• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK Skripsi ini berjudul “Perbuatan Manusia menurut Pemikiran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ABSTRAK Skripsi ini berjudul “Perbuatan Manusia menurut Pemikiran"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Theologi Islam (S.Th.I) pada Jurusan Aqidah Filsafat

Oleh :

SILMI NOVITA NURMAN Bp: 510. 010

JURUSAN AQIDAH FILSAFAT FAKULTAS USHULUDDIN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN ) IMAM BONJOL PADANG

(2)

Bonjol Padang, 2014.

Skripsi ini dilatarbelakangi oleh adanya perbedaan pendapat yang terjadi antara tokoh Muhammadiyah dengan Himpunan Putusan Tarjih tentang perbuatan manusia serta etos kerja Muhammadiyah. Dari hipotesa awal, penulis melihat perbuatan manusia dalam Himpunan Putusan Majelis Tarjih cenderung pada aliran Asy’ariyah sedangkan menurut para tokoh berpendapat cenderung pada aliran Muktazilah, jadi kurang sinkron antara keduanya, sedangkan yang menyetujui Putusan Tarjih tersebut adalah para tokoh-tokohnya serta penulis melihat etos kerja Muhammadiyah yang tinggi, jadi tidak sejalan dengan corak perbuatan manusianya yang tradisional.

Rumusan masalah yang penulis buat adalah “bagaimana perbuatan

manusia menurut Muhammadiyah dan kaitannya dengan etos kerja?” dengan batasan masalah adalah perbuatan manusia, hubungan perbuatan manusia dengan etos kerja serta aplikasi etos kerja dengan perbuatan manusia menurut pemikiran Muhammadiyah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan tentang perbuatan manusia, hubungan perbuatan manusia dengan etos kerja serta aplikasi etos kerja dalam perbuatan manusia menurut pemikiran Muhammadiyah.

Jenis penelitian ini adalah kepustakaan (library research), adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini ada dua yaitu sumber data primer yaitu Himpunan Putusan Majelis Tarjih dan sumber data sekunder adalah buku-buku yang berkaitan dengan Muhammadiyah.

Hasil penelitian menggambarkan bahwa perbuatan manusia menurut Muhammadiyah cenderung kepada aliran Asy’ariyah karena perbuatan manusia tidak bersifat efektif perbuatan yang terwujud tergantung kepada kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan, manusia tidak memiliki peran penting dalam perbuatannya karena yang berperan penting adalah Tuhan. Hubungan perbuatan manusia dengan etos kerja menurut Muhamadiyah adalah tidak memiliki hubungan dan bisa dikatakan bahwa perbuatan manusia menurut Muhammadiyah bersifat tradisional sedangkan etos kerjanya bersifat rasional karena Muhammadiyah memiliki etos kerja yang tinggi. Aplikatif etos kerja dengan perbuatan manusia menurut Muhammadiyah adalah Muhammadiyah memiliki banyak amal usaha yang tersebar diseluruh Indonesia bahkan juga berkembang di luar negeri, ini merupakan suatu bentuk aplikasi dari etos kerja Muhammadiyah sehingga dari perkembangan amal usaha Muhammadiyah yang begitu pesat menggambarkan etos kerja Muhammadiyah sangat tinggi serta spirit yang bagus meskipun perbuatan manusianya cenderung pada teologi tradisional yang dilandasi oleh kehendak mutlak Tuhan.

(3)

PERSETUJUAN PEMBIMBING PENGESAHAN TIM PENGUJI

KATA PENGANTAR... i

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan dan Batasan Masalah... 10

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 11

D. Penjelasan Judul ... 11

E. Metode Pembahasan... 13

F. Sistematika Penulisan ... 15

BAB II MUHAMMADIYAH A. Latar Belakang Berdirinya Muhammadiyah ... 17

B. Tujuan Muhammadiyah ... 23

C. Perkembangan Muhammadiyah... 29

BAB III ETOS KERJA DAN PERBUATAN MANUSIA A. Pengertian Etos Kerja dan Perbuatan Manusia ... 38

(4)

BAB IV PERBUATAN MANUSIA MENURUT PEMIKIRAN MUHAMMADIYAH DAN KAITANNYA DENGAN ETOS KERJA

A. Perbuatan Manusia menurut Muhammadiyah ... 62 B. Hubungan Perbuatan Manusia dengan Etos Kerja menurut

Muhammadiyah ... 75 C. Aplikasi Etos Kerja dengan Perbuatan Manusia menurut Muhammadiyah

... 78

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 84 B. Saran-Saran ... 85

(5)

melimpahkan rahmat dan hidayah serta kasih sayang-Nya kepada kita semua khususnya kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan jadwal. Salawat serta salam untuk Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan ajaran agama Islam kepada umatnya sebagai hidayah untuk dapat menjamin kehidupan di dunia dan akhirat.

Skripsi ini berjudul “Perbuatan Manusia menurut Pemikiran Muhammadiyah dan kaitannya dengan Etos Kerja”, yang diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I ) pada Jurusan Akidah Filsafat Fakultas Ushuluddin IAIN Imam Bonjol Padang.

Terima kasih yang tak terhingga penulis ucapkan kepada pihak-pihak yang telah turut membantu berupa sumbangan pikiran, ide, bimbingan, serta motivasi yang sangat berarti kepada penulis dan semoga amal kebaikannya dibalas oleh Allah SWT, yaitukepadayang terhormat :

1. Bapak Dr. Ikhwan, SH, M.Ag selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan bapak Dr. Zaim Rais, M.A selaku Pembantu Dekan I, Ibu Dra. Ermagusti, M.Ag selaku Pembantu Dekan II, dan Bapak Muslim, M.Ag selaku Pembantu Dekan III, bapak ibu dosen serta karyawan Fakultas Ushuluddin yang telah memberikan bantuan prosedural selama masa penulisan skripsi ini.

2. Bapak Efendi, M.Ag dan Bapak Amril, M.Ag selaku ketua dan sekretaris Jurusan Aqidah Filsafat dan bapak Elfi Tajuddin, M. Hum dengan segala

(6)

3. Bapak Prof. Dr. Sirajuddin Zar, MA selaku pembimbing I dan Bapak Drs. Syafrial N, M.Ag sebagai Pembimbing II dan tak tertinggal kepada dosen penasehat akademik penulis yaitu bapak Prof. Dr. H. Rusydi AM, Lc, M.Ag yang telah meluangkan waktunya memberikan bimbingan, nasehat, dan petunjuknya dalam penulisan skripsi ini.

4. Kepada kedua orangtuaku, ayahanda Amril Nurman, S. Pd dan ibunda Ernita Z, S. Pd beliaulah sumber inspirasi terbesar di dalam hidup penulis, terimakasih atas doa dari kakanda Khairia Nurman, S. Kep dan adik-adikku Januar Three Nurman, Oksa Putra Nurman, Jumatul Rizki, dan Aidil Rizki yang selalu memberikan dukungan kepada penulis.

5. Buat teman-teman seperjuangan Akidah Filsafat Bp 2010 yang bersama-sama berjuang. Terima kasih juga untuk Rahma, Anis, Imel, kakanda dan adinda di cost violet, teman-teman di IMMAPAR (Ikatan Mahasiswa Piaman Raya) serta immawan/i IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah) terima kasih atas dukungan serta motivasinya.

Padang, Februari 2014 Penulis

Silmi Novita Nurman 510.010

(7)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Perbuatan manusia merupakan salah satu kajian yang sangat krusial dalam teologi Islam terutama di kalangan mutakallimin karena terdapat pemikiran yang berbeda-beda dalam memahaminya. Perbedaan tersebut sesuai dengan sudut pandang mereka masing-masing yang secara prinsipnya mereka tidak keluar dari ajaran al-Quran karena perbuatan manusia merupakan cabang (furu’)bukan pokok (ushul).

Pembahasan tentang perbuatan manusia adalah apakah manusia bebas berbuat atau adanya keterpaksaan terhadap perbuatan yang dilakukan oleh manusia itu sendiri. Selain itu, perbuatan manusia juga berkaitan dengan kebebasan yang telah diberikan Allah kepada manusia yaitu apakah manusia menciptakan perbuatannya sendiri, ataukah perbuatan tersebut diciptakan Tuhan dalam dirinya. Selanjutnya, tentang daya dan kehendak dalam berbuat siapa yang melakukan perbuatan, apakah daya dan kehendak manusia atau daya dan kehendak Tuhan. Kemudian perbuatan yang tewujud apakah perbuatan manusia ataukah perbuatan Tuhan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut menjadi bahan kajian oleh para teolog Islam klasik dan menjadi objek kajian para peneliti setelahnya.

Aliran-aliran teologi Islam klasik terpecah dalam dua kelompok, yang masing-masing dilandasi oleh dua paham yang berkembang sebelumnya, yaitu paham Qadariyah1 dan Jabariyah.2 Menurut paham Jabariyah mengatakan bahwa

1Qadariyah berasal dari bahasa Arabqadaraberarti kemampuan dan kekuatan. Qadariyah

adalah suatu aliran yang percaya bahwa segala tindakan manusia tidak diintervensi oleh Tuhan artinya tiap-tiap orang adalah pencipta bagi segala perbuatannya, berbuat sesuatu atau

(8)

Allah-lah yang menciptakan semua perbuatan manusia. Manusia tidak mempunyai kekuasaan sedikitpun, ia tidak mempunyai daya dan kemauan, ia terpaksa dalam semua perbuatannya.3Sebab, Tuhan telah mentakdirkan perbuatan manusia sejak azal. Pada hakikatnya, manusia itu tidak memiliki kehendak atau iradah dan kemampuan (qudrah). Manusia seperti debu yang diterbangkan oleh angin, manusia dipaksa (majbur) oleh Tuhan.4Jadi, perbuatan manusia diciptakan oleh Tuhan seperti Tuhan menciptakan perbuatan pada benda mati contohnya, api membakar, bumi bergerak dan berputar, terjadinya siang dan malam dan lain-lain. Termasuk juga pahala dan balasan adalah kehendak mutlak Tuhan dan bukan-lah karena amal. Maka, kewajiban atau taklif yang di bebankan kepada manusia menjadi terpaksa juga.

