• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERUMAHAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE ELIMINATION AND CHOICE TRANSLATION REALITY (ELECTRE)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERUMAHAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE ELIMINATION AND CHOICE TRANSLATION REALITY (ELECTRE)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

204

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERUMAHAN DI KOTA

MEDAN MENGGUNAKAN METODE

ELIMINATION AND CHOICE TRANSLATION

REALITY (ELECTRE)

Arina Prima Silalahi

Fakutas Ilmu Komputer - Universitas Methodist Indonesia Jl.Hang Tuah No.8, Medan, Sumatera Utara

primaarinasilalahi@gmail.com

Abstrak

Kemajuan teknologi saat ini berkembang sangat pesat sehingga masyarakat selalu menginginkan informasi didapatkan secara cepat dan akurat. Pemilihan perumahan merupakan salah satu hal yang tidak mudah dilakukan. Masalah yang sering dihadapi ketika memilih perumahan adalah banyaknya alternatif perumahan yang tersedia yang membuat masyarakat bingung, faktor-faktor tertentu seperti harga, fasilitas umum, lokasi, perizinan, desain rumah, keamanan dan kebersihan. Untuk mengatasi masalah tersebut, dibutuhkan sebuah sistem pendukung keputusan. Dimana sistem akan membantu masyarakat mendapatkan informasi dari data yang telah diproses secara relevan sehingga memudahkan masyarakat dalam mengambil keputusan lebih cepat dan akurat. Salah satu metode pendukung keputusan adalah Elimination and Choice Translation Reality (ELECTRE).

ELECTRE merupakan metode pengambilan keputusan multikriteria berdasarkan pada konsep outranking dengan menggunakan perbandingan berpasangan dari alternatif-alternatif berdasarkan setiap kriteria yang sesuai. Penyediaan sistem ini dimungkinkan masyarakat bisa memilih perumahan sesuai yang diinginkan.

Kata kunci: sistem pendukung keputusan, ELECTRE, perumahan.

1. PENDAHULUAN

Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk setiap tahunnya maka perkembangan dari sektor pembangunan properti semakin meningkat. Pembangunan properti adalah harta berupa tanah dan bangunan serta sarana dan prasarana yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari tanah/bangunan. Aktivitas manusia tidak terlepas dari sektor properti terutama tempat tinggal seperti rumah, kost, apartemen dan perumahan yang difungsikan sebagai tempat berlindung. Bagaimanapun kondisi ekonomi yang sedang terjadi, setiap orang harus memiliki tempat tinggal untuk memenuhi kebutuhan primernya. [1]

Dalam menentukan tempat tinggal khususnya perumahan, yang tepat dan sesuai dengan keinginan tentu tidak mudah karena ketika memilih rumah tentu ada pertimbangan khusus seperti faktor harga, lokasi, fasilitas umum, perizinan, keamanan, kebersihan serta desain rumah. Dengan banyaknya faktor yang menjadi pertimbangan membuat masyarakat bingung untuk memilih perumahan yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya. Masyarakat perlu memikirkan dengan matang agar dapat menetapkan pilihannya dengan perasaan puas. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka dibutuhkan sebuah sistem yang diharapkan dapat membantu masyarakat dalam mengambil keputusan. Salah satu caranya adalah dengan membangun sistem pendukung keputusan untuk memilih perumahan. Sistem pendukung keputusan ini dirancang untuk membantu masyarakat dalam memilih perumahan yang diinginkan dari berbagai pilihan perumahan yang ada berdasarkan faktor-faktor yang telah ditentukan. Sistem ini juga menjanjikan proses penilaian lebih baik karena dapat memberikan bobot kepada berbagai aspek penilaian. Sesuai dengan latarbelakang yang telah dijelaskan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana proses pemilihan perumahan sesuai dengan kriteria/faktor pertimbangan yang umumnya digunakan untuk memilih perumahan dan Bagaimana menerapkan metode

ELECTRE untuk pemilihan perumahan. Dan bagaimana

merancang Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Perumahan yang tepat. Adapun tujuan penelitian ini adalah membuat sistem pendukung keputusan untuk pemilihan perumahan menggunakan Metode ELECTRE

dan membantu masyarakat dalam penentuan keputusan yang cepar dan tepat dalam memilih perumahan. Sedangkan manfaat penelitian adalah memberikan solusi alternatif untuk pengambilan keputusan pada masyarakat yang sedang mencari perumahan yang sesuai dengan kriteria yang diharapkan.

