• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA STRATEGIS PARA WALI MENGISLAMKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "RENCANA STRATEGIS PARA WALI MENGISLAMKAN"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

RENCANA STRATEGIS PARA WALI MENGISLAMKAN TANAH JAWA

Kedatangan Islam Di Pulau Jawa

Babad Kraton Demak Bintoro erat sekali kaitannya dengan penyebaran agama Islam di Tanah Jawa. Da-lam pergaulan antar bangsa,Kraton Demak Bintoro merupakan juru bicara kawasan Asia Tenggara yang sangat disegani. Hal ini disebabkan oleh konstribusi Kraton Demak Bintoro dalam bidang ekonomi, pelayaran, perdagangan, kerajinan, pertanian, pendidikan dan keagamaan. Secara garis besar dapat disebutkan bahwa dakwah Islam dari tlatah barat ke timur di seluruh nusantara pada lazimnya melalui jalur-jalur perdagangan. Pada akhir abad ke 13 M, pesisir utara pulau Jawa telah memiliki raja-raja Islam. Pada awal abad ke 14 M bukti-bukti adan-ya jejak Islam telah ada di Trengganu, Malaysia dan Jawa, Indonesia. Pada abad ke 8 M disepanjang pesisir barat dan timur pulau Sumatera diduga telah ada komunitas-komunitas muslim.

Hubungan Jawa Dengan Asia Tenggara

Komunitas muslim Jawa menduduki posisi penting di kawasan Asia Tenggara. Islam masuk ke tlatah Jawa berasal dari Cina. Sejarah Banten Darusalam yang menyebutkan Sultan Demak Bintoro sebagai Pati Raja Cina. Kebudayaan Islam Jawa yang dikembangkan oleh para wali dalam banyak hal merupakan kelanjutan dan reformasi kebudayaan Hi ndu-Jawa kuno. Kehadiran orang Hindia di Jawa dan Bali terutama terbukti dari pengaruh unsur Hindu atas kebudayaan Jawa dan Bali, kunjungan orang Cina lebih diketahui dari laporan dinas yang disampaikan oleh para pejabat Cina ke istana Narendra Agung Cina.Dalam kisah-kisah Jawa berkali-kali dikisahkan masalah turis Cina.Kisah tersebut menegaskan bahwa trah Cina telah mengambil bagian krusial dalam dakwah Islam di Jawa. Sejak abad ke 19 banyak orang Jawa dan juga orang Pasundan dan Madura mengadu na-sib membentuk kehidupan baru dilahan pertanian yang baru dibuka oleh usahawan-usahawan Barat di tlatah-tlatah terpencil di Jawa,Sumatera,dan Malaysia bahkan di Suriname.Di Jawa sendiri secara etnografis jumlah pen-ganut muslim merupakan kuantitas yang terbesar di dunia.

Nilai Strategis Pulau Jawa Dalam Kancah Internasional

Pulau Jawa dalam kancah pergaulan internasional sejak dulu memegang peranan yang strategis. Agama Islam berangsur-angsur menjadi agama yang paling besar di Jawa. Hal tersebut terjadi karena di beberapa titik temu perdagangan laut internasional di Gresik, Surabaya, Jepara, Demak Bintoro, kelompok menengah Islam, yakni para buruh berdarah campuran yang telah lama menetap menjalankan pemerintahan setempat. Posisi Strat-egis pulau Jawa terletak pada aspek demografis dan geografisnya.

Babad Tanah Jawa Kuno

Babad Tanah Jawa Kuno member penjelasan bahwa orang Jawa telah mempunyai peradaban yang tinggi. Penulisan sejarah disebut Babad. Informasi mengenai kemajuan masyarakat dan agama dalam abad ke 15 dan 16 ialah sejarah mengenai orang suci dan kisah para wali penyebar agama Islam di Jawa. Berita Cina mengenai Kepu-lauan Indonesia dapat dianggap sebagai sumber ketujuh untuk sejarah politik Jawa pada abad ke 15 dan 16. Mengenai masa sebelum Islam, informasi yang di dapat dari arsip Narendra Agung Cina ternyata sangat penting. Saat itu sudah ada orang Cina Muslim yang tinggal di Jawa, terbukti dari kisah-kisah mengenai permulaan dakwah Islam di Jawa Timur. Kitab Babad perlu digali sebagai sumber penulisan sejarah.

Biografi Raden Rahmat Dari Ngampel Denta

(2)

mereka dengan pembicaraan yang lembut, kemudian memimpin shalat istisqa untuk memohon hujan kepada Allah. Tak lama kemudian langit mencurahkan butiran air. Sang dukun dan penduduk desa akhirnya memeluk agama Islam. Sumbangan Raden Rahmat dalam menyebarkan Islam di tanah Jawa dicatat dengan tinta emas.

Sejarah Hubungan Cempa-Majapahit

Hubungan antara Kerajaan Cema dan Kerajaan Majapahit berlangsung secara harmonis.Seorang raja Majapahit,atau seorang anggota wangsa raja,menjelang pertengahan abad ke 15 telah membawa gadis Islam dari keluarga baik-baik yang bersal dari Cempa ke istanahnya.Majapahit selalu mempunyai hubungan dengan Cem-pa.Hubungan darah antara Majapahit dan Cempa nantinya akan melahirkan Raden Patah sebagai pendiri kera-jaan Demak Bintoro.

