• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KERANGKA STRATEGI PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V KERANGKA STRATEGI PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

1 | B a b V – K o t a K o t a m o b a g u

BAB V

KERANGKA STRATEGI PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

BIDANG CIPTA KARYA

5.1 POTENSI PENDANAAN ABPD

Hubungan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah tercermin dalam pembagian kewenangan, tugas, dan tanggung jawab yang jelas antar tingkat pemerintahan, seperti yang diatur dalam UU No. 32 Tahun 2004. Dengan demikian prinsip yang digunakan adalah money follows functions, artinya bahwa besarnya distribusi keuangan Didasarkan oleh distribusi kewenangan, tugas, dan tanggung jawab yang telah ditentukan terlebih dahulu. Sehingga secara umum, hubungan antara pusat dan daerah tercermin dalam aspek perencanaan (planning) dan penganggaran (budgeting) untuk semua aktivitas di setiap level pemerintahan sesuai dengan kewenangan, tugas, dan tanggung jawabnya masing-masing. Pengaturan hubungan keuangan pusat dan daerah berdasarkan UU No. 33 Tahun 2004 didasarkan atas 4 (empat) prinsip, yaitu:

a. Urusan yang merupakan tugas Pemerintah Pusat di daerah dalam rangka dekonsentrasi dibiayai dari dan atas beban APBN;

b. Urusan yang merupakan tugas Pemda sendiri dalam rangka desentralisasi dibiayai dari dan atas beban APBD;

c. Urusan yang merupakan tugas Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah tingkat atasnya, yang dilaksanakan dalam rangka Tugas Pembantuan, dibiayai oleh Pemerintah Pusat atas beban APBN atau oleh Pemerintah Daerah tingkat atasnya atas beban APBD-nya sebagai pihak yang menugaskan; dan

d. Sepanjang potensi sumber-sumber keuangan daerah belum mencukupi, Pemerintah Pusat memberikan sejumlah bantuan.

Sesuai PP no. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahanantara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan PemerintahanDaerah Kabupaten/Kota, diamanatkan bahwa kewenanganpembangunan bidang Cipta Karya merupakan tanggung jawabPemerintah Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten/Kota terus didorong untuk meningkatkan belanja pembangunanprasarana Cipta Karya agar kualitas lingkungan permukiman di daerahmeningkat. Di samping membangun prasarana baru, pemerintah daerahperlu juga perlu mengalokasikan anggaran belanja untukpengoperasian, pemeliharaan dan rehabilitasi prasarana yang telah terbangun.

(2)

2 | B a b V – K o t a K o t a m o b a g u

Namun, seringkali pemerintah daerah memiliki keterbatasan fiscal dalam mendanai pembangunan infrastruktur permukiman. Pemerintahdaerah cenderung meminta dukungan pendanaan pemerintah pusat,namun perlu dipahami bahwa pembangunan yang dilaksanakan DitjenCipta Karya dilakukan sebagai stimulan dan pemenuhan standarpelayanan minimal. Oleh karena itu, alternatif pembiayaan darimasyarakat dan sektor swasta perlu dikembangkan untuk mendukungpembangunan bidang Cipta Karya yang dilakukan pemerintah daerah.Dengan adanya pemahaman mengenai keuangan daerah, diharapkandapat disusun langkah-langkah peningkatan investasi pembangunanbidang Cipta Karya di daerah.

Pembahasan aspek pembiayaan dalam RPI2-JM bidang Cipta Karyapada dasarnya bertujuan untuk:

a. Mengidentifikasi kapasitas belanja pemerintah daerah dalammelaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya,

b. Mengidentifikasi alternatif sumber pembiayaan antara lain dari masyarakat dan sektor swasta untuk mendukung pembangunanbidang Cipta Karya, c. Merumuskan rencana tindak peningkatan investasi bidang CiptaKarya.

ARAHAN KEBIJAKKAN PEMBIAYAAN BIDANG CIPTA KARYA

Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan dalam peraturan dan perundangan terkait, antara lain:

1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah: Pemerintah daerah diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundangundangan. Dalam hal ini, Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah Pusat yaitu politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama.

2. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah: untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah didukung sumber-sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Pendapatan Lain yang Sah, serta Penerimaan Pembiayaan. Penerimaan daerah ini akan digunakan untuk mendanai

(3)

3 | B a b V – K o t a K o t a m o b a g u

pengeluaran daerah yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah.

3. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan: Dana Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus. Pembagian DAU dan DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan Kementerian Keuangan. Sedangkan DAK digunakan untuk mendanai kegiatan khusus yang ditentukan Pemerintah atas dasar prioritas nasional. Penentuan lokasi dan besaran DAK dilakukan berdasarkan criteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis.

4. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota: Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah, terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi 26 urusan, termasuk bidang pekerjaan umum. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman pada standar pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah. Urusan wajib pemerintahan yang merupakan urusan bersama diserahkan kepada daerah disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana, serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan.

5. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah: Sumber pinjaman daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga Keuangan Bank dan Non-Bank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui pemerintah pusat. Dalam melakukan pinjaman daerah Pemda wajib memenuhi persyaratan:

a. Total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan APBD tahun sebelumnya;

b. Memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5;

c. Persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;

d. Tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjamanyang bersumber dari pemerintah;

(4)

4 | B a b V – K o t a K o t a m o b a g u

e. Pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib mendapatkan persetujuan DPRD.

6. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan Perpres 13/2010 & Perpres 56/2010): Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur. Jenis infrastruktur permukiman yang dapat dikerjasamakan dengan badan usaha adalah infrastruktur air minum, infrastruktur air limbah permukiman dan prasarana persampahan.

7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan Permendagri 21/2011): Struktur APBD terdiri dari:

a. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.

b. Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung.

c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.

8. Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur: Kementerian PU menyalurkan DAK untuk pencapaian sasaran nasional bidang Cipta Karya, Adapun ruang lingkup dan criteria teknis DAK bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut: a. Bidang Infrastruktur Air Minum

DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Adapun kriteria teknis alokasi DAK diutamakan untuk program percepatan pengentasan kemiskinan dan memenuhi sasaran/ target Millenium Development Goals (MDGs) yang mempertimbangkan:

 Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah;

 Tingkat kerawanan air minum. b. Bidang Infrastruktur Sanitasi

DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat

(5)

5 | B a b V – K o t a K o t a m o b a g u

berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggara-kan melalui proses pemberdayaan masyarakat. DAK Sanitasi diutamakan untuk program peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan memenuhi sasaran/target MDGs yang dengan kriteria teknis:

 kerawanan sanitasi;

 cakupan pelayanan sanitasi.

9. Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenanangan Pemerintah dan Dilaksanakan Sendiri: Dalam menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dana APBN, Kementerian PU membentuk satuan kerja berupa Satker Tetap Pusat, Satker Unit Pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan Non Vertikal Tertentu. Rencana program dan usulan kegiatan yang diselenggarakan Satuan Kerja harus mengacu pada RPI2-JM bidang infrastruktur ke-PU-an yang telah disepakati. Gubernur sebagai wakil Pemerintah mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan kementerian yang dilaksanakan di daerah dalam rangkaketerpaduan pembangunan wilayah dan pengembangan lintas sektor. Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, dapat disimpulkanbahwa lingkup sumber dana kegiatan pembangunan bidang Cipta Karyayang dibahas dalam RPI2 -JM bidan Cipta Karya meliputi:

1. Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karyakepada Satuan Kerja di tingkat provinsi (dana sektoral di daerah)serta Dana Alokasi Khusus bidang Air Minum dan Sanitasi.

2. Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama(DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsiuntuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skalaprovinsi/regional.

3. Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusanbersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintahkabupaten untuk pembangunan infrastruktur permukiman denganskala kabupaten/kota.

4. Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasamapemerintah dan swasta (KPS), maupun skema Corporate SocialResponsibility (CSR).

5. Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.

(6)

6 | B a b V – K o t a K o t a m o b a g u

Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan,pengoperasian dan pemeliharaan prasarana yang telah terbangun,serta rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada. Olehkarena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan direncanakan secaraterpadu sehingga optimal dan memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan pelayanan bidang Cipta Karya.

(7)

7 | B a b V – K o t a K o t a m o b a g u

SEKTOR

TAHUN -5

TAHUN -4

TAHUN 3

TAHUN -2

TAHUN -1

TAHUN 1

TAHUN 2

TAHUN 3

TAHUN 4

TAHUN 5

-1 -2 -3 -4 -5 -6 -7 -8 -9 -10 -11

Pengembangan

Kawasan Permukiman

3,328,356,500 1,229,148,000 - - - 15,000,000,000 11,000,000,000 9,000,000,000 5,000,000,000 5,000,000,000

Penataan Bangunan dan

Lingkungan

0

0 191,400,000

0

0 2,000,000,000 1,500,000,000 1,500,000,000 1,500,000,000 1,500,000,000

Pengembangan SPAM 3,303,726,000 139,275,000 2,661,764,000 2,830,276,964 3,627,801,700 12,000,000,000 10,000,000,000 7,000,000.00 4,000,000,000 4,000,000,000

Pengembangan PLP

6,297,245,949 4,316,051,649 10,573,300,200 10,749,632,450 10,577,847,252 16,050,000,000 15,000,000,000 13,000,000,000 12,000,000,000 11,000,000,000

Total Belanja APBD

Bidang Cipta Karya

Total Belanja APBD

12,929,328,449 5,684,474,649 13,426,464,200 13,579,909,414 14,185,648,952 45,050,000,000 37,500,000,000 23,507,000,000 22,500,000,000 21,500,000,000

23,507,000,000 22,500,000,000 21,500,000,000

REALISASI

PROYEKSI

12,929,328,449 5,684,474,649 13,426,464,200 13,579,909,414 14,185,648,952 45,050,000,000 37,500,000,000

(8)

8 | B a b V – K o t a K o t a m o b a g u

Struktur anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) Kota Kotamobagu

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). APBD terdiri atas pendapatan, belanja, dan pembiayaan daerah. Adapun perkembangan penerimaan dan prosentase penerimaan Pemerintah Daerah untuk membiayai Pembangunan sebagian besar dari Pendapatan yang berasal dari Pemberian Pemerintah, Namun kontribusi penerimaan yang berasal dari PAD menunjukan adanya peningkatan meskipun tidak terlalu signifikan. Sedangkan terkait dengan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Berlanja Kota Kotamobagu Tahun 2011 - 2014 dapat disajikan sebagaimana data pada Tabel 5.2

Tabel 5. 2 Gambaran APBD Kota Kotamobagu Tahun 2011 – 2014

Sumber: BAPPEDA Kota Kotamobagu

2011 2012 2013 2014 2015

A. Pendapatan (a.1 + a.2 + a.3) 398,887,650,348 359,280,271,800 426,899,473,156 494,658,847,092 a.1 Pendapatan Asli Daerah 9,354,639,155 9,525,842,026 11,238,227,576 18,505,889,505 a.1.1 Pendapatan Pajak Daerah 3,663,397,307 3,951,747,307 7,555,688,469 a.1.2 Hasil Retribusi Daerah 1,862,085,000 3,286,120,550 2,419,649,000 a.1.3 Hasil Pengolahan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan - - -a.1.4 Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah 4,000,359,719 4,000,359,719 8,530,552,036 a.2 Dana Peribangan Daerah 361,746,623,773 308,911,650,844 364,177,593,587 384,337,393,069 a.2.1 Dana Bagi Hasil Pajak / Bagi Hasil Bukan Pajak 14,397,666,844 18,060,861,587 13,908,901,919 a.2.2 Dana Alokasi Umum 270,246,984,000 311,773,832,000 333,000,351,150 a.2.3 Dana Alokasi Khusus 24,267,000,000 34,342,900,000 37,428,140,000 a.3 Lain-lain Pendapatan yang sah 27,786,387,420 40,842,778,930 51,483,651,993 91,815,564,518 a.3.1 Hibah - - -a.3.2 Dana Darurat - - -a.3.3 Dana Bagi Hasil Pajak Dari Provinsi dan Pemerintah Lainnya 7,648,835,930 11,395,891,993 25,640,098,518 a.3.4 Dana Penyesuaian dan Dana Otonomi Khusus 33,193,943,000 40,087,760,000 64,379,466,000

