• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KELAYAKAN HUTAN WANAGAMA I SEBAGAI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "STUDI KELAYAKAN HUTAN WANAGAMA I SEBAGAI"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

18 STUDI KELAYAKAN HUTAN WANAGAMA I SEBAGAI KAWASAN

RESTORASI RUSA JAWA (

Rusa timorensis

)

Fikri Al-Mubarok

Abstrak

Restorasi atau Rusa Jawa (Rusa timorensis) di Hutan Wanagama I sebagai aksi konservasi satwa liar yang dilakukan oleh Fakultas Kehutanan UGM. Hal ini dilakukan untuk mengembalikan keberadaan Rusa Jawa yang dulu pernah ada di kawasan Wanagama namun hilang. Untuk mengetahui kelayakan Hutan Wanagama I sebagai lokasi restorasi Rusa Jawa yaitu dengan mengaplikasikan prinsip pengelolaan satwa liar yang terdiri dari tiga aspek, yaitu aspek populasi, aspek habitat, dan aspek sosial. Dari aspek populasi yaitu dengan mengetahui ukuran populasi sekarang lalu dibandingkan dengan ukuran populasi pada saat pertama kali dilepasliarkan. Dari aspek habitat yaitu dengan mengetahui unsur habitat yang tersedia di Wanagama, habitat terdiri dari empat unsur yaitu ketersediaan pakan, air, ruang, dan pelindung. Sedangkan dari aspek sosial yaitu dengan mengetahui persepsi masyarakat sekitar terhadap adanya program restorasi Rusa Jawa tersebut. Untuk mengetahui estimasi populasi Rusa Jawa di Wanagama yaitu dengan menggunakan metode pellet count dengan petak ukur sebesar 20 x 100 m yang dibuat minimal tiga plot dan diletakkan secara purposif dan didata ada berapa jumlah onggokan kotoran rusa dalam waktu 14 hari. Untuk mengetahui unsur ketersediaan pakan yaitu dengan mengetahui produktifitas jenis tumbuhan yang jadi pakan rusa di Wanagama. Jenis tumbuhan yang jadi pakan rusa diketahui dari epidermis daun yang ditemukan pada kotorannya. Dari unsur ketersediaan air, ruang, dan pelindung yaitu dengan membandingkan kebutuhan Rusa Jawa dengan kondisi yang tersedia di lapangan. Untuk mengetahui aspek sosial yaitu dengan mewawancara masyarakat sekitar Wanagama untuk mengetahui persepsinya terhadap Rusa yang ada di Wanagama. Berdasarkan hasil penelitian dari ketiga aspek tersebut dapat disimpulkan bawha Wanagama layak untuk dijadikan sebagai lokasi restorasi Rusa Jawa.

Kata kunci: Restorasi, Rusa Jawa, pupolasi, habitat, sosial, Wanagama I.

1. Pendahuluan

Pembangunan Hutan Wanagama pada tahun 1964 didasari oleh kesadaran akan pentingnya konservasi Hutan. Hutan Wanagama merupakan hutan hasil reboisasi dengan mengubah kawasan yang dulunya adalah bukit gundul

(2)

19 ekosistem yang ada menjadi gagasan

pertama untuk melakukan restorasi rusa jawa di Hutan Wanagama I, dan restorasi diawali dengan membuat penangkaran Rusa Jawa di Bunder, Gading, Gunung Kidul. Upaya penangkaran ini dimulai dari tahun 1999. Awalnya Rusa Jawa di Hutan Wanagama berjumlah 6 ekor dan pada saat ini terus bertambah jumlahnya.

Restorasi ini sangat penting mengingat bahwa Rusa Jawa (Rusa timorensis) saat ini memiliki status konservasi menurut IUCN redlist adalah vulnerable “rentan”. Hal ini terjadi dikarenakan semakin menurunnya populasi rusa jawa ditambah lagi dengan adanya perburuan dan deforestasi atau semakin sempitnya habitat rusa jawa. Selain itu juga Rusa Jawa (Rusa timorensis) merupakan salah satu satwa liar yang dilindungi undang-undang di Indonesia berdasarkan SK Mentri Kehutanan RI No. 301/Kpts-II/1991, yang merupakan tindak lanjut dari Ordonasi Perlindungan Binatang Liar Tahun 1931 nomor 134 dan 266 (Palguna, 1998). Rusa Jawa juga dilindungi berdasarkan PP No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwa karena termasuk dalam Non APPENDIX CITES.

