MERJER DAN AKUISISI, RESTRUKTURISASI, REORGANISASI, DAN
LIKUIDASI SERTA KEUANGAN INTERNASIONAL
1. MERJER DAN AKUISISI
Merjer dan akuisisi merupakan alternatif untuk melakukan perluasan usaha. Istilah merjer sering digunakan untuk menunjukkan penggabungan dua perusahaan atau lebih, dan kemudian tinggal nama sakah satu perusahaan yang bergabung. Akuisisi mirip dengan merjer, kecuali perusahaan baru akan terbentuk. Pengakuisisi dan yang diakuisisi hilang dan menjadi perusahaan baru.
1.1 Motif Merjer dan Akuisisi
Mengapa perusahaan bergabung dengan perusahan lain, atau membeli perusahaan lain? Alasan yang sering dikemukakan adalah lebih cepat dari pada harus membangun unit usaha sendiri. Transaksi pembelian tersebut akan terjadi kalau pembelian tersebut menguntungkan kedua belah pihak. Kondisi saling menguntungkan tersebut akan terjadi kalai dari peristiwa akuisisi atau merjer tersebut diperoleh synergy. Synergy berarti nilai gabungan dari kedua perusahaan tersebut lebih besar dari penjumlahan masing-masing nilai perusahaan yang digabungkan.
Synergy dapat berwujud operating maupun financial synergy. Operating synergy adalah synergy yang dinikmati oleh perusahaan karena kombinasi dari beberapa operasi sehingga dapat menekan biaya dan/atau menaikkan penghasilan. Financial synergy berasal dari penghematan yang dinikmati perusahaan yang berasal dari sumber pendanaan.
Disamping alasan-alasan yang diharapkan dapat menimbulkan synergy, kadang-kadang akuisisi dilakukan dengan alasan yang meragunakan dan tidak masuk akal, yaitu: a. Diversifikasi, konsep Capital Assets Pricing Model (CAPM) diketahui bahwa
diversifikasi tidaklah menimbulkan manfaat, karena pasar akan menentukan nilai perusahaan berdasarkan atas risiko yang tidak bisa dihilangkan dengan diversifikasi. b. Meningkatkan Pertumbuhan, pertumbuhan akan memperbesar perusahaan, tetapi tanpa
peningkatan efisiensi atau sinergi, maka tidak ada pengaruh positif terhadap pemegang saham.
Alasan lainnya yang tidak nampak dari merjer dan akuisisi adalah salah satu motifnya adalah keinginan manajer untuk mempertahankan sumber daya perusahaan. Caranya adalah dengan membeli perusahaan lain, yang berarti kas tidak jatuh pihak lain.
1.2 Jenis Merjer dan Akuisisi
Berdasarkan atas cara perluasan yang dilakukan, merjer dan akuisisi dapat dilakukan dengan cara:
1) Horisontal: penggabungan perusahaan dalam jenis bisnis yang sama
2) Vertikal: penggabungan perusahaan yang mempunyai keterkaitan antara input-output 3) Congeneric: penggabungan perusahaan dalam industri yang sama tetapi tidak
memproduksi produk yang sama dan tidak ada keterkaitan supplier. 4) Conglomerate: penggabungan perusahaan dari industri yang berbeda
Sedangkan merjer dan akuisisi berdasarkan jenis penggabungannya meliput:
1) Akuisisi saham, terjadi bila perusahaan yang mengakuisisi membeli sebagian besar saham perusahaan yang menjadi target akuisisi. Akuisisi saham dapat dilakukan dengan cara bersahabat (friendly) dan tidak bersahabat (hostile). Friendly Merger terjadi bila manajemen kedua belah pihak berunding bersama dan hasil perundingan tersebut akan diusulkan ke pemilik perusahaan. Hostile Merger terjadi bila manajemen perusahaan dari acquired company tidak diajak berunding, tetapi perusahaan yang akan mengakuisisi langsung menawarkan ke pemegang saham acquired company persyaratan-persyaratan yang dinilai cukup menarik.
2) Akuisisi aset, terjadi bila perusahaan yang mengakuisisi membeli sebagian atau seluruh aset perusahaan yang menjadi target akusisi. Persetujuan formal dari pemegang saham perusahaan yang menjadi diperlukan. Bentuk ini akan menghindarkan perusahaan dari kemungkinan memiliki pemegang saham minoritas.
1.3 Taktik Perusahaan Mempertahankan Diri dari Merjer dan Akuisisi
Secara umum taktik untuk mempertahankan diri dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: sebelum penawaran dan sesudah penawaran. Sebelum penawaran, cara terbaik untuk mempertahankan diri dari pengambilan oleh perusahaan lain adalah:
1) Mengubahnya menjadi perusahaan persorangan. Dengan menjadi perusahaan perseorangan, maka kendali ada pada satu tangan, keputusan yang diambil tidak memerlukan musyawarah, dalam kaitan mempertahankan perusahaan dari pengambilalihan oleh perusahaan lain.
