Agis Andriani, 2012
Realisasi Head Acts, Supportive Moves, Dan Modifikasi Internal Tuturan Meminta Orang Tua Tunggal BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini memaparkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, landasan teoretis, definisi operasional, sistematika penulisan dan penutup. Latar
belakang masalah penelitian berisi alasan dilaksanakannya penelitian sehingga memunculkan
pertanyaan penelitian yang didukung oleh penjelasan tujuan penelitian, manfaat penelitian serta
landasan teoretis yang digunakan peneliti untuk mendasari penelitian. Selain itu, disajikan pula
definisi operasional yang berfungsi untuk menjelaskan batasan dari pokok-pokok permasalahan
penelitian, sedangkan sistematika penulisan berfungsi untuk memberi gambaran penjelasan dari
tiap bab penelitian ini.
1. 1. Latar Belakang Masalah Penelitian
Seorang wanita menjadi orang tua tunggal (single parent) disebabkan karena kehilangan
pasangannya. Sidel (2006) menyatakan bahwa ibu tunggal adalah wanita yang bercerai dengan
suaminya, berpisah (kematian), dan wanita yang memiliki anak di luar pernikahan. Ketika
kehilangan tersebut terjadi pada seorang wanita, maka dia berperan dalam pengambilalihan peran
yang sebelumnya dilaksanakan oleh pasangannya (suaminya).
Pengambilalihan peran sebagai ‘ayah’ dan ‘ibu’ diduga dapat menimbulkan fenomena unik
yang berhubungan dengan fungsi bahasa. Hal ini disebabkan karena bahasa menunjukkan identitas
seseorang dalam lingkup pergaulan yang erat kaitannya dengan latar belakang penggunanya,
misalnya jenis kelamin, asal daerah, profesi, umur, dan kelompok etnik dan aliran kepercayaannya
Agis Andriani, 2012
Realisasi Head Acts, Supportive Moves, Dan Modifikasi Internal Tuturan Meminta Orang Tua Tunggal
perasaan, misalnya menyampaikan permintaan akan sesuatu hal.
‘Meminta’ merupakan salah satu jenis tindak tutur. Tindak tutur itu sendiri merupakan
‘kategori yang kaya akan fenomena-fenomena pragmatik’ (Cummings, 2007). Selain itu,
menurut Blum-Kulka (1989), suatu tuturan meminta memiliki bagian-bagian yang disebut alerters,
head acts, supportive moves, dan internal modifications. Alerters dalam tuturan meminta berfungsi
sebagai penarik perhatian. Head acts sendiri menjadi bagian penting yang dapat mengungkap
ilokusi yang terdapat dalam suatu tuturan meminta. Kehadiran modifikasi internal juga
memberikan derajat imposisi pada tuturan meminta yang disampaikan.
Penelitian mengenai tuturan meminta telah banyak dilakukan sebelumnya. Blum-Kulka
(1989) melakukan penelitian variasi tuturan meminta yang digunakan oleh masyarakat Israel.
Variasi yang terdapat dalam tuturan meminta tersebut dipengaruhi oleh variabel personal, tipe
tuturan meminta, seting, media dan variabel sosial. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jarak
sosial dan kekuasaan dalam masyarakat Israel mempengaruhi pilihan atas penggunaan tuturan
meminta.
Penelitian lain yang berkaitan dengan realisasi tindak tutur adalah penelitian dari
Takahashi& Beebe (dalam Kasper &Blum-kulka, 1993) yang berjudul Cross-Linguistic
Influence in the Speech Act Correction. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pola alih gaya
(style shifting) yang dilakukan oleh penutur Jepang memiliki frekuensi tertinggi dalam
penggunaannya di situasi tertentu. Sementara pada kondisi yang sama, penutur Amerika lebih
banyak menggunakan pelembut (softener) ketika mereka berbicara kepada seseorang, baik yang
memiliki status sosial tinggi ataupun rendah. Pola alih gaya (style shifting) sangat penting karena
hal tersebut merupakan aspek yang signifikan dari ciri sosiolinguistik dalam budaya Jepang dan
Agis Andriani, 2012
Realisasi Head Acts, Supportive Moves, Dan Modifikasi Internal Tuturan Meminta Orang Tua Tunggal
Penelitian Rue dan Zhang (2008) membandingkan antara requesting para penutur yang
berbahasa ibu Bahasa Korea dan Mandarin. Para penutur tersebut adalah mereka yang bekerja di
perusahaan-perusahaan di Amerika. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa Penutur yang
berbahasa ibu Bahasa Korea dan Bahasa Mandarin rata-rata menggunakan tuturan meminta
dengan direct strategy dalam percakapan natural daripada percakapan yang terjadi saat bermain
peran (role play). Hal ini berarti bahwa perilaku dalam pertuturan pada partisipan ini berbeda
antara pertuturan dalam situasi sebenarnya dengan pertuturan yang terjadi di dalam role play.
