• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI Aksiologi: Nilai Kegunaan Ilmu: 19 Ilmu dan Moral, 20 Tanggung Jawab Sosial Ilmuwan, 21 Nuklir dan Pilihan Moral, 22 Revolusi Genetika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "VI Aksiologi: Nilai Kegunaan Ilmu: 19 Ilmu dan Moral, 20 Tanggung Jawab Sosial Ilmuwan, 21 Nuklir dan Pilihan Moral, 22 Revolusi Genetika"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Filsafat Ilmu

Dr Suparman Ibrahim Abdullah, MSc Jl Gelatik no 4 Tanah Sareal Bogor Hp 0811166866

Situs: www.statistik-suparman.net Email: suparman_i@yahoo.com

Silabus Bahan UTS di sarikan dari FI oleh Suriasumantri JS. I Kearah Pemikiran Filsafat: 1 Ilmu dan Filsafat

II Dasar Dasar Pengetahuan: 2 Penalaran, 3 Logika, 4 Sumber Pengetahuan, 5 Kriteria Kebenaran

III Ontologi: Hakekat apa yang Dikaji: 6 Metafisika, 7 Asumsi, 8 Peluang, 9 Beberapa Asumsi dalam Ilmu, 10 Batas batas Penjelajahan dalam Ilmu

IV Epistemologi: Cara Mendapatkan I. Peng yang Benar: 11 Jarum Sejarah Pengetahuan, 12 Pengetahuan, 13 Metode Ilmiah, 14 Struktur Pengetahuan Ilmiah

VI Aksiologi: Nilai Kegunaan Ilmu: 19 Ilmu dan Moral, 20 Tanggung Jawab Sosial Ilmuwan, 21 Nuklir dan Pilihan Moral, 22 Revolusi Genetika

IX Penelitian dan Penulisan Ilmiah: 29 Struktur Penelitian dan Penulisan Ilmiah, 30 Teknik Penulisan Ilmiah, 31 Teknik Notasi Ilmiah

Sumber: Suriasumantri, J.S., (1985). Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Penerbit Sinar Harapan.

Bab 1

Kearah Pemikiran Filsafat: 1 Ilmu dan Filsafat11

Menyeluruh Mendasar Spekulatif

Bidang Telaah Filsafat siapakah manusia itu.

hidup dan eksistensi manusia.

penemuan ilimiah dalam sebuah riset.22 Pokok permasalahan yang dikaji 33 logika benar atau salah.

1

Menyeluruh, artinya bahwa mengenal ilmu tidak hanya dari segi pandang ilmu itu sendiri melainkan melihat hakikat ilmu dalam konstelasi pengetahuan yang lainnya. Mendasar, artinya bahwa kebenaran ilmu tidak langsung dipercayai namun harus dicari dan dikaji hingga menemukan kebenaran yang hakiki. Spekulatif, artinya bahwa kebenaran sebuah pengetahuan didapat dari spekulasi-spekulasi hingga akhirnya menemukan kebenaran yang hakiki.

2

Bidang telaah filsafat adalah menelaah segala masalah yang mungkin dapat dipikirkan manusia, meliputi :

(2)

etika baik atau buruk. estetika indah atau jelek Cabang-cabang filsafat:

1.Epistemologi (Filsafat Pengetahuan) 2.Etika (Filsafat Moral) 3.Estetika (Filsafat Seni) 4.Metafisika

5.Politik (Filsafat Pemerintahan) 6.Filsafat Agama

7.Filasafat Ilmu 8.Filsafat Pendidikan

9.Filsafat Hukum 10.Filsafat Sejarah

11.Filsafat Matematika Filsafat Ilmu

filsafat ilmu-ilmu alam dan filsafat ilmu-ilmu sosial.

Untuk membedakan jenis pengetahuan yang satu dengan yang lainnya maka pertanyaan yang diajukan adalah apa, bagaimana, serta untuk apa.

BAB 2

Dasar Dasar Pengetahuan: 2 Penalaran, 3 Logika, 4 Sumber Pengetahuan, 5 Kriteria Kebenaran Penalaran44

Pengetahuan mampu dikembangkan manusia pada dua hal utama, yakni :

mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan yang melatarbelakanginya. mampu mengembangkan pengetahuan dengan cepat dan mantap (penalaran)

Hakekat Penalaran55

Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Ciri-ciri penalaran:

suatu pola berpikir dan proses berpikir logis.