3) Meningkatkan skala usaha, skala usaha yang besar akan menyulitkan perusahaan lain yang ingin membelinya karena tentu diperlukan dana yang besar.
4) Mempertahankan harga saham yang kuat, yang mencerminkan kuatnya manajemen, prospek pertumbuhan dan kesempatan investasi yang baik.
5) Persyaratan merjer yang makin ketat, misalnya perusahaan menetapkan bahwa merjer hanya dapat dilakukan apabila disetuji oleh minimal 80% pemegang saham.
6) Membuat perusahaan menjadi tidak menarik untuk diambil alih yang disebut juga dengan poison pill. Poison pill dilakukan dengan memberikan kepada pemegang saham perushaan yag akan dibeli untuk menjual sahamnya dengan harga yang tinggi atau pemberian hak untuk memperoleh saham baru dengan discount yang cukup besar atau bahkan gratis.
Jika strategi sebelum penawaran tidak berhasil melindungi perusahaan dari pembelian oleh perusahaan lain, setelah penawaran perusahaan masih dapat melakukan berbagai cara untuk menggagalkan pertemuan tersebut
1. Mengajukan tuntutan dengan dalih anti monopoli atau jika dirasa harga penawaran tidak wajar, perusahaan dapat meminta untuk dilakukan harga penawaran lebih baik. 2. Menjual sebagian perusahaan kepada pihak ketiga atau menciptakan hutang yang
semakin besar dengan cara membeli kembali sebagian saham perusahaan.
3. Pembuatan kontrak khusus yang menjamin eksekutif tidak akan kehilangan pekerjaan atau pemberian kompensasi yang sangat besar apabila terjadi penggabungan perusahaan. Cara ini disebut Golden Parachut, dimana manajer tidak khawatir akan kehilangan pekerjaan, kalaupun pembelian jadi dilakukan, manajer akan melakukan negosiasi untuk menentukan harga yang wajar atau lebih mementingkan kepemtingan pemegang saham.
1.4 Menaksir Biaya Akuisisi
Asumsi dasar dalam menganalisis biaya akuisisi adalah bahwa pasar modal adalah efisien, dengan dmeikian harga yang tercantum dibursa adalah harga yang wajar.
Contoh 1
PT WISTA memiliki 10 juta lembar saham dengan harga RP 8.000 per lembar dibeli oleh PT RIAN dengan harga Rp 9.000 per lembar. PT RIAN A memiliki 50 juta lembar saham dengan harga perlembar Rp 12.000. diharapkan dengan akuisisi tersebut PT RIAN akan dapat menghemat biaya sebesar Rp 1.000 juta pada tahun depan, dan penghematan tersebut diharapkan meningkat sebesar 10% per tahun selamanya. Apabila tingkat keuntungan yang layak adalah 17%, berapakah biaya akuisisi dan manfaat akuisisi tersebut?
Biaya Akuisi = 10 jta (Rp 9.000 – Rp 8.000) = Rp 10 milyar
Manfaat akuisisi = 1000 juta/ (0.17-0.10) = Rp 14,3 milyar Manfaat akuisisi bisa dihitung dengan rumus:
PVAS-(PVA+PVS)
Keterangan:
PVR = nilai equity perusahaan A = Rp 600 milyar PVW = nilai equity perusahaan S = Rp 80 milyar
PVwR = nilai gabungan equity PT A dan PT S setelah mendapat synergy (600 M+80 M+ 14,3 M) = Rp 694,3 M
Dengan demikian manfaat akuisisi : PVAS-(PVA+PVS)
= Rp 694,3 M – (Rp 600 M + Rp 80 M) = Rp 14,30 Milyar
Manfaat bersih (NPV) = Rp 14,3 M – Rp 10 M = Rp 4,30 Milyar
Dengan demikian, kalau peristiwa akuisisi memberikan manfaat bersih, maka biaya yang ditanggung oleh acquired company akan lebih besar apabila dibandingkan dengan akuisisi secara tunai. Sebaliknya yang terjadi kalau akuisisi tersebut memberika kerugian bagi acquiring company.
Contoh 2
PT. A merencanakan akan mengakuisisi PT. B. data kedua perusahaan tersebut adalah sebagai berikut:
PT.A PT.B
1. EPS Rp 2.000 Rp 2.000
2. Harga saham lembar saham Rp 20.000 Rp 8.000
3. PER 10x 4x
4. Jumlah lembar saham 10 juta 10 juta 5. Laba setelah pajak Rp 20 milyar Rp 20 milyar 6. Nilai pasar equity Rp 200 milyar Rp 80 milyar
Misalkan PT. A dapat membeli PT. B dengan harga seperti saat ini dengan cara menukar saham, an diharapkan tidak terjadi synergy. Bagaimana EPS, harga saham, PER, jumlah lembar saham, lba setelah pajak dan nilai equity setelah merjer? Apa kesimpulan yang dapat kita peroleh?
