INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2015
EKONOMI
KOTA
CRITICAL
REVIEW
“Dampak Urbanisasi Bagi Perkembangan
Kota Di Indonesia”
Critical Review
Mata Kuliah Ekonomi Kota Page 1
Judul : Dampak Urbanisasi Bagi Perkembangan Kota Di Indonesia
Penulis : Fitri Ramdhani Harahap S.Sos., M.Si
Nama Jurnal : Jurnal Society
Tahun Terbit dan Vol : Juni 2013 dan Volume 1 No 1
Jumlah Halaman : 11 halaman
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era yang semakin berkembang dengan adanya teknologi yang semakin canggih
mengakibatkan terjadinya pembangunan-pembangunan di kota-kota besar. Adanya
pembangunan di kota-kota besar ini menimbulkan kesenjangan ekonomi yang berakibat pada
kota-kota besar tersebut menjadi magnet bagi penduduk untuk berdatangan mencari pekerjaan
dan bertempat tinggal. Hal ini biasa disebut dengan urbanisasi, dimana pertumbuhan
konsentrasi penduduk perkotaan menjadi tinggi. Namun adanya urbanisasi telah menimbulkan
berbagai macam masalah karena tidak ada pengendalian di dalamnya.
Masalah inilah yang dihadapi Indonesia saat ini yaitu fenomena urbanisasi berlebih.
Adanya urbanisasi yang berlebih ini telah menimbulkan berbagai masalah di Indonesia. Banyak
studi memperlihatkan bahwa tingkat konsentrasi penduduk di kota-kota besar di Indonesia
telah berkembang dengan pesat. Studi yang dilakukan oleh Warner Ruts tahun 1987
menunjukkan bahwa jumlah kota-kota kecil (<100 ribu penduduk) sangat besar dibandingkan
dengan kota menengah (500 ribu sampai 1 juta penduduk). Kondisi ini mengakibatkan
perpindahan penduduk menuju kota besar cenderung tidak terkendali. Fenomena kota-kota
besar akan selalu tumbuh dan berkembang, kemudian membentuk kota yang disebut kota-kota
metropolitan. Salah satu kota yang telah mengalami hal ini adalah kota Jakarta, dimana yang
awalnya merupakan kota besar kemudian berkembang menjadi kota metropolitan dan saat ini
mengarah menjadi kota megapolitan.
Jurnal ini membahas tentang analisis penulis mengenai dampak yang ditimbulkan
urbanisasi terhadap perkembangan perkotaan di Indonesia dimana kondisi perkotaan yang
semakin tidak terkendali akibat adanya urbanisasi yang berlebih, telah menimbulkan berbagai
masalah baru seperti meningkatnya kriminalitas akibat kemiskinan, pengangguran
Critical Review
Mata Kuliah Ekonomi Kota Page 2
menarik, mengingat fenomena urbanisasi ini terjadi di banyak kota di Indonesia yang memiliki
pertumbuhan penduduk yang terus berkembang semakin tinggi.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak urbanisasi bagi
perkembangan kota di Indonesia dengan pokok bahasan kota yang diambil yaitu Kota Jakarta
sebagai studi Kasus. Kota Jakarta dipilih dikarenakan Kota Jakarta saat ini telah mengalami
urbanisasi berlebih denga kondisi yang sudah mulai krisis sehingga perlu dilakukan analisis
sebagai acuan untuk perbaikan atau solusi bagi Kota Jakarta.
II. LANDASAN TEORI
Dalam jurnal Dampak Urbanisasi Bagi Perkembangan Kota Di Indonesia terdapat
berbagai pendapat yang menjelaskan pengertian urbanisasi yaitu:
1. Menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia urbanisasi adalah suatu proses kenaikan
proporsi jumlah penduduk yang tinggal di perkotaan.
2. Yudo Harjoko (2010) juga berpendapat bahwa pengertian urbanisasi dapat diartikan
sebagai suatu proses perubahan masyarakat dan kawasan dalam suatu wilayah yang
non-urban menjadi urban.
Dari dua pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan yang dapat mewakili pengertian
urbanisasi secara keseluruhan yaitu urbanisasi sebaga proses pengkotaan dimana suatu kota
berubah karena kemajuan ekonominya atau yang kedua proses pengkotaan dengan adanya
perpindahan penduduk dari desa ke kota.
Menurut Saladin (1989) dalam jurnal Urbanisasi dan Dampaknya Terhadap Lingkungan,
terdapat 3 faktor urbanisasi disebabkan oleh daya tarik kota antara lain:
1. Keadaan lingkungan dan keadaan hidup di kota lebih menyenangkan, dilihat dari
tersedianya sebaran fasilitas yang lebih memadai seperti pendidikan, kesehatan dan
lain-lain.
2. Di kota akan lebih banyak pekerjaan.
3. Kota merupakan pusat aktivitas baik pusat perdagangan, pusat pemerintahan dan
sebagainya.
Adapun dampak yang ditimbulkan oleh urbanisasi bagi perkembangan kota di Indonesia
Critical Review
Mata Kuliah Ekonomi Kota Page 3
1. Semakin minimnya lahan kosong di daerah perkotaan. Pertambahan penduduk kota
yang begitu pesat, sudah sulit diikuti oleh kemampuan daya dukung kotanya. Saat ini
lahan kosong di daerah perkotaan telah banyak dimanfaatkan oleh para urban sebagai
area permukiman, perdagangan dan perindustrian yang legal maupun illegal.
2. Menambah polusi udara di daerah perkotaan. Pertambahan penduduk yang tinggi
mengakibatkan pertambahan kendaraan bermotor semakin bertambah sehingga
menimbulkan polusi udara. Sebagian besar persoalan polusi di perkotaan timbul karena
jumlah kendaraan maupun oleh industri-industri yang tumbuh. Selain polusi udara,
adanya pertambahan volume kendaraan juga menimbulkan kemacetan.
3. Penyebab bencana alam. Para urban yang menggunakan lahan kosong dan daerah
aliran sungai (DAS) sebagai lahan untuk permukiman mereka mengakibatkan lingkungan
tersebut yang seharusnya bermanfaat untuk menyerap air hujan justru menjadi
penyebab terjadinya banjir.
4. Pencemaran yang bersifat sosial dan ekonomi. Adanya penduduk urban yang tidak
memiliki skiil mengakibatkan penduduk tersebut sulit mendapatkan pekerjaan sehingga
meningkatkan pengangguran dan menimbulkan kemiskinan yang berujung pada
kriminalitas karena adanya tuntutan kebutuhan hidup.
5. Merusak tata kota. Pada negara berkembang, kota-kotanya tidak siap dalam
menyediakan perumahan yang layak bagi seluruh populasinya. Akibatnya muncul
perkampungan kumuh dan liar yang tidak tertata.
