• Tidak ada hasil yang ditemukan

Putih di Atas Hitam by d

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Putih di Atas Hitam by d"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PUTIH DI ATAS HITAM

Adegan I

Saat malam sedang berbintang, seorang Putra Mahkota bernama Carlisle mengadukan nasibnya pada bintang-bintang.

Carlisle : “ wahai gerangan sang bintang malam yang paling terang, izinkan aku memintamu menyampaikan cintaku pada seorang gadis belahan jiwaku yang tak sekali pun aku tahu dimana ia berada dulu dan sekarang. Wahai bintang malam perkenankan aku menemukannya dengan cahaya mu yang akan membantu menemukan jalan cintaku. Ah, bintang malam. Bersediakah engkau membantuku ? “

Permaisuri : “ setelah setengah abad Ibumu ini hidup didunia, tak pernah sekalipun aku mendengar bulan dan bintang berbicara kepada siapapun kecuali pada seorang seniman yang bersuara sumbang. Sejauh ini mereka hanya bisa memberi ketenangan pada kita melalui sebuah visualisasi, bagaikan kerajaan ini yang selalu menenangkan rakyatnya dengan hadiah visual berisi bingkisan kebahagiaan. “

Carlisle : “ karena itulah aku ingin membuat bintang yang berada nun jauh diatas sana, bisa mendengarkan dilema cinta seorang putra mahkota kerajaan Centauri bernama Carlisle ! “

Permaisuri : “ jarak yang tak dekat membuat kalian takkan bisa saling mendengarkan anakku, bagai seekor jerapah berleher panjang yang tidak mungkin bisa meminta maaf terlebih dahulu pada seekor cacing yang telah terinjak olehnya, Sama halnya dengan ayahmu yang tak bisa mendengar langsung jeritan rakyatnya. Tak ada gunanya kau mencari, jika pada kenyataannya cinta yang kau cari sudah ditentukan dan tak usah lagi kau cari ! “

Carlisle : “ puisi macam apa ini, yang menghalangi adanya rasa ? jangan katakan jika kau melarang anak mu ini untuk menemukan belahan jiwanya ? “ Permaisuri : “ oh anakku, akuilah bahwa warna dunia telah ditentukan. Kau hanya

membutuhkan satu bintang untuk menerangkannya pada kehidupan ! tidurlah, jangan biarkan udara malam menusuk indahnya indera pendengaranmu yang membantumu mendengarkan dan Jagalah baik-baik suara yang dapat membuatmu didengarkan ! “

(2)

Permaisuri : “ semoga kau dapat menjaga apa yang kau katakan ! “

Adegan II

Di sebuah lingkungan yang kumuh, seorang hamba sahaya bernama Helen memiliki kebiasaan yang sama dengan Putra Mahkota

Helen : “ bintang malam yang kusayang, mengapa malam ini cahayamu melebihi intensitas rasa biasa ? mungkinkah engkau sedang jatuh cinta ? atau mungkin kau tengah menyampaikan pesan cinta dari dilema sang malam kelam ? ah, terlalu banyak kemungkinan di dunia ini untuk ditafsirkan oleh seorang hamba sahaya yang mengharapkan kemungkinan dari beribu kemungkinan yang tak kalah banyaknya dibandingkan dengan beribu bintang yang selalu melukiskan perasaan seorang gadis malang dengan beribu cahaya, ah lagi-lagi itu mungkin. Flum : “ ah kau terlalu malang untuk bicara dengan bintang-bintang ! “

Helen : “ tak apa, selama bintang-bintang tak pandang bulu membagikan cahayanya bagi siapa saja yang ingin menemukan jalan pulang dimana hati akan berlabuh. “

