• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROTEKSI REGULASI KEBUDAYAAN INDONESIA S

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PROTEKSI REGULASI KEBUDAYAAN INDONESIA S"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh :

Amanda Arbella Putri

110620170025

Dosen:

Prof.Dr. H.Rukmana Amanwinata,S.H.,M.H.

Dr.Hernadi Affandi,S.H., LL.M.

Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Tengah Semester Mata Kuliah

Politik Hukum

PROGRAM MAGISTER KENOTARIATAN

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS PADJADJARAN

(2)
(3)

A. Latar Belakang

Secara umum, kebudayaan dapat diartikan sebagai bentuk perwujudan dari karya, karsa dan cipta manusia setelah sebelumnya melalui proses yang melibatkan banyak daya imajinatif, kreatif, inovatif dan kebiasaan yang dimiliki ole manusia itu sendiri. Begitupun dengan kebudayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, artinya merupakan sebuah perwujudan yang dimiliki oleh bangsa indonesia itu sendiri. Pada dasarnya, kebudayaan adalah keseluruhan hidup, proses dan aktivitas manusia dalam keberadaannya dimuka bumi ini. Jika membicarakan bangsa ini, maka arti kebudayaan adalah penjelmaan kelakuan sekelompok manusia berpokok pada pola sikap budi manusia yang berdasarkan pemandangan hidup dunia serta melahirkan mentalitas dan cara berfikir kebudayaan.1

Kebudayaan di mata bangsa Indonesia memiliki kedudukan dan kepentingan tersendiri oleh keberadaannya. Sebuah langkah pemajuan kebudayaan Indonesia memiliki banyak tujuan atau harapan yang dicita-citakan, sebagaimana halnya tercantum dalam pasal 4 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 Tentang Pemajuan kebudayaan, bahwasannya pemajuan kebudayaan tersebut bertujuan untuk : a) mengembangkan nilai-nilai luhur budaya bangsa; b) memperkaya keberagaman budaya; c) memperteguh jati diri bangsa; d) memperteguh persatuan dan kesatuan bangsa; e) mencerdaskan kehidupan bangsa; f) meningkatkan citra bangsa; g) mewujudkan masyarakat madani; h) meningkatkan kesejahteraan rakyat; i) melestarikan warisan budaya bangsa; dan j) mempengaruhi arah perkembangan peradaban dunia, sehingga Kebudayaan menjadi haluan pembangunan nasional.

1 Soerjanto Poespawardojo, Strategi Kebudayaan; Suatu Pendekatan Filosofis, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993), hal 87-90.

(4)

4

Apa yang termaktub dalam peraturan tersebut adalah menunjukkan suatu perhatian yang lebih terhadap kesadaran dalam meningkatkan kebudayaan. Dengan kata lain, kesadaran akan pentingnya memperhatikan kebudayaan nampaknya semakin meningkat. Hal ini jelas tidak bertentangan dengan titik berat bidang kesadaran akan adanya rongrongan dari luar (globalisasi). Sebaliknya, justru kesadaran akan pentingnya pendekatan budaya, mengingatkan kita bahwa bagaimanapun jalan yang ditempuh, tetaplah manusia sebagai tujuan dan subyek globalisasi. Hendaknya manusia tidak dikorbankan untuk mencapai tujuan lain selain dirinya.2

Kebudayaan yang dimiliki bangsa Indonesia sangatlah kaya dan beraneka ragam, kekayaan budaya yang dimiliki oleh bangsa indonesia itu juga yang menjdaikan bangsa-bangsa lain cemburu dan menginginkan kekayaan budaya yang dimiliki oleh bangsa indonesia. Dengan kata lain, kebudayaan yang kita miliki haruslah dijaga, dirawat, dilestarikan dan bahkan ditingkatkan sebagai penghormatan dan penghargaan kita terahadap warisan bangsa yang memiliki nilai sangat mahal. Sejak proklamasi kemerdekaan hingga saat sekarang ini telah banyak pengalaman yang diperoleh bangsa kita tentang kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam negara Republik Indonesia, pedoman acuan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara itu adalah nilai-nilai dan norma-norma yang termaktub dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, sebagai sumber dan disain bagi terbentuknya kebudayaan nasional.3

Perjalanan panjang hampir enam dasawarsa kemerdekaan Indonesia telah memberikan banyak pengalaman kepada warganegara tentang kehidupan berbangsa dan bernegara. Nation and character building sebagai cita-cita membentuk kebudayaan nasional belum dilandasi oleh suatu strategi budaya yang nyata (padahal ini merupakan konsekuensi dari dicetuskannya Proklamasi

2Artur Asa Berger, Tanda-Tanda Dalam Kebudayaan Kontemporer, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2000), hlM 1-5.

