• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan Psikososial Pada Anak Usia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Perkembangan Psikososial Pada Anak Usia"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL PADA ANAK

USIA DINI

Disusun oleh : Nama : Muhammad Chamim NIM : 148010024

Kelas : 2B

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA

(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas izin-Nya jugalah saya dapat menyelesaikan buku yang berjudul ”Perkembangan Psikososial Pada Anak Usia Dini”. Buku ini disusun untuk memenuhi tugas kuliah pada mata kuliah perkembangan motorik. Saya telah berusaha agar buku ini dapat terselsaikan dengan baik dan benar,dan juga dapat menambah pengetahuan bagi yang membaca. Buku ini ditulis dengan bahasa yang jelas dan keterangan yang rinci sehingga mudah dimengerti baik oleh siapapun yang membaca. Dengan terbitnya buku ini, semoga dapat menambah rujukan pengetahuan tentang Perkembangan psikososial pada anak usia dini dan juga dapat memberikan arti yang positif bagi kita semua. Saya berharap semoga semua yang telah kita lakukan mendapatkan ridho dari Allah, dan semoga beliau senantiasa melimpahkan taufik dan hidayah-Nya untuk kita semua.

Akhir kata dengan segala kerendahan hati, bila ada kritik dan saran dari pembaca akan kami terima dengan senang hati. Tak lupa untuk mengucapkan terimakasih kepada orang tua,teman-teman dan semua yang memebrikan dukungannya. Semoga apa yang telah saya terima dari semua pihak, mudah-mudahan mendapat imbalan dari Allah Subhanahuwataala dan menjadi amal baik bagi kita semua, amin yarobbil’alamin.

Semarang, 11 Maret 2015

(3)

I.

DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR 2

I. DAFTAR ISI 3

PEMBAHASAN

II. PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL ANAK 4

a. Hubungan Keluarga 9

b. Hubungan Teman Sebaya 13

c. Permainan .14

d. Perkembangan Gender .15

e. Perkembangan Kepribadin dan Moral .16

III. PERAN PERTEMANAN DALAM PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL ANAK 17

IV. METODE PENGEMBANGAN PSIKOSOSIAL DI TAMAN KANAK-KANAK 20

V. PENTINGNYA MEMAHAMI ANAK USIA DINI 23

VI. KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI 24

VII. KONDISI YANG MEMPENGARUHI ANAK USIA DINI 30

VIII. POLA PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI 32

IX. CARA BELAJAR ANAK USIA DINI 34

KESIMPULAN 36

DAFTAR PUSTAKA 37

(4)

Perkembangan psikososial adalah perkembangan yang berkaitan dengan aspek-aspek psikologis seperti emosi, motivasi, dan perkembangan pribadi, serta perubahan dalam bagaimana individu berhubungan dengan orang lain. Terkait dengan perkembangan psikososial ini, anak-anak praoperasional akan mengalami situasi krisis dalam dirinya, yakni krisis antara timbulnya inisiatif berhadapan dengan rasa bersalah

Perkembangan emosi yang terganggu

Pada tahap ini, anak mulai belajar bertanggung jawab dan mengendalikan perasaan, sementara itu anak juga masih perlu menikmati kebebasannya. Apabila perkembangan rasa bersalah melebihi perkembangan inisiatif, maka anak akan menjadi anak yang diliputi rasa ragu-ragu (peragu). Pada situasi seperti ini, iklim sosio psikologis yang kondusif sangat dibutuhkan guna mendukung individu untuk mencapai perkembangan yang positif dan optimal.

(5)

teman sebaya. Identifikasi bukan lagi terhadap orang tua, melainkan terhadap guru. Selain itu, anak tidak lagi bersifat egosentris, ia telah mempunyai jiwa kompetitif sehingga dapat memilah apa yang baik bagi dirinya, mampu memecahkan masalahnya sendiri dan mulai melakukan identifikasi terhadap tokoh tertentu yang menarik perhatiannya.

Pada masa kanak-kanak awal, terutama masa prasekolah (mulai usia 4 tahun) perkembangan sosial anak sudah mulai tampak jelas, karena mereka sudah mulai aktif berhubngan dengan teman sebayanya.

Ciri-ciri perkembangan pada tahap ini adalah :

a. Anak sudah mulai tahu aturan-aturan, baik dilingkungan keluarganya maupun dalam lingkungan bermain

b. Sedikit demi sedikit anak sudah mulai tunduk pada peraturan

c. Anak sudah mengetahui hak atau kepentingan orang lain

d. Anak sudah mulai dapat bermain bersama anak-anak lain atau teman sebaya (peer group)

Saat memasuki usia plygroup atau taman kanak-kanak merupakan masa awal membentuk kesadaan sosialnya. Pola perilaku sosial yang terlihat pada masa kanak-kanak awal, yaitu: kerjasama, kemurahan hati, persaingan dan hasrat akan penerimaan sosial, empati, simpati, ketergantungan, sikap ramah, sikap tidak mementingkan diri sendiri, perilaku kelekatan dan perilaku meniru.

Erik Erikson (1950) dalam Papalia dan Old, 2008:370 seorang ahli psikoanalisis mengidentifikasi ada 4 tahap perkembangan psikosial anak usia dini, antara lain:

(6)

Sikap dasar psikososial yang dipelajari oleh bayi, bahwa mereka dapat mempercayai lingkungannya. Timbulnya trust (percaya) dibantu oleh adanya pengalaman yang terus-menerus, berkesinambungan, adanya pengalaman yang ada kesamaannya dengan ‘trust’ dalam pemenuhan kebutuhan dasar bayi oleh orang tuanya. Apabila anak terpenuhi kebutuhan dasarnya dan apabila orang tuanya memberikan kasih sayang dengan tulus, anak akan berpendapat bahwa dunianya (lingkungannya) dapat dipercaya atau diandalkan. Sebaliknya apabila pengasuhan yang diberikan orang tua kepada anaknya tidak memberikan/memenuhi kebutuhan dasar yang diperlukan, tidak konsisten atau sifatnya negatif, anak akan cemas dan mencurigai lingkungannya.

2. Autonomy vs Shame and Doubt/ Kemampuan untuk mandiri (usia antara 2-3 tahun)

(7)

mengembangkan kesadaran kemandiriannya. Tetapi apabila orang tua dan guru tidak sabar dan terlalu banyak melarang anak pada rentang usia 1,5-3 tahun, maka akan berdampak pada sikap ragu-ragu anak terhadap lingkungannya. Sebaiknya orang tua menghindari sikap membuat malu anak apabila anak melakukan tingkah laku yang tidak disetujui orang tua. Karena rasa malu biasanya akan menimbulkan perasaan ragu terhadap kemampuan diri sendiri.