III. RINGKASAN JURNAL
Persoalan-persoalan urbanisasi telah menjadi perhatian yang cukup besar, beberapa
pemikiran yang membahas dampak urbanisasi dari sudut pandang ekonomi yaitu Evers dalam
Abbas (2002) berpendapat bahwa tingkat urbanisasi yang terlalu rendah dan mengabaikan
kebutuhan-kebutuhan kota dapat memperlambat kemajuan ekonomi. Sedangkan menurut
Keban, proses urbanisasi yang tidak terkendali dan adanya hirarki kota akan menimbulkan
berbagai akibat negatif yaitu munculnya gejala kemiskinan di perkotaan, ketimpangan income
perkapita, pengangguran, kriminalitas, polusi udara, pertumbuhan daerah kumuh, dan
sebagainya.
Menurut Tjiptoherijanto (2007), meningkatnya proses urbanisasi tidak terlepas dari
kebijaksanaan pembangunan perkotaan, khususnya pembangunan ekonomi yang
Critical Review
Mata Kuliah Ekonomi Kota Page 4
berkorelasi positif dengan meningkatnya urbanisasi di suatu wilayah. Ada kecenderungan
bahwa aktivitas perekonomian akan terpusat pada suatu area yang memiliki tingkat konsentrasi
penduduk yang cukup tinggi.
Di Indonesia proses urbanisasi telah terjadi sejak masa orde baru (1967-1980)
dikarenakan adanya kebijakan ekonomi makro, dimana kota sebagai pusat ekonomi memicu
polarisasi pembangunan terpusat pada kota besar saja. Arus urbanisasi yang tidak terkendali
dapat mengakibatkan terjadinya over urbanisasi yaitu presentase penduduk kota yang sangat
besar dan tidak sesuai dengan perkembangan ekonomi. Selain itu, juga dapat menimbulkan
adanya under ruralisasi yaitu jumlah penduduk di pedesaan terlalu kecil bagi tingkat dan cara
produksi yang ada. Pada saat kota mendominasi fungsi sosial, ekonomi, pendidikan dan hirarki
urban. Hal ini menimbulkan terjadinya pengangguran dan under employment. Kota dipandang
sebagai inefisien dan artificial proses “pseudo-urbanisastion”. Sehingga urbanisasi merupakan variable dependen terhadap pertumbuhan ekonomi.
Karakteristik urbanisasi yang terjadi di DKI (Daerah Khusus Ibukota) Jakarta hampir
sama dengan kota-kota besar di dunia, yaitu ditandai dengan meningkatnya jumlah penduduk
kota yang terjadi setiap tahun. Kemudian dilanjutkan dengan pemusatan segala aktivitas
masyarakat yang tertuju pada satu kawasan sehingga secara radikal merubah struktur
keruangan kota. Bedasarkan penelitian dampak urbanisasi yang terjadi di Kota Jakarta di
kelompokkan menjadi 5 yaitu:
1. Lahan terbangun vs lahan hijau/terbuka
Dapat dipastikan hampir seluruh lahan di DKI Jakarta sudah terbangun baik
untuk bangunan perumahan, kawasan perdagangan dan jasa, industri, perkantoran
maupun bangunan lain. Intensitas lahan terbangun yang terus meningkat menyebabkan
sulit dijumpainya lahan hijau/terbuka yang berfungsi sebagai ruang publik.
2. Perkembangan Land Use
Perkembangan kota Jakarta mulai menunjukkan percepatan pembangunan
sejalan dengan pembangunan di bidang ekonomi sejak awal Repelita III. Pertumbuhan
ekonomi yang yang cukup cepat di Jakarta mempengaruhi intesitas penggunaan lahan
bangkitan berupa industri, perdagangan dan jasa serta perumahan permukiman.
Akibatnya terjadi lahan terbangun yang mendominasi wilayah Jakarta dengan harga
lahan yang semakin mahal di pusat kota. Faktor inilah yang menyebabkan
Critical Review
Mata Kuliah Ekonomi Kota Page 5
sprawling area yaitu menciptakan wilayah tidak saling terikat secara fungsi antara satu
dengan yang lainnya. Sprawling area yang dimaksud disini seperti timbulnya
permukiman kumuh (slum area).
3. Sebaran fasilitas perkotaan
Efek yang timbul akibat pemanfaatan ruang yang berkaitan dengan persebaran
fasilitas kota, cenderung mengindikasikan adanya pemusatan aktivitas di beberapa
kawasan. Dampak bangkitan yang muncul adalah terakumulasinya aktivitas transportasi
ke pusat kota yang semakin padat. Hal ini terlihat, dimana terjadi pola pergerakan ke
pusat kota Jakarta dari kawasan suburban atau kota-kota di sekitar Jakarta seperti
Bogor, Tanggerang dan Bekasi yang menimbulkan kemacetan. Adapun besarnya
mobilitas penduduk ke tempat kerja menuju Jakarta yang berasal dari Bodetabek dan
dalam Jakarta sendiri mencapai angka 62,5%. Pola pergerakan seperti ini
mengakibatkan terbentuknya suatu pola ulang alik atau commuter antara DKI Jakarta
dan Bodetabek.
4. Pengangguran dan Kemiskinan
Meledaknya jumlah pencari kerja baik disektor formal maupun informal
diakibatkan oleh tingkat penawaran kerja jauh melebihi tingkat permintaan sehingga
mengakibatkan tingginya angka pengangguran dan semi penganggguran di perkotaan.
Tingginya angka pengangguran akhirnya menyumbang pada semakin besarnya
komposisi masyarakat miskin di perkotaan sebagaimana yang terlihat di Kota Jakarta.
5. Kriminalitas
Tekanan untuk bertahan hidup akan mendorong manusia bertindak apapun
termasuk tindakan kriminal. Hal ini pulalah yang menjadi penyebab angka kriminalitas di
Jakarta semakin hari semakin meningkat. Himpitan akan tuntutan hidup yang tidak
dapat dipenuhi membuat sebagian individu memilih bertahan dengan cara tersebut.
IV. TINJAUAN KRITIS
A. Kelebihan Jurnal
Secara keseluruhan, pembahasan dalam jurnal tersebut sangat berguna dan informatif
dalam konteks permasalahan ekonomi kota. Jurnal ini mengangkat fenomena urbanisasi yang
terjadi pada kota-kota besar di Indonesia yang dampaknya sangat berpengaruh terhadap
Critical Review
Mata Kuliah Ekonomi Kota Page 6
analisis penulis tentang dampak-dampak apa saja yang diakibatkan dari fenomena urbanisasi
tersebut.
Selain itu, untuk studi kasus yang diangkat dalam jurnal ini juga sudah bisa mewakili
untuk dianalisis terkait fenomena urbanisasi. Karena seperti yang telah diketahui Jakarta
merupakan salah satu Kota terpadat di Indonesia dimana penduduk urban tiap tahunnya selalu
bertambah. Seperti yang dikutip dari data Bapedda Kota Jakarta, bahwa untuk tahun 2014
jumlah penduduk kota Jakarta sudah mencapai 10.075.300 jiwa dengan luas wilayah 664,01
Km2. Dari data ini terlihat bahwa daya dukung Kota Jakarta sudah tidak dapat menampung
kebutuhan penduduk. Penduduk yang tinggi di Kota Jakarta sebagian besar merupakan
penduduk urban dimana urbanisasi yang terjadi akan meningkat pada paska lebaran.