2. TEORI

2.1 Sistem Pendukung Keputusan

Sistem Pendukung Keputusan (SPK) atau Decision Support System (DSS) didefinisikan sebagai suatu sistem informasi untuk membantu manajer level menengah untuk proses pengambilan keputusan setengah terstruktur (semi structured) supaya lebih efektif dengan menggunakan model-model analisis dan data yang tersedia.[2]

Sistem Pendukung Keputusan (SPK) mulai dikembangkan pada tahun 1960-an, tetapi istilah Sistem Pendukung Keputusan itu sendiri baru muncul pada tahun 1971, yang diciptakan oleh G. Anthony Gorry dan Micheal S.Scott Morton. Hal itu mereka lakukan dengan tujuan untuk menciptakan kerangka kerja guna mengarahkan aplikasi komputer kepada pengambilan keputusan manajemen. Sementara itu, perintis sistem pendukung keputusan yang lain, yaitu Peter G.W. Keen yang bekerja sama dengan Scott Morton telah mendefenisikan tiga tujuan yang harus dicapai oleh sistem pendukung keputusan, yaitu:

1. Sistem harus dapat membantu manajer dalam membuat keputusan guna memecahkan masalah semi terstruktur.

2. Sistem harus dapat mendukung manajer, bukan mencoba menggantikannya.

3. Sistem harus dapat meningkatkan efektivitas pengambilan keputusan manajer.

Tujuan-tujuan tersebut mengacu pada tiga prinsip dasar sistem pendukung keputusan (Kadarsah, 1998), yaitu: 1. Struktur masalah : untuk masalah yang terstruktur,

(2)

205

terstruktur tidak dapat dikomputerisasi. Sementara itu, sistem pendukung keputusan dikembangkan khususnya untuk menyelesaikan masalah yang semi terstruktur.

2. Dukungan keputusan : sistem pendukung keputusan tidak dimaksudkan untuk menggantikan manajer, karena komputer berada di bagian terstruktur, sementara manajer berada dibagian tak terstruktur untuk memberikan penilaian dan melakukan analisis. Manajer dan komputer bekerja sama sebagai sebuah tim pemecah masalah semi terstruktur.

3. Efektivitas keputusan : tujuan utama dari sistem pendukung keputusan bukanlah mempersingkat waktu pengambilan keputusan, tetapi agar keputusan yang dihasilakn dapat lebih baik. (Perencanaan & Pembangunan Sistem Informasi, Oetomo, 2006)

2.2 Elimination and Choice Translation Reality (ELECTRE)

Menurut Janko dan Bernoider (2005:11), ELECTRE

merupakan salah satu metode pengambilan keputusan multikriteria berdasarkan pada konsep outranking dengan menggunakan perbandingan berpasangan dari alternatif-alternatif berdasarkan setiap kriteria yang sesuai. Metode

electre digunakan pada kondisi dimana alternatif yang kurang sesuai dengan kriteria dieliminasi, dan alternative yang sesuai dapat dihasilkan. Dengan kata lain, electre

digunakan untuk kasus-kasus dengan banyak alternatif namun hanya sedikit kriteria yang dilibatkan.[7]

Suatu alternatif dikatakan mendominasi alternatif yang lainnya jika satu atau lebih kriterianya melebihi (dibandingkan dengan kriteria dari alternatif yang lain) dan sama dengan kriteria lain yang tersisa (Kusumadewi dkk, 2006).

1. Normalisasi matriks keputusan.

Dalam prosedur ini, setiap atribut diubah menjadi nilai yang comparable. Setiap normalisasi dari nilai dapat dilakukan dengan rumus :

, untuk i = 1,2,3,…,m dan j =

1,2,3,…,n. Sehingga diperoleh matriks R hasil

normalisasi :

R adalah matriks yang telah dinormalisasi, dimana m menyatakan alternatif, n menyatakan kriteria dan adalah normalisasi pengukuran pilihan dari alternatif ke-i dalam hubungannya dengan kriteria ke-j. 2. Pembobotan pada matrik yang telah dinormalisasi.