Perdagangan Di Kotaraja Majapahit

Kraton Majapahit merupakan pusat pemerintahan dan perdagangan yang sangat maju. Wali-wali di Ja-wa berpusat di Masjid Agung Demak Bintoro,masjid yang mereka dirikan bersama-sama.Disitu mereka menga-dakan pertemuan untuk bertukar pikiran mengenai keislman.Mereka memiliki peranan yang sangat penting da-lam sejarah politik Jawa. Mereka berhasil mendapatkan kedudukan di kediaman mereka,mereka menyatukan kekuasaan dunia dan akhirat di tangannya.Kanjeng Sunan Kalijaga dan trahnya memang tidak menjadi ra-ja,namun pengaruh mereka dalam bidang kerohanian di Jawa Tengah bagian selatan ternyata sangat besar. Sesudah berdirinya kraton-kraton Islam di pesisir utara Pulau Jawa datanglah “Kanjeng Maulana-Kanjeng Mau-lana” dari tanah seberang.Para ulama yang datang kemudian memperkuat keimanan orang Jawa.Kedudukan Majapahit nantinya dilanjutkan oleh kraton Demak.

BABAD BERDIRINYA KRATON DEMAK BINTORO

Letak Geografis Demak Bintoro

Demak Bintoro memang sangat strategis tempatnya.Pada zaman dahulu tlatah Demak Bintoro terletak di tepi selat diantara Pegunungan Muria dan Jawa.Jepara terletak di sebelah barat pegunungan Muria.Jepara mempunyai pelabuhan yang aman,letak pelabuhan Jepara yang sangat menguntungkan bagi kapal-kapal dagang yang lebih besar,yang berlayar lewat pesisir utara Jawa menuju Maluku dapat kembali ke barat.Maka Japara men-jadi pelabuhan Demak Bintoro.Kedua kota ini merupakan dwitunggal yang perkasa. Penghubung antara Demak Bintoro dan tlatah pelosok di Jawa Tengah ialah sungai Serang yang kini bermuara di Laut Jawa antara Demak Bintoro dan Jepara.Hasil panen sawah di tlatah Demak Bintoro rupanya pada zaman dulu pun sudah baik.Kesempatan untuk menyelenggarakan pengairan cukup.Apalagi mereka menguasai jalan penghubung di Pengging dan Pajang Hadiningrat.Tidak mengherankan apabila kawasan ini juga mencapai kemakmuran.

Biografi Raden Patah

Raden Patah adalah raja Demak yang pertama.Beliau adalah putra raja Majapahit terakhir yang bernama Brawijaya.Ibu Raden Patah adalah seorang putri Cina dari kraton raja Majapahit.Waktu hamil putrid itu dihadiahkan kepada seorang anak emasnya yang menjadi gubernur di Palembang.Disitulah Raden Patah la-hir.Sekitar tahun 1480 M,Raden Patah yang sudah memeluk agama Islam ,terang-terangan memutuskan segala hubungan dengan Majapahit yang sudah tidak berdaya lagi.Dengan bantuan tlatah-tlatah lainnya di Jawa Timur yang sudah Islma pula,seperti Jepara,Tuban,dan Gresik,ia mendirikan kraton Islam dengan Demak Bintoro se-bagai pusatnya bergelar Kanjeng Sultan Syah Alam Akbar I. Kiprah Raden Patah sese-bagai pendiri kerajaan Islam di Jawa sangat di hormati oleh para generasi berikutnya.

Sejarah Masjid Agung Demak Bintoro

(3)

Kanjeng Sunan Kalijaga. Kisah mengenai pembangunan masjid Agung Demak Bintoro dan mengenai baju wasiat antakusuma ada hubungannya dengan api surga. Mukjizat penangkapan kilat di Demak Bintoro itu dihubungkan dengan suatu keputuan politik penting. Masjid Agung Bintoro telah menjadi kota Negara Islam pertama di Jawa Tengah. Kota yang kemudian dikenal sebagai Kotanegara Kraton Demak Bintoro. Kota ini cepat menjadi usat perdagangan dan lalu lintas,dan menjadi pusat ibadat bagi kelompok menengah Islam yang baru muncul.

Biografi Kanjeng Adipati Yunus

Kanjeng Adipati Yunus adalah senopati yang bergelar Pangeran Sabrang Lor. Duk nalinkaning Raden Patah wafat pada tahun 1518 M, Putranya yang bernama Kanjeng Adipati Yunus menggatikannya menjadi Sul-tan dengan gelar Kanjeng SulSul-tan Demak Bintoro Syah Alam Akbar II.Ia memimpin Demak Bintoro hanya 3 ta-hun, karena meninggalpada tahun 1521. Para Raja yang pernah memerintah di kraton Demak Bintoro yaitu: Raden Patah,bergelar Kanjeng Sultan Syah Alam Akbar I (1478-1513), Kanjeng Adipati Yunus,bergelar Kanjeng Sultan Syah Alam Akbar II (1518-1521), Kanjeng Sultan Trenggana,bergelar Kanjeng Sultan Syah Alam Akbar III (1521-1546), Sultan Prawata,(1546-1561)

Biografi Kanjeng Sultan Trenggana

Sultan Trenggana juga merupakan pejuang yang gagah berani.Beliau adalah saudara sekaligus pengganti Kanjeng Adipati Yunus.Pangeran Trenggana memerintah sampai tahun 1546.Ia tidak kalah giatnya dai Kanjeng Adipati Yunus dan Ayahnya untuk memperkokoh singgasana Demak Bintoro dan menegakkan tiang-tiang agama Islam. Seorang ulama terkemuka dari Pase bernama Fatahillah diterima oleh Trenggana dengan tangan ter-buka.Bahkan Fatahillah dinikahkan dengan adik Sang Raja sendiri,dan ternyata ia adalah orang yang dapat melaksanakan maksud-maksud Trenggana.Ia berhasil menghalangi kemajuan Portugis dengan merebut kunci-kunci perdagangan kraton Pakuwan Pajajaran di Jawa Barat yang belum masuk Islam yaitu Banten Darussalam dan Cirebon Darussalam.