Aliran Qadariyah menyatakan bahwa manusia mempunyai kebebasan dan kekuatan sendiri untuk mewujudkan perbuatan-perbuatannya. Baik buruk itu ditentukan oleh manusia. Manusia itu sendirilah yang melakukan perbuatan baik atas kehendak dan kekuasaannya sendiri.5 Dalam artian bahwa Tuhan tidak mempunyai wewenang terhadap perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh manusia karena kemauan dan kudrat Allah sama sekali tidak mempengaruhi

meninggalkannya atas kehendaknya sendiri. Aliran ini dimunculkan petama kali oleh Ma’bad al -Jauhani dan Ghailan ad-Dimasyqy yang muncul pada sebelum pertengahan abad ke delapan masehi. Lihat, Abdul Rozak, dkk,Ilmu Kalam, (Bandung: Pustaka Setia, 2003), h. 70

2 Jabariyah berasal dari kata jabara berarti memaksa. Jabariyah adalah suatu paham

bahwa perbuatan manusia telah ditentukan dari semula oleh qadha dan qadar Tuhan. berkembang

pada masa Bani Umayyah yang diperkenalkan pertama kali oleh Ja’d bin Dirham kemudian

disebarkan oleh Jahm bin Shafwan. Lihat, Rosihan Anwar, dkk, Kamus Istilah Teologi Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2002), h. 77

3Ibid., h. 55

4Abdul Aziz Dahlan,Teologi dan Akidah dalam Islam, (Padang: IAIN IB Press, 2001), h.

37

5Sirajuddin Zar,Teologi Islam: Aliran dan Ajarannya, (Padang: IAIN IB Press, 2003),

(9)

dalam terwujudnya perbuatan tersebut. Paham Qadariyah yang diadopsi oleh paham Muktazilah6 memandang bahwa perbuatan tidak diciptakan Tuhan, yang diciptakan Tuhan adalah daya dan manusia mempergunakan daya tersebut dalam mewujudkan perbuatan-perbuatannya. Seperti dikutip oleh ‘Abd al-Jabbar, salah seorang tokoh Muktazilah, bahwa perbuatan manusia tidak diciptakan pada diri mereka, tetapi manusia-lah yang mewujudkan perbuatannya”7.

Jadi, setelah Tuhan menciptakan daya untuk manusia maka Tuhan tidak lagi campur tangan di dalamnya karena manusia diberi kebebasan dan wewenang untuk menggunakan daya dalam menciptakan perbuatannya baik untuk kebaikan maupun untuk keburukan, dengan kata lain tergantung kepada manusia itu sendiri dan tanggung jawab manusia sepenuhnya dan tidak ada hubungannya dengan Tuhan.

Manusia menurut Muktazilah melakukan dan menciptakan perbuatannya sendiri. Manusia benar-benar bebas untuk menentukan pilihan perbuatannya, baik atau buruk. Tuhan hanya menyuruh dan menghendaki yang baik, bukan yang buruk. Adapaun yang disuruh Tuhan pastilah baik dan apa yang dilarang-Nya

6 Muktazilah berasal dari i’tazala berarti berpisah atau memisahkan diri. Ada dua

golongan tentang kemunculan aliran ini.Golongan pertama, muncul sebagai respon politik murni, golongan ini sebagai kaum netral politik, bersikap lunak dalam menengahi pertentangan dengan Ali bin Abi Thalib dengan Muawiyah dan menjauhkan diri dari pertikaian masalah khilafah. Golongan kedua, muncul sebagai respon teologis yang berkembang dikalangan Khawarij dan

Murji’ah karena peristiwa tahkim. Kemunculan golongan ini dikarenakan mereka berbeda

pendapat dengan golongan Khawarij dan Murjiah tentang pemberian kafir kepada orang yang berbuat dosa besar. Lihat, Rosihan Anwar, op. cit., h. 125. Sedangkan sebagai aliran teologi

muncul ketika Wasil bin Atha’ memisahkan diri dari majelis gurunya hasan basri karena

perbedaan pendapat dalam masalah posisi mukmin yang mengerjakan dosa besar. Lihat, Arbiyah Lubis, Pemikiran Muhammadiyah dan Muhammad Abduh: Suatu Studi Perbandingan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), h. 28

(10)

tentulah buruk. Tuhan berlepas diri dari perbuatan yang buruk.8 Ini berarti bahwa segala sesuatu yang akan diterima manusia di akhirat nanti merupakan ganjaran dari perbuatan manusia selama di dunia, apabila selama di dunia berbuat baik maka surga balasannya tapi apabila berbuat jahat maka neraka-lah ganjarannya karena sesuai dengan janji Allah bahwa setiap melakukan kebaikan akan dibalas juga dengan kebaikan (surga) dan sebaliknya, setiap melakukan kejahatan maka akan dibalas juga dengan kejahatan (neraka). Ini sejalan dengan konsep keadilan Tuhan karena manusia berbuat atas kemauan sendiri tanpa ada paksaan. Sebagaimana firman Alah:













Artinya: “Sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan”, (Qs.

Al-Sajdah (32) ayat 17).

Wasil bin Atha’ pendiri Muktazilah mengatakan bahwa Tuhan bersifat bijaksana dan adil. Ia tak dapat berbuat jahat dan bersifat zalim. Tidak mungkin Tuhan mengehendaki supaya manusia berbuat hal-hal yang bertentangan dengan perintah-Nya. Dengan demikian, manusia sendirilah yang mewujudkan perbuatan baik atau jahatnya, iman dankufur-nya, kepatuhan dan ketidak patuhannya kepada Tuhan.9Selain itu, Abu al-Husain al-Khayyat (w. 300 H) dan Summah Ibn Asyras (w. 213 H) juga berpendapat bahwa daya berbuat bagi manusia terdapat dalam tubuh manusia sendiri, yaitu tubuh yang baik lagi sehat dan tidak mempunyai

8Abdul Rozak,op. cit., h. 84

9Harun Nasution,Teologi Islam: Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, (Jakarta:

(11)

cacat.10Jadi, daya tidak berasal dari luar diri manusia namun daya ada dalam diri manusia itu sendiri.

Asy’ariyah sebagai aliran teologi Islam tradisional berpendapat bahwa

perbuatan manusia diciptakan Allah, sedangkan daya manusia tidak mempunyai efek untuk mewujudkannya. Allah menciptakan perbuatan untuk manusia dan menciptakan pula pada diri manusia daya untuk melahirkan perbuatan tersebut.11 Jadi, perbuatan manusia adalah ciptaan Allah dan merupakan kasb12 (perolehan) daya bagi manusia setiap akan melakukan perbuatan. Argumen yang diajukan

oleh Asy’ariyah untuk membela keyakinannya adalah firman Allah:











Artinya:“Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu”, (Qs. As-Shaffat (37) ayat 96).

Wa ma ta’malun, pada ayat di atas diartikan al-Asy’ari dengan apa yang kamu perbuat dan bukan apa yang kamu buat. Dengan demikian, ayat ini mengandung arti Alah menciptakan kamu dan perbuatan-perbuatanmu. Dengan

kata lain dalam paham Asy’ari yang mewujudkan kasb atau perbuatan manusia sebenarnya adalah Tuhan itu sendiri.13

Perbedaan pendapat tentang perbuatan manusia ini, juga menjadi pembahasan bagi organisasi-organisasi Islam di Indonesia seperti organisasi

10Ibid., h. 52

11Abdul Rozak,op. cit., h. 165

12Kasbadalah istilah yang dimunculkan oleh al-Asy’ari yang berkaitan dengan perbuatan

manusia, apakah manusia sendiri yang menciptakannya atau Allah. Kasb yang dimaksud adalah sejalannya qudrat atau daya dan kehendak manusia dengan perbuatan Allah. Maksudnya, apabila seseorang hendak mewujudkan suatu perbuatan , pada saat itu juga Allah menciptakan daya padanya. Dengan adanya kasb inilah manusia mendapat kewajiban untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Lihat, Rosihan Anwar,op. cit., h. 94

(12)

Muhammadiyah. Organisasi ini didirikan pada 18 November 1912 M/ 8 Zulhijjah 1330 H di Yogyakarta oleh K. H. Ahmad Dahlan (1868-1923).14 Organisasi ini muncul dilatar belakangi oleh taklid yang begitu membudaya dalam masyarakat Islam serta khurafat dan syirik telah bercampur dengan akidah sehingga kemurnian akidah sudah tidak tampak lagi, bid’ah yang terdapat pada pengamalan

ibadah,15 dan lain-lain. Pada dasarnya organisasi ini bergerak dibidang pembaharuan atau tajdid yang menyandarkan pemikirannya pada rasio, artinya dalam segi pembaharuan (tajdid), Muhammadiyah bisa dikategorikan sebagai kaum rasional. Dalam teologi Islam yang dikenal sebagai kaum rasional diantaranya adalah aliran Muktazilah dan Maturidiah Samarkand.

