• Tidak ada hasil yang ditemukan

ORDONANSI PENGANGKUTAN MINYAK TANAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ORDONANSI PENGANGKUTAN MINYAK TANAH"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

ORDONANSI PENGANGKUTAN MINYAK TANAH

(Petroleumvervoerordonnantie 1927) S. 1927-214.

Catatan:

Dg. ordonansi ini dicabut: S. 1881-57 dan S. 1910-27.

BAB I

KETENTUAN-KETENTUAN PENGERTIAN.

Pasal 1.

Dalam ordonansi ini dan dalam peraturan-peraturan pelaksanaan yang dikeluarkan berdasarkan ordonansi ini, yang diartikan dengan:

“minyak tanah”: minyak bumi atau zat cair yang dipisahkan dari minyak tersebut;

“pelabuhan": tiap pelabuhan, bandar atau tempat labuh yang lazim digunakan; untuk pelabuhan atau bandar yang ada penetapan batas-batas bandamya: permukaan air dalam batas-batas-batas-batas itu dan tempat-tempat berlabuh di luar batas-batas itu, yang digunakan atas perintah atau dengan izin Syahbandar;

“Syahbandar”: Syahbandar ahli, pejabat Syabbandar, atau pejabat Syahbandar muda;

“perairan luar”: semua daerah laut kecuali daerah laut yang termasuk bagian dari pelabuhan dan dari perairan-perairan masuk ke sungai atau perairan pedalaman yang ditandai dengan anak pelampung dan rambu-rambu;

“perairan pedalaman”: bukan perairan luar;

“nakhoda” : pemegang kuasa perjalanan kapal, atau orang yang menggantikannnya;

“kapal”: kapal atau kendaraan air dan tiap alat pengangkutan lain di air;

“kapal laut”: kapal yang digunakan atau akan digunakan untuk pelayaran di perairan luar;

“kapal pedalaman”: kapal yang digunakan atau akan digunakan untuk pelayaran di perairan pedalaman dan bukan tempat penyimpanan minyak tanah terapung;

“tempat penyimpanan minyak tanah terapung”: kapal, dan tiap alat apung lain yang disediakan dan digunakan untuk penyimpanan minyak tanah dalam kaleng, drum dan sebagainya, yang lebih daripada yang menurut ketentuanketentuan mengenai penyimpanan dan pemilikan minyak tanah dan zat-zat cair sejenis yang mudah menyala, di Indonesia (S. 1927-199) boleh dipunyai pedagang kecil di tokonya sebagai persediaan untuk dijual;

Catatan: sebanyak-banyaknya 80 liter minyak tanah berbahaya. Untuk minyak tanah biasa:

A. diisi khusus dalam bejana-bejana best yang dilengkapi dengan tutup ulir yang baik: sejumlah sebanyak-banyaknya 900 liter; dan

B. diisi dalam kaleng atau lain sebagainya dan dalam hal dilsi baik dalam bejana-bejana besi yang dimaksud di bawah A maupun dalam kaleng-kaleng atau lain sebagainya: sejumlah sebanyak-banyaknya 555 liter.

(2)

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

minyak tanah lepas (yang tidak diisi dalam kaleng, drum dan sebagainya);

“kapal tangki pedalaman”: kapal pedalaman yang dibangun untuk mengangkut atau menyimpan minyak tanah lepas (yang tidak diisi dalam kaleng, drum dan sebagainya).

BAB II

PENGETRAPAN DAN PENGAWASAN

Pasal 2.

(1) Dengan memperhalikan apa yang ditentukan dalam ayat (4) pasal ini, ordonansi ini berlaku atas tiap kapal yang membongkar, memuat atau mempunyai minyak tanah di kapal dalam pelabuhan. (2) Sehubungan dengan yang ditentukan dalam pasal-pasal 9, 11 ayat

(1) dan 12 ayat (1) dan (2), dan atas kapal tangki pedalaman yang digunakan untuk penyimpanan minyak tanah bebas (tidak dalam kaleng, drum dan sebagainya) ordonansi ini berlaku baik dalam pelabuhan maupun di sungai atau perairan pedalaman dan perairan jalan masuk dari laut ke sungai atau ke perairan pedalaman yang dilengkapi dengan anak pelampung atau rambu-rambu.