Rusa Jawa (Rusa timorensis) merupakan salah satu satwa endemik Indonesia yang dapat dijumpai di hampir seluruh wilayah Kepulauan Indonesia, kecuali di Sumatra, Kalimantan dan Irian. Akan tetapi pada dewasa ini sudah dapat dijumpai rusa jawa di sumatera, kalimantan, dan irian karena species ini sudah disebarkan dan didatangkan dari jawa sejak puluhan tahun lalu (Anonim, 1978, Rusa Indonesia). Meskipun begitu

masih diperlukannya upaya suatu usaha untuk menyelamatkan rusa jawa yang sudah rentan tersebut. Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan adalah upaya restorasi rusa jawa.

Dalam kegiatan restorasi, berhasil atau tidaknya diperlukan adanya tinjauan mengenai 3 aspek penting yaitu populasi, habitat, dan sosial masyarakat. Aspek populasi ditinjau dari jumlah individu yang ada disuatu kawasan restorasi. populasi adalah kelompok individu-individu yang memiliki kesamaan genetik dan berada bersama-sama dalam tempat dan waktu yang sama (Mc Naughton dan Wolf,1990).

Keberhasilan restorasi rusa jawa di Wanagama tidak terlepas dari besarnya jumlah populasi yang ada akan tetapi juga Aspek habitat yang terkait ruang, ketersedian pakan, cover / naungan selain itu juga terdiri dari komponen-komponen yang terkait mulai dari kondisi fisik seperti jenis vegetasi yang ada, sebaran vegetasi yang ada, suhu, iklim mikro, kelembapan, tutupan tajuk, kerapatan starata, perlindungan terhadap habitat, ketersediaan air dan yang terpenting adalah ketersediaan pakan bagi Rusa Jawa. Dan masing masing komponen tersebut memiliki fungsi tersendiri dan saling terkait dalam menopang kehidupan rusa jawa.

(3)

20 sehingga dalam melakukan setiap

aktivitasnya ada energi yang mengalir dari hasil pembakaran bahan makanan tersebut. Ketersediaan Pakan sangat penting karena untuk mendukung pergerakan,perkembangbiakan,

metabolisme dan reproduksu, akibat dari Kekurangan pakan dapat menyebabkan satwa menjadi lemah, pertumbuhan terganggu dan rentan terhadap penyakit dan gangguan di sekitarnya sehingga mengganggu proses perkembangbiakan, pertumbuhan, dan yang terlebih parah lagi menyebabkan kematian dari satwa tersebut.

Aspek lain yang harus diperhatikan adalah kondisi sosial masyarakat di sekitar kawasan Wanagama 1, kondisi masyarakat di wanagama 1 tergolong dalam lapisan sosial bawah dengan tingkat pendidikan yang masih rendah dengan mata pencaharian sebagai petani tadah hujan.

Tingkatan emosional yang kuat antara pengelola kawasan hutan dengan masyarakat sekitar merupakan suatu potensi besar untuk upaya pemberdayaan masyarakat dalam mendukung pengelolaan kawasan. Dengan adanya dukungan dan partisipasi yang besar dari masyarkat sekitar mampu mendukung upaya perbaikan habitat sehingga dapat tercapainya suatu restorasi yang baik dan sesuai dengan tujuannya. Hutan Wanagama I seluas 599,7 Ha yang terdiri atas beberapa petak yang memiliki kondisi fisik yang berbeda-beda. Perubahan ekosistem yang ada di Hutan pendidikan Wanagama I menjadi suatu gagasan utama dalam restorasi rusa yang ada, dan hal ini akan mempengaruhi keberadaan yang restorasi rusa jawa yang

ada di wanagama. Kelayakan suatu kawasan restorasi dapat ditinjau dari aspek populasi, habitat, dan kondisi masyarakat sekitar. Oleh sebab itu dibutuhkan informasi terbaru untuk melihat keberhasilan pengelolaan restorasi di hutan Wanagama dengan melihat dari ketersediaan pakan, jumlah populasi dan daya dukung sosial masyarakat untuk pengolahan Rusa Jawa lebih baik. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui kelayakan Hutan Pendidikan Wangama I sebagai kawasan restorasi rusa jawa yang ditinjau dari populasi, habitat dan persepsi masyarakat. Penelitian ini diharapkan mampu memberi informasi mengenai kelayakan wanagaman menjadi kawasan restorasi rusa jawa yang dilihat dari perkiraan jumlah populasi, kondisi habitat dari Rusa Jawa dan persepsi masyarakat yang ada sehingga hasil penelitian bisa menjadi pertimbangan dalam upaya pengembangan hutan wanagama sebagai hutan kawasan restorasi Rasa Jawa. 2. Metode