Sebagian besar penduduk yang datang ke Jakarta adalah untuk mencari pekerjaan
dimana peluang pekerjaan di Kota Jakarta lebih besar dibandingkan di desa. Hal ini sesuai
dengan pendapat Saladin (1989) dalam jurnal Urbanisasi dan Dampaknya Terhadap Lingkungan
bahwa salah satu daya tarik kota untuk melakukan urbanisasi adalah adanya banyak lapangan
pekerjaan dikarenakan kota merupakan pusat kegiatan baik pemerintah maupun perdagangan.
Akan tetapi penduduk urban yang datang ke Jakarta ini tidak didukung dengan skill yang
mumpuni sehingga menimbulkan tingkat pengangguran dan kemiskinan di perkotaan
meningkat. Seperti yang dikutip dalam Berita Resmi Statistik Provinsi DKI Jakarta bahwa pada
bulan Septemper 2014 terjadi peningkatan penduduk miskin sebesar 18,81 ribu jiwa. Dari
data-data tersebut telah membuktikkan bahwa urbanisasi berlebih di Kota Jakarta sudah dalam
keadaan kritis.
B. Kekurangan Jurnal
Namun dalam jurnal Dampak Urbanisasi Bagi Perkembangan Kota Di Indonesia ini masih
terdapat kekurangan yaitu penulis hanya menjelaskan dampak dari urbanisasi saja. Padahal
adanya dampak ini pasti terdapat faktor penyebab jadi sebaiknya dalam jurnalnya penulis juga
menjelaskan faktor terjadinya urbanisasi seperti yang dijelaskan Ischak dalam jurnal Urbanisasi
dan Dampaknya Terhadap Lingkungan dengan mengutip pendapat Saladin (1989) bahwa
urbanisasi terjadi dikarenakan adanya daya tarik kota. Selain itu, akan lebih menarik dan
bermanfaat lagi apabila dalam jurnal juga dibahas mengenai solusi yang tepat untuk
mengendalikan urbanisasi tersebut. Weller and Bouvier (1981), menyebutkan ada tiga alternatif
Critical Review
Mata Kuliah Ekonomi Kota Page 7
1. Melarang penduduk pindah ke kota. Kebijakan ini diterapkan oleh pemerintah kota di
indonesia dalam beberapa tahun terakhir, biasa disebut dengan operasi yustisi. Namun
kebijakan ini masih mengalami pro kontra antara berbagai pihak.
2. Menyeimbangkan pembangunan antara desa dan kota. Seperti yang diketahui, adanya
kesenjangan pembangunan merupakan faktor utama terjadinya urbanisasi.
3. Mengembangkan kota-kota kecil di daerah sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru.
Dengan cara ini akan mengakibatkan pertumbuhan ekonomi tidak hanya terpusat pada
satu titik saja.
Akan tetapi solusi-solusi tersebut tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya
koordinasi dari semua pihak. Oleh sebab itu diperlukan kerjasama baik dari masyarakat maupun
pemerintah untuk mengatasi fenomena urbanisasi tersebut.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dari pembahasan jurnal antara lain:
1. Urbanisasi merupakan suatu proses perubahan dari desa ke kota yang meliputi
wilayah/daerah beserta masyarakat di dalamnya dan dipengaruhi oleh aspek-aspek fisik
atau morfologi, sosial, ekonomi, budaya, dan psikologi masyarakatnya. Adanya
urbanisasi tidak hanya menimbulkan masalah di kota yang dituju namun juga
menimbulkan masalah di desa yang ditinggalkan.
2. Kondisi perkotaan yang semakin tidak terkendali akibat adanya urbanisasi yang berlebih,
telah menimbulkan berbagai masalah baru seperti meningkatnya kriminalitas akibat
kemiskinan, pengangguran besar-besaran, bertambahnya pemukiman kumuh, dan lain
sebagainya. Oleh karena itu, urbanisasi akan dlihat sebagai faktor penentu bagai sebuah
kota dapat berkembang baik secara fisik, maupun secara sosial.
B. Lesson Learned
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan diatas, maka pelajaran yang dapat
diambil antara lain:
1. Adanya fenomena urbanisasi dapat dilihat dari faktor pendorong terjadinya urbanisasi
tersebut yaitu dikarenakan adanya daya tarik kota yaitu persebaran fasilitas lebih
lengkap, banyak lapangan pekerjaan dan sifat kota sebagai pusat kegiatan baik sebagai
Critical Review
Mata Kuliah Ekonomi Kota Page 8
2. Terdapat tiga alternatif solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi urbanisasi yakni
dengan kebijakan penduduk desa dilarang pindah ke kota, adanya pemerataan
pembangunan serta mengembangkan potensi ekonomi pedesaan atau kota-kota kecil.
3. Di Indonesia terutama Jakarta dengan jumlah penduduk yang tinggi sebagian besar
adalah penduduk pendatang telah mengalami over urbanisasi atau urbanisasi berlebih
yang sangat memprihatinkan sehingga dibutuhkan solusi yang tepat untuk
mengatasinya.
4. Berdasarkan data BPS, pada tahun 2014 jumlah penduduk kota Jakarta telah mencapai
10.075.300 jiwa mengalami peningkatan jumlah penduduk miskin sebesar 18,81 ribu
Critical Review
Mata Kuliah Ekonomi Kota Page 9
DAFTAR PUSTAKA
BPS Provinsi DKI Jakarta. (2014). http://jakarta.bps.go.id/ (diakses pada 17 Maret 2015)
Bapedda Kota Jakarta. (2014). http://bappedajakarta.go.id/?page_id=1131 (diakses pada 17 Maret 2015)
Elvani, Dedy Yanwar. (2009). Fenomena Urbanisasi Pasca Lebaran: Transfer Orang Miskin Ke Kota. https://kammikomsatugm.wordpress.com/2009/09/29/fenomena-urbanisasi-pasca-lebaran-transfer-orang-miskin-ke-kota/ (diakses pada 13 Maret 2015)
Harahap, Fitri Ramdhani. (2013). Dampak Urbanisasi Bagi Perkembangan Kota di Indonesia. Jurnal Society: 35-45
35
DAMPAK URBANISASI BAGI PERKEMBANGAN KOTA DI INDONESIA
Fitri Ramdhani Harahap, S.Sos., M.Si
Abstract
This paper discusses the impact of urbanization posed by the rapidly developing city. Urbanization is the result of urban development and economic which ultimately affect the dynamics of the city, especially in contact with the city's ability as an attraction for people to work and live. The impact of urban development is first, physical: land vs land up green, the distribution of urban facilities, transportation networks, patterns of movement to the city center, the development of land use, environmental issues, and slums. Second, socially; unemployment, poverty, and criminalitas.