(3) Di propinsi, dewan propinsi, dalam wilayah dari dewan setempat, dewan ini dan selanjutnya Kepala Daerah yang bersangkutan berwenang untuk menentukan bahwa ordonansi ini, baik seluruhnya ataupun hanya sejauh ditentukan oleh dewan atau Kepala itu berlaku atas sungai-sungai dan perairan pedalaman, dan perairan-perairanjalan masuk dari laut ke sungai atau perairan pedalaman yang ditandai dengan anak pelampung atau rambu-rambu atau sebagian dari itu yang ditunjuk oleh dewan atau Kepala tersebut; satu dan lain dengan pengertian, bahwa jika suatu daerah masuk wilayah dengan lebih dari satu dewan, maka wewenangnya dimiliki oleh dewan dari wilayah yang terbesar.

(4) Ordonansi ini hanya berlaku atas kapal-kapal milik Negara dan milik daerah otonom di Indonesia jika dan sejauh itu akan ditentukan oleh Presiden; atas kapal-kapal perang ordonansi itu tidak berlaku.

Catatan: Dengan Keputusan Pemerintah No. 30 tanggal 21 Agustus 1928 ditentukan bahwa ordonansi berlaku atas kapal-kapal dari Pengangkutan Sungai Pontianak dan dari Dinas Pelayaran pantai di Sumatra Barat.

Pasal 3.

(1) Minyak tanah dalam silinder-silinder dari logam yang kuat, tebal dan ditutup rapat sekali seperti beiana-bejana dan sebagainya, untuk pengetrapan ketentuan-ketentuan ordonansi ini, tidak dianggap sebagai minyak tanah.

(2) Peraturan-peraturan ordonansi ini, sejauh,demikian ditentukan oleh Presiden, tidak berlaku atas minyak tanah, yang khusus untuk pemakaian kapal berada di tempat-tempat penyimpanan minyak tanah yang tetap di kapal, juga tidak berlaku atas minyak tanah yang tetap berada di kapal di luar yang tersebut tadi, sampai sejumlah maksimum sebagaimana yang untuk berbagai jenis minyak tanah dalam kapal ditetapkan oleh Presiden.

(3)

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

Pasal 4.

Presiden berwenang memutuskan berlakunya ketentuan-ketentuan ordoriansi ini seluruhnya atau sebagian juga atas zat-zat cair yang mudah menyala bukan minyak tanah, yang ditetapkannya.

Pasal 5.

(1) Pengawasan berdasarkan ordonansi ini, dalam pelabuhan-pelabuhan di mana ada Syahbandar, dilaksanakan olehnya.

(2) Di luar itu, pengawasan dilakukan oleh pejabat-pejabat yang untuk itu, jika perlu, ditunjuk oleh dewan-dewan dan Kepala-kepala Daerah sesuai dengan tingkat yang dimuat dalam pasal 2 ayat (3).

(3) Pejabat yang ditugaskan untuk pengawasan itu, berwenang menunjuk pegawai bawahannya untuk bertindak atas namanya.

BAB III

KAPAL-KAPAL LAUT DAN KAPAL-KAPAL PEDALAMAN

Pasal 6.

(1) Nakhoda dari kapal yang mengangkut minyak tanah di kapalnya, jika menyinggahi suatu pelabuhan, wajib melapor kepada pejabat yang diberi tugas pengawasan, dengan cara yang ditetapkan oleh Presiden tentang jenis, pembungkusan dan jumlah dari minyak tanah yang ada di kapal.

(2) Nakhoda dari kapal seperti dimaksud dalam ayat di atas wajib melabuhkan kapalnya di tempat, yang oleh atau atas nama pejabat yang ditugaskan untuk pengawasan, ditunjuk untuk itu.

Pasal 7.

(1) Minyak tanah hanya boleh diangkut menurut Cara yang ditetapkan oleh Presiden dan hanya boleh dengan memperhalikan peraturan-peraturan yang diberikan mengenai itu, dimuat ke kapal dan diangkut dengan kapal yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk pengangkutan minyak tanah.

(2) Nakhoda dari kapal yang mengangkut minyak tanah di kapalnya harus menjaga, sejauh hal demikian ditentukan oleh Presiden, kapalnya pada siang hari diberi tanda bendera pengenal dan pada waktu malam tanda lampu merah khusus; kapal demikian, jika tidak perlu, tidak boleh mendekati kapal lain, maupun kapal-kapal lain tidak boleh mendekati kapal-kapal demikian.