Penelitian ini relevan pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Hassall (1999)
mengenai Requesting Strategy in Indonesian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa meminta
dalam Bahasa Indonesia memiliki tiga jenis strategi yang sesuai dengan kategorisasi strategi
meminta Blum-Kulka (1989), yaitu stategi langsung, stategi tak langsung konvensional, dan
strategi tak langsung tak konvensional. Selain itu, masing-masing strategi memiliki variasinya
masing-masing. Untuk menyampaikan permintaan, subjek menggunakan strategi langsung secara
dominan dalam berbagai situasi yang diberikan.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, karena penelitian ini adalah jenis
penelitian kualitatif yang menggunakan subjek secara lebih spesifik, yaitu subjek penelitian
yang berstatus orang tua tunggal. Penelitian ini juga membahas tuturan meminta secara
keseluruhan dari unsur head acts, supportive moves dan modifikasi internal dalam tuturan
meminta, sedangkan pada penelitian sebelumnya unsur-unsur tersebut hanya dibahas per bagian.
Selain itu, seting penelitian dalam pengumpulan data adalah aktivitas di waktu luang orang tua
tunggal ketika sedang berinteraksi dengan anaknya. Interaksi tersebut berupa percakapan natural
yang selanjutnya direkam oleh peneliti untuk dijadikan sumber data tuturan meminta orang tua
Agis Andriani, 2012
Realisasi Head Acts, Supportive Moves, Dan Modifikasi Internal Tuturan Meminta Orang Tua Tunggal 1. 2. Rumusan Masalah Penelitian
Masalah pada penelitian ini difokuskan pada realisasi tuturan meminta orang tua tunggal pada
percakapan dengan anaknya. Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah mengenai
realisasi tuturan meminta tersebut, maka pertanyaan penelitian pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah realisasi tuturan meminta orang tua tunggal berdasarkan head acts pada
percakapan dengan anaknya?
2. Bagaimanakah realisasi fungsi tuturan penyerta head acts yang terdapat dalam tuturan
meminta orang tua tunggal?
3. Bagaimanakah realisasi derajat pemaksaan dalam head acts sebuah tuturan meminta seperti
tampak pada penggunaan modifikasi internal?
1. 3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui realisasi tuturan meminta orang tua tunggal berdasarkan head acts pada
percakapan dengan anaknya.
2. Untuk mengetahui realisasi fungsi tuturan penyerta head acts yang terdapat dalam tuturan
meminta orang tua tunggal.
3. Untuk mengetahui realisasi derajat pemaksaan dalam head acts sebuah tuturan meminta
seperti tampak pada penggunaan modifikasi internal.
Agis Andriani, 2012
Realisasi Head Acts, Supportive Moves, Dan Modifikasi Internal Tuturan Meminta Orang Tua Tunggal
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak. Adapun manfaat dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pengembangan teori linguistik, khususnya pragmatik dalam bidang kajian tindak tutur.
2. Input bagi orang tua, khususnya yang menjadi orang tua tunggal (ibu) agar
dapat membina hubungan komunikasi yang lebih baik dengan anak-anaknnya.
1. 5. Definisi Operasional
Peneliti mendefinisikan istilah-istilah yang terdapat dalam permasalahan penelitian, yaitu orang
tua tunggal, tuturan meminta, head acts, tuturan pendukung dan modifikasi internal. Orang tua
tunggal adalah wanita yang memilih untuk membesarkan dan mendidik anak-anaknya seorang
diri tanpa kehadiran seorang pasangan hidup. Wanita ini memutuskan tidak menikah lagi
karena perceraian dengan suaminya atau karena suaminya meninggal dunia. Tuturan meminta
adalah ekspresi verbal yang dilakukan orang tua tunggal untuk menyampaikan keinginannya
dengan cara meminta anaknya untuk melakukan hal yang diinginkannya itu. Head Acts adalah
bagian tuturan meminta yang memiliki ilokusi dan menjadi maksud pokok yang disampaikan
orang tua tunggal pada tuturan meminta. Tuturan Penyerta (Supportive Moves) adalah
ungkapan yang mendukung tuturan meminta yang dilakukan oleh orang tua tunggal dan
berfungsi untuk ‘memperburuk’ dan ‘meringankan’ kesan permintaan dalam head acts.
Modifikasi internal adalah cara penyajian head acts suatu tuturan meminta ketika tuturan
tersebut disampaikan oleh orang tua tunggal untuk menimbulkan dampak tertentu pada mitra
tuturnya.