Jawab:
(2) Nilai pasar equity = Rp 200 milyar + Rp 80 milyar = Rp 280 milyar
(3) Jumlah lembar saham = 10 juta + (Rp 80 milyar/Rp 20.000) = 14 juta lembar (4) Dengan demikian bisa dihitung EPS, harga saham dan PER
PT.A PT.B PT. A (setelah merjer)
1. EPS Rp 2.000 Rp 2.000 Rp 2.857
2. Harga saham lembar saham Rp 20.000 Rp 8.000 Rp 20.000
3. PER 10x 4x 7x
4. Jumlah lembar saham 10 juta 10 juta 14 juta
5. Laba setelah pajak Rp 20 milyar Rp 20 milyar Rp 40 milyar 6. Nilai pasar equity Rp 200 milyar Rp 80 milyar Rp 280 milyar
Harga saham PT A setelah merjer tetap Rp 20.000,00 tetapi EPS dilaporkan lebih tinggi. Apanila kita keliru memperhatikan jumlah EPS sebagai ukuran keberhasilan akuisisi, maka kita akan mengatakan bahwa akuisisi tersebut baik bagi pemegang saham PT. A. padahal sebenarnya kemakmuran pemegang saham PT. A tidak berubah.
Contoh 3
Sekarang misalkan dari rencana akuisisi tersebut diharapkan akan diperoleh manfaat senilai Rp 20 milyar. Sewaktu PT. A menawarkan pertukaran saham, para pemegang saham B setuju, asalkan saham mereka ditukar dengan 5 juta lembar saham. Berapa harga saham PT. A yang baru? Apakah akuisisi tersebut menguntungkan para pemegang saham yang lama? Mengapa?
Jawab:
Dengan menukar 10 juta lembar saham PT. B dengan 5 juta lembar saham PT. A, maka jumlah lembar saham akan menjadi 15 juta lembar saham. Apabila diharapkan diperoleh manfaat senilai Rp 20 milyar, maka PVAB = 200 + 80 + 20 = Rp 300 milyar.
Dengan demikian maka harga saham setelah akuisisi akan menjadi Rp 300 milyar/15 juta = Rp 20.000,00. Ini berarti bagi pemegang saham lama akuisisi tersebut tidak memberikan manfaat satu rupiahpun. Seluruh manfaat (sebesar Rp 20 milyar) dinikmati oleh bekas pemegang saham PT. B
Contoh 4
PT. A menyatakan bahwa mereka haruslah dapat menikmati manfaat akuisisi tersebut minimal sebesar 50%, berapakah harga maksimum yang akan ditawarkan pada PT. C?
Jawab:
Dengan penghematan biaya sebesar Rp 1,50 milyar pada tahun depan, maka tambahan kas masuk setelah pajak akan sebesar (1-0,35) Rp 1,50 milyat = Rp 975 juta. Dengan demikian manfaat dari akuisisi tersebut diharapkan akan sebesar 975 juta/(0,18-0,10) = Rp 12.187,50 juta.
Karena manfaat yang diinginkan dinikmati oleh pemegang saham PT. A adalah 50%-nya, maka yang boleh dinikmati oleh pemegang saham PT. C (sebagai biaya bagi pemegang saham PT. A) adalah =: 50% x Rp 12.187,50 juta = Rp 6.093,75 juta
Dengan jumlah lembar saham sebanyak 6 juta lembar, maka kenaikan harga saham yang dapat ditolerir adalah Rp 6.093,75/6 juta = Rp 1.015 (dibulatkan). Harga maksimum yang akan ditawarkan ke PT. C adalah : Rp 6.000 + Rp 1.015 = Rp 7.015
2. RESTRUKTURISASI, REORGANISASI, DAN LIKUIDASI
Perusahaan tidak selalu berjalan sesuai rencana, tentunya dalam perjalanan suatu perusahaan pasti akan menghadapi kesulitan. Kesulitan yang cukup mengganggu kelancaran perjalanan perusahaan adalah yang terkait mengenai keuangan perusahaan tersebut baik kesulitan keuangan ringan dan juga lebih serius yaitu tidak solvabel.
Ketika sudah memasuki tahap solvabel ini terdapat dua penyelesaian untuk mengatasinya yaitu liquidasi atau reorganisasi. Liquidasi dipilih jika nilai liquidasi lebih besar dibanding dengan nilai perusahaan bila diteruskan. Reorganisasi dipilih jika perusahaan masih menunjukan prospek yang baik.