Trenggana dan Raden Patah diberi nama sesuai dengan nama tempat yang mungkin terletak dekat De-mak Bintoro ,yakni Jimbun.Dalam kisah ini terdapat seorang Kanjeng Panembahan Jimbun ,bahkan seorang Kan-jeng Bintoro Jimbun dan Jimbun Sabrang.KanKan-jeng Sultan Demak Bintoro pada tahun 1507 M telah hadir pada peresmian Masjid Raya di Demak Bintoro.Besar kemungkinan raja itu memang Trenggana yang dikisahkan da-lam kisah,ia konon pada 1504 telah berkuasa.Mengenai Trenggana,bahwa pada 1546 ia gugur,Trenggana berkuasa selama 42 tahun.

Hubungan Demak Bintoro dan Kadipaten Jepara

Hubungan Demak dengan Kadipaten Jepara berlangsung dalam kegiatan ekonomi dan perdagangan.Nama pejabat yang sering disebut di Sejarah Jepara ialah Kanjeng Adipati Yunus.Kakek Kanjeng Adipati Yunus ini adalah seorang buruh dari Kalimantan Barat Daya. Dari sanalah ia pergi ke Malaka untuk mengadu nasib dengan bekal keningratan yang amat sedikit dan uang yang lebih sedikit lagi.Anaknya yang lahir di Malaka,di tahun-tahun kemudian berhasil meraih kekayaan besar dalam perdagangan di Jawa.Akhirnya ia tinggal di Jepara. Buruh yang kaya raya itu pun berkuasa mutlak di pelabuhan itu.Seorang saudara laki-lakinya dijadikan pejabat di Tidungang,adiknya bernama Pati Orob.Pejabat baru itu berhasil menarik banyak orang dan berhasil juga memperluas tlatah kekuasaan sampai ke seberang laut,sampai ke Bangka dan tempat-tempat pesisir di Kalimantan.Meskipun begitu ia masih mengakui Sultan Demak Bintoro sebagai atasannya.Saat itu Jepara men-jadi kawasan ekonomi yang penting bagi pemasukan keuangan Demak.

Hubungan Demak Bintoro dan Kraton Kuno Majapahit

(4)

di kemudian hari. Kanjeng Sultan Trenggana dan kerabat kraton Demak Bintoro beranggapan ada hubungan antara mencapai gelar Islam yang tinggi,panggilan agama untuk memeperluas tlatah Islam,dan cita-cita untuk diakui sebagai pengganti posisi raja-raja Majapahit yang sah,yang menguasai sebagian besar Jawa Timur dan Jawa Tengah.Untunglah kebesaran Majapahit itu bisa dilanjutkan oleh kejayaan Kraton Demak.

BABAD KEJAYAAN KRATON DEMAK BINTORO

Kekuasaan Sultan Demak Bintoro di Jawa Tengah

Kekuasaan Sultan Demak Bintoro mendapat retu dari para wali.Sekitar tahun 1480 M Adipati Demak yang bernama Raden Patah mendirikan kerajaan Islam.Suatu hal yang berarti,di Jawa para imam masjid hamper selalu disebut “Khatib Agung”. Daftar lima imam Masjid Agung Demak Bintoro yang menurut Hikayat Ha-sanuddin telah memangku jabatan selama pemerintahan tiga raja pertama kraton itu adalah sebagai beri-kut:Pangeran Bonang,sesudah tahun 1490 sampai tahun 1506/1512,dpanggil oleh “ratu” Demak Binto-ro.Makdum Sampang,tahun 1506/1512 sampai kira-kira tahun 1515,dipanggil oleh “ratu” Demak Bintoro.Kiai Pambayun,sekitar tahun 1515 sampai tahun 1521,pindah ke Jepara.Khatib Agung Rahmatullah,sebelum 1521 sampai 1524,dilantik oleh Adipati Sabrang Lor dari Jepara.Kanjeng Sunan Kudus,tahun 1524 dinobatkan oleh Syekh Nurullah,yang kemudian menjadi Kanjeng Sunan Gunung Jati.Dukungan Para Wali terhadap kekuasaan Sultan Bintoro terjalin secara mutualisme yaitu hubungan yang saling menguntungkan.

Biografi Kanjeng Sunan Gunung Jati

Sunan Gunung Jati adalah tokoh wali yang bertugas menyebarkan Islam di Jawa Barat.Kunjungan Sultan Demak Bintoro ke Cirebon Darussalam dapat dipahami jika Syekh Nurullah yang kemudian menjadi Kanjeng Sunan Gunung Jat,datang ke Demak Bintoro dan mendapat pengaruh di kalangan wangsa raja yang baru bebera-pa puluh tahub memeluk agama Islam. Masjid Agung di Demak Bintoro mendabebera-pat posisi yang krusial dalam rencana.Syekh Nullah dari Sumatera untuk memangku jabatan Khatib Agung Masjid Agung Demak Binto-ro.Hingga kini Sunan Gunung Jati mendapat penghormatan tertinggi dari masyarakat.

