• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGENAAN PBB PERTAMBANGAN SEKTOR PERTAMBANGAN NON MIGAS GALIAN C

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGENAAN PBB PERTAMBANGAN SEKTOR PERTAMBANGAN NON MIGAS GALIAN C"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Bab

11

PENGENAAN PBB PERTAMBANGAN

SEKTOR PERTAMBANGAN NON

MIGAS GALIAN C

Dasar hukum :

1. Keputusan Menteri Keuangan No. 523/KMK.04/1998 tentang Penentuan Klasifikasi dan Besarnya NJOP Sebagi Dasar Pengenaan PBB;

2. Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. KEP-16/PJ.6/1998 tentang Pengenaan PBB;

3. Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak No. SE-27/PJ.6/1999 perihal Petunjuk Pelaksanaan Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. KEP-16/PJ.6/1998 tanggal 30 Desember 1998 khusus untuk pengenaan PBB Sektor Pertambangan Non Migas Galian C.

Pertambangan Galian C merupakan Tambang yang sederhana atas bahan mineral atau deposit tambang yang di kelola oleh masyarakat dengan menggunakan alat-alat yang relatif sederhana berupa tambang batu kali, batu apung, pasir, pasir kwarsa, kapur, marmer, dan lain-lain tambang yang sejenis dengan itu. Biasanya tambang tersebut terdapat pada kandungan tubuh bumi yang tidak dalam dan ditambang secara terbuka. Ijin perusahaan tambang galian C ini cukup melalui Pemerintah Daerah dan dapat dioperasionalkan secara mandiri bahkan orang perorang. Beberapa Definisi dan Pengertian yang perlu diketahui untuk penambangan Galian C adalah :

a. Areal Produktif :

adalah areal yang dieksploitasi/menghasilkan bahan galian tambang (tahap eksploitasi);

(2)

adalah areal yang belum menghasilkan tetapi sewaktu-waktu akan menghasilkan bahan galian tambang (tahap penyelidikan umum, eksploitasi dan konstruksi);

c. Areal Tidak Produktif :

adalah areal yang sama sekali tidak menghasilkan galian tambang; d. Areal Emplasemen :

adalah areal yang di atasnya terdapat bangunan dan atau pekarangan; e. Areal Lainnya :

adalah areal perairan yang digunakan untuk pelabuhan khusus berkaitan dengan usaha pertambangan;

f. Angka Kapitalisasi :

adalah angka pengganda untuk memperoleh besaran NJOP sebagaimana ditentukan pada lampiran III keputusan Direktorat Jenderal Pajak No.KEP-16/PJ.6/1998, tanggal 30 Desember 1998;

g. Hasil bersih :

adalah pendapatan kotor dari hasil penjualan galian tambang setahun dikurangi biaya eksploitasi di mulut tambang (Run of Mine).

Pajak Bumi dan Bangunan dalam perhitungan pengenaan dan penetapannya selalu harus didasarkan pada NJOP tambang Galian C. Besarnya NJOP Sektor Pertambangan NON Minyak dan Gas Galian C ditentukan sebagai berikut : a. Areal Produktif :

adalah sebesar angka kapitalisasi yang diperhitungkan berdasarkan lamanya waktu eksploitasi (deposit) penambangan tertentu dikalikan hasil bersih galian tambang dalam satu tahun sebelum tahun pajak berjalan;

b. Areal Belum Produktif, Tidak Produktif, dan Areal Emplasemen di Dalam atau di Luar Wilayah Kuasa Penambangan adalah sebesar NJOP berupa tanah sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak atas nama Menteri Keuangan;

c. Areal Perairan adalah sebesar luas perairan dikalikan dengan NJOP perairan yang ditentukan berdasarkan Korelasi Garis Lurus kesamping dengan klasifikasi NJOP permukaan bumi berupa tanah sekitarnya sebagaimana perhitungan pada lampiran Va dan Vb Keputusan Direktorat Jenderal Pajak No.KEP-16/PJ.6/1998 dan ditetapkan oleh Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak atas nama Menteri Keuangan;

(3)

Bentuk Formulir

Lampiran 1.

Surat Edaran Dirjen Pajak No.SE- 27/PJ.6/1999 tanggal 23 April 1999 Departemen Keuangan Republik Indonesia

Direktorat Jenderal Pajak

Kantor Pelayanan PBB ………

Surat Pemberitahuan Objek Pajak

PBB Sektor Pertambangan NON MiGas Galian C Tahun : …………..

