• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEORI Disusun oleh PROGRAM PASCA SARJANA (3)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TEORI Disusun oleh PROGRAM PASCA SARJANA (3)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

TEORI/PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM K.H

AHMAD DAHLAN DAN K.H HASYIM ‘ASY’ARI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam

Dosen Pengampu: Dr. Afiful Ikhwan, M.Pd.I.

Disusun oleh:

1. Juminto 2. Pita Anjarsari 3. Septyana Tentiasih

PROGRAM PASCA SARJANA

MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

(2)

PENDAHULUAN

Ilmu pengetahuan ilmiah dihasilkan melalui metode-metode keilmuuan yang teruji, sebagai produk dari olah jiwa, olah pikir, olah indra serta daya penalaran manusia yang dapat dijadikan salah satu sumber kebenaran ilmiah. Fenomena alam, seluk-beluk kehidupan, sebutir atom, ataupun sistem galaksi adalah diantara kenyataan-kenyataan alam yang demikian kompleks dan semata-mata bersifat empiris yang telah menyadarkan manusia berakal untuk terus dikaji ulang, sehingga kebenaran ilmiahnya yang berubah setiap detik yang kemudian terjebak oleh relativitasnya sendiri. Dengan sifat itulah, manusia semakin cerdas, maju dan teknologis.

Apabila dibicarakan soal ilmu pendidikan Islam, karena Islam sebagai agama Allah yang tertulis dalam Kitab Suci Al-Qur’an dan As-Sunnah, ilmu pendidikan Islam adalah kumpulan pengetahuan yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah yang dijadikan landasan pendidikan. Secara aplikatif, pendidikan Islam artinya menstransformasikan nilai-nilai Islam terhadap anak didik dan lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, dan masyarakat. Ilmu pendidikan Islam adalah akumulasi pengetahuan yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah, yang diajarkan, dibinakan, dan dibimbingkan kepada manusia sebagai peserta didik dengan menetapkan metode dan pendekatan yang islami yang bertujuan membentuk kepribadian muslim.1

Pendidikan Islam memiliki tiga dimensi yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan kehidupan manusia menjadi lebih baik, diantaranya; dimensi kehidupan duniawi, dimensi kehidupan ukhrowi, dan dimensi hubungan antara dimensi kehidupan duniawi dan kehidupan ukhrowi.

Dalam prespektif filsafat pendidikan Islam, proses saling belajar yang dapat berlaku dilingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat merupakan perjalanan kebudayaan manusia dalam mencerdaskan dirinya, meningkatkan kesadarannya sebagai makhluk yang berbudi luhur,

(3)

makhluk yang belajar memahami keinginan manusia yang beragam. Masyarakat adalah cermin bagi kehidupan manusia. Betapa kompleks dan rumit memahami situasi dan kondisi masyarakat dewasa ini. Kekayaan, kemiskinan, kegembiraan, kekecewaan, kebahagiaan, kesedihan, kesuksesan, kegagalan, dan sebagainya adalah potret nyata dalam masyarakat yang dapat dijadikan pelajaran berharga bagi kehidupan.2 Tokoh-tokoh pemikiran pendidikan sangat berpengaruh terhadap

kemajuan pendidikan di tanah air. Melalui tokoh-tokoh tersebut masyarakat dijauhkan oleh pendidikan yang berbasis di dunia Barat. Para tokoh-tokoh pemikiran tentang pendidikan berusaha memberantas kebiasaan yang telah diajarkan kepada masyarakat dalam masa pemerintahan Kolonial Belanda. Guna menciptakan pemahaman yang komprehensif tentang tokoh pendidikan Islam di Indonesia khususnya Ahmad Dahlan dan Hasyim Asy’ari maka dalam tulisan ini akan dibahas bagaimana riwayat hidup dar keua tokoh tersebut, bagaimana pemikirannya dalam pendidikan Islam.