(5)

Kemerdekaan sebagai “de hoogste politieke beslissing” dan diterimanya Pancasila sebagai dasar negara dan UUD 1945 sebagai hukum dasar negara).4

Kebudayaan yang dimiliki bangsa indonesia tidak memiliki jaminan akan bertahan selamanya dan tetap utuh adanya seperti semula, akan tetapi hal itu dikembalikan kepada bagaimana sikap dari seorang pemiliknya, maka itulah yang akan menentukan baik atau buruk, lestari atau punah dan utuh atau hancurnya suatu kebudayaan. Pada hari ini, kesadaran dalam meningkatkan kebudayaan banyak menemui tantangan dan hadangan, salah satunya adalah kemajuan zaman atau era globalisasi yang jika tidak diimbangi dengan kemajuan komponen-komponen lainnya maka akan timbul ketimpangan, begitupun dengan kebudayaan. Tantangan yang selanjutnya adalah proteksi peraturan perundang-undangan terhadap kebudayaan harus selalu menyesuaikan dengan perkembangan zaman agar seirama dan tidak saling tertinggal, dalam arti agar terwujud keseimbangan dan keselarasan.

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian yang telah dibahas pada bagian latar belakang diatas, upaya pemajuan kebudayaan yang dicanangkan oleh pemerintah melalui Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan yang kemudian dihadapkan pada suatu masa atau era yang penuh dengan tekanan arus globalisasi setidaknya penulis memiliki keyakinan masih terdapat banyak masalah yang harus dilakukan pengkajian secara terperinci dan mendalam. Adapun beberapa permasalahan yang penulis yakini dapat dikerucutkan kepada 2 (dua) pokok permasalahan, yaitu :

1. Bagaimana ketahanan pengarusutamaan pemajuan kebudayaan yang dihadapkan pada era globalisasi serta ekses yang ditimbulkannya?

2. Bagaimana pelaksanaanRegulasi dan institusi pengarusutamaan pemajuan kebudayaan pada era globalisasi saat ini ?

(6)

BAB II PEMBAHASAN

1. Ketahanan Pengarusutamaan Pemajuan Kebudayaan Yang Dihadapkan Pada Era Globalisasi Serta Ekses Yang Ditimbulkan

Kebudayaan tidak serta merta terwujud begitu saja tanpa ada nilai dan pesan yang termuat padanya. Karena tanpa nilai dan pesan suatu hal tidaka akan pernah menjelma sebagai budaya, begitupun dengan budaya yang berlandaskan nilai-nilai yang tidak baik tidak akan pernah hadir sebagai budaya yang dibanggakan, kalaupun harus hadir itu hanya sementara dan cenderung dipaksakan. Hal tersebut beralasan karena manusia itu sendiri memiliki fitrah yang telah tuhan anugerahkan kepadanya. Melalui fitrah tersebut manusia akan menilai dan mampu membedakan antara baik dan buruk atau bermanfaat dan sia-sia. Mengenai kebudayaan ini ada sebuah pemahaman yang ditulis oleh seorang akademisi, pada tulisan tersebut ia mencoba mencerminkan tentang keberadaan kebudayaan bangsa indonesia, adapun tulisan tersebut saya kutip yaitu :

Di masa lalu, kebudayaan nasional digambarkan sebagai “puncak-puncak kebudayaan di daerah-daerah di seluruh Indonesia”. Namun selanjutnya, kebudayaan nasional Indonesia perlu diisi oleh nilai-nilai dan norma-norma nasional sebagai pedoman bagi kehidupan berbangsa dan bernegara di antara seluruh rakyat Indonesia. Termasuk di dalamnya adalah nilai-nilai yang menjaga kedaulatan negara dan integritas teritorial yang menyiratkan kecintaan dan kebanggaan terhadap tanah air, serta kelestariannya, nilai-nilai tentang kebersamaan, saling menghormati, saling mencintai dan saling menolong antar sesama warganegara, untuk bersama-sama menjaga kedaulatan dan martabat bangsa. Singkatnya, kebudayaan nasional adalah sarana bagi kita untuk memberikan jawaban atas pertanyaan: “Siapa kita (apa identitas kita)? Akan kita jadikan seperti apa bangsa kita? Watak bangsa semacam apa yang kita inginkan? Bagaimana kita harus mengukir wujud masa depan bangsa dan tanah air kita?” 5

