarannya dimulai dengan hal yang lebih mudah terdahulu.

(30)

Pada pembelajaran matematika akan memuat tentang : bilangan,operasi, geometri, dan pengukuran. Jadi untuk dasar matematika anak kesulitan belajar akan diperkenakan dengan bilangan.

2. Pengertian Bilangan

Sedangkan menurut Firmanawaty Sutan ( 2004 : 2 ) bilangan adalah suatu yang bersifat abstrak dan menyatakan banyaknya anggota dari suatu kelompok. Sejalan dengan hal di atas wirasto dan hirdjan ( 1977: 36 ) juga menyatakan bilangan sebagai suatu ide, sesuatu yang abstrak yang memberi keterangan tentang banyaknya anggota.

Menurut Faris Akbar ( 2009 : internet) bilangan adalah kumpulan angka yang menempati urutan sebagai satuan, kumpulan, ratusan, ribuan, dan seterusnya. Bilangan juga merupakan angka yang menyatakan jumlah atau nilai suatu benda dalam matematika.

Bilangan merupakan dasar dalam mengikuti proses pembelajaran matematika selanjutnya. Bilangan merupakan menyatakan jumlah atau nilai suatu benda dalam matematika. Jenis bilangan dalam pembelajaran matematika adalah bilangan asli,contoh : (0, 1,2,3,4…),

bilangan pecahan, contoh : ( ) bilangan genap, contoh : (0,2,4,6,8….,) bilangan ganjil, contoh : (1,3,5,7,9…..) bilangan cacah, contoh: ( 1,2,3…….) dan bilangan prima, contoh: (2,3, 5,7,11….).

(31)

1. Pengertian Pecahan

Konsep dapat membantu pemahaman dan pemecahan masalah dalam hal- hal baru. Konsep merupakan pengetahuan dan pemahaman seseorang tentang persamaman dan perbedaan suatu benda, situasi, aktivitas yang di generalisasikan melalui bahasa dalam berinteraksi dengan orang lain. Menurut kamus beasar bahasa Indonesia ( 2002 : 588 ) konsep adalah rancangan, ide, gambaran mental dari objek, proses ataupun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal – hal lain.

Pemahaman konsep diperoleh melalui proses belajar. Sedangkan belajar merupakan proses kognitif yang melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan. Ketiga proses tersebut adalah 1. Memperoleh informasi baru 2. Transformasi informasi dan 3. Menguji relevansi dan ketetapan pengetahuan. ( Dahar, 1991 ).

Jadi dapat di maknai konsep merupakan pengetahuan dan pemahaman seseorang tentang persamaan dan perbedaan suatu benda, situasi, aktivitas yang digeneralisasikan melalui bahasa dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain yang didapatkan dari hasil proses pembelajaran kognitif.

Menurut Joala Ekaningsih Paimin (1998 : 111) pecahan adalah bilangan yang menggambarkan bagian dari keseluruhan, bagian dari suatu daerah, bagian dari suatu benda, bagian dari suatu himpunan.

Pecahan merupakan bagian dari bilangan, atau yang disebut juga dengan bilangan rasional. Menurut firmanawati sultan (2003 : 37) setiap bentuk pembagian a dengan b (a dan b

(32)

bentuk umum dibaca a per b, a sebagai pembilang dan b sebagai penyebut. Bilangan

menyatakan bagian suatu keseluruhan yang di persoalkan, bagian dari suatu daerah, bagian dari suatu benda, dan bagian dari suatu himpunan. Untuk menentukan atau menggambarkan bagian- bagian benda, bagian- bagian daerah, atau bagian – bagian himpunan kita memerlukan bilangan yang disebut bilangan pecahan.

Bilangan pecahan adalah bilangan yang jumlahnya kurang atau lebih dari bilangan utuh.( Internet )

Jadi dapat disimpulkan bahwa konsep pecahan merupakan suatu proses atau cara anak memahami secara abstrak gambaran bagian dari keseluruhan, bagian dari benda, bagian dari daerah, bagian dari himpunan yang dibagi sama besar. Yang dapat ditujukan melalui menyebutkan pecahan, menunjukkan pecahan, dan mencocokkan pecahan dengan lamang bilangan.