3.Inisiative vs Guilt/ Kemampuan berinisiatif (usia antara 4-5 tahun)

Kemampuan untuk melakukan partisipasi dalam berbagai kegiatan fisik dan mampu mengambil inisiatif untuk suatu tindakan yang akan dilakukan. Tetapi tidak semua keinginan anak akan disetujui orang tua dan gurunya. Pada masa ini rasa percaya dan kebebasan yang anak baru muncul, peran orang tua dan guru yaitu untuk mendukung inisiatif dan ide anak, jika yang terjadi justru sebaliknya maka akan timbul pada diri anak keinginan untuk menarik rencananya/ idenya, dan yang timbul adalah perasaan bersalah.

(8)

mempunyai inisiatif dalam menghadapi masalah yang ada di sekitarnya. Sebaliknya apabila anak selalu dihalangi keinginannya, dan dianggap pertanyaan atau apa saja yang dilakukan tidak ada artinya, maka anak akan selalu merasa bersalah.

4.Industry vs Inferiorty/ Kemampuan memperoleh yang diingini (usia antara 6-11 tahun)

(9)

Pada masa-masa perkembangan usia dini merupakan masa perkembangan karakter mental, kecerdasan dan fisk anak mulai terbentuk. Pada usia dini inilah, karakter anak akan terbentuk dari hasil belajar dan menyerap (terutama) dari perilaku orang tua dan dari lingkungan sekitarnya. Pada usia ini perkembang mental berlangsung sangat cepat. Pada usia itu pula anak menjadi sangat sensitif dan peka mempelajari dan berlatih sesuatu yang dilihatnya, dirasakannya dan didengarkannya dari lingkungannya. Itulah beberapa hal penting yang harus diketahui oleh orang tua mengenai psikologi anak usia dini.

Kalau anak menyenangi hubungan dengan orang lain meskipun kadang-kadang saja, maka transformasi sikap yang diperoleh dari kontak sosialakan lebih baik daripada hubungan sosial yang sering tetapi sifat hubungannya kurang baik. Anak yang lebih menyukai interaksi dengan manusia daripada benda akan lebih mengembangkan kecakapan sosial, sehingga mereka akan lebih populer dari pada anak yang interaksinya dengan manusia terbatas.

Aspek-aspek penting yang berkembang pada masa ini diantaranya adalah hubungan keluarga, hubungan dengan teman sebaya, permainan, perkembangan gender, dan perkembangan moral (Jahja, 2011: 191). Berikut ini akan dikemukakan pembahasan beberapa aspek tersebut yang berkaitan erat dan dapat mempengaruhi perkembangan psikososial individu pada masa anak usia dini.

a. Hubungan Keluarga

(10)

kemampuan atau penyesuaian sosial yang baik dalam menjalin hubungan dengan orang lain(Yusuf Ln., 2000: 170-171).

Fungsi keluarga terutama kedua orang tua antara lain adalah memberikan pengasuhan dengan baik kepada anak-anak. Tiap-tiap keluarga memiliki tipe dan gaya pengasuhan masing-masing terhadap anak-anak, di mana keluarga yang satu tentu berbeda dengan keluarga yang lain. Tipe pengasuhan keluarga (orang tua) sangat tergantung kepada standar budaya dan masyarakat, situasi, serta perilaku anak-anak pada waktu itu. Tipe pengasuhan ini merupakan aspek penting dalam hubungan keluarga dan memiliki dampak yang sangat luas terhadap perkembangan psikososial anak-anak terutama anak-anak periode praoperasional.

Hubungan keluarga (orang tua) dengan anak-anak dicirikan oleh derajat kontrol dan kehangatan. Berdasarkan derajat kontrol dan kehangatan tersebut, secara garis besar hubungan keluarga dapat dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu:

1). Tipe pengasuhan otoriter, yaitu tipe pengasuhan yang menunjukkan derajat kontrol yang tinggi dengan kehangatan yang rendah. Pola asuh otoriter adalah suatu gaya pengasuhan yang membatasi dan menuntut anak untuk mengikuti perintah-perintah orang tua. Orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter mempunyai ciri-ciri bersifat kaku, tegas, suka menghukum dan kurang kasih sayang. Orang tua memaksa anak-anak untuk patuh terhadap nilai-nilai dan peraturan mereka. Dalam memberikan peraturan itu tidak ada usaha untuk menjelaskan kepada anak mengapa ia harus patuh pada peraturan itu. Anak dari orang tua yang otoriter cenderung bersifat curiga pada orang lain dan merasa tidak bahagia dengan dirinya sendiri merasa canggung berhubungan dengan teman sebaya, canggung menyesuaikan diri pada awal masuk sekolah dan memiliki prestasi belajar yang rendah dibandingkan dengan anak-anak lain. Anak cenderung agresif, impulsive, pemurung dan kurang mampu konsentrasi.

(11)

diasosiasikan dengan kurangnya kemampuan pengendalian diri anak karena orang tua yang cenderung membiarkan anak mereka melakukan apa saja yang mereka inginkan dan akibatnya anak selalu mengharap semua keinginannya dituruti. Dalam pola asuh permisif, bimbingan terhadap anak kurang dan semua keputusan lebih banyakdibuat oleh anak daripada orang tuanya. Dalam pola asuh ini, sikap acceptance orang tua tinggi namun tingkat kontrolnya rendah. Dampak perkembangan terhadap psikologi anak yaitu kurang percaya diri, pengendalian diri buruk, rasa harga diri yang rendah.

3). Tipe pengasuhan demokratis, yaitu tipe pengasuhan yang menggunakan derajat kontrol yang relatif dengan kehangatan yang tinggi. Pola asuh demokratis adalah salah satu gaya pengasuhan yang memperlihatkan pengawasan ekstra ketat terhadap tingkah laku anak-anak, tetapi mereka juga bersikap responsif. Orang tua yang demokratis memandang sama kewajiban dan hak antara anak dan orang tua. Secara bertahap orang tua memberikan tanggung jawab bagi anakanaknya terhadap segala sesuatu yang diperbuatnya sampai mereka dewasa. Orang tua yang demokratis memperlakukan anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangananak dan dapat memperhatikan serta mempertimbangkan keinginan anak. Pola asuh yang ideal atau pola asuh yang baik adalah pola asuh demokratis dimana anak mempunyai hak untuk mengetahui mengapa peraturan-peraturan dibuat dan memperoleh kesempatan mengemukakan pendapatnya sendiri bila ia menganggap bahwa peraturan itu tidak adil. Dampak perkembangan psikologi anak dengan pola asuh demokratis yaitu rasa harga diri yang tinggi, memiliki moral yang standar, kematangan psikologisosial, kemandirian dan mampu bergaul dengan teman sebayanya.