Setelah di normalisasi, setiap kolom dari matrik R dikalikan dengan bobot-bobot (Wj) yang ditentukan oleh pembuat keputusan. Sehingga weighted normalized matrix adalah V=RW yang ditulis dalam rumus : V = R . W ,

dimana W adalah :

Dimana W adalah matriks pembobotan, R matriks yang telah dinormalisasi dan V matriks hasil perkalian antara matriks pembobotan dan matriks yang telah dinormalisasi.

W =

3. Menentukan Concordance dan discordance index. Untuk setiap pasang dari alternatif k dan l (k,l =

1,2,3,...,m dan k ≠ l) kumpulan kriteria J dibagi

menjadi dua himpunan bagian, yaitu Concordance

dan discordance. Sebuah kriteria dalam suatu alternatif termasuk Concordance jika :

Sebaliknya, komplementer dari himpunan bagian concordance adalah himpunan discordance, yaitu bila:

4. Hitung matriks Concordance dan discordance. a. Concordance.

Untuk menentukan nilai dari elemen-elemen pada matriks Concordance adalah dengan menjumlahkan bobot-bobot yang termasuk dalam himpunan Concordance, secara matematisnya adalah :

b. Discordance

Untuk menentukan nilai dari elemen-elemen pada matriks discordance adalah dengan membagi maksimum selisih nilai kriteria yang termasuk ke dalam himpunan discordance dengan maksimum selisih nilai seluruh kriteria yang ada, secara matematisnya adalah :

5. Menentukan matriks dominan Concordance dan

discordance. a. Concordance.

Matriks F sebagai matriks dominan

Concordance dapat dibangun dengan menggunakan bantuan nilai threshold, yaitu dengan membandingkan setiap nilai elemen matriks

Concordance dengan nilai threshold.

dengan nilai threshold ( ) adalah :

=

sehingga elemen matriks F ditentukan sebagai berikut :

C

b. Discordance. Matriks G sebagai dominan

discordance dapat dibangun dengan menggunakan bantuan nilai threshold, yaitu :

d =

elemen matriks G dapat ditentukan sebagai berikut :

d

6. Menentukan aggregate dominance matrix. Matriks E sebagai aggregate dominance matrix adalah matriks yang setiap elemennya merupakan perkalian antara elemen matriks F dengan elemen matriks G dirumuskan sebagai berikut :

(3)

206

yaitu bila maka alternatif

merupakan pilihan yang lebih baik daripada

. Sehingga baris dalam matriks E yang memiliki

jumlah paling sedikit dapat dieliminasi. Dengan demikian alternatif terbaik adalah yang mendominasi alternatif lainnya. (Jurnal Sistem Pendukung Keputusan Pengangkatan Kepala Sekolah Rayon YP.GKPS Dengan Metode

Elimination and Choice Translation Reality

(ELECTRE), Arif).

3. PEMBAHASAN 3.1 Analisa Masalah

Analisa masalah dapat dikatakan sebagai suatu proses untuk menemukan penyebab masalah. Dalam melakukan pemilihan perumahan, masyarakat kesulitan untuk mempertimbangkan beberapa perumahan sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan dan diinginkan. Sehingga proses pemilihan membutuhkan waktu yang lama, dan harus benar-benar teliti apabila alternatif perumahan memiliki jumlah nilai yang sama.

Analisa Kriteria

Dalam proses perhitungan ini, dibutuhkan kriteria yang akan dijadikan bahan perhitungan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 : Kriteria Kriteria Keterangan

C1 Harga C2 Lokasi C3 Desain Rumah C4 Fasilitas Umum C5 Perizinan C6 Keamanan C7 Kebersihan

Proses Perhitungan ELECTRE

Langkah-langkah perhitungan dengan metode ELECTRE digambarkan melalui diagram alir dengan langkah-langkah seperti yang terdapat pada Gambar 1.

