• Tidak ada hasil yang ditemukan

Paper KEBIJAKAN PEMERINTAH INDONESIA DAL (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Paper KEBIJAKAN PEMERINTAH INDONESIA DAL (1)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

KEBIJAKAN PEMERINTAH INDONESIA DALAM

MENGOPTIMALISASI PULAU PULAU TERLUAR

TUGAS AKHIR MATA KULIAH POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA

Oleh

FADHIL AKBAR KURNIAWAN

No. BP 1110852004

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

(2)

PENGARUH INTENSITAS SENGKETA PERBATASAN WILAYAH INDONESIA

TERHADAP UPAYA PEMERINTAH DALAM MENINGKATKAN PERTAHANAN

Kedaulatan merupakan suatu aspek yang sangat penting bagi sebuah negara dalam tatanan sistem internasional. Kedaulatan merupakan salah satu syarat penting untuk dapat diakui sebagai sebuah negara, dimana negara yang telah diakui mempunyai kedaulatan disebut sebagai negara yang berdaulat. Definisi dari kedaulatan adalah suatu hak ekslusif yang untuk menguasai suatu wilayah pemerintahan, masyarakat, atau atas diri sendiri, dimana terdapat dua penganut dalam sumber kedaulatan tersebut yaitu berasal dari Tuhan dan dari Masyarakat.1 Dalam hukum

konstitusi, negara yang berdaulat merepresentasikan pemerintahan yang memiliki kendali sepenuhnya atas semua hal urusan dalam negerinya sendiri didalam wilayah atau batas territorial negaranya, dimana berlaku yurisdiksi hukumnya.

Negara merupakan institusi kekuasaan yang memiliki tiga karakteristik umum, yaitu wilayah geografis dengan batas-batas yang diakui secara internasional, sebuah populasi yang diakui dan teridentifikasi yang hidup didalam batas wilayah tersebut, serta sebuah struktur kewenangan atau pemerintahan yang diakui secara internasional. Pada Konvensi Montevideo, karakteristik negara tersebut ditambah dengan kemampuan suatu negara untuk memasuki dan menjalin hubungan dengan negara-negara lain. Konsep mengenai negara berdaulat pertama kali muncul semenjak Perjanjian Westphalia pada tahun 1648 dimana hal tersebut juga menandai berakhirnya Perang Tiga Puluh Tahun (1618-1648) di Eropa yang pada mulanya diawali dengan

(3)

konflik antara agama Katolik (Kekaisaran Hapsburg) dan Protestan (Ceko). Perjanjian tersebut menghasilkan keputusan yaitu mengakui keberadaan kesatuan wilayah yang tidak dapat lagi didominasi oleh pihak lainnya,yang disebut sebagai negara berdaulat.

Nation-state merupakan kesatuan politis yang memiliki kedaulatan. Kedaulatan bergantung pada pemerintahan yang memiliki kewenangan tertinggi dalam wilayah yang memiliki batasan yang jelas yang mencakup sebuah populasi dan kewenangan pemerintahan tersebut diakui legitimasinya, baik oleh penduduk yang diwadahi oleh pemerintahan tersebut maupun oleh pemerintahan berdaulat yang lain. Jika menurut kacamata Hukum Internasioinal, status negara-negara yang berdaulat tersebut setara serta memiliki hak dan kewajiban dasar yang sama, salah satunya yaitu setiap negara bebas untuk mengelola permasalahan internal berdasarkan pandangan yang dianggap terbaik oleh pemerintahannya. Hak ini juga merupakan representasi dari kewajiban untuk non-intervensi, yaitu kewajiban untuk tidak mencampuri urusan dalam negara-negara lain. Menurut Hedley Bull, kedaulatan mencakup kedualatan internal yang berarti supremasi atas seluruh kewenangan di dalam batas wilayah dan kependudukannya, serta kedaulatan eksternal dimana setiap negara merdeka dari kewenangan luar.