a.3.5 Bantuan Keuangan dari Provinsi/Pemerintah Daerah Lainnya 1,796,000,000

B. Belanja (b.1 + b.2) 380,534,780,183 427,033,631,028 493,637,273,134 561,726,908,336 b.1 Belanja Tidak Langsung 264,029,231,119 230,792,955,052 251,336,344,771 265,103,471,179 b.1.1 Belanja Pegawai 210,253,674,966 229,110,094,771 256,240,241,279 b.1.2 Belanja Bunga - - 5,208,082,770 b.1.3 Belanja Subsidi - - 102,000,000 b.1.4 Belanja Hibah 8,170,000,000 18,250,000,000 826,250,000 b.1.5 Belanja Bantuan Sosial 1,396,000,000 1,100,000,000 -b.1.6 Belanja Bagi Hasil - - -b.1.7 Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota, Pemerintah Desa,

dan Partai Politik 2,110,000,000 2,376,250,000 2,226,897,130 b.1.8 Belanja Tidak Terduga 8,863,280,086 500,000,000 500,000,000 b.2 Belanja Langsung 116,505,549,064 196,240,675,976 242,300,928,363 296,623,437,157 b.2.1 Belanja Pegawai 20,847,355,659 28,845,548,000 27,224,733,500 b.2.2 Belanja Barang dan Jasa 68,795,895,595 80,759,450,941 110,719,974,183

b.2.3 Belanja Modal 106,597,424,722 132,695,929,422 158,678,729,474

C. Pembiayaan Daerah 67,753,359,228 66,737,799,978 67,068,061,244 c.1 Penerimaan Pembiayaan Daerah 67,753,359,228 66,737,799,978 69,568,061,244 c.1.1 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya 67,753,359,228 66,737,799,978 69,568,061,244 c.2 Pengeluaran Pembiayaan Daerah - - 2,500,000,000 c.2.1 Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah - - 2,500,000,000 c.3 Pembiayaan Netto 67,753,359,228 66,737,799,978 67,068,061,244

18,352,870,165

(67,753,359,228) (66,737,799,978) (67,068,061,244)

- -Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berkenaan

Tahun Realisasi Anggaran

No.

(9)

9 | B a b V – K o t a K o t a m o b a g u No. Uraian 2008 2009 2010 2011 2012 Rata-rata Pertumb uhan (%) Propo rsi Rata-rata (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % 1 PENDAPATAN 134.589.898.082 0 308.388.576.553 129,13 373.073.381.501 20,98 398.888.262.348 6,92 366.979.721.703 -8,00 37,26

1.1. Pendapatan Asli Daerah 1.370.864.926 0 6.142.246.220 348,06 8.957.373.862 45,83 9.355.251.155 4,44 11.188.179.886 19,59 104,48 2,16

1.1.1. Pajak daerah 155.435.925 0 1.710.205.729 1000,26 2.112.469.416 23,52 2.905.857.027 37,56 4.807.103.221 65,43 281,69 27,36 1.1.2. Retribusi daerah 901.727.935 0 1.945.334.250 115,73 2.206.448.879 13,42 1.937.897.007 12,1 -7 1.508.246.426 -22,1 7 23,70 31,26

1.1.3. Pendapatan Hasil Pengolahan Kekayaan

Daerah yang dipisahkan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

1.1.4. Lain-lain PAD yang sah 313.701.066 0 2.486.706.241 692,70 4.638.455.567 86,53 4.511.497.121 -2,74 4.872.830.239 8,01 196,13 41,39

1.2. Dana Perimbangan 103.213.138.473 0 270.608.683.873 162,18 264.890.311.249 -2,11 267.918.600.776 1,14 311.233.074.991 16,17 44,35 77,48

1.2.1. Dana bagi hasil pajak /bagi hasil bukan pajak 11.994.975.473 0 14.681.830.873 22,40 17.632.958.249 20,10 17.397.735.776 -1,33 16.719.096.991 -3,90 9,32 7,11

1.2.2. Dana alokasi umum 79.200.163.000 0 192.532.853.000 143,10 201.553.153.000 4,69 223.014.565.000 10,65 270.246.978.000 21,18 44,90 78,81

1.2.3. Dana alokasi khusus 12.018.000.000 0 63.394.000.000 427,49 45.704.200.000 27,9

-0 27.506.300.0 00 -39,8 2 24.267.000.00 0 -11,7 8 87,00 14,08 1.3. Lain-Lain Pendapatan

Daerah yang Sah 30.005.894.683 0 31.637.646.460 5,44 121.614.410.417 22,56 46.516.337.942

-61,7

5 44,97 20,36

Tabel 5.3

Rata- rata Pertumbuhan Realisasi Pendapatan Daerah, Tahun 2008 – Tahun 2012 Kota Kotamobagu

(10)

