• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Pameran Seni Tenun Ikat Sumba Ti (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Pameran Seni Tenun Ikat Sumba Ti (1)"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

Reportase

Event

Pameran Seni Tenun Ikat

karya Kelompok Tenun Paluanda Lama Hamu

Karya Adiluhung

Pendorong Ekonomi Lestari

Menguak Spiritualitas dan Simbolisme di balik

Seni Tenun Ikat Pewarna Alam Sumba Timur

Museum Bank Mandiri 1 – 8 Oktober 2017

(2)
(3)

Pameran Seni Tenun Ikat

karya Kelompok Tenun Paluanda Lama Hamu

Karya Adiluhung

Pendorong Ekonomi Lestari

Menguak Spiritualitas dan Simbolisme di balik

Seni Tenun Ikat Pewarna Alam Sumba Timur

Museum Bank Mandiri 1 – 8 Oktober 2017

(4)

Pengantar

yang mencakup 42 langkah menggunakan bahan-bahan tanaman dari alam yang bisa dibudidayakan dan ramah lingkungan, serta melibatkan berbagai kelompok ekonomi masyarakat setempat.

Melalui berbagai instalasi seni dan 55 lembar kain tenun ikat yang dikurasi sedemikian sehingga pengunjung dapat mengenali seniman yang menciptakannya, serta filosofi dan makna simbolis yang diemban setiap helainya. Selanjutnya melalui berbagai media, maka pengalaman budaya terkait proses penciptaan kain tenun ikat Sumba Timur khas Kambera, bisa dikenali dan dialami oleh pengunjung. Kejeniusan meramu bahan-bahan tetumbuhan yang sepenuhnya tersedia di alam sekitar disajikan dengan menarik. Adalah seniman muda Dian Mayang Sari dan Miranti Dian Safitri yang meramu proses kreatif mereka bersama dengan Novi Tri Mujahidin dari Sekar Kawung, untuk menghasilkan seluruh presentasi pameran menjadi sangat menarik.

Di pameran ini, pengunjung juga bisa mengenali, dan berinteraksi dengan

seniman-Pameran yang dipersembahkan oleh Yayasan Sekar Kawung ini mengangkat karya-karya adiluhung dari seniman-seniman tenun Paluanda Lama Hamu kepada publik Jakarta agar bisa ikut menikmati, menghargai dan menghormati keahlian yang telah dirajut selama ratusan bahkan ribuan tahun oleh para pelaku budaya tekstil Sumba Timur ini.

Melalui pameran ini Paluanda Lama Hamu menampilkan mahakarya mereka yang sebelumnya hanya bisa dinikmati oleh para kolektor tenun dari Indonesia dan berbagai belahan bumi.

Setiap helai kain tenun ikat Sumba Timur sejatinya sebuah lukisan. Tak ada karya yang persis sama. Setiap lembar kain tenun ikat selalu unik dan bernilai seni tinggi karena mewakili kreativitas serta imajinasi keindahan masing-masing seniman tenunnya. Bisa dikatakan, helai- helai kain tenun ikat Sumba Timur adalah sebentuk seni rupa tekstil.

Tak kalah unik, perjalanan seni tenun ikat di Sumba Timur senantiasa merekam peristiwa-

serta untuk memanjatkan doa atau harapan mengenai berbagai hal yang baik. Beragam hewan, bunga, tokoh manusia atau leluhur, serta sejumlah elemen alam seperti bintang adalah simbol-simbol doa dan harapan itu. Simbol-simbol tersebut kemudian dituangkan ke dalam aneka desain dan gambar di lembar-lembar kain tenun ikat. Menyelami tenun ikat Sumba Timur adalah masuk ke dalam lautan simbolisme yang sarat makna filosofis. Tentang nilai-nilai hidup yang dinarasikan dari generasi ke generasi. Tentang keindahan alam. Tentang pentingnya bekerja tekun dan keras. Tentang pentingnya selalu mengingat bahwa kematian sejatinya pintu memasuki kehidupan abadi. Gambar udang dalam kepercayaan Marapu (agama tradisional Sumba Timur), misalnya, menyimbolkan kebangkitan setelah kematian menuju keabadian.

