• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. negara dan mensejahterakan masyarakat berasal dari pajak. Menurut Meisiang (2018)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. negara dan mensejahterakan masyarakat berasal dari pajak. Menurut Meisiang (2018)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

2 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

Pajak merupakan sumber pendapatan terbesar di Indonesia. Masyarakat wajib membayar pajak kepada negara, karena pengeluaran pemerintah untuk membangun negara dan mensejahterakan masyarakat berasal dari pajak. Menurut Meisiang (2018) Penerimaan Pajak adalah pendapatan terbesar Negara, sehingga pajak bisa membantu kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan UU KUP Nomor 28 Tahun 2007 pasal 1, ayat 1, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Penerimaan pajak diharapkan terus meningkat agar pembangunan Negara dapat berjalan dengan baik. Peningkatan penerimaan pajak akan tercapai jika peningkatan jumlah wajib pajak terjadi. Mengingat peranan pajak sangat penting, maka pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak (DJP) telah melakukan berbagai upaya untuk memaksimalkan penerimaan pajak, salah satunya melalui reformasi peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan dengan diberlakukannya Self Assessment System.

Self Assessment System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang

(2)

3

terutang (Mardiasmo, 2011). Keuntungan Self Assessment System ini adalah wajib pajak diberikan kepercayaan oleh aparat pajak untuk memperhitungkan, menyetor, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku. Sedangkan kelemahan Self Assessment System ini dalam praktiknya sulit berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya wajib pajak yang tidak patuh dikarenakan masih kurangnya kesadaran masyarakat, sehingga membuat wajib pajak sulit untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Karena menurut Nugroho (2016) kesadaran membayar pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemauan membayar pajak wajib pajak.

Kantor Wilayah (Kanwil) Direktorat Jenderal Pajak (DJP) DIY mencatat realisasi penerimaan pajak sepanjang 2017 mencapai Rp 4,378 triliun atau sekitar 84,72%. Meski lebih baik ketimbang capaian tahun sebelumnya, angka tersebut masih cukup jauh dari target total sebesar Rp 5,167 triliun (Harianjogja.com, 2018). Prosentase ini terus menurun dibanding dengan tahun 2018. Pada akhir 2018, Penerimaan Kanwil Dirjen Jenderal Pajak DI. Yogyakarta mencapai Rp 4.456.612 juta dari target sebesar Rp 5.483.973 juta atau baru tercapai 81,27 % (Tribunjogja.com, 2018).

Kepala Bidang Penyuluhan, Pelayanan dan Hubungan Masyarakat (P2Humas) Kanwil Ditjen Pajak DIY Sanityas Jukti Prawatyani mengatakan meski dari segi pencapaian penerimaan pajak di DIY masih di bawah nasional, namun dari sisi pertumbuhan kinerja perpajakan DIY tidak jauh berbeda dengan prosentase pertumbuhan nasional. Kinerja penerimaan pajak di DIY tumbuh setidaknya 2,38 persen dan prosentase angka penerimaan pajak nasional sebesar 2,85 persen pada

(3)

4

periode waktu yang sama. Namun capaian penerimaan pajak DIY secara nominal baru mencapai Rp 1,8 triliun dari total target Rp 6,1 triliun pada tahun ini (krjogja.com, 2019).

Tidak tercapainya target penerimaan pajak tahun 2018 dapat disebabkan beberapa faktor seperti kesadaran saat wajib pajak akan membayar pajak, sikap kesadaran ini berpengaruh postif terhadap kepatuhan pajak wajib pajak orang pribadi. Penelitian Muliari dan Setiawan (2010) yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif yang signifikan antara kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi yang diteliti pada Kantor Pelayanan Pajak Denpasar Timur. Hal-hal terkait dengan lemahnya kesadaran wajib pajak untuk membayar pajak, salah satu faktornya adalah kecenderungan masyarakat yang jarang melihat hasil riil dari pajak yang mereka bayar. "Contohnya, infrastruktur jalan yang dibangun oleh Pemerintah Daerah yang mengabaikan perawatan secara berkala. Sehingga masyarakat menilai prasarana publik yang bersumber dari pajak sama sekali kurang memuaskan," katanya usai penandatanganan Nota Kesepahaman antara Pemda DIY bersama dengan Pemerintah Kabupaten/Kota se-DIY dengan Bank BPD DIY. (news.harianjogja.com, 2019)