3

Pokok permasalahan yang dikaji : Apa yang disebut benar dan apa yang disebut salah (logika). Mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap buruk (etika). Apa yang termasuk indah dan apa yang termasuk jelek

(estetika).

4

Pengetahuan mampu dikembangkan manusia disebabkan dua hal utama, yakni : Pertama manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut. Kedua manusia mampu mengembangkan pengetahuan dengan cepat dan mantap, adalah kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu. Secara garis besar cara berpikir seperti ini disebut penalaran.

5

(3)

bersifat analitik dari proses berpikir. Logika

Definisi “pengkajian untuk berpikir secara sahih (valid)”. Logika Induktif,

Logika Deduktif, Sumber Pengetahuan66 mendasarkan diri pada rasio

mendasarkan diri pada pengalaman. Kriteria Kebenaran77

Kebenaran yag absolute perlu teori-teori kebenaran yang relevan. Koherensi

Korespondensi Pragmatis Bab 3:

Ontologi: Hakekat apa yang Dikaji: 6 Metafisika, 7 Asumsi, 8 Peluang, 9 Beberapa Asumsi dalam Ilmu, 10 Batas batas Penjelajahan dalam Ilmu

Ontologi menurut A.R. Lacey, ontologi berarti ‘” a central part of metaphisics” (bagian sentral dari metafisika) sedangkan metafisika diartikan sebagai that which comes after physics, … the study of nature in general (hal yang hadir setelah fisika, … studi umum mengenai alam)88

Metafisika. Bidang telaah filsafat yang disebut metafisika ini merupakan tempat berpijak dari setiap pemikiran filsafat termasuk pemikiran ilmiah. Diibaratkan pikiran adalah roket yang meluncur ke bintang-bintang, menembus galaksi dan awan gemawan, metafisika adalah landasan peluncurannya.

Supernaturalisme. Di alam terdapat wujud-wujud gaib (supernatural) dan wujud ini bersifat lebih tinggi atau lebih berkuasa dibandingkan dengan alam yang nyata. Animisme

6 Pada dasarnya terdapat dua cara yang pokok bagi manusia untuk mendapatkan pengetahuan. Pertama

mendasarkan diri pada rasio, dengan metode deduktif dalam menyusun pengetahuannya. Premis yang dipakai didapatkan dari ide yang menurut anggapannya jelas dan dapat diterima. Kedua mendasarkan diri pada pengalaman. Kaum empiris berpendapat bahwa pengetahuan manusia itu bukan didapat lewat penalaran rasional yang abstrak melainkan melalui pengalaman yang kongkret

7

Untuk mendapatkan sebuah kebenaran yag absolute maka perlu didukung oleh teori-teori kebenaran yang relevan. Diantaranya adalah : Pertama, teori Koherensi yaitu suatu pernyataan dianggap benar bila

pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan- pernyataan yang dianggap benar sebelumnya. Kedua, teori korespondensi, menyatakan bahwa suatu pernyataan dinilai benar jika pernyataan itu berkorespondensi (berhubungan) dengan objek yang dituju. Ketiga, teori pragmatis, menyatakan bahwa suatu kebenaran pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan itu bersifat fungsional dalam kehidupan praktis, atau mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia.

8 Pembahasan ontologi terkait dengan pembahasan mengenai metafisika. Mengapa ontologi terkait dengan

(4)

merupakan kepercayaan yang berdasarkan pemikiran supernaturalisme ini, dimana manusia percaya bahwa terdapat roh yang sifatnya gaib terdapat dalam benda-benda.

Naturalisme. Paham ini menolak wujud-wujud yang bersifat supernatural. Materialisme merupakan paham yang berdasarkan pada aliran naturalisme ini. Kaum materialisme menyatakan bahwa gejala-gejala alam disebabkan oleh kekuatan yang terdapat dalam alam itu sendiri, yang dapat dipelajari dan dengan demikian dapat kita ketahui.99

Monoistik1010.