(5)
(6)

di pamerean untuk berinteraksi dengan para pencinta wastra Indonesia, yaitu: Kornelis Ndapakamang, Jems Diki Talumbani, Titus Nggaba Karangga Limu, Ruth Babang Liau, Thresia Mbati Mbana, Anita Kaita Lepir, Yabu Agung Praing. Hadir juga di pameran adalah artisan-artisan dengan ketrampilan tinggi bernama Bomba Pihu, Okta Andunara, Valensia Babang Liau, Desmianti VH Banju, Antonius ND Ana Meha/Mariana Handja Mbati, Melkianus Bara Maramba Jawa, Adelfina Ambi Praing, Imelda Ndewa Rut, Daniel Ndamung Lambu Praing, Yulita Tamar, Agustina Kahi Atanau, Petronela Pihu, Halla, Elthon dan Primus.

Bagi para Seniman tenun sendiri, pameran ini merupakan pengalaman yang meneguhkan kepercayaan diri, bahwa karya seni yang mereka geluti dapat berkontribusi terhadap kehidupan kontemporer dengan bermakna. Pengunjung yang mengisi buku tamu pameran mencapai 1576 orang. Pameran yang juga dilengkapi dengan bazaar, dan kegiatan lelang seni ini menghasilkan penjualan total enam ratus tujuh puluh tujuh juta tiga ratus enam puluh empat ribu rupiah (Rp 677,364,000). Dua persen dari penjualan ini disisihkan oleh para anggota Paluanda Lama Hamu sebagai dana kelompok, dan 10 persen lainnya disisihkan sebagai modal awal untuk dikontribusikan kepada sebuah Usaha

bersama Yayasan Sekar Kawung.

Yayasan Sekar Kawung menyiapkan substansi pameran ini bersama dengan Kelompok Paluanda Lama Hamu melalui proses penelitian yang mendalam dan fasilitasi kepada para Seniman selama satu tahun di desa Lambanapu dan Mauliru, dengan bantuan pendanaan dari MCA Indonesia –

Window Community Based Natural Resource Management, dan kemitraan proyek dengan Samdhana Institut.

Adapun seluruh pembiayaan pelaksanaan pameran dimungkinkan karena dukungan dari Direktorat Jenderal Kebudayaan yang membiayai seluruh konsumsi untuk acara-acara workshop dan pameran selama sembilan hari; Bank Mandiri menyediakan gedung dan menyandang seluruh biaya yang terkait dengan pemakaian ruangan Museum Bank Mandiri, Alinansi Masyarakat Adat (AMAN) memberikan dukungan senilai USD 3000, Perkumpulan Kapal Perempuan memberikan dukungan dana 10 juta rupiah, Yayasan Kehati memberikan dukungan 50 Juta Rupiah, dan sumbangan pribadi yang mencapai nilai keseluruhan 8 juta rupiah. Pada saat persiapan akhir pameran, window MCA Indonesia yang mendukung penguatan perempuan memberikan dukungan kepada sepuluh seniman dan artisan Paluanda Lama Hamu berupa tiket pesawat pulang-pergi

selama berada di Jakarta. Dana dari MCA-Indonesia Window Community Based Natural Resource Management, yang terpakai untuk pelaksanaan pameran dan berbagai talk show selama pameran, adalah sebesar 238 juta.

Selain dukungan materiil tersebut di atas, Yayasan Sekar Kawung mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga atas semua dukungan moril dan semangat dari Bapak Emil Salim, Ibu Erna Witoelar, Bapak Hilmar Farid, Ibu Bona Siahaan, Bapak Haryanto, Ibu Susi Abdulrahman, Bapak M. Senang Sembiring, Ibu Arahmaiani Faisal, Bapak Lewa Pardomuan, Bapak Tri Nugroho, ibu Dwi Rahayu Yuliawati, Bapak Abi Prayadi, Bapak Irwan Julianto, Bapak Kristiawan, Ibu Nani Saptariani, Ibu Misiyah Misi, Ibu Gita Syahrani, Ibu Bina Bektiati, Bapak Harun Mahbub, Bapak Agus Sari, ibu Erny Setiawati, Ibu Antoinet Royo dan banyak lagi pemberi semangat yang terus mendorong kami untuk memberikan yang terbaik.