Mulai

Menghitung Matriks Normalisasi

Melakukan Perkalian Bobot dengan matriks ternormalisasi

Menentukan Himpunan

Concordance dan Disordance

Menentukan Matriks

Concordance dan Disordance

Menentukan Matriks Domain

Concordance dan Disordance

Menghitung Aggregate Dominance Matriks

Eliminasi Alternatif yang

Ambil keputusan dengan mengklasifikasikan Alternatif kedalam dua kelompok (Kelompok

diterima dan belum diterima)

Tampilkan Keputusan

Selesai Penentuan Bobot alternatif menggunakan fuzzy Kurva-S

Ambil bobot tiap kriteria

Gambar 1 Kerangka Kerja Metode ELECTRE

Ambil data alternatif

Data alternatif yang digunakan 5 data perumahan yang diambil secara acak dari banyaknya perumahan yang ada di Kota Medan. Data alternatif tersebut diubah dalam bentuk matrik keputusan yang dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Matriks Keputusan Pemilihan Perumahan C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 A1 0,77 0,55 0,68 0,87 1 0,88 0,72 A2 0,8 0,7 0,6 0,75 1 0,77 0,79 A3 0,6 0,66 0,55 0,51 0,8 0,65 0,75 A4 0,87 0,91 0,88 0,83 1 0,88 0,74 A5 0,6 0,65 0,73 0,69 0,9 0,75 0,78

Ambil nilai bobot tiap kriteria

Bobot yang digunakan adalah bobot untuk jalur test karena pada data alternatif yang tersedia terdapat jumlah nilai test. Nilai bobot kriteria dalam bentuk desimal ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3 Nilai Bobot Kriteria (Electre) Kriteria Nilai bobot Kriteria (W)

(4)

207

Menghitung matriks normalisasi

Perhitungan matriks normalisasi menggunakan Rumus (1)

rij= ... (Rumus 1)

Nilai matriks normalisasi pada alternatif i kriteria j (rij) merupakan hasil bagi dari nilai matriks

keputusan alternatif i kriteria j dengan nilai akar jumlah nilai kuadrat seluruh alternatif pada kriteria j. Sehingga dapat dihitung dengan cara seperti dibawah ini:

Sehingga diperoleh matriks ternormalisasi R seperti dibawah ini

R =

Pembobotan pada matriks ternormalisasi

Perhitungan matriks normalisasi menggunakan Rumus (2)

V = W * R ... (Rumus 2) Nilai matriks normalisasi terbobot pada alternatif i kriteria j (Vij) merupakan hasil kali dari nilai matriks normlisasi alternatif i kriteria j (Rij) dengan nilai bobot kriteria j (Wj). Nilai bobot kriteria yang digunakan adalah nilai bobot krtiteria yang mengacu pada Tabel 1. Sehingga dapat dihitung dengan cara seperti dibawah ini: V11 = W1 * R11 = 0,20 * 0,468 = 0,094

V21 = W1 * R21 = 0,20 * 0,486 = 0,097

Sehingga diperoleh matriks ternormalisasi terbobot V seperti dibawah ini.

V =

Menentukan himpunan concordance dan disordance

Perhitungan himpunan concordance ini menggunakan nilai matrik normalisasi terbobot yang telah dihasilkan sebelumnya dengan menggunakan Rumus (3).

= …... (Rumus 3) Nilai matriks normalisasi terbobot setiap alternatif k dibandingkan dengan nilai matriks normalisasi terbobot alternatif l pada setiap kriteria j. Jika nilai matriks normalisasi terbobot alternatif k kriteria j ≥ nilai matriks normalisasi terbobot alternatif l kriteria j, maka kriteria j termasuk dalam himpunan concordance (Ckl) atau disimbolkan dengan nilai j. Berikut ini adalah contoh

perhitungan himpunan concordance untuk alternatif 1 terhadap alternatif 2 (C12) :

 Untuk alternatif 1 terhadap alternatif2 pada kriteria 1:

Melakukan perbandingan nilai V alternatif 1 kriteria 1 (V11) dengan nilai V alternatif 2 kriteria 1 (V21),

dengan ketentuan jika V11 ≥ V21 maka kriteria 1

termasuk dalan himpunan concordance dan sebaliknya.

=

= = {1}

Karena V12 lebih dari V22 maka kriteria 1 tidak

termasuk himpunan concordance untuk alternatif 1 terhadap alternatif 2.

 Untuk alternatif 1 terhadap alternatif2 pada kriteria 2:

Melakukan perbandingan nilai V alternatif 1 kriteria 2 (V12) dengan nilai V alternatif 2 kriteria 2 (V22),

dengan ketentuan jika V12 ≥ V22 maka kriteria 2

termasuk dalan himpunan concordance dan sebaliknya.

=

=

Karena V12 kurang dari V22 maka kriteria 1 tidak

termasuk himpunan concordance untuk alternatif 1 terhadap alternatif 2.