(12)

terbaik yang dapat meminimalisir kekurangan dan mengakomodir kelebihan dari dua tipe pengasuhan yang lain (otoriter dan permisif). Hal lain yang tidak kalah pentingnya, yang perlu disadari oleh para pendidik terutama orang tua adalah, bahwa pada fase Inisiatif vs merasa bersalah ini anak-anak membutuhkan tipe pengasuhan yang dapat membantunya tampil percaya diri, memiliki prestasi belajar yang baik, memiliki pengendalian dan pengawan diri sendiri, dapat bergaul dengan baik, serta mampu membedakan yang benar dan yang salah.

Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh anak :

 Usia orang tua. Rentang usia tertentu adalah baik untuk menjalankan peran pengasuhan. Apabila terlalu muda atau tua mungkin tidak dapat melakukan peran pengasuhan kepada anaknya. Seorang ayah tidak saja bertanggung jawab dalam memberikan nafkah tetapi dapat pula bekerja sama dengan ibu dalam melakuan perawatan anak seperi menggantikan popok ketika anak mengompol atau mengajaknya bermain bersama sebagai salah satu upaya dalam melakukan interaksi.

 Pendidikan orang tua juga berpengaruh penting dalam pengasuhan.

 Pengalaman sebelumnya dalam mengasuh anak. Orang tua yang telah mempunyai pengalaman sebelumnya dalam merawat anak akan lebih siap menjalankan pengasuhan dan lebih relaks.

 Stres orang tua. Stres yang dialami orang tua akan mempengaruhi kemampuan orang tua dalam menjalankan peran pengasuhannya.

(13)

Istilah teman sebaya lebih ditekankan pada kesamaan tingkah laku atau psikologis. Kontak awal yang baik dalam keluarga dapat menentukan anak-anak untuk membangun persahabatan dan hubungan dengan anak-anak yang lain. Anak-anak yang menerima pengasuhan yang baik dan penuh kasih sayang penya kecenderungan untuk dapat membangun hubungan yang baik dengan teman-teman sebayanya. Persahabatan memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk belajar menangani situasi, belajar nilai-nilai, berbagi, dan mempraktikkan perilaku yang lebih matang. Anak-anak yang unggul dalam hal sebagaimana tersebut akan lebih populer di lingkungan teman-temannya. Mereka tidak hanya tahu memiliki teman tetapi juga tahu bagaimana menjadi seorang teman. Sementara itu anak-anak yang kurang bersahabat atau suka menciptakan permusuhan cenderung kurang populer di kalangan teman-temannya. Anak-anak yang egois disertai ketidakunggulan pada hampir semua kegiatan akan terasing dari teman-temannya atau mungkin saja bukan diasingkan, melainkan mengasingkan diri (Danim, 2011: 58).

(14)

Permainan adalah salah satu bentuk aktifitas sosial yang dominan pada masa anak-anak awal, sebab anak-anak menghabiskan waktu lebih banyak untuk bermain dibanding dengan terlibat aktifitas lain. Kebanyakan hubungan sosial dengan teman sebaya yang terjadi pada masa ini juga terjalin dalam bentukpermainan. Desmita (200:141-142) mengemukakan tiga fungsi utama permainan sebagai berikut:

1). Fungsi kognitif; melalui permainan anak-anak dapat menjelajahi lingkungannya, mempelajari objek-objek disekitarnya, dan belajar memacahkan masalah yang dihadapinya.

2). Fungsi sosial; permainan dapat meningkatkan perkembangan sosial anak.

3). Fungsi emosi; permainan memungkinkan anak untuk memecahkan sebagian dari masalah emosialnya, belajar mengatasi konflik batin dan kegelisahan.

Berdasarkan observarsi terhadap anak-anak usia 2 hingga 5 tahun Patern menemukan 3 kategori permainan anak-anak sebagai berikut:

1) Permainan unoccopied, anak memperhatikan dan melihat segala sesuatu yang menarik perhatiannya dan melakukan gerakan-gerakan bebas dalam bentuk tingkah laku yang tidak terkontrol

2) Permainan onlooker, anak melihat dan memperhatikan anak-anak lain bermain

3) Permainan pararel , anak bermain dengan alat-alat permainan yang sama, tetapi tidak terjadi kontak antara satu dengan yang lain atau tukar menukat alat permainan.

(15)

Permainan dan situasi bermain memberi kesempatan kepada anak untuk mengukur kemampuan serta potensi sendiri. Ia belajar menguasai macam-macam benda, juga belajar memahami sifat-sifat benda dan peristiwa yang berlangsung dalam lingkungannya. Mereka dapat menampilkan fantasi, bakat-bakat, dan kecenderungannya. Anak laki-laki bermain dengan mobil-mobilan, anak perempuan dengan boneka-bonekanya. Jika diberikan kertas dan gunting kepada sekelomok anak-anak kecil, maka masing-masing anak akan menghasilkan “karya” yang berbeda, sesuai dengan bakat dan kemampuannya.Di tengah permainan itu setiap anak menghayati macam-macam emosi. Mereka merasakan kegairahan dan kegembiraan dan tidak secara khusus mengharapkan prestasi-prestasi. Permainan mempunyai nilai yang sama besarnya dengan nilai seni bagi orang dewasa.