2. Macam- Macam Pecahan

Menurut Joala Ekaningsih Piamin (1998 : 110) pecahan dapat digolongkan sebagai berikut :

a. Pecahan Biasa

Bentuk pecahan , , dan disebut pecahan biasa. dibaca “ satu per dua “ “seperdua”

atau “ setengah “, dibaca “ dua per tiga “, dibaca “ satu per empat “ suatu pecahan dapat

memiliki beberapa nama pecahan yang nilaianya sama, contohnya juga dapat dinamakan , ,

(33)

penyebutnya dengan bilangan yang sama. Sebaliknya penyederhanaan pecahan dilakukan dengan cara membagi pembilang dan penyebutnya dengan bilangan yang sama.

b. Pecahan Campuran

Pecahan campuran adalah campuran suatu bilangan cacah dengan pecahan biasa. Contohnya :

a. adalah pecahan biasa

b. adalah pecahan campuran dari

c. 1 adalah bilangan cacah, adalah pecahan biasa

c . Pecahan Desimal

Jenis nama lain dari suatu pecahan adalah nama pecahan decimal. Bentuk umum pecahan umum a,b dibaca “a koma b”. a adalah bilangan bulat dan bilangan cacah.

Pecahan decimal adalah bentuk ecahan yang penyebutnya adalah 10, 100, 1000, 10.000,….yang kemudian diubah ke bentuk a,b

Contoh :

adalah nama pecahan biasa. Nama biasa yang lain untuk adalah adalah Nama

decimal dari adalah 0, 75 dibaca “nol koma tujuh lima“0,75 disebut pecahan decimal.

d . Pecahan Persen ( perseratus )

Bentuk umum a % dibaca “ a persen “, a > 0

(34)

5 % dibaca “ lima persen” ( sama dengan )

2, 5 % dibaca “dua setengah persen “ ( sama dengan )

Nama persen untuk adalah

1 % =

100=

e. Pecahan Senilai

Menurut Fimanawaty Sultan (2003 : 38) suatu pecahan yang senilainya sama dengan lain disebut pecahan setara atau pecahan senilai.

Contohnya: , , , dan seterusnya

D . Media Pembelajaran 1. Pengertian Media Pembelajaran

Media pembelajaran merupakan istilah yang sering digunakan dalam dunia pendidikan. Media pendidikan disebut juga dengan istilah peraga, peragaan atau komunikasi peragaan. Leteheru (1988:14) menyatakan bahwa:

“Media pembelajaran adalah semua alat bantu atau benda yang digunakan dalam proses

belajar mengajar dengan maksud menyampaikan pesan (informasi) pembelajaran dari sumber (guru maupun sumber lain) kepada penerima (siswa)”.

(35)

Jadi media pembelajaran adalah semua alat bantu yang digunakan dalam proses belajar mengajar dengan maksud untuk menyampaikan pesan, yang bertujuan agar proses interaksi komunikasi edukatif antara guru dan siswa berlangsung secara tepat guna dan berdaya guna.

Ciri –ciri media pendidikan secara umum Humalik (1989:11) sebagai berikut: Media pendidikan adalah identik artinya dengan pengertian keperagaan yang berasal dari kata raga, lihat, didengar, dan diamati oleh panca indra.

a. Tekanan utamanya terletak pada benda atau hal yang bisa dilihat dan didengar.

b. Media pendidikan yang digunakan dalam rangka hubungan (komunikasi) dalam pengajaran antara guru dan siswa.

c. Media pendidikan semacam alat bantu belajar mengajar baik didalam maupun diluar sekolah.

d. Berdasarkan 3 dan 4 maka pada dasarnya media pendidikan merupakan suatu perantara (medium, media) dan digunakan dalam rangka pendidikan.

e. Media pendidikan menggunakan aspek sebagai alat dan sebagai teknik yang sangat erat perkaliannya dengan metode mengajar.

Berdasarkan pengertian dan ciri – ciri umum media diatas tergambar bahwa media pembelajaran adalah semua alat bantu atau benda yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, dengan maksud untuk menyampaikan pesan, yang bertujuan agar proses interaksi komunikasi edukatif antara guru dan siswa berlangsung secara tepat guna dan berdaya guna. Penggunaan media pendidikan secara kreatif dapat memungkinkan siswa belajar lebih baik sebab dengan menggunakan media membuat siswa memfungsikan lebih banyak indera dari pada verbalisme sehingga prestasi yang lebih baik dapat dicapai siswa.