No. Peruntukan Objek Bumi Bangunan Keterangan

Luas (m2) Jml.

b. Areal Belum Produktif

(4)

No. Peruntukan Objek Bumi Bangunan Keterangan

Luas (m2) Jml. Unit

Luas (m2)

1 2 3 4 5 6

d. Kilang e. Tangki f. Pipa g. Gudang h. Perumahan i. Sarana Olah Raga j. Bangunan Poliklinik k. Bangunan Sosial l. Landasan Pesawat Udara m. Jalan yang diperkeras di

Lokasi penambangan dan atau dalam kompleks

n. Dermaga

o. Lain-lain

Jumlah

IV. Areal Produktif :

1. Produksi dalam satu tahun pajak berjalan :……ton/kg/m3 dan sebagainya 2. Harga Jual Satuan (ROM) : Rp ………ton/kg/m3 dan sebagainya

3. Biaya Eksploitasi (ROM) : Rp ………ton/kg/m3 dan sebagainya

…………,

………2005

Wajib Pajak

(5)

Lampiran 2

Surat Edaran Dirjen Pajak No. 27/PJ.6/1999 tanggal 23 April 1999 Departemen Keuangan Republik Indonesia

Direktorat Jenderal Pajak

Kantor Pelayanan PBB ………

Daftar Perhitungan Ketetapan PBB Selain Sektor Pertambangan Non MiGas Galian C

Tahun : …………..

III.NJOP di Luar Areal Produksi :

No. Peruntukan Objek Luas

Bumi/Tanah b. Areal Belum Produktif

(6)

No. Peruntukan Objek Luas m. Jalan yg diperkeras di

Lokasi penambangan dan Jalan yg diperkeras di Lokasi penambangan dan atau dalam

(7)

IV.NJOP Bumi Produktif :

a. Hasil Produksi Tahun ……….. = ……… ton b. Harga Jual Tambang (ROM) per satuan = Rp……….. ton c. Harga Jual Tambang (ROM) keseluruhan = a X b = Rp ………. d. Biaya Eksploitasi (ROM) = Rp ………...ton e. Hasil Bersih Galian Tambang = c – d = Rp ………. f. Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)= Angka Kapitalisasi Xe = Rp ……….

V. Perhitungan PBB Terutang :

a. NJOP di Luar Bumi Produktif (III) = Rp……….. b. NJOP atas Bumi Produktif (IV) = Rp……….. c. Jumlah NJOP = Rp……….. d. Dikurangi NJOP TKP = Rp ………. e. NJOP sebagai Dasar pengenaan PBB = Rp……….. f. NJKP (40 % X e ) = Rp ………. g. Jumlah PBB Terutang (0,5 % X g ) = Rp ……….

……….,……….1999

Kepala Seksi Penetapan Petugas Penghitung / Kepala Subseksi Penetapan P3

(……….) (………)

Mengetahui

Kepala Kantor Pelayanan PBB

(8)

Kemudian sebagai pelengkap aturan-aturan tersebut kami sajikan Undang-undang tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan sebagaimana diatur dalam UU No. 11 Tahun 1967.

Bab I. Ketentuan Umum .

Pasal 1: Penguasaan Bahan Galian .

Segala bahan galian yang terdapat dalam wilayah hukum pertambangan Indonesia yang merupakan endapan-endapan alam sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa adalah kekayaan nasional bangsa Indonesia dan oleh karenanya dikuasai dan dipergunakan oleh Negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Pasal 2: Istilah-istilah :

a. Bahan Galian : Unsur-unsur kimia, mineral-mineral, bijih-bijih dan segala macam batuan termasuk batu mulia yang merupakan endapan alam ; b. Hak Tanah : hak atas sebidang tanah pada permukaan bumi menurut

hukum Indonesia :

c. Penyelidikan umum : penyelidikan secara geologi umum atau geofisika, di daratan, perairan dan dari udara segala sesuatu dengan maksud untuk membuat peta geologi umum atau untuk menetapkan tanda adanya bahan galian pada umumnya;

d. Eksplorasi : segala penyelidikan geologi pertambangan untuk menetapkan lebih teliti/seksama adanya dan sifat letakan bahan galian ;

e. Eksploitasi : usaha pertambangan dengan maksud untuk menghasilkan bahan galian dan memanfaatkannya ;