(7)

Pesan yang bisa penulis ambil dari pemahaman tersebut adalah sebuah kebudayaan harus memiliki nilai-nilai luhur yang menjadi daya jual dan manfaat dengan keberadaannya, kebudayaan tidak selalu apa yang dipertontonkan di secara visual, baik itu melalui media elektronik ataupun media cetak. Akan tetapi kebudayaan itu sendiri bisa bersifat abstrak yang hanya mampu dikenali dan dilukiskan oleh kepribadian suatu bangsa. Semangat hidup, kecintaan dan kebanggaan terhadap tanah air serta isinya merupakan salah satu kebudayaan yang harus dipertahankan dan ditingkatkan.

Kebudayaan yang dimiliki bangsa indonesia bersifat multikultural, hal ini didasarkan pada sejarah pembentukan bangsa indonesia itu sendiri berasal dari kerajaan-kerajaan kecil yang tersebar di daerah nusantara, dari kerajaan-kerajaan kecil tersebut mereka memiliki kekhasan masing-masing. dari perbedaan tersebut memiliki keuntungan dan kelemahanya. Dari sisi kelebihannya adalah dapat menjadi kekayaan tersendiri bagi budaya bangsa.

Interaksi masyarakat yang majemuk dalam sebuah negara sedikit banyaknya mampu memunculkan arus pandang yang berbeda dalam perilaku, tradisi aturan hidup. Hal demikian merupakan tanda bahwa dinamika globalisasi memunculkan reaksinya.

Globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang bergerak terus dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari proses manusia global itu. Kehadiran teknologi informasi dan teknologi komunikasi mempercepat akselerasi proses globalisasi ini. Globalisasi menyentuh seluruh aspek penting kehidupan. Globalisasi menciptakan berbagai tantangan dan permasalahan baru yang harus dijawab, dipecahkan dalam upaya memanfaatkan globalisasi untukkepentingan kehidupan. Globalisasi sendiri merupakan sebuah istilah yang muncul sekitar dua puluh tahun yang lalu, dan mulai begitu populer sebagai ideologi baru sekitar lima atau sepuluh tahun terakhir. Sebagai istilah, globalisasi begitu mudah diterima atau dikenal masyarakat seluruh dunia.6

(8)

8

Wacana globalisasi sebagai sebuah proses ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ia mampu mengubah dunia secara mendasar. Globalisasi sering diperbincangkan oleh banyak orang, mulai dari para pakar ekonomi, sampai penjual iklan. Dalam kata globalisasi tersebut mengandung suatu pengetian akan hilangnya satu situasi dimana berbagai pergerakan barang dan jasa antar negara diseluruh dunia dapat bergerak bebas dan terbuka dalam perdagangan. Dan dengan terbukanya satu negara terhadap negara lain, yang masuk bukan hanya barang dan jasa, tetapi juga teknologi, pola konsumsi, pendidikan, nilai budaya dan lain-lain.

Konsep akan globalisasi mengacu pada penyempitan dunia secara insentif dan peningkatan kesadaran kita akan dunia, yaitu semakin meningkatnya koneksi global dan pemahaman kita akan koneksi tersebut. Di sini penyempitan dunia dapat dipahami dalam konteks institusi modernitas dan intensifikasi kesadaran dunia dapat dipersepsikan refleksif dengan lebih baik secara budaya.7

Globalisasi memiliki banyak penafsiran dari berbagai sudut pandang. Sebagian orang menafsirkan globalisasi sebagai proses pengecilan dunia atau menjadikan dunia sebagaimana layaknya sebuah perkampungan kecil. Sebagian lainnya menyebutkan bahwa globalisasi adalah upaya penyatuan masyarakat dunia dari sisi gaya hidup, orientasi, dan budaya.