10 | B a b V – K o t a K o t a m o b a g u

1.3.1 Hibah 4.607.142.858 0 0 -100,00 0 0 750.000.000 100,00 0 -100 -25,00 3,19

1.3.2 Dana darurat 8.000.000.000 0 0 -100,00 0 0 0 0,00 0 0 -25,00 5,33

1.3.3 Dana bagi hasil pajak dari provinsi dan Pemerintah

Daerah lainnya **) 4.516.061.025 0 7.463.087.460 65,26 7.376.791.077 -1,16

9.179.875.15

7 24,44 11.364.523.826 23,7982 28,09 15,83

1.3.4 Dana penyesuaian dan otonomi khusus***) 6.382.690.800 0 19.617.409.000 207,35 42.401.895.200 116,14 84.648.147.840 99,63 33.193.943.000 60,7

-86 90,59 54,02 1.3.5 Pendapatan Lainnya 6.500.000.000 0 4.557.150.000 -29,89 19.860.188.000 335,80 27.036.387.420 36,13 0 -100 60,51 15,66 1.3.6 Dana Penguatan Desentralisasi Fiskal Percepatan Pembangunan Daerah (DPDFPPD) 0 0 0 0 29.586.822.113 100,00 0 100,00 0 0 0,00 5,96

(11)

11 | B a b V – K o t a K o t a m o b a g u

Berdasarkan tabel rata-rata realisasi pertumbuhan dan kontribusi rata-rata selama 5 tahun terakhir (2008-2013) sebesar 37,26 % per tahun. Perkembangan realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) mengalami rata-rata pertumbuhan selama 5 tahun (tahun 2008 – 2013) sebesar 104,48% per tahun, hal ini menunjukkan bahwa kinerja keuangan daerah telah berhasil melampaui target yang direncanakan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Kotamobagu tahun 2008 – 2013 yang ditargetkan pada tahun 2013 sebesar 7,84% . Pencapaian target tersebut merupakan wujud keseriusan Pemerintah Kota Kotamobagu dalam menggali dan mengoptimalkan sumber-sumber pendapatan asli daerah (PAD). Kebijakan pemerintah Kota Kotamobagu dalam upaya meningkatkan PAD dilakukan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi sumber -sumber PAD yaitu dengan melakukan langkah-langkah identifikasi - sumber-sumber pendapatan potensial maupun penyesuaian tarif retribusi/ pajak daerah yang sudah tidak relevan dengan perkembangan kondisi dengan tidak membebani masyarakat.

Namun demikian jika dilihat dari kontribusi PAD terhadap penerimaan pendapatan daerah masih relatif kecil, ketergantungan Pemerintah Kota Kotamobagu terhadap Pemerintah Pusat dan Provinsi masih cukup tinggi. Kontribusi penerimaan yang berasal dari dana perimbangan sebesar 77,48%, PAD sebesar 2,16%, dan lain-lain penerimaan pendapatan daerah yang sah sebesar 20,36%, hal tersebut dapat diartikan bahwa kemandirian Keuangan Daerah Kota Kotamobagu dalam memenuhi kebutuhan pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan masih bergantung pada Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Provinsi.

Perkembangan realisasi Penerimaan Daerah dari Dana Perimbangan rata-rata sebesar 44,35% per tahun, dengan kontribusi terbesar pada pos Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar 44,90% per tahun. Kenaikan Penerimaan Dana Perimbangan tersebut menggambarkan bahwa upaya-upaya yang dilakukan Pemerintah Kota Kotamobagu dalam menggali potensi pada pos-pos Dana Perimbangan belum menunjukkan hasil yang signifikan.

Trend Pendapatan Daerah

Pos Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah juga mengalami pertumbuhan yang meningkat, namun pada tahun 2012 mengalami penurunan. Penerimaan pada Pos ini bersumber dari Bantuan Keuangan Pemerintah Provinsi kepada Pemerintah Kota untuk mendanai program/kegiatan pembantuan yang ada di Kota Kotamobagu. Berdasarkan kinerja pertumbuhan dan kontribusi pendapatan daerah rata-rata selama 5 tahun terakhir, untuk pemenuhan pendanaan pembangunan dalam RPJMD Kota Kotamobagu Tahun 2013-2018 kebijakan pengelolaan keuangan daerah diarahkan pada peningkatan kemandirian keuangan daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan melalui upaya intensifikasi dan ektensifikasi pendapatan daerah, optimalisasi aset dan kekayaan pemerintah kota termasuk mengembangkan BUMD baru dengan menganut prinsip-prinsip; (1) Potensial, lebih menitikberatkan pada potensi daripada jumlah atau jenis pungutan yang banyak; (2) Tidak memberatkan masyarakat; (3) Tidak merusak lingkungan; (4) Mudah diterapkan dan

(12)

12 | B a b V – K o t a K o t a m o b a g u

dilaksanakan; dan (5) Penyesuaian pendapatan baik mengenai tarif maupun materinya. Sedangkan asumsi target penerimaan pendapatan daerah adalah sebagai berikut :

1. Pendapatan Asli daerah (PAD).

Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada RPJMD Kota Kotamobagu Tahun 2013-2018 diproyeksikan sebesar 5% per tahun, dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

a. Realisasi penerimaan PAD selama kurun waktu lima tahun terakhir mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 104,48%;

b. Kebijakan Pemerintah Provinsi dan Pusat tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) yang diserahkan Pemerintah daerah pada tahun 2011 dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang direncanakan akan diserahkan ke Pemerintah Daerah pada tahun 2013; serta

c. Upaya serius dari pemerintah Kota Kotamobagu dalam menggali potensi sumber-sumber pendapatan asli daerah melalui intensifikasi dan ekstensifikasi PAD.