Pengaruh Demak Bintoro ke Jawa Barat

Penyebaran Islam di Jawa Barat juga berpangkal tolak dari kraton Demak Bintoro yang diperintah oleh Kanjeng Sultan dan di dukung oleh para wali. Kotanegara Islam,Demak Bintoro,telah menjadi titik tolak per-juangan untuk menyebarkan agama Islam.bahasa dan kebudayaan Jawa disepanjang pesisir utara Jawa Bar-at.Tindakan Syekh Nurullah yang kemudian diberi gelar Sunan Gunung Jati dan juga tindakan anaknya Ha-sanuddin yang kelak menjadi raja Islam pertama di Banten Darusallam,ternyata sangat krusial dalam upaya meluaskan tlatah pengaruh raja-raja Islam dari Demak Bintoro ini.Akan dilukiskan lahirnya kraton-kraton Islam baru. Tindakan bersenjata yang dilakukan oleh orang Jawa Tengah,untuk memulihkan atau memantapkan kekuasaan Sultan,dapat dianggap satu tindakan kekuasaan Narendra Agung Islam.Dari Demak Bintoro itu penyebaran Islam juga bisa tertata dengan rapi.

Pengaruh Demak Bintoro ke Jawa Timur

Kegiatan dakwah Islamiayah di Jawa Timur juga dibantu oleh kraton Demak Bintoro.Secara Kronologis Islamisasi di Jawa Timur dapat diceritak demikian:

1527 : Tuban juga dikuasai oleh wadyabala Sulta Demak Bintoro 1528 : Wirasari sudah di duduki

1529 : Raja Demak Bintoro bersama tentaranya menyerang Gagelang 1531 : Surabaya Tunduk pada kekuasaan Narendra Agung

(5)

1541 dan 1542 :Para pejabat di Lamongan,Blitar,dan Wirasaba di tlatah aliran Sungai Brantas mengakui kekuasaan Narendra Agung

1543 : Gunung Penanggungan di sebelah timur Majapahit diduduki atau direbut 1544 : Mamenang telah direbut

1545 : Sengguruh tunduk pada kekuasaan Narendra Agung 1546 : Terjadi pabaratan merebut Blambangan

Jaka Tingkir telah mengangkat Pangeran Timur,putra Sultan Demak Bintoro,sebagai bupati di Madi-un.Hal itu dapat member petunjuk bahwa antara Demak Bintoro dan Madiun mempunyai hubungan.Memang pada kenyataannya Kraton Demak Bintoro sangat aktif dalam penyebaran Islam di Jawa Timur.

Pengaruh Demak Bintoro di Kepulauan Nusantara

Di kawasan kepulauan nusantara boleh dikatakan Demak Bintoro menjadi pusat kegiatan para pedagang dan ulama Islam.Kekuasaan maharaja Islam di Demak Bintoro telah tertanam di Banjarmasin dengan kekuatan wadyabala yang dikirim bwerdasarkan permintaan salah seorang calon pengganti raja.

Kuatnya pengaruh kebudayaan pesisir di Jawa Tengah yang tertanam di Kalimantan Selatan terbukti antara lain dari ungkapan-ungkapan setempat yang banyak bercampur dengan bahasa Jawa,dan juga dari seni pertunjukan rakyat setempat.Kejayaan Demak Bintoro tentu berpengaruh terhadap penyebaran Islam di Nusantara.

Pengaruh Demak Bintoro di Kadipaten Pengging Tembayat

Kaipaten Pengging dan Tembayat secara sosiologis dan genetis erat kaitannya dengan sejarah De-mak.Tembayat terletak disebelah selatan Klaten.Meskipun begitu,berdasarkan pentingnya Tembayat sebagai tempat siarah dapat diakui bahwa sejarah tersebut mempunyai inti kebenaran.Tahun-tahun peristiwa Jawa,yang diukir pada batu-batu bangunan beberapa gedung di beberapa pemakaman kermat itu,menunjukkan bahwa pada tahun 1566 Sultan Pajang Hadiningrat,Adiwijaya dan pada tahun 1633 Kanjeng Sultan Agung dari Mataram Hadiningrat,memberikan sumbangan untuk memperluas dan memperindah Tembayat. Tokoh yang kemudian menjadi Kanjeng Sunan Tembayat itu termasuk trah para bupati Semaring.Dari pihak ibunya ia masih mempu-nyai hubungan dengan Kraton Demak Bintoro.Karena nasehat dari Kanjeng Sunan Kalijaga ia konon mengundurkan diri dari dunia ramai,dengan maksud bersama isterinya menyelenggarakan hidup berkelana men-cari kebenaran. Siti Jenar yang merupakan murid Sunan Bonang dijatuhi hukuman mati karena dianggap sebagai seorang penyebar ajaran yang menyalahi agama Islam.Karena Kebo Kenangan tetap membangkang tidak mau member penghormatan terhadap Narendra Agung ,akhirnya ia dibunuh di Pengging oleh Kanjeng Sunan Ku-dus.Hingga Kini petilasan Pengging dan Tembayat sering dijadikan tempat siarah oleh masyarakat.