Jika semakin sadar akan pentingnya membayar pajak, maka semakin besar pula peluang untuk patuh terhadap pajak. Menurut Widayati dan Nurlis (2010) menguraikan beberapa bentuk kesadaran membayar pajak yang mendorong wajib pajak untuk membayar pajak. Pertama, kesadaran bahwa pajak merupakan bentuk partisipasi dalam menunjang pembangunan negara. Kedua, kesadaran bahwa penundaan pembayaran

(4)

5

pajak dan pengurangan beban pajak sangat merugikan negara. Ketiga, kesadaran bahwa pajak ditetapkan dengan Undang-undang dan dapat dipaksakan.

Setelah wajib pajak membayar pajak akan dilanjutkan dengan melaporkan e-filing kepada Direktorat Jenderal Pajak. Kemudahan dalam pembayaran pajak kurang bayar yang tertera pada e-filing berperan dalam kepatuhan pajak untuk memenuhi kewajiban pajak yang kurang bayar sesuai PPh pasal 29. Peneliti terdahulu juga melakukan penelitian mengenai kepatuhan pajak, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh, Hasnurroyidah dan Suhadi (2017) yang mengemukakan bahwa system Filing dan e-Billing berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak Pada BMT se-kabupaten kudus. Lalu hasil yang dilakukan oleh Nurhidayah (2015) yang juga menunjukkan terdapat pengaruh positif dan signifikan penerapan sistem e-Filing terhadap kepatuhan wajib pajak.

Pada awal April 2018, wajib Pajak di Daerah Istimewa Yogyakarta yang menyampaikan SPT Tahunan mencapai 83%. Kepala Seksi Kerjasama dan Hubungan Masyarakat Ditjen Pajak DIY, Fabianus Tato menjelaskan, dalam periode 3 bulan penyampaian SPT Tahunan PPh Orang Pribadi Tahun Pajak 2017, wajib pajak DIY yang menyampaikan SPT Tahunan sebanyak 211.737 atau mencapai 83% dari total jumlah wajib pajak yang memiliki kewajiban menyampaikan SPT Tahunan. Angka sebesar 211.737 merupakan gabungan dari wajib pajak yang melaporkan SPT Tahunannya melalui elektronik maupun manual. Wajib pajak yang menggunakan fasilitas elektronik berjumlah 163.493 sedangkan wajib pajak yang datang langsung ke

(5)

6

Kantor Pelayanan Pajak untuk melaporkan SPT Tahunannya sebanyak 48.244 (Tribunjogja.com, 2018).

Kemajuan teknologi di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun, seperti sistem pelaporan pajak sudah ada yang melalui online, walaupun sistem manual tidak dihapuskan dan masih berlaku. Sistem administrasi perpajakan mengalami perubahan dari tahun 2005, Presiden Indonesia meluncurkan e-filing. Menurut Meisiang (2018) Perubahan sistem administrasi pajak menjadi hal penting agar supaya setiap kebutuhan dan tuntutan pajak bisa terpenuhi. Kemajuan sistem perpajakan yang di buat untuk meningkatkan penerimaan negara di bidang perpajakan. Laihad (2013) mengatakan bahwa saat ini belum semua Wajib Pajak menggunakan e-filing karena kurangnya sosialisasi dari DJP atau mungkin Wajib Pajak belum bisa menerima sebuah teknologi baru dalam pelaporan pajaknya. Wajib Pajak yang masih menganggap penggunaan sistem komputer dalam pelaporan SPT akan lebih menyulitkan jika dibandingkan secara manual juga berperan besar, padahal pelaporan SPT secara komputerisasi memiliki manfaat yang lebih besar bagi Wajib Pajak maupun DJP.