(36)

Menurut Humalik (1986:15) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motifasi dan ransangan kegiatan belajar bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa. Dan menurut Kemp dan Dayton (1985:28) media pembelajaran dapat memenuhi tiga fungsi utama apabila media itu digunakan untuk perorangan atau kelompok pendengar yang besar jumlahnya yaitu memotivasi minat dan tindakan, menyajikan informasi dan memberikan instruksi.

Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa fungsi media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan guru.

3. Manfaat Media Pembelajaran

Menurut Sudjana dan Rivai (1992:2) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar mengajar siswa, yaitu:

a. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.

b. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkan menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran.

c. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata – mata komunikasi verbal melalui penuturan kata – kata oleh guru sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apabila guru mengajar setiap jam belajar.

d. Siswa akan lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktifitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan dan lain lain.

(37)

Berdasarkan pendapat diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa manfaat media pembelajaran adalah untuk memotifasi siswa memperjelas bahan pelajaran dan melibatkan siswa secara aktif.

4. Pemilihan Media Pembelajaran

Kriteria pemilihan media harus dikembangkan sesuai dengan tujuan yang ingin dikcapai, kondisi dan keterbatasan yang ada dengan mengingat kemampuan dan sifat – sifat khas media yang bersangkutan. Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media menurut Soeparno (1988:10) yaitu:

a. Media yang dipilih disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai. b. Disesuaikan dengan metode yang digunakan.

c. Memperhatikan kesesuaian media yang dipakai dengan pesan yang akan dikomunikasikan, kita hendaknya mengetahui keunggulan dan kelemahan setiap media yang digunakan.

d. Media yang dipilih disesuaikan dengan media yang akan dikomunikasikan.

e. Dalam pemilihan medika hendaknya disesuaikan dengan keadaan dan karakteristik anak serta tingkat kemampuannya.

f. Menyesuaikan media yang dipilih dengan kreatifitas guru yang mempergunakannya. g. Media harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi tempat serta lingkungban tempat

media digunakan.

Dari kriteria pemilihan media yang disebutkan diatas terlihat bahwa baik buruknya media diukur sampai sejauh mana media itu dapat menyalurkan informasi sehingga dapat diserap semaksimal mungkin oleh si penerima informasi dengan memperhatikan kriteria yang telah ada. E . Media Kepingan CD (compact disk )

(38)

1. Pengertian Media CD (compact disk ) a) Pengertian CD (compact disk )

CD ( Compact Disk ) merupakan media penyimpanan yang terbuat dari bahan plastik. Proses penyimpanan dan pembacaan data menggunakan system optik. CD berbentuk lingkaran dengan diameter 120 mm srta memiliki lubang di tengahnya yang berdiameter 15 mm. Kapasitas penyimpanan CD dapat mecapai 870 MB yang dapat menyimpan data hingga 99 menit. Menurut tim penyusun bahan ajar ( 2012 : 10 )

CD-ROM merupakan akronim dari “compact disc read-only memory” adalah sebuah piringan kompak dari jenis piringan optik (optical disc) yang dapat menyimpan data.( Internet) CD-ROM kepanjangan dari compact disk read only memori yang artinya bahhwa CD-ROM drive hanya bisa digunakan untuk membaca sebuah CD saja.(Internet)

CD-ROM (Compact Disc Read Only Memory) adalah media untuk menyimpan data atau informasi lainnya dalam jumlah yang sangat besar (lebih dari 600 MegaByte).

CD-ROM adalah disket optik berdiameter 4.75 inchi dengan kapasitas simpan sampai 1 gigabytes.(Internet)

2. Ciri – ciri Media kepingan CD (compact disk ) 1) Media penyimpanan optik

2) Mengunakan sinar laser untuk membaca 3) Kecepatan akses cepat.