Tak ada beda pikiran dan zat Energi bentuk lain dari zat

Proses berpikir sebagai aktivitas elektro kimia dari otak.

Dualistik.

Zat dan kesadaran (fikiran) adalah berbeda secara substantive1111.

Cogito ergo sum, saya berpikir maka saya ada.

To be is to be perceived, ada adalah disebabkan oleh persepsi.

Kesimpulan. Dalam kajian metafisika, ilmu merupakan pengetahuan yang mencoba menafsirkan alam ini sebagaimana adanya. Manusia tidak dapat melepaskan diri dari setiap

permasalahan yang dihadapinya. Makin dalam penjelajahan ilmiah dilakukan, makin banyak pertanyaan yang muncul. Karena beragam tinjauan filsafat diberikan oleh setiap ilmuwan, maka setiap ilmuwan memiliki filsafat individual yang berbeda-beda. Titik pertemuan kaum ilmuwan dari semua itu adalah sifat pragmatis dari ilmu.

Peluang. Ilmu memberikan pengetahuan sebagai dasar pengambilan keputusan yang didasarkan pada penafsiran kesim- pulan ilmiah yang bersifat relatif atau probabilistik.

9

Prinsip materialisme yang dikembangkan oleh Democritos (460-370 S.M.) adalah salah satu tokoh awal paham materialisme. Ia mengembangkan paham materialisme dan mengemukakan bahwa unsur dasar dari alam adalah atom. Hanya berdasar kebiasaan saja maka manis itu manis, panas itu panas, dan sebagainya. Obyek dari penginderaan sering dianggap nyata, padahal tidak demikian, hanya atom dan kehampaan itulah yang bersifat nyata. Jadi, panas, dingin, warna merupakan terminologi yang manusia berikan arti dari setiap gejala yang ditangkap oleh pancaindra.

10 Aliran monoistik dengan tokohnya Christian Wolf (1679-1754), menyatakan bahwa tidak berbeda antara

pikiran dengan zat. Keduanya hanya berbeda dalam gejala yang disebabkan proses berlainan, namun memiliki substansi yang sama. Sebagaimana energi dan zat, teori Einstein: menyatakan energi hanya bentuk lain dari zat. Jadi proses berfikir dianggap sebagai aktivitas elektro kimia dari otak.

11 Tokoh dualistik penganut paham ini antara lain Rene Descartes, John Locke dan George Berkeley. Mereka

(5)

ASUMSI.

Jika suatu obyek ditelaah dengan semakin terfokus, maka semakin memerlukan asumsi yang lebih banyak1212. Penggunaan asumsi secara tepat berdasarkan tiga karakteristik.

Determinisme1313

Pilihan bebas1414

Probabilistik1515

Penentuan Asumsi.

Dalam menentukan suatu asumsi dalam perspektif filsafat, permasalahan utamanya adalah mempertanyakan pada diri sendiri (peneliti) apakah sebenarnya yang ingin dipelajari dari ilmu. Terdapat kecenderungan, sekiranya menyangkut hukum kejadian yang berlaku bagi seluruh manusia, maka harus bertitik tolak pada paham deterministik.

Sekiranya yang dipilih adalah hukum kejadian yang bersifat khas bagi tiap individu manusia maka akan digunakan asumsi pilihan bebas.

Di antara kutub deterministik dan pilihan bebas, penafsiran probabilistik merupakan jalan tengahnya.

12 Asumsi dapat dikatakan merupakan latar belakang intelektual suatu jalur pemikiran. Asumsi dapat diartikan

pula sebagai gagasan primitif, untuk menumpu gagasan lain yang akan muncul kemudian. Asumsi diperlukan untuk menyuratkan segala hal yang tersirat. McMullin (2002) menyatakan hal yang mendasar yang harus ada dalam ontologi suatu ilmu pengetahuan adalah menentukan asumsi pokok (the standard presumption)

keberadaan suatu obyek sebelum melakukan penelitian. Contoh asumsi yang baik adalah pada Pembukaan UUD 1945: “kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa..” “…penjajahan diatas bumi…tidak sesuai dengan

perikemanusiaan dan perikeadilan”. Dehgan asumsi-asumsi ini, semua pasal UUD 1945 menjadi bermakna. Apakah suatu hipotesis merupakan asumsi? Ya, jika diperiksa ke belakang (backward) maka hipotesis

merupakan asumsi. Jika diperiksa ke depan (forward) maka hipotesis merupakan kesimpulan. Untuk memahami hal ini dapat dibuat suatu pernyataan: “bawalah payung agar pakaianmu tidak basah waktu sampai ke sekolah”. Asumsi yang digunakan adalah hujan akan jatuh di tengah perjalanan ke sekolah. Implikasinya, memakai payung akan menghindarkan pakaian dari kebasahan karena hujan.