f. Pengolahan dan pemurnian pengerjaan untuk mempertinggi mutu bahan galian serta untuk memanfaatkan dan memperoleh unsur-unsur yang terdapat pada bahan galian;

g. Pengangkutan : segala usaha pemindahan bahan galian dan hasil pengolahan dan pemurnian bahan galian dari daerah eksplorasi atau tempat pengolahan/pemurnian;

h.Penjualan : segala usaha penjualan bahan galian dan hasil pengolahan/pemurnian bahan galian;

i. Kuasa Pertambangan : wewenang yang diberikan kepada badan/ perseorangan untuk melaksanakan usaha pertambangan ;

j. Menteri : Menteri yang lapangan tugasnya meliputi urusan pertambangan; k. Wilayah Hukum Pertambangan Indonesia : seluruh kepulauan Indonesia,

tanah dibawah perairan Indonesia dan paparan benua (continental shelf) Kepulauan Indonesia;

l. Perusahaan Negara :

a). Perusahaan Negara seperti yang dimaksud dalam Undang-undang tentang Perusahaan Negara yang berlaku;

b). Badan Hukum yang seluruh modalnya berasal dari Negara;

(9)

n. Pertambangan Rakyat : adalah suatu usaha pertambangan bahan-bahan galian dari semua golongan a, b, dan c seperti yang dimaksud dalam pasal 3 ayat (1) yang dilakukan oleh rakyat setempat secara kecil-kecilan atau secara gotong-royong dengan alat sederhana untuk pencaharian sendiri.

Bab II. Penggolongan dan Pelaksanaan Penguasaan Bahan Galian.

Pasal 3.

1) Bahan Galian dibagi atas tiga golongan : a. Golongan Bahan Galian Strategis b. Golongan Bahan Galian Vital

c. Golongan Bahan Galian yang tidak termasuk dalam golongan a atau b.

2) Penunjukan sesuatu bahan galian ke dalam suatu golongan tersebut pada ayat (1) pasal ini diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 4 :

1) Pelaksanaan penguasaan Negara dan pengaturan usaha pertambangan bahan galian tersebut dalam pasal 3 ayat (1) huruf a dan b dilakukan oleh Menteri;

2) Pelaksanaan Penguasaan Negara dan Pengaturan usaha pertambangan bahan galian tersebut pada pasal 3 ayat (1) huruf c dilakukan oleh Pemerintah Daerah Tk.I tempat terdapatnya bahan galian itu;

3) Dengan memperhatikan kepentingan pembangunan Daerah khususnya dan Negara pada umumnya Menteri dapat menyerahkan pengaturan usaha pertambangan bahan galian tertentu dari antara bahan galian tersebut dalam pasal 3 ayat (1) huruf b kepada Pemerintah Daerah Tk.I tempat terdapatnya bahan galian itu.

Bab III. Bentuk dan Organisasi Perusahaan Pertambangan . Pasal 5 :

Usaha Pertambangan dapat dilaksanakan oleh :

a. Instansi Pemerintah yang ditunjuk oleh Menteri; b. Perusahaan Negara;

c. Perusahaan Daerah;

d. Perusahaan dengan Modal bersama antara Negara dan Daerah; e. Koperasi;

f. Badan atau Perseorangan Swasta yang memenuhi syarat-syarat yang dimaksud dalam pasal 12 ayat (1);

g. Perusahaan dengan modal bersama antara Negara dan/atau Daerah dengan Koperasi dan/atau Badan/Perseorangan Swasta yang memenuhi syarat-syarat yang dimaksud dalam pasal 12 ayat (1);

(10)

Pasal 6 :

Usaha Pertambangan Bahan galian tersebut dalam pasal 3 ayat (1) huruf a dilakukan oleh :

a. Instansi Pemerintah yang ditunjuk oleh Menteri . b. Perusahaan Negara.

Undang-undang ini sengaja tidak kami kutip secara lengkap hanya pasal yang penting saja dan kemudian kami lanjutkan dengan menyajikan Peraturan Pemerinta No. 27 Tahun 1980 Tentang Penggolongan Bahan-bahan Galian. Pasal 1 :Bahan Galian terbagi atas tiga Golongan :

A. Golongan Bahan Galian yang strategis :

· Minyak bumi, bitumen cair, lilin bumi, gas alam;

· Bitumen padat, aspal;

· Antrasit, batu bara, batu-bara muda;

· Uranium, radium, thorium dan bahan galian radioaktif

lainnya;

· Nikel, kobalt ;

· Timah.