Permainan juga dapat menjadi alat pendidikan,karena selain d apat memberikan rasa kepuasaan, kegembiraan, dan kebahagian kepada anak,permainan juga memberikan kesempatan pralatihan untuk mengenal aturan-aturan permainan, mematuhi norma-norma dan larangan, dan bertindak secara jujur serta loyal. Semua ini diperlukan oleh anak sebagai persiapan bagi penghayatan “fair play” dalam pertarungan hidup di kemudian harinya.Dalam bermain anak belajar menggunakan semua fungsi kejiwaan dan fungsi jasmaniah dengan sepenuh hati. Hal ini sangat berguna untuk memupuk sikap serius dan bersunguh-sungguh pada usia dewasa dalam mengatasi setiap kesulitan hidup yang dihadapi sehari-harinya (Kartono, 1999: 122). Jelaslah bahwa permainan memiliki arti penting dalam membetuk karakteristik dan sebagai alat untuk menuangkan kreatifitas anak.

d. Perkembangan Gender

(16)

Pada tahap ini anak akan bisa mengarahkan dirinya pada sikap jenis kelamin mana yang mereka kehendaki, yang pada akhirnya mereka akan memperoleh ketetapan gender.

e. Perkembungan Kepribadian dan Moral

Masa ini disebut masa perlawanan atau masa krisis pertama. Krisis ini terjadi karena ada perubahan yang hebat dalam diri anak-anak, yaitu dia mulai sadar akan akunya, dia menyadari bahwa dirinya terpisah dari lingkungan atau orang lain, dia suka menyebut nama dirinya apabila berbicara dengan orang lain.Pada masa ini, berkembang kesadaran dan kemampuan untuk memenuhi tuntunan dan tanggung jawab. Oleh karena itu agar tidak berkembang sikap membandel anak yang kurang terkontrol, pihak orang tua perlu menghadapinya secara bijaksana, penuh kasih sayang, dan tidak bersikap keras.

(17)

III.

PERAN PERTEMANAN DALAM PERKEMBANGAN

PSIKOSOSIAL ANAK

Berikut adalah fase pertemanan dalam perkembangan psikososial anak :

1. Fase Pertama (Teman untuk Bermain)

Fase ini terjadi pada usia anak antara 5 sampai 7 tahun. Bagi mereka, teman adalah seseorang yang mempunyai mainan yang menarik dan tempat tinggalnya dekat di sekitar mereka dan mereka mempunyai ketertarikkan yang sama. Kepribadian dari teman tersebut tidak menjadi masalah, yang terpenting bagi mereka adalah kegiatan dan mainan apa yang mereka miliki. Persahabatan mereka akan secepat mungkin terputus dan terbina kembali begitu saja.

2. Fase Kedua (Teman untuk Bersama)

Pada fase ini, selain arti teman untuk bermain, pertemanan juga didasari kepercayaan satu sama lain, terjadi pada usia anak antara 8 sampai 10 tahun. Dalam usia ini, arti teman sudah melangkah ke perasaan saling percaya, saling membutuhkan dan saling mengunjungi. Dalam fase ini, seorang anak untuk mendapatkan teman tidak segampang anak pada fase pertama, karena mereka harus ada kemauan berteman dari kedua belah pihak. Mereka tidak akan mau berteman lagi setelah diantara mereka timbul masalah.

3. Fase Ketiga

(18)

Beberapa faktor penting yang mempengaruhi hubungan psikososial pertemanan anak :

1. Cara orang tua mendidik dan membina anak. Orang tua yang mendidik anak dengan cara bertahap dalam menjelaskan sesuatu hal dan mendidik anak dengan penuh kasih sayang, biasanya anak-anak mereka memiliki kepercayaan diri yang tinggi dan mereka akan mudah dalam mengembangkan hubungan sosialnya. 2. Urutan kelahiran. Biasanya anak yang paling muda lebih populer dan terbiasa dengan negoisasi daripada saudara-saudaranya.

3. Gender. Anak laki-laki dan perempuan akan mengalami hal yang berbeda untuk kejadian yang sama. Seperti anak laki-laki diperbolehkan untuk memanjat pohon, tetapi anak perempuan tidak diperbolehkan, atau bila anak perempuan menangis akan lebih ditolerir daripada anak laki-laki yang menangis.

4. Kecakapan dan keterampilan mengambil peran. Biasanya anak-anak yang memiliki kecakapan dan keterampilan dalam mengambil apa pun posisi peran, dapat berkembang menjadi lebih baik, dan biasanya memiliki intelegensi/kecerdasan yang baik. Dengan hal tersebut, mereka lebih mudah menempatkan dirinya atau beradaptasi di lingkungan yang asing.

5. Nama. Ternyata di lingkungan anak-anak, nama dapat membawa pengaruh dalam kehidupan sosialnya. Nama yang dapat diasosiasikan dengan sesuatu hal, dapat membawa pengaruh negatif terhadap perkembangan sosial psikologi anak, karena anak-anak masih sangat kongkrit dalam menyatakan sesuatu hal. Akibatnya anak tersebut merasa rendah diri dan tersudut apabila anak-anak yang lain mencemooh karena namanya dapat diasosiasikan dengan sesuatu hal.

6. Daya tarik. Anak-anak yang memiliki daya tarik tersendiri, biasanya selalu populer daripada anak yang kurang memiliki daya tarik. Anak yang memiliki daya tarik, biasanya mereka sering diberi masukkan positif dari sekitarnya sehingga tumbuh rasa percaya diri yang lebih tinggi.

(19)

karena hal yang lainnya. Mereka mendapat perhatian lebih, seperti selalu diundang dan hadir di pesta ulang tahun temannya sedangkan yang tidak populer tidak pernah diundang. Anak-anak yang menyandang bintang sosiometris, yaitu mereka yang paling banyak disebut sisi positifnya dari pada sisi negatifnya. Biasanya mereka disenangi dan diakui oleh teman-temannya. Anak-anak yang terisolir, biasanya mereka tidak disebut sisi positifnya dan juga tidak disebut sisi negatifnya. Anak terisolir tersebut seperti tidak terlihat oleh teman-temannya. Anak-anak yang terasingkan, biasanya mereka oleh anakanak yang lain diasingkan dan tidak diakui sebagai teman. Anak-anak yang terisolir lebih mudah diakui dari pada anak-anak yang terasingkan, namun lama kelamaan anakanak yang terasingkan akan diakui juga. Anak-anak yang terasingkan memiliki resiko adaptasi lebih besar dalam usia menjelang dewasa. Jika anak-anak ini lemah dalam menghadapi ejekkan-ejekkan atau godaan dari anak-anak lainnya, maka hal tersebut dapat membentuk perilaku dan proses belajarnya akan terganggu.

Anak yang terasingkan bereaksi dengan cara :

1. Menarik diri

Biasanya mereka menarik diri dari kontak dengan anak-anak lain. Mereka sebetulnya ingin bermain dengan anak-anak lainnya tetapi mereka diacuhkan dan diabaikan keberadaannya, malahan diejek-ejek, maka dari itu mereka selalu menghindar dari anak-anak lainnya. Di rumah biasanya mereka juga pendiam dan selama mungkin tinggal di kamarnya dengan membaca komik atau mendengarkan musik, kepada orang tuanya mereka beralasan tidak suka main di luar.