Flum : “ tapi bintang-bintang tidak memperlihatkan dirinya disiang hari ! “ Helen : “ jika itu pendapatmu, apa menurutmu mentari bukanlah bintang ? “ Flum : “ tentu bukan, karena cahaya mentari terlalu membakar bagi dilema

malam yang malang ! bagaimana menurutmu Helen ? “

Helen : “ menurutku walaupun cahaya matahari memabukkan karena panasnya namun matahari tetaplah bintang. Hanya saja bintang terang nan indah yang jaraknya terlalu dekat dapat memuakkan mu dengan keberadaannya yang terlalu dekat, maka cintailah dengan wajar ! ” Flum : “ sayangnya, tidak ada hal yang wajar bagi seorang hamba sahaya yang

sedang dimabuk cinta ! “

Helen : “ Flum teman lamaku, Cinta bagaikan bintang-bintang, ia tidak akan memilih kasih atas pandangan terhadap bulu-bulu untuk memberi rasa pada umat manusia ! “

Flum : “ jika cinta tak pandang bulu, lalu mengapa tidak semua rasa sama ? “ Helen : “ tentang rasa, itu tergantung bagaimana seleramu untuk

(3)

Adegan III

Datang pangeran Alpha yang sering mengunjungi Helen dengan menyamar sebagai seorang saudagar.

Alpha : “ manis, asam dan asin apakah itu rasa yang anda maksud nona muda ? “

Helen : “ ah tuanku, sejak kapan anda ada disini ? “ Alpha : “ belum lama, ... “

Helen : “ lantas apakah yang membuat anda berada di tempat malang ini ? “ Alpha : “ angin malam, yah angin malam tepatnya desisan angin malam yang

memanggilku untuk datang melihat cahaya hitam ini ! “

Helen : “ ah, tak terasa. Sebentar lagi bintang-bintang yang berada nun jauh disana akan terkalahkan cahayanya, oleh sebuah maha raksasa merah yang terlalu dekat. “

Alpha : “ bagus, aku lebih senang pada cahaya dari bintang yang lebih dekat, karena cahayanya menghangatkan. Cahaya dari bintang-bintang yang berada teramat jauh walau indah tapi hanya memabukkan dengan indahnya dan hanya akan membuatmu kedinginan saat memujanya. Bukankah hal itu sama dengan rasa ? “

Helen : “ ada terlalu banyak rasa untuk ditafsirkan pangeran, dan tidak semua rasa itu sama. Berbicara soal rasa, ia selalu mengikuti setiap derajat kehidupan anda. Rasa kita tak sama tuan dan takkan pernah sama ! “ Flum : “ waktu sudah pagi, marilah kita bergegas Helen ! “

Helen : “ ah benar, sampai jumpa tuan ! “

Adegan IV

Alpha : “ karna rasa kita tak sama, maka aku akan menggeserkan diriku ke derajat tempat kau berada. “

Adegan V

(4)

Wanita I : “ siapakah gerangan Putra Mahkota kita ? “

Wanita II : “ entahlah, setahuku ini adalah kali pertama kita melihatnya semenjak ia dilahirkan. “

Wanita III : “ ya memang, setahuku permaisuri sangat berhati-hati dalam melindungi putranya. “

Wanita I : “ tapi apakah gerangan yang membuat Putra Mahkota kita bersedia meninggalkan putranya ? “

Helen : “ mungkin karena rasa ! “

Flum : “ ah, kau ini Helen. Selalu saja berbicara tentang rasa ! “ Helen : “ apa ada yang salah dengan rasaku ? “

Flum : “ entahlah, lebih baik kita segera kembali bekerja ! “

Adegan VI

Malam hari, di balkon istana Centauri

Carlisle : “ ah, bintang malam. Tahukah engkau bahwa Temanmu ini sedang sangat mencintai ? tahukah engkau bahwa besarnya cinta temanmu ini tidak ditujukan kepada siapapun ? atau mungkin belum ? ah, bagaimana bisa aku sangat mencintai tanpa ada seorangpun untuk dicintai ? sekali lagi, sampaikanlah pesan cintaku ini pada seorang yang tak bisa kucintai ! “