Upaya pengembangan kebudayaan telah mencapai signifikasi yang baik sejak tahun 2005 sampai dengan Juni 2008 diarahkan melalui kebijakan Bappenas yang berupaya; (1) mengembangkan modal sosial untuk mengaktualisasikan nilai-nilai luhur budaya bangsa dalam menghadapi derasnya arus budaya global dengan mendorong terciptanya ruang yang terbuka dan demokratis bagi dialog kebudayaan; (2) mendorong percepatan proses modernisasi yang dicirikan dengan terwujudnya Negara Kesatuan Republik Indonesia modern yang berkelanjutan, dan menguatnya masyarakat sipil; (3) menyelesaikan peraturan perundang-undangan di bidang kebudayaan serta penyusunan petunjuk pelaksanaannya; (4)

(9)

reaktualisasi nilai-nilai kearifan lokal sebagai salah satu dasar pengembangan etika pergaulan sosial untuk memperkuat identitas nasional; (5) mengembangkan kerja sama yang sinergis antarpihak terkait dalam upaya pengelolaan kekayaan budaya; dan (6) perwujudan masyarakat Indonesia yang berkepribadian, berbudi luhur, dan mencintai kebudayaan Indonesia dan produk dalam negeri.8

Disamping dari upaya pengembangan upaya Ketahanan dalam kebudayaan juga menjadi indikator utama dalam tetap lestarinya kebudayaan. Dalam rangka meningkatkan ketahanan budaya nasional dan memperkukuh jati diri bangsa diperlukan filter yang mampu menangkal penetrasi budaya asing yang bernilai negatif dan mampu memfasilitasi teradopsinya budaya asing yang bernilai positif dan produktif langkah-langkah kebijakan yang ditempuh oleh Bappenas adalah (1) melakukan revitalisasi nilai luhur, budi pekerti dan karakter bangsa; (2) melakukan pelestarian dan pengaktualisasian nilai-nilai tradisi; (3) mengembangkan masyarakat adat; (4) mendukung pengembangan nilai budaya daerah; (6) menyelenggarakan pelayanan perpustakaan dan informasi kepada masyarakat; dan (7) memanfaatkan naskah kuno Nusantara.9

Yang dimaksud dengan revitalisasi nilai luhur, budi pekerti dan karakter bangsa menurut penulis adalah ; sebagai masyarakat majemuk, budaya harus mampu menghantarkanmasyarakat pada satu budaya terhadap masyarakat dengan budaya lain agar tetap senantiasa harmonis, rukun, aman dan saling menunjukkan kepedulian sebagai bagian dari menunjukkan eksistensi warga negara yang baik. Oleh karena itu asas persatuan dan keberadaban dalam bernegara menjadi indikator utama dalam revitalisasi nilai luhur, budi pekerti, dan karakter bangsa.

Selanjutnya, sebagai bentuk pengukuhan terhadap adanya budaya haruslah dimulai dengan upaya pelestarian. Upaya melestarikan budaya dapat dilihat dengan membiasakan diri atau mengaktualisasikan tradisi dan sudut pandang budaya yang memiliki nilai kebaikan dalam kehidupan sehari-hari sebagai sebuah

8Lihat pada laman https://www.bappenas.go.id/files/7913/5228/2106/bab-3-200902022-04616-1756-4.pdf, hlm. 6. Diakses pada tanggal 21 November 2017 pada pukul 13.21 WIB.

(10)

10

kebutuhan dan juga kesadaran. Lebih rinci A.W. Widjaja mengartikan pelestarian sebagai kegiatan atau yang dilakukan secara terus menerus, terarah dan terpadu guna mewujudkan tujuan tertentu yang mencerminkan adanya sesuatu yang tetap dan abadi, bersifat dinamis, luwes, dan selektif.10 Ini dapat diartikan bahwa harus ada konsistensi pengamalan budaya dalam skala lokal dan nasional jika memadai.

Dalam upaya mengembangkan masyarakat adat dapat dilihat pada cara pandang masyarakat dalam memenuhi hajatnya dalam upaya mempertahankan keberlangsungan hidup. Kekeliruan cara pandang yang saat ini dirasakan salah satunya dapat dilihat pada pengembangan adat yang hanya menyentuh persoalan– persoalan permukaan, dari pada penghargaan terhadap nilai–nilai agung dari kearifan lokal dan pengetahuan tradisional.