4) Lebih tahan lama/tedak mudah rusak 3. Bentuk Media kepingan CD ( Compact Disk )

(39)

CD bentuknya berupa piringan CD berwarna perak. Proses pembuatannya adalah dengan cara menaruh selembar lapisan plastik yang telah disinari oleh sinar laser. Sinar laser itu akan membentuk semacam pit (lubang) berukuran mikro, yang sangat kecil sekali. Lubang-lubang itu akan membentuk deretan kode yang isinya berupa data. Sekali tercipta lubang, maka tidak bisa ditutup lagi. Lalu lapisan plastik itu akan dibungkus lagi oleh plastik cair yang berguna sebagai pelindung dan pemantul. Semua itu prosesnya dilakukan secara bertahap dalam suatu mesin cetakan. Alat cetakan CD bentuknya mirip cetakan kue martabak manis dan analogi pembuatannya juga mirip seperti itu.

CD (compact disk ) ini di potong – potong sesuai dengan bentuknya yang terdiri dari potongan- potongan yang di potong sama besar, sehingga mempermudah anak dalam memahami nilai dari potongan yang melambangkan nilai pecahan.

Gambar 1 : Media kepingan CD (compact disk ) yang akan digunakan untuk memahami konsep pecahan

Media kepingan CD (compact disk ) ini digunakan oleh kesulitan belajar dengan cara menentukan nilai potongan dari CD (compact disk )tersebut. dimana nilai

(40)

potongan tersebut akan membentuk pecahan yang sama besar, sama bentuk dan ukuran yang mempermudahkan anak kesulitan belajar untuk memahami konsep pecahan tersebut seperti apa.

4. Cara Menggunakan Media CD (compact disk )

Potongan CD (compact disk ) tersebut di potong sama besar, sama ukuranya. Yang terdiri dari 2,3,4,6,8 potongan yang sama besar dan bentuk. Setelah di potong sesuai dengan ukuranya barulah anak bisa menentukan nilai pecahan dari media kepingan CD (compact disk ) tersebut.

Gambar 2: media kepingan CD (compact disk ) pecahan dibaca “ satu per empat “

(41)

F . Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan kerangka berpikir peneliti dalam pelaksanaan penelitian sehingga lebih memudahkan peneliti dalam pelaksanaan penelitian. Adapun kerangka berfikir peneliti dalam penelitian ini di awali dengan adanya permasalahan yang peneliti temukan dilapangan. Yaitu seorang anak kesulitan belajar yang masih belum mengenal konsep pecahan. peneliti memberikan intervensi dengan menggunakan media kepingan CD (compact disk ) dalam upaya memberikan bimbingan dalam mengenal konsep pecahan. dengan menggunakan media kepingan CD(compact disk ) diharapkan anak kesulitan belajar mempunyai kemampuan mengenal konsep pecahan.Dengan ini anak dapat mengamalkan pengetahuan yang dimilikinya dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk lebih jelas dapat dilihat dibagan berikut:

Intervensi

menggunakan media kepingan CD (compact disk ) dalam menggenal konsep pecahan

Kondisi awal

anak belum dapat mengenal konsep pecahan

(42)

5. Bagan : Kerangka Konseptual

G . Hipotesis Penelitian

Hipotesis dapat diartikan sebagai jawaban sementara yang di buat oleh peneliti bagi permasalahan yang diajukannya dalam penelitiannya dan akan diuji kebenaranya dengan data yang dikumpulkan dalam penelitian. Adapun hipotesis yang peneliti ajukan dalam penelitian ini yaitu media kepingan CD(compact disk ) dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep pecahan sederhana bagi anak kesulitan belajar Di SDN 05 Kapalo Koto Padang.

H . Kriteria Pengujian Hipotesis

Berdasarkan hipotesis dalam BAB II penelitian ini bahwa media kepingan CD(compact

disk ) dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep pecahan sederhana bagi anak

kesulitan belajar Di SDN 05 Kapalo Koto Padang. Jadi hipotesis diterima apabila hasil analisis dalam kondisi dan analisis antar kondisi meningkat secara positif yang berarti media kepingan CD(compact disk ) dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep pecahan sederhana bagi anak kesulitan belajar Di SDN 05 Kapalo Koto Padang.

(43)

Hipotesis ditolak apabila hasil analisis dalam kondisi dan antar kondisi mengalami penurunan yang berarti media kepingan CD (compact disk ) tidak dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep pecahan sederhana bagi anak kesulitan belajar Di SDN 05 Kapalo Koto Padang.