2.1. Pengambilan data

Lokasi yang digunakan untuk pelaksanaan penelitian adalah di petak 5, 6,7,13,14, dan 16 di Hutan Pendidikan Wanagama I, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta Pelaksanaannya yaitu pada tanggal 6-8 desember 2013 dan tangggal 20-22 desember 2013. Alat yang digunakan di lapangan yaitu Peta Wanagama, GPS Kompas, roll meter,

(4)

21 kotoran alat yang digunakan yaitu tabung

reaksi, gelas ukur, spiritus, pengaduk, pinset, pipet, deckglass, kaca

preparat kecil, blender, timbangan, oven dried dan mikroskop. Sedangkan bahannya yaitu, larutan asam nitrat (NHO3) 10%, potassium kromat 10%, larutan gliserin, kuteks transparan, aquades, kotoran rusa7, dan koleksi beberapa jenis daun pakan rusa dari lokasi penelitian.

Untuk mengetahui karakteristik habitat Rusa Jawa, di gunakan metode dengan melakukan pengamatan terhadap beberapa variable. Variabel-variabel yang diukur adalah penutupan tajuk, penutupan tumbuhan bawah, kepadatan semak, kepadatan belukar, kepadatan tiang, kepadatan pohon, dan jarak dari sumber air serta komposisi vegetasi penyusun di lokasi penelitian. Estimasi populasi Rusa Jawa digunakan metode Pellet Count. Metode ini merupakan salah satu metode estimasi satwa tidak langsung yang digunakan untuk mengidentifikasi satwa yang tidak mudah dijumpai secara langsung di lapangan.Objek pengamatan dalam metode ini adalah kotoran satwa yang terdapat pada plot-plot sampel di lokasi penelitian dalam satuan waktu tertentu.Plot-plot sampel yang digunakan dalam penelitian ini berukuran 20 x 100 m yang dibuat sebanyak tiga plot sampel. Dalam penggunaan metode ini, sejumlah plot sampel diletakkan secara purposif dalam satu wilayah pengamatan, yaitu pada tempat-tempat yang terdapat tanda-tanda keberadaan Rusa Jawa seperti kotoran, bulu, dll.Pada pengamatan pertama dilakukan pembersihan kotoran Rusa Jawa yang terdapat pada plot-plot pengamatan. Selanjutnya pada

pengamatan berikutnya (sesuai waktu yang telah ditentukan yaitu tujuh hari) dilakukan penghitungan terhadap kotoran-kotoran baru yang terdapat di dalam plot-plot pengamatan.

Untuk mengetahui komposisi jenis tumbuhan pakan Rusa Jawa dilakukan dengan membuat petak ukur dengan ukuran 1x1 m untuk rumput dan 2x2 m untuk tumbuhan bawah yang diletakkan pada lima tempat berbeda secara purposif. Misalnya, pada area yang memiliki prosentase rumput dan tumbuhan bawah yang cukup tinggi dan disekitarnya terdapat tanda-tanda keberadaan Rusa Jawa (adanya kotoran Rusa Jawa) serta dapat mewakili seluruh kawasan.Pada tiap-tiap petak ukur dilakukan panen rumput yang kemudian dipilah-pilah per jenis.Setelah diambil sampel kemudian dilakukan penimbangan per jenis.Untuk mengetahui bahwa jenis tumbuhan tersebut merupakan pakan Rusa Jawa maka dapat dilakukan pencocokan dengan hasil analisis kotoran yang diambil dari pengamatan estimasi populasi. Produktivitas Pakan Rusa Jawa (Rusa timorensis).

Sama halnya dengan cara mengetahui komposisi jenis tumbuhan pakan Rusa Jawa, untuk mengetahui produksi biomasa atau produktivitas pakan dapat diketahui dengan membuat petak ukur ukuran 1x1 m untuk rumput dan 2x2 m untuk tumbuhan bawah yang diletakkan pada lima tempat berbeda

20

100

(5)

22 secara purposif. Pada tiap-tiap petak ukur

dilakukan panen rumput yang kemudian dipilah-pilah per jenis. Setelah diambil sampel kemudian dilakukan penimbangan per jenis. Selang waktu 7 hari, panen rumput dan tumbuhan bawah dilakukan kembali untuk diketahui produktifitas pakan rusa.