(4)

dibawah pengaturannya. Usaha usaha yang dilakukan negara untuk mempertahankan kedaulatan dan national interest nya masing-masing menimbulkan sebuah gejolak dalam interaksi antar negara yang berdaulat dalam Hubungan Internasional.

Eksistensi suatu negara ditentukan oleh aspek aspek yang membentuk kedaulatan, yang mencakup pertahanan dan keamanan suatu negara dari ancaman luar, salah satunya mempertahankan batas wilayah territorial dari pencaplokan negara lain. Kedaulatan suatu negara akan tercoreng apabila tidak bisa mempertahankan wilayah yang sebelumnya berada di wilayah teritorialnya diambil atau diklaim oleh negara lain. Fenomena seperti ini sangat rentan terjadi terhadap negara negara dengan cakupan wilayah territorial yang luas dan negara kepulauan. Indonesia sebagai salah satu negara maritim terbesar di dunia tidak terlepas dari fenomena sengketa wilayah perbatasan dengan negara lain. Indonesia merupakan negara dengan jumlah pulau terbesar di dunia. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 ditetapkan Indonesia sebagai sebuah neagra kepulauan yaitu negara yang memiliki banyak pulau yaitu sejumlah 17.480 pulau dengan panjang garis pantai mencapai 95.181 km. Sembilan puluh dua pulau kecil diantaranya merupakan pulau-pulau kecil terluar.2

United Nations Confention on the Law Of the Sea (UNCLOS) 1982 mengatur bahwa negara kepulauan meupakan negara yang terdiri atas satu atau lebih gugusan pulau, dimana di

2 Syamsul Ma’arif, 2009, Makalah Pengelolaan Pulau Terluar dalam Manajemen Pulau Terluar, Fakultas Geograf

UGM, 23 Januari 2009

(5)

alami dan dikelilingi oleh air dan selalu berada di atas muka air pasang tinggi. UNCLOS mengatur mengenai rezim-rezim hukum laut, termasuk hukum negara kepulauan secara menyeluruh. Dalam Undang-Undang RI nomor 6 tahun 1996, luas Kepulauan Indonesia dan laut teritorialnya adalah 3,1 juta kilometer persegi , sedangkan luas Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) yang dimiliki adalah 2,7 juta kilometer persegi yang menyangkut hak eksplorasi, eksploitasi, dan pengelolaan sumber daya hayati dan non hayati. Dengan konsep negara kepulauan ini, Indonesia memiliki hak penuh atas perairan di sisi-sisi pulau tersebut. Indonesia berhak atas apa-apa yang dimiliki di dasar laut dan juga atas ruang angkasa diatas wilayahnya. Kekayaan alam yang luar bisa melimpah tersebut memungkinkan untuk pertumbuhan ekonomi yang pesat jika ditangani dengan baik oleh pemerintah.

Kekayaan sumber daya alam yang terbentang dari ujung perbatasan wilayah territorial Indonesia dari Sabang sampai Merauke belum dimanfaatkan secara optimal oleh pemerintah. Masih banyak pulau-pulau yang belum terurus, bahkan masih ada yang belum disebut atau diberi nama. Terdapat 92 pulau terluar yang tersebar di wilayah NKRI dengan luas masing-masing pulau rata-rata 0,02 hingga 200 kilometer persegi. Hanya 50% dari pulau terluar tersebut yang berpenghun. Enam puluh tujuh dari 92 pulau terluar tersebut berbatasan langsung dengan negara negara tetangga seperti India, Thailand, Malaysia, Singapura, Vietnam, Philipina, Palau, Papua New Guinea, Australia, dan Timor Leste.5

3 Anonim, Permasalahan Kelautan Yang Muncul Dalam Negara Kepulauan Indonesia, diakses pada website

http;//www.sumbawanews.com/berita/opini/permasalahan-kelautan-yang-muncul-dalam-negara-kepulauan-indonesia/pdf.html