2. Perilaku anti sosial

(20)

yang terasing itu akan marah-marah hingga akhirnya anak-anak yang lain terpaksa mengalah dan bermain bola kembali dengan aturan-aturan yang dikehendaki oleh anak yang terasing tadi. Bimbingan konseling merupakan salah satu sumbangan psikologi perkembangan dalam pendidikan merupakan penuntun bagi seseorang yang memiliki tekanan psikis. Dalam penerapannya, bimbingan konseling ini menjadi salah satu penyalur solusi bagi siswa yang mempunyai masalah yang mungkin mengganggu kegiatan belajarnya.

IV.

METODE PENGEMBANGAN PSIKOSOSIAL DI

TAMAN KANAK-KANAK

a. Pengelompokan anak

Melalui pengelompokan, anak akan saling mengenal dberinteraksi secara intensif dengan anak lain.

b. Modelling dan imitating

Imitasi adalah peniruan sikap, tingkah laku, serta cara pandang orang lain yang dilakukan secara sengaja. Sejak usia dua sampai tiga tahun anak mulai senang meniru tingkah laku orang lain yang ada di sekitarnya.

c. Bermain kooperatif

(21)

Bermain kooperatif adalah permainan yang melibatkan sekelompok anak , di mana setiap anak mendapatkan peran dan tugas masing-masing yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan bersama.

Bermain kooperatif

d. Belajar berbagi

Belajar berbagi merupakan latihan keterampilan sosial yang sangat baik bagi anak. Melalui kegiatan ini anak akan belajar berempati terhadap anak lain, belajar bermurah hati, bersikap sosial serta berlatih meninggalkan sifat egosentris.

(22)

Peran pendidikan dalam membantu kemampuan perkembangan psikososial, antara lain dengan :

a. Menyediakan kesempatan bagi anak untuk menggunakan perspektif orang lain.

b. Mendukung sederetan interaksi dengan kelompok sebaya serta orang dewasa.

c. Mengenali elemen sosial dari permainan.

d. Merencanakan berbagai pengalaman bermain, termasuk pengalaman sendiri dan pengalaman kelompok.

e. Memfasilitasi interaksi sosial di dalam bermain. f. Mendorong otonomi dan inisiatif perkembangan anak.

g. Mengenali bahwa anak-anak mengembangkan rasa sendiri dari interaksinya dengan orang lain.

h. Memberikan input yang ralistis dan jujur kepada anak-anak untuk membantu mereka mengembangkan harga diri yang realistis dan seimbang.

i. Membantu anak-anak dalam usahanya untuk mengembangan kontrol internal.

j. Mengenali nilai sahabat bagi anak-anak kecil.

k. Mengamati pola-pola interaksi diantara anak-anak, dengan tujuan mendukung interaksi positif dan membantu anak-anak yang membutuhkan bantuan dalam memasuki dan mempertahankan interaksi.

l. Menyediakan metode perilaku prososial atau menolong orang lain dengan sukarela.

m. Mendemonstrasikan strategi-strategi untuk mengelola agresi. n. Mendorong negosiasi diantara teman sebaya.

o. Mengenali dan menghargai emosi anak.

(23)

V.

PENTINGNYA MEMAHAMI ANAK USIA DINI

Anak usia dini memiliki karakteristik yang khas, baik secara fisik, psikis, sosial, moral dan sebagainya. Masa kanak-kanak juga masa yang paling penting untuk sepanjang usia hidupnya. Sebab masa kanak-kanak adalah masa pembentukan pondasi dan masa kepribadian yang akan menentukan pengalaman anak selanjutnya. Sedemikian pentingnya usia tersebut maka memahami karakteristik anak usia dini menjadi mutlak adanya bila ingin memiliki generasi yang mampu mengembangkan diri secara optimal.

Pengalaman yang dialami anak pada usia dini akan berpengaruh kuat terhadap kehidupan selanjutnya. Pengalaman tersebut akan bertahan lama. Bahkan tidak dapat terhapuskan, walaupun bisa hanya tertutupi. Bila suatu saat ada stimulasi yang memancing pengalaman hidup yang pernah dialami maka efek tersebut akan muncul kembali walau dalam bentuk yang berbeda.

Beberapa hal menjadi alasan pentingnya memahami karakteristik a anak usia dini. Sebagian dari alasan tersebut dapat diuraikan sebagaimana berikut :

a. Usia dini merupakan usia yang paling penting dalam tahap perkembangan manusia, sebab usia tersebut merupakan periode diletakkannya dasar struktur kepribadian yang dibangun untuk sepanjang hidupnya. Oleh karena itu perlu pendidikan dan pelayanan yang tepat.

b. Pengalaman awal sangat penting, sebab dasar awal cenderung bertahan dan akan mempengaruhi sikap dan perilaku anak sepanjang hidupnya, disamping itu dasar awal akan cepat berkembang menjadi kebiasaan. Oleh karena itu perlu pemberian pengalaman awal yang positif.

(24)

Ada banyak hal yang diperoleh dengan memahami karakteristik anak usia dini antara lain :

a. Mengetahui hal-hal yang dibutuhkan oleh anak yang bermanfaat bagi perkembangan hidupnya.

b. Mengetahui tugas-tugas perkembangan anak sehingga dapat memberikan stimulasi kepada anak agar dapat melaksanakan tugas perkembangan dengan baik.

c. Mengetahui bagaimana membimbing proses belajar anak pada saat yang tepat sesuai dengan kebutuhannya.

d. Menaruh harapan dan tuntutan terhadap anak secara realistis.

e. Mampu mengembangkan potensi anak secara optimal sesuai dengan keadaan dan kemampuan.

VI.

KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN ANAK USIA

DINI

Anak usia dini (0 – 8 tahun) adalah individu yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Bahkan dikatakan sebagai lompatan perkembangan karena itulah maka usia dini dikatakan sebagai golden age (usia emas) yaitu usia yang sangat berharga dibanding usia-usia selanjutnya. Usia tersebut merupakan fase kehidupan yang unik. Secara lebih rinci akan diuraikan karakteristik anak usia dini sebagai berikut :

a. Usia 0 – 1 tahun

(25)

1. Mempelajari ketrampilan motorik mulai dari berguling, merangkak, duduk, berdiri dan berjalan.

2. Mempelajari ketrampilan menggunakan panca indera, seperti melihat atau mengamati, meraba, mendengar, mencium dan mengecap dengan memasukkan setiap benda ke mulutnya.