(44)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A . Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen dengan menggunakan metode SRR (single subject research) dengan desain baseline jamak antarvariable (multiple baseline cross

variable). Eksperimen subjek tunggal (SRR) merupakan eksperimen yang dilakukan terhadap

subjek tunggal. Menurut Juang Sunanto (2006 : 53) desain ini digunakan ”untuk megubah perilaku dengan suatu intervensi yang mana intervensi tersebut diperkirakan dapat memberikan efek terhadap dua atau lebih perilaku sasaran (target behavior)”. Pada multi baseline cross

variabel efektifitas suatu intervensi dikontrol dengan kondisi baseline untuk masing-masing perilaku sasaran.

Menurut Juang Sunanto (2006 : 52) prosedur dasar pegumpulan data multiple baseline cross variable pada kondisi baseline terdapat tiga atau lebih variabel yang berbeda adalah setelah data baseline dari ketiga variabel stabil intervensi mulai diberikan pada variabel yang pertama. Jika perilaku sasaran pertama telah stabil dan mencapai kriteria tertentu, intervensi kemudian diberikan pada variabel kedua sampai intervensi untuk variabel yang pertama tetap dilanjutkan dan pada variabel ketiga masih tetap dalam kondisi baseline. Setelah perilaku sasaran untuk variabel kedua juga mencapai kriteria tertentu dan stabil intervensi ketiga mulai dilaberikan. Begitu senjutnya samapi semua variabel mendapat itervensi.

Pada penelitian ini yang terdapat variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah media kepingan CD (Compact Disk) sedangkan variabel terikatnya adalah menyebutkan pecahan, menunjukkan pecahan, dan mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan.

(45)

Desain penelitiannya sebagai berikut :

Baseline(A) intervensi (B)

Variabel 1

Baseline(A) intervensi (B)

Variabel 2

Variabel 3 Baseline (A) intervensi (B)

Keterangan :

Baseline (A) merupakan tahap pengukuran pada variabel 1,2 dan 3 secara berkala berdasarkan ketentuan tertentu sebelum intervensi

Intervensi (B) merupakan tahap pengukuran dan pengumpulan data selama pemberian perlakuan tertentu pada variabel ke 1, 2 dan 3

Terkait dengan penelitian ini, maka yang menjadi variabel 1 adalah menyebutkan

(46)

mencocokkan pecahan , ,. Baseline (A) adalah pengamatan mengenai pecahan

, , yang di ukur dengan menghitung berapa banyak (frekkuensi) anak yang bisa

menyebutkan, menunjukkan, dan mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan sebelum intervensi. Intervensi (B) adalah pengukuran target behavior selam pemberian intervensi yanitu kondisi dimana subjek penelitian diberikan perilakuan melalui media kepingan CD (Compact

Disk ).

B. Variabel Penelitian

Menurut Juang Sunanto (2005:12) variable merupakan istilah dasar dalam penelitian eksperimen termasuk penelitian dengan subjek tunggal dengan penelitian eksperimen biasanya menggunakan variable yang dipengaruhi oleh variable bebas dan variable terikat. Variable terikat dalam penelitian kasus tunggal dikenal dengan target behavior (perilaku sasaran, sedangkan variable bebas dikenal dengan istilah intervensi (perlakuan).

Adapun variable yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

1. Variabel terikat dalam penelitian ini pengenalan pecahan , dengan jamak

antarvariabel sebagai berikut :

a. Variabel terikat 1 yaitu menyebutkan pecahan ,

b. Variabel terikat 2 yaitu menunjukkan pecahan ,

c. Variabel terikat 3 yaitu mencocokkan pecahan ,

(47)

C. Definisi operasional variablel. 1. Pengenalan pecahan

Pecahan adalah bilangan yang menggambarkan bagian dari keseluruhan, bagian dari suatu daerah, bagian dari suatu benda, bagian dari suatu himpunan. Pecahan di ajarkan kepada anak kesulitan belajar melalui media kepingan CD (Compact Disk) dan dalam pelaksanaannya nanti perlu metode dan sarana lain yang mendukung proses berjalannya pembelajaran agar anak kesulitan belajar dapat mengenal pecahan. Anak Kesulitan belajar dapat dikatakan mengenal

pecahan , apabila anak bisa menyebutkan, menunjukkan, mencocokkan pecahan

, dengan lambang bilangan.