Sudah saatnya, perlindungan sumberdaya genetik diberikan keleluasaan sebesar-besarnya pada masyarakat adat, dengan harapan bahwa jaminan keberlangsungan dan pemanfaatanya dapat berimbang dan harmonis. Dengan demikian, yang diharapkan adalah orientasi pemberdayaan masyarakat adat dalam pengembangan ekonomi kerakyatan. Salah satu upaya pengembangan masyarakat adat dalam hal ekonomi dapat diterapkan melalui : 1.) Pemuliaan varietas tradisional untuk bahan obat-obatan dikembalikan kepada masyarakat pemilik aslinya, sebagai sumber pendapatan yang besar bagi mereka. Setiap pemanfaatan sumber daya genetik dari resep jamu atau obat-obatan tradisional haruslah dengan ijin dan musyawarah dengan masyarakat adat. Termasuk dibuka peluang produksi jamu atau bahan obatobatan yang dikelola langsung oleh masyarakat adat sebagai salah satu sumber pendapatan dan dana bagi upaya pelestarian itu.2.) Produksi makanan–minuman khas harus diorientasikan kepada home industri yang dimiliki oleh masyarakat adat, sehingga keaslian rasa dan kualitas produksi tetap terjaga. Makanan minuman khas, disamping untuk kebutuhan masyarakat itu sendiri, memiliki peluang yang sangat besar sebagai bagian dari usaha pariwisata yang tengah digalakkan pemerintah. Untuk itu, perlu upaya bantuan pengelolaan usaha dalam hal pemasaran maupun pengelolaan keuangan.3.) Penguatan kembali

(11)

varietas lokal dan etnobotani sebagai pilihan dalam pengelolaan prtanian dan perkebunan, termasuk didalamnya menghargai pilihan untuk melakukan gerakan non pestisida yang memiliki nilai jual tinggi seraya menjaga kelestarian lingkungan.4.) Perlunya dukungan pemasaran terhadap produk–produk kearifan tradisional dari Daya Generik lokal dalam pemanfaatan sebagai sumberdaya ekonomi. Seperti pengenalan anfaat kayu sentigi sebagai kayu anti ular dan serangga, sebagai pilihan lain dari anti erangga yang cenderung membunuh dan erusak kesehatan, dan berbagai jenis Sumber Daya Gaya lain yang punya khasiat tertentu.11

Sampai saat ini, belum ada upaya perhatian dan pengembalian hak–hak masyarakat adat sebagai pewaris dari sumberdaya genetik di indonesia. Jika saja, perlindungan sumberdaya genetik dapat dirangkai sebagai bagian dari pengembangan ekonomi kerakyataan maka peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat diharapkan meningkatkan martabat dan kesejahteraan secara simultan.

Ketahanan Budaya haruslah beranjak dari berkembangnya apresiasi akan kekayaan budaya. Apresiasi yang dapat dilakukan ialah dengan dilakukan serangkaian langkah-langkah kebijakan yaitu (1) mengembangkan nilai sejarah dan geografi sejarah nasional; (2) melakukan pengelolaan dan penyelamatan peninggalan kepurbakalaan dan peninggalan pusaka bawah air; (3) mengembangkan dan mengelola museum; (4) mengembangkan pemahaman kekayaan budaya; (5) memberikan dukungan terhadap pengelolaan dan mengembangkan museum dan kekayaan budaya daerah; (6) melestarikan fisik dan kandungan naskah kuno; (7) melakukan perekaman dan digitalisasi bahan pustaka; (8) mengelola koleksi deposit nasional; dan (9) mengembangkan statistik perpustakaan dan perbukuan.12

11Lalu Pharmanegara, Pemberdayaan Masyarakat Adat Dalam Erlindungan Dan Pengelolaan Sumberdaya Genetik Sebagai Alternatif Penguatan Ekonomi Rakyat, Badan Pekerja Majelis Kebudayaan – Majelis Adat Sasak Pengurus Nasional Pengetahuan Tradisional, disampaikan pada Lokakarya Nasional Pengelolaan dan Perlindungan Sumber Daya Genetik di Indonesia: Manfaat Ekonomi untuk Mewujudkan Ketahanan Nasional, hlm. 59.