3. Mempelajari komunikasi sosial. Bayi yang baru lahir telah siap melaksanakan kontrak sosial dengan lingkungannya. Komunikasi responsif dari orang dewasa akan mendorong dan memperluas respon verbal dan non verbal bayi.

Berbagai kemampuan dan ketrampilan dasar tersebut merupakan modal penting bagi anak untuk menjalani proses perkembangan selanjutnya.

b. Usia 2 – 3 tahun

Anak pada usia ini memiliki beberapa kesamaan karakteristik dengan masa sebelumnya. Secara fisik anak masih mengalami pertumbuhan yang pesat. Beberapa karakteristik khusus yang dilalui anak usia 2 – 3 tahun antara lain :

1. Anak sangat aktif mengeksplorasi benda-benda yang ada di sekitarnya. Ia memiliki kekuatan observasi yang tajam dan keinginan belajar yang luar biasa. Eksplorasi yang dilakukan oleh anak terhadap benda-benda apa saja yang ditemui merupakan proses belajar yang sangat efektif. Motivasi belajar anak pada usia tersebut menempati grafik tertinggi dibanding sepanjang usianya bila tidak ada hambatan dari lingkungan.

(26)

3. Anak mulai belajar mengembangkan emosi. Perkembangan emosi anak didasarkan pada bagaimana lingkungan memperlakukan dia. Sebab emosi bukan ditemukan oleh bawaan namun lebih banyak pada lingkungan.

c. Usia 4 – 6 tahun

Anak usia 4 – 6 tahun memiliki karakteristik antara lain :

1. Berkaitan dengan perkembangan fisik, anak sangat aktif melakukan berbagai kegiatan. Hal ini bermanfaat untuk mengembangkan otot-otot kecil maupun besar.

2. Perkembangan bahasa juga semakin baik. Anak sudah mampu memahami pembicaraan orang lain dan mampu mengungkapkan pikirannya dalam batas-batas tertentu.

3. Perkembangan kognitif (daya pikir) sangat pesat, ditunjukkan dengan rasa ingin tahu anak yang luar biasa terhadap lingkungan sekitar. Hl itu terlihat dari seringnya anak menanyakan segala sesuatu yang dilihat.

4. Bentuk permainan anak masih bersifat individu, bukan permainan sosial. Walaupun aktifitas bermain dilakukan anak secara bersama.

d. Usia 7 – 8 tahun

Karakteristik perkembangan anak usia 7 – 8 tahun antara lain :

1. Perkembangan kognitif anak masih berada pada masa yang cepat. Dari segi kemampuan, secara kognitif anak sudah mampu berpikir bagian per bagian. Artinya anak sudah mampu berpikir analisis dan sintesis, deduktif dan induktif.

(27)

3. Anak mulai menyukai permainan sosial. Bentuk permainan yang melibatkan banyak orang dengan saling berinteraksi.

4. Perkembangan emosi anak sudah mulai berbentuk dan tampak sebagai bagian dari kepribadian anak. Walaupun pada usia ini masih pada taraf pembentukan, namun pengalaman anak sebenarnya telah menampakkan hasil.

Setiap menjelang masuk SD, anak telah mengembangkan keterampilan berpikir bertindak dan pengaruh sosial yang lebih kompleks. Sampai dengan masa ini, anak pada dasarnya egosentris (berpusat pada diri sendiri) dan dunia mereka adalah rumah keluarga, dan taman kanak‐kanaknya.

Selama duduk di kelas kecil SD, anak mulai percaya diri tetapi juga sering rendah diri. Pada tahap ini mereka mulai mencoba membuktikan bahwa mereka "dewasa". Mereka merasa "saya dapat mengerjakan sendiri tugas itu, karenanya tahap ini disebut tahap "I can do it my self". Mereka sudah mampu untuk diberikan suatu tugas.

Daya konsentrasi anak tumbuh pada kelas kelas besar SD. Mereka dapat meluangkan lebih banyak waktu untuk tugas tugas pilihan mereka, dan seringkali mereka dengan senang hati menyelesaikannya. Tahap ini juga termasuk tumbuhnya tindakan mandiri, kerjasama dengan kelompok dan bertindak menurut cara cara yang dapat diterima lingkungan mereka. Mereka juga mulai peduli pada permainan yang jujur.

Selama masa ini mereka juga mulai menilai diri mereka sendiri dengan membandingkannya dengan orang lain. Anak anak yang lebih mudah menggunakan perbandingan sosial (social comparison) terutama untuk norma‐

norma sosial dan kesesuaian jenis‐jenis tingkah laku tertentu. Pada saat anak‐anak tumbuh semakin lanjut, mereka cenderung menggunakan perbandingan sosial untuk mengevaluasi dan menilai kemampuan kemampuan mereka sendiri.

(28)

diperlakukan sebagai orang dewasa.Terjadi perubahan perubahan yang berarti dalam kehidupan sosial dan emosional mereka. Di kelas besar SD anak laki‐laki dan perempuan menganggap keikutsertaan dalam kelompok menumbuhkan perasaan bahwa dirinya berharga. Tidak diterima dalam kelompok dapat membawa pada masalah emosional yang serius Teman‐teman mereka menjadi lebih penting daripada sebelumnya. Kebutuhan untuk diterima oleh teman sebaya sangat tinggi. Remaja sering berpakaian serupa. Mereka menyatakan kesetiakawanan mereka dengan anggota kelompok teman sebaya melalui pakaian atau perilaku.

Hubungan antara anak dan guru juga seringkali berubah. Pada saat di SD kelas rendah, anak dengan mudah menerima dan bergantung kepada guru. Di awal awal tahun kelas besar SD hubungan ini menjadi lebih kompleks. Ada siswa yang menceritakan informasi pribadi kepada guru, tetapi tidak mereka ceritakan kepada orang tua mereka. Beberapa anak pra remaja memilih guru mereka sebagai model. Sementara itu, ada beberapa anak membantah guru dengan cara cara yang tidak mereka bayangkan beberapa tahun sebelumnya. Malahan, beberapa anak mungkin secara terbuka menentang gurunya.