(4)

A. Riwayat Hidup K.H. Ahmad Dahlan

Kyai Haji Ahmad Dahlan dilahirkan di Yogyakarta pada tanggal 1 Agustus 1868 dan meninggal dunia di Yogyakarta pada tanggal 23 Februari 1923. Ia adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia. Ayahnya adalah K.H. Abu Bakar, seorang ulama dan khatib terkemuka di Masjid Besar Kasultanan Yogyakarta pada masa itu. Ibunya adalah putri H. Ibrahim yang juga menjabat penghulu Kasultanan Yogyakarta pada masa itu.3

Semenjak kecil, Dahlan diasuh dan dididik sebagai putera kyai. Pendidikan dasarnya dimulai dengan belajar membaca, menulis, mengaji al-Qur’an, dan kitab-kitab agama. Pendidikan ini diperoleh langsung dari ayahnya. Menjelang dewasa, ia mempelajari dan mendalami ilmu-ilmu agama pada beberapa ulama besar waktu itu. Di antaranya K.H. Muhammad Saleh (ilmu fiqh), K.H. Muhsin (ilmu nahwu), K.H.R. Dahlan (ilmu falak), K.H. Mahfudz dan Syekh Khayyat Sattokh (ilmu hadis), Syekh Amin dan Sayyid Bakri (qiralat al-Quean), serta beberapa guru lainnya. Dengan data ini, tak heran jika dalam usia relatif muda, ia telah mampu menguasai berbagai disiplin ilmu keislaman. Ketajaman intelektualitasnya yang tinggi membuat Dahlan selalu merasa tidak puas dengan ilmu yang telah dipelajarinya dan teru berupaya untuk lebih mendalaminya.4

K.H. Ahmad Dahlan merupakan keturun kedua belas dari Maulana Malik Ibrahim. K.H. Ahmad Dahlan sejak usia 15 tahunan beliau sudah belajar tentang pemikiran-pemikiran pembaharuan. Maka tak heran jika beliau pandai dalam pemikiran-pemikiran pembaharuan karena dari remaja beliau sudah mempelajari ilmu-ilmu tersebut. K.H. Ahmad Dahlan juga pernah satu perguruan dengan pendiri NU yaitu K.H. Hasyim Asyari, mereka berguru kepada syekh Ahmad Khatib pada tahun 1903. Pada tahun 1912, Ahmad Dahlan mulai mendirikan Muhammadiyah di Yogyakarta tepatnya di Kauman.

3Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia. 2009), hal. 234.

(5)

Pada umur 15 tahun, Ahmad Dahlan pergi haji dan tinggal di Mekkah selama lima tahun. Pada periode ini, Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaharuan dalam Islam,seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha dan Ibnu Tamiyah. Ketika pulang kembali ke kampungnya tahun 1888, ia berganti nama menjadi Ahmad Dahlan.5

Sepulang dari Mekah, ia menikah dengan Siti Walidah, sepupunya sendiri, anak Kyai Penghulu Haji Fadhil, yang kelak dikenal dengan Nyai Dahlan, seorang Pahlawan Nasional dan pendiri Aisyiyah. Dari perkawiannya dengan Siti Walidah, K.H. Ahmad Dahlan mendapat enam orang anak, yaitu Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti Aisyah, dan Siti Zaharah. Di samping itu, K.H. Ahmad Dahlan pernah pula menikahi Nyai Abdullah. Ia juga pernah menikahi Nyai Rum, adik Kyai Munawwir Krapyak. K.H. Ahmad Dahlan juga mempunyai putra dari perkawinannya dengan Ibu Nyai Aisyah (adik Adjengan Penghulu) Cianjur yang bernama Dandanah. Ia pernah menikah pula dengan Nyai Yasin Pakualam Yogyakarta. K.H. Ahmad Dahlan dimakamkan di Karang Kajen, Yogyakarta.6

Ketika Ahmad Dahlan hendak mendirikan organisasi Muhammadiyah pada tahun 1912, yang bertujuan untuk melaksanakan cita-cita pembaharuan di bumi Nusantara dan mengajak umat Islam kembali hidup sesuai dengan Al-Qur’an dan Al-Hadis. Akan tetapi, semenjak Ahmad Dahlan mendirikan organisasi Muhammadiyah beliau mendapat tudingan yang tidak baik oleh masyarakat sekitar. Mereka beranggapan bahwa Ahmad Dahlan akan mendirikan agama baru yang dianggap menyalahi agama Islam. Beliau tetap sabar dan tetap berjuang melanjutkan cita-citanya dalam membaharui Islam di tanah air.

5 Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia. 2009), hal. 234.