Agis Andriani, 2012
Realisasi Head Acts, Supportive Moves, Dan Modifikasi Internal Tuturan Meminta Orang Tua Tunggal
Penulisan tesis ini dibagi menjadi lima bab pembahasan yang terdiri atas Bab I yang berisi
latar belakang masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, landasan teoretis, definisi operasional, sistematika penulisan dan penutup. Bab II
berisi telaah ikhwal tindak tutur, tuturan meminta, modifikasi eksternal (supportive moves),
head acts, modifikasi internal, dominasi dan jarak sosial. Bab III berisi metode penelitian,
subjek penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data. Bab
IV berisi temuan dan pembahasan mengenai realisasi tuturan meminta orang tua tunggal dari
tuturan penyerta atau modifikasi eksternal, head acts dan modifikasi internal beserta dominasi
dan jarak sosial yang terjadi. Bab V berisi simpulan dan saran.
1.7. Penutup
Demikian penulis menjelaskan latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, definisi operasional dan sistematika penulisan tesis ini. Pada bab berikutnya,
penulis menyajikan telaah ikhwal tuturan meminta yang dilakukan oleh orang tua tunggal
kepada anak-anaknya. Telaah ini disertai dengan penjelasan teoretis mengenai elemen-elemen
yang turut serta dengan tuturan meminta tersebut. Elemen-elemen tersebut adalah head acts,
tuturan penyerta atau modifikasi eksternal, dan modifikasi internal yang terjadi pada tuturan
Agis Andriani, 2012
Realisasi Head Acts, Supportive Moves, Dan Modifikasi Internal Tuturan Meminta Orang Tua Tunggal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini memaparkan penjelasan mengenai metode penelitian yang digunakan peneliti dalam
melakukan penelitian. Selain itu, bab ini menjelaskan desain penelitian, yang meliputi subjek
penelitian serta data dan sumber data penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis
data yang digunakan oleh peneliti untuk menafsirkan hasil penelitian.
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Nasution (2003:5) mengatakan bahwa “Penelitian
kualitatif pada hakekatnya ialah mengamati orang dalam lingkunagn hidupnya, berinteraksi
dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia di sekitarnya”.
Menurut sifat permasalahnnya penelitian ini tergolong penelitian deskriptif. Margono, (2003: 8)
“Penelitian deskripsi berusaha memberikan dengan sistematis dan cermat fakta-fakta aktual dan
sifat populasi tertentu”. Sehingga berdasarkan pendekatan yang digunakan, penelitian ini
termasuk penelitian deskriptif kualitatif. Artinya peneliti memberikan gambaran keadaaan
mengenai realisasi tuturan meminta yang terdapat pada percakapan yang terjadi antara orang tua
tunggal dan anak-anaknya.
1.2. Desain Penelitian
Desain penelitian ini terdiri atas pembahasan mengenai subjek penelitian, data dan sumber
Agis Andriani, 2012
Realisasi Head Acts, Supportive Moves, Dan Modifikasi Internal Tuturan Meminta Orang Tua Tunggal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3.2.1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dipilih secara terarah/bertujuan. Hal ini dilakukan agar peneliti dapat
menentukan subjek penelitian yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Purposive sampling
itu sendiri, menurut Alwasilah (2002: 146),adalah “jurus agar manusia, latar, kejadian tertentu
(unik, khusus, tersendiri, aneh, nyeleneh) betul-betul diupayakan terpilih (tersertakan) untuk
memberikan informasi penting yang tidak mungkin diperoleh melalui jurus lain”.
Subjek pada penelitian ini adalah tiga keluarga orang tua tunggal yang tinggal di
Kota Tasikmalaya. Subjek-subjek penelitian tersebut adalah ibu sebagai orang tua tunggal yang
memiliki usia antara 40-55 tahun. Usia ini berada pada masa manusia sudah mengambil
posisinya dalam masyarakat dan menerima tanggung jawab dari hal-hal yang terjadi di
lingkungan sekitarnya. Hal ini sejalan dengan Erikson dalam Feist & Feist (2010: 306) “...masa
dewasa, yaitu masa di mana manusia mulai mengambil bagian dalam masyarakat dan
menerima tanggung jawab dari apapun yang diberikan oleh masyarakat.”
S#1 adalah orang tua tunggal yang beusia 46 tahun, berlatar belakang pendidikan
sekolah dasar, memiliki anak laki-laki yang berusia 14 tahun dan telah menjadi orang tua
tunggal selama 8 tahun. S# 2 adalah orang tua tunggal yang berusia 53 tahun dan memiliki
anak perempuan berusia 23 tahun, berlatar belakang pendidikan sekolah menengah atas dan
telah menjadi orang tua tunggal selama 20 tahun. Subjek penelitian berikutnya adalah S#3. S#3
adalah orang tua tunggal yang berusia 42 tahun, berlatar pendidikan perguruan tinggi, memiliki
anak laki-laki berusia 10 tahun dan telah menjadi orang tua tunggal selama 7 tahun (Tabel
3.1).