Salah satu tanda mulai munculnya perkembangan identitas remaja adalah reflektivitas yaitu kecenderungan untuk berpikir tentang apa yang sedang berkecamuk dalam benak mereka sendiri dan mengkaji diri sendiri. Mereka juga mulai menyadari bahwa ada perbedaan antara apa yang mereka pikirkan dan mereka rasakan serta bagaimana mereka berperilaku. Mereka mulai mempertimbangkan kemungkinan‐kemungkinan. Remaja mudah dibuat tidak puas oleh diri mereka sendiri. Mereka mengkritik sifat pribadi mereka, membandingkan diri mereka dengan orang lain, dan mencoba untuk mengubah perilaku mereka. Pada remaja usia 18 tahun sampai 22 tahun, umumnya telah mengembangkan suatu status pencapaian identitas.

Kebutuhan Peserta Didik Siswa SD

(29)

Karakteristik ini menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang bermuatan permainan lebih–lebih untuk kelas rendah. Guru SD seyogyanya merancang model pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan di dalamnya. Guru hendaknya mengembangkan model pengajaran yang serius tapi santai. Penyusunan jadwal pelajaran hendaknya diselang saling antara mata pelajaran serius seperti IPA, Matematika, dengan pelajaran yang mengandung unsur permainan seperti pendidikan jasmani, atau Seni Budaya dan Keterampilan (SBK).

Anak SD Senang Bergerak

Orang dewasa dapat duduk berjam‐jam, sedangkan anak SD dapat duduk dengan tenang paling lama sekitar 30 menit. Oleh karena itu, guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak berpindah atau bergerak. Menyuruh anak untuk duduk rapi untuk jangka waktu yang lama, dirasakan anak sebagai siksaan.

Anak usia SD Senang Bekerja dalam Kelompok

(30)

anggota 3‐4 orang untuk mempelajari atau menyelesaikan suatu tugas secara kelompok.

Anak SD Senang Merasakan atau Melakukan/memperagakan Sesuatu

Secara Langsung

Ditunjau dari teori perkembangan kognitif, anak SD memasuki tahap operasional konkret. Dari apa yang dipelajari di sekolah, ia belajar menghubungkan konsep-konsep baru dengan konsep‐konsep lama. Berdasar pengalaman ini, siswa membentuk konsep‐konsep tentang angka, ruang, waktu, fungsi‐fungsi badan, pera jenis kelamin, moral, dan sebagainya. Bagi anak SD, penjelasan guru tentang materi pelajaran akan lebih dipahami jika anak melaksanakan sendiri, sama halnya dengan memberi contoh bagi orang dewasa. Dengan demikian guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Sebagai contoh anak akan lebih memahami tentang arah mata angin, dengan cara membawa anak langsung keluar kelas, kemudian menunjuk langsung setiap arah angin, bahkan dengan sedikit menjulurkan lidah akan diketahui secara persis dari arah mana angin saat itu bertiup.

VII. KONDISI YANG MEMPENGARUHI ANAK USIA

DINI

Banyak hal yang dapat mempengaruhi kondisi anak usia dini, secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu :

a. Faktor bawaan

b. Faktor lingkungan

(31)

dominan dari pihak ayah daripada ibu atau sebaliknya. Faktor ini tidak dapat direkayasa oleh orangtua yang menurunkan. Dan hanya ditentukan oleh waktu satu detik, yaitu saat bertemunya sel sperma dan ovum. Oleh karena itu, saat ovulasi merupakan saat paling berharga untuk sepanjang hidup manusia, karena pada saat itulah diturunkan sifat bawaan yang akan terbawa sepanjang usia manusia.

Kedua, faktor lingkungan yaitu faktor yang berasal dari luar faktor bawaan, meliputi seluruh lingkungan yang dilalui oleh anak. Lingkungan dapat dipisahkan menjadi dua, yaitu lingkungan dalam kandungan dan lingkungan di luar kandungan.

Lingkungan dalam kandungan sangat penting bagi perkembangan anak. Karena perkembangan janin dalam kandungan mengalami kecepatan luar biasa, lebih cepat 200.000 kali dibanding perkembangan sesudah lahir. Oleh karena itu lingkungan yang positif dalam kandungan akan berpengaruh positif bagi perkembangan janin, demikian juga sebaliknya.

Lingkungan di luar kandungan, juga besar pengaruhnya terhadap perkembangan anak usia dini. Sebab anak menjadi bagaimana seorang anak sangat dipengaruhi oleh bagaimana lingkungan memperlakukan dia. Lingkungan luar kandungan dibedakan menjadi tiga hal yaitu :

a. Lingkungan keluarga, yaitu lingkungan yang dialami anak dalam berinteraksi dengan anggota keluarga baik interaksi secara langsung maupun tidak langsung. Lingkungan keluarga khususnya dialami anak usia 0 – 3 tahun. Usia ini menjadi landasan bagi anak untuk melalui proses selanjutnya.

(32)

c. Lingkungan sekolah. Pada umumnya anak akan memasuki lingkungan sekolah pada usia 4 – 5 tahun atau bahkan yang 3 tahun. Lingkungan di sekolah besar pengaruhnya terhadap perkembangan anak. Sekolah yang baik akan mampu berperan secara baik dengan memberi kesempatan dan mendorong anak untuk mengaktualisasikan diri sesuai dengan kemampuan yang sesungguhnya.

VIII. POLA PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI

Perkembangan setiap anak memiliki pola yang sama, walaupun kecepatannya berbeda. Setiap anak mengikuti pola yang dapat diramalkan dengan cara dan kecepatannya sendiri. Sebagian anak berkembang dengan tertib tahap demi tahap, langkah demi langkah. Namun sebagian yang lain mengalami kecepatan melonjak. Di samping itu ada juga yang mengalami penyimpangan atau keterlambatan. Namun secara umum setiap anak berkembang dengan mengikuti pola yang sama. Beberapa pola tersebut antara lain :

a. Perkembangan Fisik

Perkembangan fisik mengikuti hukum perkembangan yang disebut “cephalocaudal” dan “proximodistal”. Hukum cephalocaudal menyatakan bahwa perkembangan dimulai dari kepala kemudian menyebar ke seluruh tubuh sampai ke kaki. Sedangkan hukum proximodistal menyatakan bahwa perkembangan bergerak dari pusat sumbu ke ujung-ujungnya atau dari bagian yang dekat sumbu pusat tubuh ke bagian yang lebih jauh.

b. Perkembangan bergerak dari tanggapan umum menuju ke tanggapan khusus

(33)

memberikan reaksi dalam bentuk gerakan khusus. Demikian seterusnya dalam hal-hal lain.