Key words:
Urbanization Impact, Developing City, and Urban Sociology
I. PENDAHULUAN
Maraknya pembangunan di kota-kota
besar di Indonesia dapat memacu
pertumbuhan ekonomi. Sebagai
dampaknya,1kota-kota tersebut akan
menjadi magnet bagi penduduk untuk
berdatangan mencari pekerjaan dan
bertempat tinggal. Hal ini sering disebut dengan urbanisasi. Namun urbanisasi ini menimbulkan berbagai macam masalah karena tidak ada pengendalian di dalamnya. Masalah ini lah yang dihadapi Negara Indonesia saat ini yaitu pertumbuhan konsentrasi penduduk yang tinggi. Lebih buruk lagi, hal ini tidak diikuti dengan
kecepatan yang sebanding dengan
perkembangan industrialisasi. Masalah ini akhirnya menimbulkan fenomena yaitu urbanisasi berlebih.
Adanya urbanisasi yang berlebih ini telah menimbulkan berbagai masalah di Indonesia. Tidak hanya menimbulkan masalah di kota yang dituju namun juga menimbulkan masalah di desa yang
* Penulis adalah Dosen pada Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Bangka Belitung.
ditinggalkan. Masalah yang terjadi kota antara lain yaitu meningkatnya angka
kemiskinan sehingga pemukiman
kumuhnya juga meningkat, peningkatan urban crime dan masih banyak masalah lain. Di desa juga akan timbul masalah diantaranya yakni berkurangnya sumber daya manusia karena penduduknya telah pergi ke kota, desa akhirnya tidak mengalami perkembangan yang nyata.
Urbanisasi dipicu adanya perbedaan
pertumbuhan atau ketidakmerataan
fasilitas-fasilitas dari pembangunan,
khususnya antara daerah pedesaan dan perkotaan. Akibatnya, wilayah perkotaan menjadi magnet menarik bagi kaum urban untuk mencari pekerjaan. Dengan demikian,
urbanisasi sejatinya merupakan suatu
36 bahwa jumlah kota-kota kecil (<100 ribu
penduduk) sangat besar dibandingkan dengan kota menengah (500 ribu sampai 1 juta penduduk). Kondisi ini mengakibatkan perpindahan penduduk menuju kota besar cenderung tidak terkendali. Ada fenomena kota-kota besar akan selalu tumbuh dan berkembang, kemudian membentuk kota yang disebut kota-kota metropolitan. Salah satu kota yang telah mengalami hal ini adalah kota Jakarta sebagai ibu kita dari negara Indonesia sendiri. Dimulai sebagai kota besar kemudian berkembang menjadi kota metropolitan dan saat ini mengarah menjadi kota megapolitan.
Kondisi perkotaan yang semakin tidak terkendali akibat adanya urbanisasi yang berlebih, telah menimbulkan berbagai
masalah baru seperti meningkatnya
kriminalitas akibat kemiskinan,
pengangguran besar-besaran, bertambahnya pemukiman kumuh, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, urbanisasi akan dlihat sebagai faktor penentu bagai sebuah kota dapat berkembang baik secara fisik, maupun secara sosial. Dengan begitu, bentuk atau pengertian dari urbanisasi itu dapat dilihat dengan lebih jelas juga akibat dampak yang ditimbulkannya terhadap kehidupan di kota.
II. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Urbanisasi
Pengertian urbanisasi menurut
Ensiklopedi Nasional Indonesia adalah, suatu proses kenaikan proporsi jumlah penduduk yang tinggal di daerah perkotaan.
Selain itu dalam ilmu lingkungan,
urbanisasi dapat diartikan sebagai suatu proses pengkotaan suatu wilayah. Proses pengkotaan ini dapat diartikan dalam dua pengertian. Pengertian pertama, adalah merupakan suatu perubahan secara esensial
unsur fisik dan sosial-ekonomi-budaya
wilayah karena percepatan kemajuan
ekonomi. Contohnya adalah daerah
Cibinong dan Bontang yang berubah dari desa ke kota karena adanya kegiatan
industri. Pengertian kedua adalah
banyaknya penduduk yang pindah dari desa ke kota, karena adanya penarik di kota, misal kesempatan kerja.
Pengertian urbanisasi ini pun
berbeda-beda, sesuai dengan interpretasi setiap orang yang berbeda-beda. Ir. Triatno Yudo Harjoko (2010) pengertian urbanisasi diartikan sebagai suatu proses perubahan masyarakat dan kawasan dalam suatu wilayah yang non-urban menjadi urban. Secara spasial, hal ini dikatakan sebagai suatu proses diferensiasi dan spesialisasi pemanfaatan ruang dimana lokasi tertentu menerima bagian pemukim dan fasilitas yang tidak proporsional.
Shogo kayono dalam Abbas (2002) memberikan pengertian urbanisasi sebagai perpindahan dan pemusatan penduduk secara nyata yang memberi dampak dalam hubungannya dengan masyarakat baru yang
dilatar belakangi oleh faktor sosial,
ekonomi, politik dan budaya. Sementara Keban dalam Abbas (2002) berpendapat bahwa urbanisasi jangan hanya dalam konteks demografi saja karena urbanisasi
mengandung pengertian yang
multidimensional. Urbanisasi dari
pendekatan demografis berarti sebagai
suatu proses peningkatan konsentrasi
penduduk diperkotaan sehingga proporsi penduduk yang tinggal menjadi meningkat yang biasanya secara sederhana konsentrasi tersebut diukur dari proporsi penduduk yang tinggal di perkotaan, kecepatan perubahan proporsi tersebut, dan perubahan
jumlah pusat-pusat kota. Sedangkan
37 politik didefenisikan sebagai transformasi
sosial ekonomi yang timbul sebagai akibat
dari pengembangan dan ekspansi
kapitalisme (capitalist urbanization).
Dalam konteks modernisasi, urbanisasi mengandung pengertian sebagai perubahan nilai dari orientasi tradisional ke orientasi modern sehingga terjadi difusi modal,
teknologi, nilai-nilai, pengelolaan
kelembagaan dan orientasi dari masyarakat tradisional ke dunia barat (kota).
Pengertian lain dari urbanisasi,
dikemukakan oleh Dr. PJM Nas (2010),
pengertian pertama diutarakan bahwa
urbanisasi merupakan suatu proses
pembentukan kota, suatu proses yang digerakkan oleh perubahan struktural dalam masyarakat sehingga daerah-daerah yang dulu merupakan daerah pedesaan dengan struktur mata pencaharian yang agraris maupun sifat kehidupan masyarakatnya lambat laun atau melalui proses yang mendadak memperoleh sifat kehidupan kota. Pengertian kedua dari urbanisasi adalah, bahwa urbanisasi menyangkut adanya gejala perluasan pengaruh kota ke pedesaan yang dilihat dari sudut morfologi, ekonomi, sosial dan psikologi.
Dari beberapa pengertian mengenai urbanisasi yang diuraikan di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa pengertian
urbanisasi adalah merupakan suatu proses perubahan dari desa ke kota yang meliputi
wilayah/daerah beserta masyarakat di
dalamnya dan dipengaruhi oleh aspek- aspek fisik atau morfologi, sosial, ekonomi, budaya, dan psikologi masyarakatnya.