Permaisuri : “ malam sudah berganti malam, dan anakku ini masih saja tetap berbicara dengan bintang malamnya ! “

Carlisle : “ ah, ibu. Anakmu ini hanya sedang meratapi maha dahsyat cinta yang tak tahu tempat berlabuh. “

Permaisuri : “ apakah kau sudah mempersiapkan diri untuk pertemuan dengan rakyatmu dihari sesudah ini ? “

Carlisle : “ tentu saja. karena ini adalah kali pertamaku berjumpa dengan mereka, maka anakmu ini tak ingin meninggalkan kesan yang mengganjal rasa saat jumpa pertama. Percayalah pada anakmu ini, dia sudah mempersiapkan segalanya dengan baik ! “

(5)

Adegan VII

Carlisle : “ ah bintang-bintang malamku, mengapa jantung ini terasa amat berdebar setiap kali aku melukiskan perasaanku padamu ? ... mungkinkah ... oh ... mungkinkah ?

... ... oh mungkin .... ... ... kah oh ....

... ... oh kah ,,, kah mungkinkah ? “

Adegan VIII

di luar istana pada waktu yang bersamaan.

Helen : “ ah, cahaya bintang malam, Izinkan aku mewarnaimu dengan sedikit kisah cintaku. . . (menghela napas dalam) aku sedang jatuh cinta sekaligus aku sedang merasakan cinta yang teramat besarnya, yang tak ku ketahui darimana asal datangnya rasa yang menusukkan kebahagiaan dan membiuskan kenyamanan setiap kali aku merasakannya. Apakah ini berasal dari seseorang ? atau apakah ini berasal dari seorang pangeran berkuda putih ? ah, tapi naluriku berkata lain ketika sama sekali tak ada suntikan dan biusan ketika aku berada didekat seorang pangeran. Lalu jika memang naluriku benar, darimanakah obat-obatan ini berasal ?

Adegan IX

Pagi hari di balkon kastil Centauri.

Alpha : “ aku sedang mencintai, tapi aku juga sedang terlalu ingin memiliki. Apakah ini yang disebut dengan cinta ? atau mungkinkah ini hanyalah sebuah nafsu belaka yang menurut seorang penulis asal California merupakan sebuah kutukan ? tapi jikalau ini bukan cinta, lalu dimanakah cintaku berada ? “

Adegan X

(Pagi hari di pemukiman rakyat kerajaan Centauri.) Pemuda II : “ kapankah Putra Mahkota kita akan datang ? “ Pemuda I : “ entahlah ! “

(6)

Pemuda II : “ sepertinya dia akan datang terlambat. “ Pemuda I : “ bisa jadi ! “

Adegan XI

Masuk Helen dan Flum.

Pemuda I : “ wahai nona muda yang tidak memiliki dirinya sendiri, apakah kau bermaksud mengadukan nasib kepemilikkan mu kepada Putra Mahkota ? “

Helen : “ sayangnya nasibku ini bukan untuk diadukan, lagi pula terlalu banyak kemungkinan dalam kehidupan yang tak perlu kau adu ! “

Flum : “ Helen temanku, sungguh tak baik berbicara dengan orang asing yang tidak memiliki kita. Karena .... (terdengar suara langkah kaki kuda yang datang bersamaan)

Pemuda I : “ Putra Mahkota telah tiba ! Putra Mahkota telah tiba ! “ Pemuda II : “ akhirnya Putra Mahkota kita tiba ... “

Pemuda I : “ merunduklah semuanya, merunduklah. Tak seorangpun dari kita layak untuk menatap Putra Mahkota. “

Adegan XII

Masuk Carlisle semua menunduk.

Carlisle : “ selamat pagi wahai rakyatku yang sejahtera dengan cinta dari istana!”