(7)

Reportase Event Pameran Seni Tenun Ikat karya Kelompok Tenun Paluanda Lama Hamu 7

Ria Nabilah, Vivi Rans, Andrea Pirelina, Fitryan Wahyu, dan Sakri. Terima kasih. Bagi saya sendiri, proses persiapan, pelaksanaan dan umpan balik yang kami peroleh dari pameran ini, meneguhkan keyakinan saya bahwa Indonesia memiliki modal pembangunan yang luar biasa berupa kearifan kultural sekian banyak suku bangsa yang membentuk negara ini. Kearifan kultural ini, memahami bagaimana menciptakan kebutuhan hidup dari alam, tanpa merusaknya, bahkan sambil merawat keutuhan ekosistem alam. Seniman-seniman Tenun Paluanda Lama Hamu, adalah contoh yang nyata bahwa kearifan-kearifan tradisional yang hidup di seantero Indonesia, punya potensi besar untuk ikut mewujudkan komitmen Indonesia terhadap

Sustainable Development Goals. Hal mana membutuhkan komitmen pemerintah untuk serius memperhatikan kebudayaan sebagai salah satu fondasi utama bagi pembangunan ekonomi.

Bogor, 5 November 2017 Chandra Kirana Prijosusilo

Pendiri dan Ketua Yayasan Sekar Kawung. GAIA. Sementara, pelaksanaan harian dari pameran diawaki oleh relawan-relawan Nadya Amanda, Soraya Daniella, Andika Utami, Nur Mauliddina, Clarisa Candrian, Leony dan Lany RH. Kepada semuanya Yayasan Sekar Kawung menghaturkan terima kasih yang dalam.

(8)

Dalam laporan persiapan pameran Chandra Prijosusilo mengungkapkan bahwa dalam menyiapkan pameran Yayasan Sekar Kawung meneliti1 seluruh proses pembuatan tenun

ikat Sumba Timur yang dilakukan Seniman-seniman Paluanda Lama Hamu. Ditemukan bahwa proses pembuatan kain meliputi 42 langkah yang rumit, dimana terlihat betapa erat hubungan antara tenun ikat dengan pelestarian alam. Ditemui juga pemahaman bahwa membuat tenun ikat sesungguhnya merupakan kerja kolaboratif dari sejumlah orang yang memiliki keahlian yang beragam dan saling meneguhkan menuju satu karya yang holistik.

1Peneliti utama Chandra Kirana Prijosusilo, peneliti lapangan Annisa Yuniar dengan narasumber utama

untuk 42 langkah proses pembuatan tenun Kornelis Ndapakamang. Selain itu narasumber terkait

(9)

Reportase Event Pameran Seni Tenun Ikat karya Kelompok Tenun Paluanda Lama Hamu 9

(10)
(11)
(12)

Tenun Ikat Sumba Timur merupakan pakaian tradisional yang hingga kini masih terus dikenakan oleh masyarakat Sumba Timur, khususnya dalam menjalani berbagai upacara spiritual yang dilandasi oleh kepercayaan Marapu. Kain-kain itu dikenakan secara utuh, tanpa dipotong.

Desaigner muda Wahyu Perdana Saputra, sebagai konsultan yang diminta oleh Yayasan Sekar Kawung untuk mengkontekstualisasikan pemakaian kain-kain tenun ikat tanpa memotong dengan teknik drappery, menjadi busana adiluhung masa kini, berhasil memukau hadirin pembukaan dengan karyanya.