Sesuai dengan perhitungan diatas dihasilkan bahwa kriteria 3, 4, 5 dan 6 termasuk dalam himpunan

concordance untuk alternatif 1 terhadap alternatif 2 (C12) atau dapat dituliskan C12 = {C3, C4, C5, C6}.

Perhitungan diatas dilakukan pada setiap kombinasi alternatif yang dihasilkan mulai dari alternatif 1 hingga alternatif 4 pada kriteria 1 hingga kriteria 4. Sehingga didapatkan himpunan sebagai berikut : C12 = {3,4,5,6} C34 = {7}

Perhitungan himpunan discordance ini menggunakan nilai matrik normalisasi terbobot yang telah dihasilkan sebelumnya dengan menggunakan Rumus (4).

= ...(Rumus 4) Nilai matriks normalisasi terbobot setiap alternatif k dibandingkan dengan nilai matriks normalisasi terbobot alternatif l pada setiap kriteria j. Jika nilai matriks normalisasi terbobot alternatif k kriteria j < nilai matriks normalisasi terbobot alternatif l kriteria j, maka kriteria j termasuk dalam himpunan

discordance (Dkl) atau disimbolkan dengan nilai j.  Untuk alternatif 1 terhadap alternatif2 pada kriteria

1:

Melakukan perbandingan nilai V alternatif 1 kriteria 1 (V11) dengan nilai V alternatif 2 kriteria 1 (V21),

dengan ketentuan jika V11 < V21 maka kriteria 1

termasuk dalan himpunan discordance dan sebaliknya.

=

(5)

208

Karena V12 lebih dari V22 maka kriteria 1 tidak

termasuk himpunan discordance untuk alternatif 1 terhadap alternatif 2.

Sesuai dengan perhitungan diatas dihasilkan bahwa kriteria 1 termasuk dalam himpunan discordance untuk alternatif 1 terhadap alternatif 2 (D12) atau dapat

dituliskan D12 = {C2}. Kriteria yang menjadi anggota

himpunan discordance merupakan kriteria yang tidak termasuk anggota himpunan concordance. Perhitungan dilakukan pada setiap kombinasi alternatif yang dihasilkan mulai dari kriteria 1 hingga kriteria 4. Sehingga didapatkan himpunan sebagai berikut :

D12 = {1,2,7} D34 = {1,2,3,4,5,6}

Menentukan matriks concordace dan discordance

Perhitungan matrik concordance menggunakan Rumus (5)

... (Rumus 5) Nilai matriks concordance pada baris k kolom l merupakan penjumlahan dari nilai bobot kriteria yang termasuk dalam himpunan concordance (Ckl). Nilai bobot

kriteria yang digunakan adalah nilai bobot krtiteria yang mengacu pada Tabel 1. Untuk matrik concordance baris 1 kolom 2 himpunan yang digunakan adalah himpunan

concordance untuk alternatif 1 terhadap alternatif 2 (C12),

maka yang dijumlahkan adalah nilai bobot kriteria 3,4,5,6. Skenario perhitungan matriks concordance ini dilakukan sesuai dengan baris dan kolom yang dimiliki oleh himpunan concordance kecuali pada baris dan kolom yang sama. Matriks concordance dihitung dengan memperhatikan anggota himpunan yang dimiliki oleh himpunan concordance. Matriks concordance dapat dihitung dengan cara seperti dibawah ini.

 Untuk Matriks concordance baris 1 dan 2, dihitung dengan menggunakan himpunan concordance C12

dan nilai bobot.

C12 = W3 + W4 + W5 + W6

= 0,550

Demikian dan seterusnya. Sehingga didapatkan matriks

concordance sebagai berikut :

C=

Perhitungan matriks normalisasi menggunakan Rumus(6).

... (Rumus 6)

Nilai matriks discordance pada baris k kolom l (Dkj)

merupakan hasil bagi dari maksimal nilai X dengan maksimal nilai Y. Nilai X merupakan selisih antara nilai matriks normalisasi terbobot alternatif k kriteria j (Vkj)

dengan nilai matriks normalisasi terbobot alternatif l kriteria j (Vlj) dimana kriteria j merupakan anggota

himpunan dari himpunan discordance untuk alternatif k

terhadap alternatif l (j ϵ Dkl). Nilai Y merupakan selisih antara nilai matriks normalisasi terbobot alternatif k

kriteria j (Vkj) dengan nilai matriks normalisasi terbobot

alternatif l kriteria j (Vlj) untuk semua kriteria yang ada.