Alasan mereka menjadi orang tua tunggal adalah karena perceraian dengan pasangan
Agis Andriani, 2012
Realisasi Head Acts, Supportive Moves, Dan Modifikasi Internal Tuturan Meminta Orang Tua Tunggal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
menikah lagi. Pilihan orang tua tunggal perempuan sebagai subjek penelitian pun karena orang
tua tunggal ini diharapkan lebih kolaboratif dari sisi kebahasaannya dari pada orang tua tunggal
laki-laki. Eckert (2003:134) mengatakan, “ Thus women are said to be more polite-to use more
polite language than men; this is said to be because they are more other oriented, more
collaborative, more affective.” Sejalan dengan pernyataan tersebut, Sumarsono (2009:133)
menyatakan,‟…tuturan wanita bukan hanya berbeda, melainkan juga lebih “benar”. Ini
merupakan pencerminan kenyataan sosial, pada umumnya dari pihak wanita diharapkan
tingkah laku sosial yang lebih “benar”.
Selain itu, kriteria pengambilan subjek penelitian didasarkan pada komponen tutur
yang dikemukakan oleh Poedjosoedarmo (1985) (dalam Nadar, 2009) yang menyatakan bahwa
orang pertama atau penutur akan memiliki kebiasaan berbahasa yang berbeda hal ini
dipengaruhi oleh latar belakang penutur yang menyangkut jenis kelamin, asal daerah, asal
golongan masyarakat, umur, profesi, kelompok etnik, dan aliran kepercayaan. Hal ini
menunjukkan bahwa pemilihan subjek penelitian berdasarkan latar belakang pendidikannya
[image:9.612.81.536.263.659.2]dapat menunjukkan perbedaan kebiasaan berbahasa.
Table 3.1.
Profil Partisipan Orang Tua Tunggal
Partisipan Umur Pendidikan /pekerjaan
Alasan Lama menjadi
orang tua tunggal
S#1 46 SD Suami meninggal
dunia
8 tahun
S#2 53 SMA bercerai 20 tahun
Agis Andriani, 2012
Realisasi Head Acts, Supportive Moves, Dan Modifikasi Internal Tuturan Meminta Orang Tua Tunggal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3.2.2. Data dan Sumber Data
Sumber data adalah rekaman percakapan natural yang diperoleh dari subjek penelitian, yaitu tiga
keluarga yang terdiri atas orang tua tunggal yang memiliki latar pendidikan yang berbeda (Table
3.1).Data observasi dalam penelitian ini adalah berupa tuturan meminta yang diperoleh dari
percakapan orang tua tunggal dengan anaknya. Menurut Nasution (2003:59) “ Data obsevasi
berupa deskripsi yang faktual, cermat dan terinci mengenai keadaan lapangan, kegiatan
manusia dan situasi sosial, serta konteks di mana kegiatan-kegiatan itu terjadi.”
Data penelitian ini diperoleh melalui observasi non partisipan secara „salient field
observations‟( Mcmillan & Schumacher, 2001). Obsevasi ini dilakukan dengan perekaman atas
percakapan yang dilakukan orang tua tunggal dan anak-anaknya. Percakapan ini, jika dilihat dari
pandangan penganut teori Grice, adalah sebagai suatu aktivitas kerjasama atau „cooperative
activity‟ (Wardhaugh, 1992). Selain itu, peneliti juga melakukan pencatatan terhadap hal-hal
yang mendukung percakapan yang dilakukan, misalnya konteks percakapan tersebut. Konteks
meliputi tema percakapan, waktu, tempat, jenis kegiatan dan penutur serta petutur. Dari hasil
perekaman dan pencatatan tersebut akan diperoleh data tuturan lisan serta pendukung tuturan
lisan tersebut, misalnya suasana tuturan, peristiwa, waktu dan tempat ketika tuturan dalam
percakapan itu terjadi.