2. Variabel Bebas.

Media kepingan CD (Compact Disk) merupakan sebuah media yang dirancang untuk mempermudah dan memberikan variasi bagi anak kesulitan belajar dalam proses pembelajaran mengenal konsep pecahan. Media kepingan CD (Compact Disk) ini merupakan media CD (Compact Disk) bekas yang penulis gunakan dalam mengenalkan konsep pecahan ini bukan media CD (Compact Disk) yang baru dibeli ditoko tetapi media CD (Compact Disk) yang bekas dan yang tidak digunakan lagi. Jadi disini penulis memanfaat barang bekas dalam proses pembelajaran mengenal konsep pecahan. Bentuknya berupa piringan yang dipotongan- potongan yang di potong sama besar, sehingga mempermudah anak dalam memahami nilai dari potongan yang melambangkan nilai pecahan.

D. Subjek Penelitian.

Menurut. Suharsimi Arikunto (2000 : 1) menyatakan “single subjek research digunakan untuk subjek tunggal, dalam pelaksanaanya dapat dilakukan pada seorang subjek atau sekelompok subjek”. Dalam penelitian ini memakai subjek tunggal, yaitu satu orang anak

(48)

kesulitan belajar yang berinisial X yang berjenis kelamin laki- laki 9 tahun. Anak ini mengalami kesulitan dalam bidang matematika yaitu pecahan. di SDN 05 Kapalo Koto Padang.

E. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN 05 Kapalo Koto Padang. Penelitian berlangsung selama 30 menit setiap kali pertemuannya. Penelitian dilakukan di jam kosong anak yaitu di sore hari setelah selesai melaksanakan semua kegiatan pembelajaran di kelas. Penelitian ini dilakukan pada jam 15.00-15.30 Wib.

F. Teknik Dan Alat Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data digunakan untuk memperoleh data dalam peneitian. Menurut tawney dan gast (1984 : 17) dalam juang sunanto, ada 3 macam prosedur pencatatan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu pencatatan data secara otomatis, pencatatan data dengan produk permanen dan pencatatan data dengan observasi langsung. Terkait dengan prosedur pencatatan tersebut, data langsung dikumpulkan langsung oleh peneliti dengan menggunakan pencatatan observasi langsung. Data didapatkan dari pencatatan observasi langsung pada tes perbuatan yang diberikan pada anak. Bentuk data yang didapat yaitu menentukan jumlah atau

frekuensi pecahan , yang bisa disebutkan, ditunjukkan dan mencocokkan pecahan

dengan lambang bilangan. 2. Alat Pengumpul Data.

Data dikumpulkan langsung oleh peneliti sebelum dan sesudah anak diberikan intervensi alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah tes perbuatan. Dalam penelitian ini peneliti

(49)

memeperhatikan jumlah atau frekuensi pecahan , sebutkan, ditunjukkan,

dan dicocokkan subjek penelitian dengan lambang bilangan.

G . Teknik Analisis Data 1. Analisis dalam kondisi

Analisis yang dimaksud analisis dalam penelitian ini adalah data dalam garfik masing- masing kondisi, Dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menentukan panjang kondisi.

Menurut Juang Sunanto (2006:68), panjang kodisi adalah banyaknya data dalam komponen tersebut. Data dalam kondisi baseline dikumpulkan sampai data menunjukkan stabilitas dan arah yang jelas.

b. Menentukan Estimasi Kecenderungan Arah.

Menurut Juang Sunanto (2006:68), kecenderungan arah digambarkan oleh garis lurus yang melintasi semua data dalam suatu kondisi dimana banyaknya data yang berada di atas dan di bawah garis tersebut sama banyak. Untuk membuat garis ini dapat ditempuh dengan dua metode, pertama metode tangan bebas (freehand). Metode freehand adalah pengamatan yang dilakukan secara langsung terhadap data point pada suatu kondisi kemudian menarik garis lurus yang membagi data point menjadi dua bagian. Dan yang kedua metode belah tengah

(split-middle) yaitu kecenderungan arah grafik ditentukan berdasarkan nilai tengah (median) dari data

point ordinalnya.

c. Menentukan Kecenderungan Kestabilan (Trend Stability)

(50)

1) Tentukan rentang stabilitas, yaitu menggunakan criteria stabilitas sebesar 15 % dengan rumus :