13 DETERMINISME. Karakteristik deterministik merujuk pada hukum alam yang bersifat universal. Tokoh:

William hamilton dan Thomas Hobbes, yang mneyimpulkan bahwa pengetahuan bersifat empirik yang

dicerminkan oleh zat dan gerak yang bersifat uiversal. Pada lapangan pengetahuan ilmu eksak, sifat deterministik lebih banyak dikenal dan asumsinya banyak digunakan dibanding ilmu sosial. Sebagai misal, satu hari sama dengan 12 jam. Satu jam adalah sama dengan 60 menit. Sejak jaman dahulu sampai saat ini, dan mungkin juga masa nanti, pernyataan ini tetap berlaku.

14 PILIHAN BEBAS. Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan pilihannya, tidak terikat pada hukum

alam yang tidak memberikan alternatif. Karakteristik ini banyak ditemukan pada bidang ilmu sosial. Sebagai misal, tidak ada tolak ukur yang tepat dalam melambangkan arti kebahagiaan. Masyarakat materialistik menunjukkan semakin banyak harta semakin bahagia, tetapi di belahan dunia lain, kebahagiaan suatu suku primitif bisa jadi diartikan jika mampu melestarikan budaya animismenya. Sebagai mana pula masyarakat brahmana di India mengartikan bahagia jika mampu membendung hasrat keduniawiannya. Tidak ada ukuran yang pasti dalam pilihan bebas, semua tergantung ruang dan waktu.

15 PROBABILITAS. Pada sifat probabilstik, kecenderungan keumuman dikenal memang ada namun sifatnya

berupa peluang. Sesuatu akan berlaku deterministik dengan peluang tertentu. Probabilistik menunjukkan sesuatu memiliki kesempatan untuk memiliki sifat deterministik dengan menolerir sifat pilihan bebas. Pada ilmu

(6)

Batasan Penjelajahan Ilmu.

Ilmu memulai penjelajahannya pada pengalaman manusia dan berhenti pada batas pengalaman manusia. Maka penting dibahas tentang batasan1616 ilmu, ruang1717 penjelajahan ilmu, dan cabang cabang utama1818 ilmu.

Cabang ilmu berkembang dari dua cabang utama ilmu alam (the natural science) dan Ilmu sosial (social science).

Bab 4

Epistemologi: Cara Mendapatkan I. Pengetahuan yang Benar: 11 Jarum Sejarah Pengetahuan, 12 Pengetahuan, 13 Metode Ilmiah, 14 Struktur Pengetahuan Ilmiah

Epistomologi. Cara mendapatkan ilmu pengetahuan yang benar.

Konsep dasar pengetahuan tempo dulu, berdasarkan kriteria kesamaan, bukan perbedaan.

Dengan berkembangnya abad penalaran, mulailah terdapat perbedaan yang jelas antara berbagai pengetahuan.

Pengetahuan pada hakekatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek tertentu, termasuk di dalamnya adalah ilmu.

Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia, disamping berbagai pengetahuan lainnya seperti seni dan agama.

Metode memperoleh pengetahuan: Empirisme, Rasionalisme, Metode Eksperimen, dn Metode Ilmiah.

Empirisme

Ilmu mempelajari alam, sebagaimana adanya dan terbatas pada lingkup pengalaman kita. Pengetahuan dikumpulkan oleh ilmu, dengan tujuan untuk menjawab permasalahan kehidupan

yang sehari-hari dihadapi manusia.

Usaha untuk menjelaskan gejala alam, sudah mulai dilakukan oleh manusia sejak dulu kala. Dengan mempelajari alam, mereka mengembangkan pengetahuan yang mempunyai kegunaan

praktis, seperti pembuatan tanggul, pembasmian hama, bercocok tanam dll, sehingga berkembanglah pengetahuan yang berakar pada pengalaman yang didukung oleh metode trial and error.