Muhammadiyah sendiri tidak menjelaskan secara konkrit bagaimana corak dari teologi yang mereka pakai apalagi tentang bagaimana corak dari perbuatan manusia menurut pemahaman mereka bahkan di antara tokoh-tokoh Muhammadiyah sendiri terjadi perbedaan pendapat tentang perbuatan manusia ini. Tokoh-tokoh dari Muhammadiyah itu seperti K. H. Mas Mansur (1937-1944), berpendapat bahwa kehendak manusia sebenarnya adalah kehendak Tuhan dan apapun yang dilakukan manusia semuanya merupakan refleksi dari kehendak Tuhan16 bahkan perbuatan yang kelihatannya merupakan perbuatan manusia, tetapi sebenarnya ia adalah perbuatan Allah.17 Artinya, segala perbuatan yang dilakukan oleh manusia adalah kemauan Tuhan, adanya campur tangan Tuhan

14Syahrin Harahap, dkk,Ensiklopedia Akidah Islam, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 400 15 Sirajuddin Zar, Muhammadiyah di Indonesia 1959-1966: Perkembangan Pemikiran

Keagamaan serta Perannya dalam Gerakan Sosial dan Politiknya, (Padang: IAIN IB-Press, 2000), h. 23

16 Syakirman M. Noor, Pemikiran Pembaharuan Muhamadiyah: Refleksi Konseptual

Aspek Teologi, Syariah dan Akhlak, (Padang: Baitul Hikmah Press, 2001), h. 55

(13)

didalamnya sehingga manusia tidak bebas dalam berbuat dan berkehendak. Ia memperkuat pendapatnya terdapat dalam firman Allah:



Artinya: “Dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar”,(Qs al-Anfal (8) ayat 17).

Berbeda dengan pendapat di atas, H. A. Malik Ahmad mengatakan bahwa manusia bebas untuk melakukan perbuatan yang dipilihnya, sebab tanpa demikian tidak ada artinya undang-undang yang diciptakan Tuhan, sekaligus batal pula arti pahala dan dosa yang ditetapkan Tuhan.18 Menurutnya, manusia sejak lahir telah dibekali dengan akal dan daya sebagai alat untuk memilih perbuatannya.19 Dalam arti kata bahwa daya diciptakan Allah bersamaan saat manusia itu diciptakan, jadi setelah besar ia bebas memilih terhadap perbuatan yang akan dilakukannya karena ia sudah dibekali daya dan akal untuk berpikir serta dapat memilah mana perbuatan yang baik dan jahat.

Hamka (1908-1981) sebagai tokoh Muhammadiyah hampir sama pendapatnya dengan H. A. Malik Ahmad, ia mengatakan bahwa Tuhan dalam mengatur alam yang maha luas ini menciptakan berbagai peraturan ataupun undang-undang yang dikenal dengan Sunnah Allah. Kodrat dan iradat Allah sebagai gambaran kekuasaan mutlak-Nya, terwujud melalui sunnah Allah tersebut. Manusia dengan akal yang diberikan kepadanya, diberi kebebasan untuk memilih sunnah Allah yang dikehendakinya, akan tetapi kebebasan itu tidak bersifat mutlak, melainkan kebebasan yang berada dalam lingkup sunnah Allah

(14)

tersebut.20 Dalil yang menjadi landasan berpikir Hamka adalah berdasarkan

Artinya: “Sesungguhnya kami telah memberikan kepadanya jalan. Kadang-kadang dia bersyukur dan Kadang-kadang-Kadang-kadang dia kafir”, (Qs. al –Darh (76) ayat 3).

AR. Sutan Mansur Pimpinan Pusat Muhammadiyah tahun (1952-1959), sebagaimana yang dikatakan oleh Abdul Aziz Dahlan berpandagan bahwa manusia tidak seperti debu, kapas, wayang atau robot.21Artinya manusia memiliki kebebasan untuk berbuat dan berkehendak.

Dari pendapat-pendapat tokoh Muhammadiyah di atas terlihat bahwa ditubuh Muhammadiyah sendiri terdapat cara pandang yang berbeda tentang perbuatan manusia. Dalam Himpunan Putusan Majelis Tarjih22 Muhammadiyah dinyatakan bahwa perbuatan manusia ditilik dari segi kuasanya dinamakan hasil usaha sendiri, tetapi jika ditilik dari segi kekuasaan Allah, perbuatan manusia itu adalah ciptaan Allah. Manusia hanya dapat mengolah bagian yang Allah karuniakan padanya berupa rizki dan lain-lain.23 Dari penjelasan di atas tidak dijelaskan apakah daya untuk melakukan perbuatan diciptakan Tuhan atau tidak, kemudian kehendak untuk melakukan perbuatan itu merupakan kehendak manusia

20Syakirman M. Noor ,op. cit.,h. 56

21Abdul Aziz Dahan,Takdir dalam kajian Muhammadiyah: Buya Hamka, Buya A. Malik

Ahmad, Buya AR. Sutan Mansur, Teuku M. Hasbi ash-Shidieqy, (Padang: IAIN IB Press, 2001), h. 50

22Tarjih atau bertarjih adalah memilih pendapat yg dalilnya paling kuat di antara yg telah

ada.

23 Pimpinan Pusat Muhammadiyah,Himpunan Putusan Majelis Tarjih Muhammadiyah,

(15)

atau kehendak dari Tuhan itu sendiri serta apakah manusia bebas dalam perbuatannya.

Selain itu, Tuhan menciptakan segala wujud, namun dalam konteks perbuatan manusia keadilan dan kebijaksanaan Tuhan mengharuskan manusia mempunyai kemampuan atau daya untuk berbuat (ikhtiar) agar perbuatan yang dibebankan kepadanya dapat dilaksanakan dengan baik. Dengan demikian, dalam perbuatan manusia terdapat dua daya yang berbeda dalam satu perbuatan, pertama adalah qudrah (daya mencipta) merupakan peran dari Tuhan dan kedua adalah ikhtiar(daya menggunakan) adalah peran dari manusia.

Manusia mempunyai kemampuan menggunakan daya (ikhtiar), namun masyi’ah-nya berasal dari Tuhan yang secara implisit memberikan kandungan

makna dalam kehidupan sehari-hari dan manusia dituntut untuk merealisasikan masyi’ah yang diberikan Tuhan dalam kehidupannya yaitu dengan cara berbuat dan bekerja sehingga menjadi cerminan realisasi dari kehendak Tuhan. Jika dikaitkan dengan semangat bekerja, maka perbuatan manusia menurut pemikiran Muhammadiyah akan menjadi suatu fenomena yang unik, maka akan terlihat kecenderungannya kearah paham Muktazilah,Asy’ariyah, Maturidiah Samarkand

ataukah Maturidiah Bukhara.

(16)

yang tinggi sebagai suatu organisasi atau hanya sebagai bias dari tokoh-tokoh Muhammadiyah secara perorangan.

Etos kerja adalah pandangan dan sikap suatu bangsa atau suatu umat terhadap kerja.24 Jika pandangan dan sikap itu melihat kerja sebagai suatu hal yang luhur untuk eksistensi manusia, maka etos kerja itu akan tinggi. Sebaliknya, jika melihat kerja sebagai suatu hal tak berarti untuk kehidupan manusia apalagi tidak ada pandangan dan sikap terhadap kerja, maka dengan sendirinya etos kerja itu akan rendah. Oleh sebab itu, untuk menimbulkan pandangan dan sikap untuk menghargai kerja sebagai sesuatu yang luhur, maka diperlukan dorongan atau motivasi.

Menurut hemat penulis, dari penjelasan diatas pemikiran Muhammadiyah tentang perbuatan manusia dan kaitannya dengan etos kerja memiliki masalah tersendiri yang harus dicarikan jawaban dan penjelasannya, terutama sekali keterkaitannya dengan etos kerja. Oleh karena itu, penulis ingin menuangkannya

kedalam skripsi yang berjudul “Perbuatan Manusia menurut Pemikiran Muhammadiyah dan kaitannya dengan Etos Kerja”.

B. Rumusan dan Batasan Masalah

Berdasarkan landasan pemikiran yang melatarbelakangi masalah di atas, maka masalah pokok dalam penulisan skripsi ini adalah bagaimana perbuatan manusia menurut pemikiran Muhammadiyah dan kaitannya dengan etos kerja?

Agar lebih terarahnya penulisan ini, maka fokus batasan masalah yang hendak penulis cari adalah:

(17)

a. Bagaimana perbuatan manusia menurut pemikiran Muhammadiyah? b. Bagaimana hubungan perbuatan manusia dengan etos kerja menurut

pemikiran Muhammadiyah?

c. Bagaimana aplikasi etos kerja dalam perbuatan manusia menurut pemikiran Muhammadiyah?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penulisan skripsi ini bertujuan untuk:

a. Mengetahui dan menjelaskan tentang perbuatan manusia menurut pemikiran Muhammadiyah.

b. Mengetahui dan menjelaskan tentang hubungan perbuatan manusia dengan etos kerja menurut pemikiran Muhammadiyah.

c. Mengetahui dan menjelaskan tentang aplikasi etos kerja dalam perbuatan manusia menurut pemikiran Muhammadiyah.

Manfaat dari penulisan skripsi ini adalah:

a. Sebagai salah satu persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Theologi Islam (S. Th. I) pada Fakultas Ushuluddin jurusan Akidah Filsafat Institut Agama Islam Negeri Imam Bonjol Padang.

b. Sebagai referensi tambahan untuk memperkaya khazanah ilmu pengetahuan terutama dalam kajian teologi Islam.

(18)

D. Penjelasan Judul

Perbuatan Manusia : Bahasa Arabnya adalah (د ﺎ ﺑ ﻌ ﻟ ا ل ﺎ ﻌ ﻓ ا ) dalam kajian teologi Islam adalah sesuatu yang terjadi melalui daya yaitu daya dan kehendak dalam berbuat siapa yang melakukan perbuatan, apakah daya dan kehendak manusia atau daya dan kehendak Tuhan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia perbuatan manusia adalah sesuatu yang diperbuat yang (dilakukan) oleh manusia atau tindakan.25 Maksudnya manusia dalam menjalankan suatu perbuatan yaitu sesuatu yang diperbuat atau yang dilaksanakan oleh manusia.