Politik dan Kebudayaan Kraton Demak Bintoro

(6)

KEPELOPORAN KRATON DEMAK BINTORO DALA MENGISLAMKAN TANAH JAWA

Kepeloporan Kanjeng Sultan Trenggana

Kepeloporan Kanjeng Sultan Trengganadalam memperjuangkan nilai kebenaran dan keadilan patut menjadi suri tauladan.Sejak abad ke 14,dibagian paling timur dari ujung timur pulau Jawa terdapat duakota Negara yaitu Panarukan dan Blambangan.Dapat dimengerti jika Narendra Agung Islam di Demak Bintoro ingin menyempur-nakan itu dengan menduduki ujung timur pulauJawa. Masih juga dapat diakui bahwa ekspedisi ke ujung timur Jawa itu karena suatu hal fatal bagi Kanjeng Sultan Trenggana sehingga ia meninggal dalam pabaratan atau tidak lama sesudah itu.Dengan itu berakhirlah upaya kekuasaan pusat keislaman baru di Jawa Tengah ke semua tlahtah yang sebelumnya mengakui raja Majapahit sebagai pejabat tertingginya.Keteladanan Sultan Trenggana bersumber pada Nilai keislaman.

Sumber Penulisan Sejarah Demak Bintoro Terakhir

Sejarah Demak Bintoro juga ditulis dalam bentuk silsilah.Ada dua silsilah wangsa raja di Demak Bintoro yang dapat menjelaskan hubungan-hubungan keluarga.Adapun kedua silsilah tersebut dari Pangeran Trenggana (Sultan Demak Bintoro) dan Silsilah kedua yang didasrkan pada Hikayat Hasanuddin dari Banten Darussalam yaitu Aria Tranggana,Kanjeng Sultan Ahmad Abdu’i-Arifin dari Demak Bintoro (1546).

Sejarah Sunan Prawata

Pewaris Keraton Demak yang lain adalah Sunan Prawata.Pemerintahan pendek Sunan Prawata dari Demak Bintoro tahun 1546-1549 merupakan antiklimaks terhadap masa kejayaan raja yang mendahuluinya,Kanjeng Sultan Trenggana yang sebagai raja Islam telah memerintah sebagaian besar pulau Jawa.Jatuhnya kekuasaan De-mak Bintoro sesudah 1547 tampaknya tidak terlalu banyak mencemarkan wibawa religious Masjid Agung dan Trah Sultan. Gelar Sunan dan tempat tinggal di gunung Prawata,yang kita ketahui dari raja merdeka yang tera-khir,dapat dianggap sebagai petunjuk bahwa waktu ia masih hidup pun wibawa religious Demak Bintoro lebih krusial daripada kekuasaan politiknya. Mungkin sekali pada pertengahanabad ke 16 perdagangan dilaut sebagaian besar sudah pindah dari Demak Bintoro ke Jepara,karena selat dangkal jalan masuk ke Demak Bintoro sudah tertutup oleh endapan lumpur.Pada paruh kedua abad ke 16 dan pada abad ke 17 Jepara merupakan kota pelabuhan di Jawa Tengah yang terpenting.Sunan Prawata dalam menjalankan pemerintahan dibantu oleh ka-langan professional yang ahli dibidangnya masing-masing.

Boyongan Pemerintahan Demak Bintoro Pajang Hadiningrat

Boyongan pemerintahan baru Demak Bintoro merupakan babak baru dalam sejarah kraton De-mak.Kemenangan Jaka Tingkir atas atas adipati taklukan Jipang,Harya Penangsang,pembunuh Sultan Demak Bintoro yang terakhir,mengangkat pejabat Pajang Hadiningrat ke puncak kekuasaan di Jawa Tengah. Ia mengu-bah kediamannya di pelosok Jawa Tengah sebelah selatan menjadi kotanegara Jawa.Para raja yang lebih tua di-sepanjang pesisir utara Jawa,dan para pejabat di Jawa Tengah dan Jawa Timur,segera mengakui dia sebagai raja tertinggi.Kotanegara lama Demak Bintoro,kemudian menjadi kadipaten,yang diperintah ileh seorang pejabat yang tunduk pada Sultan Pajang Hadiningrat.Kondidi demikian tidak berubah sampai duk nalikaning kekuasaan poli-tik pindah dari Pajang Hadiningrat ke Mataram Hadiningrat.Pada dasarnya kraton Pajang un merupakan ke-lanjutan trah Demak

Demak Bintoro di Bawah Kekuasaan Mataram Hadiningrat

(7)

pelabuhan agaknya kota Demak Bintoro sudah tidak berari pada akhir abad ke 16.Sebagai produsen beras dan hasil pertanian lain.Tlatah Demak Bintoro masih lama mempunyai posisi krusial dalam ekonomi raja-raja Mata-ram Hadiningrat.Hal itulah yang terutama mengakibatkan nama Demak Bintoro dalam sejarah Jawa tidak ter-lupakan disamping nama Majapahit.Hampir semua raja Jawa selalu menghubungkan leluhur mereka dengan lelu-hur Majapahit.