Pelopor : filsuf Inggris David Hume (1711-1776). Rasionalisme.

Secara kritis mempermasalahkan dasar-dasar pikiran yang bersifat mitos.

Menurut Popper : Pada tahap ini penting sekali dalam sejarah berpikir manusia yang

menyebabkan ditinggalkannya tradisi yang bersifat dogmantis yang hanya memperkenan kan hidupnya satu doktrin, yang diganti dengan doktrin yang bersifat majemuk (pluralistik) yang masing-masing mencoba menemukan kebenaran secara analisis dan kritis.

Pada dasarnya rasionalisme memang bersifat majemuk dengan berbagai kerangka pemikiran yang dibangun secara deduktif disekitar obyek pemikiran tertentu.

16 Batasan Ilmu terletak pada fungsi ilmu itu sendiri dalam kehidupan manusia sebagai alat bantu pemecahan

masalah sehari-hari (praktis). Ilmu membatasi lingkup penjelajahnnya pada batas pengalaman manusia juga metode yang dipergunakan dalam menyususn ilmu yang telah teruji kebenarannya secara empiris.

17 Ruang penjelajahan Ilmu . Ruang penjelajahan ilmu terbagi menjadi berbagai disiplin keilmuan. Disiplin ilmu

makin lama makin sempit sesuai dengan perkembangan kuantitatif kedisiplinan keilmuan. Setiap ilmuwan harus tahu batasan-batasan keilmuannya masing-masing. Ini menunjukkan profesionalisme dan kematangan keilmuan .

(7)

Apakah manusia dimungkinkan untuk mendapatkan pengetahuan ? Sampai tahap mana pengetahuan yang mungkin untuk ditangkap manusia

Metode Eksperimen

Ilmu mencoba menafsirkan gejala alam dengan mencoba mencari penjelasan tentang berbagai kejadian.

Dalam usaha menemukan penjelasan tersebut, terutama penjelasan yang bersifat bendasar maka ilmu tidak bisa melepaskan diri dari penafsiran yang bersifat rasional dan metafisis.

Lalu bagaimana caranya agar kita dapat mengembangkan ilmu yang mempunyai kerangka penjelasan yang masuk akal dan sekaligus mencerminkan kenyataan yang sebenarnya? Metode eksperimen merupakan jembatan antara penjelasan teoritis yang hidup di alam raional

dengan pembuktian yang dilakukan secara empiris

.

Metode Eksperimen diperkenalkan di dunia Barat oleh filsuf : Roger Bacon (1214 -1294), dimantapkan sebagai paradigma ilmiah oleh Francis Bacon (1561–1626).

Francis Bacon berhasil meyakinkan masyarakat ilmuwan untuk menerima Metode eksperimen sebagai kegiatan ilmiah.

Namun disimpulkan, bahwa secara konseptual metode eksperimen dikembangkan oleh sarjana muslim dan secara sosiologi dimasyarakatkan oleh Francis Bacon.

Metode Ilmiah

Merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah.

Metode, menurut Senn, merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah yang sistematik.

Metodologi merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan dalam metode tersebut.

Metodologi secara filsafati termasuk dalam apa yang dinamakan epistomologi.

Metode ilmiah mencoba menggabungkan cara berpikir deduktif dan cara berpikir induktif, dalam membangun tubuh pengetahuan.

Berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikumpulkan sebelumnya.

Berpikir secara induktif yang berdasarkan kriteria kebenaran korespondensi diperlukan sebab berpikir secara deduktif bersifat pluralisme.

Teori korespondensi menyebutkan bahwa suatu pernyataan dapat dianggap benar sekiranya materi yang terkandung dalam pernyataan itu bersesuaian (berkorespondensi) dengan obyek faktual yang dituju oleh pernyataan itu.

Proses kegiatan ilmiah

Menurut Ritchie Calder, dimulai ketika manusia mengamati sesuatu. Tentu hal ini membawa kita kepada pertanyaan : “Mengapa manusia mengamati Sesuatu?”