Pemikiran : Pemikiran diambil dari asal kata “pikir” yang berarti “akal budi” atau “pendapat”, mendapat tambahan pe dan akhiran anmenjadi “pemikiran”, yang berarti hasil dari proses atau

cara penggunaan pikiran dalam mencapai atau menyelesaikan suatu masalah.26 Dalam bahasa Inggris

disebut dengan “thought” artinya gagasan, pemikiran dan ide.27 yang dimaksud dari kata ini adalah untuk menganalisis ide, gagasan dari pemikiran Muhammadiyah tentang perbuatan manusia dan etos kerja.

25 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Balai Pustaka, 1990), h. 129

26 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), h. 683

27 John M. Echol dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta : Gramedia

(19)

Muhammadiyah : Berasal dari kata د ﻣ ﺣ ﻣ (Muhammad) yaitu Nabi terakhir yang di utus Allah. Kata tersebut memiliki tambahan ﺔﯾ yang berarti pengikut.28 Didirikan pada 18 November 1912/ 8 Zulhijjah 1330 H di Yogyakarta oleh K. H. Ahmad Dahlan (1868-1923).29 Maksudnya Muhammadiyah adalah nama dari suatu organisasi Islam di Indonesia.

Etos kerja : Etos kerja terdiri dari dua kata yaitu etos dan kerja. Kata

etos berasal dari bahasa Yunani yaitu “ethos” yang bermakna nilai, sifat atau pandangan hidup seseorang atau suatu kelompok atau komunitas. Sedangkan kerja berarti kegiatan melakukan sesuatu; yg dilakukan (diperbuat), sesuatu yg dilakukan untuk mencari nafkah; mata pencaharian.30 Etos kerja adalah semangat kerja yang menjadi ciri khusus dan keyakinan seseorang atau kelompok masyarakat tertentu. Jadi etos kerja yang penulis maksud adalah semangat yang dimiliki oleh masyarakat untuk melakukan pekerjaannya demi memenuhi kelangsungan hidupnya.

Jadi yang penulis maksud dengan judul penelitian di atas adalah penulis mencoba menyelidiki dan menjelaskan tentang perbuatan manusia menurut Muhammadiyah dan kaitannya dengan etos kerja.

28Harun Nasution,Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 1992), h. 675 29Syahrin Harahap, dkk,op. cit.,h. 400

(20)

E. Metode Pembahasan

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode pembahasan adalah kepustakaan (library research), yaitu mencari data-data atau bahan melalui kepustakaan seperti buku, majalah dan sumber kepustakaan lainnya.

Dalam hal ini yang menjadi sumber primer adalah buku karangan yang berkaitan dengan Muhammadiyah, seperti: Pimpinan Pusat Muhammadiyah: Himpunan Putusan Majelis Tarjih Muhammadiyah, sedangkan sumber sekunder seperti: Syakirman M. Noor: Pemikiran Pembaharuan Muhammadiyah: Refleksi Konseptual Aspek Teologi, Syariah dan Akhlak, Suyoto: Muhammadiyah: Sejarah, Pemikiran dan Amal Usaha, Majelis Diktilitbang dan LPI PP: 1 Abad Muhammadiyah: Gagasan Pembaharuan Sosial Keagamaan, MT Arifin: Gagasan Pembaharuan Muhammadiyah, Din Syamsuddin: Muhammadiyah Kini dan Esok. Dan masih banyak lagi buku-buku lain yang berkaitan dengan Muhammadiyah dan etos kerja sebagai pengantar dan pelengkap dalam pembahasan skripsi ini.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif, yaitu pencarian fakta dengan interprestasi yang tepat dan sistematis.31 Dalam menganalisis data penulis menggunakan metode analisis yang terdiri dari redaksi data, klasifikasi data, display data, dan memberikan penafsiran serta interpretasi dan mengambil kesimpulan.32

31Kaelan,Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat, (Yogyakarta: Paradigma, 2005),

h. 58

(21)

Adapun langkah-langkah yang ditempuh untuk menuju kesimpulan sebagai berikut:

1. Mengumpulkan bahan-bahan yang sesuai dengan tema.

2. Menyusun secara sistematis berdasarkan kerangka yang telah disusun. 3. Menguraikan dan menjelaskan serta analisa dengan menggunakan

berpikir induktif, yaitu suatu cara atau jalan yang dicapai untuk mendapatkan ilmu pengetahuan ilmiah dengan bertitik tolak dari atas pengamatan atas hal-hal atau masalah yang bersifat khusus, kemudian menarik kesimpulan yang bersifat umum.33 Di samping itu penulis juga memakai metode deduktif, yaitu suatu cara atau jalan yang dipakai untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah dengan bertitik tolak dari pengamatan atas hal-hal atau masalah yang bersifat umum, kemudian menarik kesimpulan yang bersifat khusus.34

Pada penulisan skripsi ini penulis merujuk pada buku Pedoman Penulisan Skripsi IAIN Imam Bonjol Padang Tahun 2007. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dan menggunakan ejaan yang berpedoman pada EYD, menggunakan kertas HVS 70 gram, warna putih ukuran A4, pada spasi pengetikan dua spasi, naskah yang diketik menggunakan jenis huruf Times New Roman dengan ukuran 12 pada komputer,35dan lain-lain.

33Sudarto,Metodologi Penelitian Filsafat, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002) h.

57

34Ibid., 58

35 Makmur Syarif, dkk, Pedoman Penulisan Skripsi IAIN Imam Bonjol Padang tahun

(22)

F. Sistematika Penulisan

Agar lebih mudah memahami penelitian ini, maka penulis membuat sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab I : Menguraikan hal-hal sebagai pendahuluan dalam penulisan skripsi ini, yang terdiri atas latar belakang masalah, rumusan dan batasan masalah, penjelasan judul, tujuan dan manfaat penelitian, metode serta sistematika penulisan.

Bab II : Membahas Muhammadiyah yang berisikan latar belakang berdirinya Muhammadiyah, tujuan dan ruang lingkup pemikiran Muhammadiyah serta perkembangan Muhammadiyah.

Bab III : Etos kerja dan perbuatan manusia yang berisikan pengertian etos kerja dan perbuatan manusia, korelasi etos kerja dengan perbuatan manusia, ciri-ciri etos kerja dalam Islam, pengaruh etos kerja terhadap diri manusia.

Bab IV : Berisi tentang perbuatan manusia menurut pemikiran Muhammadiyah dan kaitannya dengan etos kerja yang berkenaan dengan perbuatan manusia menurut Muhammadiyah, hubungan perbuatan manusia dengan etos kerja menurut Muhammadiyah, aplikasi etos kerja dengan perbuatan manusia menurut Muhammadiyah.

(23)

BAB II

MUHAMMADIYAH A. Latar Belakang Berdirinya Muhammadiyah

Lahirnya pemikiran modern di awal abad ke-20 tidak dapat dilepaskan dari situasi sosial, politik dan keagamaan yang umumnya dihadapi umat Islam saat itu. Pemikiran-pemikiran yang dicertuskan mencoba untuk menjawab tantangan yang dihadapi sesuai dengan kemampuan para tokoh dan pemikir membaca dan memahami situasi yang ada. Pemikiran Muhammadiyah pun kelihatannya lahir dari tuntutan situasi dan Kiai Haji Ahmad Dahlan adalah tokoh pertama yang mencoba untuk memenuhi tuntutan tersebut dengan meletakkan dasar-dasar pemikiran Muhammadiyah. Dengan demikian mengkaji latar belakang pemikiran Muhammadiyah akan melibatkan tokoh tersebut, terutama tentang sosok pribadinya dengan organisasi Muhammadiyah yang didirikannya.1

Latar belakang pembaharuan di Indonesia juga tidak dapat dipisahkan dari pengaruh ide dan gerakan dari Timur Tengah, ia merupakan faktor luar yang ikut mempengaruhi terjadinya modernisasi karena gerakan reformis Islam di Indonesia sebagian terpengaruh oleh perkembangan dan ide dari luar, terutama Timur Tengah , yaitu Mekkah dan Kaherah yang menjadi pusat dari pendidikan Islam.2 Memang ada benarnya apa yang telah dikatakan oleh para intelektual Indonesia bahwa awal abad ke 20 merupakan pembaharuan di berbagai bidang dan berbagai lapisan masyarakat, di awal abad ini bermunculan organisasi-organisasi yang berlandaskan Islam, menegakkan syariat yang berpondasikan al-Quran dan hadist,

1Arbiyah lubis, Pemikiran Muhammadiyah dan Muhammad Abduh: Suatu Studi

Perbandingan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993) , h. 13

2Sarwan,Sejarah dan Perjuangan Buya Hamka: di atas Api di bawah Api, (Padang: The

Minangkabau Foundation, tt), h. 27

(24)

seperti organisasi Jami’atul Khair yang berdiri tahun 1905 di Jakarta, organisasi ini didominasi oleh orang-orang Arab yang berasal dari garis keturunan ahlul-bait. Ahmad Dahlan menjadi anggota organisasi ini dengan nomor anggota 770.3 Pada tanggal 20 Mei 1908, Dr. Sutomo, seorang dokter di Yogyakarta juga mendirikan perkumpulan yang bernama Boedi Oetomo. Organisasi ini bergerak dibidang sosial, pendidikan dan kebudayaan.4 Selain itu juga didirikan Sarikat Islam oleh H. O. S. Cokroaminoto tahun 1911 di Solo. Selanjutnya lahir juga organisasi al-Irsyad yang didirikan oleh syekh Ahmad Surkati seorang berkebangsaan Sudan yang pada awalnya datang ke Indonesia tahun 1911atas

undangan dari Jami’atul Khair, namun selama dua tahun mengajar sebagai guru di

organisasi ini, maka Ahmad Surkati memisahkan karena adanya perselisihan tentang kafa’ah yaitu sah atau tidaknya perkawinan antara golongan orang arab keturunan sayyid dengan golongan non sayyid. Maka pada tahun 1914 didirikanlah al-Irsyad oleh syekh Ahmad Surkati sebagai reaksi dari

pertentangannya dengan Jami’atul Khair agar tidak adanya diskiminasi antara golongan Arab keturunan sayyid dengan golongan non sayyid.