( semua tetap menundukkan dirinya tak saeorangpun rakyat menyahut sang Putra Mahkota, tiba-tiba seorang hamba sahaya bangkit dari tundukkannya dan waktu pun mulai bergeming . . . )

Carlisle : “ ... (bingung) bangunlah rakyatku, berhentilah merunduk. Aku ingin mendengar suara kalian ! “

( waktu tetap bergeming )

Pemuda I : “ hormat kami yang mulia “ Rakyat : “ hormat kami yang mulia “

(7)

suaranya, pada pendengaranku ini yang sedang dimabuk rindu pada keingintahuan akan kabar para rakyatnya “

Pemuda I : “ baik yang mulia. Bangunlah saudara-saudaraku, lantunkanlah penderitaan kebahagiaan pada putra mahkota kita ! “

Carlisle : “ kupersilakan anda yang memulai duluan nona muda (menunjuk pada Flum)

Flum : “ waktu tuanku waktu ! “

Carlisle : “ ada apakah dengan waktu yang kau miliki nona muda ? “

Flum : “ aku tidak memiliki waktu yang ku miliki tuan, waktuku terlalu cepat berjalan sehingga aku tak mampu memilikinya, waktuku tak sabar untuk menunggu pemiliknya sehingga ia sudah tak lagi punya waktu untuk menungguku, waktuku sudah terlalu lama tak kumiliki hingga aku kehilangan waktuku, aku tak lagi memiliki waktu tuan, dan aku tak lagi mampu membeli waktu untukku dengan segenap waktu yang tidak kumiliki ! “

Carlisle : “ ah, tentang waktu. Takkan ada seorangpun dikehidupanmu yang dapat memberimu waktu, tapi aku bersedia membantumu mendapatkan sedikit waktu milikmu yang telah merenggut banyak waktu. “

Flum : “ benarkah ? terimakasih tuanku ! “

Carlisle : “ siapakah yang memilikimu wahai nona muda ? “

Flum : “ seorang janda tua kaya raya yang tinggal diluar kota ini. “

Carlisle : “ katakan pada pemilikmu, bahwa aku Putra Mahkota Carlisle ingin membeli sedikit dari waktu yang ia miliki untukmu, yang akan kubayar dengan kesejahteraan pada orang-orang yang ia sayangi.

Flum : “ benarkah ? oh ku terima kasih darimu dengan kasih yang kumiliki tuanku ! “

Carlisle : “ selanjutnya aku ingin mendengar suara dari seorang pemuda Centauri sejati ! “

(8)

Carlisle : “ apakah yang terjadi pada jati diri mudamu ? hingga kau terlihat lusuh dengan kepucatan yang tak bertenaga yang merangkul seluruh tubuhmu ! “

Pemuda II : “ jatiku telah rusak termakan makhluk yang merayap menggerogoti diriku. “

Carlisle : “ aku tidak bisa membunuh makhluk merayap itu maupun membantumu memperbaiki kembali jati dalam dirimu, namun aku dapat memastikan jatimu akan tumbuh kembali seiring berjalannya waktu ! “

Pemuda II : “ terimakasih tuanku ! “

Carlise : “ selanjutnya, aku ingin mendengar suara dari seorang yang telah lama merasakan kehidupan di dalam Centauri yang sejahtera ini ! “

Wanita I : “ kebakaran tuanku, ya kebakaran yang melanda Centauri 30 tahun yang lalu “

Carlisle : “ ada apa dengan kebakaran yang telah lalu ? “

Wanita I : “ kebakaran itu terlalu besar dan telah membakar terlalu banyak tuanku ! “

Carlisle : “ lantas apakah yang menjadi masalah atas kebakaran besar yang membakar banyak ? “

Wanita I : “ bukan tentang banyak, tapi tentang apa yang terbakar dan luka bakar yang masih membakar seluruh korban kebakaran tuanku. Kebakaran itu terlalu besar, terlalu banyak yang terbakar, hingga terlalu banyak yang terluka. “