Kita mulai mengamati sesuatu obyek, kalau kita mempunyai perhatian khusus terhadp obyek tersebut.

Perhatian tersebut oleh John Dewey sebagai suatu masalah atau kesukaran yang dirasakan bila kita menemukan sesuatu dalam pengalaman kita yang menimbulkan pertanyaan.

Karena adanya masalah tersebut, maka proses berpikir dimulai, dan karena masalah tersebut berasal dari dunia empiris, maka proses berpikir diarahkan kepada pengamatan obyek yang bersangkutan, yang bereksistensi dalam dunia empiris pula.

(8)

kebudayaan menjadi 3 tahap :

Tahap Mistis : Sikap manusia yang merasakan dirinya terkepung oleh kekuatan – kekuatan ghaib di sekitarnya.

Tahap Ontologis : Sikap manusia yang tidak lagi merasakan dirinya terkepung oleh kekuatan – kekuatan ghaib dan bersikap mengambil jarak dari obyek di sekitarnya serta memulai melakukan penelaah terhadap obyek-obyek tersebut.

Tahap fungsional : Sikap manusia yang bukan saja merasakan terbebas dari kepungan kekuatan ghaib dan mempunyai pengetahuan berdasarkan penelaah terhadap obyek-obyek di sekitar kehidupannya, namun namun lebih dari itu, dia memfungsionalkan pengetahuan tersebut bagi kepentingan dirinya.

Kerangka berpikir ilmiah

Perumusan masalah : merupakan pertanyaan mengenai obyek empiris yang jelas batas-batasnya serta dapat diidentifikasikan faktor-faktor yang terkait di dalamnya.

Penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis : Argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat, antara berbagai faktor yang saling mengkait dan membentuk konstelasi permasalahan.

Perumusan hepotesis : Jawaban sementara atau dugaan terhadap pertanyaan yang diajukan, yang materinya merupakan kesimpulan dari kerangka berpikir yang dikembangkan.

Tahapan Budaya

Berdasarkan sikap manusia menghadapi masalah, dilandasi perkembangan tahapan budaya berikut (Van Peursen):

Tahap Mistis : Sikap manusia yang merasakan dirinya terkepung oleh kekuatan – kekuatan ghaib di sekitarnya.

Tahap Ontologis : Sikap manusia yang tidak lagi merasakan dirinya terkepung oleh kekuatan – kekuatan ghaib dan bersikap mengambil jarak dari obyek di sekitarnya serta memulai melakukan penelaah terhadap obyek-obyek tersebut.

Tahap fungsional : Sikap manusia yang bukan saja merasakan terbebas dari kepungan kekuatan ghaib dan mempunyai pengetahuan berdasarkan penelaah terhadap obyek-obyek di sekitar kehidupannya, namun namun lebih dari itu, dia memfungsionalkan pengetahuan tersebut bagi kepentingan dirinya.

Langkah Kerangka Berpikir Ilmiah

Perumusan masalah : merupakan pertanyaan mengenai obyek empiris yang jelas batas-batasnya serta dapat diidentifikasikan faktor-faktor yang terkait di dalamnya.

Penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis : Argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat, antara berbagai faktor yang saling mengkait dan membentuk konstelasi permasalahan.

Perumusan hepotesis : Jawaban sementara atau dugaan terhadap pertanyaan yang diajukan, yang materinya merupakan kesimpulan dari kerangka berpikir yang dikembangkan.

Pengujian hipotesis : Pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis yang diajukan, untuk memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta yang mendukunh hipotesis itu atau tidak.

Penarikan kesimpulan :

Penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan itu ditolak atau diterima. Hipotesis yang diterima dianggap menjadi pengetahuan ilmiah.

(9)

Aksiologi: Nilai Kegunaan Ilmu1919: 19 Ilmu dan Moral, 20 Tanggung Jawab Sosial

Ilmuwan, 21 Nuklir dan Pilihan Moral, 22 Revolusi Genetika

AKSIOLOGI : Nilai kegunaan ilmu.

