• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode dan Struktur Ilmiah. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Metode dan Struktur Ilmiah. docx"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

METODE DAN STRUKTUR ILMIAH

A. METODE ILMIAH

1. Pengertian Metode Ilmiah

Kata “Metode” berasal bahasa Yunani yaitu kata

“methos”

yang terdiri dari

unsur kata berarti cara, perjalanan sesudah, dan kata

“kovos”

berarti cara perjalanan,

arah. Metode merupakan kajian atau telaah dan penyusunan secara sistematik dari

beberapa proses dan asas-asas logis dan percobaan yang sistematis yang menuntun

suatu penelitian dan kajian ilmiah.

1

Kata “ilmu” berasal dari bahasa ‘Arab

“alima”

yang sama dengan kata dalam

bahasa Inggris

“Science”

yang berasal dari bahasa latin

“Scio”

atau

“Scire”

yang

kemudian di-Indonesia-kan menjadi Sains. Ilmu adalah pelukisan fakta-fakta

pengalaman secara lengkap dan konsisten dalam istilah-istilah yang sesederhana

mungkin, pelukisan secara lengkap dan konsisten itu melalui tahap pembentukan

definisi, melakukan analisa, pengklasifikasian dan pengujian.

2

Metode ilmiah

merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang

disebut ilmu. Jadi ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode

ilmiah. Metode, menurut Senn, merupakan prosedur atau cara mengetahui sesuatu,

yang memiliki langkah-langkah yang sistematis. Metodologi ilmiah merupakan

pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan dalam metode tersebut. Jadi

metodologi ilmiah merupakan pengkajian dari peraturan-peraturan yang terdapat

dalam metode ilmiah.

Proses kegiatan ilmiah, menurut Riychia Calder, dimulai ketika manusia

mengamati sesuatu. Secara ontologis ilmu membatasi masalah yang diamati dan

dikaji hanya pada masalah yang terdapat dalam ruang lingkup jangkauan pengetahuan

manusia. Jadi ilmu tidak mempermasalahkan tentang hal-hal di luar jangkauan

manusia. Karena yang dihadapinya adalah nyata maka ilmu mencari jawabannya pada

dunia yang nyata pula. Eintein menegaskan bahwa ilmu dimulai dengan fakta dan

diakhiri dengan fakta, apapun juga teori-teori yang menjembatani antara keduanya.

3

Teori yang dimaksud di sini adalah penjelasan mengenai yang terdapat dalam dunia

fisik tersebut, tetapi merupakan suatu abstraksi intelektual di mana pendekatan secara

rasional digabungkan dengan pengalaman empiris. Artinya, teori ilmu merupakan

1 http://id.wikipedia.org/wiki/Metode diakses tanggal 2 April 2015 pukul 16.32 2 Sidi Gazabla, Jakarta 1973. Hlm, 54-55

(2)

suatu penjelasan rasional yang berkesesuaian dengan obyek yang dijelaskannya. Suatu

penjelasan biar bagaimanapun meyakinkannya, harus didukung oleh fakta empiris

untuk dinyatakan benar. Di sinilah pendekatan rasional digabungkan denga

pendekatan empiris dalam langkah-langkah yang disebut metode ilmiah. Secara

rasional, ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif, sedangkan

secara empiris ilmu memisahkan pengetahuan yang sesuai dengan fakta dari yang

tidak.

4

2. Syarat-Syarat Teori Ilmiah

Secara sederhana maka hal ini berati bahwa semua teori iilmiah harus

memenuhi 2 syarat utama yakni :

a. Harus konsisten dengan teori-teori sebelumnya yang memungkinkan tidak

terjadinya kontradiksi dalam teori keilmuan secara keseluruhan.

b. Harus cocok dengan fakta-fakta empiris sebab teori yang bagaimanapun

konsistennya sekiranya tidak didukung oleh pengujian empiris tidak dapat

diterima kebenarannya secara ilmiah.

Kebenaran adalah kesesuaian arti dengan fakta yang ada putusan-putusan lain

yang telah kita akui kebenarannya dan tergantung kepada berfaedah tidaknya

teori tersebut bagi kehidupan manusia.