Secara keseluruhan koreografi dan pelaksanaan pameran ini disumbangkan oleh ibu Novelita Dinar.

Fashion Show

Keindahan dalam Keutuhan

Kain Tenun Ikat

Sustainable Development Goals di Indonesia

(13)
(14)

Sandang merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia di dalam mengejawantahkan kebudayaannya. Di dunia yang menderita dampak lingkungan dari fast fashion yang sangat mencemari dan memperparah perubahan iklim, para maestro pencipta tekstil tenun ikat Paluanda Lama Hamu ini hakekatnya adalah Guru bagi dunia, yang bisa mengajarkan tentang proses penciptaan kain yang justru merawat keutuhan alam, karena mampu meramu bahan-bahan dari lingkungan sekitarnya menjadi karya-karya seni tekstil yang sangat indah dan mengagumkan.

Pameran ini mengawali langkah untuk menghargai dan menghormati tujuh seniman kain tenun ikat Sumba Timur sebagai pemimpin di dalam upaya menapaki jalan menuju Sustainable development Goals melalui karya seni tekstil mereka. Mereka meneguhkan gagasan bahwa dunia membutuhkan seni agar hidup menjadi bermakna.

(15)
(16)
(17)
(18)

Secara khusus, pameran ini mengajak pengunjung untuk mengapresiasi kedalaman spiritual dan simbolisme dibalik budaya tenun ikat Sumba Timur melalui 55 helai kain yang diciptakan oleh seniman-seniman Paluanda Lama Hamu. Melalui kain-kain itu, pengunjung mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang makna kain bagi kehidupan masyarakat Sumba Timur. Hal ini diharapkan membangun kesadaran, bahwa sandang, sesungguhnya di dalam tradisi Sumba Timur, bukan sekedar fashion, melainkan dihayati sebagai elemen kebudayaan yang mengilhami bagaimana manusia hendaknya membawakan dirinya, dihadapan sesama, di hadapan alam, bahkan di hadapan Sang Maha Kuasa.

Disamping setiap kain juga disajikan informasi dimana pengunjung bisa membaca siapa seniman dibalik lukisan kain-kain tersebut. Juga mengenali setiap artisan yang terlibat di dalam proses pembuatan kain tersebut.

(19)
(20)

Di pameran ini pengunjung dapat melihat betapa proses kreatif dibalik penciptaan tenun ikat bermula dari tahap ketika kapas dipintal menjadi benang, dan digulung ke dalam bentuk-bentuk bola agar bisa dibentangkan melingkupi plangkan atau frame sehingga membentuk ‘kanvas’ diatas mana lukisan akan dibuat. Barulah kemudian lukisan itu akan mulai diwujudkan melalui serangkaian kegiatan mengikat, mewarnai, menjemur, dan membuka ikatan. Kemudian benang-benang yang dihasilkan akan dibentang kembali untuk ditata gambar ataupun motifnya, sebelum pada akhirnya bisa ditenun. Seluruh proses ini mencakup 42 langkah, dan disajikan melalui multi media film, foto dan poster, serta instalasi seni.

(21)

Reportase Event Pameran Seni Tenun Ikat karya Kelompok Tenun Paluanda Lama Hamu 21

Disamping mengenalkan Tenun Ikat – pameran ini juga mengangkat Kambuli, ini merupakan teknik menghiasi tenun polos dengan metode sulam. Annisa Yuniar menggali kembali seni Kambuli yang nyaris punah di desa-desa Mauliru dan Lambanapu dan mempelajarinya kembali bersama para artisan tenun.

(22)

Sebagian dari artisan dan seniman Paluanda Lama Hamu belum pernah menjejakkan kaki di Jakarta, bahkan ada yang belum pernah meninggalkan pulau Sumba. Namun melalui karya mereka yang indah, mereka dapat berkomunikasi langsung dan membagikan ilmu mereka yang luar biasa kepada publik pengunjung.