(12)

12

2. Pelaksanaan Regulasi Dan Institusi Pengarusutamaan Pemajuan Kebudayaan Pada Era Globalisasi

Pemerintah sebagai penyelenggara berbagai kepentingan negara hendaknya tidak lupa pula terhadap peran mempertahankan tradisi maupun kebudayaan yang telah lama ada sebelum negara lahir. Sebagai jaminan bahwa unsur dasar dalam kemajemukan masyarakat yang dipahami sebagai cara pandang dalam prilaku dan tradisi senantiasa mendapatkan proteksi agar keberlangsungannya senantiasa terjaga.

Kebudayaan merupakan bagian dari aspirasi masyarakat indonesia, oleh karena itu keseluruhannya harus memiliki instrumen hukum yang diharapkan dapat memenuhi asas kepastian hukum dalam bernegara. Perlindungan kebudayaan memberikan dampak besar bagi masyarakat majemuk. Khasanah kekayaan budaya bangsa sedikit banyaknya telah mampu membawa nilai-nilai kebaikan dalam masyarakat agar senantiasa berada dalam kondisi menjaga stabilitas berbangsa dan bernegara. Sudah sepantasnya nilai-nilai kebaikan tersebut harus senantiasa dilestarikan dan dijaga agar tidak tergerus dengan globalisasi.

(13)

constituendum yang berarti hukum yang dicita-citakan atau yang diangan-angankan.13

Sedangkan pendapat beberapa tokoh mengenai pengertian Ius constitutum dan ius contituendum diantaranya dikemukakan oleh Sudikno Mertokusumo dalam bukunya Penemuan Hukum: Sebuah Pengantar, menjelaskan bahwa berdasarkan kriterium waktu berlakunya, hukum dibagi menjadi:14

1. Ius Constitutum; Yaitu hukum yang berlaku di masa sekarang, Dalam Glossarium di buku yang sama, Sudikno menambahkan bahwa ius constitutum adalah hukum yang telah ditetapkan.15 Dan;

2. Ius Contituendum; Yaitu hukum yang dicita-citakan (masa mendatang). Kemudian dalam Glossarium disebutkan bahwa ius constituendum adalah hukum yang masih harus ditetapkan; hukum yang akan datang.16

Sedangkan ada sedikit yang menjadi pembeda dari dua istilah tersebut hanyalah pada sisi waktu, yaitu masa kini dan masa mendatang. Jika ius constitutum bersifat masa kini sebaliknya ius constituendum bersifat msa yang akan datang.

Sebagaimana pendapat yang dikemukakan oleh kalangan tertentu, bahwa setelah diundangkan maka ius consituendum menjadi ius constitutum.17 Dengan demikian, ius constitutum kini, pada masa lampau merupakan ius constituendum. Apabila ius constitutum kini mempunyai kekuatan hukum, maka ius constituendum mempunyai nilai sejarah.18

13Editor, ‘http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt56777c031ec1c/arti-ius-constitutum-dan-ius-constituendum’ diakses pada hari kamis, 23 november pkl. 12.24 WIB

14Editor, ‘http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt56777c031ec1c/arti-ius-constitutum-dan-ius-constituendum’ diakses pada hari kamis, 23 november pkl. 12.24 WIB, lihat juga ; Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum Sebuah Pengantar, (Yogyakarta: Liberty, 2006), hal. 25

15Ibid, hlm. 120 16Ibid, hlm. 121

17Editor, ‘http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt56777c031ec1c/arti-ius-constitutum-dan-ius-constituendum’ diakses pada hari kamis, 23 november pkl. 12.24 WIB, lihat Soerjono Soekanto dan Purnadi Purbacaraka, Aneka Cara Pembedaan Hukum, hlm. 6

(14)

14

Hukum senantiasa bersifat dinamis dalam perkembangannya menyesuaikan dengan situasi dan kondisi tertentu. Artinya hukum harus selalu mengalami pembaharuan guna mencapai nilai keseimbangan dalam menerapkan peran dan fungsinya.

Sama halnya dengan peraturan yang lain, peraturan yang dibuat dalam rangka mengawal upaya pemajuan kebudayaan senantiasa disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan pengaturannya. Salah satu regulasi yang telah diundangkan terbaru ini adalah undang-undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.