2.2. Dampak Urbanisasi
Di Indonesia, persoalan urbanisasi
sudah dimulai dengan digulirkannya
beberapa kebijakan ”gegabah” orde baru. Pertama, adanya kebijakan ekonomi makro
(1967-1980), di mana kota sebagai pusat
ekonomi. Kedua, kombinasi antara
kebijaksanaan substitusi impor dan
investasi asing di sektor perpabrikan
(manufacturing), yang justru memicu
polarisasi pembangunan terpusat pada metropolitan Jakarta. Ketiga, penyebaran yang cepat dari proses mekanisasi sektor pertanian pada awal dasawarsa 1980-an, yang menyebabkan kaum muda dan para sarjana, enggan menggeluti dunia pertanian atau kembali ke daerah asal.
Arus urbansiasi yang tidak terkendali ini dianggap merusak strategi rencana pembangunan kota dan menghisap fasilitas perkotaan di luar kemampuan pengendalian pemerintah kota. Beberapa akibat negatif tersebut akan meningkat pada masalah kriminalitas yang bertambah dan turunnya tingkat kesejahteraan. Dampak negatif lainnnya yang muncul adalah terjadinya “over urbanisasi” yaitu dimana prosentase penduduk kota yang sangat besar yang
tidak sesuai dengan perkembangan
ekonomi negara. Selain itu juga dapat terjadi “under ruralisasi” yaitu jumlah penduduk di pedesaan terlalu kecil bagi tingkat dan cara produksi yang ada.
Pada saat kota mendominasi fungsi sosial, ekonomi, pendidikan dan hirarki urban. Hal ini menimbulkan terjadinya
pengangguran dan under employment. Kota
dipandang sebagai inefisien dan artificial
proses “pseudo-urbanisastion”. Sehingga urbanisasi merupakan variable dependen terhadap pertumbuhan ekonomi.
Persoalan-persoalan urbanisasi telah menjadi perhatian yang cukup besar,
beberapa pemikiran yang membahas
kebutuhan-38
kebutuhan kota dapat memperlambat
kemajuan ekonomi. Sedangkan menurut Keban, proses urbanisasi yang tidak terkendali dan adanya hirarki kota akan menimbulkan berbagai akibat negatif yaitu munculnya gejala kemiskinan di perkotaan,
ketimpangan income perkapita,
pengangguran, kriminalitas, polusi udara dan suara, pertumbuhan daerah kumuh, dan sebagainya.
Gmelch dan Zenner (1980)
membahas mengenai dampak sosial yang
ditimbulkan oleh urbanisasi dengan
menggunakan pendekatan tiga teori
urbanisasi yaitu :
1. Determinist Theory atau dikenal juga
dengan theory of urban anomie.
Writh (1938) sebagai salah satu tokoh yang paling berpengaruh dalam teori ini
memulai analisasnya dengan
mendefinisikan “kota” sebagai sebuah
wilayah yang relatif besar, padat, dan tempat tinggal permanen dari individu yang secara sosial sangat beragam.
Writh menganalisis bagaimana
urbanisasi menghasilkan disorganisasi
sosial dan gangguan kepribadian.
Argumen yang digunakan Writh
berdasarkan argument psikologi dan struktur sosial.
Argumen psikologi Writh didasarkan pada pemikiran George Simmel yang
juga gurunya dalam tulisan “The
Metropolis and Mental Life”. Simmel memusatkan perhatiannya pada cara hidup di kota yang mengubah cara berfikir dan kepribadian individu. Bagaimana stimulasi yang cepat dan terputus dirubah oleh stimulasi yang datang dari dalam dan luar individu. Stimulasi yang paling berpengaruh menurut Simmel antara lain adalah pemandangan, suara, bau, tindakan
orang lain, sehingga individu merespon untuk melindungi diri dan beradaptasi dengan fikiran dan hati. Dengan adanya stimulasi dan cara individu merespon tersebut menjadikan individu lebih intelek, rasional, dan berjarak secara emosional dengan orang lain. Suara klakson, telepon, pantulan cahaya, pandangan dan perilaku orang asing,
berita surat kabar mempengaruhi
perilaku individu dengan reaksi yang
berbeda-beda. Hal ini sangat
memungkinkan bagi individu untuk mengalami gangguan kepribadian. Analisa struktur sosial dalam teori ini tidak jauh berbeda dengan argumen psikologi, tetapi dalam proses yang berbeda. Dalam kompetisi ekonomi,
spesialisasi pekerjaan, meraih
keunggulan, dan kemajemukan kota menghasilkan keberagaman aktivitas kehidupan sosial, seperti di dunia
pekerjaan, kehidupan bertetangga,
rumah tangga, dan sebagainya.
Sehingga waktu dan perhatian inidividu terpecah dan terputus pada tempat dan orang yang berbeda. Sebagai contoh,
seorang pengusaha; sarapan pagi
dengan keluarga, rapat dengan rekan kerja di kantor, makan siang dengan kolega, rapat dengan klien, bermain golf dengan teman-teman, dan akhirnya
makan malam dengan tetangga.
Keberagaman aktivitas ini membuat inidividu terisolasi dari kehidupan sosialnya dan inilah yang memberi
peluang terjadinya anomi karena
hilangnya ikatan-ikatan sosial yang berisi nilai-nilai.
2. Compositional theory.
Tidak seperti Determinist Theory, teori
39 individu atau masyarakat. Teori ini
berpendapat bahwa keberagaman
kehidupan sosial tidak serta merta mempengaruhi perilaku individu dan masyarakat sebab setiap individu atau
masyarakat memiliki atribut-atribut
yang dapat membantu mereka
menangani permasalahan urbanisasi. Atribut-atribut yang dimaksud antara lain etnisitas, latar belakang keluarga, kehidupan bertetangga, kekerabatan, ikatan pekerjaan, dan lain-lain. Jadi tidak semua individu dapat terpengaruh oleh urbanisasi karena tergantung pada
atribut-atribut yang dimilikinya.
Sebagai contoh, seseorang yang tidak menikah bukan disebabkan oleh ketidak mampuan secara pribadi tetapi lebih dikarenakan oleh perbandingan antara laki-laki dan perempuan yang tidak seimbang.
3. Subculture theory.
Teori ini sebagai hasil sintesa dari Determinist Theory dan Compositional
theory, melihat bahwa urbanisasi
berdampak langsung terhadap individu
dan masyarakat tetapi tidak
mengintervensi. Asumsinya didasarkan pada pada dua hal yaitu; pertama, banyaknya migran yang datang ke kota dengan membawa budaya dan nilai yang beragam sehingga memberikan
kontribusi terhadap bentuk
keberagaman kehidupan sosial. Kedua, tekanan-tekanan struktur yang beragam seperti spesialisasi pekerjaan, tuntutan
institusi, dan sebagainya yang
menghasilkan subkultur-subkultur baru. Sebagai contoh subkultur mahasiswa,
etnis Cina-Amerika, criminal
professional, homoseksual, artis,
misionaris, dan lain-lain.