Seni yang Membangun

Rasa Saling Menghargai

(23)
(24)

Pameran berhasil membangkitkan antusiasme pengunjung, untuk mengenali Seni Tenun Ikat Sumba Timur yang mampu meramu bahan pewarna dari tetumbuhan dan kapur yang tersedia di alam lingkungan setempat, juga teknik tradisional yang melalui tahap yang panjang dalam menyulap kapas menjadi benang, hingga diolah menjadi kain dipenuhi motif dan gambar tradisional yang memiliki nilai kearifan lokal yang tinggi.

Pengunjung berkesempatan untuk mencoba proses dalam menenun dipandu oleh para seniman dan pengrajin tenun ikat.

Melalui pameran ini, generasi muda yang berkunjung mendapat kesempatan untuk menyelami kedalaman dan kekayaan budaya dan seni tenun di Sumba Timur.

Demo Proses Tenun dan uji coba proses bersama anak-anak sekolah, mahasiswa desain dan pengunjung.

(25)
(26)

Ke 55 kain tenun ikat pewarna alam yang dipamerkan kemudian di lelang kepada para kolektor seni tekstil. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mendorong para Seniman seni ikat Paluanda Lama Hamu untuk terus bersemangan menyempurnakan karya mereka di kemudian hari. Lelang dilaksanakan secara profesional oleh Sidharta Auctioneer, yang mengkhususkan kegiatan kepada upaya mencari dan mengangkat berbagai seni Indonesia yang bermutu untuk dipersembahkan kepada para pencinta melalui berbagai lelang dan pameran. Sidharta Auctioneer mendukung dan mempromosikan karya seni, bukan saja yang dihasilkan oleh seniman yang sudah ternama tetapi juga para seniman berbakat yang mulai bersinar.

Lelang

(27)
(28)

Chandra Kirana Prijosusilo dari Yayasan Sekar Kawung dan Kornelis Ndapakamang, Jems Diki Talumbani, Petronela Pihu dan Daniel Ndamu Landu Praing dari Kelompok Tenun Paluanda Lama Hamu membahas mengenai interpretasi selembar kain tenun Sumba Timur adalah lebih dari sekedar memaknai simbol – simbol secara independen. Membaca makna yang terkandung di tiap desain adalah membaca cerita dari sebuah lukisan yang terdiri dari beberapa simbol dan saling terhubung. Dalam tiap lembar kain tersirat doa, pesan dan harapan yang dirangkai oleh para seniman pembuat tenun. Peserta yang hadir dalam acara ini sejumlah 77 peserta.

Talkshow Interaktif

Filosofi dan Makna

(29)
(30)

Pembicara Annisa Yuniar dari Yayasan Sekar Kawung dan Kornelis Ndapakamang dari Kelompok Tenun Paluanda Lama Hamu dalam sesi yang berlangsung selama 2 jam ini, pembicara menceritakan langkah – langkah pembuatan Tenun Ikat Sumba Timur dengan pewarna alam mulai dari kapas sampai dengan terbentuknya selembar kain tenun. Penjabaran mengenai prosesnya yang berjumlah 42 langkah tersebut disertai dengan istilah lokalnya. Peserta yang hadir dalam sesi ini berjumlah 81 peserta.

(31)

Reportase Event Pameran Seni Tenun Ikat karya Kelompok Tenun Paluanda Lama Hamu 31

Wahyu Perdana Saputra (Yudha), seorang perancang busana yang juga Tenaga Ahli Fashion untuk Yayasan Sekar Kawung. Dalam kesempatan ini Yudha berbagi cerita mengenai bagaimana mengkreasikan kain Tenun Sumba Timur untuk bisa dipakai menjadi busana melalui teknik draping, tanpa harus memotong kain – kain tersebut. Hasil karya Yudha untuk fashion show dalam acara pembukaan pameran juga ditampilkan di sini. Sesi bincang – bincang interaktif ini dihadiri oleh 28 peserta.