Pada metode ilmiah, untuk memperoleh pengetahuan dilakukan dengan cara

menggabungkan pengalaman dan akal pikiran sebagai pendekatan bersama dan

dibentuk dengan ilmu. Secara sedehana teori ilmiah harus memenuhi 2 syarat utama,

yaitu harus konsisten dengan teori-teori sebelumnya dan harus cocok dengan

fakta-fakta empiris. Jadi logika ilmiah merupakan gabungan antara logika deduktif dan

induktif dimana rasionalisme dan empirisme berdampingan dalam sebuah sistem

dengan mekanisme korektif. Metode ilmiah diawali dengan fakta-fakta yang diamati

secara inderawi.

Untuk memperoleh pengetahuan dengan metode ilmiah diajukan semua

penjelasan rasional yang statusnya hanyalah bersifat sementara yang disebut hipotesis

sebelum teruji kebenaranya secara empiris. Hipotesis, yaitu dugaan atau jawaban

sementara terhadap permasalahan yang sedang kita hadapi. Untuk memperkuat

(3)

hipotesis dibutuhkan dua bahan-bahan bukti yaitu bahan-bahan keterangan yang

diketahui harus cocok dengan hipotesis tersebut dan hipotesis itu harus meramalkan

bahan-bahan yang dapat diamati yang memang demikian keadaanya.

Dengan adanya jembatan berupa penyusunan hipotesis ini maka metode

ilmiah sering dikenal sebagai proses logica-hypothetico-verifikasi: atau menururt

tyndall sebagai “perkawinan yang berkesinambungan antara dedukasi dan induksi.

3. Karakterisasi Metode Ilmiah

Metode ilmiah bergantung pada karakterisasi yang cermat atas subjek

investigasi. Dalam proses karakterisasi, ilmuwan mengidentifikasi sifat-sifat utama

yang relevan yang dimiliki oleh subjek yang diteliti. Selain itu, proses ini juga dapat

melibatkan proses penentuan (definisi) dan pengamatan-pengamatan yang dimaksud

seringkali memerlukan pengukuran dan perhitungan yang cermat. Proses pengukuran

dapat dilakukan terhadap objek yang tidak dapat diakses atau dimanipulasi seperti

bintang atau populasi manusia.

Umumnya terhadap empat karakteristik penelitian ilmiah, yaitu:

1. Sistematik Berarti suatu penelitian harus disusun dan dilaksanakan secara

berurutan sesuai pola dan kaidah yang benar, dari yang mudah dan sederhana

sampai yang kompleks.

2. Logis suatu penelitian dikatakan benar bila dapat diterima akal dan berdasarkan

fakta empirik. Pencarian kebenaran harus berlangsung menurut produser atau

kaidah bekerjanya akal yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan umum dari

berbagai kasus individual (khusus), atau prosedur dedukatif yaitu cara berpikir

untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus dari pernyataan yang bersifat

umum.

3. Empirik suatu penelitian yang didasarkan pada pengalaman sehari-hari, yang

ditemukan atau melalui hasil coba-coba yang kemudian diangkat sebagai hasil

penelitian. Landasan empirik ada tiga yaitu : a) Hal-hal empirik selalu memiliki

persamaan dan perbedaan (ada penggolongan atau perbandingan satu sama lain).

b) Hal-hal empirik selalu berubah-ubah sesuai dengan waktu. C) Hal-hal

empirik tidak bisa secara kebetulan melainkan ada penyebabnya.

(4)

4. Langkah Metode Ilmiah

Alur berfikir yang tercakup dalam metode ilmiah dapat dijabarkan dalam

beberapa langkah yang mencerminkan tahap-tahap dalam kegiatan ilmiah. Kerangka

yang berintikan proses logico-hypothetico-vertifikasi ini pada dasarnya terdiri dari

langkah-langkah sebagai berikut :

1. Perumusan masalah yang merupakan pertanyaan mengenai obyek empiris yang

jelas batas-batasnya serta dapat di indentifikasikan faktor-faktor yang terkait

didalamnya.

2. Penyusunan kerangka berfikir dalam pengajuan hipotesis yang merupakan

argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai

faktor yang saling mengaitkan dan membentuk konstelasi permasalahan.

Kerangka berfikir ini disusun secara rasional berdasarkan premis-premis ilmiah

yang telah teruji kebenarannya dengan memperhatikan faktor-faktor empiris yang

relevan dengan permasalahan.

3. Perumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara atau dugaan terhadap

pertanyaan yang diajukan yang materinya merupakan kesimpulan dari kerangka

berfikir yang dikembangkan.

4. Pengujian hipotesis yang merupakan pengumpulan fakta-fakta yang relevan

dengan hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta

yang mendukung hipotesis tersebut atau tidak.