Untuk pengamatan penutupan tajuk dan tumbuhan bawah dilakukan dengan metode Protocol Sampling, yang dilakukan dengan membuat petak ukur lingkaran berdiameter 22,6 m. Kemudian dilakukan pengamatan di lima titik pada arah timur-barat dan di lima titik pada arah utara-selatan. Pengamatan penutupan tajuk dan tumbuhan bawah secara vertikal dilakukan menggunakan tabung okuler. Prosentase penutupan tajuk dan tumbuhan bawah dihitung dengan membandingkan jumlah titik yang tajuk atau tumbuhan bawahnya memotong persilangan benang pada tabung okuler dengan jumlah titik pengamatan.

Pengamatan secara horisontal dilakukan dengan cara mengukur kepadatan semak, belukar, tiang, dan pohon. Kepadatan semak, belukar, tiang, dan pohon tersebut diukur menggunakan Density Board yang diletakkan pada empat arah mata angin yaitu utara, selatan, barat, dan timur yang dilihat dari jarak 11,3 m atau di titik pusat petak ukur

lingkaran. Dari titik pusat tersebut dihitung jumlah kotak yang tertutup oleh vegetasi. Untuk kepadatan semak digunakan kotak dari ketinggian 0-30 cm, untuk belukar dari ketinggian 30-100 cm, untuk tiang dari ketinggian 100-200 cm, dan untuk pohon dari ketinggian 200-300 cm.

Untuk pengamatan komposisi vegetasi dilakukan dengan metode Kuadran sampling, metode ini merupakan metode sampling tanpa petak contoh yang paling efisien karena pelaksanaannya di lapangan memerlukan Gambar 2. Plot Pengamatan Pakan Rusa

2x2

1x1

Gambar 3. Petak Ukur Protocol Sampling

U

T

B

S

Kepadatan pohon (200-300 cm)

Kepadatan tiang (100-200 cm)

(6)

23 waktu yang lebih sedikit, mudah, dan

tidak memerlukan faktor koreksi dalam menduga kerapatan individu tumbuhan. Pembagian areal sekitar titik contoh menjadi empat kuadran yang berukuran sama. Hal ini dapat dilakukan dengan kompas atau bila suatu seri garis rintis digunakan kuadran-kuadran tersebut dapat dibentuk dengan menggunakan garis rintis itu sendiri dan suatu garis yang tegak lurus terhadap gads rintis tersebut melatui titik contoh.

Di dalam metode ini di setiap titik pengukuran dibuat garis absis dan ordinat khayalan, sehingga di setiap titik pengukuran terdapat empat buah kuadran. Pilih satu pohon di setiap kuadran yang letaknya paling dekat dengan titik pengukuran dan ukur jarak dari masing-masing pohon tersebut ke titik pengukuran. Pengukuran dimensi pohon hanya dilakukan terhadap keempat pohon yang terpilih.

Gambar 5. Desain Kuadran Sampling

Kotoran rusa yang didapatkan di lapangan dapat dianalisis dengan serangkaian percobaan kimiawi untuk menentukan kandungan epidermis dari tumbuhan yang menjadi pakannya. Metode pengambilan sample kotoran dilakukan dengan pembuatan transek lurus sepanjang 100 m dengan lebar 20 m (Gambar 1). Sepanjang bidang transek ini peneliti mengambil kotoran yang ditemukan sepanjang perjalanan dalam transek. Untuk setiap kotoran yang

ditemukan, dicatat kode dan posisinya dengan GPS. Setelah pengumpulan kotoran rusa dari lapangan, kotoran rusa tersebut harus dijemur di bawah terik matahari untuk menghindari pertumbuhan cendawan atau jamur sehingga tidak membusuk dan rusak. Demikian juga dengan penyimpanan kotoran rusa harus diperhatikan, jagan sampai rusak atau wadahnya lembab.

Untuk mengetahui persepsi masyarakat sekitar terhadap restorasi Rusa Jawa di hutan Wanagama I dilakukan wawancara terstruktur pada masyarakat yang tinggal disekitar hutan maupun masyarakat yang melakukan aktivitas di hutan Wanagama I. Data ini kemudian dianalisis secara deskriptif untuk menggambarkan persepsi masyarakat terhadap restorasi Rusa Jawa di hutan Wanagama I sehingga dapat diketahui bagaimana kepedulian masyarakat terhadap satwa dan habitatnya.

