Angelina Ika Rahutami
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
•
IndustrI atau sektor apa yang akan menjadi pendorong terbaik
pertumbuhan ekonomi, namun pada saat yang sama juga bersifat inklusif,
yang berarti pengurangan kemiskinan?
•
•
Hal-hal yang menjadi penting:
1.
Struktur ekonomi Jawa Tengah
potensi pengembangannya, termasuk
pada aspek perdagangan dan investasi
2.
Penyerapan tenaga kerja
3.
Kemiskinan
•
Dari ketiga hal tersebut maka perlu dilakukan periksa silang dengan
RPJMD
Sumber : Masterplan for Acceleration and Expansion of Indonesia Economic Development 2011, Coordinating Ministry For Economic Affairs, Republic of Indonesia
•
Konsep pertumbuhan yang mengacu pada suatu
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan
•
Peluang ekonomi yang dihasilkan dapat dinikmati atau
terdistribusi ke semua lapisan masyarakat, termasuk kaum
miskin dan termarjinalkan, baik sekarang maupun masa
yang akan datang,
•
Dengan demikian terdapat dua hal pokok dalam
pertumbuhan inklusif
•
Inklusi (penyertaan), yang berarti terdapat adanya difusi
peluang bagi semua, yang berarti juga memberikan peluang
ekonomi kepada mereka yang dalam pertumbuhan saat ini
tersingkirkan
•
Trade and development board, Geneva 2010
• Dari sisi produksi, pertumbuhan inklusif akan menjadi terbaik bila berasal dari sektor dan industri yang bersifat labor intensive dan atau proses produksinya memiliki keterkaitan backward dan forward dalam ekonomi domestik,
• Membutuhkan kebijakan khusus dan intervensi pemerintah
•
Habito (2009) dengan menggunakan data 15 negara asian
• kualitas kepemerintahan, pengeluaran publik untuk jasa sosial dan komposisi sektoral dari pertumbuhan PDB memiliki hubungan yang signifikan dengan pertumbuhan ekonomi inklusif
• Kontrbusi sektor pertanian penting untuk kurangi kemiskinan desa
• Perlu dikembangkan ke agroindustri dan pariwisata agar pertumbuhan lebih luas
• Promosi dan pengembangan SME penting
•
Chatterjee (2005)
• Infrastruktur desa memegang peran penting
• Partisipasi pemerintah dan desentralisasi penting
• Komposisi sektoral dari pertumbuhan adalah penting, ketia kemiskinan desa masih tinggi dan kemungkinan transformasi struktural rendah, maka pertumbuhan pertanian penting
• Pertumbuhan yang menyerap tenaga kerja adalah penting,
• Perlu kebijakan untuk mengurangi rigiditas penyerapan tenaga kerja, termasuk struktur dualistik dan mempromosikan transformasi struktural yang cepat
• Pentingnya lembaga keuangan mikro
18.62% Listrik, gas dan air bersih Konstruksi
4 besar industri
pengolahan, PHR,
pertanian, dan jasa
sejalan dengan
MP3EI, namun
perlu cek
penyerapan tenaga
kerjanya
34.11%
Konsumsi Rumah tangga
Konsumsi Nirlaba
Konsumsi pemerintah
Pembentukan modal tetap domestik bruto
Ekspor barang dan jasa
Impor barang dan jasa (-/-)
Investasi yang
relatif rendah
proporsinya
EMPLOY
MENT ∆PDRB
PROPORSI PDRB
EMPLOY
MENT ∆PDRB
PROPORSI PDRB
EMPLOY
MENT ∆PDRB
PROPORSI PDRB AGT 2009 2009 2009 AGT
2010 2010 2010 FEB 2011 2011 2011
Pertanian 37.04 4.38 19.89 35.53 2.50 19.27 36.05 2.57 18.64 Pertambangan 0.77 5.49 1.11 0.74 7.10 1.13 0.45 5.70 1.12 Industri 16.78 1.84 30.82 17.81 6.90 31.14 18.22 6.43 31.25
LGA 0.18 5.55 0.84 0.12 8.40 0.86 0.18 4.03 0.85
Bangunan 6.49 6.77 5.86 6.62 6.90 5.92 5.99 6.13 5.93 Perdagangan 21.86 6.01 21.50 21.43 6.10 21.56 20.92 7.10 21.78
Angkutan 4.3 6.96 5.27 4.2 6.70 5.32 3.78 8.73 5.45 Keuangan 0.98 7.78 3.81 1.14 5.00 3.79 1.24 6.27 3.79 Jasa 11.6 7.85 10.89 12.41 7.40 11.06 13.17 8.27 11.29