Data diperoleh dari perekaman percakapan tersebut dengan menggunakan alat
perekam merk Sony TCM 150. Untuk tercapainya rich data atau „data yang kaya atau
melimpah merujuk pada data yang rinci, lengkap dan beragam sehingga mengungkapkan apa
yang sebenarnya terjadi‟ (Alwasilah, 2002:178), peneliti melaksanakan proses pengamatan
Agis Andriani, 2012
Realisasi Head Acts, Supportive Moves, Dan Modifikasi Internal Tuturan Meminta Orang Tua Tunggal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3.2.3. Teknik Pengumpulan Data
Peneliti mengumpulkan data secara natural dari subjek-subjek tersebut dengan melakukan
observasi pada saat mereka melakukan aktivitas komunikasi verbal di saat waktu luang
mereka, misalnya ketika menonton tv, memasak, atau berkumpul bersama yang disebut sebagai
„commonplace activities‟ (Wardhaugh, 1992). Aktivitas ini adalah aktivitas yang sering
berulang terjadi dan lebih mudah untuk dikenali untuk digunakan dalam pengamatan. Waktu
luang digambarkan sebagai waktu senggang yang digambarkan setelah segala kebutuhan yang
mudah dilakukan telah selesai dilakukan. Waktu luang juga merupakan sesuatu yang terbentuk
dari berbagai kegiatan yang bersifat mendidik atau menghibur. Aktivitas leisure di dalam
rumah bisa juga dilakukan untuk menjadi sarana dalam berkomunikasi dengan anak karena
rumah memegang peranan penting dalam penyediaan aktivitas leisure. Peranan penting
tersebut didasarkan pada alasan bahwa ada orang yang tidak bisa meninggalkan rumah mereka
sehingga kegiatan-kegiatan yang dilakukan hanya dilaksanakan di rumah, misalnya menonton
tv, memasak, mendengarkan musik, menjahit dan berkebun.
Dalam observasi tersebut peneliti melakukan perekaman terhadap tuturan yang
dilakukan oleh orang tua tunggal dan anaknya pada saat melakukan percakapan. Obsevasi
dianggap teknik pengumpulan data yang memiliki banyak kelebihan, diantaranya peneliti dapat
mengamati secara langsung kejadian yang dialami subjek penelitian dan hal ini merupakan „tes
kebenaran yang paling alami‟ (Alwasilah, 2002).
Teknik pengumpulan data diawali dengan melakukan perekaman percakapan untuk
tiap keluarga. Perekaman dilakukan pada percakapan yang terjadi antara orang tua tunggal
dengan anaknya ketika mereka berkomunikasi pada waktua luang mereka. Perekaman ini pun
Agis Andriani, 2012
Realisasi Head Acts, Supportive Moves, Dan Modifikasi Internal Tuturan Meminta Orang Tua Tunggal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
mengambil data percakapan mereka yang akan digunakan sebagai data penelitian ini.
Subjek-subjek penelitian ini pun diminta kerelaannya untuk direkam percakapannya. Grundy
(2008:252) mengatakan, “Asking permission before collecting data…Asking permission once
the data has been collected.” Hal ini yang menjadi landasan peneliti untuk mengumpulkan
data dengan melibatkan etika penelitian terhadap para subjek yang diminta untuk berpartisipasi
dalam penelitian ini.
Untuk Selanjutnya perekaman tersebut dilengkapi dengan catatan lapangan terhadap
konteks yang mendukung percakapan tersebut ketika dilakukan. Karena interaksi sosial yang
terjadi antara para orang tua tunggal dan anak-anaknya sangat beragam, maka peneliti hanya
merekam percakapan yang mereka lakukan pada waktu luang mereka saja untuk tuturan
meminta yang diharapkan peneliti.
Untuk membantu kelancaran penelitian dan alamiahnya data yang diperoleh, peneliti
melibatkan dua orang asisten peneliti yang berada langsung di lapangan pada saat pengamatan.
Asisten ini memiliki kedekatan dengan subjek penelitian. Adanya rapport atau „hubungan
antara peneliti dan subjek yang sudah benar-benar melebur sehingga seolah-olah tidak ada lagi
dinding pemisah diantara keduanya‟ (Moleong, 2011), dapat mendukung proses pengumpulan
data sehingga data alamiah yang diinginkan benar-benar dapat diperoleh secara maksimal.
Untuk tercapainya data yang diinginkan, peneliti selalu mengkomunikasikan hal-hal yang perlu
untuk diketahui oleh asisten-asisten peneliti. Hal ini dilakukan agar target-target data sesuai
dengan yang diharapkan dan asisten-asisten ini tetap on the track.
3.2.4 Teknik Analisis Data
Agis Andriani, 2012
Realisasi Head Acts, Supportive Moves, Dan Modifikasi Internal Tuturan Meminta Orang Tua Tunggal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
tersebut adalah reduksi data, koding data, kategorisasi dan deskripsi data. Pada tahap reduksi,
data yang telah ditranskripsikan dipilah-pilah untuk menentukan tuturan meminta pada tiap baris
tuturan yang terjadi dalam seluruh percakapan antara para orang tua tunggal dan anak-anaknya.
Semua tuturan meminta yang sudah ditentukan, kemudian melalui proses koding (Tabel 3.2).
Koding membantu peneliti dalam mengidentifikasi tuturan meminta , sehingga kemunculan
tuturan tersebut dalam percakapan akan lebih mudah diketahui dan juga mendukung penyusunan
kategorisasi dan subkategorisasi. Atas dasar hal tersebut, maka kategorisasis disusun
berdasarkan strategi requesting Blum-Kulka (1989), yang terdiri atas direct stategy,
conventionally indirect strategy dan inconventionally indirect strategy. Subkategorinya terdiri
atas mood derivable, explicit performative, hedge performative, obligation statement, want
statement, suggestory formula, query preparatory, strong hint dan mild hint. Selain itu, unsur
penggugah dan perspektif tuturan meminta pun dibahas bersamaan dengan deskripsi strategi dan
tipe strategi tuturan meminta.