Pada prinsipnya inti dari peraturan perundang-undangan yang dalam hal ini adalahundang-undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, ia menekankan betapa penting dan sangat dibutuhkannya kesadaran nasional dalam meningkatkan kebudayaan tersebut. Dalam undang-undang tersebut dikatakan bahwa tujuan pemajuan kebudayaan memiliki makna yang sarat akan keberlangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Intisari dari penjabaran undang-undang tersebut, setidaknya dapat diuraikan sebagai berikut :

Pertama, dalam undang-undang tersebut pula ditekankan bahwa pengarusutamaan pemajuan kebudayaan ini diarahkan pada aspek pendidikan,seperti yang tercantum dalam pasal 7 undang-undang nomor 5 tahun 2017 tentang pemajuan kebudayaan. sedangkan lingkup dari pemajuan ini didasarkan kepada beberapa pokok pikiran, diantaranya :

1) pokok pikiran kebudayaan daerah kabupaten/kota 2) pokok pikiran kebudayaan daerah provinsi

3) strategi kebudayaan, dan

4) rencana induk pemajuan kebudayaan

(15)

1) inventarisasi, merupakan sebuah upaya pendataan kebudayaan yang meliputi pencatatan dan pendokumentasian, penetapan dan pemutakhiran data

2) pengamanan, proses pengawalan kebudayaan yang dimiliki oleh bangsa indonesia hingga sampai kepada perolehan hak paten sebagai warisan dunia

3) pemeliharaan, merupakan pelestarian kebudayaan yang dilakukan dengan tujuan untuk meminimalisir keberpunahan atau tergerus oleh perkembangan zaman

4) penyelamatan, merupakan upaya referentif yang harus dilakukan oleh pemerintah manakala kebudayaan tersebut dianggap terancam punah atau ancaman-ancaman yang lainnya, penyelamatan objek pemajuan kebudayaan ini dapat dilakukan dengan cara revitalisasi, repatriasai atau restorasi

5) publikasi, merupakan langkah blow up atau penunjukkan kepada khalayak umum tentang kebudayaan tersebut, baik itu sifatnya perkenalan atau bahkan sampai kepada promosi

Ketiga, pengembangan yang merupakan cara meningkatkan baik secara kualitas maupun kuantitas kebudayaan tersebut, dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya : penyebarluasan, pengkajian dan pengayaan keberagaman.

Keempat, pemanfaat yang dimaksud adalah upaya pemajuan kebudayaan ini dapat memiliki nilai utility bagi keberlangsungan hidup berbangsa dan bernegara.

(16)

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Dalam rangka meningkatkan ketahanan budaya nasional dan memperkukuh jati diri bangsa diperlukan filter yang mampu menangkal penetrasi budaya asing yang bernilai negatif dan mampu memfasilitasi teradopsinya budaya asing yang bernilai positif dan produktif langkah-langkah kebijakan yang ditempuh oleh Bappenas adalah (1) melakukan revitalisasi nilai luhur, budi pekerti dan karakter bangsa; (2) melakukan pelestarian dan pengaktualisasian nilai-nilai tradisi; (3) mengembangkan masyarakat adat; (4) mendukung pengembangan nilai budaya daerah; (6) menyelenggarakan pelayanan perpustakaan dan informasi kepada masyarakat; dan (7) memanfaatkan naskah kuno Nusantara.

Keberadaan pengaturan tentang pemajuan kebudayaan tersebut relatif memadai, hanya saja ada kelemahan pada bab sanksi bagi pelanggar pemajuan kebudayaan yang dicanangkan oleh pemerintah. Yaitu terletak pada sanksi negara atau pihak asing yang seringkali melakukan klaim terhadap warisan budaya bangsa indonesia, seperti yang pernah dilakukan oleh negara malaysia yang melakukan klaim terhadap batik dan reog serta kebudayaan bangsa indonesia lainnya, serta keberadaan UNESCO sebagai lembaga internasional yang khusus menangani kebudayaan seringkali tidak bersikap sigap terhadap suatu permasalahan yang berkaitan dengan kebudayaan.

B. Rekomendasi

1. Masyarakat dan Pemerintah harus mampu meningkatkan kuantitas program kerja, aktualisasi penyelenggaraan negara dan berbangsa yang berbasis budaya dan senantiasa menyelipkan penguatan nilai luhur pancasila sebagai pengikat.