Berbicara tentang Muhammadiyah tak dapat dilepaskan dari pendirinya yaitu K. H. Ahmad Dahlan. Diwaktu kecil namanya adalah Muhammad Darwis, ia dilahirkan pada tahun 1868 di kampung Kauman Yogyakarta. Ia merupakan anak ke empat, ayahnya bernama kyai haji Abu Bakar yang menjabat sebagai khatib mesjid Agung besar Yogyakarta dan ibunya bernama Siti Aminah. Jika

3 Sirajuddin Zar, Muhammadiyah di Indonesia 1959-1966: Perkembangan Pemikiran

Keagamaan serta Perannya dalam Gerakan Sosial dan Politiknya, (Padang: IAIN IB-Press, 2000), h. 17

(25)

ditelusuri silsilahnya, diketahui bahwa ia merupakan keturunan ke-12 dari Maulana Malik Ibrahim.5

Secara umum faktor pendorong kelahiran Muhammadiyah bermula dari beberapa kegelisahan dan keprihatinan sosial religius dan moral. Kegelisahan sosial ini terjadi disebabkan oleh suasana kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan umat. Kegelisahan religius muncul karena melihat praktik keagamaan yang mekanistik tanpa terlihat kaitannya dengan perilku sosial dan

positif disamping sarat dengan takhayyul, bid’ah dan khurafat. Kegelisahan moral

disebakan oleh kaburnya batas antara baik dan buruk, pantas dan tidak pantas.6 Kelahiran Muhammadiyah juga didorong oleh munculnya kesadaran yang mendalam tentang tanggung jawab sosial yang waktu itu terabaikan. Dalam artian bahwa doktrin sosial Islam tidak diterapkan secara sempurna dengan realitas kehidupan umat.

Jika di ukur dari semangat yang dikobarkan oleh Ahmad Dahlan ketika itu yang menjadi garda terdepan sebagai revolusioner ulung. Ketika orang-orang sibuk menyuarakan pentingnya ziarah kubur, Dahlan malah memberikan fatwa pada tahun 1916 tentang haramnya perbuatan itu. Fatwa ini sangat menggemparkan masyarakat dan para ulama. Ia dituduh sebagai Muktazilah, Inkar Sunnah, Wahabi dan lainnya.7

Muhammadiyah gerakan Islam yang mendasarkan gerakannya kepada pokok ajaran Islam yaitu al-Quran dan Hadis. Gerakan ini dikenal sebagai gerakan

5 Syakirman M Noor, Pemikiran Pembaharuan Muhamadiyah: Refleksi Konseptual

Aspek Teologi, Syariah dan Akhlak, (Padang: Baitul Hikmah Press, 2001), h. 26

6 Yunan Yusuf, dkk, Ensiklopedi Muhammadiyah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2005), h. 251

(26)

non mazhab tapi bukan berarti anti mazhab oleh karena itu maka Muhammadiyah mendirikan majelis Tarjih yang berfungsi untuk menimbang dan memilih dari segala masalah yang masuk dalam kalangan Muhammadiyah mana yang dianggap kuat dan berdalil benar dari al-Quran dan Hadis.

Kemunculan Muhammadiyah dilatar belakangi setidaknya oleh tiga hal: Pertama, pengaruh gagasan pembaharuan Islam di Timur Tengah.Kedua,respons terhadap pertentangan paham keagamaan yang telah berlangsung lama dalam masyarakat muslim di Jawa. Ketiga, respons terhadap kegiatan kristenisasi yang didukung oleh pemerintah kolonial Belanda.8 Selain itu faktor yang melatarbelakangi munculnya gerakan pembaharuan Muhamadiyah lainnya adalah:

a. Faktor Subyektif

Faktor subyektif yang sangat kuat, bahkan dikatakan sebagai faktor utama dan faktor penentu yang mendorong berdirinya Muhammadiyah adalah hasil pendalaman KH. Ahmad Dahlan terhadap al-Quran dalam menelaah, membahas, meneliti dan mengkaji kandungan isinya. Sikap KH. Ahmad Dahlan seperti ini sesungguhnya dalam rangka melaksanakan firman Allah SWT sebagaimana yang tersimpul dalam surat an-Nisa ayat 82 dan surat Muhammad ayat 24, yaitu melakukan taddabur atau memperhatikan dan mencermati dengan penuh ketelitian terhadap apa yang tersirat dalam ayat. Sikap seperti ini pulalah yang dilakukan KH. Ahmad Dahlan ketika menatap surat Ali Imran ayat 104 yang berbunyi:

(27)

Artinya: Dan hendaklah ada diantara kamu sekalian segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah yang mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung. Memahami seruan di atas, KH. Ahmad Dahlan tergerak hatinya untuk membangun sebuah perkumpulan, organisasi atau persyarikatan yang teratur dan rapi, yang tugasnya berkhidmad untuk melaksanakan misi dakwah Amar Makruf Nahi Mungkar ditengah masyarakat kita. ada beberapa faktor lahirnya gerakan Muhammadiyah menurut para tokoh, menurut Hamka ada tiga faktor yang mendorong lahirnya gerakan Muhammadiyah: Pertama, keterbelakangan serta kebodohan umat Islam Indonesia di hampir semua aspek kehidupan. Kedua, kemiskinan yang sangat parah yang di derita umat Islam justru dalam suatu negeri yang kaya seperti Indonesia. Ketiga, keadaan pendidikan Islam yang sudah sangat kuno, sebagaimana yang bisa dilihat melalui pesantren.9

Mukti Ali menyatakan ada lima faktor yang menyebabkan lahirnya Muhammadiyah: Pertama, adanya pengaruh kebudayaan India terhadap Indonesia. Kedua, adanya pengaruh Arab terhadap Indonesia, terutama sejak di bukanya terusan Suez. Ketiga, pengaruh Muhammad Abduh dan golongan

(28)

Salafiyah. Keempat, adanya penetrasi dari bangsa-bangsa Eropa. Kelima, adanya kegiatan misi Katolik dan Protestan.10

Sedangkan Solichin Salam, seorang yang banyak menulis tentang Muhammadiyah, ia menyebutkan ada faktor intern dan faktor ektern yang mendorong lahirnya gerakan Muhammadiyah. Faktor-faktor intern itu adalah: Pertama, kehidupan beragama tidak sesuai dengan al-Quran dan Hadis, karena

merajalelanya perbuatan syirik, bid’ah dan khurafat yang menyebabkan Islam

menjadi beku. Kedua, keadaan bangsa Indonesia serta umat Islam yang hidup dalam kemiskinan kebodohan, kekolotan dan kemunduran. Ketiga, tidak terwujudnya semangat ukhuwah islamiyah dan tidak adanya organisasi yang kuat. Keempat, lembaga pendidikan Islam tak dapat memenuhi fungsinya dengan baik dan sistem pesantren yang sudah sangat kuno. Faktor-faktor eksternnya yaitu: pertama, adanya kolonialisme Belanda di Indonesia. Kedua, kegiatan serta kemajuan yang dicapai oleh golongan Kristen dan Katolik di Indonesia. Ketiga, sikap sebagian kaum intelektual Indonesia yang memandang Islam sebagai agama yang telah ketinggalan zaman. Keempat, adanya rencana politik kristenisasi dari pemerintah Belanda demi kepentingan politik kolonialnya.11

Organisasi Muhammadiyah ini didirikan pada tanggal 12 November 1912 Masehi bertepatan pada 18 Dzulhijjah tahun 1330 Hijriah di Yogyakarta dengan pengurus besar:

10Mukti Ali,Interpretasi Amalan Muhammadiyah, (Jakarta: Harapan Melati, 1985). lihat

Weinata Sairin,Gerakan Pembaharuan Muhammadiyah, (Jakarta: Sinar Harapan, 1995), h. 24

11 Solichin Salam, Muhammadiyah dan Kebangunan Islam di Indonesia, (Jakarta: NV

(29)

1. kyai haji Ahmad Dahlan 2. haji Abdullah Siraj (penghulu) 3. haji Ahmad (Raden Ketib Tjendana) 4. haji Abdullah Rahman

5. raden haji Syarkawi

6. haji Muhammad (mas Kebayan) 7. raden haji Jaelani

8. haji akis (anis)

9. haji Muhammad Pakih (mas carik)

Dari segi kepengurusan Muhammadiyah diatas terlihat bahwa permulaannya tampak digerakkan oleh abdi dalem santri. Menurut Mitsuo Nakamura bahwa Muhammadiyah adalah gerakanabdi dalem keraton santri yang mendapat dukungan kelas menengah kota.12

Jadi dapat disimpulkan bahwa latar belakang lahirnya Muhammadiyah karena masyarakat Indonesia ketika itu terjangkit virus yang sangat mewabah

dalam masyarakat, yaitu takhayul, bid’ah dan khurafat. KH. Ahmad Dahlan hadir

membawa pencerahan ditengah-tengah gemerlapnya taklikisme dimasyarakat sebagai bentuk dari keprihatinannya agar ajaran Islam di Indonesia menjadi murni kembali.

B. Tujuan Muhammadiyah

Berdirinya Muhammadiyah pada tanggal 18 November 1912 yang dicetuskan oleh K. H. Ahmad Dahlan merupakan gerakan tajdid, sebagaimana

12 MT Arifin, Gagasan Pembaharuan Muhammadiyah, (Jakarta: Dunia Pustaka Jaya,

(30)

yang di pelopori oleh Ibnu Taimiyah, Muhammad Ibn Abdul Wahab, Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Abduh dan lain-lain.