2) Mengitung mean level, yaitu semua skor dijumlahkan dan di bagi banyak poin. 3) Menentukan batas atas dengan cara mean level ditambah setengah rentang stabilitas. 4) Batas bawah dengan cara mean level dikurangi setengah rentang stabilitas,

5) Tentukan persentase stabilitas yang berada dalam rentang stabilitas dengan cara :

Jika persentase stabilitas sebesar 85% sampai dengan 90% disebut stabil. Jika kurang dari 85% disebut tidak stabil.

d. Menentukan Kecenderungan Jejak Data

Menentukan kecenderungan jejak data sama dengan arah kecenderungan, yaitu dimasukkan hasil yang sama seperti kecenderungan arah, apakah meningkat (+), menurun (-) atau mendatar (=) sumbu x.

e. Menentukan Level Stabilitas Dan Rentang

Tingkat stabilitas (level stability) menunjukkan derajat variasi atau besar dan kecilnya rentang pada kelompok data tertentu. Jika rentang datanya kecil atau tingkat variasinya berkurang maka data dikatakan stabil. Secara umum 80%-90% data masih berada pada 15% di atas dan di bawah mean, data dikatakan stabil, sedangkan di bawah itu dikatakan tidak stabil (variabel).

Menentukan tingkat dan rentang stabilitas yaitu sama dengan cara menentukan rata-rata tingkat yang dilakukan dengan cara menjumlahkan nilai seluruh titik data dan membagi

Rentang Stabilitas = kriteria stabilitas x skor tertinggi

(51)

jumlahnya dengan jumlah titik data. Kemudian dengan menggunakan Trend Stability Criterion

Envelope di sekitar rata-rata (bagian atas dan bagian bawah). Range ditentukan dengan

mengidentifikasi titik data pada koordinat yang paling tinggi dengan rumus :

f. Menentukan Tingkat Perubahan

Menurut Juang Sunanto (2005) ”untuk menentukan tingkat perubahan atau level change

yang menunjukkan seberapa besar terjadinya perubahan data dalam suatu kondisi, dapat dihitung dengan cara:

1) Menentukan berapa besar data poin (skor) pertama dan terakhir dalam suatu kondisi. 2) Kurangi data yang besar dengan data yang kecil.

3) Tentukan apakah selisih menunjukkan arah yang membaik atau memburuk sesuai dengan tujuan intervensi atau pengajaran

Sehingga level perubahan data dapat ditulis.

Tabel 3.1 level perubahan data

Kondisi A/1 B/2

Level perubahan

Data yang besar – data yang kecil

Data yang besar – data yang kecil

Format rangkuman komponen analisis visual grafik (visual analisis of grafik data) dalam kondisi dapat dilihat pada table berikut:

Jumlah titik data dalam range x 100% = % Stabilitas

Jumlah total titik data

(52)

Tabel 3.2 Format Rangkuman Analisis Visual Grafik Dalam Kondisi

Kondisi A/1 B/2

1. Panjang kondisi

2. Estimate kecenderungan arah. 3. Kecenderungan stabilitas 4. Jejak data.

5. level stabilitas dan rentang 6. level perubahan.

2. Analisis Antar Kondisi

Juang Sunanto (2005) mengetakan: Memulai menganalisa perubahan data antar kondisi , data yang stabil harus mendahului kondisi yang akan dianalisa. Karena jika data bervarias (tidak stabil) maka akan mengalami kesulitan untuk menginterpretasi. Disamping aspek stabilitas ada tidaknya pengaruh intervensi terhadap variabel terikat juga tergantung pada aspek perubahan level dan besar kecilnya overlape yang terjadi antara dua kondisi yang dianalisis.

Adapun komponen dalam analisis antar kondisi adalah:

a) Menentukan banyak variabel yang berubah. Menentukan jumlah variabel yang berubah diantara kondisi baseline dan intervensi.

Tabel 3.3 variabel yang berubah:

Perbandingan kondisi B1/A1 (2:1) Jumlah variabel yang

akan berubah

b) Menentukan perubahan kecenderungan arah, dengan mengambil data pada analisis dalam kondisi yang berubah di atas.

(53)

c) Menentukan perubahan kecenderungan stabilitas, dengan melihat kecenderungan stabilitas pada kondisi A dan B pada rangkuman analisis dalam kondisi.

d) Menentukan level perubahan, Seperti yang dikemukakan (Juang Sunanto,2005) yaitu: 1) Melihat nilai terakhir pada kondisi A dan nilai pertama pada kondisi B. 2) Hitung selisih keduanya.