Penyelesaian secara informal ditempuh apabila masalah belum begitu parah, masalah perusahaan hanya bersifat sementara dan prospek masa depan masih bagus. Cara informal yang biasa ditempuh :
a. Perpanjangan (extension): dilakukan dengan memperpanjang jatuh tempo hutang – hutang.
b. Komposisi (composition): dilakukan dengan mengurangi besarnya tagihan. c. Liquidasi: jika nilai liquidasi lebih besar dari nilai going concern.
a. Apabila nilai perusahaan lebih besar dari nilai perusahaan liquidasi, dilakukan reorganisasi dengan merubah struktur modal menjadi struktur modal yang layak. Perubahan bisa dilakukan melalui perpanjangan, perubahan komposisi, atau keduanya. b. Apabila nilai perusahaan lebih kecil dari nilai perusahaan diliquidasi, liquidasi lebih
baik dilakukan. Liquidasi dengan menjual aset – aset perusahaan, kemudian didistribusi ke pemasok modal dibawah pengawasan pihak ketiga.
Berkaitan dengan masalah keunagan ini maka akan dibahas beberapa hal yang terkait diantaranya : restrukturisasi, reorganisasi, dan liquidasi.
2.1 Restrukturisasi
Restrukturisasi adalah kegiatan merubah struktur perusahaan, dalam hal ini bisa berarti membesar atau makin kecil. Restrukturisasi yang semakin mengecil merupakan kegiatan perusahaan untuk merampingkan usahanya sebagai akibat unit kegiatan tersebut tidak ekonomis lagi atau karena kesulitan keuangan yang dialami perusahaan. Restrukturisasi ini bisa dilakukan dengan penjualan unit – unit kegiatan (sell off) atau pemisahan unit – unit kegiatan tersebut dari kegiatan perusahaan (spin off), menarik diri dari pasar modal dengan going private atau leverage buy out.
Sell off, perusahaan yang mempunyai unit kegiatan yang beraneka ragam, pada suatu ketika dianggap unit – unit tersebut dianggap tidak ekonoms lagi. Kondisi ini disebabkan kemungkinan karena tingkat kegiatannya terlalu rendah sehingga sulit mencapai economics of scale. Apabila unit kegiatan tersebut dianggap merupakan beban perusahaan, maka perusahaan bisa menjual unit kegiatan tersebut apakah dilakukan secara tunai atau dengan pertukaran saham.
Contoh : Perusahaan rokok PT. CIGARETE memiliki perkebunan, karena perusahaan mengalami kesulitan keuangan maka PT CIGARETE tersebut bisa menjual unit perkebunan yang dimiliki kepada PT TEBACO sebagai perusahaan perkebunan tembakau yang dilakukan sebagai perusahaan perkebunan tembakau yang dilakukan secara tunai atau pertukaran saham. Apabila cara terakhir ditempuh, maka PT TEBACO ikut memiliki saham PT CIGARETE.
Spin off, dilakukan apabila unit kegiatan yang dimiliki suatu perusahaan dipisahkan dan berdiri sendiri menjadi perusahaan baru. Dengan demikian perushaan baru yang terpisah tersebut memiliki manajemen sendiri yang independen dalam mengambil keputusan. Alasan spin off dilakukan adalah agar unit kegiatan yang dipisahkan memiliki manajemen tersendiri, sehingga dapat mengambil keputusan lebih cepat, efisien dan bertanggungjawab.
a) Extention, melalui perpanjangan kreditor bersedia memperpanjang masa jatuh tempo hutangnya.
b) Komposisi, dilakukan melalui perubahan nilai hutang lama.
c) Going Private, perusahan menarik diri untuk tidak terdaftar lagi di pasar modal hal ini bisa dilakukan dengan membeli saham – saham yang sudah dipublish. Alasan dilakukannya going private menganggap bahwa go public dinilai membebani perusahaan.
d) Leverage buy out, perusahaan menarik diri untuk tidak terdaftar lagi di pasar modal yang dilakukan dengan menggunakan dana pihak ketiga. Hal ini berarti bahwa saham – saham tersebut dibeli dengan sumber dana pinjaman yang dijamin dengan aktiva dan arus kas perusahaan.
2.2 Reorganisasi
Kadang kala disaat perusahaan mengalami kesulitan maka perusahaan terpaksa harus bertahan dengan apa yang ada atau “memperkecil diri”, agar tidak megalami kesulitan yang makin para. Reorganisasi dalam aspek financial dilakukan untuk memperkecil beban financial yang tetap sifatnya. Hal ini dilakukan apabila perusahaan sekiranya masih memiliki prospek yang baik sehingga dapat tertolong nantinya.
Rencana reorganisasi didasarkan pada prinsip keadilan dan kelayakan. Prinsip keadilan berart semua pihak harus diperlakukan secara adil. Prinsip kelayakan berarti rencana yang akan dilakukan haruslah layak (bisa). Contoh nya ketika perusahaan memiliki beban hutang terlalu tinggi sedangkan kemampuan penjualan sangat kecil maka reorganisasi tidak layak dilakukan.Beberapa perusahaan melakukanreorganisasi dengan merestrukturisasi hutang mereka. Proses ini dilakukan dengan mengadakan extention atau composition.