(3) Presiden menetapkan peraturan-peraturan untuk pelaksanaan ketentuan-ketentuan dalam ayat (1) dan (2).

(4) Kapal tangki pedalaman tidak boleh digunakan, kecuali jika si pemilik mempunyai sertifikat yang masih berlaku, sebagai bukti bahwa kapal itu memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan oleh atau atas nama Presiden yang bertalian tentang kapal demikian; untuk sertifikat demikian dipungut pembayaran kepada negara yang dihitung menurut tarif yang ditetapkan Presiden. Selanjutnya hal mengenai permintaan dan pemberian sertifikat semacam itu diatur oleh Presiden.

(5) Presiden dapat memberikan ketentuan-ketentuan bertalian dengan pengangkutan minyak tanah sebagai muatan geladak, dan menctapkanjumlah maksimum minyak tanah, yang boleh diangkut sebagai muatan geladak di atas berbagai-bagai kapal.

(4)

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

penumpangpenumpang di kapal tangki pedalaman yang membawa minyak tanah di kapal atau telah memuat minyak tanah di geladak bawah yang belum dibersihkan dari gas yang berasal dari minyak tanah tersebut.

Pasal 8.

(1) Oleh atau atas nama Presiden diberikan ketentuan-ketentuan yang diperlukan untuk pemuatan dan pembongkaran minyak tanah dan pemuatan dan pembongkaran ke dalam dan dari kapal yang pemah memuat minyak tanah dan belum dibersihkan dari gas, juga yang bertalian dengan merokok, menyalakan api dan lampu di kapal dan di dekat kapal yang demikian.

(2) Presiden dapat menetapkan untuk pelabuhan-pelabuhan yang menurut pendapatnya diperlukan tindakan khusus, tergantung darijenis danjumlah minyak tanah yang ada di kapal, peraturan keselamatan yang terutama berlaku untuk pelabuhan-pelabuhan itu, dan juga menetapkan bahwa oleh pejabat yang ditugaskan untuk pengawasan, dapat diberikan peraturan-peraturan tentang menyalakan api dan lampu dan merokok di atas kapal yang memuat minyak, atau telah memuat dan belum dibersihkan dari gas.

(3) Di dalam pelabuhan sebagaimana dimaksud dalam ayat di atas, sesuai dengan aturan-aturan yang ditetapkan oleh Presiden, pejabat yang ditugaskan untuk pengawasan dapat diberi wewenang untuk menempatkan seorang penjaga di atas kapal untuk mengawasi agar ditaati peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh dan berdasarkan ordonansi ini; untuk penjagaan sedemikian nakhoda diwajibkan membayar biaya, dihitung menurut tarif yang ditetapkan oleh Presiden.

Pasal 9.

Dilarang membuang, mengalirkan atau memompa minyak tanah ke luar kapal di atas atau ke dalam air dalam pelabuhan.

Pasal 10.

Nakhoda wajib menjaga agar dipenuhi ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh dan berdasarkan pasal-pasal 7 ayat (5) dan (16), 8 ayat (1) dan (2) dan 9, kecuali jika nakhoda tidak diwajibkan oleh ordonansi ini atau peraturan pelaksanaan yang bersangkutan.

BAB IV

TEMPAT-TEMPAT PENYIMPANAN MINYAK TANAH TERAPUNG.

Pasal 11.

(1) Tempat penyimpanan minyak tanah terapung tidak boleh digunakan, kecuali jika si pemilik mempunyai sertifikat yang masih beriaku sebagai bukti, bahwa tempat penyimpanan itu memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan oleh atau atas nama Presiden mengenai tempat penyimpanan demikian.

(2) Selanjutnya semua yang mengenai permintaan, pemberian sertifikat dan sebagainya seperti dimaksud dalam ayat di atas dan hal yang untuk itu harus diperhalikan, oleh yang berkepentingan, diatur oleh atau atas nama Presiden.

(5)

pegawai-ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

pegawai pemerintah yang bertindak atas namanya dan atas perintahnya.

(4) Ketentuan dalam ayat di atas juga berlaku atas kapal tangki pedalaman yang digunakan untuk penyimpanan minyak tanah yang tidak diisi dalam kaleng, drum dan sebagainya.