2.2. Analisis data

Analisis data untuk mengetahui kelayakan habitat Rusa Jawa di Wanagama yaitu menggunakan analisis deskriptif.

Komposisi jenis rumput dan semak diketahui dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

INP = Wa x 100% Wt

Dengan :

(7)

24 Produksi biomasa atau

produktivitas pakan yang berupa rumput dan semak dihitung dengan formula sebagai berikut :

P

= p

L l

Dengan :

P = Produksi biomasa seluruh kawasan

L = Luas seluruh kawasan

p = Produksi biomasa seluruh plot sampel

l = Luas seluruh plot sampel Produktivitas tumbuhan bawah dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :

Produktivitas =

Produksi biomasa seluruh kawasan

(rata-rata tiap petak ukur permanen) Interval waktu

pengamatan Analisis data estimasi populasi Rusa Jawa dengan metode Pellet Count yaitu menggunakan formula :

P = A . p t .d . a Dengan :

P = Estimasi populasi A = Luas area pengamatan p = Jumlah onggokan t = Waktu

d = Rerata defakasi (rerata devikasi Rusa Jawa yaitu 13 kali per hari)

a = Total area plot sampling

3. Hasil

Hutan wanagama memiliki luas kawasan sekitar 599.7 Ha, dan terbagi dalam kebeberapa petak, pada penelitian kali ini hanya petak 5, petak 6, petak 7, petak 13, petak 14, petak 16 dan petak 18. Dari ketujuh petak yang dijadikan sebagai lokasi penelitian, pada minggu kedua hanya ditemukan 5 onggokan kotoran rusa dan berasal dari petak 7 dan 1 onggokan dari petak 6 saja. Dalam pengambilan data dengan metode pellet count yang digunakan, estimasi populasi dapat diketahui dengan cara mengalikan luasan petak penelitian dengan jumlah onggokan kotoran rusa yang ditemukan pada minggu kedua emudian dibagi interval pengamatan dikali defakasi rata-rata rusa perhari dan luasan plot sample. Dari hasil perhitungan diperoleh hasil estimasi populasi rusa di Wanagama I sebanyak 5 ekor. Tabel berikut menunjukkan jumlah onggokan yang ditemukan di masing-masing petak penelitian di Wanagama.

Tabel 1. Jumlah onggokkan kotoran rusa

Petak

Jumlah onggokan

minggu ke dua

Jumlah pellet

count

5 0 3

6 1 3

7 5 3

13 0 3

14 0 3

16 0 3

18 0 3

(8)

25 Dari onggokan kotoran yang ada

ditemukan pada minggu pertama sebanyak 5 onggokan kotoran pada petak 6, dan pada minggu kedua ditemukan 6 onggokan kotoran masing-masing 5 dipetak 7 dan 1 di petak 6. Jadi jika dimasukkan ke rumus estimasi populasi rusa yaitu terdapat 5 individu rusa di Wanagama.

Produktivitas pakan dihitung dari biomassa atau berat kering dari setiap jenis rumput dan tumbuhan bawah dibagi dengan 14 hari. Untuk produktivitas rumput yang jadi pakan rusa yaitu sebesar 2390.426 kg/hari atau 872.505 ton/ha/thn, sedangkan produktivitas tumbuhan bawah yang jadi pakan rusa yaitu sebesar 64.297 kg/hari atau 23.468 ton/ha/thn. Pada analisis produktivitas ini juga dihitung INP yang diperoleh dari biomassa tiap jenis dibagi dengan biomassa total semua jenis berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai INP terbesar adalah kolonjono dengan INP sebesar 50.53 % dan alang-alang dengan INP sebesar 11.561%.