Dalam melakukan reorganisasi finansial, ada beberapa langkah yang harus ditempuh yaitu menaksir nilai perusahaan, dan menentukan struktur modal yang baru :
a) Menentukan nilai perusahaan, yang biasa dilakukan berdasarkan tingkat kapitalisasi. Misalkan kurator atau pihak penilai memperkirakan perusahaan setelah direorganisasi dapat menghasilkan pendapatan bersih setahunnya Rp 10 milyar. Tingkat kapitalisasi untuk perusahaan serupa adalah 20%. Nilai perusahaan dapat dihitung sbb :
(1) Nilai Perusahaan = Rp 10 milyar / 0.2 = Rp 50 milyar.
(2) Pihak lain bisa sampai pada angka yang berbeda, hal ini sangat mungkin terjadi karena sulit memperkirakan pendapatan bersih dimasa mendatang.
Berikut ini contoh langkah – langkah yang dilakukan untuk reorganisasi :
a) Menentukan nilai perusahaan, misalkan pihak curator dan pengdilan memperkirakan penjualan perusahaan mendatang menapai Rp 75 juta pertahun. Dengan profit margin sekitar 10%, maka keuntungan yang akan diperoleh adalah Rp 75 juta / 0,01 = Rp 7,5 juta setahun.
b) Menghitung tingkat kapitalisasi atau tingkat multiple, dan nilai perusahaan. Misalkan tingkat kapitalisasi perusahaan yang sejenis sekitar 12%, maka Nilai = Rp 7,5 juta / 0,12 = Rp 62,50 juta.
(1) Teknink multiple (seperti PER) juga bisa digunakan, misalkan rasio PER (Price Earing Ratio) untuk perushaan lain sekitar 8 kali. Rasio tersebut dinilai cukup wajar untuk perusahaan tersebut. Maka dengan menggunakan teknik ini Nilai perusahaan= Rp7,5 juta x 8 = Rp 60 juta. Karena dilakukan dengan cara yang berbeda maka hasil yang diperoleh juga berbeda, misalkan kuratir menentukan nilai perusahaan Rp 60 juta.
c) Menentukan struktur modal yang baru, karena jumlah Rp 60 juta tersebut lebih rendah disbanding total klaim (total pasiva), maka struktur modal yang baru perlu ditentukan yang diharapkan akan lebih meringankan beban tetap perusahaan.
Reorganisasi finansial sering dibarengi dengan konsolidasi yaitu membuat perusahaan jadi lebih “ramping” secara operasional. Hal ini dilakukan dengan cara :
a. Melakukan penghematan biaya, membatalkan atau menunda pengeluaran yang tidak perlu.
b. Menjual aktiva – aktiva yang tidak diperlukan.
c. Divisi (unit bisnis) yang tidak menguntungkan dihilangkan atau digabungkan. d. Menunda rencana ekspansi sampai situasi nilai telah menguntungkan.
e. Memanfaatkan kas yang ada, tidak menambah hutang, dan menjaga liquiditas. Dalam jangka pendek mungkin sekali profitabilitas dikorbankan (profitabilitas terpaksa negatif).
2.3 Likuidasi
Pengertian likuidasi sendiri bisa dilihat dari pendekatan lairan kas dan pendekatan stock. Dengan pendekatan stock, perusahaan bisa dinyatakan likuidasi jika total kewajiban lebih besar dari total aktiva. Jika perusahaan mempunyai hutang Rp 1 milyar sementara total asetnya Rp 500 juta perusahaan bisa dinyataknalikuidasi/bangkrut. Dengan pendekatan aliran kas, perusahaan akan bangkrut jika tidak menghasilkan aliran kas yang cukup. Dari sudut pandang stock, perusahaan bisa dinyatakan likuidasi meskipun mungkin masih menghasilkan kas yang cukup atau prospek yang baik dimasa mendatang.
formal maupun tidak formal. Proses likuidasi tidak formal dilakukan dengan pertimbangan untuk biaya yang lebih murah, aktivita lebih sederhana, kreditur mendapatkan uangnya lebih banyak dan cepat. Proses likuidasi formal melibatkan pihak ketiga seperti pengadilan, melalui pihak ketiga pihak – pihak yang terlibat dalam kebangkrutan bisa memperoleh perlindungan dari pihak lainnya. Pengadilan berusaha agar pihak yang terkait mendapatkan perlakuan yang adil selama proses perbaikan tersebut.