Carlisle : “ apa yang terbakar, hingga menyisakan terlalu banyak luka bakar ? “ Wanita I : “ keluarga, saudara, teman, bahkan para Kaisar semua telah terbakar

dan akan terus terbakar tanpa henti ! bahkan Centaurus nan gagah perkasa telah terbakar dan membakar rasanya sendiri ! “

Carlisle : “ lalu apa yang kau inginkan untuk kulakukan pada kebakaran yang menurutmu terus membakar ini ? “

Wanita I : “ karena kau adalah seorang Putra Mahkota aku ingin kau memadamkannya kelak ! “

(9)

syarat, bahwa kalian harus selalu memberikan pertolongan dan kekuatan kalian padaku ! “

Rakyat : “ baiklah yang mulia “

Adegan XIII

malam hari di luar istana, Helen sedang mengadu pada bintang-bintang

Helen : “ oh bintang malam yang kusayang, apakah aku telah menemukan cintaku ? apakah cintaku berasal dari seorang yang akan menjadi Augustus kelak ? benarkah perasaan ku tadi, ketika aku merasakan semburan kebahagiaan tanpa lara seorang hamba sahaya ? jika apa yang dikatakan wanita tua itu benar adanya, mungkinkah hatinya akan ikut terbakar ? oh bintang malamku, mengapa hati ini merasa tak wajar ketika aku melihat wajahnya saat mendengar keluhan wanita tua itu ? aku telah mencium dan merasakan sesuatu telah terbakar didalam jiwanya ? sesuatu yang tidak baik akan terjadi malam ini, kau pun telah memberi tahu ku bukan ? melewati intensitas cahayamu yang meredup malam ini. Ah ada apa dengan hormon-hormonku, mengapa mereka mengguncangkan tubuh ini ? “

Adegan XIV

Di dalam istana.

Carlisle : “ CUKUP IBU CUKUP, biarkan aku bertemu dengan persetan Centaurus dia telah mempermalukan ku terlalu banyak hari ini ! “

Permaisuri : “ HENTIKAN CARLISLE SUDAH CUKUP HENTIKAN ! “

Carlisle : “ AAARRGGHHH PERSETAN DENGANMU CENTAURUS AYAH YANG TIDAK PERNAH KUMILIKI ! “

Permaisuri : “ marah pada orang lain tidak akan menyelesaikan masalahmu anakku, kebakaran itu sudah terjadi, dan itu bukan atas kehendak ayahmu, lantas apakah kau pantas untuk marah kepada takdir ? apakah takdir dapat diatur oleh seorang Raja ? apakah takdir memberitahumu terlebih dahulu untuk kedatangannya ? jika ayah mu tidak bisa, APAKAH KAU BISA MENGATUR TAKDIRMU ? “

(10)

Adegan XV

Pangeran Alpha masuk.

Alpha : “ tak pantas seorang putra mahkota berbicara seperti itu pada ibunya Carlisle ! “

Carlisle : “ tak usah kau mengajariku pangeran tampan ! “ Permaisuri : “ hentikan, kalian berdua tidak usah bertengkar ! “ Alpha : “ sungguh tidak pantas kau membela putramu bibi ! “ Permaisuri : “ KELUAR KALIAN BERDUA ATAU AKU YANG KELUAR ! “

Adegan VI

Carlisle dan Alpha keluar, menuju balkon istana.

Alpha : “ tidak ada gunanya kau marah pada siapapun atas apapun ! “

Carlisle : “ diamlah, kau tidak mengetahui apapun dan kau bukan siapapun bagiku. “

Alpha : “ tentu saja aku adalah siapapun bagimu Carlisle. Aku bisa membuat mu menjadi siapapun hingga bukan siapapun dan aku bisa membuat mu menjadi bukan apapun. “

Carlisle : “ berhati-hatilah dengan ucapanmu ! “

Alpha : “ siapa yang harus berhati-hati ? Chaesar yang akan menjadi Augustus ataukah Augustus yang akan menjadi Chaesar ? “