Karena dalam tuturan meminta, head acts berkaitan dengan tuturan pendukung
(supportive moves) (Tabel 3.3) dan modifikasi internalnya (Tabel 3.4), maka selanjutnya data
yang telah dikelompokan melalui koding kategorisasi ini diidentifikasi dan dideskripsikan juga
unsur modifikasi internalnya apakah memiliki unsur downgraders atau upgraders. Setelah proses
ini selesai, peneliti menginterpretasi hasil yang diperoleh dari deskripsi tersebut untuk
mengetahui kecenderungan yang muncul dari data yang diperoleh pada penelitian untuk
menjelaskan wujud realisasi head acts, fungsi tuturan penyerta dan derajat pemaksaan yang
Agis Andriani, 2012
Realisasi Head Acts, Supportive Moves, Dan Modifikasi Internal Tuturan Meminta Orang Tua Tunggal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tabel. 3.2
Stategi dan Tipe Strategi Berdasarkan Tingkat Ke(tak)langsungan
Strategi Tipe Strategi
Direct Mood derivable
Explisit Performative Hedge performative Want statement Obligation statement
Conventionally Indirect Suggestory formula Query Preparatory
Nonconventionally Indirect Strong Hint Mild Hint
Tabel 3. 3
Tuturan Penyerta (Supportive Moves )
Supportive Moves Aggravating
Threat Moralizing
Mitigating Preparator
Disarmers Grounders
Imposition minimizer Begging for help
[image:14.612.79.473.323.566.2]Agis Andriani, 2012
[image:15.612.84.534.93.598.2]Realisasi Head Acts, Supportive Moves, Dan Modifikasi Internal Tuturan Meminta Orang Tua Tunggal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tabel 3. 4
Internal Modifications Internal Modification
Downgraders Syntactic Downgraders Interrogative Subjunctive
Lexical Downgraders Politeness marker Subjectivizer Appealer
Upgraders Time intensifier
Repetition of request
3. 3. Penutup
Bab selanjutnya menjelaskan pembahasan mengenai temuan penelitian mengenai realisasi
tindak tutur permintaan dari para orang tua tunggal . Pembahasan yang terdapat pada bab
tersebut adalah berdasarkan modifikasi eksternal, internal dan maksud utama dari tuturan
Agis Andriani, 2012
Realisasi Head Acts, Supportive Moves, Dan Modifikasi Internal Tuturan Meminta Orang Tua Tunggal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
SIMPULAN DAN SARAN
Peneliti menyimpulkan hasil penelitian pada bab V mengenai realisasi tuturan meminta yang
dilakukan oleh orang tua tunggal kepada anaknya dalam percakapan. Penulis memberikan pula
saran atas hasil penelitian ini yang ditujukan untuk para pembaca beserta peneliti selanjutnya
yang berminat dengan permasalahan tindak tutur ini.
5.1. Simpulan
Penelitian ini difokuskan pada realisasi tuturan meminta orang tua tunggal dalam percakapan
dengan anaknya. Permasalahan penelitian terpusat pada tiga hal, yaitu head acts, supportive
moves, dan modifikasi internal tuturan meminta orang tua tunggal. Berikut ini akan disampaikan
terlebih dahulu temuan umum dari penelitian ini untuk dijadikan dasar rumusan simpulan. Ada
tiga temuan umum yang diperoleh sesuai dengan rumusan pertanyaan penelitian.
Pertama, penelitian menemukan bahwa wujud strategi dalam head acts tuturan meminta
orang tua tunggal beserta tipe strategi yang muncul pada tuturan tersebut bervariasi. Orang tua
tunggal mewujudkan head acts dalam tiga tingkat strategi, yaitu strategi langsung, strategi tak
langsung konvensional, dan strategi tak langsung tak konvensional. Tiga tingkat strategi
tersebut memiliki tipe-tipe strategi tersendiri dalam realisasinya. Strategi langsung yang muncul
dalam tuturan meminta orang tua tunggal memiliki tipe mood derivable, performatives,
obligation statements, dan want statements. Strategi tak langsung konvensional memiliki tipe
strategi suggestory formulae dan strategi tak langsung tak konvensional yang digunakan oleh
orang tua tunggal dalam tuturan meminta adalah tipe strong hint dan mild hint.