2. Dana Perimbangan

Proyeksi penerimaan dari Dana Perimbangan pada RPJMD Kota Kotamobagu Tahun 2013-2018 sebesar 5%, dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

a. Realisasi penerimaan Dana Perimbangan selama kurun waktu lima tahun terakhir yang mengalami kenaikan rata-rata pertumbuhan sebesar 44,35%. b. Bekurangnya penerimaan Dana Perimbangan yang berasal dari Bea

Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

c. Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan pos yang memiliki Kontribusi terbesar dalam menyokong penerimaan Dana Perimbangan yakni sebesar 77,48%. Berdasarkan UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Keuangan Daerah, DAU diberikan berdasarkan celah fiskal/keuangan dan alokasi dasar. Celah fiskal/keuangan merupakan kebutuhan daerah yang dikurangi dengan kapasitas fiskal/keuangan daerah. Kebutuhan daerah merupakan variable-variable yang ditetapkan undang-undang antara lain penduduk, luas wilayah,penduduk miskin dan indeks harga, perhitungan kapasitas keuangan didasarkan atas PAD dan Dana Bagi Hasil yang diterima daerah, sedangkan alokasi dasar merupakan pemenuhan gaji PNS.

d. Kebutuhan fiskal Kota Kotamobagu ditahun-tahun mendatang akan mengalami peningkatan seiring dengan Penduduk Kota Kotamobagu mengalami peningkatan rata-rata sebesar 2,14% per tahun, luas wilayah daratan akan mengalami peningkatan dengan pengembangan wilayah, penduduk miskin sebesar 7,24.% dan pengadaan CPNS Kota Kotamobagu dengan pemenuhan akan gaji PNS daerah.

e. Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah.Penerimaan pada pos ini juga diproyeksikan mengalami peningkatan sebesar 5% per tahun. Kontribusi terbesar pada pos Dana penyesuaian dan otonomi khusus sebesar 54,02%, Dana Penguatan Desentralisasi Fiskal & Percepatan sebesar 5,96%, dan Dana bagi hasil pajak dari provinsi dan Pemerintah Daerah lainnya s ebesar 15,83%. Dalam upaya optimalisasi penerimaan pendapatan, maka Pemerintah Kota Kotamobagu harus secara intensif melakukan koordinasi

(13)

13 | B a b V – K o t a K o t a m o b a g u

menggali potensi penerimaan Lain-lain pendapatan daerah yang sah dengan Pemerintah Pusat, Provinsi maupun pemerintah daerah lainnya. Penerimaan pendapatan daerah pada RPJMD Kota Kotamobagu Tahun 2013-2018 yang terdiri dari penerimaan Pendapatan Asli daerah, Dana Perimbangan dan Lain-lain Penerimaan Daerah yang sah diproyeksikan mengalami peningkatan rata-rata sebesar 5% per tahun. Secara rinci sebagaimana tabel dibawah ini:

(14)

14 | B a b V – K o t a K o t a m o b a g u

Tabel 5.4

Proyeksi Perkiraan Pendapatan Daerah Tahun Anggaran 2014-2018 Kota Kotamobagu

No. Uraian 2014 2015 2016 2017 2018

(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)

1 PENDAPATAN 468.664.690.760 492.097.925.298 516.702.821.563 542.537.962.641 569.664.860.773

1.1. Pendapatan Asli Daerah 18.502.340.505 21.183.700.285 23.302.070.314 25.632.277.453 28.195.505.197

1.1.1. Pajak daerah 7.555.688.469 9.142.383.046 10.056.621.352 11.062.283.595 12.168.511.954

1.1.2. Retribusi daerah 6.416.100.000 7.057.710.000 7.763.481.000 8.539.829.100 9.393.812.010

1.1.3. Pendapatan Hasil Pengolahan Kekayaan Daerah yang dipisahkan 0 0 0 0 0

1.1.4. Lain-lain PAD yang sah 4.530.552.036 4.983.607.239 5.481.967.962 6.030.164.758 6.633.181.233

1.2. Dana Perimbangan 392.702.353.155 431.973.588.468 475.170.405.598 522.687.446.158 574.956.145.774

1.2.1. Dana bagi hasil pajak /bagi hasil bukan pajak 15.192.310.155 16.711.541.168 18.382.695.285 20.220.964.814 22.243.061.296

1.2.2. Dana alokasi umum 340.081.903.000 374.090.093.300 411.499.102.630 452.649.012.893 497.913.914.182

1.2.3. Dana alokasi khusus 37.428.140.000 41.171.954.000 45.288.607.683 49.817.468.451 54.799.215.296

1.3. Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah 90.019.564.518 99.021.520.971 108.923.673.068 119.816.040.374 131.795.644.411 1.3.3 Dana bagi hasil pajak dari provinsi dan Pemerintah Daerah lainnya **) 25.640.098.518 28..204.108.371 31.024.519.208 34.126.971.128 37.537.668.240 1.3.4 Dana penyesuaian dan otonomi khusus***) 64.379.466.000 70.817.412.600 77.899.153.860 85.689.069.246 94.257.976.171

1.3.5 Pendapatan Lainnya

1.3.6

Dana Penguatan Desentralisasi Fiskal Percepatan Pembangunan Daerah (DPDFPPD)

(15)

15 | B a b V – K o t a K o t a m o b a g u

Penerimaan/Pendapatan daerah merupakan hak Pemerintah Daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih. Pendapatan daerah berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan (DP), dan Lain-lain Pendapatan yang Sah (LPS). Kekuasaan pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan oleh kepala/ pimpinan satuan kerja pengelola keuangan daerah selaku pejabat pengelola APBD dan kepala/pimpinan SKPD selaku pejabat pengguna anggaran/barang daerah.