Penalaran otak manusia itu LUAR BIASA demikian kesimpulan ilmuan kerbau dalam makalahnya, namun mereka itu curang dan serakah

Apakah makin tinggi ilmu manusia, makin bermoral ? Ilmu bisa berarti proses memperoleh pengetahuan, atau pengetahuan terorganisasi yang diperoleh lewat proses tersebut. Moral berasal dari bahasa latin mores yang merupakan bentuk jamak dari perkataan mos yang berarti adat kebiasaan2020.

Dalam dunia nyata apakah ilmu selalu merupakan berkah, terbebas dari kutuk yang membawa malapetaka dan kesengsaraan2121?

Akhirnya, tanpa landasan moral maka ilmuwan mudah sekali tergelincir dalam melakukan prostitusi intelektual2222.

Tanggung Jawab Sosial Keilmuan. Ilmu pengetahuan merupakan rangkaian penemuan yang mengarah pada penemuan selanjutnya, dalam aspek inilah ilmu pengetahuan terbebas dari nilai-nilai yang mengikat. Dalam aspek “penggunaan ilmu pengetahuan”, maka ilmuwan memiliki sikap moral untuk tidak menyembunyikan dan memiliki sikap moral untuk memihak kepada kemanusiaan2323.

19

20Moral adalah (1) prinsip hidup yang berkenaan dengan benar atau salah, baik atau buruk (2) kemampuan untuk

memahami perbedaan benar atau salah (3) ajaran atau gambaran tentang tingkah laku yang baik. Moral dibagi menjadi 2 yaitu : baik dan buruk. Baik: segala tingkah laku yang dikenal pasti oleh etika sebagai baik. Buruk: tingkah laku yang dikenal pasti oleh etika sebagai buruk.

21Perkembangan Ilmu sering melupakan faktor manusia, dimana bukan lagi teknologi yang berkembang seiring

dengan perkembangan dan kebutuhan manusia, namun justru sebaliknya : manusialah akhirnya yang harus menyesuaikan diri dengan teknologi.

22Ilmu bukan lagi sarana yang membantu manusia mencapai tujuan hidupnya, namun bahkan kemungkinan

mengubah hakikat kemanusiaan itu sendiri. Contoh : Ketika Copernicus (1473-1543) mengajukan teorinya tentang kesemestaan alam dan menemukan bahwa “bumi yang berputar mengelilingi matahari” dan bukan sebaliknya seperti yang dikatakan oleh ajaran agama, maka timbullah interaksi antara ilmu dan moral. Secara filsafat dapat dikatakan bahwa dalam tahap pengembangan konsep terdapat masalah moral yang ditinjau dari ontologis keilmuan,

sedangkan dalam penerapan konsep terdapat masalah moral yang ditinjau dari segi aksiologi keilmuan. Masalah Moral tak bisa dilepaskan dengan tekad manusia untuk menemukan kebenaran. Sejarah kemanusiaan dihiasi dengan semangat para martir dalam mempertahankan apa yang mereka anggap benar, seperti: Sokrates dan John Huss

23

Produk keilmuan harus sampai dan dimanfaatkan oleh masyarakat

(10)

Pesan dari Einstein : Tidak cukup bagi kita hanya memahami ilmu agar hasil pekerjaan kita membawa berkah bagi manusia. Perhatian kepada manusia itu sendiri dan nasibnya harus selalu merupakan minat utama dari semua ikhtisar teknis. Jangan kau lupakan hal ini ditengah tumpukan diagram dan persamaan.

Kesimpulannya :

Menolak terhadap dijadikannya manusia sebagai obyek pendidikan genetika, secara moral kita lakukan evaluasi etis terhadap suatu obyek yang tercakup dalam obyek formal (ontologis) ilmu.

Menghadapi tenaga nuklir : moral memberikan penilaian aksiologis

Menghadapi revolusi genetika : belum terlambat menerapkan pilihan ontologis “ jangan petik buah terlarang itu”. Jangan ! Berharap menciptakan Superman namun yang bangun Frankenstein.

Revolusi Genetika

(ontologis versus aksiologis)

Revolusi genetika = manusia sebagai obyek penelaahan.