Untuk data kelindungan, dari hasil analisis deskriptif, hutan Wanagama I menyediakan pelindung berupa penutupan tajuk dan tumbuhan bawah serta semak belukar yang mampu melindungi rusa dari cuaca dan predator. Dari hasil penghitungan kepadatan pohon bahwa semua petak wanagama memiliki karakter dan kelayakan yang sesuai dengan kelayakan habitat rusa dan ini juga mampu dibuktikan dengan ditemukannya kembali kotoiran rusa jawa. Kepadatan semak yang ada di semua petak wanagama menunjukan nilai yang positif sehingga dari aspek kepadatan semak yang dibutuhkan dapat

dikatakan bahwa wanagama layak menjadi tempat restorasi walaupun dengan nilai kerapatan tererndah pada petak 16 yakni 1.67%. Tutupan tajuk dan tutupan tumbuhan bawah keduanya diatas 50%, hal ini memenuhi kebutuhan pelindung bagi rusa. Termasuk untuk struktur vegetasi di Wanagama yang memiliki rata-rata diameter pohon pada tingkat semai dan sapihan, terlihat dari data bahwa struktur vegetasi di Wanagama didominasi oleh kelas S sampai kelas C, struktur hutan yang seperti ini sesuai untuk tempat berlindungnya rusa. Sedangkan dilihat dari aspek ketersedian air, di lokasi penelitian sangat mendukung untuk habitat rusa, karena Wanagama dilalui aliran sungai Oyo yang merupakan salah satu sumber air yang mengalir sepanjang tahun sehingga dapat dimanfaatkan sebagai tempat minum oleh Rusa Jawa walaupun musim kemarau panjang. Untuk kebutuhan ruang, Rusa Jawa memerlukan 6 ha/individu. Ruang yang dibutuhkan rusa jawa di Wanagama I dapat dihitung dari luas Wanagama dibagi dengan estimasi jumlah individu Rusa Jawa yang ditemukan. Dari hasil estimasi rusa yang ada di Wanagama ditemukan 5 individu.

Ruang = Luas home range yang dibutuhkan x Estimasi jumlah individu

(9)

26 Tabel 4. Kepadatan Pohon

petak 5 (%) petak 6(%) petak 7 (%) petak 13 (%) petak 14 (%) petak 16 (%) petak 18 (%)

6.25 57.5 70.00 0 0 0 20

28.25 57.0 0.00 0 0 0.2425 0

20.00 57.0 0.00 0 0 0.0075 0

45.00 65.3 0.00 0 0 0.0325 0

70.00 48.0 0.00 0 5 0.125 0

14.75 10.0 19.50 0 0 0 0

52.25 38.0 0.00 0 0 0 0

13.00 28.3 0.00 0 83 0.22 0

34.75 0.0 24.75 0 35.25 0.0725 0

0.50 0.0 12.50 0 8.25 0.2375 7.5

41.25 53.3 11.75 0 27 0.05 0

49.75 56.3 0.00 0 15.25 0 0

31.00 19.8 53.50 0 2.5 0 7.5

30.50 34.8 7.50 0 15.75 0 0

31.00 59.5 0.00 0 0 0 0

31.22 38.97 13.3 0 12.8 0.07 2.33

Tabel 5. Kepadatan Semak

Tabel 6. Rerata diameter

petak 5 (%) petak 6 (%) petak 7 (%) petak 13 (%) petak 14 (%) petak 16 (%) petak 18 (%)

46.5 92.5 48.33 58.3 57.5 88.33 93.33

33.5 92.5 75.83 85.83 40.83 69.17 66.67

87.5 91.7 86.67 87.5 83.33 77.5 63.33

90 58.3 50.00 100 45.83 80 71.67

79.75 77.5 71.67 100 50 100 47.5

77.75 82.5 51.67 71.7 45.83 1.67 75

82.25 72.5 42.50 41.7 40.83 64.17 57.5

83 62.5 54.17 76.7 57.5 71.67 77.5

74.25 99.2 31.67 71.7 67.5 98.33 69.17

32.25 99.2 81.67 71.7 75 65 75

94.5 67.5 30.83 87.5 100 79.17 39.17

94.25 50.0 50.83 33.3 66.67 54.17 80

81 74.2 80.00 58.3 80.83 100 70.83

90.5 75.8 58.33 69.2 85.83 100 78.33

71 58.3 40.00 50.83 58.33 100 33.33

74.53 76.94 56.94 70.95 63.72 76.61 66.56

KelasS KelasA KelasB KelasC KelasD KelasE KelasF KelasG KelasH

(10)

27 Tabel 7. Rerata Tutupan Tajuk Tumbuhan

Bawah

Hasil pengambilan data sosial mengenai persepsi masyarakat tentang restorasi rusa jawa melalui kuisioner diketahui bahwa 87% masyarakat mengetahui keneradaan restorasi rusa di wanagama baik secara langsung atau dari orang lain, besarnya kegiatan masyarakat yang berinteraksi langsung dengan hutan wanagama adalah 46 % bertani, 31% merumput dan selebihnya tidak berinteraksi langsung dengan kawasan. 90% masyarakat setuju dengan adanya restorasi, dan 57% masyarakat lahannya pernah dirusak oleh rusa jawa. 61% masyarakat mengetahui bahwa rusa adalah salah satu hewan yang dilindungi sehingga 94% masyarakat tidak pernah memburunya. 70% persen dari Masyarakat khawatir akan peningkatan jumlah rusa, akan tetapi 80% masyarakat bersedia untuk bekerja sama dalam pengolahan restorasi rusa. Secara keseluruhan pertanyaan, yang mendukung itu sekitar 73% dan yang tidak mendukung sebesar 27%.