3) Mecatat apakah perubahan tersebut membaik atau memburuk, dan jika tidak ada perubahan maka ditulis 0.

e) Menentukan persentase overlape data kondisi A dan B adapun caranya sebagai berikut: 1) Lihat kembali data pada kondisi A dan B yang berada pada rentang kondisi A. 2) Hitung berapa data poin pada kondisi B yang berada pada rentang A.

3) Perolehan pada langkah nomor 2 dibagi dengan banyaknya data poin dalam kondisi B, kemudian dikalikan 100, jika semakin kecil persentase overlape maka semakin baik pengaruh intervensi terhadap target behavior atau variabel terikat.

Setelah diketahui masng-masing komponen tersebut, maka dimasukkan dalam tabel format analisis antar visual grafik antar kondisi sebagai berikut

(54)

Tabel 3.2 Perubahan Analisis Antar Kondisi

Kondisi B1: A1

2 : 1 1. Jumlah variable yang

berubah 2. Perubahan kecenderunganarah. 3.Perubahankecenderunagn stabilitas 4. Level perubahan. 5. Persentase overlap

(55)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN E. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

1. Kemampuan pemahaman konsep pecahan pada kondisi A (Baseline) tanpa menggunakan media kepingan CD (Compact Disk)

Pelaksanaan penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep pecahan, subjek dikatakan mengenal pecahan apabila anak dapat menyebutkan pecahan

, ,menunjukkan pecahan , pecahan dengan lambang

bilangan , . Pelaksanaan pengamatan mengenal pecahan ini dilakukan tanpa

menggunakan media kepingan CD ( Compact Disk ) dan fase ini peneliti tidak memberikan perlakuan terlebih dahulu pada anak. Pengamatan pada kondisi baseline untuk menyebutkan pecahan dilakukan sebanyak enam kali, dimulai pada tanggal 5 mai 2012 sampai 28 mai 2012, kondisi baseline untuk menunjukkan pecahan dilakukan sebanyak tujuh kali di mulai pada tanggal 5 mai 2012 sampai 30 mai 2012 dan kondisi baseline untuk mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan dlakukan sebanyak Sembilan kali pada tanggal 5 mai 2012 sampai 4 juni 2012.

2. Kemampuan pemahaman konsep pecahan pada kondisi B (Intervensi) dengan menggunakan media kepingan CD (Compact Disk )

Kondisi intervensi untuk menyebutkan pecahan dilakukan sebanyak sepuluh kali ertemuan yaitu dimulai pada tanggal 30 mai 2012 sampai 14 juni 2012 kondisi intervensi untuk menunjukkan pecahan dilakukan sebanyak Sembilan kali pertemuan yaitu dimulai pada tanggal 1 juni 2012 sampai 14 juni 2012 kondisi intervensi untuk mencocokkan pecahan dengan

Gambar

Gambar 1 : Media kepingan CD  (compact disk )   yang akan digunakan untuk memahami  konsep pecahan
Tabel 3.1 level perubahan data
Tabel 3.2 Format Rangkuman Analisis Visual Grafik Dalam Kondisi
Tabel 3.2 Perubahan Analisis Antar Kondisi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengujian yang dilakukan terhadap aplikasi Pengenalan Fasilitas Perguruan Tinggi Teknokrat menggunakan Panorama 360 O berbasis Android adalah dengan melakukan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Kesehatan dan Pendidikan Terhadap Kemiskinan Di Kabupaten Sidoarjo Tahun

Campuran yang penguapannya rendah atau titik didih masing-masing komponen murninya hampir sama, dapat dipisahkan dengan destilasi pada tekanan dibawah tekanan atmosfer (vacum).

Menurut Bangun (2012), bagi suatu perusahaan penilaian kinerja memiliki berbagai manfaat antara lain, evaluasi antar individu dalam organisasi, pengembangan diri

KHAIDAR

Menurut Cahyono (2001:42), banyaknya penumpukan sisa-sisa makanan dalam keramba dan kotoran ikan yang keluar setiap hari dapat meningkatkan kadar amonia terlarut

Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan taufik, hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan