• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemberian Isolat Fase Eter Ekstraks Petroleum Eter Daun Katu (Sauropus Androgynus (L.) Merr.) terhadap Peningkatan Sekresi Air Susu Mencit Betina yang Menyusui Repository - UNAIR REPOSITORY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengaruh Pemberian Isolat Fase Eter Ekstraks Petroleum Eter Daun Katu (Sauropus Androgynus (L.) Merr.) terhadap Peningkatan Sekresi Air Susu Mencit Betina yang Menyusui Repository - UNAIR REPOSITORY"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

S K R IP S I

S U N A S T O

PENGARUH PEMBERIAN

ISOLAT FASE ETER

EKSTRAKS PETROLEUM ETER DAUN KATU

( SAUROPUS ANDROGYNUS ( L. ) M ERR.)

TERHADAP PENINGKATAN SEKRESI

AIR SUSU MENCIT BETINA

YANG MENYUSUI

» a

j 1 KW • \ r \ ^A ,

I N I V f c R S I T A S A J K L A W U O ^

S i) R A 8 A Y *

r-r- I

a

F A K U L T A S F A R M A S 1 UNIVERSITAS A 1 R L A N G G A

S U R A B A Y A

1 9 9 1

(2)

PBHGARUH PBMBERIAH ISOLAT FASE ETER EKSTRAKS

PETROLEUM ETER DAUN KATU (8AUR0PUS ANDROGYNUS (L.) K E R R . )

TERHADAP PENINGKATAN SEKRESI AIR SUSU MENCIT BETINA TANG MENTOSUI

SKRIPSI

DIBUAT UNTUIC MEMENUHI TUGAS AKHIR DAL AM

MENCAPAI GE1AR SARJANA FARMAS I

PADA FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS AIRLANGGA

1991

oleh

SUNARTO

058510709

Disetujui oleh pem'bimbing

(3)

P R A K A T A

Segala puji dan syukur ke hadirat Allah Tang Ma- ha Kuasa, atas berkat, rahmat dan hidayaliNya yang dilim- pahkan kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan ta gas skripsi Ini untuk memenuhi tugas akhir dalam

menca-Sftrjana FarnmaA pada Pakultae ffarmasA tJniver- sitas Airlangga Surabaya*

Skripsi saya berjudul : "Pengaruh pemberian iso-? lat fase eter ekstraks petroleum eter daun katu (Sauro- pus androgvnus (!•) Merr*) terhadap peningkatan sekresi air susu mencit betina yang menyusui".

Dalam penulisan skripsi ini tidak akan dapat ber jalan dengan lancar, jika tanpa adanya bentuan dari pi- hak lain baik yang berupa pikiran dan/atau waktu untuk membantu* Oleh karena itu tidak lupa saya ucapkan teri- makasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Ibu Dra. Mangestuti Agil MS, selaku dosen perabim bing skripsi yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan dalam pembuatan skri£

si ini sampai selesai.

2. Uapak DR. Noor Cholies Zaini, selaku dosen pem- bimbing serta, yang telah meluangkan waktunya ke pada saya untuk memberikan arahan serta bimbing- an sampai akhir penyusunan skripsi ini.

3. Semua pihak dan rekan-rekan yang telah membantu dan memberikan dorongan moril dalain penyusunan skripsi ini.

(4)

Semoga amal budi baik yang telah diberikan kepada saya

mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT.

Saya menyadari bahwa dalam penyajian skripsi i- ni masih terdapat kekurangan-kekurangan, oleh karena itu saya membuka pintu untuk menerima saran dari para pembaca yang sifatnya membangun demi kesempurnaan nas- kah skripsi ini.

Akhirnya semoga skripsi ini dapat menjadi sumbangan pe mikiran dalam mengkaji permasalahan yang relevan.

(5)

DAFTAR IS I

1. Tinjauan tentang Sauropus androgvnus (L.) M e r r . , . »

2.1. Pengaruh estrogen terhadap kelenjar susu... 10

2.2. Pengaruh progesteron terhadap kelen­ jar susu... 10

(6)

Halaman

1*2. Bahan kimia... 17

1.3. Binatang percobaan... 17

2. Alat-alat percobaan... 18

3* Cara k erja... 18

3*1. Pembuatan isolat fase eter dari petroleum eter dari daun k a t u ... 18

3.2. Identifikasi reaksi warna... 21

3.3. Identifikasi isolat dengan K L T ... 21

3.4. Perlakuan terhadap hewan percobaan.. 22

3.5. Rancangan analisis data... 23

BAB IV. HASIL-HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. 1. Hasil penelitian... 25

2. Analisis data....... 26

BAB V. PEMBAHASAN... 43

BAB VI. KESIMPULAN... 50

BAB VII. SARAN-SARAN... 51

BAB VIII. RINGKASAN... 52

DAFTAR PUS TAKA... 53

LAMP IRAN. . ... 56

(7)

Gambar 1 Gambar 2

Gambar 3

/

: Tanaman Sauroous andro^ynus (L.) Merr.,* 6 : Kromatogram KLT isolat daun katu de-

ngan fase gerak heksan-etil asetat.... 27 : Kromatogram KLT isolat daun katu

de-ngan fase gerak Chloroform-metanol...28

DAFTAR GAMBAR

Hal am an

(8)

DAU'TAR TABEL

Tabel I : Produksi air susu induk mencit

(gram) pada hari ke'5...*... .30 Tabel II : Ana.va u n t u k ‘data dalam .tabel 1 ...31 Tabel ill : Produksi air susu induk mencit

(gram) pacla hari ke 7... .32 Tabel IV : Anava untuk data dalam tabel III... .33 Tabel V : Produksi air susu induk mencit

(gram) pada hari ke 9... .34 Tabel VI : Anava untuk data dalam tabel V ...35 Tabel VII : Produksi air susu induk mencit

(gram) pada hari ke 11... .36 Tabel VIII Anava untuk data dalam tabel vll... .37 Tabel IX : Produksi air susu induk mencit

(gram) pada hari ke 13... ... .38 Tabel X : Anava untuk data dalam tabel IX..*... 39 Tabel XX : Produksi air susu induk mencit

(gram) pada hari ke 15... .40 Tabel XII : Anava untuk data dalam tabel X I ... .41

Hal am an

(9)

DAFTAR 1AMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Daftar tabel F ... ... 56 Lampiran 2. Daftar tabel K ... ... 57

\

vii

(10)

PENDAHUIiUAN !' ■ i f c i i b i T A S A l f v L A N G G A^ L^tTxKCQAr

BAB I

r*----j

S U R A B A Y A

1 • I*atar be^Rkan,? m^aalah

Air susu ibu (ASI) merupakan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi bagi bayi. Banyak penelitian telah dilakukan untuk menyelidiki manfaat air susu ibu dan proses pemberiannya pada bayi.

Kesimpulan yang dihasilkan dari penelitian terhadap ke~ unggulannya tetap mengatakan bahwa air susu ibu adalah makanan terbaik untuk bayi (1).

Salah satu upaya yang masih dilakukan oleh ibu- ibu hamil dan menyusui di Indonesia untuk mjemperlancar produksi dan pengeluaran air susu adalah dengan minum air rebusan bahan-bahan yang berasal dari tanaman ber- khasiat laktagogum antara lain : Amaranthus spinosus Ii.

(Bayam duri), Erythrina variegata L.(Dadap ayam), Pirn- pinella anisum (Adas manis), Moringa oleifera Lamk,(ke- lor), Nigella sativa L.’(Jinten hitam pahit), Coriandrum sativum L. (Ketumbar), Euphorbia hirta L.(Patikan kebo) Artocarpus heterophvllns Lamk.(Nangka) dan Sauropus an- drogvnus (L.) Merr.(Katu) (2).