(6)

B. Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan Tentang Pendidikan

Hampir seluruh pemikiran Dahlan berangkat dari kepribadiannya terhadap situasi dan kondisi global umat Islam waktu itu yang tenggelam dalam kejumudan (stagnasi), kebodohan serta keterbelakangan. Kondisi ini semakin diperparah dengan politik Kolonial Belanda yang sangat. Kolonial Belanda sangat merugikan bangsa Indonesia. Latar belakang situasidan kondisi tesebut telah mengilhami munculnya ide pembaharuan Dahlan. Ide ini sesungguhnya telah sejak kunjungannya pertama ke Mekkah. Kemudian ide tersebut lebih dimantapkan setelah kunjungannya yang kedua. Hal ini berarti, bahwa kedua kunjungannya merupakan proses awal terjadinya kontrak intelektualnya baik secara langsung maupun tak langsung dengan ide-ide pembaharuan yang terjadi di Timur Tengah pada awal abad XX.7

Setelah beliau berkunjung ke Mekkah yang pertama kali, kemudian beliau berangkat ke Mekkah yang kedua kalinya. Ide-ide pembaharuan yang muncul pada diri Dahlan setelah ia pergi ke Mekkah yang kedua kalinya. Dahlan bertemu dengan pemikir dalam pembaharuan Islam yaitu Rasyid Ridha, Dahlan sempat berdiskusi kepadanya tentang ide-ide pembaharuan. Ada beberapa pemikiran dari hasil diskusi antara Ahmad Dahlan dan Rasyid Ridha, diantaranya memperdalam pemahaman tentanga ajaran agama Islam, memulai berkecenderungan dalam memahami agama melalui penelaahan dan pencarian sumber aslinya langsung yaitu al-Qur’an dan Sunnah, memurnikan kembali ajaran dan pemahaman Islam yang selama ini kebanyakan umat yang taqlid.Ketika Dahlan menyebarluaskan ide-ide pembaharuan, Dahlan melakukan dakwah di berbagai kota, dan disamping itu juga melalui perdagangan yang beliau miliki.

Ulama-ulama dari berbagai daerah lain berdatangan kepadanya untuk menyatakan dukungan terhadap Muhammadiyah. Muhammadiyah makin lama makin berkembang hampir di seluruh Indonesia. Oleh karena itu, pada tanggal 7 Mei 1921, Dahlan mengajukan permohonan kepada Pemerintah

(7)

Hindia Belanda untuk mendirikan cabang-cabang Muhammadiyah diseluruh Indonesia. Permohonan ini dikabulkan oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 2 September 1921.8

Sejak awal K.H.A. Dahlan memperkenalkan Islam dalam organisasi Muhammadiyah yang ringan, sederhana, dan mudah diamalkan. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Baqarah ayat 185 yang artinya “Allah menghendaki kemudahan bagi kalian dan sebaliknya Dia tidak menghendaki kesulitan bagi kalian ”. Dengn demikian, umat Islam akan senang dan tidak keberatan dalam pengamalannya. Hadis riwayat Bukhori dan Sayyidina Abu Hurairah menerangkan “Sesungguhnya agama itu ringan. Dan tiada seseorang yang memberat-beratkan agama melainkan ia dikalahkan agama. Maka hendaknya kamu sekalian menjalankan agama itu dengan lurus. Maka berdekatanlah dan bergembiralah serta memohonlah pertolongan Allah di waktu pagi, sore, dan sebagian waktu malam”. Dengan demikian, Ummat Islam dalam mengamalkan agamanya tidak dibebani pelaksanaan yang tidak benar, adat istiadat yang bertentangan dengan agama yang biasa disebut: takhayul, bid’ah dan khurafat (TBC).9

Secara umum, ide-ide pembaharuan Dahlan dapat diklasifikasi kepada dua dimensi, yaitu; Pertama, berupaya memurnikan (purifikasi) ajaran Islam dari khurafat, tahayul dan bid’ah yang selama ini lebih bercampur dalam akidah dan ibadah umat Islam. Kedua, mengajak umat Islam untuk keluar dari jaring pemikiran tradisional melalui reinterpretasi terhadap doktrin Islam dalam rumusan dan penjelasan yang dapat diterima oleh rasio. Menurut Dahlan, upaya strategis untuk menyelamatkan umat Islam dari pola berpikir yang statis menuju pada pemikiran yang dinamis adalah melalui pendidikan.10

Menurut Dahlan pelaksanaan pendidikan harus didasarkan dengan kerangka filosofis yang kokoh, yang memiliki tujuan dan konsep pendidikan Islam baik secara vertikal maupun horizontal. Allah memberikan kepada

8Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia. 2009), hal. 236.