Industri cenderung belum mampu menjadi
penyerap tenaga kerja terbesar
Tahun
PDRB (Juta rupiah)
∆
PDRB (%)
Miskin Kota
(%)
∆
Miskin
Kota (%)
Miskin Desa
(%)
∆
miskin
desa (%)
2006
150.682.654,74
2.958,10
4.142,50
2007
159.110.253,76
5,59
2.687,30
-9,15
3.869,90
-6,58
2008
167.790.369,85
5,46
2.556,50
-4,87
3.633,10
-6,12
2009
175.685.267,57
4,71
2.420,90
-5,30
3.304,80
-9,04
2010
185.875.013,09
5,80
2.258,94
-6,69
3.110,22
-5,89
2011
197.083.276,38
6,03
2.092,51
-7,37
3.014,85
-3,07
Maret 2009
Maret 2010
Maret 2011
Kota
Desa
Kota
Desa
Kota
Desa
Indeks Kedalaman
Kemiskinan (P1)
2,56
3,34
2,09
2,86
2,46
2,64
Indeks Keparahan
Kemiskinan (P2)
0,62
0,85
0,50
0,69
0,66
0,66
Garis Kemiskinan
Bahan Makanan
139.875
126.183
146.107
133.948
158.524
148.284
Bukan Bahan Makanan
56.603
43.129
59499
46.034
63.907
50.526
Total
196.478
169.312
205.606
179.982
222.430
198.814
Perlu cek penurunan kemiskinan disebabkan oleh apa?
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 % miskin kota 20.5 19.6 17.5 17.2 18.9 17.2 16.3 15.4 14.3 14.1 % miskin desa 24.9 23.1 23.6 23.5 25.2 23.4 21.9 19.8 18.6 17.1 % miskin 23.0 21.7 21.1 20.4 22.1 20.4 19.2 17.7 16.5 15.7
0
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
%
g Miskin Desa
Miskin Kota
proporsi miskin kota (RA) proporsi miskin desa (RA)
1. Kemiskinan desa yang jauh
lebih tinggi dibandingkan
dengan kemiskinan kota
membutuhkan kebijakan
khusus
2. Walaupun proporsinya
menurun namun jumlahnya
masih relatif besar
1,424,922
1,612,675
1,518,949
1,924,966
1,773,841
435,916 459,830 513,063 476,508 578,176 645,312
707,247
2006 2007 2008 2009 2010 2011* Tekstil dan Barang dari Tekstil
Kayu, Barang dari Kayu, dan Barang Anyaman Berbagai Barang Hasil Pabrik
Mesin dan Pesawat Mekanik, Perlengkapan Elektonik dan Bagiannya Makanan, Minuman, Minuman Keras, dan Tembakau
Alas Kaki, Tutup Kepala, Payung, dan Bunga Tiruan Plastik, Karet, dan Barang dari Plastik dan Karet Produk Industri Kimia dan Industri Sejenis Binatang Hidup, Produk Hewani
Produk Nabati
Karakteristik ekspor
(jenis barang)
• Tekstil dan barang
tekstil (#1)
• Makanan, Minuman,
Minuman Keras dan
tembakau (#5)
Detil (SITC)
• Pakaian (#1)
• Barang tenun, kain
tekstil dan hasilnya
(#2)
• Kopi, teh coklat (#13)
• Tembakau dan
olahannya (#14)
• Buah dan sayuran
(#17)
Ekspor - Kelompok barang
Impor - Kelompok Barang
Tekstil dan Barang dari Tekstil
Tekstil dan Barang dari Tekstil
Produk Nabati
Produk Nabati
Makanan, Minuman, Minuman Keras, dan
Tembakau
Makanan, Minuman, Minuman Keras, dan
Tembakau
Ekspor - SITC
Impor - SITC
Benang Tenun, Kain Tekstil dan Hasil-Hasilnya
Benang Tenun, Kain Tekstil dan
Hasil-Hasilnya
Serat Tekstil dan Sisa-sisanya
Gula,Olahan Gula dan Madu
Hasil Susu dan Telur
Tembakau dan Olahan Tembakau
Tembakau dan Olahan Tembakau
RPJMD
2010-2014
•Pengembangan peran UMKM yang berorientasi ekspor
•Pengembangan struktur perekonomian daerah yang berbasis potensi dan produk unggulan melalui sinergi sektor hulu dan hilir,
•Pengembangan produk pertanian, perikanan, kelautan, dan kehutanan yang bertumpu pada sistem agribisnis
•Pengembangan diversifikasi produk, peningkatan kinerja kelembagaan dan sarana-prasarana pendukung sektor perindustrian, perdagangan, dan pariwisata,
RPJMD
2015-2019
•Penguatan UMKM yang berorientasi ekspor melalui pengembangan akses pasar,
•Penguatan struktur perekonomian daerah yang berbasis produk unggulan yang komparatif dan kompetitif