Pengelolaan pendapatan daerah dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan daerah dari berbagai sumber pendapatan menurut yang berlaku, dengan tetap menciptakan kondisi yang kondusif bagi peningkatan investasi dan usaha swasta. Sasaran adalah meningkatnya PAD, Dana Perimbangan, dan Lain-lain Pendapatan yang sah untuk itu, pengelolaannya diarahkan pada:

a. Secara bertahap meningkatkan kontribusi PAD terhadap pendapatan daerah. b. Mengupayakan dasar hukum berbagai sumber PAD.

c. Memacu peningkatan PAD dari berbagai Dinas/Instansi melalui intensifikasi dan ekstensifikasi.

d. Mengupayakan peningkatan Dana Perimbangan dan sumber pendapatan lainnya.

e. Mengkaji potensi PAD dan kelayakan sumber-sumber penerimaan PAD untuk upaya peningkatannya

Arah pengelolaan pendapatan daerah ini diharapkan akan mendorong kenaikan pendapatan daerah untuk membiayai kebutuhan belanja dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah

(16)

16 | B a b V – K o t a K o t a m o b a g u

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Peranan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam pembiayaan program pembangunan di Kota Kotamobagu sangatlah penting. Hal itu sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah. Dalam rangka peningkatan PAD, Pemerintah Kota Kotamobagu telah secara maksimal berupaya melalui serangkaian kegiatan intensifikasi dan ekstensifikasi Pajak dan Retribusi, eksplorasi Sumber daya, serta upaya investasi swasta. Untuk penyelenggaraan otonomi Daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab, diperlukan kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumber keuangan sendiri, yang didukung oleh perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah serta Pemerintah Provinsi dan Kota yang merupakan prasyarat dalam system pemerintahan daerah. Dengan itu maka daerah hendaknya memiliki kewenangan yang luas dan kemampuan yang optimal untuk menggali dan mengembangkan keuangan sendiri.

Trend perkembangan Pendapatan Asli Daerah

Berdasarkan realisasi anggaran APBD Kota Kotamobagu tahun 2010 hingga tahun 2015, terlihat PAD Kota Kotamobagu menyumbangkan antara 1.21% hingga lebih 3.37 % dengan rata-rata proporsi PAD sebesar 2,23% terhadap total penerimaan Kota Kotamobagu. Dengan jumlah penerimaan PAD tersebut, maka kebutuhan pembangunan dan pengembangan infrastruktur Kota Kotamobagu tidak dapat sepenuhnya mengandalkan PAD. Oleh karena itu perlu disusun strategi untuk menetapkan program-program pembangunan dan pengembangan infrastruktur yang dapat dibiayai melalui komponen anggaran PAD ini. Dengan kata lain dari komponen PAD akan dapat dihitung kekuatan pendanaan internal Kota Kotamobagu, sehingga dapat dengan jelas dan obyektif program apa saja yang dapat didanai serta besarna bantuan pendanaan yang dibutuhkan (baik melalui dana perimbangan ataupun melalui mekanisme penyaluran pendanaan lainnya).

Analisis Kemampuan Keuangan Daerah

Sumber internal dari pemerintah daerah sendiri (public saving) Kurang optimal tersedia dengan pengelolaan anggaran yang ada. dengan adanya tendensi belanja barang dan jasa keciptakaryaan yang besar dalam RPIJM ini, maka sangat dibutuhkan sumber-sumber lain sebagai pendukung yakni cost-sharing

dan Hutang jika dibutuhkan. Tingkat DSCR Kota Kotamobagu juga kurang memungkinkan hal tersebut.

(17)

17 | B a b V – K o t a K o t a m o b a g u

Sumber eksternal dari luar pemerintah daerah (pemerintah pusat, pemerintah propinsi, pinjaman, partisipasi swasta (KPS), dan swadaya masyarakat) menjadi bagian yang penting bagi belanja tersebut diatas sehingga kesemuanya menjadi bagian integral dalam aspek rencana pembiayaan.

Dengan Pertimbangkan kecenderungan yang terjadi dimasa lalu Perkembangan penerimaan Pajak Daerah periode 2011-2015 diperkirakan tumbuh seimbang dengan kecenderungan meningkat dan disisi retribusi daerah juga diperkiraan tumbuh dengan kecenderungan maningkat.

Selanjutnya perkembangan penerimaan PAD periode 2011-2015 diperkirakan tumbuh dengan 7,00% per tahun dengan kontribusi terhadap penerimaan rata-rata 3,37% dari total pendapatan daerah. Dimana diperkirakan ketergantungan terhadap dana perimbangan masih sangat tinggi.

Indikator yang menentukan layak tidaknya program

a. Internal Rate of Return (IRR)

b. Financial Internal Rate of Return (FIRR) yang dilihat dari penghasilan dan biaya Dimana:

IRR > SOCC maka layak

SOCC = discount rate yang berlaku

c. Economic Internal Rate of Return (EIRR) yang dilihat dari benefit yang tidak bias dinyatakan dalam bentuk financial, terutama terkait prasarana

publik IRR > 10%

d. Net Present Value

(NPV) NPV > 0 maka layak

e. Analisis Benefit and Cost (B/C) B/C >1 maka Layak .

(18)

18 | B a b V – K o t a K o t a m o b a g u

5.2 POTENSI PENDANAAN APBN

Tabel 5.4 Potensi Pendanaan Bersumber APBN

SEKTOR

REALISASI (X 1000)

TAHUN -5 TAHUN -4 TAHUN 3 TAHUN -2 TAHUN -1

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

PengembanganKawasanPermukiman N/A N/A 14.242.850 19.220.950 19.212.000

Pengembangan SPAM 7.049.977 5.235.960 7.590.540 5.346.970 6.693.200

Pengembangan PLP N/A N/A 1.413.500 4.481.000 21.948.000

Total Alokasi APBN 7.049.977 5.235.960 23.246.890 29.048.920 47.853.200

Meskipun pembangunan infratruktur permukiman merupakan tanggung jawab Pemda, Ditjen Cipta Karya juga turut melakukan pembangunan infrastruktur sebagai stimulant kepada daerah agar dapat memenuhi SPM. Setiap sektor yang ada di lingkungan Ditjen Cipta Karya menyalurkan dana ke daerah melalui Satuan Kerja Non Vertikal (SNVT) sesuai dengan peraturan yang berlaku (PermenPU No. 14 Tahun 2011). Data dana yang dialokasikan pada suatu kabupaten/kota perlu dianalisis untuk melihat trend alokasi anggaran Ditjen Cipta Karya dan realisasinya di daerah tersebut.