9 Ahmad Sarwono bin Zahir, K.H.R.Ng. Ahmad Dahlan: Pembaharu, Pemersatu, dan Pemelihara Tradisi Islam, (Yogyakarta: Mitra Pustaka Nurani. 2013), hal.182.

(8)

manusia ar-ruh dan al-aql, fungsi keduanya sebagai media dalam pengembangan pendidikan Islam, sebagai dasar potensi peserta didik.

Dalam epistemologi pendidikan Islam, ilmu pengetahuan dapat diperoleh apabila peserta didik (manusia) mendayagunakan berbagai media, baik yang diperoleh melalui persepsi inderawi, akal, kalbu, wahyu maupun ilham. Menurut dahlan, pengembangan tersebut hendaknya merupakan proses integrasi ruh dan jasad. Konsep ini diketengahkannya dengan menggariskan perlunya pengkajian ilmu pengetahuan secara langsung, sesuai prinsip-prinsip al-Qur’an dan Sunnah, bukan semata-mata dari kitab tertentu.11

Atas jasa-jasa K.H. Ahmad Dahlan dalam membangkitkan kesadaran bangsa ini melalui pembaharuan Islam dan pendidikan, Pemerintah Republik Indonesia menetapkannya sebagai Pahlawan Nasional dengan surat Keputusan Presiden No. 657 tahun 1961. Dasar-dasar penetapan itu adalah sebagai berikut:12

1. K.H. Ahmad Dahlan telah memelopori kebangkitan umat Islam untuk menyadari nasibnya sebagai bangsa terjajah yang masih harus belajar dan berbuat.

2. Organisasi Muhammadiyah yang didirikannya, telah banyak memberikan ajaran Islam yang murni kepada bangsanya. Ajaran yang menuntut kemajuan, kecerdasan, dan beramal bagi masyarakat dan umat, dengan dasar iman dan Islam.

3. Dengan organisasinya, Muhammadiyah telah memelopori amal usaha sosial dan pendidikan yang amat diperlukan bagi kebangkitan dan kemajuan bangsa, dengan jiwa ajaran Islam.

4. Dengan organisasinya, Muhammadiyah bagian wanita (Aisyiyah) telah memelopori kebangkitan wanita Indonesia untuk mengecap pendidikan dan berfungsi sosial, setingkat dengan kaum pria.

C. Riwayat Hidup K.H. Hasyim Asy’ari

11Ibid., hal. 330.

(9)

K.H. Hasyim Asy’ari lahir di desa Nggedang, salah satu desa di kabupaten Jombang Jawa Timur, pada hari Selasa Kliwon, tanggal 24 Dzulq’idah 1287 H atau bertepatan dengan tanggal 25 Juli 1871 M. Nama lengkapnya adalah Muhammad Hasyim Asy’ari ibn Abd al-Halim yang mempunyai gelar pangeran Bona ibn Abd al-Rahman yang dikenal dengan sebutan Jaka Tingkir Sultan Hadiwijaya Ibn Abd Allah ibn Abd al-Aziz ibn Abd al-Fatah ibn Maulana Ishal dari Raden Ain al-Yaqin yang disebut dengan Sunan Giri.13

Sejak kecil K.H. Hasyim Asy’ari sudah gemar membaca dan dari berbagai literatur-literatur Islam. Beliau diajari oleh ayah kandungnya sendiri. Setelah beranjak dewasa beliau nyantri di pondok pesantren Wonokojo di Probolinggo kemudian dilanjutkan ke pesantren Langitan yang terletak di daerah Tuban dan dilanjutkan ke pesantren di Bangkalan. Pesantren yang terakhir yaitu pondok pesantren Siwalan yang terletak di Sidoarjo. Keika di pesantren tersebut kemudian beliau menikah dengan putri dari pemimpin pondok tersebut.

Setelah menikan K.H. Hasyim Asy’ari bersama Istri dan mertuanya pergi ke Mekkah untuk melakukan ibadah haji dan tinggal di Mekkah untuk melanjutkan pendidikannya. Akan tetapi, istri beliau meninggal dan kemudian putranya juga dan mengharuskan K.H. Hasyim Asy’ari kembali ke tanah air Indonesia.