Secara umum tujuan berdirinya Muhammadiyah antara lain sebagai berikut: 1. Mengembalikan dasar kepercayaan umat kepada tuntutan al-Quran dan

hadist, bersih bid’ah, khurafat dan syirik.

2. Menafsirkan ajaran Islam secara modern

3. Memperbaharui sistem pendidikan Islam secara modern sesuai dengan kehendak dan kemajuan zaman.

4. Membebaskan manusia dari ikatan-ikatan tradisionalisme, konservatisme, taklikisme dan formalisme yang membelenggu hidup dan kehidupan masyarakat Islam.13

Dalam Ensiklopedi Muhammadiyah disebutkan bahwa rumusan tujuan Muhammadiyah dari sejak awal berdiri hingga sekarang sudah berubah sebanyak tujuh kali yang disebabkan oleh perubahan ruang lingkup gerakan, pertimbangan-pertimbangan politik, perubahan situasi dan kondisi, serta alasan-alasan lainnya. Walaupun demikian dapat diambil benang merah dari perubahan tujuan tersebut adalah baldatun thayyibatun wa robbun ghafuur (terciptannya satu negeri yang aman dan makmur yang senantiasa mendapat naungan dan ampunan dari Allah swt) seperti yang dicita-citakan oleh Muhammadiyah yang diputuskan dalam muktamar ke-34 tahun 1959 maksud dan tujuan Muhammadiyah adalah mendapatkan dan mewujudkan: surga jannatun na’im dengan keridhaan Allah yang Rahman dan Rahim, masyarakat yang sejahtera, aman dan damai, makmur

13 Lukman Harun, Muhammadiyah dan Undang-Undang Pendidikan, (Jakarta: Pustaka

(31)

dan bahagia disertai nikmat Allah yang melimpah-limpah sehingga merupakan suatu negara yang indah, bersih, suci, dan makmur dibawah perlindungan Tuhan yang Maha Pengampun.14

Secara lengkap perubahan-perubahan rumusan tujuan Muhammadiyah dari sejak berdiri hingga sekarang adalah sebagai berikut:

1. Pada waktu berdiri di Yogyakarta tahun 1912 atau pada masa KH. Ahmad Dahlan maksud dan tujuan Muhammadiyah adalah hanya untuk menjangkau kepentingan di daerah kerasidenan Yogyakarta saja sehingga rumusan maksud dan tujuan Muhammadiyah waktu itu masih sangat sederhana. Pertama, menyebarkan pengajaran kanjeng Nabi Muhammad saw kepada penduduk bumi putera di dalam residensi Yogyakarta dan kedua memajukan hal agama kepada anggota-anggotanya.15 Rumusan tujuan Muhammadiyah seperti itu dikarenakan pemerintah Hindia Belanda manaruh curiga tehadap organisasi Muhammadiyah ini sehingga permintaan pengurus kepada gubernur jenderal agar mendapat badan hukum dengan surat tanggal 20 Desember 1912 baru dapat dikabulkan tahun 1914 yaitu dengan diterbitkannya surat ketetapan pemerintah nomor 81 tanggal 14 Agustus 1914, hal itu lah yang menyebabkan pergerakan Muhammadiyah hanya bergerak di sekitar Yogyakarta saja.16

2. Pada tahun 1914, setelah melihat sambutan umat Islam terhadap kehadiran organisasi Muhammadiyah diluar Yogyakarta cukup baik, maka

14Yunan Yusuf, dkk,op.cit, h. 385 15Ibid, h. 385

16 Weinata Sairin, Gerakan Pembaharuan Muhammadiyah, (Jakarta: Sinar Harapan,

(32)

diadakanlah perubahan terhadap rumusan dan maksud tujuan. Rumusan tersebut berlaku sampai masa pendudukan Jepang (1914-1942) yaitu, Pertama, memajukan dan menggembirakan pengajaran dan pelajaran agama Islam di Hindia Nederland. Kedua, memajukan dan menggembirakan kehidupan (cara hidup) sepanjang kemajuan agama Islam kepada lid-lidnya.17

3. Ketika Jepang menduduki Indonesia, dimana segala bentuk pergerakan di awasi tentara Jepang secara ketat dan berbagai bentuk tekanan dilancarkan oleh penjajah dalam rangka supaya gagasan Asia Timur Raya di bawah Dai Nippon didukung oleh masyarakat untuk kepentingan kemaslahatan umat dan organisasi Muhammadiyah terpaksa mengubah maksud dan

tujuan organisasinya menjadi “sesuai dengan kepercayaan untuk

mendirikan kemakmuran bersama seluruh Asia Timur Raya dibawah pimpinan Dai Nippon dan memang diperintahkan oleh Tuhan, maka perkumpulan ini: pertama, hendak menyiarkan agama Islam dan melatihkan yang selaras dengan tuntunannya. Kedua, hendak melakukan kebaikan umum. Ketiga, hendak memajukan pengetahuan dan kepandaian serta budi pekerti yang baik kepada anggota-anggotanya. Kesemuanya itu

ditujukan untuk berjasa mendidik masyarakat ramai.”18

4. Setelah Indonesia merdeka, dalam muktamar19 Muhammadiyah yang ke-31 tahun 1950 di Yogyakarta, diadakanlah perubahn terhadap rumusan

17MT Arifin,op.cit, h. 119

18Yunan Yusuf, dkk,op.cit, h. 385

19 Istilah muktamar berasal dari bahasa Arab yaitu i’tamara-ya’tamiru-mu’tamarun.

(33)

maksud dan tujuan Muhammadiyah. Rumusan baru ini berbunyi:

“menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga dapat

mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.”20

5. Pada muktamar yang ke-34 tahun 1959 yang berlangsung di Jakarta diadakan lagi peninjauan ulang terhadap rumusan maksud dan tujuan yang

sudah ada. Hasilnya terjadi perubahan kata tertentu, yaitu pada kata “dapat

mewujudkan” di ubah menjadi “terwujud”sehingga rumusan maksud dan

tujuan Muhammadiyah menjadi “menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam, sehingga terwujud masyarakat yang sebenar-benarnya.”21

6. Di zaman orde baru, sehubungan dengan adanya undang-undang tentang organisasi kemasyarakatan no. 8 tahun 1985, dimana seluruh organisasi kemasyarakatan harus berasaskan pancasila, maka maksud dan tujuan Muhammadiyah dalam muktamar ke-41 di Surakarta tahun 1985 kembali mengalami perubahan. Perubahan tersebut terletak pada kata-kata masyarakat yang sebenar-benarnya diubah menjadi masyarakat utama, adil dan makmur yang di ridhai Allah swt Sehingga rumusan dan maksud

tujuan Muhammadiyah menjadi: “menegakkan dan menjunjung tinggi

agama Islam sehingga terwujud masyarakat utama adil dan makmur yang

di ridhai Allah swt.”22

suatu perbuatan atau aktivitas) ini berarti tempat atau berlangsungnya atau diadakannya permusyawaratan atau perembugan. Dalam al-Munjid, muktamar diartikan sebagai tempat berkumpulnya suatu kaum untuk menilik dan memusyawarahkan persoalan-persoalan mereka yang penting.Ibid, h. 260

20Ibid, h. 385

21Abdul Munir Mulkhan,Pemikiran KH. Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah, (Jakarta:

Bumi Aksara, 1990), h. 99

(34)

7. Ketika rezim orde baru jatuh tahun 1998 dan muncul orde reformasi, maka dalam muktamar ke-44 di Jakarta tahun 2000 rumusan maksud dan tujuan Muhamadiayah kembali di tinjau ulang. Keputusan muktamar menetapkan bahwa rumusan maksud dan tujuan Muhammadiyah dikembalikan seperti rumusan muktamar ke-34 di Jakarta tahun 1959, yaitu “menegakkan dan

menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.”23

Menurut Deliar Noer, tujuan dari organsiasi Muhammadiyah ini adalah

“menyebarkan pengajaran kanjeng nabi Muhammad saw kepada penduduk bumi

putera” dan memajukan hal agama Islam kepada anggota-anggotanya”. Untuk

mencapai itu semua maka didirikanlah lembaga-lembaga pendidikan, mengadakan rapat-rapat dan tabligh dimana dibicarakan masalah-masalah Islam, mendirikan wakaf dan mesjid-mesjid serta menerbitkan buku-buku, brosur-brosur, surat-surat kabar dan majalah-majalah.24

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pemikiran Muhammadiyah adalah tersusunnya suatu tata cara kehidupan masyarakat sebagai penegakan Islam dalam kehidupan sosial, maksud penegakan tersebut adalah pengkajian, pemahaman, penghayatan, pengamalan serta dakwah Islam amar makruf nahi munkar. Maka apabila penegakan itu dilakukan akan terwujudlah suatu sistem tata kehidupan yang diridhai Allah.

23Yunan yusuf, dkk,op.cit, h. 385-386

24Deliar Noer,Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942,(Jakarta: Pustaka LP3ES,

(35)

C. Perkembangan Muhammadiyah 1. Amal Usaha Muhammadiyah

Ada dua bentuk amal usaha Muhammadiyah, yaitu sosial kemasyarakatan dan pendidikan. Di bidang sosial kemasyarakatan Muhammadiyah terinspirasi dari

surat al Ma’un ayat 1-7. Di bidang ini Muhammadiyah mendirikan majelis Pembina Kesejahteraan Umat (PKU) pada tahun 1918. Muhammadiyah mendirikan rumah miskin pertama kali pada tanggal 13 Januari 1923 di Yogyakarta. Amal usaha muhammadiyah lainnya dibentuk bagian Penolong Haji Indonesia pada tahun 1921.