Di samping APBN yang disalurkan Ditjen Cipta Karya kepada SNVT di daerah, untuk mendukung pendanaan pembangunan infrastruktur permukiman juga dilakukan melalui penganggaran Dana Alokasi Khusus. DAK merupakan dana APBN yang dialokasikan ke daerah tertentu dengan tujuan mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai prioritas nasional. Prioritas nasional yang terkait dengan sektor Cipta Karya adalah pembangunan air minum dan sanitasi. DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Sedangkan DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat. Besar DAK ditentukan oleh Kementerian Keuangan berdasarkan Kriteria Umum, Kriteria Khusus dan Kriteria Teknis. Dana DAK ini perlu dilihat alokasi dalam 5 tahun

(19)

19 | B a b V – K o t a K o t a m o b a g u

terakhir sehingga bisa dianalisis perkembangannya.

5.3 ALTERNATIF SUMBER PENDANAAN

Tabel. 5.4 Alternatif Sumber Pendanaan NAMA KEGIATAN DESKRIPSI KEGIATAN BIAYA KEGIATAN (RP) KELAYAKAN FINANSIAL KETERANGAN (1) (2) (3) (4) (5)

N/A N/A N/A N/A N/A

N/A N/A N/A N/A N/A

N/A N/A N/A N/A N/A

Sampai saat ini belum ada potensi pendanaan alternatif pembiayaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya antara lain dari KPS, CSR belum terealisasi.

Tetapi idealnya perlu ada bantuan dari KPS, CSR atau sumber lainnya karena terbatasnya kemampuan pendanaan yang dimiliki pemerintah, untuk itu dunia usaha perlu dilibatkan secara aktif dalam pembangunan infrastruktur Cipta Karya melalui skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) untuk kegiatan yang berpotensi cost-recovery atau Corporate Social Responsibility (CSR) untuk kegiatan non-cost recovery. Dasar hukum pembiayaan dengan skema KPS adalah Perpres No.67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur serta Permen PPN No. 3 Tahun 2012 Tentang Panduan Umum Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Sedangkan landasan hukum untuk pelaksanaan CSR tercantum dalam UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) dan UU No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

Peningkatan Lain-lain Pendapatan Yang Sah

Peningkatan lain-lain pendapatan yang sah pada dasarnya yang perlu dikuatkan adalah sumbangan pihak ke tiga oleh masyarakat dan usahawan/ swasta kepada daerah. Pembangunan sarana perekonomian seperti pasar ternyata secara signifikan mampu memberikan kontribusi yang sangat berarti bagi peningkatan pendapatan daerah. Upaya yang dilakukan adalah memperluas basis-basis

(20)

20 | B a b V – K o t a K o t a m o b a g u

sumbangan pihak ke tiga pada bidang ekonomi unggulan di masyarakat. Sehingga dengan memperkuat potensi–potensi yang ada dapat mendukung pembangunan yang lebih maju.

Peningkatan dana Perimbangan

Sebagai porsi terbesar strukturnya dalam pendapatan daerah maka kebijakan untuk memperbesar Dana Perimbangan ini dilakukan upaya:

a. Menyelaraskan Program Pembangunan dengan Pemerintah Propinsi Sulawesi Utara dan Pemerintah Pusat (Departemen dan Lembaga Non Departemen).

b. Mensinergikan pelaksanaan pembangunan dengan sharing pembiayaan baik dengan Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Pusat (departemen dan Lembaga Non Departemen) dan kerjasama Pemerintah dan Swasta

c. Menyelaraskan program Dana Perimbangan dengan kebutuhan masyarakat yang mempunyai daya ungkit ekonomi yang memadai sehingga akan didapat efek yang dapat mengangkat kesejahteraan ekonomi masyarakat yang selanjutnya akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.

5.4 STRATEGI PENINGKATAN INVESTASI BIDANG CIPTA KARYA

Ketersediaan dana yang dapat digunakan untuk membiayai usulan program dan kegiatan yang ada dalam RPIJM dapat dihitung melalui hasil analisis yang telah dilakukan dengan penjabaran sebagai berikut:

Dalam rangka pencapaian pembangunan bidang Cipta Karya di daerah, dan untuk memenuhi kebutuhan pendanaan dalam melaksanakan usulan program yang ada dalam RPIJM, Pemerintah Daerah Kota Kotamobagu telah menyusun strategi untuk meningkatkan pendanaan bagi pembangunan infrastruktur permukiman. Yang meliputi beberapa aspek antara lain :

5.4.1 Strategi peningkatan DDUB

Sebagai porsi terbesar strukturnya dalam pendapatan daerah maka kebijakkan untuk memperbesar dana perimbangan ini dilakukan upaya:

 Menyelaraskan program pembangunan dengan pemerintah Provinsi Sulawesi Utara dan Pemerintah Pusat

 Mensinerginakan pelaksanaan pembangunan dengan sharing pembiayaan baik dengan pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat serta kerjasama antara Swasta

 Menyelaraskan program Dana Perimbangan dengan kebutuhan masyarakat yang mempunyai daya ungkit ekonomi yang memadai.