BAB V

MENGERINGKAN KAPAL-KAPAL TANGKI, KAPAL-KAPAL TANGKI PEDALAMAN DAN SEBAGAINYA

Pasal 12.

(1) Dilarang mengeringkan kapal tangki, kapal tangki pedalaman kapal yang khusus dilengkapi dan digunakan untuk pengangkutan minyak tanah herbahaya dalatn kaleng, drum dan sebagainya di bawah geladak atau tempat penyimpanan minyak tanah terapung, atau melaksanakan perbaikan baik dengan perantaraan galangan atau bengkel reparasi, jika untuk maksud itu sebelumnya tidak diberikan izin tertulis oleh pejabat pengawasan yang bemngkutan. (2) Ketentuan dalam ayat di atas yang bertalian dengan pelaksanaan

perbaikan atas kapal tangki atau kapal tangki pedalaman, sejauh hal itu ditentukan oleh Presiden, juga beriaku atas perbaikan-perbaikan pada dan dalam tempat-tempat penyimpanan tetap (bunkers) dari kapal untuk minyak tanah guna keperluan kapal yang tidak diisi dalam kaleng, drum dan sebagainya.

(3) Oleh atau atas nama Presiden ditetapkan ketentuan-ketentuan lebih lanjut untuk pelaksanaan yang ditentukan dalam ayat-ayat di atas.

BAB VI

PENGUJIAN MINYAK TANAH

Pasal 13.

(1) Syahbandar berwenang untuk mengambil atau menyuruh untuk mengambil contoh-contoh daii segala minyak tanah yang ada di kapal untuk pengujian.

(2) Oleh pemilik maupun oleh nakhoda dapat dimintakan pengujian minyak tanah atau juga penngujian ulang minyak tanah yang telah diuji; untuk pengujian dan pengujian ulang dipungut biaya yang ditetapkan oleh Presiden.

(3) Oleh atau atas nama Presiden ditetapkan pejabat-pejabat yang berwenang untuk menguji minyak tanah dan ditetapkan ketentuan-ketentuan mengenai cara pengujian dan pengujian ulang, dan pengambilan contoh-contoh.

(4) Pemilik dan nakhoda wajib pada waktu pengambilan contoh-contoh untuk pengujian minyak tanah memberikan segala bantuan yang diperlukan; mereka boleh selalu hadir pada waktu pengujian.

Pada waktu pengambilan contoh-contoh berdasarkan permintaan yang diajukan oleh pemilik atau nakhoda untuk pengujian minyak tanah, yang meminta harus hadir, atau mewakilkan, dan ikut menandatangani atau menyuruh menandatangani berita acara yang bersangkutan.

(6)

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

BAB VII

KETENTUAN-KETENTUAN HUKUMAN DAN PENUTUP.

Pasal 14.

(1) Pejabat yang ditugaskan untuk pengawasan berwenang atas biaya dan tanggung jawab orang-orang yang melanggar jika mungkin dan sebaiknya sesudah diberi peringatan, dan jika perlu dengan kekerasan, dengan tidak mengurangi ancaman hukuman terhadap pelanggar-pelanggar, untuk menyuruh agar membongkar, mencegah atau melaksanakan yang berlawanan dengan ketentuan-ketentuan dalam dan berdasarkan ordonansi ini telah diselesaikan, sedang dilakukan atau diabaikan.

(2) Untuk pembayaran biaya-biaya berdasarkan ayat di atas kapal bersangkutan ikut menanggung dan dapat disita.

Pasal 15.

(1) Dengan kurungan tingginya 3 bulan atau denda setinggi-tingginya 500 gulden akan dihukum:

a. nakhoda yang melanggar ketentuan-ketentuan dalam pasal-pasal 6 ayat (1) dan (2) atau 7 ayat (1), atau ketentuan dalam pasal 10 yang bertalian dengan pasal-pasal 7 ayat (5), 8 ayat (1) dan (2) dan 9;

b. pemilik yang melanggar ketentuan-ketentuan dalam pasal 7 ayat (4) atau 11 ayat (1);

c. nakhoda kapal dan pengurus galangan atau bengkel untuk mengeringkan atau memperbaiki kapal-kapal di mana, atau dengan peraturannya, kapal dimaksud dalam pasal 12 ayat (1) dan (2) dikeringkan atau menalani perbaikan, sebelum dipenuhi ketentuan dimaksud dalam ayat-ayat itu.