5 Bambang Susanto, Kajian Yuridis Permasalahan Batas Maritim Wilayah Laut Republik Indonesia (Suatu pandangan

TNI AL Bagi Pengamanan Batas wilayah Laut RI), Indonesian Journal of International Law

(6)

wilayah tersebut. Selain itu, mengenai kekayaan sumberdaya alam yang ternyata belum mampu dimanfaatkan secara adil, optimal, dan bekelanjutan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat terutama mereka yang menetap di kawasan perbatasan. Dilihat dari aspek infrastruktur, sebagian besar wilayah perbatasan ternyata belum memiliki sarana dan prasarana wilayah yang memadai, sehingga mengakibatkan keterisolasian wilayah dan tidak berkembangnya kegiatan ekonomi dan potensi terjadinya disntegrasi. Padahal merujuk pada Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 mengenai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM-Nasional 2004-2009) telah menetapkan arah dan pengembangan wilayah perbatasan negara sebagai salah satu program prioritas pembangunan nasional. Pembangunan wilayah perbatasan memiliki keterkaitan yang erat dengan misi pembangunan nasional, terutama untuk menjamin keutuhan dan kedaulatan wilayah, pertahanan keamanan nasional, serta meningkatkan kesejahteraan rakyat di wilayah perbatasan.6

Perbatasan langsung antara pulau-pulau terluar Indonesia dengan negara-negara tetangga seperti pemaparan diatas memiliki potensi yang besar akan timbulnya overlapping claim. Overlapping Claim wilayah maritim biasanya terjadi di wilayah laut suatu negara yang

berdampingan, dimana penyelesaian dari hal tersebut dapat dilakukan dengan negosiasi atau diplomasi.7

6 http://www.bakosurtanal.go.id/berita-surta/show/perbatasan-negara-perlu-ditangani-secara-intensif-dan-terpadu

7 Hikmahanto Juwana, Mencermati Hubungan Indonesia-Malaysia, 2009.

(7)

untuk menjaga dan mempertahankan keutuhan wilayahnya. Sengketa merupakan pertentangan antara dua belah pihak atau lebih yang berawal dari persepsi yang berbeda tentang suatu jepentingan atau hak milik yang dapat menimbulkan akibat hukum bagi keduanya.8 Penulis akan

mengenalisa variabel pengaruh sengketa perbatasan wilayah Indonesia dengan melihat dari intensitas kasus persengketaan wilayah perbatasan Indonesia dengan negara tetangga selama ini semenjak berawal dari kasus konflik sengketa wilayah perbatasan Indonesia dan Malaysia pada tahun 1979 yaitu Sengketa Ambalat. - Sengketa batas laut di Selat Malaka - Sengketa P. Ambalat

2. Indonesia - Filipina 1989 - Sengketa P. Miangas dan P. Manoreh

3. Indonesia - Singapura 2005 - Reklamasi pantai yang dilakukan Singapura, menambah perluasan wilayah hingga 199 km2,

Selat Singapura semakin sempit

4. Indonesia - Vietnam 1982 - Vietnam mengeluarkan “Statement on the Territorial Base Line” yang mengakibatkan sengketa P. Phu Qoc dan mengklaim wilayah laut

Indonesia

5. Indonesia – Republik Palau

1979 - Zona Perikanan yang diperluas Palau meyebabkan tumpang tindih dengan ZEE Indonesia

6. Indonesia – Timor Leste 2002 - perbatasan Indonesia dan Timor Leste yang masih belum pasti meyebabkan beberapa konflik

(8)

telah disepakati pada 1973

Sumber : indomaritimeinstitute.org/?p=1341

Dari data diatas, dapat dilihat bahwasanya Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki zona pulau dan lautan yang luas memiliki potensi besar yang menyebabkan sengketa perbatasan laut maupun pngklaiman pulau. Dimana dari sembilan sengketa wilayah perbatasan yang terjadi, masih sedikit yang baru bisa dikatakan selesai seperti kasus Pulau Siapadan dan Pulau Ligitan yang pada tahun 2002 telah resmi dimiliki oleh Malaysia. Hal tersebut menjadi sebuah tamparan keras bagi kedaulatan Indonesia yang menyebabkan citra yang buruk di mata dunia internasional dikarenakan tidak dapat melindungi wilayah territorial yang menjadi aspek dasar konstitutif terbentuknya suatu negara.