c. Perkembangan berlangsung secara berkesinambungan

Proses perkembangan diawali dari bertemunya sel sperma dan ovum yang disebut ovulasi, dan terus secara berkesinambungan hingga kematian. Kadang perlahan, kadang cepat, kadang maju terus, kadang sejenak mundur. Satu tahap perkembangan menjadi landasan bagi tahap perkembangan selanjutnya. Tidak ada pengalaman anak yang sia-sia atau hilang terhapus. Hanya tertutupi oleh pengalaman-pengalaman berikutnya.

d. Terhadap periode keseimbangan dan tidak keseimbangan

Setiap anak mengalami periode dimana ia merasa bahagia, mudah menyesuaikan diri dan lingkungannya pun bersikap positif terhadapnya. Namun juga ada masa ketidakseimbangan yang ditandai dengan kesulitan anak untuk menyesuaikan diri, sulit diatur, emosi negatif dan sebagainya. Pola tersebut bila digambarkan ibarat spiral yang bergerak melingkar dengan jangka waktu kurang lebih 6 bulan, hingga akhirnya anak menemukan ketenangan dan jati diri.

e. Terhadap tugas perkembangan yang harus dilalui anak dari waktu ke waktu

(34)

IX.

CARA BELAJAR ANAK USIA DINI

Anak pada usia dini (0 – 8 tahun) memiliki kemampuan belajar yang luar biasa. Khususnya pada masa kanak-kanak awal. Keinginan anak untuk belajar menjadikan ia aktif dan eksploratif. Anak belajar dengan seluruh panca inderanya untuk dapat memahami sesuatu, dan dalam waktu singkat ia akan beralih ke hal lain untuk dipelajari. Lingkungan lah yang kadang menjadikan anak terhambat dalam mengembangkan kemampuan belajarnya. Bahkan seringkali lingkungan mematikan keinginannya untuk bereksplorasi.

Cara belajar anak mengalami perkembangan seiring dengan bertambahnya usia. Secara garis besar dapat diuraikan cara belajar anak usia dini mulai dari awal perkembangan.

a. Usia 0 – 1 tahun

Anak belajar dengan mengendalikan kemampuan panca inderanya. Yakni pendengaran, penglihatan, penciuman, peraba dan perasa. Secara bertahap panca indera anak difungsikan lebih sempurna. Hingga usia satu tahun anak ingin mempelajari apa saja yang dilihat dengan mengarahkan seluruh panca indera. Hal itu nampak pada aktivitas anak memasukkan segala macam benda ke dalam mulut sebagai bagian dari proses belajar.

b. Usia 2 – 3 tahun

Anak melakukan proses belajar dengan lebih sungguh-sungguh. Ia memperhatikan apa saja yang ada di lingkungannya untuk kemudian ditiru. Jadi cara belajar anak yang utama pada usia ini adalah meniru. Meniru segala hal yang ia lihat dan ia dengar. Selain itu perkembangan bahasa anak pada usia tersebut sudah mulai berkembang. Anak mengembangkan kemampuan berbahasa juga dengan cara meniru.

(35)

Kemampuan bahasa anak semakin baik. Begitu anak mampu berkomunikasi dengan baik maka akan segera diikuti proses belajar anak dengan cara bertanya. Anak akan menanyakan apa saja yang ia saksikan. Pertanyaan yang tiada putus. Saat demikian kognisi anak berkembang pesat dan keinginan anak untuk belajar semakin tinggi. Anak belajar melalui bertanya dan berkomunikasi.

d. Usia 7 – 8 tahun

(36)

KESIMPULAN

Perkembangan psikososial adalah proses kemampuan belajar dan tingkah laku yang berhubungan dengan individu untuk hidup sebagai bagian dari kelompoknya. Di dalam perkembangan sosial, anak dituntut untuk memiliki kemampuan yang sesuai dengan tuntutan sosial di mana mereka berada. Tuntutan sosial yang dimaksud adalah anak dapat bersosialisasi dengan baik sesuai dengan tahap perkembangan dan usianya, dan cenderung menjadi anak yang mudah bergaul

Perilaku sosial merupakan aktivitas dalam hubungan dengan orang lain, baik dengan teman sebaya, guru, orang tua maupun saudara-saudaranya. Saat berhubungan dengan orang lain, terjadi peristiwa-peristiwa yang sangat bermakna dalam kehidupan anak yang dapat membentuk kepribadiannya, dan membentuk perkembangannya menjadi manusia yang sempurna.

(37)

DAFTAR PUSTAKA

http://mutiarabijaksana.com/2014/07/07/sebaiknya-anda-tahu-psikologi-anak-usia-dini/

Makalah Seminar, Mengembangkan Potensi Anak Usia Dini di Ambarukmo Palace Hotel Yogyakarta, 24 September 1998.

Hurlock, Elizabeth B., Perkembangan Anak, Jilid I dan Ikan Mas, Jakarta : Erlangga, 1992.

Ali Nugraha dan Yeni Rachmawati. (2004). Metode Pengembangan Sosial Emosional. Jakarta : Universitas Terbuka.

Slamet Suyanto. (2005). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : Depdiknas

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa perguruan tinggi di negara-negara maju memberikan beberapa alternatif model kegiatan pembelajaran kepada para peserta didik /siswanya. Tujuannya agar para

– Hanya bagian dari program yang dibutuhkan saja yang harus ada dalam memory untuk dieksekusi. – Logical address space dapat lebih besar daripada physical

Berdasarkan hasil penelitian, peran orang tua dengan tingkat kemandirian anak tunagrahita kelas dasar di SLB N I Yogyakarta dapat diketahui pada gambar 1.. Berdasarkan

Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa dari 9 variabel bebas yang dianalisis, terdapat 3 variabel bebas yang memiliki hubungan signifikan dengan kejadian

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa : pertama, Kualitas buku siswa bahasa Indonesia kelas X dari segi isi aspek kesesuaian materi dengan kurikulum

Berdasarkan hasil analisis of varians (ANOVA) dengan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial menunjukan bahwa pemberian kompos ecenggondok dan biourine sapi

Band : Sekumpulan yang terdiri atas dua atau lebih musisi yang memainkan alat musik atau pun bernyanyi. Sriwedari Boot Bois : komunitas skinhead dan punk di Solo. gleyer : Dalam

Disampaikan bahwa sebagai kelanjutan dari proses evaluasi, saudara dimintakan untuk dapat menghadiri acara Pembuktian Kualifikasi dengan membawa serta dokumen (asli beserta satu