Talkshow Interaktif

Drapery dan

(32)

Dalam bincang-bincang ini Arahmaiani Faisal, seorang seniman Indonesia kontemporer yang sangat dihormati di tingkat internasional, menceritakan bagaimana Tenun Ikat Sumba Timur bisa diapresiasi sebagai suatu bentuk kesenian tinggi, yang tercipta dari tangan – tangan seniman dengan keahlian yang patut dihargai. Proses penciptaan dan pewarnaan Kain Tenun Sumba Timur yang unik meperjelas bagaimana peran Alam sangat penting untuk bisa terciptanya karya – karya tersebut, yang kemudian menghidupi kelompok seniman dan masyarakat Sumba Timur. Maka kesadaran akan keterhubungan itu adalah sesuatu yang harus dibangun dan dijaga dalam berkesenian lewat Kain Tenun Sumba Timur dengan pewarna alami. Bincang – bincang ini dihadiri oleh 25 peserta.

(33)

Reportase Event Pameran Seni Tenun Ikat karya Kelompok Tenun Paluanda Lama Hamu 33

Sekar Bestari, seorang seniman muda berbagi cerita mengenai bagaimana seniman muda saat ini berkesenian sambil memenuhi tuntutan untuk menjadi seorang “pekerja seni” yang sering diburu oleh waktu. Terinspirasi oleh para Seniman dari Sumba Timur, Sekar secara pribadi ingin lebih memaknai proses berkeseniannya sebagai media Ia bercerita. Penghargaannya akan kekayaan simbol yang terdapat pada kain tenun ikat Sumba Timur Ia tuangkan lewat motif scarf dengan nuansa Sumba.

(34)

Willy Ekariono dari Indonesia Wildlife Photography bercerita mengenai kekayaan alam yang terdapat di Sumba Timur. Pada kesempatan ini, dua anak dari Desa Lambanapu, Kresentia Hamu Meha dan Alfonsus Hendrik Hambandima diajak untuk berbagi kepada para hadirin mengenai pengalaman mereka mendalami fotografi bersama Wahyu Sigit dan Annisa Yuniar dari Yayasan Sekar Kawung. Mereka bercerita bagaimana mereka

Talkshow Interaktif

Fotografi Keragaman Hayati

bersama Indonesia Wildlife

Photography dan Anak Sumba

(35)

Reportase Event Pameran Seni Tenun Ikat karya Kelompok Tenun Paluanda Lama Hamu 35

Sesi bincang – bincang yang mengangkat tentang potensi wisata desa tenun, dibawakan oleh Jaladwara yang merupakan Tenaga Ahli dari Yayasan Sekar Kawung untuk pengembangan pariwisata minat khusus di Desa Lambanapu dan Mauliru, Sumba Timur. Dalam sesi ini, Antonia dan Okta, pemandu wisata lokal juga turut berbagi untuk menceriterakan kepada para hadirin mengenai pengalaman mereka mengikuti pelatihan pemandu wisata. Para hadirin diajak untuk melihat bagaimana proses Jaladwara menerapkan wisata yang minim sampah, sarat pengetahuan dan interaktif. Peserta yang hadir dalam sesi ini berjumlah 46 orang.

(36)

Melengkapi pameran seni tenun ikat ini adalah karya-karya 19 Anak usia 10 – 15 tahun dari desa Lambanapu dan Mauliru. Ke 19 anak ini dididik mengenai ilmu fotografi, dan bagaimana bisa menyuarakan pandangan mereka tentang kondisi lingkungan sosial ekonomi, budaya dan alam di sekitar mereka melalui fotografi oleh fotografer senior Indonesia dari Yogyakarta, Nurpinto Hadi. Selama 6 minggu, ia mendampingi

Pameran Photovoice

Anak Kandung Tenun Sumba

(37)
(38)

Setelah menikmati pameran seni tenun, pengunjung kemudian bisa berbelanja di bazaar yang menjual kain-kain karya seniman dan artisan Paluanda Lama Hamu. Di bazaar ini, dijamin bahwa kain-kain dibuat dengan menggunakan pewarna alam.