BABAD KADIATEN PATI HADININGRAT

Ki Ageng Panjawi Peletak Dasar Kadipaten Pati

Tokoh sejarah pesisir yang penting adalah Ki Ageng Panjawi.Adipati yang pertama bernama Ki Ageng Panjawi,ia teman seperjuangan Ki Ageng Pamanahan. Ki Ageng Panjawi dapat mengangkat dirinya menjadi raja di Pati pada pertengahan abad 16.Tlatah ini,dengan kota Negara Kadipaten Pati dan Juwana,terletak dekat muara timur sebuah selat tua,yang sejak dulu memisahkan pegunungan Muria di Jawa.Demak Bintoro dan Jeara terletak di sebelah barat muara in.Mungkin dapat kita bandingkan hubungan kedua kota pelabuhan laut Jepara dan Juwana pada satu pihak,dengan hubungan antara kedua kota tempat posisi Sultan Demak Bintoro dan Adipati Pati pada pihak lain. Dengan berpangkal pada sejarah Pati dan Juwana yang sangat tua itu. Beliau me-merintah Pati atas palilah Sultan Hadiwijaya.

Pelabuhan Pati dan Juwana Kuno

Strategi Pati dalam memajukan perekonomian adalah membangun pelabuhan .Tidaklah mengherankan ji-ka diantara kedua pasangan Demak Bintoro-Jepara dan Pati-Juwana timbul iri hati dan terjadi pabaratan pada masa lampau. Di Jawa Tengah dan Jawa Timur terdapat berita mengenai masa jaya Kraton Pati yang berlangsung pendek pada permulaan abad ke 16.Pada 1513 mengunjungi pesisir utara Jawa,tlatah Cajongan atau Cajongam dihancurkan oleh Manggala Yuda pasukan Majapahit.Setelah kehancurannya konontlatah Cojongam dibagi anta-ra tetangganya Rembangdan Tuban.Pati Rodim di Demak Bintoro pun mengambil sebagian tlatah ini. Mungkin sekali empat itu terletak kira-kira di kota Juwana kini.Tetapi,mengenai bertentangnya Rembang dan Tuban tidak sesuai dengan kondisi.Mungkin benar keraton Demak Bintoro dalam dasawarsa pertama abad ke 10 bermusuhan dengan raja-raja di Pati,yang menguasai bagian timur jalur lalu lintas di sebelah selatan Pegunungan Mu-ria.Dengan pelabuhan itu perdagangan dapat berjalan dengan lancar.

Hubungan Pati dengan Pajang Hadiningrat

Menurut kisah,para Adipati Pati dan Mataram Hadiningrat mengakui kekuasaan tertinggi Kanjeng Sultan Pajang Hadiningrat itu.Kanjeng Sultan Pajang Hadiningrat dan Ki Ageng Pemanahan seriing cekcok ,tetapi mengenai Ki Ageng Panjawi di Pati,tidak dikabarkan adanya kesulitan berhubungan dengan atasannya. Di Jawa Tengah posis para pejabat Pati agak penting .Pada abad-abad ke 16 dan 17 mereka terpaksa mengakui kekuasaan tertinggi raja-raja Demak Bintoro,Pajang Hadiningrat dan Mataram Hadiningrat ,tetapi tlatah mereka yang secara ekonomis dan strategis cukup kuat,agaknya memungkinkan mereka sekali-kali menanam pengaruh politik sampai di Jawa Tengah sebelah selatan.Pati dan Juwana dapat dianggap tlatah peralihan antara kraton tua Lesem. Pada paruh kedua abad 16 dan paruh pertama abad 16 di tlatah-tlatah yang kelak bernama Grobongan dan So-kowati dan sekitarnya,hidup trah pejabat setempat,masih saling berhubungan keluarga,yang seluruhnya merupa-kan lingkungan asal bagi timbulnya keluarga wangsa raja Pati dan Mataram Hadiningrat kemudian.Dengan ma-junya pelabuhan Pati secara otomatis ekonomi Pajang pun meningkat.

Hubungan Pati dan Mataram Hadiningrat

(8)

16,masih dalam tingkat ngrembaka.Sultan Agung Mataram Hadiningrat pada pertengahan pertama abad ke 17mencapai puncak kekuasaan dan kebesaran,asal-usul trahnya terbawa naik namanya.Tetapi dapat diduga bah-wa pada abad ke 16 keluarga Ki Ageng Panjawi di Pati lebih tinggi derajatnya dan lebih banyak hubungannya dengan trah penting lain daripada Ki Ageng Pemanahan di Mataram Hadiningrat yang jauh di pelosok.

Pengganti Ki Ageng Panjawi yang memerintah Pati pada perempat terakhir abad ke 16 dalam kisah Jawa diber nama Pragola.Pada 1598 dan 1599 prajurit Mataram Hadiningrat ngrabaseng yuda,serangan terhadap Tu-ban dapat dipatahkan,tetapi boleh jadi raja Pragola di Pati menganggap pabaratan ini juga sebagai serangan ter-hadap kekuasaannya sendiri di pesisir.Pada 1600 ia menggerakan angkatan bersenjatanya dalam jumlah yang be-sar dari Pati ke Mataram Hadiningrat,untuk memperkuat tuntutannya atas penguasaan terhadap tanah-tanah di sebelah utara pegunungan Kendeng. Senopati Mataram Hadiningrat pada 1601 mangkat di Jenar.Tidak ada kepastian apakah Raja Pragola masih hidup sepeninggal senopati.Putra Pragola yang pertama itu ,agaknya selama pemerintahan pengganti Senopati,Sunan Seda ing Krapak,dan juga selama tahun-tahun permulaan pemerintahan cucunya,Kanjeng Sultan Agung,bersikap bersahabat terhadap Narendra Mataram Hadiningrat yang terus ber-tambah kuasa.Putranya yang masih sangat muda diungsikan oleh abdi yang setia ke Prawata.Dengan Mataram pun kadipaten Pai juga mampu menunjukkan eksistensi dan aktualisasinya.