5. Penarikan kesimpulan yang merupakan penilaian apakah sebuah hiptesis yang

diajukan itu ditolak atau diterima. Sekiranya dalam proses pengujian terdapat

fakta yang cukup yang mendukung hipotesis maka hipotesis itu diterima.

Sebaliknya sekiranya dalam proses pengujian tidak terdapat fakta yang cukup

mendukung hipotesis maka hipotesis itu ditolak. Hipotesis yang diterima

kemudian dianggap menjadi bagian dari pengetahuan ilmiah sebab telah

memenuhi persyaratan keilmuan yakni mempunyai kerangka penjelasan yang

konsisten dengan pengetahuan ilmiah sebelumnya serta telah teruji kebenarannya.

Pengertian kebenaran di sini harus ditafsirkan secara pragmatis artinya sampai

saat ini belum terdapat fakta yang menyatakan sebaliknya.

5. Metode Ilmiah dalam Pengetahuan

(5)

pengetahuan karena metode ini menggunakan pendekatan yang sistematis, objektif,

terkontrol, dan dpat diuji, yang dilakukan melalui metode indukatif maupun

dedukatif.

Metode ilmiah ini tidak dapat diterapkan kepada pengetahuan yang tidak

termasuk ke dalam kelompok ilmu. Matematika dan bahasa tidak mempergunakan

metode ilmiah dalam menyusun pengetahuannya sebab matematika bukanlah ilmu

melainkan pengetahuan yang merupakan sarana berfikir ilmiah. Demikian juga halnya

dengan bidang sastra yang termasuk kepada humaniora yang jelas tidak

mempergunakan metode ilmiah dalam penyusunan tubuh pengetahuannya.

Meskipun demikian beberapa aspek dari pengetahuan tersebut dapat

menerapkan metode ilmiah dalam pengkajiannya umpamanya saja aspek pengajaran

bahasa, sastra dan matematika. Dalam hal ini, maka masalah tersebut dapat

dimaksudkan ke dalam disiplin ilmu pendidikan yang mengkaji secara ilmiah

berbagai aspek dari proses belejar mengajar. Beberapa disiplin ilmu sosial

mengembangkan teknik-teknik tersendiri dalam melakukan penelitian ilmiah umpama

saja antropologi dan sosiologi.

B. STRUKTUR PENGETAHUAN ILMIAH

Struktur ilmu dalam filsafat ilmu merupakan bagian yang penting dipelajari

mengingat ilmu merupakan suatu yang tersusun bersistem dan kompleks. Melalui

ilmu kita dapat menjelaskan, meramal dan mengontrol setiap gejala-gejala alam yang

terjadi. Tujuan akhir dari disiplin keilmuan yaitu mengembangkan sebuah teori

keilmuan yang bersifat utuh dan konsisten makin tinggi tingkat keumuman suatu

konsep maka makin teoritis kontes tersebut. Makin teoritis suatu konsep maka makin

jauh pernyataan yang dikandungnya. Ilmu-ilmu murni berkembang menjadi ilmu-ilmu

terapan. Ilmu-ilmu terapan ini akan melahirkan teknologi atau

peralatan-peralatanyang berfungsi sebagai sarana yang memberi kemudahan dalam kehidupan.

(6)

ilmuan tidak dapat padam, dan keinginan berbuat seseorang tidak bisa dihapuskan. Ini

berarti perkembangbiakan pengetahuan ilmiah akan berjalan terus dan pembagian

ilmu yang sistematis perlu dari waktu ke waktu diperbaharui.

Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang di proses dengan metode ilmiah

dan memnuhi syarat-syarat keilmuan (Jujun, 2005). Sedangkan menurut Peursen,

pengetahuan ilmiah ialah pengetahuan yang terorganisasi dengan sistem dan metode

berusaha mencari hubungan-hubungan tetap diantara gejala-gejala (Bakker, 1990).

Piaget juga mendefenisikan pengetahuan ilmiah sebagai hasil penyesuaian terhadap

kenyataan, yang menggambarkan latar belakang hayati maupun kejiwaan dari ilmu

(Peursen, 2003). Dari berbagai defenisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa

pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan hasil penyesuaian terhadap kenyataan yang

diperoleh dengan metode ilmiah dan memenuhi syarat-syarat keilmuan. Oleh karena

itu, pengetahuan ilmiah sering diistilahkan dengan ilmu.

Dalam kaitannya dengan pengetahuan dan metode ilmiah, Gie (1997)

menyatakan bahwa ilmu adalah kesatuan antara pengetahuan, aktivitas, dan metode.