Tujuan : bukan dalam upaya menciptakan teknologi yang memberikan kemudahan bagi manusia tetapi untuk mengubah manusia itu sendiri

Asumsi bahwa penemuan dalam riset genetika akan dipergunakan dengan itikad baik untuk 007Akeluhuran manusia, maka tidak ada garansi sekiranya penemuan ini jatuh ket pihak yang tidak bertanggung jawab dan mempergunakannya untuk kepentingan sendiri yang bersifat destruktif.

Bab 9

Penelitian dan Penulisan Ilmiah: 29 Struktur Penelitian dan Penulisan Ilmiah, 30 Teknik Penulisan Ilmiah, 31 Teknik Notasi Ilmiah

Struktur. Secara garis besar,Struktur penulisan ilmiah secara logis dan kronologis adalah sebagai berikut :

A. Pengajuan masalah

B. Penyusunan kerangka teoretis. C. Metodologi penelitian.

D. Hasil penelitian.

E. Ringkasan dan kesimpulan

Teknik Penulisan Ilmiah. Keseluruhan langkah dalam kegiatan keilmuan terpadu secara utuh dalam suatu logika ilmiah

dimungkinkan Ilmuwan berpikir secara teratur dan cermat sehingga dapat menjelaskan kepada mereka yang berpikir keliru, dimana letak kekeliruannya, apa yang membikin mereka keliru, dan harga apa yang mereka harus bayar atas kekeliruan tersebut.

Bertanggung jawab atas berdirinya pilar penyangga keilmuan : ilmu dan teknologi Sikap sosial ilmuan : konsisten dengan penelaahan keilmuan yang dilakukan.

Dibidang etika : ilmuan bukan lagi memberikan informasi tetapi memberi contoh berperilaku yang baik.

(11)

A. Pengajuan Masalah :

1. Latar belakang masalah 2. Identifikasi masalah 3. Pembatasan masalah 4. Perumusan masalah 5. Tujuan penelitian 6. Kegunaan penelitian

B. Penyusunan Kerangka Teoretis dan Pengajuan Hipotesis

Pengkajian mengenai teori-teori ilmiah yang akan dipergunakan dalam analisis. Pembahasan mengenai penelitian-penelitian lain yang relevan.

Penyusunan kerangka berfikir dalam pengajuan hipotesis. Perumusan Hipotesis.

C. Metodologi Penelitian

Tujuan penelitian secara lengkap dan operasional dalam bentuk pernyataan yang

mengidentifikasikan variabel-variabel dan karakteristik hubungan yang akan diteliti. Tempat dan waktu penelitian.

Metode penelitian yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian dan tingkat generalisasi yang diharapkan.

Tehnik pengambilan contoh yang relevan dengan tujuan penelitian. Tehnik pengumpulan data.

Tehnik analisis data. D. Hasil Penelitian

Menyatakan variabel-variabel yang diteliti. Menyatakan tehnik analisis data.

Mendeskripsikan hasil analisis data.

Memberikan kesimpulan terhadap kesimpulan analisis data. Menyimpulkan pengujian hipotesis apakah ditolak atau diterima. E. Ringkasan dan Kesimpulan

Deskripsi singkat mengenai masalah, kerangka teoretis, hipotesis, metodologi dan penemuan penelitian.

Kesimpulan penelitian yang merupakan sintesis berdasarkankeseluruhan aspek tersebut di atas. Pembahasan kesimpulan penelitian dengan melakukan perbandingan terhadap penelitian dan

pengetahuan ilmiah yang relevan Mengkaji implikasi penelitian.

Mengajukan saran. Abstrak

(12)

Daftar Pustaka

Merupakan sumber referensi bagi seluruh kegiatan penelitian.

Merupakan inventarisasi dari seluruh publikasi ilmiah maupun non ilmiah yang dipergunakan sebagai dasar bagi pengkajian yang dilakukan.

Riwayat Hidup

Merupakan deskripsi dari latar belakang pendidikan dan pekerjaan yang mempunyai hubungan dengan penulisan ilmiah yang disampaikan.

Usulan Penelitian

Mengandung seluruh langkah- angkah penelitian, tanpa hasil penelitian.

Hanya mencakup langkah pengajuan masalah, penyusunan kerangka teoretis, dan pengajuan hipotesis serta metodologi penelitian.

Lain-lain

Meliputi halaman judul, halaman pengesahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel dan daftar gambar

Referensi

Dokumen terkait