Pameran yang juga dilengkapi dengan bazaar, dan kegiatan lelang seni ini menghasilkan penjualan total enam ratus tujuh puluh tujuh juta tiga ratus enam puluh empat ribu rupiah (Rp 677,364,000). Dua persen dari penjualan ini disisihkan oleh para anggota Paluanda Lama Hamu sebagai dana kelompok, dan 10 persen lainnya disisihkan sebagai modal awal untuk dikontribusikan kepada sebuah Usaha Bersama atau Koperasi yang akan dibentuk bersama Yayasan Sekar Kawung.

(39)
(40)

Melengkapi pameran adalah kafetaria yang diawaki oleh kolega dari Kopi Cukil, minuman sehat kombucha buatan Sage, dan minuman segar asem Sumba yang dihasilkan oleh kelompok Paluanda Lamu Hamu dari buah asam yang banyak tumbuh subur di desa Mauliru dan Lambanapu.

(41)

Reportase Event Pameran Seni Tenun Ikat karya Kelompok Tenun Paluanda Lama Hamu 41

Masyarakat Sumba di Jakarta menyambut pameran dengan antusias dan menjadikannya ajang pertemuan dan silaturahmi.

Ajang Silaturahmi Keluarga

dan Komunitas Sumba

(42)

Dengan kebutuhan untuk menampilkan seni kain tenun bernilai tinggi dengan tantangan persyaratan dari venue, Dian Mayang Sari dan Miranti Dian Safitri meramu dengan instalasi-instalasi terbuka.

Desain-desain motif terlihat maksimal dengan instalasi instalasi kain yang megah.

Alur pengunjung yang telah direncanakan disesuaikan dengan alur museum, sehingga tidak saling mengganggu namun saling melengkapi.

(43)
(44)
(45)

Reportase Event Pameran Seni Tenun Ikat karya Kelompok Tenun Paluanda Lama Hamu 45

Penulis : Chandra Kirana Prijosusilo Lay-out : Novi Tri Mujahidin

Foto : Novi Tri Mujahidin, Pay Rafli (Fashion Show) Penanggung Jawab /

Ketua Yayasan Sekar Kawung : Chandra Kirana Prijosusilo

Pendukung Pelaksana : Yayasan GAIA Pelaksana Lelang : Sidharta Auctioneer

Ketua Panitia : Eka Tresnawan Desain Pameran : Dian Mayang Sari

Miranti Dian Safitri Mediator Desain : Novi Tri Mujahidin Data Lapangan : Annisa Yuniar

Wahyu Sigit Rahadi Kornelis Ndapakamang

Desainer Fashion : Wahyu Perdana Saputra Stage manager Fashion Show : Noveleta Dinar

Reportase Event

Komite Pelaksana Pameran

Konsumsi : Jean Olivia Komunikasi : Citra Kirana Bazaar dan Fashion Show : Ria Nabilah Desain Buku : Vivi Rans Keuangan : Andrea Pirelina

Fitryan Wahyu Transportasi : Sakri

Pelaksana Harian : Ira Humairah Nadya Amanda Soraya Daniella Andika Utami Nur Mauliddina Clarisa Candrian Leony

(46)

Disclaimer

This report was partly made possible through a grant given by the people of the United States to Indonesia through the Millennium Challenge Corporation

{link “Millennium Challenge Corporation” to http://www.mcc.gov} under the terms of a compact {link “compact” to the compact agreement} signed between the two countries. The information provided on this website is not official U.S. Government information and does not represent the views or positions of the U.S. Government or the Millennium Challenge Corporation.

Dokumen ini dibuat dengan dukungan masyarakat Amerika Serikat melalui Millennium Challenge Corporation. Informasi, opini, dan kesimpulan yang dicantumkan di sini tidak mewakili posisi Millennium Challenge Corporation atau Pemerintah Amerika Serikat

(47)
(48)

Jalan Bantar Kemang 173, Bogor, Jawa Barat

Indonesia 16243

info@sekarkawung.com

www.sekarkawung.com

sekarkawung_

Referensi

Dokumen terkait