4. Pembahasan

Dalam mengetahui apakan Hutan Wanagama layak dijadikan sebagai lokasi restorasi Rusa Jawa yaitu dengan mengetahui kelayakan dari tiga aspek. Tiga aspek tersebut yaitu populasi, habitat, dan sosial. Berdasarkan data populasi yang didapatkan di lapangan yaitu diketahui jumlah individu rusa yaitu 5 ekor, padahal sudah diketahui awal

pelepasliaran rusa di Wanagama yaitu sebanyak 20 ekor, jika ditinjau dari segi kelayakan sudah tentu tidak layak karena terjadi pengurangan ukuran populasi. Namun jika dikaitkan dengan keterangan masyarakat sekitar, hal itu tidak sesuai karena masyarakat masih sering menemukan rusa dalam jumlah yang berkelompok pada tempat-tempat yang berbeda, di samping itu masyarakat juga sering mengetahui tanda-tanda keberadaan rusa dari tanaman warga yang dimakan ataupun dari jejak kaki dan kotoran yang ditemukan di tanah. Jumlah rusa seharusnnya lebih banyak karena menurut informasi masyarakat juga saat ini rusa telah tersebar hingga ngelanggeran. Hal ini dapat disebabkan oleh ketidak telitian pengambil data, atau rusa memang sudah menyebar keluar kawasan. Meskipun bisa saja terjadi pengurangan populasi akibat perburuan, namun berdasarkan data tidak banyak yang melakukan perburuan rusa di Wanagama. Maka dari aspek populasi dapat diketahui bahwa Wanagama masih dapat dikatakan layak sebagai lokasi restorasi Rusa Jawa.

Dari aspek habitat, semua unsur habitat yaitu ketersediaan pakan, ketersediaan ruang, ketersediaan pelindung, dan ketersediaan air semuanya memenuhi kebutuhan rusa untuk dapat menempati dan hidup di lokasi Wanagama. Dari unsur pakan, menurut Garsetiasih, (2007) kebutuhan pakan satu individu rusa jawa rata-rata per hari mencapai 6 kg, sedangkan dari hasil perhitungan didapat produktivitas pakan mencapai 2390.426 kg/hari, sedangkan produktivitas tumbuhan bawah yang jadi pakan rusa yaitu sebesar 64.297 kg/hari. Tutupan tajuk Tutupan bawah

(11)

28 Hal tersebut cukup untuk kebutuhan

pakan 5 ekor rusa setiao hari. Dari analisis kotoran, pakan yang menjadi preferensi rusa yaitu kolonjono karena ditemukan paling sering yaitu sebanyak 8 ulangan. Dan kolonjono merupakan pakan yang produktivitasnya paling tinggi yaitu sebesar 2014.278 kg/hari. Hal ini sangat memenuhi kebutuhan pakan rusa di Wanagama.

Berdasarkan teori, Rusa Jawa selain membutuhkan padang rumput juga membutuhkan semak-semak untuk berlindung, pepohonan untuk berteduh, dan adanya persediaan air untuk mencukupi kebutuhan minum. Rusa juga memanfaatkan kawasan dengan kerapatan tumbuhan yang relatif tinggi seperti di sekitar sungai atau anak sungai (Djuwantoko, 2003). Dilihat dari data, Wanagama memiliki kerapatan semak dan tumbuhan bawah yang tinggi, data struktur vegetasi yang diambil menggunakan metode kuadran menunjukkan bahwa Wanagama didominasi oleh kelas S hingga kelas C yang merupakan kelas diameter untuk semak dan tingkatan sapihan. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Alikodra (1990), bahwa kerapatan vegetasi berkaitan erat dengan kemudahan penglihatan pemangsa dan mangsanya. Semakin padat dan rapat vegetasi di suatu kawasan, maka kemungkinan rusa untuk terlihat dari pemangsa akan semakin kecil. Sedangkan untuk penutupan tajuk yaitu diatas 50% cukup untuk digunakan rusa untuk berlindung dari panas.