Agis Andriani, 2012
Realisasi Head Acts, Supportive Moves, Dan Modifikasi Internal Tuturan Meminta Orang Tua Tunggal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
tuturan meminta orang tua tunggal. Fungsi yang digunakan oleh orang tua tunggal adalah fungsi
aggravating dan mitigating. Fungsi aggravating yang digunakan berjenis ancaman (threat) dan
nasehat (moralizing, sedangkan fungsi mitigating yang digunakan adalah jenis preparator,
permohonan pertolongan, kesepakatan awal, grounders, disarmers dan imposition minimize.
Melalui penggunaan tuturan penyerta tersebut, orang tua tunggal dapat memperburuk
(aggravating) atau meringankan (mitigating) suatu tuturan meminta.
Ketiga, penelitian ini menemukan hal mengenai modifikasi internal yang dapat memberi
dampak berupa derajat pemaksaan pada suatu tuturan meminta yang digunakan oleh orang tua
tunggal. Modifikasi secara internal dilakukan melalui penurun dampak (downgraders)dan
penguat dampak (upgraders). Untuk menurunkan dampak, orang tua tunggal memodifikasi
tuturan meminta dengan menggunakan penurun dampak berjenis syntactic downgraders dan
penurun dampak berjenis kata dan frase. Secara sintaksis, orang tua tunggal menggunakan
pertanyaan, negasi dan subjunctives. Secara leksikal, orang tua tunggal menggunakan
subjectivizer dan appealers. Sedangkan modifikasi upgraders yang digunakan oleh orang tua
tunggal adalah jenis indikator kesepakatan, penanda waktu, dan pengulangan permintaan.
Atas dasar temuan tersebut, maka peneliti menyimpulkan bahwa munculnya variasi
dalam head acts, tuturan penyerta dan modifikasi internal dipengaruhi oleh adanya dominasi
yang dalam bentuk otoritas dan jarak sosial antara orang tua tunggal dan anaknya. Dominasi
dan jarak sosial yang menunjukkan otoritas, ditunjukkan dengan dominasi pilihan strategi
langsung dengan tipe mood derivable dalam tuturan meminta orang tua tunggal. Otoritas dan
jarak sosial juga ditunjukkan ketika orang tua tunggal lebih sering memilih tuturan penyerta
dengan jenis grounder mitigating yang meskipun berfungsi untuk meringankan kesan
Agis Andriani, 2012
Realisasi Head Acts, Supportive Moves, Dan Modifikasi Internal Tuturan Meminta Orang Tua Tunggal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dengan tuturan penyerta, modifikasi internal tuturan meminta orang tua tunggal pun
menunjukkan otoritas dan jarak sosial melalui dominasi penggunaan appealer downgraders.
Walaupun fungsinya untuk menurunkan dampak dari permintaan, namun hal ini adalah wujud
dari usaha orang tua tunggal untuk mendapatkan kepatuhan dari anaknya. Semakin langsung
strategi yang digunakan, maka semakin dekat hubungan sosial antara penutur dan mitra
tuturnya, dan semakin tak langsung strategi yang digunakan, maka semakin santun tuturan
meminta yang disampaikan, sehingga hal ini dapat meminimalkan upaya penilakan yang dapat
dilakukan oleh mitra tutur.
Selain itu, adanya faktor dualisme peran yang dilakukan oleh orang tua tunggal, terdapat
pula dualisme ciri kebahasaan, yaitu ciri kebahasaan laki-laki dan perempuan. Dominasi tpe
strategi rumusan saran adalah keunikan yang muncul pada tuturan meminta yang disampaikan
orang tua tunggal. Rumusan saran yang terjadi berupa anjuran dan interupsi. Dua hal tersebut
adalah salah satu ciri kebahasaan yang dimiliki laki-laki, namun dilakukan juga oleh orang tua
tunggal yang memiliki mitra tutur berusia dewasa.
5.2. Saran
Selain temuan dan simpulan yang telah dihasilkan pada penelitian ini,seperti yang telah
disajikan pada bagian sebelumnya, ada baiknya untuk meningkatkan kualitas data dan hasil
penelitian sejenis harus dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut.
Pertama, penelitian ini memiliki beberapa kelemahan, oleh karena itu disarankan agar
deskripsi dan ekspolasi tuturan meminta pada orang tua tunggal lebih mendalam, Peneliti
selanjutnya diharapkan menggunakan lebih banyak subjek penelitian dan tidak menggunakan
Agis Andriani, 2012
Realisasi Head Acts, Supportive Moves, Dan Modifikasi Internal Tuturan Meminta Orang Tua Tunggal Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
memiliki gambaran yang lebih menyeluruh mengenai tuturan meminta dan unsur-unsurnya.
Kedua, peneliti selanjutnya perlu juga mempertimbangkan faktor lain yang dapat
mempengaruhi variasi tuturan meminta, misalnya seting dengan konteks mitra tutur yang
memiliki posisi otoritas yang setara atau lebih tinggi, sehingga variasi tuturan meminta yang
diperoleh akan lebih bervariasi.