E-Filing adalah suatu aplikasi pajak berbasis online yang di gunakan untuk melakukan penyampaian SPT Tahunan melalui jasa penyedia aplikasi atau Application Service Provider (ASP). Kelebihan yang di tawarkan oleh pelaporan SPT online ini membuat wajib pajak menjadi mudah melapor SPT Tahunan. Namun dalam kenyataannya masih terdapat banyak Wajib Pajak yang tidak memakai e-Filing sebagai

(6)

7

sarana untuk pelaporan SPT Tahunan. Kurangnya minat Wajib Pajak menggunakan e-Filing menyebabkan pelaporan SPT secara e-e-Filing tidak maksimal (Meisiang, 2018). Saat pelaporan e-filing, tanggal yang ditentukan Dirjen Pajak untuk lapor SPT, yaitu sebelum tanggal 31 Maret setiap tahunnya untuk wajib pajak orang pribadi. sesuai dengan Undang-Undang KUP, bila SPT tahunan tidak disampaikan dalam jangka waktu yang telah ditentukan, maka wajib pajak akan dikenakan sanksi administrasi sebesar Rp 100.000 untuk wajib pajak orang pribadi.

Realisasi sementara jumlah Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan pajak penghasilan yang disampaikan tahun ini masih jauh dari target. Hingga tanggal 1 April 2019, Direktorat Jenderal Pajak (DJP) mengaku baru menerima sekitar 11,3 juta SPT Tahunan dari 18,34 juta wajib pajak yang wajib menyampaikan SPT. Dengan demikian, rasio kepatuhan penyampaian SPT tahun ini baru 61,7%. Padahal, target yang ditetapkan pemerintah adalah sebesar 80%. Rasio kepatuhan sementara ini masih lebih rendah dibandingkan dengan tahun lalu, yang mencapai 72,64%. (mucglobal.com, 2019). Untuk WP OP sendiri, sampai dengan batas waktu penyampaian SPT Tahunan WP OP, ada peningkatan 6,42 persen, dari 10,3 juta menjadi 11 juta (ekonomi.bisnis.com, 2019).

KPP Pratama Yogyakarta menerima 21.345 SPT tahunan melalui e-filing dari target sebesar 25.809 pada tahun 2018, sedangakan Pemerintah melalui Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 8 Tahun 2015 telah mewajibkan Aparatur Sipil Negara/Anggota Tentara Nasional

(7)

8

Indonesia/Kepolisian Republik Indonesia untuk mematuhi seluruh ketentuan peraturan perpajakan, serta mengisi dan menyampaikan SPT Tahunan melalui e-Filing.

Berdasarkan uraian diatas peneliti termotivasi untuk melakukan pengambilan data di KPP Yogyakarta dan dituangkan dalam bentuk skripsi yang berjudul “Pengaruh kesadaran membayar pajak dan kemudahan penggunaan e-filing terhadap kepatuhan pajak wajib pajak orang pribadi serta implikasinya terhadap kemauan membayar pajak (Studi pada Wajib Pajak Orang Pribadi di Kabupaten Yogyakarta)”.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, ada permasalahan yang dapat dirumuskan dan menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini agar dapat mencapai sasaran dalam penyusunannya, penulis membatasi masalah-masalah yang akan dikemukakan sebagai berikut:

1. Pengaruh kesadaran membayar pajak terhadap kemauan membayar pajak 2. Pengaruh kemudahan penggunaan e-filing terhadap kemauan membayar pajak 3. Pengaruh kemauan membayar pajak terhadap kepatuhan pajak

(8)