Dampak negatif lainnya yang
ditimbulkan oleh tingginya arus urbanisasi di Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Semakin minimnya lahan kosong di
daerah perkotaan. Pertambahan
penduduk kota yang begitu pesat, sudah sulit diikuti kemampuan daya dukung kotanya. Saat ini, lahan kosong di daerah perkotaan sangat jarang ditemui. ruang untuk tempat tinggal, ruang untuk kelancaran lalu lintas kendaraan, dan tempat parkir sudah sangat minim. Bahkan, lahan untuk Ruang Terbuka Hijau (RTH) pun sudah tidak ada lagi. Lahan kosong yang terdapat di daerah perkotaan telah banyak dimanfaatkan
oleh para urban sebagai lahan
pemukiman, perdagangan, dan
perindustrian yang legal maupun ilegal.
Bangunan-bangunan yang didirikan
untuk perdagangan maupun
perindustrian umumnya dimiliki oleh warga pendatang. Selain itu, para urban yang tidak memiliki tempat tinggal biasanya menggunakan lahan kosong sebagai pemukiman liar mereka. hal ini menyebabkan semakin minimnya lahan kosong di daerah perkotaan.
2. Menambah polusi di daerah perkotaan.
Masyarakat yang melakukan urbanisasi baik dengan tujuan mencari pekerjaan maupun untuk memperoleh pendidikan,
umumnya memiliki kendaraan.
Pertambahan kendaraan bermotor roda dua dan roda empat yang membanjiri kota yang terus menerus, menimbulkan
berbagai polusi atau pemcemaran
seperti polusi udara dan kebisingan atau polusi suara bagi telinga manusia. Ekologi di daerah kota tidak lagi terdapat keseimbangan yang dapat
menjaga keharmonisan lingkungan
40 Sebagian besar kota di Indonesia
mengalami persoalan polusi sebagai akibat dari proses urbanisasi, baik oleh semakin banyaknya jumlah kendaraan maupun oleh industri-industri yang tumbuh.
3. Penyebab bencana alam. Para urban
yang tidak memiliki pekerjaan dan tempat tinggal biasanya menggunakan lahan kosong di pusat kota maupun di daerah pinggiran Daerah Aliran Sungai (DAS) untuk mendirikan bangunan liar baik untuk pemukiman maupun lahan berdagang mereka. Hal ini tentunya akan membuat lingkungan tersebut yang seharusnya bermanfaat untuk menyerap air hujan justru menjadi penyebab terjadinya banjir. daerah
aliran sungai sudah tidak bisa
menampung air hujan lagi.
4. Pencemaran yang bersifat sosial dan
ekonomi. Kepergian penduduk desa ke kota untuk mengadu nasib tidaklah menjadi masalah apabila masyarakat mempunyai keterampilan tertentu yang
dibutuhkan di kota. Namun,
kenyataanya banyak diantara mereka yang datang ke kota tanpa memiliki keterampilan kecuali bertani. Oleh karena itu, sulit bagi mereka untuk memperoleh pekerjaan yang layak. Mereka terpaksa bekerja sebagai buruh
harian, penjaga malam, pembantu
rumah tangga, tukang becak, masalah pedagang kaki lima dan pekerjaan lain yang sejenis. Hal ini akhitnya akan meningkatkan jumlah pengangguran di kota yang menimbulkan kemiskinan
dan pada akhirnya untuk dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya, orang-orang akan nekat melakukan tindak kejahatan seperti mencuri, merampok
bahkan membunuh. Ada juga
masyarakat yang gagal memperoleh pekerjaan sejenis itu menjadi tunakarya, tunawisma, dan tunasusila.
5. Penyebab kemacetan lalu lintas.
Padatnya penduduk di kota
menyebabkan kemacetan dimana-mana, ditambah lagi arus urbanisasi yang makin bertambah. Para urban yang tidak memiliki tempat tinggal maupun
pekerjaan banyak mendirikan
pemukiman liar di sekitar jalan, sehingga kota yang awalnya sudah macet bertambah macet. Selain itu tidak sedikit para urban memiliki kendaraan sehingga menambah volum kendaraan di setiap ruas jalan di kota.
6. Merusak tata kota. Pada negara
berkembang, kota-kotanya tdiak siap dalam menyediakan perumahan yang layak bagi seluruh populasinya. Apalagi para migran tersebut kebanyakan adalah kaum miskin yang tidak mampu untuk membangun atau membeli perumahan yang layak bagi mereka sendiri.
Akibatnya timbul perkampungan
kumuh dan liar di tanah-tanah
pemerintah.
2.3 Dampak Urbanisasi Bagi
Perkembangan Kota Di Indonesia
Menurut Tjiptoherijanto (2007),
meningkatnya proses urbanisasi tidak
terlepas dari kebijaksanaan pembangunan
perkotaan, khususnya pembangunan
ekonomi yang dikembangkan oleh
pemerintah. Sebagaimana diketahui
peningkatan jumlah penduduk akan
berkorelasi positif dengan meningkatnya
urbanisasi di suatu wilayah. Ada
kecenderungan bahwa aktivitas
perekonomian akan terpusat pada suatu area
yang memiliki tingkat konsentrasi
41 positif antara konsentrasi penduduk dengan
aktivitas kegiatan ekonomi ini akan menyebabkan makin membesarnya area
konsentrasi penduduk, sehingga
menimbulkan apa yang dikenal dengan nama daerah perkotaan.
Jakarta
Karakteristik urbanisasi yang terjadi di DKI (Daerah Khusus Ibukota) Jakarta hampir sama dengan kota-kota besar di dunia, yaitu ditandai dengan meningkatnya jumlah penduduk kota yang terjadi setiap
tahun. Kemudian dilanjutkan dengan
pemusatan segala aktivitas masyarakat yang tertuju pada satu kawasan sehingga secara radikal merubah struktur keruangan kota. Perubahan tersebut terlihat pada pola
perubahan pemanfaatan lahan yang
diindikasikan oleh intensitas lahan
terbangun, sebaran fasilitas perkotaan, sistem jaringan transportasi serta pola
pergerakan ke pusat kota, juga
perkembangan land use, perkembangan tingkat urbanisasi dan migrasi penduduk
kota, dan selanjutnya perkembangan
aktivitas ekonomi kota.
Metropolitan Jakarta memiliki laju perkembangan kota sangat tinggi dan kompleks. Gejala tersebut mulai terasa sejak akhir tahun 60-an hingga sekarang. Hingga kini urbanisasi di Jakarta telah membengkak lebih dari 10 juta jiwa dengan
pertambahan penduduk relatif tinggi.
Akibatnya telah terjadi kemacetan lalu lintas, pencemaran lingkungan, banjir, dan penggunaan lahan yang tak terkendali. Kondisi seperti ini telah menjadi fenomena keseharian bagi pertumbuhan Kota Jakarta.
Perkembangan pemanfaatan lahan di
Jakarta mulai meningkat dengan
dimulainya Repelita. Pada Pelita I dan II, pemerintah bertindak sebagai satu-satunya
pemrakarsa pembangunan. Namun
kemudian pada Pelita III peran swasta mulai nampak dan memiliki kemampuan untuk melakukan investasi pembangunan.
Sebagai akibatnya, kawasan dengan
kepadatan rendah yang awalnya
diperuntukkan sebagai cachtment area
(daerah tangkapan air) berubah menjadi lahan perumahan. Demikian pula dengan kawasan pinggiran Jakarta (perbatasan dengan Botabek), sudah berkembang pesat aktivitas-aktivitas perumahan dan industri. Perkembangan lebih lanjut tidak hanya di wilayah Kota Jakarta, melainkan menyebar
sampai ke wilayah Bogor, Bekasi,
Tangerang, dan Depok hingga kemudian ditetapkan sebagai wilayah perluasan Kota Jakarta yang disebut dengan Jabodetabek.
Dampak yang ditimbulkan proses urbanisasi bagi Kota Jakarta :
Lahan terbagun vs lahan hijau/terbuka.
Perkembangan Kota Jakarta yang
semakin meningkat menimbulkan
beberapa permasalahan, terutama dalam
hal kebutuan perumahan dan
transportasi. Pembangunan perumahan baik oleh pemerintah maupun swasta
berdampak pada meningkatnya
intensitas lahan terbangun, bahkan lahan konservasi juga dijadikan sebagai perluasan permukiman kota. Intensitas lahan terbangun yang terus meningkat menyebabkan sulit dijumpainya lahan hijau/terbuka yang berfungsi sebagai ruang publik. Dapat dipastikan hampir seluruh lahan di DKI (Daerah Khusus Ibukota) Jakarta sudah terbangun baik untuk bangunan perumahan, kawasan
perdagangan dan jasa, industri,
perkantoran maupun bangunan lain.
Sebaran failitas perkotaan.
42 ibukota negara. Fungsi ini tidak hanya
sebagai pusat pelayanan secara nasional tetapi juga interaksi antar negara. Disamping sebagai pusat pemerintahan, pusat industri dan perdagangan, pusat aktivitas pelayanan jasa, Jakarta juga sebagai pintu masuk dan keluarnya
transportasi internasional yang
mobilitasnya cukup tinggi. Karena sifatnya yang demikian, maka muncul
berbagai kawasan perdagangan,
kawasan rekreasi, serta didukung oleh fasilitas perekonomian.
Efek yang timbul akibat pemanfaatan ruang yang berkaitan dengan persebaran fasilitas kota, cenderung mengindikasikan adanya pemusatan aktivitas di beberapa kawasan. Dampak bangkitan yang muncul
adalah terakumulasinya aktivitas
transportasi ke pusat kota yang semakin padat. Fenomena ini adalah bukti nyata tidak terkendalinya aktivitas transportasi kota dengan baik.
Jaringan transportasi dan pola
pergerakan ke pusat kota.
Jaringan transportasi dan pola
pergerakan ke pusat kota Jakarta dari kawasan suburban dan atau kota-kota di
luar Jakarta memicu adanya
penyesuaian, perbaikan, dan
penambahan jalan dan moda angkutan baru. Data tahun 1998/1999 mencatat bahwa pada jam-jam puncak setidaknya terdapat lebih dari 40.000 kendaraan yang melintas di berbagai ruas jalan di Jakarta. Selain itu, besarnya mobilitas penduduk ke tempat kerja menuju Jakarta yang berasal dari Bodetabek dan dalam Jakarta sendiri mencapai angka 62,5%. Pola pergerakan seperti ini mengakibatkan terbentuknya suatu pola ulang alik atau commuter antara DKI Jakarta dan Bodetabek. Faktor
utama penyebab kemacetan tersebut adalah adanya bangkitan penduduk di wilayah Botabek ke wilayah DKI Jakarta. Kebijakan penambahan dan pelebaran badan jalan hanyalah salah satu terapi masalah transportasi, sebab
apabila mobilitas penduduk tidak
dikendalikan dengan baik tanpa melihat aspek keruangannya, maka kemacetan selamanya akan tetap muncul. Oleh karena itu pelebaran badan jalan sebagai langkah antisipasi, tidak akan begitu
saja dapat mengatasi persoalan
transportasi. Penekanan penanganan
sistem transportasi harus diiringi
dengan pemerataan pusat-pusat fasilitas publik di berbagai kawasan sub urban. Dengan demikian pola pergerakan penduduk yang selama ini terpusat di Jakarta, berangsur-angsur mengarah dan menyebar ke kawasan sub urban.
Perkembangan land use.
Perkembangan Kota Jakarta mulai menunjukkan percepatan pembangunan sejak awal Repelita III sejalan dengan keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi. Lalu perkembangan tersebut
semakin masif, dimana terjadi
pembangunan dan pengembangan
seperti permukiman/perumahan secara intensif dan ekstensif yang dilakukan oleh pemerintah maupun pihak swasta. Hal ini berdampak pada perubahan struktur tata ruang perkotaan DKI Jakarta.
43 wilayah pinggiran Jakarta yang dibarengi
dengan sistem aksesibilitas yang semakin baik. Perkembangan yang dimulai dari barat kota satelit Bumi Serpong Damai, kemudian Lippo Karawaci, Kota Legenda, memanjang hingga Balaraja Industrial Esate, merupakan bukti nyata adanya pergeseran minat investasi itu.
Pada saat ini perkembangan struktur ruang Kota Jakarta masih diarahkan pada pengembangan poros barat dan timur. Akan tetapi karena tekanan pembangunan yang cukup besar maka daerah selatan pun
yang sebelumnya adalah kawasan
tangkapan air, berangsur-angsur mulai berdiri bangunan-bangunan permukiman. Dampak yang timbul adalah terjadinya sprawling area yang menciptakan wilayah tidak saling terikat secara fungsi antara satu dengan lainnya.
Pemukiman kumuh.
Seiring dengan meluasnya urbanisasi,
tumbuh subur kantung-kantung
pemukiman kumuh (slum area) dan kampong-kampung di tengah kota yang serba menyesakkan dan liar. Semakin banyak penduduk kota yang tinggal berhimpit-himpit di berbagai pusat pemukiman yang sebenarnya tidak pantas dihuni oleh manusia. Namun pemukiman-pemukiman ini terus saja mendapat tambahan para pemukim tetap dengan jumlah dua kali lipat setiap lima hingga sepuluh tahun.
Pemukiman-pemukiman kumuh di
Jakarta dapat dilihat di daerah
pinggiran sungai, di bawah jembatan,
daerah pinggiran rel, pusat
perdagangan, dan sebagainya.
Permasalahan lingkungan.