Ketiga, penelitian ini pun diharapkan ditindaklanjuti dengan meneliti respon yang
dilakukan oleh mitra tutur orang tua tunggal terhadap tuturan meminta, sehingga pada akhirnya
akan diketahui perbandingan kecenderungan penggunaan strategi yang digunakan antara
keduanya.
Keempat, penelitian ini pun perlu ditindaklanjuti dengan kajian yang lebih mendalam
mengenai fungsi kata partikel yang muncul dalam tuturan meminta subjek berbahasa Sunda,
Agis Andriani, 2012
Realisasi Head Acts, Supportive Moves, Dan Modifikasi Internal Tuturan Meminta Orang Tua Tunggal
DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah, A. Chaedar. (2002). Pokoknya Kualitatif, Dasar-dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif. Pustaka Jaya: Jakarta
Austin (1962). How to Do Things with Words. dalam Jaworski, Adam & Nicholas Coupland (editor). The Discourse Reader. (2005, hal 55-65). Routledge:New York
Blumkulka, Shoshana,et.all. (1989). Cross-Cultural Pragmatics: Request and Apologies, volume xxxi in the series, advances in discourse processes. Ablex Publishing Corporation Norwood: New Jersey
Cummings, Louise. (2007). Pragmatik, Sebuah Perspektif Multidisipliner. Pustaka Pelajar: Yogyakarta
Djamarah, Syaiful Bahri, Drs, M.Ag. (2004). Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga. Sebuah Perspektif pendidikan Islam. Jakarta: Rineka Cipta
Eckert, Penelope & Sally McConnel-Ginet.(2008). Language and Gender. Cambridge University Press: Cambridge, UK.
Finegan, Edward, et.all. (1990). Language, Its Structure and Use, Australian Edition. Harcourt Brace Jovanovich. Sydney, Australia.
Grundy, Peter. (2008). Doing Pragmatics, third edition. Hodder Education, part of Hachette Livre: London
Borker, Ruth A & Daniel N. Maltz. (1982). A Cultural Approach to Male-Female Miscommunication. dalam Gumperz J, John. (1982) Language and Social Identity. (Editor). Cambridge University Press:United Kingdom
Hassall, Timothy. (1999). Request Strategi in Indonesia. Dissertation.
International Pragmatics Association.
www.elanguage.net/journals/pragmatics[06/09/12, 23:11]
Holtgraves, M. Thomas. (2002). Language as Social Action. Social Psychology and Language Use. Lawrence Erlbaum associates publisher:Mahwah, New Jersey.
Agis Andriani, 2012
Realisasi Head Acts, Supportive Moves, Dan Modifikasi Internal Tuturan Meminta Orang Tua Tunggal
Kiesling, F. Scott & Christina Bratt Paulston. (2005). Intercultural Discourse and Communication. Blackwell: Oxford, UK
Lakoff, Robin T. (2004). Language and Woman’s Place. Oxford University Press: New York
Levinson, C.Stephen.(1983). Pragmatics. Cambridge University Press: UK.
Margono, S. (2003). Metode Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta: Yogyakarta.
McMillan, H. James & Sally Schumacher. (2001). Research in Education, A Conceptual Introduction, Fifth Edition. Longman: United State.
Moleong, Lexy. (2011). Metode Penelitian Kualitatif, edisi revisi. Rosda Karya. Bandung
Nadar, FX. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Graha Ilmu:Yogyakarta
Nasution. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Tarsito: Bandung
Rue, Yong-Ju& Grace Qiao Zhang. (2008). Request Strategies, A Comparative Study in Mandarin and Korean. John Benjamins Publishing Company: Philadelphia/ Amsterdam
Scollon, Ron& Suzanne Wong Scollon. (2001). Intercultural Communication. A Discourse Approach, Second Edition. Blackwell Publisher Ltd: USA
Searle, J.R. (1971). Philosophy of Language. Oxford University Press: UK.
Searle&Vanverveken. (1985). Foundations of Illocutionary Logic. Cambridge University Press: Cambridge, Great Britain
Sidel, Ruth. (2006). Unsung Heroine. Single Mothers and American Dream. University of California: USA.
Sumarsono. (2009). Sosiolinguistik. Sabda&Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Trosborg, Anna.(1995). Interlanguage Pragmatics. Requests, Complaints, Apologies.Mouton de Gruyter.Berlin
Agis Andriani, 2012
Realisasi Head Acts, Supportive Moves, Dan Modifikasi Internal Tuturan Meminta Orang Tua Tunggal
Wijana, I Dewa Putu. (1996). Dasar-dasar Pragmatik. Andi:Yogyakarta
Yule, George. 1996. Pragmatics. Oxford University Press: UK