Carlisle : “ apa maksudmu ? “

Alpha : “ sudahlah tidak ada gunanya kita bertengkar ! aku jauh lebih tahu dari segala hal yang kau tahu. Apa kau tidak mengerti ? Pangeran Centauri ini sudah terlanjur sering menghirup hiruk pikuk kota, diluar julangan benteng istana nan megah ini ! “

Carlisle : “ jikalau begitu, izinkan aku ikut denganmu. Ketidaktahuanku terlalu kuat membakarku hingga aku kehilangan rasa ingin tahuku, bantulah aku keluar dari Istana ini ! “

Alpha : “ kutunggu kau tepat disaat sebelum matahari terbit, di sebelah barat istana. Jangan sia-siakan waktumu ! “

(11)

Alpha : “ satu hal lagi, tanggalkan seluruh atribut kejayaanmu. Kenakanlah pakaian para pelaian istana nan gagah perkasa, kehidupan sebenarnya terlalu lemah untuk kekuatan perangkatmu ! “

Carlisle : “ tentu, aku tak ingin menyakiti rakyatku dengan beban kejayaanku. “

Adegan XVI

Carlisle telah menunggu lama di bagian sebelah barat benteng istana lengkap dengan pakaian para pelayannya jauh sebelum matahari terbit. Sambil menunggu ia mengadu pada bintang-bintang yang masih tampak.

Carlisle : “ ah bintang-bintang yang sudah nyaris kehabisan malam, laraku masih tak kunjung hilang walau malam tak lagi kelam. Ah, dilema malam semakin turun seiring dengan pengembunan dari air-air yang gagal pergi ke bulan. Ah bintang malam apakah seseorang yang membuat waktuku bergemin dihari sebelum ini adalah orang yang kucintai selama ini ? atau mungkinkah ini cinta yang lain ? tapi aku merasa cinta ini sudah tak asing lagi sejak lama. “

Adegan XVII

Pangeran Alpha masuk, lengkap dengan samarannya sebagai seorang saudagar.

Alpha : “ hah, berbicara pada bintang malam hanya akan membuatmu semakin merana. Mereka selalu akan menyengsarakanmu ! “

Carlisle : “ entahlah, tapi mereka adalah teman baikku. “

Alpha : “ sudahlah, tak penting membahas tentang kita. Bergegaslah sebelum sebuah mercusuar menyapu seluruh istana ! “

Adegan XVII

tiba di luar istana. Mengamati sekeliling.

Alpha : “ lihatlah kesekelilingmu, apakah ada orang yang kau kenali diantara mereka ? jika ya, sejauh mana kau mengenalnya ? “

Carlisle : “ ya, aku mengenal seorang dari mereka, lihatlah wanita tua berusia setengah abad itu. Suaranya tentang pembakaran, berhasil membuatku merana karena apinya ! “

Alpha : “ apakah ini tentang kunjunganmu dihari sebelum ini ? “

(12)

Alpha : “ apa yang telah ia katakan tentang pembakaran yang tadi kau bicarakan itu ? “

Carlisle : “ ah, yang pasti semuanya telah terbakar dan menyisakan luka bakar, yang membuat semuanya sengsara ! “

Alpha : “ ya, dia memang benar. Jika saja kau berada lebih lama didalam kota ini sebelumnya, maka kau akan terbakar dengan sendirinya. Lihatlah pemuda yang tubuhnya kurus kering itu, sedikit saja dia ada yang mengganjal dalam benaknya, dengan mudahnya ia akan memutuskan untuk membunuh dirinya sendiri. “

Carlisle : “ benarkah ? pemuda yang itu ? aku masih ingat padanya dan suara yang ia perdengarkan padaku dihari sebelum ini. “