Dari unsur air dan ruang, telah diketahui bahwa Sungai Oyo yang melintas di Wanagama mengalir

sepanjang tahun dan wanagama memiliki lahan seluas 599,7 ha yang cukup untuk menampung 5 ekor rusa. Semua unsur habitat dari mulai pakan (food), ruang (space), pelindung (cover), dan air (water) sangat mendukung untuk kelangsungan hidup rusa di Wanagama.

(12)

29 Pihak wanagama dianjurkan agar

memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang restorasi Rusa Jawa sehingga masyarakat dapat berperan serta membantu pengelola dalam mengelola kegiatan restorasi. Pengelola disarankan untuk melakukan monitoring berkala demi mengetahui perkembangan populasi Rusa Jawa karena Rusa Jawa telah banyak keluar dari kawasan Wanagama, selain itu masyarakatpun mengimbau untuk diberikan pagar sehingga rusa tidak merusak lahan mereka.

5. Kesimpulan

Hutan Wanagama I layak dijadikan sebagai kawasan restorasi Rusa Jawa ditinjau dari aspek populasi, aspek habitat yang terdiri dari ketersediaan pakan, ketersediaan air, ketersediaan ruang, dan ketersediaan pelindung, serta aspek sosial yang ditunjukkan oleh sekitar 73% yang menyatakan adanya dukungan masyarakat untuk keberadaan restorasi Rusa Jawa.

Ucapan Terimakasih

Penelitian ini dapat terlaksana karena adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, pihak-pihak tersebut yaitu semua dosen Laboratorium Satwa Liar Fakultas Kehutanan UGM selaku pembimbing berkontribusi besar terhadap jalannya penelitian ini, para co.ass yang telah menemani dan membimbing juga baik dalam penyusunan proposal penelitian maupun di lapangan, dan juga rekan-rekan satu kelompok yang telah bekerjasama dengan baik dalam merealisasikan penelitian ini.

Daftar Pustaka

Alikodra, H.S. 1990. Pengelolaan Satwa Liar Jilid I. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Anonim. 1978. Pedoman Pengelolaan

Satwa Langka. Direktorat Jenderal Departemen Kehutanan. Direktorat PPA. Bogor.

Dewi, A.S. 2006. Studi Tingkat Kerugian Petani Oleh Rusa Jawa (Cervus timorensis Mul. & Schl) Di Sekitar Petak 5 Hutan Wanagama I Kabupaten Gunung Kidul. Skripsi tidak dipublikasikan. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Djuwantoko. 2003. Pemanfaatan Rusa Secara Lestari. Makalah Seminar. Fakultas Kehutanan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Drajat, A.S. 2002. Potensi Biologi dan Reproduksi Rusa sebagai Hewan Ternak. Makalah Seminar Latih Rusa. BKSDA - Biologi UAJY – Fakultas Kehutanan – LSKHL. Yogyakarta.

Garsetiasih. 1996. Studi Habitat Dan Pemanfaatannya Bagi Rusa (Cervus timorensis) Di Taman Wisata Alam Pulau Menipo Nusa Tenggara Timur. Tesis tidak dipublikasikan. Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Garsetiasih. 2007. Daya Dukung Kawasan Hutan Batu Raden sebagai Habitat Penangkaran Rusa. Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam.

(13)

30 Second Edition. Harper

International Edition. New York. McNaughton dan Wolf. 1990. Ekologi

Umum. Edisi Kedua. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Palguna, H. 1998. Pola Perilaku Rusa

Jawa (Cervus timorensis russa, Mul. & Schl.) di Beberapa Penangkaran Milik Perhutani. Tesis tidak dipublikasikan. Yogyakarta: Program Studi Ilmu Kehutanan Jurusan Ilmu-ilmu Pertanian Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada.

Purnomo, D.W. 2003. Studi Jenis Pakan dan Tingkat Kesukaannya Pada Rusa Jawa (Cervus timorensis russa Mull & Schl) di Wanagama I Gunung Kidul. Skripsi tidak dipublikasikan. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Gambar

Gambar 3. Petak Ukur Protocol Sampling
Tabel 1. Jumlah onggokkan kotoran rusa
Tabel  5. Kepadatan Semak

Referensi

Dokumen terkait