Sesuai dengan hasil konferensi Muhammadiyah tingkat nasional di Pekajangan, Pekalonga pada tanggal 21-25 Juli 1955, memutuskan bahwa tujuan pendidikan Muhammadiyah membentuk muslim, berakhlak mulia, cakap, percaya pada diri sendiri dan berguna bagi masyarakat. Jadi tujuan yang hendak dicapai dari lulusan pendidikan Muhammadiyah adalah, memiliki akidah yang lurus, akhlaq al-Karimah, akal yang sehat dan cerdas, keterampilan, dan dapat mengabdi kepada masyarakat.25

Menurut catatan balai penelitian aliran kerohanian atau keagamaan, sampai pada tahun 1980 Muhammadiyah telah berhasil mendirikan 578 sekolah dasar, 500 sekolah tingkat menengah pertama, 264 sekolah menengah tingkat atas, 43 perguruang tinggi, 9 rumah sakit, 150 balai pengobatan 83 rumah sakit bersalin, 168 BKIA, 252 masjid, 131 mushala serta panti-panti asuhan.26Dari data tersebut terlihat bahwa kemapanan amal usaha Muhammadiyah dalam kehidupan

(36)

masyarakat menunjukkan organisasi ini mempunyai pengaruh yang cukup signifikan dalam kehidupan sosial Indonesia.

Sejak awal kemunculannya, usaha-usaha Muhammadiyah yang sangat menonjol adalah dibidang dakwah yang diperuntukan untuk kepentingan masyarakat banyak berupa kegiatan pendidikan, sosial, kesehatan dan ekonomi. Amal usaha Muhammadiyah dari tahun ke tahun semakin bertambah dan mengalami peningkatan yang begitu pesat. Jumlah amal usaha Muhammadiyah, berdasarkan data yang terhimpun di sekretariat kantor pimpinan pusat Muhammadiyah pada tahun 2004 adalah sebagai berikut:

1. Bidang Pendidikan

Terdiri atas, taman kanak-kanak (3. 370), sekolah dasar (1. 134), madrasah tsanawiyah (535), madrasah aliyah (172), sekolah menengah pertama (1. 181), sekolah menengah atas (512), sekolah menengah kejuruan (250), pondok

pesantren (57), mu’allimin/mu’allimat (25), sekolah luar biasa (71), universitas

(36), sekolah tinggi (66), akademi (61), politeknik (3). 2. Bidang Sosial

Panti asuhan (338), panti jompo (54), asuhan keluarga (54), serta rehabilitas cacat sebanyak 82 buah.

3. Bidang Ekonomi

(37)

4. Bidang Kesehatan

Amal usahanya terdiri atas, rumah sakit umum (43), rumah sakit bersalin (31), balai pengobatan ibu dan anak (110) serta poliklinik sebanyak 205 buah.27

Selanjutnya, pada tahun 2013 amal usaha Muhammadiyah semakin bertambah. TK/TPQ (4.623), Sekolah Dasar (SD)/MI(2.604), Sekolah Menengah Pertama (SMP)/MTs (1.772), Sekolah Menengah Atas (SMA)/SMK/MA (1.143), Pondok Pesantren (67), Perguruan Tinggi (172), Rumah Sakit, Rumah Bersalin, BKIA, BP, dll (457), Panti Asuhan, Santunan, Asuhan Keluarga, dll. (318), Panti jompo (54), Rehabilitasi Cacat (82), Sekolah Luar Biasa (SLB) (71), Masjid (6.118), Musholla (5.080) dan Tanah (945.504) M².28

Berikut tokoh-tokoh periode pertama kepemimpinan Muhammadiyah hingga sekarang: K.H. Ahmad Dahlan (1912-1923), K.H. Ibrahim (1923-1932), K.H. Hisyam (1932-1936), K.H. Mas Mansur (1936-1942), Ki Bagus Hadikusumo (1942-1953), A.R. sutan Mansyur (1952-1959), H.M. Yunus Anis (1959-1968), K.H Ahmad Badawi (1962-1968), K.H. Fakih Usman (1968-1971), K.H. Abdur Razak Fakhrudin (1971-1990), K.H.A. Azhar Basyir, M.A. (1990-1995), Prof. Dr. H.M. Amien Rais (1995-2000), Prof. Dr. H.A. Syafii Maarif (2000-2005), Prof. Dr. Din Syamsudin (2005-2015).

Muhammadiyah juga berkembang diluar negeri, hingga kini Muhammadiyah telah berdiri di lima benua dengan 13 PCIM (Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah), yaitu:

27Yunan Yusuf, dkk,op.cit, h. 255-256

(38)

1. Benua Asia: PCIM Malaysia, PCIM Jepang, PCIM Iran, PCIM Islamabad Pakistan

2. Benua Eropa: PCIM United Kingdom (Inggris Raya), PCIM Perancis, PCIM Jerman, PCIM Belanda

3. Benua Amerika: PCIM Amerika Utara 4. Benua Autralia: PCIM Australia.29

Menurut Ahmad Najib Burhani seorang doktor dari University of California merupakan salah satu yang membentuk dan menjadi pangurus awal di PCIM Inggris Raya dan PCIM Amerika Serikat. Ada keunikan PCIM Amerika Serikat jika dibandingkan dengan PCIM dari negara lain. Jika di negara lain mayoritas anggotanya adalah pelajar, di Amerika Serikat, banyak anggotanya yang merupakan profesor di berbagai perguruan tinggi. Banyak juga yang merupakan tokoh senior dan penduduk Amerika serikat seperti Imam Shamsi Ali, imam masjid Jamaica di New York; Abdul Nur Adnan, yang pernah 40 tahun bekerja di VOA (Voice of America), Dutamardin Umar, tokoh masyarakat Indonesia di Virginia, Firdaus Kadir, tokoh masyarakat Indonesia di Maryland; dan lain-lain. Sementara yang pelajar di antaranya adalah Rahmawi Husen (Texas/Yogyakarta), Dani Muhtada (Illinois), Tuti Alawiyah (Texas), Sri Rejeki Murtiningsih (Oklahoma), dan Ahmad Najib Burhani (California). Pendeknya, anggota PCIM Amerika Serikat terdiri dari tiga komponen utama: professor, pelajar, dan penduduk tetap Amerika dari Indonesia.30

29http: fb.Muhammadiyah Taiwan. Sabtu/11/01/2014

30 http: Ahmad Najib Burhani/Perkembangan Muhammadiyah di Amerika Serikat/Sang

(39)

Muhammadiyah adalah sebuah organisasi yang unik dalam artian bahwa organisasi yang mampu menembus pasaran internasional dan mampu bereksistensi sampai sekarang, itulah yang membedakannya dengan organisasi Islam lainnya di Indonesia dan dilihat dari kesamaannya adalah sama-sama organisasi yang begerak dibidang sosial dan keagamaan. Karena keramahannya serta tanpa memandang status sosial, Muhammadiyah dapat diterima di semua kalangan dan mereka menyambutnya dengan tangan terbuka. Jika sikap ini terus dipertahankan dan terus diadakan perbaikan disana sini sehingga menjadi lebih baik dari waktu ke waktu maka tidak mengherankan Muhammadiyah akan terus bersinar untuk 100 tahun kedepan.

2. Pemikiran Keagamaan Muhammadiyah

Setelah resmi berdiri pada tahun 1912, KH. Ahmad Dahlan sebagai tokoh pendiri Muhammadiyah mulai mengembangkan sayapnya dan mulai melakukan pembaharuan-pembaharuan. Gagasan pembaharuannya dibidang keagamaan ini adalah:

2.1. Tentang kiblat

Langkah awal yang dilakukan oleh pendiri Muhammadiyah ini adalah memperbaiki arah kiblat di mesjid Kesultanan Agung Yogyakarta yang sebelumnya menghadap kearah barat dirubah menjadi kearah Barat laut, sebab

ka’bah dilihat dari daerah Jawa berada pada posisi Barat laut. Namun,

(40)

surau yang baru dengan kiblat ke arah Barat laut. Beberapa bulan setelah pembangunan selesai datanglah utusan Kyai Penghulu menemui Dahlan dan meminta agar suaru itu dibongkar karena arah kiblatnya tidak sama dengan mesjid Agung Kesultanan Yogyakarta. Tetapi Dahlan tetap bertahan dan tidak mau melaksanakan perintah Kyai Penghulu, maka akhirnya suarau itu dibongkar oleh petugas pemerintahan.31

Dengan demikian, dapat ditegaskan bahwa Muhammadiyah dapat dikatakan sebagai pelopor pembetulan arah kiblat diseluruh Indonesia. Memang sebelumnya orang Indonesia melakukan shalat menghadap lurus ke Barat, padahal tanpa mereka ketahui sebenarnya mereka tidak lagi menghadap ke Ka’bah

Mekkah tetapi telah melenceng dari yang sebenarnya.32

2.2. Tentang hari raya idul fitri

Masyarakat Jawa dalam menentukan hari raya Idul Fitri dengan sistem Aboge. Kata bo pada kata Aboge kependekan dari kata rebo, sedang kata ge merupakan kependekan dari kata wage merupakan nama hari menurut kesatuan petungan pancawara. Jadi kata boge mengandung pengertian hari rebo dan dengan pasaran wage. Menurut sistem perhitungan Aboge, perhitungan hari raya pada tiap tahun didasarkan atas patokan bahwa hari raya akan dimulai dari perhitungan bahwa pada tahun Alip hari raya akan jatuh pada hari rebo pasaran wage.33 Menurut Dahlan dengan sistem Aboge ini tidak dapat

(41)

dipertanggungjawabkan baik menurut kaidah keilmuan maupun dari segi ajaran Islam. Menurut Dahlan dasar perhitungan ilmu hisab hari raya akan jatuh tepat tepat tanggal satu bulan Syawal, dengan munculnya bulan di arah Barat. Dengan demikian tanpa memandang hari apapun, jika hari itu telah telah tiba tanggal satu Syawal, maka hari raya Idul Fitri harus dirayakan. Atas dasar itulah Muhammadiyah hingga kini memakai sitem hisab dalam penetapan hari raya Idul Fitri.