(2) Dengan hukuman kurungan penjara setinggi-tingginya satu bulan atau denda sebanyak-banyaknya 100 gulden akan dihukum: nakhoda yang melanggar ketentuan dalam pasal 7 ayat (2) atau ketentuan dalam pasal 10 bertalian dengan pasal 7 ayat (6).

(3) Tanpa mengurangi ketentuan-ketentuan dalam ayat (1) mereka yang melanggar peraturan-peraturan yang diberikan berdasarkan ketentuan-ketentuan pasal 8 ayat (1) dan (2) mengenai merokok dan menyalakan api dan lampu, dihukum dengan kurungan penjara selama-lamanya satu bulan atau denda sebanyak-banyaknya 100 gulden.

Pasal 16.

(1) Dalam hal penemuan pelanggaran ketentuan dalam pasal 7 ayat (1), maka minyak tanah yang diangkut berlawanan dengan pasal itu dapat disita dan disimpan atas biaya pemiliknya.

(2) Oleh Presiden ditetapkan bagaimana harus bertindak dalam kejadian sebagaimana dimaksud dalam ayat di atas, dan dengan syarat-syarat apa pengembalian minyak tanah yang disita itu dapat dilakukan.

Pasal 17.

(7)

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

ww

w.

le

ga

lita

s.

or

g

oleh pemilik, maka nakhoda yang berada di atas kapal yang menariknya dianggap juga sebagai nakhoda kapal yang ditarik. (3) Jika kapal dimiliki oleh perseroan terbatas, badan koperasi atau

perkumpulan atau yayasan yang memiliki badan hukum, maka untuk pelaksanaan pasal 15 ayat (1) huruf b dianggap sebagai pemilik, anggota atau anggota-anggota pengurus yang melakukan tindakan yang dapat dihukum itu.

Pasal 18.

Tindakan-tindakan yang dapat dihukum sebagai dimaksud dalam ordoriansi ini dianggap sebagai pelanggaran.

Pasal 19.

Selain pejabat-pejabat, yang menurut ketentuan-ketentuan hukum berwenang untuk itu, Para Syahbandar dan pemandu kapal ditugaskan untuk menyelidiki pelanggaran-pelanggaran ordonansi ini.

Pasal 20.

Sejauh dalam pasal-pasal yang bersangkutan tidak ditentukan lain, maka semua surat permohonan, ketentuan dan sebagainya yang harus dibuat atau diperlihatkan sehubungan dengan ordonansi ini dan Peraturan-peraturan pelaksanaannya, bebas dari bea materai.

Pasal 21.

Ordonansi ini dapat disebut "Ordonansi Pengangkutan Minyak Tanah 1927".

Referensi

Dokumen terkait

Koharuddin (2003), mengemukakan bahwa ikan-ikan yang telah dewasa dari suatu populasi terdiri dari ikan jantan dan ikan betina.Selain itu, pada populasi ikan tertentu terdapat juga

(Persero) Divisi IV Surabaya?” Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui penilaian kinerja menggunakan Balanced Scorecard

Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta pada tahun 2006-2007 dan diikuti sampai dengan tahun 2011-2012 dengan dilihat kejadian meninggal.Sampel penelitian iniyaitu pasien PJK 3PD

Although obviously wrong from a biological point of view, the assumption that the generation and maturation times are exponentially dis- tributed allowed to reach our goal: it

Menurut Sundjaja dan Barlian (2003:76), laporan keuangan adalah suatu laporan yang menggambarkan hasil dari proses akuntansi yang digunakan sebagai alat komunikasi antar data

Pada TA S1 tidak dituntut untuk mendapatkan hasil performasi yang lebih bagus dibandingkan dengan baseline yang populer, yang dituntut adalah membuat analisis

Oleh karena itulah, penelitian ini bertujuan untuk mengusulkan suatu model penelitian yang menghubungkan antara KM enablers , yang terdiri dari organisasi, people dan

Bedasarkan konsep BL ditunkan Gambar 2., e-learning ini dibangun untuk mendukung konsep pembelajaran BL yang melibatkan guru pada proses pembelajaran, interaksi yang