Ada dua alasan teoritis perusahaan memilih jalur formal yaitu permasalahan Common Pool dan Hold Out :
1) Common Pool, misalkan suatu perusahaan mempunyai nilai hutang nominal sebesar Rp 20 milyar yang berasal dari 10 kreditor dengan besar masing – masing adalah sama. Nilai pasar perusahaan tersebut jika bertahan adalah Rp 15 milyar. Jika dilikuidasi asset perusahaan bisa dijual dan menghasilkan kas sebesar Rp 10 milyar. Jika perusahaan memburuk sehingga tidak bisa membayar salah satu hutangnnya maka kreditur bisa menuntut agar perusahaan dibangkurtkan.
2) Hold-Out, misalkan pada contoh diatas perusahaan berhasil meyakinkan kreditor agar dilakukan restukturisasi. Hutang yang lama diganti dengan hutang baru yang nilainya lebih rendah missal 1,4 milyar untuk setiap kreditor. Jika kreditor menetujui total hutang akan menjadi Rp 14 milyar. Karena nilai perusahaan jika jana terus adalah Rp 15 milyar maka pemegang saham memperoleh sisa sebesar Rp 1 milyar dengan demikian perusahaan tidak perlu dilikuidasi dan masih bisa berjalan terus. Kreditor secara keseluruhan juga diuntungkan disbanding jika bangkrut, karena nilai Rp 14 milyar lebih besar disbanding dengan Rp 10 milyar.
Kas yang diperoleh dari likuidasi asset perusahaan akan didistribusikan dengan urutan-urutan tertentu, missal dari yang paling memperoleh hak pertama sampai yang paling terakhir memperoleh hak.
a) Biaya administrasi yang berkaitan dengan urusan likuidasi, termasuk biaya pengacara, curator (trustee)
b) Klaim dari kreditor yang muncul dari kegiatan bisnis mulai dari saat kasis dibawa ke pengadilan sampai ke saat trustee diangkat
c) Gaji pegawai yang diperoleh dalam waktu 90 hari sesudah petisi kebangkrutan d) Premi pensiunan pegawai untuk masa kerja 120 hari petisi kebangkrutan diajukan e) Uang muka dari pelanggan yang membeli barang tetapi belum memperoleh barangnya f) Pajak pendapatan samapi tiga tahun sebelum kebangkrutan, pajak property sampai
setahun sebelum kebangkrutan, dan semua pajak pendapatan yang masih ditahan oleh perusahaan
3. KEUANGAN INTERNASIONAL 3.1 Keuangan Internasional
Keuangan Internasional merupakan instrument yang digunakan untuk membahas arus dengan skala yang besar dalam Hubungan Internasional. Terjadi banyak problem-problem yang menyangkut permasalahan keuangan global yang dipengaruhi ekonomi politik sehingga memerlukan perhatian lebih khusus terhadap permasalahan tersebut. Problem-problem yang terjadi menyangkut keuangan internasional sudah terjadi beberapa abad terakhir ini,masalah tersebut timbul dikarenakan terdapat kepentingan-kepentingan dari tiap-tiap negara di dunia sehingga menyebabkan permasalahan yang bersifat global. Pemerintah terus berusaha mencari cara yang efisien untuk mengatur dan menentukan kelancaran dari arus keuangan internasional.
Cara atau sistem yang bersifat efisien dan stabil dalam keuangan internasional harus dapat menyelesaikan 3 permasalahan teknis antara lain sebagai berikut :
(1) Likuiditas
Sistem keuangan ini memberikan suplai terhadap mata uang yang memadai dan tidak menimbulkan dampak inflasi, membuat penyesuaian, membuat metode untuk menyelesaikan permasalahan terhadap ketidak seimbangan neraca pembayaran sehingga dapat menjalin likuiditas keuangan.
(2) Peraturan
Setiap permasalahan harus dapat diselesaikan dengan sistem keuangan internasional yang beroperasi secara efisien dan terintegrasi terhadap perekonomian dunia. Setiap rezim dan sistem keuangan internasional suatu Negara bergantung pada peraturan dan tatanan politik yang berlaku dalam Negara tersebut. Karena sistem moneter internasional berpengaruh terhadap kepentingan suatu Negara dan terdapat timbal baik berupa usaha dari Negara-negara yang mencoba untuk mempengaruhi sistem yang berlaku.
(3) Kepercayaan
Dalam hal ini Negara harus bertanggung jawab dan dapat dipercaya dalam menciptakan arus keuangan global yang stabil, mengatur laju peredaran mata uang dan menghindarkan dari dampak buruk inflasi.
Manajemen keuangan internasional adalah perencanaan, pengorganisasian, dan pengendalian Keuangan Perusahaan Multinasional (Multinational Corporation yang lazim disebut MNC). Perusahaan multinasional adalah perusahaan yang beroperasi di seluruh dunia. Mereka adalah perusahaan-perusahaan besar yang dimiliki oleh kaum kapitalis global yang pusatnya di Kanada, Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Italia, Perancis, dan Inggris. Perusahaan-perusahaan itu lazim disebut konglomerat global atau kapitalis global. Mereka tidak mengenal negara, bangsa, tanah air, dalam mengembangkan kapitalnya. Dewasa ini perusahaan-perusahaan tersebut menguasai ekonomi dunia, dan menguasai ekonomi negara-negara sedang berkembang di Afrika, Asia, dan Amerika Latin. Tujuan mereka yang utama adalah mencari keuntungan.