Ketiga hal tersebut merupakan kesatuan logis yang harus ada secara berurutan. Ilmiah

harus diusahakan dengan aktivitas, aktivitas harus dilaksanakan dengan metode

tertentu, dan akhirnya aktivitas metodis itu mendatangkan pengetahuan yang

sistematis. Kesatuan dan interaksi di antara aktivitas, metode, dan pengetahuan

menyusun suatu ilmu. Hubungan ketiganya dapat digambarkan dengan bagan sebagai

berikut : ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya dan

kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya. Sesuatu yang ilmiah itu

mempunyai sifat

tidak absolut.

Kebenaran ilmiahnya terbatas hingga sesuatu yang

ilmiah dapat disangkal atau disanggah dan diperbaiki.

(7)

Struktur pengetahuan ilmiah mencakup :

1. Objek sebenarnya sebenarnya:

a. Objek material : Ide abstrak, Benda fisik, Jasad hidup, Gejala rohani,

Peristiwa sosial, Proses tanda

b. Objek formal: Pusat perhatian dalam penelaahan ilmuan terhadap

fenomena itu

2. Bentuk pernyataan

a. Deskripsi : Bersifat deskriptif dengan memberikan pengertian mengenai,

susunan yang ada tanpa di lebih-lebihkan.

b. Preskripsi : memberikan petunjuk atau ketentuan apa yang sebaiknya

berlangsung

c. Eksposisi Pola : Merangkum pernyataan-pernyataan yang memaparkan

pola-pola

d. Rekonstruksi historis : Menceritakan dengan penjelasan atau alasan yang

diperlukan dalam pertumbuhan sesuatu pada masa lampau

3. Ragam proposisi : Bentuk pernyataan yang lain, terutama ditemukan pada cabang

ilmu yang lebih dewasa

4. Ciri pokok : Ilmu sama, tidak tergantung siapa yang menemukan/mengungkapkan;

Ilmu bersumber pada pemikiran rasional yang mematuhi kaidah-kaidah logika; Ilmu

dapat diuji kebenarannya; Kebenarannya tidak bersifat individual; Ilmu dapat

digunakan oleh semua orang.

5. Pembagian sistematis : Sejarah dan filsafat ilmu, Ilmu fisis, Ilmu bumi, Ilmu biologis,

Ilmu kedokteran dan disiplin-disiplin yang tergabung, Ilmu-ilmu sosial dan psikologi,

Ilmu teknologis

DAFTAR PUSTAKA

Hamadi, Abbas, 1997, Epistemologi Ilmu. Yogyakarta: Fakultas Filsafat Universitas

Gadjah Mada.

Hardono, Hadi, 1997, Epistemologi, Filsafat Pengetahuan. Yogyakarta:Kanisius.

Kartanegara,

Lubis, Mochtar, 1978, Manusia Indonesia, Jakarta: Yayasan Idayu.

(8)

Suriasmantri, Jujun S., 1987, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Sinar

Harapan.

Drs. Beni Ahmad, 2009, Filsafat Ilmu Kontemplasi Filosofis tentang seluk beluk

sumber dan tujuan ilmu pengetahuan, Bandung: CV PUSTAKA SETIA

Referensi

Dokumen terkait

Dari uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa yang harus dilaksanakan dalam kegiatan inventarisasi sarana dan prasarana pendidikan adalah dengan cara mencatat semua

Perubahan Laju Pertumbuhan Harian Benih Ikan Gurame Selama Penelitian.. Perlakuan C = pakan dengan penambahan probiotik 10

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan berkat dan rahmat-Nya sehingga Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (LP3A) dengan judul Gedung

Dengan demikian hipotesis kedua dan ketiga terbukti atau diterima yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh signifikan secara parsial kepemimpinan transformational dan

Pemberian kuasa dan wewenang kepada Direksi Perseroan dengan hak subsitusi untuk melaksanakan segala tindakan yang diperlukan berkaitan dengan Penawaran Umum

Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan desain cross sectional. Metode ini digunakan mengetahui pengetahuan siswa tentang PHBS sebelum

Pada metode box-cut contour mining ini (Gambar 1.5) lapisan tanah penutup yang sudah digali, ditimbun pada daerah yang sudah rata di sepanjang garis singkapan hingga membentuk

1) Memindahkan log dari TPK Input untuk diproses ke atas logdeck, dan selanjutnya melakukan pembelahan log mengikuti arah pola sesuai order yang sudah ditentukan dengan sistem