Pada tahun 1899/1900, ia kembali ke Indonesia dan mengajar di pesantren ayahnya, baru kemudian mendirikan pesantren sendiri di daerah sekitar Cukir, pesantren Tebu Ireng, pada tanggal 6 Pebruari 1906. Pesantren yang baru didirikan tersebut tidak berapa lama kemudian berkembang menjadi pesantren yang tekenal di nusantara, dan menjadi tempat menggodok kader-kader ulama untuk wilayah Jawa dan sekitarnya.14

D. Pemikiran K.H. Hasyim Asy’ari Tentang Pendidikan

13Ramayulis, Samsul Nizar. Filsafat Pendidikan Islam: Telaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran Para Tokohnya. (Jakarta: Kalam Mulia , 2009), hal. 335.

(10)

Corak pemikiran Ahli al-Sunnah wa aj-Jama’ah Kyai Hasyim tampaknya sangat dipengaruhi oleh tradisi intelektual Islam abad pertengahan. Pengambilan rujukan-rujukan dalam karya-karyanya menjadi petunjuk awal pengaruh abad pertengahan dalam pemikiran keagama, terutama Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah yang berhasil itu, stile dan kontur karya-karya pun memiliki kemiripan dengan dibakukannya. Tidak hanya kitab-kitab yang dijadikannya sebagai rujukan.15

Salah satu karya monumental K.H. Hasyim Asy’ari yang berbicara tentang pendidikan adalah kitab Adab al-Al im wa al-Muta’allim fima Yahtaj Ilah al-Muta’alim fi Ahuwal Ta’allum wa ma Yataqaff al-Mu’allim fi Maqamat Tailimih yang, dicetak pertama kali pada tahun 1415 H. Sebagaimana umumnya kitab kuning, pembahasan terhadap masalah pendidikan lebih dtekankan pada masalah pendidikan etika. Meski demikian tidak menafikan beberapa aspek pendidikan lainnya. Keahlian dibidang hadis ikut pula mewarnai isi kitab tersebut. Sebagai bukti adalah dikemukakannya beberapa hadis sebagai dasar dari penjelasannya, di samping beberapa ayat al-Qur’an dan pendapat para ulama.16

Hal penting lainnya yang terungkap dalam pemikiran Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah Kyai Hasyim adalah keseriusannya menahan laju ekspansi gerakan Wahhabi di Nusantara, terutama di Jawa. Tampaknya, proyek purifikasi yang dibawa oleh gerakan Wahhabi dipandang Kyai Hasyim menjadi ancaman serius bagi keberlanjutan pola keberagamaan Muslim yang telah sekian lama dikembangan oleh para ulama di Jawa. Dalam hal mana, pola keagamaan dimaksud telah terbangun sejak era penyebaran Islam oleh para pendakwah Islam generasi awal.17

Dalam buku yang ditulis oleh K.H. Hasyim Asy’ari tentang pendidikan Islam yang berjudul al-Al im wa al-Muta’allim fima Yahtaj Ilah al-Muta’alim

15Achmad Muhibbin Zuhri, Pemikiran KH. M.Hasyim Asy’ari Tentang Ahl Al-Sunnah wa ‘al-Jama’ah, (Surabaya: Khalista, 2010), hal. 203.

16Ramayulis, Samsul Nizar. Filsafat Pendidikan Islam: Telaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran Para Tokohnya. (Jakarta: Kalam Mulia , 2009), hal. 337.

(11)

fi Ahuwal Ta’allum wa ma Yataqaff al-Mu’allim fi Maqamat Tailimih yang berisi tentang pemikirannya terhadap pendidikan yang berkembang pesat di negara Indonesia yang dulu masih bersifat tradisonal berubah menjadi modern karena dipengaruhi oleh sistem pendidikan Barat. Isi dari buku tersebut berisi delapan bab, yaitu; keutamaan ilmu dan ilmuwan serta keutamaan belajar mengajar; etika seorang murid terhadap guru; etika yang harus diperhatikan dalam belajar mengajar; etika guru terhadap murid-6muridnya; dan etika terhadap buku, alat untuk memperoleh pelajaran dan hal-hal yang berkaitannya dengannya. Delapan bab tersebut diklasifikasikan menjadi tiga kelompok pembahasan, yaitu: signifikansi pendidikan, tugas dan tanggung jawab seorang murid, dan tugas dan tanggung jawab seorang guru.

Pemikiran K.H. Hasyim Asy’ari tentang pendidikan cenderung terhadap etika pendidikan baik etika guru terhadap murid ataupun etika murid terhadap guru. Akan tetapi, ilmu beliau dalam ahli hadis pun ikut mewarnai dalam penulisan kitab-kitabnya. Selain ahli hadis beliau juga menggunakan al-Qur’an dan al-Sunnah sebagai landasan dasar dalam penulisan beliau.