Keuangan internasional penting bagi:
(1) Ekspansi perusahaan multinasional (MultiNational Corporation atau MNC) ke Negara-negara sedang berkembang (NSB),
(2) Ekspansi ideologi globalisasi, dan
(3) Perdagangan Internasional (Ekspor-impor).
Para pemikir ekonomi liberal menyatakan bahwa ekspansi MNC ke negara-negara sedang berkembang merupakan lokomotif pembangunan di NSB, oleh sebab itu kehadirannya sangat diharapkan.
Untuk menyakinkan rakyat di negara-negara yang sedang berkembang bahwa MNC itu penting, dipromosikan ideologi globalisme, tanpa MNC tidak akan ada pembangunan di negara-negara sedang berkembang karena mereka kukurangan modal, ilmu, teknologi, dan tenaga ahli.
Manajemen Keuangan Internasional meliputi aktivitas: (1) Aliran Financial, yaitu arus masuk modal dan pinjaman,
(2) Aliran Riil, yaitu arus masuk barang dagangan barang (bahan baku, barang setengah jadi, dan barang jadi),
(3) Aliran Budaya, yaitu arus masuk ilmu pengetahuan, teknologi, dan pola pikir serta perilaku. Hakikatnya manajemen keuangan internasional adalah eksport capital, budaya, dan barang dagangan dari negara-negara kapitalis maju ke negara-negara sedang berkembang.
melawannya. Mereka mengatakan bahwa globalisasi adalah rekayasa manusia MNC untuk menguasai ekonomi, sosial, politik, dan budaya (pendidikan) negara-negara sedang berkembang. Namun, dibalik itu semua ada setitik keuntungan yaitu:
a. Dapat memanfaatkan keunggulan komparatif,
b. Transfer ilmu pengetahuan dan teknologi.
Risiko yang dihadapi NSB adalah:
a. Ketidakpastian nilai tukar valuta asing, karena nilai mata uang dapat dipermainkan oleh kapitalis global,
b. Risiko negara (country risk) yang tinggi, MNC dapat menguasai politik NSB karena
ekonominya telah dihegemoni dan di dominasi.
Bagaimanapun juga, manajemen keuangan internasional itu penting dipelajari karena dapat: (1) Membantu manajer keuangan dalam memprediksi kejadian-kejadian internasional dan dampak kejadian-kejadian internasional terhadap keputusan keuangan perusahaan,
(2) Mengetahui siklus ekonomi dunia (tumbuh, krisis, recovery),
(3) Mengetahui kelebihan MNC dalam memberdayakan NSB sehingga NSB tergantung kepadanya,
(4) Mengetahui moral bangsa (patriot, kapitalis birokrat, kapitalis komprador),
(5) Memahami karakter MNC yang hanya berorientasi mencari keuntungan tanpa peduli nasib banyak rakyat yang dikuasainya,
(6) Mengetahui aliran dana dari negara maju ke NSB dan dari NSB ke negara maju.
3.3 Sistem dan Lembaga Keuangan Internasional
Para sejarawan khususnya yang menekuni perjalanan perekonomian dunia, kebanyakan memandang tahun 1870 sebagai salah satu tonggak sejarah perekonomian dunia, oleh karena mulai sekitar tahun itulah dalam perekonomian dunia dijumpai adanya jaringan keuangan antar Negara yang sedemikian luas cakupannya dan sedemikian efektif bekerjanya, sehingga pantas untuk disebut sebagai sistem keuangan dunia.
pengelompokkan kurun waktu tersebut, maka akan diuraikan secara garis besar perkembangan system moneter internasional untuk kurun waktu sekitar dua belas dasawarsa tersebut.
3.4 Sistem Keuangan Internasional
a. Gold Standard System
Gold Standard System adalah sistem keuangan internasional yang didasarkan pada standar emas hingga menggunakan sistem nilai tukar tetap (fixed exchange rate). Sistem ini dapat menghilangkan ketidakpastian bila terjadi fluktuasi nilai tukar sehingga dapat mendorong perdagangan dunia dan diberlakukan hingga sebelum Perang Dunia I.
Kelemahan standar emas:
a) Negara tidak memiliki kendali terhadap kebijakan moneter karena jumlah uang beredar ditentukan oleh emas yang mengalir antarnegara
b) Kebijakan moneter dunia menjadi sangat tergantung pada produksi emas (terjadi deflasi saat produksi emas dunia menurun dan inflasi saat produksi emas dunia meningkat).