Skenario perhitungan matriks discordance ini dilakukan sesuai dengan baris dan kolom yang dimiliki oleh himpunan discordance kecuali pada baris dan kolom yang sama. Nilai matriks normalisasi terbobot yang digunakan adalah nilai matriks normalisasi yang telah dihitung sebelumnya dengan memperhatikan anggota himpunan himpunan yang dimiliki oleh himpunan discordance.

 Matriks discordance untuk baris 1-2, maka himpunan discordance yang digunakan adalah D12, sehingga dapat dihitung dengan cara dibawah ini :

.600

Demikian dan seterusnya. Sehingga didapatkan matriks discordance sebagai berikut :

D =

Menentukan matriks dominan concordace dan discordance

Perhitungan threshold c menggunakan Rumus (7)

C = ...

(Rumus 7)

Nilai threshold c merupakan hasil bagi dari hasil penjumlahan setiap element matriks concordance pada baris k kolom l dengan hasil kali dari jumlah alternatif (m) dikali dengan jumlah alternatif dikurangi 1 (m-1). Sedangkan, jumlah alternatif (m) yang digunakan dalam langkah ini adalah 4 yang sesuai dengan jumlah data alternatif yang diinputkan pengguna sebelumnya. Sehingga dapat dihitung dengan cara seperti dibawah ini:

C =

C =

C =

Perhitungan matriks dominan concordance (F) menggunakan Rumus(8).

... (Rumus 8)

Nilai matriks dominan concordance pada baris k kolom l merupakan hasil perbandingan dari nilai matriks

concordance pada baris k kolom l dengan threshold c. Jika nilai matriks concordance pada baris k kolom l ≥

threshold c, maka nilai matriks dominan concordance

pada baris k kolom l adalah 1. Sebaliknya, jika nilai matriks concordance pada baris k kolom l < threshold c, maka nilai matriks dominan concordance pada baris k kolom l adalah 0. Skenario perhitungan matriks dominan

concordance ini dilakukan sesuai dengan baris dan kolom yang dimiliki oleh matriks concordance kecuali pada baris dan kolom yang sama. Matriks dominan

(6)

209

 Untuk matriks dominan concordance (F) baris 1

kolom 2 :

Melakukan perbandingan nilai C baris 1 kolom 2 (C12) dengan nilai threshold c, dengan ketentuan jika

C12≥ c maka nilai F12 = 1 dan sebaliknya.

F12 = C12 dibanding c = { 0,700 > 0,578 }

Karena C12 lebih dari c maka nilai element matriks

dominan concordance (F) baris 1 kolom 2 adalah 1. Demikian dan seterusnya. Sehingga didapatkan matriks dominan concordance sebagai berikut :

F =

Perhitungan threshold d menggunakan Rumus (9)

D = ... (Rumus 9)

Nilai threshold d merupakan hasil bagi dari hasil penjumlahan setiap element matriks discordance pada baris k kolom l dengan hasil kali dari jumlah alternatif (m) dikali dengan jumlah alternatif dikurangi 1 (m-1). Sedangkan, jumlah aternatif (m) yang digunakan dalam langkah ini adalah 4 yang sesuai dengan jumlah data alternatif yang diinputkan pengguna sebelumnya. Sehingga dapat dihitung dengan cara seperti dibawah ini:

D =

D =

D = 0.583

Demikian dan seterusnya. Sehingga didapatkan matriks dominan concordance sebagai berikut :

G =

Menentukan aggregate dominance matrix

Perhitungan matriks dominan aggregate (E) menggunakan Rumus (10)

... (Rumus 10) Nilai matriks dominan aggregate pada baris k kolom l merupakan hasil perkalian dari nilai matriks concordance

pada baris k kolom l dengan nilai matriks discordance

pada baris k kolom l. Sehingga dapat dihitung dengan cara seperti dibawah ini:

 Untuk matriks dominan aggregat (E) baris 1 kolom 2:

= 1 * 1 = 1

maka nilai element matriks dominan aggregate (E) baris 1 kolom 2 adalah 1.