Tanaman katu, yang dalam bahasa latin beraama Sauropus androgvnus (L.) Merr. adalah salah satu tana­ man berkhasiat laktagogum yang sampai sek&rang masih ba nyak digunakan di beberapa daerah di Indonesia.

(11)

Cara pemakaiannya adalr.h dengan memakan daunnya seba- gai sayuran (lalapan) atau dirainum air rebusan daunnya

(2) .

Penggunaan tanaman berkhasiat laktagogum oleh ibu yang sedang menyu.sui mempunyai tujuan untuk melancar- kan dan meningkatk'an pengeluaran air susu dari kelen-

jar susu, seperti juga penggunaan daun tanaman katu. Pada umumnya ibu-ibu baru mulai minuni air rebusan daun katu pada fase laktogenesis dan galaktopoiesis dari proses laktasi. Penggunaan daun katu tidak saja dilaku kan oleh ibu yang mengalami gangguan pada proses menyu sui, tetapi juga oleh ibu-ibu yang proses laktasinya berjalan lancar dengan tujuan untuk rnempertahankan ke- adaan tersebut.

Penemuan dan penggunaan tanaman katu itu bersifat* em- piris, sehingga masih harus dibuktikan apakah memang tanaman tersebut dapat mempengaruhi sekresi dan penge- luaran air susu ibu.

Sudah cukup banyak penelitian dilakukan untuk mem buktikan apakah tanamon tersebut memang berkhasiat me- ningkatkan produksi dan pengeluaran air susu.

Penelitian yang dilakukan oleh Sri Widayati (I984)'dan Mangestuti Agil (1987) menunjukkan bahwa irlfus/air re­ busan daun katu meningkatkan produksi air susu *mencit betina yang menyusui (3>4).

Penelitian yang dilakukan oleh Tjandra Sridjaja Prajonggo (1983) tentang pemeriksaan fitokimia dan

(12)

ngujian khasiat daun katu terhadap mencit betina yang menyusui, menunjukkan hasil positif terhadap pemerik- saan zat kandungan senyawa steroid dan senyawa polife- nol serta berdasarkan hasil pemeriksaan preparat his- tologi menunjukkan peningkatan jumlah acini dalam lo- bulus kelenjar susu (5).

Penelitian yang dilakukan oleh Suswini K (19 8 9)‘ berhasil mengisolasi kandungan daun katu kedalam empat fase yaitu fase eter dari petroleum eter, fase e.ter, fase etil asetat dan fase n-butanol dari metanol.

Xdentifikasi dari keempat fase tersebut ternyata hanya isolat faseceter dari petroleum eter yang meamijukkan hasil positif terhadap pereaksi senyawa steroid golo- ngan sterol (sitosterol dan stigmasterol) (6).

Untuk mengetahui pengaruh atau khasiat _isolat fase eter dari petroleum eter dari daun katu tersebut maka perlu dilakukan penelitian yang dapat membuktikan apakah isolat tersebut dapat meningkatkan pengelunran air susu.

(13)

Basil penelitian diharapkan dapat memberi gam- baran khasiat isolat daun katu fase eter dari ekstraks petroleum eter yang akan memberi arah pada penelitian zat kandungan tanaman katu yang menyebabkan khasiat laktagogum*

i

2. Tu.iuan penelitian

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka peneliti an ini melanjutkan penelitian terdahulu dengan mengama ti pengaruh pemberian isolat daun katu fase eter dari ekstraks petroleum eter yang berdasarkan skrining fi- tokimia mempunyai zat kandungan steroid golongan ste­ rol terhadap peningkatan sekresi air susu mencit beti- na yang menyusui.

(14)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1 • Tin.iauan tentang Sauropus androgynus (L.) M e r r . 1.1# Klasifikasi (7)

Divisi : Sperraatophyta Analc divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae Anak kelas : Apetalae

Bangsa : Euphorbiales Suku i Euphorbiaceae ■ Marga : Sauropus

Jenis : Sauropus androg.vnus (1.) Merr* Tanaman ini dikenal dengan naina daerah antara lain : katu, katu!:, daun kartu, lcatukan, babing (Jawa), katoek (Sunda), kerakur (Madura), simani (Kinangknbau) (2,9).

1*2. Pen.yebaran dan tempat tumbuh (7,8)

Tanaman ini tumbuh tersebar diseluruh Asia- • Tenggara didaerah yang merapunyai ketinggian 5 - 300 m diatas permukaan laut* Tajiaman ini meru- pakan tanaman semak yang sering dijumpai ditepi jalan, halaman rumah atau pekarangan sebagai ta

/

naman hias dan didaerah hutan jati.

Tanaman ini juga dibudxdayakan dan dikonsumsi sebagai cayuran. Diperban^ak dengan jalan stek.

(15)

Gambar 1

Tanaman Sauropus androgynus (L.) Merr,

(16)

1‘*3i Morfologi

berupa perdu yang tingginya menCapai 2 - 3, 5 gi dan bercabang-cabang.

merupakan daun tunggal, berbentuk bu- lat sampai panjang (bulat telur), ka- dang-kadang hampir seperti belah ketu- pat, Bagian atas helai daun b e r w a m a hijau tua dengan bercak putih dan bagi

an bawah berwarna hijau muda. Panjang helai daun 2,25 - 7,50 cm.dan lebar warna merah gelap atau kuning dengan titik-titik merah tua. Lebar bunga 2

(17)

1.4. Penggunaan tanaman

Menurut Ridley (Heyne) akarnya digunakan untuk obat demam dan peluruh seni dengan cara digiling kemudian direbus dan diminum, sedangkan sebagai o- b^t luar digunakan terhadap frambosia. Tangkai dan daunnya banyak dijual di pasar-pasar terutama di Jakarta dan Jawa Barat untuk dimakan sebagai lalBja an (dikukus) atau dibuat sayur (8).

Menurut Volderman (Heyne), bila daunnya diremas a- kan memberikan warna hijau sehingga sering diguna- kan sebagai pewarna beberapa makanan seperti kele- pon, tape ketan dan lain-lain. Buahnya kadang-ka- dang dibuat manisan.(8).

Kegunaan lain dalam masyarakat antara lain sebagai obat bisul, borok, darah kotor dan pelancar air su su,(2,11),

Belum banyak pustaka yang mengungkapkran tentang i- si atau kandungan tanaman katu. Dalain buku "Cabe - Puyang Warisan Nenek Hoyang" disebutkan bahwa ta- ,naman ini mengandung protein, lemak; kalsium, besi

fosfor, vitajnin A, B dan C (11).

(18)

2. Uraian tentan# kelen.iar susu.

Payudara manusia terbentuk dari 1 5 - 2 5 buah saluran-saluran pendek yang akhirnya tiunbuh menjadi duktus. Duktus tersebut dikelilingi oleh jaringan mi oepitel yang akan berfungsi mendorong air susu kelu- ar dari kelenjar susu(15).

Pada payudara yang tidak dalam keadaan laktasi, unit unit sekresi tidak tampak, melainkan hanya terdiri dari kelompok duktus bersama jaringan ikat tersusun dalam lobulus-lobulus dengan bantuan penyekat-penye- kat yang padat (15, 23)•

Perkembangan kelenjar susu berhubungan dengan siklus menstruasi dan perubahan. yang berhubungan dengan sek resi air susu. Hemasuki masa puber kelenjar susu mu- lai mengalami perkembangan awal yang mengarah pada persiapan untuk dapat menjalankan fungsinya. Peruba­ han yang menyolok terjadi pada duktus, dimana duktus terlihat menjadi bertambah panjang serta bercabang. Kelenjar susu termasuk organ reproduksi, oleh karena

itu perkembangannya berada di bawah kontrol hormon - hormon yang berasal dari ovarium dan hipofisa.

Hormon estrogen rnenstimulasi pertumbuhan duktus se- dangkan progesteron rnenstimulasi pertumbuhan lobulus dan alveolus.

Pertumbuhan optimum kelenjar susu terjadi pada masa kehamilan, yan-:; membutuhkan aktifitas beberapa macam hormon secara koordinatif, yaitu hormon prolaktin,es trogen, progesteron, adrenal steroid, insulin, growth

(19)

2.1. Pengaruh estrogen terhadap kelenjar susu.

Estrogen menstimulasi pertumbuhan payudara dan organ-organ untuk memproduksi air susu, dimana hal ini sebagai pctunjuk terhadap tanda karakteristik pertumbuhan payudara uanita remaja atau dewaca. Estrogen bersama hormon prolaktin dan growth hor­ mone memacu pertumbuhan duktus-duktus kelenjar su­

su. Tanpa kerja saraa dengan hormon-hormon hipofisa anterior itu, estrogen tidak dapat . meraperlihatkan efeknya terhadap pertumbuhan kelenjar susu (15,18). Sekresi estrogen yang berlebihan akan menghambat produksi air susu, walaupun payudara berkernbang de ngan baik (15, 2.3) •

Pemakaian krim. kulit yang mengandung estrogen,

se-.cara lokal dapat menyebabkan pembesaran kelenjar . susu, karena ndanya absorpsi sistemik dari estro­

gen, yang disertai sedikit efek lokal (23).

2o2. Pengafuh progesteron terhadap kelenjar snsu.

Progesteron merangsang pertumbuhan lobulus dan alveolus kelenjar susu. Progesteron juga mempenga- ruhi pembesaran payudara, dimana pembesaran terse- but antnra lain disebabkan oleh perkembangan sek­ resi di dalom lobulus dan alveolus sorta meningkat

nyra cairan di dal am jaringsn subcut an itu sendiri.

Progesteron bekorja sccara sinergis dengan prolak­ tin dalain memacu pertumbuhan lobulus dan alveolus.

(20)

Seperti halnya estrogen, tanpa pengaruh hormon-hor- mon hipofisa anteri'or maka progesteron tidak memper lihatkan efek terhadap kelenjar d u s u (15,18,23).

Uraian tentang: laktasi.

Laktasi adalah proses yang merupakan fase pa­ ling akhir dari siklus reproduksi binatang menyusui, yaitu proses pembentukan dan pengeluaran air susu. Proses ini terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap mammo genesis, tahap laktogenesis dan tahap galaktopoesis (12). Mammogenesis adolrh tahap pertumbuhan kelenjar susu yang berlangsung sejak masa puber dan mencapai pertumbuhan sempurna pada masa kehamilan.

Tahap ini merupakan langkah persiapan kelenjar terse­ but untuk dapat menjalankan perannya dalam mensekresi dan mengeluarkan air susu.

Laktogenesis adalah tahap dimulainya sekresi air susu yang berlangsung sejak berakhirnya kehamilan.

Galaktopoesis adalah tahap pengeluaran air susu seen- ra kontinu untuk mempertahankan kelangsungan proses menyusui. Kelangsungan tahap ini sangat tergantung pa da kerjasama beberapa hormon dan terdapatnya rangsa- ngan tambahan, yaitu pengosongan kelenjar susu yang raengaktifknn syaraf-syaraf untuk menjamin kontinuitas sekresi air susu.

(21)

susu terjadi di dal an sel-sel untuk kemudian dialir- kan ke dalain lumen alveoli, duktus dan sinus kelen­

jar untuk disimpan (13

)-Dengan berakhirnya kehai-iilan, «kelenjar suou membutuh kan kerjasoma bcbcropa horraon hipoiisa anterior un­ tuk dapat menjalankan fungsinya dalam mensekresi dan mengeluarkan air susu, yaitu antara lain prolaktin, growth hormone dan ACa'II (14).

Dari sekian banyak hormon yang berperan, prolak tin memegang peran utaraa pada proses laktasi. Sejak masa kehamilan, terjadi peningkatan sekresi prolak­ tin yang bersama estrogen, progesteron, insulin me- ngatur perkeiabangan kelenjar susu.

Pada masa kehamilan, estrogen merangsang perkembang- an duktus kelenjar susu dan menghambat efek prolak­ tin dalam memproduksi air susu.'

Dengan penurunan kadar estrogen dan progesteron pada akhir kehamilan, hambatan tidak terjadi dan proses laktogenesis dapat berlangsung (15,16).

Mekanisme.pengeluaran air sufsu terjadi setelah kelen jar susu memperoleh rangsangan. Ada dua jenis rang- sangan yang dapat menyebabkan pengeluaran air susu, yaitu rangsangan fisik dan psikis (17).

Rangsangan fisik antara lain dapat berupa hisapan pa da puting susu, sedang rangsangan psikis misalnya ta ngis bayi atau keinginan untuk menyusui.

Rangsangan fisik atau eksternal dalam bentuk hisapan

, - • " T

•. JU '

,-v _.3iAK.AAN . , h K S I TA S A 1K LA N G G A "

S U R A B A Y A j

(22)

bayi pada puting susu akan melewati alur tertentu yang secara anatomis mempunyai pola yang saina, baik pada binatang percobaan maupun pntln manusia.

Rangsangan akan mengenervasi syaraf puting susu, ke- mudian melalui neuron-neuron spinal afferen rangsa- ngan menuju ke midbrain melalui spinal cord yang a- khirnya masuk ke hipothalamua lev/at forebrain bundle Dari hipothalamus terjadi pengnturan fungsi kelenjar yaitu regulasi sekresi hormon prolaktin dari hipofi­ sa anterior yang memegang peranan dalam pembentukan air susu dsn pengaturan pelepasan hormon oksitosin dari hipofisa posterior yang dibutuhksn untuk penge-luaran air susu (17).

t

Oksitosin merangsang kontraksi sel-sel mioepitel yang mengelilingi alveoli dan kontraksi itu menyebab kan air susu didalam alveoli terperas masuk kedalam duktus-duktus yang lebih besar. Akibatnya akan ter­ jadi peningkatan tekanan yrng tarjadi secara refleks yang memungkinkan air susu mengalir keluar melalui puting susu. Peningkatan tekanan itu disebut "milk- letdown reflex" (17,18).

(23)

Kegagalan pengeluaran air suau karena kegagalan "milk letdown reflex" mcngakibatkan hambatan proses pemben- tukan air susu karena tidak terjadi pengosongan kelen jar susu. Kalau hal itu terjadi maka galaktopoesis a- kan terhenti (17).

Melalui penelitian-penelitian lanjutan dapat ditunjuk kan bahwa kegagalan laktasi pada ibu-ibu yang menga- lami stress emosional terjadi karena gangguan pada

"milk letdown reflex".

Rangsangan yans timbul dari pandangan mata bayi atau keinginan untuk menyusui dapat menimbulkan reflets

tersebut. Rangsangan yang juga dapat menyebabkan pe­ ngeluaran air susu melalui puting susu adalah tekanan kepala dan tangan bayi terhadap payudara (17).

4. Uraian tentang air susu ibu.

Air susu ibu (ASI) sebagai bahan makanan alamiah merupakan makanan lanjutan dari makanan yang diterima janin melalui tali pusat dari plasenta. Selaraa lebih kurang sembilan bulan secara terus menerus dan tidak terputus-putus janin terjamin akan makanan yang diper lukan untuk pertumbuhan dan perkembangannya.

Setelah dilahirkan mulailah keadaan baru, ia harus be rusaha sendiri memperoleh bahan makanan yang

berben-t

tuk cairan baru sebagai ASI (1).

Menurut stadium laktasi ASII dibedakan sebagai be rikut : kolostrum, ASI transisi dan ASI biasa (1).

(24)

Apabila plasenta sudah terlepas sama sekali dan di- lahirkan maka produksi kolostrum menjadi lancar* Biasanya kolostrum baru keluar dalam waktu 24-48 jam setelah melahirkan dan produksi ini berlangsung sela m-a empat sampai tujuh hari, baru kemudian disekresi

(25)

dari karbohidrat dan lemak serta 10# berasal dari protein. ASI ini terus disekresi ssunpai bayi kira-r kira berumur dua tahun, tetapi setelah bayi berumur satu tahun, ASI hanya merupakan makanan tambahan(1\

Bila ibu dapat memelihara keadaan gizinya dengan ba ik maka waktu menyusui yang panjang itu hanyalah ku

i

antitas ASI yang berkurang, sedang kualitasnya te- tap terpelihara (1).

(26)

BAB III

BAHAN, ALAT DAN METODE

1• Bahan

1*1* Bahan penelitian

Daun Sauropus androg.vnus (1.) Merr, diperoleh dari kebun di daerah Kotamadya Surabaya.

Determinasi tanaman dilakukan Laboratorium Biologi Farmakognosi Fakultas Farmasi UNAIR Surabaya.

Daun tanaman tersebut dicuci bersih kemudian dike- ringkan dan dibuat serbuk.

Serbuk 'yang, diCapat diekstraksi dengan sokslet dan filtratnya diidentifikasi sampai didapat’isolat da­ ri fase eter dari petroleum eter.

1*2# Bahan kimia

Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari petroleum eter, eter, metanol dan ka- lium hidroksida.

1*3* Binatang percobaan

Dipakai mencit betina yangbberasal dari satu stra­ in, berumur sekitar tiga bulan dengan berat badan lebih kurang 25 gram sebelum dikawinkan,sebanyak

30 ekor. Mencit tersebut baru melahirkan anaknya

untuk pertama kali dan diambil yang mempunyai anak 12 ekor atau lebih, Pada hari ke lima sejak kela- hiran anak-anak mencit diambil delapan ekor.

(27)

Penyesuaian terhadap lingkungan percobaan selama eatu bulan. Pada masa penyesuaian, binatang per­ cobaan dipelihara didalam kandang dengan memper- hatikan faktor-faktor kebersihan, kebisingan, su bu dan kelembaban. Mencit-mencit betina yang me- menuhi persyaratan-persyaratan di atas dikawin- kan dan mencit-mencit yang hamil harus dip>isah- kan dalam kandang-kandang tersendiri. Jadi tiap kandang hanya ditempati satu induk mencit dengan anak-anaknya. Hanya anak-anak mencit hasil keha— milan pertama kali yang digunakan dalam percoba­ an ini, Pemberian makanan dan minuman ad libitum.

Alat-alat percobaan - Sokslet

- Refluks - Rotavapor

-"Spuit disposable"

“ Neraca analitik "Sartorius" (Chyo Electronic .Ba­ lance).

Cara kert1a

1• Pembuatan isolat fase eter dari petroleum eter da ri daun katu

Sebanyak 1,1 kilogram serbuk daun katu disari dengan sokslet (yang terbagi dalam 8 kali penya- rian dan setiap penyarian dibutuhkan kurang lebih

(28)

150 gram serbuk) dengan pelarut petroleom eter sebanyak satu setengah kali sirkulasi sampai fil trat tidak berwarna, kemudian filtrat ditampung dan ampas dibuang. Setelah fase petroleum eter ditampung kemudian diuapkan sampai kering, lalu sisa penguapan disabunkan dengan larutan 10fo KOH dalam metanol dengan cara refluks selama 2 jam. Setelah dingin diencerkan dengan air suling sama banyak dan dikocok berulang-ulang dengan ©ter sampai larutan eter tidak berwarna. J?*ase eter di kumpulkan sedang fase air dibuang. i’ase eter di­ uapkan sampai pekat lalu dicuci atau dikocok de­ ngan air suling sampai netral terhadap indikator universil, kemudian dibebaskan dari air dengan penambahan serbuk Natrium sulfat bebas air*

Selanjutnya diuapkan sampai pekat, dengan demi- kian diperoleh isolat daun katu yang berwarna ku ning-coklat sebanyak 30 gram.

(29)

IU ob Siartffi u d rt fjn s ( I . ) k r r .

(30)

3*2. Tes Liebermann Burchard.

Sedikit isolat pada papan tetes ditambah beberapa tetes anhidridn asetat, dibiarkan lima menit, ke- mudian ditetesi dengan a.sam sulfot pekat.

Adanya saponin steroid ditunjulrkan oleh warna hi­ jau atau biru;.adanya tritorpen steroid

ditunjuk-t

kan oleh waraa merah atau violet dan adanya sapo­ nin jenuh;ditunjukkan oleh warna kuning.

3• 3• Kromatografi Lapisan Tipis.

20-40 mikroliter isolat ditotolkan pada fase diam kemudian fase diam tersebut dimasukkan kedalara bejana yang telah diisi dan dijenuhkan dengan fa­ se gerak. Jika fase gerak telah membasahi fase di am sampai batas yang telah ditetapkan, Fase diam tersebut dikeluarkan dan dikerintr*kan diudara ter- buka, Selanjutnya diamati dengan sinar tampak dan lampu lembayung ultra lalu disemprot dengan penam pak noda, dikeringkan dalam almari pengering se-

(31)

3. 4. Perlakuan terhadap hewan percobaan.

Hewan percobaan dibagi atas tiga kelompok seca­ ra acak, masing-masing kelompok terdiri dari 10 e- kor hewan percobaan.

Kelompok I : sebagai kelompok kontrol dengan pem berian suspensi metil cellulose dengan volume pemberian 0,5 ml per oral.

Kelompok II : sebagai kelompok dengan pemberian suspensi isolat 2 mg/g berat badan (setara dengan 73 mg serbuk bahan kering) dengan volume pemberian 0,5 ml per oral.

Kelompok III ; sebagai kelompok dengan pemberian suspensi isolat 4 mg/g berat badan . (setara dengan 146 mg serbuk bahan kering) dengan volume pemberian 0,5 ml per oral.

Hewan percobaan setelah melahirkan diberi suspensi isolat atau suspensi tanpa isolat sebagai kontrol sehari dua kali dengan selang waktu 12 jam, selama

15 hari. Pada hari ke 5, 7, 9, 11, 13 dan 15 sete­ lah kelahiran, anak-anak mencit dipuasakan selama 6 jam, kemudian ditimbang bersama-sama (delapan e- kor). Setelah dibiarkan menyusu induknya selama

/

(32)

1,5 jam, anak-anak mencit tersebut ditimbang kem- bali. Selisih berat badan anak mencit sesudah me- nyusu dengan berat badan anak mencit sebelum me- nyusu induknya merupakan jumlah air susu induk mencit yang diminum oleh anak mencit (21),

Sebelum dan selama percobaan, mencit-mencit kelom pok I, II dan III diberi makanan dan perlakuan yang sama.

3*5 * Rancangan analisis data*

Metode yang digunakan untuk mengetahui jumlah air susu yang diproduksi binatang percobaan ter­ sebut adalah "test feeding method" atau "test wei. ghing method". Dengan metode ini jumlah air susu induk mencit diperoleh melalui selisih berat ba­ dan anak mencit sesudah menyusu induknya dengan berat badan anak mencit sebelum menyusu induknya. Pengolahan.data percobaan yang diperoleh dilaku­ kan dengan menggunakan analisa varian (ANAVA) me- nurut rancangan acak sempurna (Complete Randomi­

zed Design)•

Apabila harga F hitung lebih besar atau sama de­ ngan F tabel, maka ada perbedaan yang bermakna an

/

tara data yang diperoleh, berarti ada pengaruh pemberian suspensi isolat daun katu terhadap sek- resi air susu mencit betina yang menyusui.

(33)

tabel, maka tidak ada perbedaan yang bermakna anta ra data yang diperoleh dari penelitian tersebut, Apabila ada perbedaan yang bermakna antar kelompok maka dilanjutkan dengan uji HSD untuk mengetahui kelompok mana yang berbeda (22,2?) •

(34)

HASIL-HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV

1* Hasil penelitian

Serbuk daun katu mempunyai aroma yang khas

(se-perti aroma susu bubuk). Jumlah serbuk yang

diisola-si kurang lebih adalah 1,1 kg, yang terbagi dalain 8

kali penyarian (setiap penyarian dibutuhkan kurang

lebih 150 g serbuk). Hasil penyarian bahan berwarna

coklat-hijau gelap pada fase Petroleum eter.

Dari hasil identifikasi isolat fase eter dari petro­

leum eter dengan reaksi waraa Liebermann-Buchard

dhasilkan larutan berwarna biru-ungu. Reaksi varna

i-ni juga dilakukan terhadap senyawa sterol pembanding

yaitu/S -sitosterol, dengan memberikan hasil yang

sa-ma. Hasil KLT isolat fase eter dari petroleum eter

dapat dilihat pada gambar 2 dan 3.

Dari hasil kromatografi lapisan tipis menunjukkan 4

varna noda yang berbeda dengan harga Rf yang

berlai-nan. Pada penelitian ini menggunakan dua macam faee

yaitu heksan - etil asetat dengan perbandingan 4 : 1

dan phloroform - metanol dengan perbandingan 93 *>5*

Sebagai senyava pembanding adalah^-sitosterol dan

sebagai penampak noda adalah anisaldehid - sulfat.

Hasil pengukuran pengeluaran air susu mencit dari ke

lompok kontrol, kelompok isolat dosis 2 mg/g.BB dan

kelompok yang diberi isolat dosis 4 mg/g.BB pada

(35)

hari ke 5, 7, 9, 11, 13 dan 15 dapat dilihat pada ta bel I, III, V, VII, IX dan XI.

2. Analisis data

Jumlah air susu yang diproduksi induk mencit di

f

peroleh melalui selisih berat badan seluruh anak men cit sesudah menyusu dengan berat badan seluruh anak mencit sebelum menyusu induknya.

Untuk mengetahui terdapatnya perbedaan yang bermakna antar kelompok penelitian dilakukan analisa statis- tik "Complete Randomized Design".

Hasil analisa statistik menunjukkan F hitung lebih kecil dari F tabel 5%, berarti tidak ada perbedaan yang bermakna dari masing-masing perlakuan.

Tabel perhitungan ANAVA dari data-data yang dipero- leh terdapat pada tabel II, IV, VI, VIII, X dan XII.

(36)

r

Gambar 2. Kromatogram KLT isolat fase eter dari petro­

leum eter dari daun katu.

Keterangan : P = senyawa sterol pembanding yaitu^ -si­

tosterol.

S = sampel isolat fase eter dari petrole­

um eter dari daun katu.

Fase gerak s heksan - etil asetat = 4 t 1

(37)

Gambar 3. Kromatogram KLT isolat fase eter dari petro­

leum *ter dari daun katu.

Keterangan 1 P = senyawa sterol pembandlng y a i t u ^ s i

-tosterol.

3 & sampel isolat fase eter dari petrole­

um eter dari daun katu.

Fase gerak 1 kloroform - metanol » 95 * 5

Penampak noda * anlsaldehid - eulfat.

(38)

Hasil KLT isolat daun katu fase eter dari petroleum eter

Fase gerak Sampel Varna noda Harga Rf P ungu - merah muda o CM

• coklat 0,67

heksan : etil isolat kuning 0,43

asetat (4:1) ungu - merah muda 0,33

biru 0,14

P ungu -r merah muda 0,52

coklat 0,71

metanol:klo- isolat kuning 0,62

roform (5 s 95) ' ungu - merah muda. ’ 0,52

biru 0,43

(39)

TABEL I

PRODUKSI AIR SUSU INDUK MENCIT (GRAM) SETELAH PEMBERIAN ISOLAT DAUN KATU PER ORAL DUA KALI SEHARI

HASIL PERTAMBAIIAN BERAT BADAN ANAK MENCIT SESUDAH DAN SEBELUM MENYUSU INDUKNYA PADA HARI KE 5

K O N T R O L ISOLAT 2 mg/g.BB ISOLAT 4 mg/g.BB

0,7396 0,7582 0,3911

0,7131 0,7570 1,1492

0,5553 1,0545

/

0,7606

0,2133 0,7455 0,8397

1,6290 0,5221 1,4691

0,5315 0,26^ 2 0,7323

0,6557 0,8182 1,4610

1,0702 1,0209 1,5937

0,8731 1,5864 0,650 6

1,5885 1,0052 0,5484

(40)

TABEL II

ANAVA UNTUK DATA PRODUKSI AIR SUSU DALAM TABEL I

Kontrol Isolat

Sunber Variasi dk JK RJK F

hitung ^tabel 5^

Tidak ada perbedaan potensi antar grup penelitian.

(41)

TABEL III

PRODUKSI AIR SUSU INDUK MENCIT (GRAM) SETELAH PEMBERIAN ISOLAT DAUN KATU PER ORAL DUA KALI SEHARI

HASIL PERTAMBAHAN BERAT BADAN ANAK MENCIT SESUDAH DAN SEBELUM MENYUSU INDUKNYA PADA HARI KE 7

K O N T R O L ISOLAT 2 mg/g.BB ISOLAT 4 mg/g.BB

0,3265 0,3407 0,9491

1,2503 1,0059 0,4287

1,1432 0,7443 0,9514

0,4170 0,5230 0,6489

1,5614 0,6733 1,2651

1,0645 0,6812 1,0 9 58

1,3697 0,1282 0,3841

1,7272 0,6338 0,8979

0,1209 1,1311 0,9339

1,1550 1,2622 0,9420

(42)

TABEL IV

ANAVA UNTUK DATA PRODUKSI AIR SUSU DALAM TABEL III

Kontrol Isolat 1

10,1357 7,1242 8,4969 J = 25,7568 1,0136 0,7124 .0,8497

(43)

TABEL V

PRODUKSI AIK SUSU INDUK MENCIT (GRAM) SETELAH PEMBERIAN ISOLAT DAUN KATU PER ORAL DUA KALI SEHARI

HASIL PERTAMBAHAN BERAT BADAN ANAK MENCIT SESUDAH' DAN SEBELUM MENYUSU INDUKNYA PADA HARI KE 9

K 0 N T R 0 L ISOLAT .2 mg/g.BB ISOLAT 4 mg/g.BB

0,4451 0 , 26 10 0,7595

0,7906 0,3952 0,1571

0,5088 . 0,7321 0,8211

0,3340 0,4169 0,7783

0,9520 ; 0,7695 1,1215

0,8035 0,6319 1,4380

0,9551 0,1064 0,5935

1,8515 0 ,10 36 1 ,,.2452

0,2058 1,2857 0,9377

0,7627 1,50 28 1,2811

(44)

ANAVA UNTUK DATA PRODUKSI AIR SUSU DALAM TABEL V

J i 6,6091 6,2051 9,1330 J =21,9472

0,6609 0,6205 0,9133

Tidak ada perbedaan potonni antar grup penelitian.

i

(45)

TABEL VII

PRODUKSI AIR SUSU INDUK MENCIT (GRAM) SETELAH PEMBERIAN ISOLAT DAUN KATU PER ORAL DUA KALI SEHARI

HASIL PERTAMBAHAN BERAT BADAN ANAK MENCIT SESUDAH’ DAN SEBELUM MENYUSU INDUKNYA PADA HARI KE 11

K O N T R O L ISOLAT 2 mg/g.BB ISOLAT 4 mg/g.BB

1,0345 0,5230 0 , 710 1

1,4933 0,7088 0,3476

0,9534 0,4693 1,3274

0 ,2720 0,5362 1,1747

1,4031 0,5467 0,9156

0,7726 0,3749 1, 29 0 6

0,4799 0,4019 0,5713

1,6665 0 ,6 6 0 2

0,6889 0,7406 0,5509

0,9425 * 1,5863 0,8219

(46)

TABEL VIII

ANAVA UNTUK DATA PRODUKSI AIR SUSU DALAM TABEL VII

Kontrol I p o 1 n t Isolat

P mg/g.'iB 4 m,:;/g.BB

n i 10 9 10 M = 29

■ 9,7567 5,8877 8,3703 J = 24,0147

h 0,9757 0,6542 0,8370

Sumber Variasi dk JK

i RJK.

i Fhitung ^tabel 5cA

Rata-rata 1 19,3864 19,8864 Antar perla-

ltuan

2 0,4908 0,3843 2,7667 3,32

Dalam perla-kuaiii

26 3,6107 0,1389 •

Jumlah i h •

29 23,9879

F < F

hitung \ tabel

(47)

TABEL IX

PRODUKSI AIR SUSU INDUK MENCIT (GRAM) SETELAH P EMBER I AN ISOLAT DAUN KATU PER ORAL DUA KALI SEHARI

HASIL PERTAMBAHAN BERAT BADAN ANAK MENCIT SESUDAH DAN SEBELUM MENYUSU INDUKNYA PADA HARI KE 13

K O U T R O L ISOLAT 2 mg/g.BB ISOLAT 4 mg/g.BB

0,9168 0,4395 0, 1900

1,3125 0,2755 0,4408

0,4420 0,9502

0,2431 0,4074 1,0639

1,0643 0,2972 1, 1406

0,1889 1,1414

. 0,5472 0,2287 1, 14 16

1,7134 0,6101

0,8797 1,3709 0,6367

0 ,8 78 6 0,1940

(48)

39

TABEL X

ANAVA UNTUK DATA PRODUKSI AIR SUSU DALAM TABEL' IX

IControl Isolat

2 0,5904 O', 2952 1,6372 3,42

Dalam

(49)

TABEL XI

PRODUKSI AIR SUSU INDUK MENCIT (GRAM) SETELAH PEMBERIAN ISOLAT DAUN KATU PER ORAL DUA ICALI SEHARI

HASIL PERTAMBAHAN BERAT BADAN ANAK MENCIT SESUDAH DAN SEJSJAliUM MENYUSU INDUKNYA PADA HARI KE 15

K O N T R O L ISOLAT 2 mg/g.BB ISOLAT 4 mg/g.Btf

1,0323 0,3249 0,2311

0,8572 0,6429 0,6811

1,2472 3,3695

0,3642 0,2197 1, 10 6 0

0 , 1328 0,7431 1,5935

0,4436 1,8780

1,4631 0,5399

0,5371 O f5330

1,0 79 8 1,7543 1,0187

1,4406 0 , 320 1

(50)

ANAVA UUTUK DATA PRODUKSI AIR SUSU DALAM TABEL XI

(51)

KETERANGAN :

= banyaknya pengamatan tiap perlakuan. = jumlah harga pengamatan tiap perlakuan = harga rata-rata pengaraatan' tiap perlakuan = jumlah seluruh pengamatan.

= jumlah seluruh harga pengamatan. = derajat kebebasan.

= jumlah kuadrat-kuadrat untuk sumber

vari-si rata-rata = R = J /N.

= jumlah kuadrat-kuadrat untuk sumber vari-k 2

si antar perlakuan = P;r= £ (j./n.) - R,

y 1 1 y

= jumlah kuadrat-kuadrat untuk sumber vari- asi dalam perlakuan = E^ =

y^-= jumlah kuadrat-kuadrat semua harga

penga-p k n. 0

matan = y f - »

i=i j=i ^ *

= rata-rata jumlah kuadrat-kuadrat = JK/dk , RJK (antar perlakuan)

RJK (dalam perlakuan)

: q =L,k,N-k'

(52)

BAB • V

PEHJ3AHASAN

Salah satu upaya yang mosih dilakukan oleh ibu- ibu hamil dan menyusui di Indonesia untuk memperlancar produksi dan pengeluaran air susu adalah dengan minum air rebusan bahan-bahan yang berasal dari tanaman ber­ khasiat laktagogum.

Tanaman katu, yang dalam bahasa latin bernama Sauropus androgynus (L.) Merr. adalah salah satu tanaman berlcha- siat laktagogum yang sampai sekarang masih digunakan di beberapa daerah di Indonesia.

Umumnya masyarakat men&gunakan daun katu tersebut da­ lam bentuk rebusan daun atau sebagai sayur untuk menin£ katkan produksi dan pengeluaran air susu, oleh karena itu percobaan pertama yang dilakukan dalam bentuk infus untuk membuktikan khasiat daun katu terhadap pengelua­ ran air susu pnda mencit.

Isolasi kandungan disini diartikan sebagai pe- misahan zat-zat yang terdapat dalam tanaman, yang pro- sesnya terdiri dari beberapa tahap. Proses penyarian di lakukan dengan cara panas karena cara dingin dibutuhkan pelarut yang sangat banyak disamping waktu yang cukup lama. Untuk mengatasi rusaknya zat-zat kandungan karena pengaruh suhu tinggi digunakan pelarut organik yang mem punyai titik didih rendah. Petroleum eter mempunyai ti- tik didih 35° 40°C. Pada penelitian ini zatzat yang

(53)

mudah larut dalam pelarut non polar seperti lemak-lemak steroid dan triterpenoid akan tersari dalam petroleum eter. Proses penyarian dianggap selesai bila telah ber- langsung dalam waktu tertentu atau larutan terakhir ti­ dak berwarna lagi. Untuk mengetahui kesempurnaan penya­ rian dilakukan pengujian terhadap sisa penyarian, misal nya dengan reaksi warna, pengendapan dan sebagainya. Pada penelitian ini dimana penyarian dengan sokslet me­ rupakan suatu proses penyarian bertahap atau berulang maka pengujian dilakukan terhadap larutan yang telah ti­

dak berwarna lagi dengan metode KLT. Pada umumnya penya rian dengan sokslet dianggap selesai bila telah terjadi beberapa kali sirkulasi.

Penyabunan dilakukan terhadap fase petroleum eter kare- na pada fase ini terlarut lemak-lemak yang akan menyu- litkan pemisahan dan pemurnian zat-zat lainnya.

Dengan penyabunan, lemak-lemak dipecah menjadi senyawa- senyawa yang mudah larut dalam air, sedang zat-zat lain yang tak .tersabunkan akan terlarut dalam eter pada wak­ tu dilakukan pengocokan dengan eter.

Dengan dilakukannya identifikasi terhadap fase eterdari ekstraks petroleum eter maka dapat diketahui bahwa iso­ lat daun katu mengandung senyawa golongan steroid, tri­ terpenoid dan sejenisnya yang ditunjukkan dengan adanya noda-noda yang warnanya bervariasi antara biru sampai m ngu pada hasil KIT menggunakan fase gerak kloroform- e- til asetat atau heksan - etil asetat dan disemprot de­ ngan penampak noda anisaldehid sulfat.

(54)

Penelitian yang dilakukan oleh Suswini K (19- 89) berhasil mengisolasi kristal dari ekstraks daun katu yang menunjukkan hasil positif terhadap pereaksi senyawa steroid golongan sterol. Pada penelitian ini mencoba melanjutkan penelitian terdahulu dengan menga mati pengaruh pemberian isolat daun katu tersebut ter hadap peningkatan sekresi air susu mencit betina me-nyusui. Dalam hal ini dipilih hewan mencit karena : - mencit adalah binatang menyusui (memberikan makanan

dalam bentuk susu pada keturunannya) - mudah dan murah perawatannya

- mampu memberikan keturunannya dalam waktu yang pen- dek.

- ada dua sifat yang membedakan mencit atau tikus da­ ri hewan percobaan lain, yaitu bahwa binatang ini tidak dapat muntah karena struktur anatomi yang ti­ dak lazim di tempat esofagus bermuara ke dalam lam- bung, dan binatang ini tidak mempunyai kandung em- pedu.

Induk mencit diambil yang mempunyai anak 12 ekor atau lebih, karena produksi susunya maksimum.

Jumlah pengeluaran air susu induk mencit diketahui de ngan jalan memisahkan anak-anak seperindukan (delapan ekor) dari induknya selama 6 jam, kemudian menimbang anak-anak tersebut sebelum dan sesudah masa penyusuan selama 1,5 jam.

(55)

song. Sebaliknya dalam masa penyusuan selama 1,5 jam di- perhitungkan lambung mencit sudah penuh kembali.

Setelah pengamatan itu anak-anak mencit seperindukan di- satukan kembali dengan induknya untuk menjaga pertumbu­ han normal dari anak-anak seperindukan.

Hilangnya cairan dalam urin dan feses selama masa penyu­ suan diabaikan, karena sebelumnya saluran p e n c e m a a n su­ dah dalam keadaan kosong dan dalam masa penyusuan terse­ but diperhitungkan belum ada yang dikeluarkan.

Dalam percobaan ini dijaga agar setelah 6 jam dipuasakan segera disusukan selama 1,5 jam karena faktor waktu akan sangat mempengaruhi .jumlah air susu yang dihisap oleh a- nak-anak mencit dan pengamatan dilakukan pada hari ke 5,

It 9, 11, 1'3 dan 15 untuk memperoleh hasil pengamatan

yang lebih tepat.

Salah satu faktor utama yang menentukan keberha- silan sekresi air susu adalah kelancaran kelangsungan ta hapan-tahapan proses laktasi, yaitu dari tahapan mammoge nesis, laktogenesis sampai galaktopoesis dimana hormon prolaktin memegang peran utama pada keseluruhan tahapan proses tersebut.

Kelancaran tahapan-tahapan laktasi ditentukan oleh fak-f

tor-faktor kondisi fisik dan psikis, sekresi hormon pro­ laktin dan sekresi hormon oksitosin.

Usaha perbaikan kondisi fisik dilakukan melalui pemberi­ an makanan dan minuman yang bernilai gizi cukup sesuai dengan kebutuhan untuk pertumbuhan, perkembangan

(56)

jar susu, sekresi dan pengeluaran air susu,

iierbeda dengan faktor fisik, faktor psikis merupakan fak tor yang sangat mempengaruhi laktasi. Rangsangan psikis dapat mempengaruhi laktasi melalui hambatan pada "milk letdown reflex*' yaitu refleks yang dibutuhkan untuk pe­ ngeluaran air susu dari kelenjar susu.

Dari hasil identifikasi isolat fase eter dari petroleum eter dengan reaksi warna Jjiebermann-Buchard dihasilkan larutan berwarna biru-ungu. Hasil yang sama ditunjukkan oleh senyawa sterol pembanding yaitu -sitosterol,

Hasil identifikasi isolat dengan J£LT menunjukkan empat warna noda yang berbeda, hal ini menunjukkan bahwa iso­ lat mengandung senyawa-senyawa lain disamping senyawa yang segolongan dengan senyawa pembanding yaitu steroid golongan sterol.

Hasil analisa statistik menunjukkan F hitung lebih kecil dari F tabel 5%, hal ini berarti tidak ada perbedaan ber makna dari masing-masing perlakuan.

Berdasarkan hasil-hasil pengamatan tersebut diatas, di- duga ada beberapa faktor yang mempengaruhi aktifitas i- solat daun katu fase eter dari petroleum eter terhadap peningkatan sekresi dan pengeluaran air susu mencit be- tina yang menyusui.

(57)

mengakibat-kan hambatan proses pembentumengakibat-kan air susu karena tidak terjadi pengosongan kelenjar susu. Hal itu menyebabkan galaktopoesis akan terhenti (15,16). Melalui penelitian penelitian lanjutan dapat ditunjukkan bahwa * kegagalan laktasi pada ibu-ibu yang mengalami stress emoBional terjadi karena gangguan pada "milk letdown reflex". Dengan demikian diduga bahwa tidak adanya peningkatan sekresi .dan pengeluaran air susu mencit pada . kelompok perlakuan yang diberi isolat daun katu dipengaruhi juga oleh faktor psikis ini, seperti perlakuan saat pemeli- haraan, penimbangan dan lain-lain.

Kecenderungan peningkatan efek tidak terlihat dengan hanya menggunakan dua macam konsentrasi isolat fase eter dari petroleum eter terjadi karena beberapa kemungkinan aktifitas dari bahan-bahan berkhasiat yang terkandung didalam isolat daun katu, baik di hipotala- mus, hipofisa maupun di kelenjar susu.

Dari hasil KLT isolat daun katu fase eter dari petrole­ um eter diperoleh lebih kurang empat noda dengan harga Rf yang berlainan, hal ini menunjukkan bahwa -disamp.ing mengandung senyawa steroid, isolat juga mengandung se- nyawa-senyawa yang lain. Senyawa-senyawa lain tersebut kemungkinan yang menyebabkan isolat mempunyai dosis le­ bih kecil, sehingga dengan hanya menggunakan dua macam konsentrasi isolat daun katu ternyata tidak dapat me­ ningkatkan produksi air susu mencit betina yang .

(58)
(59)

BAB VI KESIMPULAN

Dari ha,sil penelitian yang telah dilakukan, dapat dita- rik kesimpulan :

'i'idak ada peningkatan sekresi air susu mencit betina yang menyusui pada peraberian isolat fase eter dari eks­ traks petroleum eter daun katu ISauropus androgynusCL.) Merr, )*

50

(60)

' M B VII SARAN-SARAN

Berdasarkan hasil yang diperoleh melalui penelitian ini diajukan beberapa saran yang mungkin berguna yakni :

1. Mengisolasi infus daun katu yang berkhasiat laktago­ gum, sehingga dapat diketahui zat kandungan yang da­ pat meningkatkan sekresi air susu.

2. Menggunakan isolat yang telah dimurnikan.

3* Melakukan percobaan terhadap jenis hewan percobaan lain.

(61)

BAB VIII RINGKASAN

Telah dilakukan percobaan tentang pengaruh pem­ berian isolat daun katu (Sauropus androg.vnus (1.) Merr) terhadap peningkatan sekresi air susu mencit betina me­ nyusui. Daun katu dibuat sediaan bentuk suspensi dengan dosis 2. mg/g.JbB dan dosis 4 mg/g.BB.

Sebagai binatang percobaan dipakai mencit beti— ■ na yang baru pertama kali mempunyai anak dan menyusui anaknya, dengan berat badan sebelum dikawinkan lebih ku rang 25 gram dan berumur lebih kurang 3 bulan.

i

Jumlah mencit yang dipakai sebanyak 30 ekor dan dibagi dalam tiga kelompok. Induk mencit yang dipakai yang mem punyai anak 12 ekor atau lebih dan pada hari ke 5 sejak kelahiran, anak mencit diambil sebanyak 8 ekor tiap in­ duk. Data-data diperoleh dengan menghitung selisih be­ rat badan anak mencit sesudah dan sebelum menyusu induk nya. Pengamatan dilakukan pada hari ke 5» 7, 9, 11, 13 dan 15 setelah kelahiran.

Data-data yang didapat diolah dengan ANAVA rancangan a- cak lengkap dan hasil yang didapatkan adalah :

Tidak ada perbedaan yang bermakna dalam sekresi dan pe- ngeluaran air susu mencit betina yang menyusui pada pem berian isolat daun katu dengan dosis 2, mg/g.BB dan do­ sis 4 mg/g.BB dengan derajat kepercayaan 95% 'kP=0,05)«

52

(62)

DAF TAR P US TAKA

1. P r a wi r o s u d i r d j o , G. , 1 9 7 7 , Ha l i k h wa l me n g e n a i a i r s u -

s u i b u , Ma j a l a h Ob s t e t r i I n d o n e s i a 3 ( 4 ) : 1 9 9 ~ 2 0 9 *

2. De p a r t e me n Ke s e h a t a n Re p u b l i k I n d o n e s i a , 1 9 8 3 , P e ma n -

f a a t a n Ta n a ma n Ob a t , Ed i s i I I I : 6 0 , 6 5 , 8 3 , 1 1 0 .

3. Ma n g e s t u t i Ag i l , 1 9 8 7 , P e n g a r u h d a u n S a u r o p u s a n d r o ^ y

n u s ( L. ) Ke r r . t e r h a d a p s e k r e s i a i r s u s u me n c i t b e t i -

n a y a n g me n y u s u i , Te s i s F a k u l t a s P a s c a S a r j a n a UNAI R.

4. T j a n d r a S r i d j a j a , P . , 1 9 8 3 , P e n e l i t i a n p e n d a h u l u a n p e -

d a u n S a u r o p u s a n d r o ^ v n u s Me r r . t e r h a d a p g a mb a r a n h i s -

t o l o g i k e l e n j a r s u s u me n c i t b e t i n a y a n g me n y u s u i ,

S k r i p s i F a k u l t a s F a r ma s i UNAI R.

5. S r i Wi d a y a t i , 1 9 8 4 , P e n g a r u h i n f u s d a u n S a u r o p u s

a n d r o g y n u s ( L. ) He r r , t e r h a d a p p e n g e l u a r a n a i r s u s u

me n c i t , S k r i p s i F a k u l t a s F a r ma s i UNAI R.

6. S u s wi n i , K. , 1 9 8 9 , I s o l a s i k a n d u n g a n k i mi a d a u n S a u ­

r o p u s a n d r o g . v n u s ( L. ) l ue r r . , L e mb a g a P e n e l i t i a n UNAI R

S u r a b a y a .

7. Ba c k e r , C. A. a n d Ba k h u i z e n Va n d e n Br i n k R. C. , 1 9 6 3 ,

F l o r a o f J a v a , Vo l . I , NV No o r d h o f f Gr o n i n g e n , Th e Ne ­

t h e r l a n d s : 4 7 1 .

8. He y n e , K. , 1 9 8 7 , T u mb u h a n b e r g u n a I n d o n e s i a , j i l i d I I ,

Te r j e ma h a n Ba d a n L i t b a n g Ke h u t a n a n J a k a r t a , h a l 1 1 4 4 -

1 1 4 5 .

9 . J a r a - Al mo n t e , H. a n d J . M. V/ h i t e . , 1 9 7 2 , Mi l k p r o d u c t i o n

i n l a b o r a t o r y mi c e , J . Da i r y S c i . , 5 5 s 1 5 0 2 - 1 5 0 5 .

(63)

10. Ma n g e s t u t i Ag i l , 1 9 8 2 / 1 9 8 3 , P e r a e r i k s a a n t o k s i s i t a s

(64)

20. I s na e ni , 1906, Opt i ma s i Pe mb e n t u k a n Ka l us Sol a num

ma mr a o s i m I». d a n I d e n t i f i l c a s i s e n y a wn s t e r o i d n y a ,

Te s i s F a k u l t a s P a s c a S a r j a n a UNAI R, S u r a b a y a .

2 1 . Ad i S u d o n o , 1 9 8 1 , I n t e r a k s i a n t a r a g e n o t i p e d a n k e -

a d a a n l i n g k u n g a n t e r h a d a p p e r t u mb u h a n d a n p r o d u k s i

s u s u p a d a t i k u s , P r o s i d i n g S e mi n a r P e n e l i t i a n P e t e r

n a k a n , Bo g o r : 2 8 7 - 2 9 5 .

22. Ra ndol ph, L. K. a nd Ci mi ne r a , J . L. , 1980, Re mi ngt on' s

+ V i

Ph a r ma c e ut i c a l Sc i e nc e s , 16 Edi t i on, Ma c k Pu b l i ­

s hi ng Co, Ea s t on, Pe nns yl va ni a , p. 111- 119.

23. S u d j a n a , l y b O, Ui s a i n d a n a n a l i s i s e k s p e r i me n , Pe: - ■

(65)

La mp i r a n 1.

(66)

Gambar

Gambar 2Gambar 1 : Tanaman Sauroous andro^ynus (L.) Merr.,* : Kromatogram KLT isolat daun katu de-
Gambar 1Tanaman Sauropus androgynus (L.) Merr,
Tabel perhitungan ANAVA dari data-data yang dipero-
Gambar 2. Kromatogram KLT isolat fase eter dari petro­
+7

Referensi

Dokumen terkait

rasah, fiksi, agama, komputer, kamus, referensi, umum.

nasabah yang datang ke kantor pelayanan. Aspek ini merupakan bagian dari dimensi reliability, yang secara umum dipersepsikan dengan memuaskan oleh responden. Namun indikator

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah terdiri dari; tes kemampuan kreatif matematik, tes pemecahan masalah matematika, lembar observasi, dan

Dari penelitian Chiewchanwit dan Au (1994) didapatkan, bahwa pemberian 2-ME pada kultur sel limfosit manusia dengan dosis 150 atau 300 mM selama 24 jam, secara nyata

dari, atau menyediakan pembiayaan dan layanan untuk, satu atau lebih anak perusahaan yang terlibat dalam perdagangan atau usaha selain dari usaha Lembaga

Pada pembelajaran dengan model siklus belajar menunjukkan para siswa dapat memahami konsep sains dengan lebih baik dan lebih mudah mengaplikasikan pengetahuannya

Industri Karet Deli Manufaktur, Prasarana dan Jasa Ban Sumatera Utara Kota Medan 1158. Pabrik Gula PTPN II –

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Makgosa dan Mohube (2007) yang menemukan bahwa teman sebaya berpengaruh terhadap perilaku konsumsi atas ba- rang