(17)
(18)

DAFTAR REFERENSI A. BUKU

Aminuddin, M. Faishal 2009 Globalisasi dan Neoliberalisme: Pengaruh dan Dampaknya Bagi Demokratisasi Indonesia, Yogyakarta: Logung Pustaka

Artur Asa Berger, Tanda-Tanda Dalam Kebudayaan Kontemporer, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2000

Dr. Meutia Farida Hatta Swasono, “Kebudayaan Nasional Indonesia:Penataan Pola Pikir”, hlm. 1 (inti Pemikiran yang tertuang pada tulisan ini pernah diajukan pada Kongres Kebudayaan V di Bukittinggi , tgl 20– 22 Oktober 2003)

Jacobus Ranjabar, Sistem Sosial Budaya Indonesia Suatu Pengantar, (Ghalia Indonesia, Bandung: 2006 )

Munir Suratman,Umi Salamah, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Malang, Intimedia: 2011)

Rohidi T.R. 2000. Kesenian Dalam Pendekatan Kebudayaan. Bandung: STSI PRESS

Roland Robertson, Globalization: Social Theory And Global Culture, (London, Sage Publications: 1992)

Saidi, R (1998) Kebudayaan di Zaman Krisis Moneter. dalam Indonesia di Simpang Jalan. Bandung : Mizan.

Soelaeman, Munandar. 2007. Ilmu Budaya Dasar. Bandung: Refika aditama

Soerjanto Poespawardojo, Strategi Kebudayaan; Suatu Pendekatan Filosofis, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993)

Soerjono Soekanto dan Purnadi Purbacaraka, Aneka Cara Pembedaan Hukum, 2009

Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum Sebuah Pengantar, (Yogyakarta: Liberty, 2006)

B. PERATURAN PERUNDANG – UNDANGAN

Undang-undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.

(19)

Lihat pada laman https://www.bappenas.go.id/files/7913/5228/2106/bab-3-200902022-04616-1756-4.pdf, hlm. 6. Diakses pada tanggal 21 November 2017 pada pukul 13.21 WIB.

Lihat pada laman

https://www.bappenas.go.id/files/7913/5228/2106/bab-3-200902022-04616-1756-4.pdf, hlm. 6. Diakses pada tanggal 21 November 2017 pada pukul 13.21 WIB.

Lihat pada laman

https://www.bappenas.go.id/files/7913/5228/2106/bab-3

20090202204616-1756-4.pdf2, hlm. 6. Diakses pada tanggal 21 November 2017 pada pukul 13.21 WIB.

Editor,

‘http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt56777c031ec1c/arti-ius-constitutum -dan-ius-constituendum’ diakses pada hari kamis, 23 november pkl. 12.24 WIB

Editor,

‘http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt56777c031ec1c/arti-ius-constitutum-dan-ius-constituendum’ diakses pada hari kamis, 23 november pkl. 12.24 WIB, lihat juga ; Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum Sebuah Pengantar, (Yogyakarta: Liberty, 2006), hal. 25

Editor,

Referensi

Dokumen terkait

Karena tegangan pada kapasitor adalah sama dengan tegangan pada resistor maka arus yang lewat rangkaian juga akan menurun. Proses ini terus berlangsung sampai seluruh muatan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan Islam yang ditanamkan oleh orang tua pada siswa tunagrahita SMPLB Negeri Salatiga, untuk mengetahui

daerah yang dipisahkan, dan Iain-Iain pendapatan asli daerah yang sari. Jenis pajak daerah dan retribusi daerah dirinci menurut obyek pendapatan sesuai dengan undang-undang

Kegiatan dilaksankan pada tanggal 23 dan 28 Juli 2018. Pada tanggal 23 Juli merupakan pelatihan desain. Pada pelatihan desain ini, dari Tim Pengabdian Masyarakat

In the FMP there is an annual update of the Forestry Plan. En el PMF, existe una actualización anual del Plan de Ordenación. Verifiers: Plan de Ordenación. Procedimiento para la

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan sebelumnya, maka rumusan ma- salah dalam Penelitian Tindakan Kelas ada- lah “apakah penggunaan metode video critics

Permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) diajukan ke Pengadilan Niaga apabila debitor atau salah satu dari kreditor memperkirakan tidak dapat membayar

Dengan menggunakan state machine mendeteksi perangkat lain yang sama, maka perangkat dapat mengenali lebih dari satu perangkat lain pada jaringan yang sama.. Hasil dari