Penulis mencoba mengkaitkan tingkat intensitas sengketa yang dialami Indonesia dengan variabel dependen Upaya Peningkatan Pertahanan Republik Indonesia, yang dinilai dari beberapa indikator, yaitu : Anggaran Pertahanan Indonesia dalam melindungi perbatasan wilayah territorial Indonesia serta Anggaran Dana untuk pengembangan daerah perbatasan.

8Kamus Besar Bahasa Indonesia

Melihat dari keberhasilan Cina yang mampu membangun perekonomian negaranya dengan baik, sehingga meningkatkan kualitas kedaulatan negaranya dalam menghadapi berbagai tantangan keamanan nasional, merupakan sebuah peluang yang dapat diambil TNI AD untuk melipat gandakan “added-value” dari output produktivitasnya. Dengan “hard power” riil yang terdiri dari 314.111 personel militer aktif pada Januari 2010 9 dan 0,95% PDB rata-rata anggaran

(9)

kedaualtan Indonesia) akan dapat menciptakan kualitas pengaruh (soft power) yang jauh lebih 2005 23.108,10 1,05 5,81 4.310, 96 4.784, 52 9.529, 04 4.483, 58 2006 28.229, 18 0,93 4,36 5.147, 40 4.450, 52 12.140, 60 6.490, 66 2007 32.640, 06 0,92 4,27 5.718, 20 4.220, 51 14.641, 17 8.060, 18 2008 33.678,99 0,79 4,23 6.248, 05 4.220, 50 15.044, 01 8.166, 43

Rata-Rata

27.815,71 0,95 4,88 5.106, 92 4.249, 16 12.149, 61 6.309, 91

Sumber: Departemen Pertahanan RI, Buku Putih Pertahanan Indonesia 2008 (Jakarta: Departemen Pertahanan RI, 2008), halaman 163

9 Berdasarkan Survei Tenaga Kerja Nasional, pengangguran terbuka terdiri dari : mereka yang tidak bekerja dan mencari pekerjaan, mereka yang

tidak bekerja dan mempersiapkan usaha, mereka yang tidak bekerja, dan tidak mencari pekerjaan, karena merasa tidak mungkin mendapat

pekerjaan, dan mereka yang tidak bekerja, dan tidak mencari pekerjaan, karena sudah diterima bekerja, tetapi belum mulai bekerja.

Dari data diatas mampu disimpulkan bahwa dengan tingkat intensitas sengketa perbatasan yang tinggi yang begitu mencapai titik puncak ketika lepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan, membuat pemerintah berupaya untuk meningkatkan pertahanan negara, salah satunya dengan meningkatkan anggaran pertahanan Republik Indonesia.

(10)

a. sebesar 150% (seratus lima puluh persen) dari gaji pokok bagi yang bertugas dan tinggal di

wilayah pulau-pulau kecil terluar tanpa penduduk;

b. sebesar 100% (seratus persen) dari gaji pokok bagi yang bertugas dan tinggal di wilayah

pulau-pulau kecil terluar berpenduduk;

c. sebesar 75% (tujuh puluh lima persen) dari gaji pokok bagi yang bertugas dan tinggal di

wilayah perbatasan; atau

d. sebesar 50% (lima puluh persen) dari gaji pokok bagi yang bertugas secara sesaat di wilayah

udara dan laut perbatasan dan pulau-pulau kecil terluar.10

10 Permenham No. 10 Tahun 2010

(11)

Hal diatas mengindikasikan bahwa wilayah perbatasan mempunyai pengaruh yang sangat penting terhadap ketahanan sebuah negara. Dimana tingkat intensitas sengketa yang tinggi membuat pemerintah berupaya untuk lenih mempertahankan wilayah perbatasan negara Indonesia yang merupakan negara kepulauan terbesar dengan sumber daya alam yang melimpah.