(21)

21 | B a b V – K o t a K o t a m o b a g u

Pemerintah Kabupaten/Kota memiliki tugas untuk membangun prasarana permukiman didaerahnya. Untuk melihat upaya pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya perlu dianalisis proporsi belanja pembangunan Cipta Karya terhadap total belanja daerah dalam 3 -5 tahun terakhir. Proporsi belanja Cipta Karya meliputi pembangunan Infrastruktur baru, operasional dan pemeliharaan infrastruktur yang sudah ada. Perlu disusun tabel proporsi berdasarkan sektor-sektor Cipta Karya yang sudah ada. Selain itu, pemerintah daerah juga didorong untuk mengalokasikan Dana Daerah untuk urusan bersama (DDUB) sebagai pendamping kegiatan APBN di Kabupaten/Kota. DDUB ini menunjukkan besaran komitmen pemerintah daerah dalam melakukan pembangunan bidang Cipta Karya.

5.4.2 Strategi peningkatan kinerja keuangan perusahaan daerah

Perusahaan daerah yang dibentuk pemerintah daerah memiliki dua fungsi, yaitu untuk menyediakan pelayanan umum bagi kesejahteraan sosial sekaligus untuk menghasilkan laba bagi perusahaan maupun sebagai sumber pendapatan pemerintah daerah. Ada beberapa perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang pelayanan bidang Cipta Karya, seperti di sektor air minum, persampahan dan air limbah. Kinerja keuangan dan investasi perusahaan daerah perlu dipahami untuk melihat kemampuan perusahaan daerah dalam meningakatkan cakupan dan kualitas pelayanan secara berkelanjutan. Pembiayaan dari perusahaan daerah dapat menjadi salah satu alternatif dalam mengembangkan infrastruktur Cipta Karya. Dalam bagian ini disajikan kinerja perusahaan daerah yang bergerak di bidang Cipta Karya berdasarkan aspek keuangan, aspek pelayanan, aspek operasi dan aspek sumber daya manusia. Khusus untuk PDAM, inidkator tersebut telah ditetapkan BPPSPAM untuk diketahui apakah perusahaan daerah memiliki status sehat, kurang sehat atau sakit. 180 disamping itu, pada bagian ini dicantumkan juga nilai dan volume kegiatan pembangunan, operasi dan pemeliharaan prasarana secara umum yang dilaksanakan oleh perusahaan daerah yang ada di Kabupaten/Kota dalam 3-5 tahun terkahir. 5.4.3 Strategi peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam pembiayaan

pembangunan bidang Cipta Karya

Kebijakkan peningkatan peran masyarakat dan duniat usaha untuk mengoptimalisasikan sumber-sumber pendapatan melalui upaya

(22)

22 | B a b V – K o t a K o t a m o b a g u

intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan daerah, optimalisasi aset dan kekayaan pemerintah Kota dengan menganut prinsip:

 Potensial artinya lebih menitik beratkan pada potensinya daripada jumlah atau jenis pungutan yang banyak;

 Tidak memberatkan masyarakat;

 Tidak merusak lingkungan;

 Mudah diterapkan/diaplikasikan, mudah dilaksanakan;

 Penyesuaian pendapatan baik mengenai tarip dan materinya.

Melakukan investasi pemerintah daerah pada sektor-sektor ekonomi unggulan atau ekonomi masyarakat yang mempunyai daya ungkit ekonomi besar, sehingga memberikan dampat positif terhadap peningkatan pendapatan Daerah pada satu sisi dan kesejahteraan masyarakat pada sisi lainnya. Investasi dilakukan dengan sistem bagi hasil.

5.4.4 Strategi pendanaan untuk operasi, pemeliharaan dan rehabilitasi infrastruktur permukiman yang sudah ada

a. Membuat perencanaan yang terukur untuk biaya operasi, pemeliharaan infrastruktur permukiman

b. Memasukkan dalam PAD setiap tahun dana operasi, pemeliharaan dan rehabilitasi

c. Melibatkan perusahaan swasta dalam pemeliharaan dan rehabilitasi terutama pada fasilitas-fasilitas umum

5.4.5 Strategi pengembangan infrastruktur skala regional

Tahap ini mementingkan interkonektifitas antar wilayah, skala ini terkait dengan penyusunan rencana pembangunan zonasi yang komprehensif untuk lingkup wilayah. Sampai saat ini pengembangan inftrastruktur regional bidang Cipta Karya belum di Kota Kotamobagu belum pada skala regional.

(23)
(24)

Gambar

Tabel 5.1 Potensi Pendanaan APBD  Kotamobagu

Referensi

Dokumen terkait

Kaedah pembuktian melalui pengakuan oleh pembuat dokumen atau pemberi hibah dan kaedah kewujudan dokumen disokong dengan keterangan dua orang saksi yang menyaksikan

Nur Alfi Mu’anayah, Wahyu Setiyoko | 16 guru. Hal ini dapat terwujud salah satunya dengan guru bertindak sebagai fasilitator. Dengan evaluasi guru dapat

purulen. 12,13 Benda asing pada pasien ini sudah 3 hari, namun saat bronkoskopi tidak ditemukan adanya reaksi inflamasi maupun sumbatan yang berarti, ini mungkin karena

Untuk menghindari terjadinya hal-hal tersebut maka dilakukan perancangan dan pembuatan pintu gerbang yang dapat membuka dan menutup secara otomatis.. Cara kerja

Penelitian ini bertujuan adalah untuk meningkatkan self esteem yang rendah pada peserta didik melalui modifikasi kogintif perilaku dengan teknik

maksud dan tujuan diadakannya musyawarah tersebut dan peraturan- peraturan yang diberlakukan dalam musyawarah tersebut, maka mediator akan memberikan kesempatan

Penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan data performa tubuh dan mengetahui hubungan antar ukuran-ukuran tubuh, sekaligus hubungan antara ukuran tubuh dengan bobot badan

Kemantapan suatu lereng dapat dinyatakan dengan suatu nilai faktor keamanan (FK) yang merupakan perbandingan antara gaya penahan dengan gaya penggerak. Apabila besarnya gaya