Alpha : “ apa yang dikatakannya padamu ? “

Carlisle : “ tak jauh berbeda dengan apa yang telah kau lukiskan barusan ! “ Alpha : “ ia terlalu putus asa setelah ditinggal pergi oleh orang-orang yang ia

cintai dan mencintainya. Tersiar kabar seperti itu disekitar kota ini. “ Carlisle : “ kemarin aku bertemu dengan seorang gadis, dan waktupun terasa

bergeming saat itu. Aku ingin melihat kembali gadis itu, satu – satunya jejak tentang dirinya selain daripada tatapannya yang membekas terlalu dalam di palung jiwaku, yaitu ia berteman dengan seorang hamba sahaya yang tergila – gila pada waktu dan tidak memiliki waktunya sendiri. “

Alpha : “ rasanya aku mengenal dengan baik orang yang kau maksud. “ Carlisle : “ benarkah ? bisakah kau mengantarkanku ke tempat ia berada ? “ Alpha : “ selama kau tidak meminta lebih darinya ! “

Carlisle : “ jika memang benar dia adalah gadis yang kumaksud, untuk apa aku meminta hal lain, ketika mencintainya saja sudah lebih dari cukup untuk kehidupanku. “

Alpha : “ berbicara sajalah dengan dirimu sendiri ! “

Adegan XIX

Carlisle dan Alpha tiba di tempat Helen bekerja.

(13)

Helen : “ dan hari masih terlalu pagi bagi seorang pemuda saudagar yang dari jauh datang kemari untuk berkunjung, ada apakah gerangan tuanku ? “ (melihat Putra Mahkota Carlisle dan waktu pun kembali bergeming) Carlisle : “ tahukah engkau nona muda, aku sedang sangat jatuh cinta pada

seseorang yang aku tidak sekalipun tahu dimana ia berada dulu, sekarang dan nanti. Jangankan aku tahu siapa gadis itu sebenarnya, mengenalnya saja aku tidak pernah, bahkan melihatnya tak pernah sekalipun walau dalam mimpi. Namun semalam aku telah mengurungkan niatku pada bintang-bintang yang akan membantuku menemukannya, karena Rakyat Centauri lebih membutuhkan aku daripada kebutuhanku pada cintaku dan kebutuhan cintaku padaku. “ Helen : “ lalu siapakah gerangan diri hingga kepentingan rasa cinta tak

melebihi rasa pada kebutuhan rakyat Centauri ? “

Carlisle : “ ah, tak usah kau mengetahui siapa aku, cukuplah aku yang mengetahui siapa dirimu ! “

Helen : “ ah, itu sungguh rasa yang tidak adil tuan. Anda tidak bisa memiliki buku beserta risalahnya, jika hanya dengan memiliki halaman pertamanya saja. Itu tidak akan ada artinya bagi anda tuan ! “

Carlisle : “ sayangnya aku tidak peduli lagi dengan arti, aku sudah menyerahkannya pada takdir yang sudah ditentukan dan kutentukan ! “ Helen : “ jikalau memang anda tidak mengindahkan arti, lalu mengapa anda

menetukan takdir ? bukankah itu arti tentang rasa ? “

Carlisle : “ jikalau ini tentang rasa, takkan ada arti yang melebihi rasa wahai nona muda. Dan tentang rasa, kau takkan bisa mengartikannya. “

Alpha : “ sudahlah hentikan, masih terlalu banyak urusan yang harus kita kerjakan selain membicarakan tentang rasa yang mana aku tidak terlibat didalamnya. “

Adegan XX

Malam hari diluar istana, Helen melepaskan semuanya kepada malam.

(14)

terlalu mencintainya, hingga terlalu indah bagiku untuk bahkan tidak memilikinya. Apa dia merasakan hal yang sama ? bintang malam yang kusayang dan malamku yang hangat kalian akan menjadi saksi biksuku malam ini, bahwa aku Helen sang hamba sahaya akan menyimpan cintaku sendiri dan memendamnya sendiri dalam palung lautan hatiku dan aku berjanji tidak ada seorang pun yang akan mengetahui cinta yang dahsyat ini selain bintang malam, malam, dan diriku sendiri yang tuli untuk memiliki.