Pengalihan fungsi lahan secara
berlebihan menimbulkan ketidak
seimbangan alam akibat pembangunan
yang dilakukan tanpa perencanaan
terpadu. Pengelolaan sarana dan
prasarana kota yang tidak baik juga turut menyumbang terhadap semakin tingginya angka kerusakan alam di Kota Jakarta. Banjir, tanah longsor, polusi udara, tanah, air dan suara merupakan permasalahan lingkungan yang sangat mudah dijumpai di Kota Jakarta.
Pengangguran dan kemiskinan.
Meledaknya jumlah pencari tenaga kerja baik di sektor formal maupun
sektor informal diakibatkan oleh
tingkat penawaran tenaga kerja jauh melebihi tingkat permintaan yang ada,
sehingga mengakibatkan tingginya
angka pengangguran dan semi
pengangguran di daerah perkotaan. Terbatasnya pendidikan, kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki juga menjadi penghalan bagi pencari kerja
untuk mendapatkan pekerjaan.
Tingginya angka pengangguran
akhirnya menyumbang pada semakin besarnya komposisi orang-orang atau
masyarakat miskin di perkotaan
sebagaimana yang terlihat di Kota Jakarta.
Kriminalitas.
Tekanan untuk bertahan hidup
44 lagi dalam kehidupan perkotaan di
Jakarta.
III. PENUTUP
Kesimpulan
Masalah urbanisasi yang dihadapi Indonesia saat ini yaitu pertumbuhan konsentrasi penduduk yang tinggi. Lebih buruk lagi, hal ini tidak diikuti dengan
kecepatan yang sebanding dengan
perkembangan industrialisasi. Masalah ini akhirnya menimbulkan fenomena yaitu urbanisasi berlebih. Adanya urbanisasi yang berlebih ini telah menimbulkan berbagai
masalah di Indonesia. Tidak hanya
menimbulkan masalah di kota yang dituju namun juga menimbulkan masalah di desa yang ditinggalkan. Masalah yang terjadi kota antara lain yaitu meningkatnya angka
kemiskinan sehingga pemukiman
kumuhnya juga meningkat, peningkatan
urban crime dan masih banyak masalah
lain. Di desa juga akan timbul masalah diantaranya yakni berkurangnya sumber daya manusia karena penduduknya telah pergi ke kota, desa akhirnya tidak mengalami perkembangan yang nyata.
Kondisi perkotaan yang semakin tidak terkendali akibat adanya urbanisasi yang berlebih, telah menimbulkan berbagai
masalah baru seperti meningkatnya
kriminalitas akibat kemiskinan,
pengangguran besar-besaran, bertambahnya pemukiman kumuh, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, urbanisasi akan dlihat sebagai faktor penentu bagai sebuah kota dapat berkembang baik secara fisik, maupun secara sosial. Dengan begitu, bentuk atau pengertian dari urbanisasi itu dapat dilihat dengan lebih jelas juga
akibat/dampak yang ditimbulkannya
terhadap kehidupan di kota.
Dampak urbanisasi bagi
perkembangan kota denga melihat
perkembangan Kota Jakarta yaitu :
1. Secara fisik
- Lahan terbangun vs lahan
hijau/terbuka
Dapat dipastikan hampir seluruh
lahan di DKI Jakarta sudah
terbangun baik untuk bangunan perumahan, kawasan perdagangan dan jasa, industri, perkantoran maupun bangunan lain. Intensitas
lahan terbangun yang terus
meningkat menyebabkan sulit
dijumpainya lahan hijau/terbuka
yang berfungsi sebagai ruang publik
Sebaran fasilitas perkotaan
Disamping sebagai pusat
pemerintahan, pusat industri dan
perdagangan, pusat aktivitas
pelayanan jasa, Jakarta juga sebagai
pintu masuk dan keluarnya
transportasi internasional yang
mobilitasnya cukup tinggi. Karena
sifatnya yang demikian, maka
muncul berbagai kawasan
perdagangan, kawasan rekreasi,
serta didukung oleh fasilitas
perekonomian.
Jaringan transportasi dan pola
pergerakan ke pusat kota
Jaringan transportasi dan pola
pergerakan ke pusat kota Jakarta dari kawasan suburban dan atau kota-kota di luar Jakarta memicu adanya penyesuaian, perbaikan, dan
penambahan jalan dan moda
angkutan baru.
Perkembangan land use
Pembangunan dan pengembangan permukiman atau perumahan secara
45 dilakukan oleh pemerintah maupun
pihak swasta yang berdampak pada
perubahan struktur tata ruang
perkotaan DKI Jakarta.
Permasalahan lingkungan
Menurunnya daya dukung dan kualitas lingkungan sebagai akibat
dari pembangunan yang tidak
terencana serta pengaturan sarana dan prasarana kota yang semrawut
menimbulkan permasalahan
lingkungan yang semakin parah seperti banjir, tanah longsor, polusi udara, tanah, air dan udara.
Pemukiman kumuh
Semakin banyak penduduk kota yang tinggal berhimpit-himpit di berbagai pusat pemukiman dan terus bertambahnya para pemukim tetap dengan jumlah dua kali lipat setiap lima hingga sepuluh tahun.
2. Secara sosial
Pengangguran dan kemiskinan
Meledaknya jumlah pencari tenaga kerja baik di sektor formal maupun sektor informal diakibatkan oleh tingkat penawaran tenaga kerja jauh melebihi tingkat permintaan yang
ada, sehingga mengakibatkan
tingginya angka pengangguran dan
semi pengangguran di daerah
perkotaan. Terbatasnya pendidikan, kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki juga menjadi penghalan
bagi pencari kerja untuk
mendapatkan pekerjaan.
Kriminalitas
Tekanan untuk bertahan hidup (survive) misalnya, akan mendorong manusia bertindak apapun, termasuk tindakan kriminal. Hal ini pulalah yang menjadi penyebab mengapa
angka kriminalitas di Jakarta
semakin hari semakin meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Abbas, Ardi, Diktat Untuk Kalangan
Sendiri : Sosiologi Perkotaan, Padang
: Jurusan Sosiologi Universitas
Andalas, Padang, 2002.
Ardiyansyah, Adi, Dampak Kemiskinan
Kota Terhadap Perumahan dan
Pemukiman Di kota-kota Besar di
Indonesia (online), 2009,
http://file.upi.edu, Diakses 7
Desember 2011.
Daldjoeni, N., Seluk Beluk Masyarakat
Kota Pusparagam Sosiologi Kota,
Penerbit Alumni, Bandung, 1978.
Gmelch, George., Watter P Zenner
(Editors), Urban Life Reading in
Urban Anthropology, St. Martin’s Press, New York, 1980.
Rahardjo, Perkembangan Kota dan
Permasalahannya, PT Bina Aksara
Jakarta, 1993.
Syaukat, Syarifah F., Kota dan
Perkembangannya di Indonesia,
Makalah, Tidak dipublikasikan, 2005.
Todaro, Michael P, Pembangunan Ekonomi
Di Dunia Ketiga, Erlangga, Jakarta, 1983.
Tjiptoherijanto, Prijono,. Urbanisasi,
Mobilitas dan Perkembangan
Perkotaan di Indonesia, 2007,