B. Golongan Bahan Galian yang Vital adalah :

· Besi, mangaan molibden, khrom, wolfram, vanadium, titan;

· Bauksit, tembaga, timbale, seng;

· Emas, platina, perak, air raksa, intan;

· Yttrium, rhutenium, cerium dan logam langka lainnya;

· Beryllium, korundum, zircon, kristal kwarsa;

· Kriolit, fluorspar, barit;

· Yodium, brom, khlor, belerang.

C. Golongan Bahan Galian tidak termasuk golongan A atau B adalah :

· Nitrat-nitrat, Pospat-pospat, garam batu (halite);

· Asbes, talk, mika, grafit, magnesit;

· Yarosit, leusit, tawas (alum), oker;

· Pasir Kwarsa, Kaolin, Feldspar, gips, bentonit;

· Batu apung, tras, obsidian, perlit, tanah diatome, tanah

serap (fullersearth),

· Marmer, batu tulis;

· Batu kapur, dolomite, kalsit;

· Granit, andesit, basal, trakhit, tanah liat, dan pasir

(11)

Pasal 2

1) Pemindahan bahan galian dari suatu golongan ke golongan lain sebagaimana dimaksud dalam pasal 1, ditetapkan dengan peraturan Pemerintah.

2) Bahan galian yang belum disebutkan dalam Pasal 1, yang perlu dimasukkan dalam salah satu golongan ditetapkan dengan Peratuaran Pemerintah.

Pasal 3

1) Apabila bahan galian yang lebih tinggi golongannya terdapat dalam satu endapan dengan bahan galian yang lebih rendah golongannya, menteri mentapkan pengaturan usaha pertambangan endapan tersebut.

2) Bagi bahan galian sebagaiman dimaksud dalam Pasal 1 huruf c sepanjang terletak di lepas pantai, izin usaha pertambangannya diberikan oleh Menteri.

Pasal 4

Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Diundangkan di Jakarta, tanggal 15 Agustus 1980, dalam Lembaran Negara RI Tahun 1980 Nomor 47.

Agar lebih jelas kami sertakan contoh pengenaan PBB Sektor Pertambangan Galian C sebagai berikut :

PT BUKIT JAYA, Suatu Usaha Bidang Penambangan Marmer (Galian C), memiliki/menguasai/mendapatkan manfaat dari Bumi dan Bangunan dengan rincian sbb:

a. Bumi :

1. Areal Produktif = 50 ha, kelas A-48 (Rp 270/m2) 2. Areal blm Produktif :

a. Areal Eksplorasi = 100 ha, kelas A-49 (Rp 200/ m2) b. Areal Cadangan Produksi = 50 ha, kelas A-49

c. Areal tak Produktif = 50 ha, kelas A-50 (Rp140/ m2)

(12)

Jawab Pertambangan Galian C ; NJOP Bumi

1. Areal Produktif = 9.43 x Rp 10.000.000 = Rp 94.300.000 2. Areal Belum Produktif

a. Areal eksplorasi = 100 x 10.000 x Rp 200 = Rp 200.000.000 b. Areal Cadangan Produksi = 50 x 10.000 x Rp 200 = Rp 100.000.000 3. Areal tidak produktif = 50 x 10.000 x Rp 140 = Rp 70.000.000

4. Emplasemen

a. Pabrik = 5000 x Rp 1200 = Rp 6.000.000 b. Gudang = 1000 x Rp 1200 = Rp 1.200.000 c. Kantor = 500 x Rp 1200 = Rp 600.000 d. Perumahan = 3000 x Rp 1200 = Rp 3.600.000

NJOP Bumi = Rp 475.700.000

NJOP Bangunan

a. Pabrik = 1.000 X Rp 225.000 = Rp 225.000.000

b. Gudang = 500 X Rp 162.000 = Rp 81.000.000 c. Kantor = 200 X Rp 225.000 = Rp 45.000.000 d. Perumahan = 1.000 X Rp 225.000 = Rp 225.000.000

C. NJOP Bumi dan Bangunan = Rp 1.051.700.000

D. NJOP TKP = 12.000.000

E. NJOP sebagai dasar perhitungan PBB = Rp 1.039.700.000

F. NJKP = 40 % X Rp 1.039.700.000 = Rp 415.880.000 G. PBB = 0,5 % X Rp 415.880.000 = Rp 20.794.000.

Latihan Soal :

1. Sebutkan Dasar Hukum Pengenaan PBB Sektor Pertambangan Galian C . 2. Jelaskan pengertian tentang Areal Produktif, Areal Belum Produktif,

Emplasemen dan Tingkat Kapitalisasi sebagaimana diatur dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. KEP-16/PJ.6/1998.