Kelebihan Standar Emas:
a) Diterima dan digunakan masyarakat internasional sebagai alat pembayaran yang sah.
b) Nilainya cenderung stabil dibanding logam lainnya, sehingga dapat menjaga nilai stabilitas nilai tukar uang.
c) Membantu perkembangan perekonomian dengan terciptannya sistem moneter yang seragam.
d) Adanya kebebasan melebur mata uang emas menjadi bentuk logam emas yang dapat dijual sebagai logam emas, atau tindakan yang sebaliknya yaitu dapat menukarkan logam emas menjadi uang emas dalam bentuk koin.
b. Bretton Woods System
Perang Dunia I mengacaukan perdagangan internasional, Negara-negara tidak dapat mengkonversi mata uang ke dalam emas sehingga Sistem gold standard tidak dapat digunakan. Maka, diadakanlah pertemuan negara Sekutu pemenang PD II di Bretton Woods, New Hampshire, untuk mengembangkan sistem moneter internasional.
Pertemuan tersebut melahirkan kesepakatan adanya nilai tukar mata uang tetap yang dipertahankan oleh bank sentral setiap negara dengan jalan membeli atau menjual mata uangnya. Rezim ini disebut sebagai rezim nilai tukar tetap atau sistem Bretton Woods.
Sistem nilai tukar Bretton Woods didasarkan pada nilai Konversi dolar Amerika terhadap emas, yaitu $35 per ons. Nilai tukar tetap dijaga oleh bank sentral tiap negara dengan melakukan intervensi pasar nilai tukar (foreign exchange market), yakni tindakan jual atau beli aset.
3.5 Lembaga Keuangan Internasional
a. IMF
IMF merupakan lembaga keuangan internasional yang memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas sistem keuangan internasional. Peran tersebut hampir sama dengan peran bank sentral (mengendalikan kondisi ekonomi/kebijakan moneter negara-negara anggotanya). Perbedaannya adalah cadangan yang dimiliki IMF berupa mata uang beberapa negara anggotanya serta tidak memiliki hak mencetak uang.
Tugas IMF:
(1) Mendorong pertumbuhan perdagangan dunia dengan membuat peraturan untuk menjaga nilai tukar tetap
(2) Memberi pinjaman kepada negara yang mengalami defisit neraca pembayaran (balance of payment)
(3) Mengumpulkan dan melakukan standardisasi data perekonomian internasional
b. Bank Dunia
Tugas Bank Dunia adalah untuk memberikan pinjaman kepada pemerintah negara-negara anggota (yang juga merupakan negara-negara anggota IMF) atau kepada organisasi pemerintah / swasta yang dijamin oleh pemerintah. Maka, Bank Dunia dikatakan sebagai organisasi antarpemerintah (intergovernmental). Pinjaman yang diberikan oleh Bank Dunia dapat sebagian atau keseluruhan jumlah biaya dari proyek yang diusulkan. Tugas Bank Dunia:
(1) Menyediakan pinjaman jangka panjang untuk membantu negara-negara berkembang, seperti membangun waduk, jalan, dan modal fisik lain untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Kelemahan sistem Bretton Woods adalah bahwa IMF tidak dapat menekan negara yang mengalami surplus untuk meningkatkan nilai mata uang atau melakukan kebijakan moneter yang ekspansif. Akibatnya, Sistem Bretton Woods tidak dapat digunakan dan kolaps pada tahun 1971.
(1) Mengirim misi ekonomi secara periodik untuk melihat kemajuan dan masalah-masalah pembangunan di negara tersebut, serta mengamati kebijakan perekonomiannya.
(2) Memberi konsultasi serta saran-saran mengenai perubahan kebijakan ekonomi yang diperlukan berdasarkan misi ekonomi tersebut.
c. Asian Development Bank (ADB)
Lembaga keuangan internasional ini didirikan pada tahun 1966 dengan tujuan utama mendorong pertumbuhan ekonomi dan kerja sama di kawasan Asia dan Timur Jauh. ADB berfungsi menyalurkan dana, menyokong investasi, dan memberikan bantuan teknis (technical assistance) kepada negara-negara berkembang yang menjadi anggotanya.
d. Islamic Development Bank (IDB)
Lembaga keuangan internasional ini didirikan pada tahun 1975 yang bertujuan untuk memajukan pembangunan ekonomi dan sosial di negara-negara anggota dan masyarakat Islam, baik secara individual maupun kolektif berdasarkan syariah Islam.
REFRENSI
Wiagustini, Ni Luh Putu.2013.Manajemen Keuangan.Denpasar:Udayana University Press.
http://karyailmiah-irfan.blogspot.com/2010/11/manajemen-keuangan-internasional.html
http://anasunni.wordpress.com/2012/12/25/makalah-ekonomi-internasional/