Demikian dan seterusnya. Sehingga didapatkan matriks dominan concordance sebagai berikut :

E =

Eliminasi alternatif yang less favourable

Langkah selanjutnya adalah eliminasi alternatif yang

less favourable. Berdasarkan nilai matriks domain agregasi (E) yang sudah didapatkan sebelumnya, dengan

ketentuan setiap baris matriks domain agregasi (E) mewakili alternatif yang digunakan.

E =

Hasil akhir dari perhitungan ELECTRE dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Hasil Perhitungan Electre

No Alternatif Nilai 1 Perumahan Citra Garden 1 2 Perumahan Tasbih 1 3 Perumahan Griya Kencana 0 4 Perumahan Royal Sumatera 0 5 Perumahan Anggrek Indah 0

Berdasarkan nilai E yang ada dapat disimpulkan bahwa A3, A4, dan A5 dapat dieliminasi karena mempunyai nilai element bernilai satu lebih sedikit dibandingkan dengan A1 dan A2. Dengan demikian A1 dan A2 adalah alternatif perumahan yang salah satunya dapat dipilih sebagai perumahan yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat tersebut.

4. KESIMPULAN

Dari hasil uraian diatas, maka kesimppulan yang diperoleh adalah sebagai berikut :

1. Proses pemilihan dapat dilakukan menggunakan sistem pendukung keputusan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.

2. Metode ELECTRE dapat digunakan untuk membantu pengambilan keputusan dalam pemilihan perumahan untuk menghasilkan keputusan yang akurat dan cepat.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Arif Semdela, 2014. Sistem Pendukung Keputusan Pengangkatan Kepala Sekolah Rayon YP.GKPS dengan Metode ELECTRE. Informasi dan Teknologi Ilmiah 4(3): 41-47.

[2] Asesanti, Arinta. Arief Andy & Indriati, 2014. Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Penerimaan peserta didik baru SMP menggunakan Metode

ELECTRE dan TOPSIS (Studi Kasus: SMP

Brawijaya Smart School (BSS) Kota Malang),

Universitas Brawijaya

[3] E., Wardoyo, R., Hartati, S. & Harjoko, A.,2012. ELECTRE-Entropy method in Group Decision Support System Modelto Gene Mutation Detection.

International Journal of Advanced Research in Artificial Intelligence (IJARAI), I(1), pp. 58-63. [4] J. & B., 2005. Multi-Criteria Decission Making: An

Application Study of ELECTRE & TOPSIS. S.l.:s.n. [5] Jaya, Teguh. Muhammad Nur & Irwansyah. 2015.

Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Perumahan pada PT.Citra Graha Cemerlang dengan Menggunakan MEtode AHP, STMIKPAlComTech Palaembang.

(7)

210

[7] Oktovianus Pareira, Alb. Joko Santoso & Patricia Ardanari, 2014. Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Tempat Wisata Di TIMOR LESTE Dengan Metode ELECTRE, Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

[8] Sevkli, M., 2010. An Application of the Fuzzy ELECTRE method for Supplier Selection.

International Journal of Production Research,

Gambar

Tabel 1. Ambil keputusan dengan mengklasifikasikan

Referensi

Dokumen terkait

Pada penderita nyeri kronik, pasien kurang dapat mentoleransi efek samping obat (Levine, 2004) Pada nyeri kronik, dokter harus mulai dengan dosis efektif

Tahap pertama yaitu tahap thumbnails menentukan bentuk sign system dan pictogram (parkir motor, mobil, dan arah mata angin) berupa sketsa kasar. Tahap kedua yaitu

Gambar 1.3 Skema Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Berdasarkan RTRW dan RPJMD Kabupaten/ Kota

Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak : 1. Memberikan sumbangan akademis kepada Fakultas Syari ’ ah dan Hukum Univrsitas Islam Negeri Sumatera

Dalam kasus sengketa wilayah tersebut, peran Indonesia sebagai mediator memang masih dalam tahap mendengarkan pernyataan-pernyataan dari pihak Thailand dan Kamboja

Pelayanan antenatal yang berkualitas meliputi: pelayanan kepada ibu hamil minimal 4 kali, 1 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II, dan 2 kali pada trimester III

Hasil yang diperoleh dari praproses seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7 kemudian akan dilakukan ekstraksi fitur untuk mendapatkan nilai fitur dari tiap-tiap citra

Penelitian ini dilakukan di SMAN 1 Unggul Darul Imarah.Penelitian ini dilatar belakangi pada hasil belajar siswa yang belum mencapai KKM pada materi koloid,