(13)

Jawab :

1. Dasar hukum :

a. Keputusan Menteri Keuangan No. 523/KMK.04/1998 tentang Penentuan Klasifikasi dan Besarnya NJOP Sebagi Dasar Pengenaan PBB;

b. Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. KEP-16/PJ.6/1998 tentang Pengenaan PBB;

c. Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak No. SE-27/PJ.6/1999 perihal Petunjuk Pelaksanaan Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. KEP-16/PJ.6/1998 tanggal 30 Desember 1998 khusus untuk pengenaan PBB Sektor Pertambangan Non Migas Galian C.

2. Pengertian sebagaimana yang dimaksud dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. KEP-16/PJ.6/1998 tanggal 30 Desember 1998 adalah sebagai berikut :

a. Areal Produktif : adalah areal yang dieksploitasi/menghasilkan bahan galian tambang (Tahap eksploitasi);

b. Areal belum produktif : adalah areal yang belum menghasilkan tetapi sewaktu-waktu akan menghasilkan bahan galian tambang (tahap penyelidikan umum, ekploitasi dan konstruksi);

c. Areal tidak produktif : adalah areal yang sama sekali tidak menghasilkan galian tambang;

d. Areal Emplasemen : adalah areal yang di atasnya terdapat bangunan dan atau pekarangan;

e. Areal Lainnya : adalah areal perairan yang digunakan untuk pelabuhan khusus berkaitan dengan usaha pertambangan;

f. Angka Kapitalisasi : adalah angka pengganda untuk memperoleh besaran NJOP sebagaimana ditentukan pada lampiran III keputusan Direktorat Jenderal Pajak No.KEP-16/PJ.6/1998, tanggal 30 Desember 1998;

g. Hasil bersih : adalah pendapatan kotor dari hasil penjualan galian tambang setahun dikurangi biaya eksploitasi di mulut tambang (Run of Mine).

3. Besarnya NJOP Sektor Pertambangan NON Minyak dan Gas, Galian C ditentukan sebagai berikut :

a. Areal Produktif : adalah sebesar angka kapitalisasi yang diperhitungkan berdasarkan lamanya waktu eksploitasi (deposit) penambangan tertentu dikalikan hasil bersih galian tambang dalam satu tahun sebelum tahun pajak berjalan;

b. Areal belum Produktif, Tidak Produktif, dan Areal Emplasemen di Dalam atau di Luar Wilayah Kuasa Penambangan adalah sebesar NJOP berupa tanah sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak atas nama Menteri Keuangan;

(14)

Jenderal Pajak No.KEP-16/PJ.6/1998 dan ditetapkan oleh Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak atas nama Menteri Keuangan;

d. Objek Pajak berupa Bangunan adalah sebesar luas bangunan dikalikan NJOP bangunan yang disusun berdasarkan Daftar Biaya Komponen Bangunan (DBKB) sebagimana ditetapkan dalam Keputusan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak atas nama Menteri Keuangan.

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan wordlist adalah daftar kat-kata yang mungkin digunakan sebagai kata kunci dalam pencarian dokumen, dengan demikian maka tentu jumlah kata yang termasuk dalam wordlist

kerugia karena suatu peristiwa yang telah dijamin oleh polis dimana biaya perbaikan, penggantian atau pemulihan ke keadaan semula sesaat sebelum terjadinya

Sehubungan itu, pada 27 haribulan Mac 2021 yang lalu UTMSPACE telah mengadakan Program Hari Bertemu Pelanggan secara maya yang mengfokuskan kepada mahasiswa bagi Pusat

Collateralizable assets yang tinggi membuat kreditor lebih terjamin dan kreditor tidak perlu melakukan pembatasan yang ketat terhadap kebijakan dividen

Berdasarkan gambar tersebut diatas, maka diperoleh parameter kekuatan geser tanah yaitu tahanan kohesi tanah adalah C = 0.25 kg/cm² dan sudut geser dalam adalah ɸ

Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions.. Start

Perawatan jaringan periodontal untuk mengurangi kedalaman poket periodontal pada wanita menopause penderita periodontitis di Posyandu Lansia Mawar XII Kelurahan

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulisan skripsi yang berjudul