Selain itu Muhammadiyah juga mempelopori shalat Idul Fitri di tanah lapang, yang sebelumnya di Indonesia shalat hari raya dilakukan dimesjid-mesjid. Usaha ini mereka lakukan pertama kalinya pada tahun 1925 M/1343 H di lapangan Yogyakarta yang dihadiri kira-kira 5.000 orang, kemudian disusul shalat Idul Adha pada tahun yang sama.34

2.3. Penolakan terhadap bid’ah dan khurafat

Muhammadiyah memberantas praktek-praktek yang banyak menggrogoti

masyarakat, sseperti bid’ah dan khurafat. Bid’ah adalah suatu pekerjaan atau

perkataan yang mengada-ada padahal tidak pernah dikerjakan oleh Rasulullah Saw dan sahabat serta tidak ada dasarnya dalam al-Quran maupun Hadis. Khurafat adalah hal-hal yang tidak masuk akal atau perkara-perkara yang sulit diterima kebenarannya, saling bertentangan dan tidak ada dalam ajaran Islam.

Bentuk-bentuk bid’ah dan khurafat yang ditolak oleh Muhammadiyah adalah, selamatan ketika ada yang meninggal dilaksanakan pada hari ke tiga, ke

(42)

tujuh, ke empat puluh, ke seratus, dan ke seribu hari. Selamatan ibu mengandung tujuh bulan, pengkeramatan terhadap kuburan dan orang suci, upacara tahlil dan talqin, dan lain-lain.

Di samping itu Muhammadiyah berusaha dengan keras memberantas praktek-praktek dan kebiasaan yang bukan dari ajaran Islam, seperti pemujaan arwah nenek moyang, benda-benda angker, benda keramat,sing bau rekso, dukun dan sebagainya.35 Kehidupan keagamaan seperti ini merupakan serapan dari berbagai unsur kebudayaan dan kepercayaan agama primitif. Oleh karena itu, Muhammadiyah mengkategorikan perbuatan seperti ini dengan perbuatan syirik yang harus di hilangkan.

Selanjutnya, perkembangan organisasi Muhammadiyah dibedakan dalam dua kategori, pertama, pertumbuhan organisasi secara menegak (vertikal). Kedua, secara mendatar (horizontal). Kategoti secara vertikal ditunjukkan oleh perkembangan dan lahirnya wilayah, daerah dan ranting dengan segala bagian-bagiannya. Muhammadiyah membuktikan eksistensinya di tanah Indonesia, hal itu terlihat dari perkembangan organisasinya sebagai berikut: pada tahun 1912 Muhammadiyah hanya ada di daerah Yogyakarta, tahun 1919 memilki 3 cabang, 1921 berkembang menjadi 7 cabang, tahun 1922 menjadi 15 cabang, 1927 menjadi 176 cabang, 1961 berkembang lagi menjadi 524 cabang dan tercatat 1980 meliputi 247 daerah dengan 2. 137 cabang.36

35Ibid, h. 59

(43)

Kategori secara horizontal terlihat dalam pertumbuhan badan, biro, majlis dan ortom-ortom disemua tingkatan pimpinan Muhammadiyah.37 Seperti perkumpulan khusus wanita yang diberi SAPATRESNA pada tahun 1914, pada tahun 1922 dirubah namanya menjadi Aisyiyah yang sekarang dikenal sebagai ortom Muhammadiyah. Pada tahun 1920 diterbitkan secara resmi majah Muhammadiyah yang diberi nama Suara Muhammadiyah. Majalah ini adalah majalah tetua di Indonesia yang masih terbit hingga sekarang. Tahun 1922

dibentuk pula Nasyi’atul Aisyiyah. Pada tahun 1926 didirikan Hizbul Wathan (HW) yang bertugas untuk menangani pergerakan anak-anak dan pemuda dengan jalan memberikan pelajaran keagamaan dan pengetahuan yang lain sehingga anak-anak dan pemuda Muhammadiyah mempunyai identitas khas dan siap mengambil alih kepemimpinan dilingkungan Muhammadiyah. Pada tahun 1927 didirikan Majelis Tarjih sebagai lemabaga yang berusaha menelaah hukum Islam dan pembaharuan pemikiran keagamaan. Tahun 1961 berdirinya Ikatan Pelajar Muhammadiyah, menyusul tahun 1964 didirikan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, dan masih banyak lagi yang lainnya.

(44)

BAB III

ETOS KERJA DAN PERBUATAN MANUSIA

A. Pengertian Etos Kerja dan Perbuatan Manusia 1. Pengetian Etos Kerja

Pembicaraan tentang etos kerja bukanlah sesuatu hal yang baru dikalangan para intelektual, ilmuan, cendikiawan dan kalangan lainnya. Dengan demikian terdapat banyak interpretasi dari para tokoh-tokoh tersebut sehingga tidak ada satu kebulatan tentang pengertian etos kerja itu sendiri.

Dilihat dari katanya, etos kerja terdiri dari dua kata yaitu etos dan kerja. DalamWebsters World University Dictionarydijelaskan etos ialah sifat dasar atau karakter yang merupakan kebiasaan dan watak bangsa atau ras. Koentjaraningrat mengemukakan pandangannya bahwa etos merupakan watak khas yang tampak dari luar, terlihat oleh orang lain.1 Etos berasal dari kata Yunani, ethos, artinya ciri, sifat kebiasaan, adat istiadat atau juga kecenderungan moral, pandangan hidup yang dimiliki seseorang, suatu kelompok orang atau bangsa. Dalam Hand Book Of Psychology Term, etos di artikan sebagai pandangan khas suatu kelompok sosial, sistem nilai yang melatarbelakangi adat istiadat dan tata cara suatu komunitas. Menurut Geertz, etos merupakan sikap mendasar manusia terhadap diri dan dunia yang dipancarkan hidup. Soerjono Soekanto mengartikan etos antara lain: a. Nilai-nilai dan ide-ide dari suatu kebudayaan, dan b. Karakter

1 Koentjaraningrat, Rintangan-Rintangan Mental dalam Pembangunan Ekonomi,

(Jakarta: LIPI 1980), h. 231. lihat Ahmad Janan Asifudin, Etos Kerja Islami, (Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2004), h. 25

(45)

umum suatu kebudayaan.2 Menurut Toto Tasmara dalam bukunya Etos Kerja Pribadi Muslim, etos berasal dari kata Yunani, dapat mempunyai arti sebagai sesuatu yang diyakini, cara berbuat, sikap, serta persepsi terhadap nilai kerja. Jadi etos adalah norma, serta cara dirinya mempersepsi, memandang dan meyakini sesuatu.3

Nurcholis Madjid dalam bukunya Islam Dan Doktrin Peradaban juga mengatakan bahwa etos berasal dari bahasa Yunani (ethos), artinya watak atau karakter. Secara lengkap etos adalah karakter dan sikap, kebiasaan serta kepercayaan dan seterusnya yang bersifat khusus tentang individu atau

sekelompok manusia dan dari kata etos terambil pula perkataan “etika” yang

merujuk pada makna “akhlak” atau bersifat akhlaqy, yaitu kualitas esensial seseorang atau suatu kelompok manusia termasuk suatu bangsa. Etos juga berarti jiwa khas suatu kelompok manusia yang dari padanya berkembang pandangan bangsa itu sehubungan dengan baik dan buruk, yakni etika.4 etos kerja adalah respon yang dilakukan oleh seseorang, kelompok, atau masyarakat terhadap kehidupan sesuai dengan keyakinannya masing-masing. Setiap keyakinan mempunyai sistem nilai dan setiap orang yang menerima keyakinan tertentu berusaha untuk bertindak sesuai dengan keyakinannya.

Kerja merupakan kata dasar dari bekerja, dalam kamus besar bahasa Indonesia kerja berarti kegiatan melakukan sesuatu; yg dilakukan (diperbuat),

2 Soerjono Soekanto,Kamus Sosiologi, (Jakarta: Rajawali, 1983), h. 174. Lihat Ahmad

Janan Asifudin,Etos Kerja Islami, (Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2004), h. 26

Referensi

Dokumen terkait

melanjutnya pendidikannya di al-Azhar Kairo. Disinilah Taha Husein mulai mengenal ide-ide pembaharuan Muhammad Abduh dan murid- muridnya. Ia sempat belajar di al-Azhar

---Pada waktu dan tempat sebagai tersebut diatas, pada awalnya terdakwa bersama dengan saksi FEBRIANSYAH ALIAS APET, saksi BASTIAR ALIAS TIAR (dilakukan penuntutan

Pola hidup dengan kebiasaan yang baik akan mengantarkan anak kepada masa depan lebih baik.. MEMPERSIAPKAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa substitusi pati ubi jalar ungu termodifikasi pada tepung beras sebagai bubur bayi instan berpengaruh nyata terhadap kadar air, abu,

Dalam adat masyarakat Minang, mahar disebut sebagai uang jemputan, yaitu sejumlah uang yang mesti di bayarkan oleh pihak keluarga wanita kepada pihak keluarga laki-laki

(2) Dalam hal penyampaian Laporan, form header, dan/atau koreksi Laporan dilakukan secara Off-Line sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bank Pelapor wajib menyampaikan

Mengingat LS study dapat meningkatkan profesionalisme guru biologi SMA, oleh karena itu sangat sesuai dijadikan model kegiatan untuk meningkatkan profesionalisme guru

(Poly)amidoamine (PAMAM) generasi 4 yang mana hal ini penting diketahui karena berkaitan dengan kuantitas dari emas yang “terjerat” dalam rongga PAMAM sehingga dapat menjadi