(12)

A. Riwayat Hidup KH. Ahmad Dahlan

K.H Ahmad dahlan merupakan putra dari K.H. Abu Bakar, seorang imam dan khotib masjid besar Kraton Yogyakarta dan ibunya adalah Siti Aminah yang menjabat sebagai penghulu di Kraton Yogyakarta. Ahmad Dahlan lahir tanggal 1 Agustus 1868 dan meninggal dunia di Yogyakarta pada tanggal 23 Februari 1923.

Pendidikan dasarnya dimulai dengan belajar membaca, menulis, mengaji al-Qur’an, dan kitab-kitab agama. Pendidikan ini diperoleh langsung dari ayahnya. Menjelang dewasa, ia mempelajari dan mendalami ilmu-ilmu agama pada beberapa ulama besar waktu itu. Di antaranya K.H. Muhammad Saleh (ilmu fiqh), K.H. Muhsin (ilmu nahwu), K.H.R. Dahlan (ilmu falak), K.H. Mahfudz dan Syekh Khayyat Sattokh (ilmu hadis), Syekh Amin dan Sayyid Bakri (qiralat al-Quean), serta beberapa guru lainnya.

B. Pemikiran KH. Ahmad Dahlan Tentang Pendidikan

Pemikiran K.H. Ahmad tentang pendidikan cenderung pada aspek pembaharuan terhadap akidah dan ibadah umat Muslim yang telah tercampur dengan tahayyul, bid’ah dan khurafat. Selain itu, Ahmad Dahlan juga mendirikan beberapa lembaga pendidikan Islam yang tersebar sampai plosok desa.

C. Riwayat Hidup K.H. Hasyim Asy’ari

(13)

Karya yang monumental berbicara tentang pendidikan yang berjudul

al-Al im wa al-Muta’allim fima Yahtaj Ilah al-Muta’alim fi Ahuwal Ta’allum wa ma Yataqaff al-Mu’allim fi Maqamat Tailimih, selain itu Hasyim Asy’ari juga sebagai ahli di bidang hadis.

D. Pemikiran K.H. Hasyim Asy’ari Tentang Pendidikan

Pemikiran pendidikan oleh K.H. Hasyim Asy’ari lebih menekankan pada pendidikan etika yang selama ini sudah terpengaruh oleh pendidikan budaya Barat. Pendidikan etika tersebut ditanamkan melalui pendidikan pesantren. Pendidikan di pesantren sangat berkembang pesat, akan tetapi susah diterapkan di sekolah-sekolah non pesantren.

(14)

Basri, Hasan. 2009. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia.

Muhibbin Zuhri, Achmad. 2010. Pemikiran KH. M.Hasyim Asy’ari Tentang Ahl Al-Sunnah wa ‘al-Jama’ah. Surabaya: Khalista.

Ramayunis, dkk. 2009.Filsafat Pendidikan Islam: Telaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran Para Tokohnya.Jakarta: Kalam Mulia.

Referensi

Dokumen terkait

(2) Peraturan dan/atau Surat Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, tidak boleh bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Lembaga. (3)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan suatu sistem perangkat lunak yang dapat digunakan untuk membantu perusahaan dalam proses perumusan tahap awal dan

Lapisan tersembunyi merupakan lapisan yang terdiri dari sejumlah neuron (Z1, Z2, …, ) dimana jumlah neuron tersebut didapatkan dari beberapa rumus di bab 2 dan

Mutasi alami disebut juga mutasi spontan ( spontaneous mutation ), terjadi dengan sendirinya tanpa adanya campur tangan manusia dan tanpa diketahui penyebabnya secara pasti.

Penelitian ini juga sesuai dengan teori leukopenia sering terjadi pada pasien SSD, yang disebabkan migrasi leukosit yang diaktivasi dari aliran darah ke jaringan

STEL batas paparan jangka pendek: 2) batas paparan jangka pendek: nilai batas yang di atasnya paparan hendaknya tidak terjadi dan yang terkait dengan jangka 15-menit (kecuali

[r]

Narasumber juga memberikan hasil penilaian dari validasi media dari segi komponen materi dengan nilai 90% yang tergolong sangat baik penilaian ini diberikan oleh