BABAD KADIPATEN JEPARA HADINGRAT

Hubungan Kadipaten Jepara dan Demak Bintoro

Kota Jepara merupakan sentral ekonomi bagi kraton Demak.Dimasa jaya Kesultanan Demak Binto-ro,Kadipaten Jepara juga menjadi tempat para buruh dan pelaut.Sebagai kota pelabuhan dengan teluk yang aman,Jepara selalu lebih disukai daripada Demak Bintoro,tetapi yang lebih menguntungkan Demak Bintoro ialah adanya hubungan yang lebih muda dengan pedalaman Jawa Tengah. Ia suwita pada Kanjeng Sultan Trenggana dari Demak Bintoro dan mendapat salah seorang putri Kanjeng Sultan Trenggana sebagai istri.Pasti putrid itulah yang pada silsilah Demak Bintoro tercatat sebagai ratu Harya Jepara atau Ratu Pakuan Pajajaran.Kemajuan kota Jepara menambah lancarnya perekonomian kraton Demak.

Biografi Kanjeng Ratu Kalinyamat

Tokoh penting dikawasan pesisir adalah Ratu Kalinyamat.Kanjeng Ratu Kalinyamat lalu bertapa telanjang di gunung Danaraja.Sebagai penutup tubuhnya adalah rambutnyayang digerai.Kanjeng Ratu Kalinyamat ber-sumpah ,tidak mau memakai kain selama hidup,kalau Harya Jipang belum mati dan janji siapa yang bisa mem-bunuh Harya Jipang,Kanjeng Ratu Kalinyamat akan suwita kepadanya dan semua miliknya akan diserahkan semua. Kanjeng Sultan Pajang Hadiningrat lalu pergi ke Gunung Danaraja pada waktu malam hari.Yang mengi-kutinya adalah Ki Ageng Pemanahan,Ki Ageng Panjawi,dan ketiga Raden Ngabeh Loring Pasar.Setibanya di Gunung Danaraja,mereka berhenti di Regol.Para putrid penjaga melaporkan kepada kanjeng Ratu Kalinyamat kalau Kanjeng Sultan Pajang Hadiningrat ingin bertemu namun Ratu tidak bisa menemuinya secara langsung dan Kanjeng Sultan Hadiningrat dan ketiga kawannya dipersilahkan duduk di gerbang saja.

Sumpah Kanjeng Ratu Kalinyamat

(9)

dan Ki Ageng Panjawi,Ki Juru Martani,Raden Ngabehi Loring Pasar serta sekeluarganya semua berangkat kesebelah barat sungai,sambil bersikap waspada. Ki Ageng Pemenahan dan Ki Ageng Panjawi,Ki Jurulalupergi tanpa pasukan ,menuju tempat para pencari rumput ,mencari tukang rumput kemudian bertemu dengan tukang rumput kudanya Harya Penangsang.Setelah memastikan bahwa tukang rumput tersebut adalah abdi Harya Pe-nangsa.Ki Ageng Pemenahan langsung menangkapnya dan membeli salah satu telinga tukang rumput tersebut dan menggantungkan telinga tersebut bersama surat tantangan untuk Harya Penangsang.

Melawan Kekejaman Harya Penangsang

Harya Penangsang yang membaca surat itu sangat marah dan segera berdiri memakai busana perang.Ki Mataun berbicara kepada Harya Penangsang kalau dia disuruh menunggu prajurit dulu,kalau buru-buru paduka bisa celaka,namun Harya Penangsang mengambaikan perkataan Ki Mataun. Harya Penangsang marah-marah berkitar-kitar mencari Kanjeng Sultan Pajang Hadiningrat. Harya Penangsang kemudian di keroyok oleh orang banyak.Dada Harya Penangsang dilempar tombak oleh Raden Ngabehi,hingga tembus punggungnya.Ia tewas dan ambruk.Jenazahnya kemudian dibawah oleh orang Sela. Tak lama kemudian prajurit Jipag datang dengan senjata lengkap .Namun mereka berhenti di pinggiran sungai,mereka mendengar kalau gustinya dan Ki Mataun sudah tewas.Orang-orang Jipang mendengar hal tersebut kemudian menyerahkan diri.

Kalinyamat-Jepara di Bawah Pajang Hadiningrat

Rtau Jepara merupakan tokoh terpenting di pesisir utara Jawa Tengah dan Jawa Barat sejak pertengahan abad ke 16.Selama memerintah Kadipaten Jepara ,ratu tersebut selalu bertempat tinggal di Kalinyamat.Kanjeng Ratu Kalinyamat sendiri tidak mempunyai anak.Dalam pemerintahan ratu pada perempat ketiga abad 16,perdagangan Jepara dengan tlatah seberang menjadi ramai sekali. Kekalahan melawan Malaka pada tahun 1512-1513 telah menghancurkan sebagian besar armada kota-kota pelabuhan Jawa.Pada 1574 diadakan,untuk ketiga kalinya serangan oleh armada Jepara yang kuat,dalam upaya merebuut Malaka tetapi gagal. Ratu Kali-nyamat dimakamkan dekat makam suami Cinanya di pemakaman Mantingan dekat Jepara,yang mungkin dibangun atas perintahnya sendiri,sesudah ia menjadi janda pada 1549,mungkin hamper 30 sebelum ia mening-gal.