9 1.3.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini:

1. Untuk mengetahui pengaruh kesadaran membayar pajak terhadap kemauan membayar pajak

2. Untuk mengetahui pengaruh kemudahan penggunaan e-filing terhadap kemauan membayar pajak

3. Untuk mengetahui pengaruh kemauan membayar pajak terhadap kepatuhan pajak 4. Untuk mengetahui pengaruh kemudahan penggunaan pajak e-filing terhadap

kepatuhan pajak

1.4.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan memiliki manfaat kepada beberapa pihak, sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pemahaman peneliti mengenai pengaruh kesadaran membayar pajak dan kemudahan penggunaan pelaoran pajak e-filing terhadap kepatuhan pajak wajib pajak orang pribadi serta implikasinya terhadap kemauan membayar pajak (Studi pada Wajib Pajak Orang Pribadi di Kabupaten Yogyakarta).

(9)

10 2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk melakukan penelitian yang selanjutnya mengenai kepatuhan pajak dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

3. Bagi Ilmu Pengetahuan

Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah referensi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan pajak.

4. Bagi Wajib pajak

Hasil Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi wajib pajak orang pribadi dalam rangka mengetahui pentingnya pajak dan meningkatkan kepatuhan membayar pajak.

1.5.Sistematika Pembahasan

BAB I: Pendahuluan

Bab ini menjelaskan uraian tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II: Tinjauan Pustaka

Bab ini menjelaskan berbagai teori yang menjadi dasar penelitian ini, teori tersebut akan digunakan untuk menganalisis penelitian ini. Pada bab ini berisi landasan teori, penelitian terdahulu, hipotesis penelitian dan kerangka pemikiran.

(10)

11

Bab ini menjelaskan variabel-variabel penelitian dan definisi operasional, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data serta metode analisis.

BAB IV: Analisis Data dan Pembahasan

Bab ini menjelaskan hasil dari pengolahan data yang telah dilakukan dalam penelitian ini, pengujian hipotesis dan dilanjutkan dengan menguraikan temuan-temuan dalam analisis data serta menjelaskan temuan-temuan tersebut.

BAB V: Simpulan dan Saran

Bab ini merupakan bab penutup dan bagian akhir dari penelitian ini yang berisi kesimpulan, keterbatasan penelitian serta saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan.

Referensi

Dokumen terkait

Dari 8 definisi korupsi, pada tahun 2008 sampai 2011, pengetahuan masyarakat mengenai gratifikasi sebagai bagian dari korupsi masih relatif minim, demikian juga korupsi yang

kesempatan yang sama dalam pemerintahan, maka menurut penyusun vonis penjatuhan pidana tambahan pencabutan hak tertentu untuk memilih dan dipilih dalam dalam

Manfaat utama dari kegiatan ini yaitu skill pembuatan telur asin dan es krim yang diterima langsung oleh sasaran (santri), sedangkan manfaat lainnya diterima oleh pondok pesantren

Oleh karena itu peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian ini yang berjudul “Pengaruh Sanksi Perpajakan dan Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Pajak Bumi dan

Sebaliknya, dilaporkan bahwa virus HPAI H5N1 clade 2.3.2 di Indonesia lebih patogen pada ayam daripada pada itik dan dapat ditularkan dengan mudah dari itik yang terinfeksi

yaitu sabar, bersyukur, rajin salat, berdoa, dan ikhlas; moral terhadap diri sendiri, yaitu jujur, mandiri, pantang menyerah, disiplin waktu, tanggung jawab, dan

Dari sinilah pengunjung dalam hal ini sekolah dapat menggunakan aplikasi SPK dengan menginputkan kriteria, alternatif dan penilaian terhadap setiap kriteria dan

lanjut dan meninjau kembali dari faktor-faktor lain yang berhubungan dengan pengaruh penggunaan modal kerja (elemen-elemen modal kerja yaitu: perputaran kas,