Adegan XXI

Carlisle dan Alpha tiba di istana, namun secara tiba-tiba Alpha mambantingkan Carlisle hingga terjatuh dan Alpha pun menginjak tubuhnya.

Alpha : “ persetan denganmu Putra Mahkota Carlisle yang memiliki segalanya diatas segalanya ! “

Carlisle : “ hey, apa masalahmu ? “ Alpha : “ kaulah masalahnya ! “

Carlisle : “ baik, jika aku ini adalah masalahmu, apa penyebabnya ? “ Alpha : “ kau sendirilah yang menyebabkannya ! “

Carlisle : “ apa maksudmu Alpha ?, karena setahuku aku tidak pernah menyalakan api dengan mu ?

Alpha : “ ayolah Carlisle, tidak akan ada asap apabila tidak ada api ! “

Carlisle : “ lalu apa sekarang ? aku tidak tahu api apa yang sedang menyala yang sambil lalu membakarmu ! “

Alpha : “ sebodoh itukah kau Carlisle ? HAH !!!! “

Carlisle : “ aku tidak bodoh Alpha, hanya saja Cinta yang yang selama ini tak tahu tempat berlabuh terus menghantuiku hingga menyebabkan akalku tak lagi bisa menepi ! “

(15)

Carlisle : “ kaulah yang sangat bodoh Alpha, karna kau selalu meminjamkan dan mengharapkan balasan budi atas apa yang kau pinjamkan. Bahkan tentang rasa yang kau miliki, kau hanya mendambakkan gadis itu, kau hanya ingin memiliki gadis itu, kau hanya mengikuti nafsu mu terhadap gadis itu yang aku yakin dimulai sejak pertama kalian bertemu, kau terkutuk dengan nafsumu terhadap cinta Alpha, sebaiknya kau tanyakan pada dirimu sendiri, apa Cinta harus memiliki ? “

Alpha : “ Tak usah kau menghakimiku, kau tak tahu apa-apa tentang aku yang mengetahui segala yang tidak kau ketahui ! “

Carlisle : “ Cintamu hanyalah nafsu Alpha, aku mengetahui itu lebih baik dari siapapun. Dan ya, memang benar kau mengetahui apa yang tidak kuketahui, tapi tentang satu hal kau terlalu bodoh untuk mengetahuinya Alpha. Kau terlalu sibuk mengetahui banyak hal kau terlalu sibuk mengetahui apa yang orang lain tahu dan apa yang orang lain tidak ketahui, hingga tanpa kau ketahui kebenaran tentang kau tidak pernah mengetahui rasa keingin tahuanmu sendiri berasal darimana, kau tidak pernah mengetahui dirimu sendiri yang selalu ingin tahu ! ”

Alpha : “ diamlah Carlisle, aku tak ingin mendengan sepatah katapun lagi dari mu, segala yang terjadi padamu aku muak karenanya ! “

Carlisle : “ lalu sekarang apa ? ... (Alpha terlanjur membunuhnya) “ Alpha : “ maafkan aku, senang mengenalmu ! “

Adegan XXII

Alpha berjalan menyusuri luar tembok istana, melihat seorang wanita tua penjual khmar yang sedang mabuk keras.

Alpha : “ wahai gerangan wanita tua, apakah yang kau miliki untukku ? aku adalah seorang pemabuk cinta yang seorang temanku mengatakan bahwa aku mencintai nafsuku sendiri. Apakah ada penawar untuk kesakitan ini ? “

Wanita tua : “ untuk mu yang sedang memutuskan asa, aku hanya memiliki 50ml sianida berlin, yang dapat membunuhmu dalam hitungan menit. “ Alpha : “ berapakah harga yang harus aku bayar ? “

Wanita : “ tak ada harga bagi siapapun yang ingin mengakhiri hidupnya ! “ (Alpha meminum racun sianida dalam satu tegukan tajam)

(16)

*** Selesai***

29.04.13 10.55 am

Referensi

Dokumen terkait