11 Permenkeu PMK 201-PMK_07-2012_Pedoman Umum dan Alokasi DAK TA 2012

Upaya pemerintah secara geopolitik dan geostrategic dalam melindungi wilayah

perbatasan

(12)

sector kelautan negari ini menjadi elemen penting mencakup di bidang pertahanan. Konflik territorial masih menjadi sebuah isu yang sangat penting. Perundingan penetapan perbatasan maritime dengan negara negara tetangga, masih banyak yang belum disepakati secara jelas dan masih diperlukan kesepakatan yang lebih lanjut. Indonesia bahkan masih kesulitan menghadapi aktifitas illegal yang melanggar perbatasan Indonesia dengan negara negara tetangga yang terjadi secara luas.

Demi menjaga kedaulatan Indonesia, pemerintah melakukan bentuk upaya geopolitik berupa penetapan Program Modernisasi Alutsista dan Non Alutsista (Alat Utama Sitem Persenjataan) sebesar Rp. 25,745 triliun, dimana alokasi anggaran tersebut antara lain untuk peningkatan KRI, KAL, Ranpur, dan Rantis sebesar Rp. 657,3 milliar. Pengadaan pesawat udara dan sara prasarana Penerbangan TNI AL sebesar Rp.159,7 miliar dengan percepatan pengadaan Alutsista Strategis Matra Laut sebesar Rp. 20,316 triliun. Memposisikan TNI AL yang handal dan disegani dengan melakukan penggantian terhadap 50% dari 148 kapal TNI AL yang sudah tua merupakan prioritas ekonomi pertahanan di bidang kelautan yang harus didukung oleh pemerintah Indonesia.

(13)

untuk memberdayakan potensi sumber daya alam bagi kesejahteraan masyarakat, meningkatkan pendapatan asli daerah, dan penyerapan tenaga kerja.

Referensi

Dokumen terkait

Pembangunan manusia merupakan paradigma pembangunan yang menempatkan manusia (penduduk) sebagai fokus dan sasaran akhir dari seluruh kegiatan pembangunan, yaitu

Modalitas epistemik ’keharusan’ dalam bahasa Minangkabau dialek Pariaman dinyatakan dengan keterangan menjelaskan verba, atau inti dari predikat, seperti kata aruih

Terapi ini dilakukan secara klasikal mengingat permasalahan yang dihadapi subjek bukan permasalahan ranah klinis dan sampel yang sedikit dimana peneliti mengacu

Para pengusaha dan perajin batu ajidi Desa Cipining, Kecamatan Maja, Kabupaten Lebak, Propinsi Banten perlu mendapat penyuluhan dan informasi tentang pasar.Kepada mereka

Namun, variasi makan- an yang banyak dan tersedia di alam tidak menja- min akan memberikan nilai luas relung yang be- sar, karena luas relung dipengaruhi pula oleh ke- mampuan ikan

Citra Collection merupakan toko konvensional yang menjual baju muslim laki-laki dan perempuan, serta menjual kerudung. Citra Collection belum memiliki cabang, hanya memiliki satu

Secara yuridis perumusan pengertian akta otentik tersebut dinyatakan oleh ketentuan dalam Pasal 165 HIR/RBG, sebagai berikut: ”Akta otentik adalah suatu akta yang dibuat oleh

Matriks SWOT merupakan gambaran secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi pihak Sentul City dalam melaksanakan kegiatan konservasi keanekaragaman hayati