•Penguatan kelembagaan agribisnis guna menjamin petersediaan pangan dan ekspor,
•Penguatan sektor perindustrian, perdagangan, dan pariwisata guna menghasilkan produk yang mempunyai keunggulan komparatif dan kompetitif
RPJMD
2020-2024
•Pemantapan UMKM yang mempunyai keunggulan kompetitif dan komparatif di pasar global yang berbasis teknologi informasi,
•Pemantapan struktur perekonomian yang didukung oleh produk-produk unggulan •Pemantapan pembangunan pertanian, perikanan, kelautan, dan kehutanan
PERMASALAHAN PROGRAM TARGET
PERINDUSTRIAN
Ketergantungan terhadap impor bahan baku industri
Pengembangan IKM berbasis sumberdaya lokal
•Pengembangan 35 jenis produk unggulan, •Penurunan kandungan bahan baku impor pada IKM 20-40%,
Rendahnya daya saing dan nilai tambah
Pengembangan sentra/klaster industri potensial
Pengembangan 6 klaster dan pendukung klaster lainnya,
Lemahnya struktur industri dan
keterkaitan hulu hilir Penataan struktur industri Pembinaan terhadap 1,500 IKM, Terbatasnya teknologi dan R&D, serta
infrastruktur industri di pedesaan
Peningkatan kemampuan teknologi
Pembinaan dan bimbingan teknis terhadap 1,000 IKM
Terbatasnya kesediaan SDM, kompetensi, etos, profesionalitas
Peningkatan SDM, pelatihan dan bantuan peralatan industri
Pendidikan dan pelatihan terhadap 3,000 IKM dan penyaluran bantuan peralatan
PERDAGANGAN
Terbatasnya akses dan perluasan pasar ekspor, lemahnya daya saing, belum optimalnya desain
Peningkatan dan pengembangan ekspor
•Pertumbuhan ekspor non migas 8-8,5% per tahun
•Jumlah komoditas ekspor meningkat 15 jenis •Sertifikasi mutu barang 350 jenis
Lemahnya jaringan perdagangan dalam dan luar negeri
Peningkatan kerjasama perdagangan
Pengembangan kerjasama, dan promosi di 10 negara tujuan ekspor utama
Belum optimalnya ketersiedaan dan distriusi kebutuhan pokok
Peningkatan efisiensi
perdagangan dalam negeri Pembinaan 5,000 unit usaha
Strategi
•
Pemasaran yang lebih
efektif untuk
memenuhi pasar
domestik
•
Menaikkan
penggunaan SNI dan
branding/labeling yang
kuat untuk menaikkan
ekspor regional dan
menciptakan value
added
Regulasi
•
Reformasi
Kebijakan, mis. Bea
masuk
•
Tarif untuk bahan
dasar seperti
tepung, kentang, susu,
coklat lebih rendah
dari tarif barang tsb
•
Review kebijakan
turunkan biaya
packaging
SDM dan
teknologi
•
Rekrut SDM yang
berkualifikasi baik
dari dalam maupun
luar negeri
Regulasi
•
Meningkatkan kerjasama
bilateral dengan negara
pengimpor tekstil
•
Review UU No 13/2003
ttg ketenagakerjaan
•
Memberi intensif bagi
aktivitas tekstil dengan
value added tinggi
•
Pasar domestik
•
Monitoring masuknya
tekstil impor legal/tidak
legal
Infrastruktur
•
Menaikkan supply listrik
agar dapat berkompetisi
dengan China dan
Vietnam
•
Meningkatkan efisiensi
waktu untuk pelabuhan
utama
•
Menurunkan biaya
transport (terminal
handling charge) agar
lebih rendah dari negara
ASEAN lainnya
SDM dan
Teknologi
•
Pendidikan vokasi
untuk disain produk
tekstil
•
Provisi dan dukungan
untuk meningkatkan
mesin tekstil
Struktur ekonomi: industri, pertanian, jasa
Kemiskinan desa dominan Penyerapan TK di
pertanian
Fokus kebijakan perlu direvitalisasi
Dorong ke arah investment dan government
expediture
penyelarasan RPJPD, RPJMD, dengan MP3EI Mengikutii skema MP3EI berbasis potensi yang ada
pembangunan ekonomi lokal perbaikan distribusi
Peningkatan kualitas dan kuantitas infrastruktur
keterkaitan antara industri hulu dan hilir libatkan yang bersifat agribisnis