Trah Kadipaten Jepara

Selama pemerintahannya atas Jepara yang cukup lama itu,agaknya Kanjeng Ratu Kalinyamat di hormati sebagai keluarga Demak Bintoro yang sebenarnya. Pada 1579 Pakuwan-Pakuwan Pajajaran ditaklukan oleh Raja Banten Darussalam.Pangeran Jepara anak Hasanuddin dari Banten Darussalam,ternyata tidak ikut dalam ekspedi-si melawan Pakuwan Pajajaran dan Kanjeng Ratu Kalinyamat juga disebut.Barangkali pada tahun 1579 Ratu Jepara baru saja meninggal dan bahwa kemenakannya,sekaligus anak angkatnya,Pangeran Jepara menggantikannya sebagai raja.

BABAD KADIPATEN KUDUS DARUSSALAM

Sejarah Kota Tajug Kuno

(10)

di Jawa Tengah,keluarga Kudus ini berjasa karena salah seorang anggotanya menjadi pemuka yang mengorbankan hidupnya untuk berjihad.”Syahid” ini ialah imam keempat,ia diberi julukan Khatib Agung Rahmatullah di Un-dung atau NgunUn-dung.

Berdirinya Kadipaten Kudus Darussalam Kota Suci

Ulama suci yang berderajat tinggi dan penuh semangat tempur itu,yang diberi nama Kanjeng Sunan Ku-dus dalam kisah tutur Jawa Tengah,sesudah menunaikan tugas kewadyabalaan mengambil alih Majapahit pada 1527,masih bertahun-tahun hidup di Demak Bintoro sebagai Khatib Agung Masjid Agung,hingga akhirnya iya mendirikan kota Kudus,kota suci dan indah ke kota itu. Kudus berasal dari kata Arab al Quds,yakni Baitul Muk-adis ialah nama yang diberikan kepada tempat itu waktu dinyatakan sebagai “tempat suci” oleh Kanjeng Sunan Kudus yang pertama,yang sebelumnya di Demak Bintoro menjadi imam jemaah. Kota suci Kudus sudah kawentar di Jawa bahkan di Nusantara sebagai pusat agama.Masjid rayanya diberi nama al-Manar atau al-Aqsa,seperti Masjid Agung di Baitulmukadis.Kaula dalem “kota suci” ,Kanjeng Sunan Kudus dan “orang-orang santr”nya,ternyata merasa tidak perlu memusnahkan segala sesuatu yang mengingatkan pada jaman sebelum Is-lam,atau melupakannya sama sekali.

Biografi Kanjeng Sunan Kudus

Kanjeng Sunan Kudus yang pertama sebenarnya ialah Jafar Sidik.Pada mihrab masjid disebutkan “al-qadhi Jafar Shadiq” sebagai pendiri masjid.Kanjeng Sunan Kudus itu di hormati serta disegani oleh kawan dan lawann-yapada masa itu,karena di samping beliau memagang kekuasaan,juga menjadi Senapati daripada kraton Islam di Demak Bintoro,Kanjeng Sunan Kudus adalah Manggala Yuda perang yang gagah berani. Tempat ibadah yang dinyakini dibangun oleh Kanjeng Sunan Kudus adalah Masjid Menara Kudus,yang kini masih berdiri.Menurut catatan masjid ini didirikan pada tahun 956 Hijriyah sama dengan tahun 1549 M. Dalam menyebarkan agaman-ya,Kanjeng Sunan Kudus mengikuti gaya Kanjeng Sunan Kalijaga,yakni menggunakan model tut wuri handaya-ni.Artinya,Kanjeng Sunan Kudus tidak melakukan perlawanan frontal,melainkan mengarahkan masyarakat sedikit demi sedikit. Kanjeng Sunan Kudus menciptakan karya sastra dan budaya, yaitu Tembang Maskumambang, Tembang Mijil, Masjid Menara Kudus

Kanjeng Sunan Kudus Peletak Dasar Kadipaten Kudus Darussalam

Di kotanya,Kudus selain mendirikan masjid raya dari batu dengan menaranya,ia membangun pula sebuah tempat kediaman yang megah bagi dirinya dan keluarganya.Lebih dulu telah diberitakan bahwa kraton ini telah memiliki Masjid yang lebih kecil,yang kini bernama masjid Suranata.Dapat diterima bahwa memiliki masjid sendiri dekat keraton pada abad 16 dan sesudahnya dipandang sebagai hak istimewah dan lambang kebesaran dan kewibawaan raja. Dalam karya tulis Melayu dan Jawa terdapat beberapa ungkapan yang menunjukkan bahwa di luar Jawa pun Kudus Masyhur sebagai pusat agama Islam.Meskipun giri dalam hal ini,lebih-lebih di Indonesia dianggap sebagai hal yang penting,Kudus dan Giru masih sebanding.

Runtuhnya Kekuasaan Kadipaten Kudus Darussalam

(11)

BABAD KADIPATEN JIPANG PANOLAN

Biografi Harya Penangsang Adipati Jipang

Sekitat tahu 1549,Harya Penangsang memerintah di Jipang sebagai adipati.Tujuannya ialah membalas dendam kematian ayahnya,yang diprajaya atas perintah Sunan Prawata.Mungkin juga Harya Penangsa mengang-gap dirinya berwenang menduduki takhta Demak Bintoro.Tetapi,rupanya ia kemudian dikalahkan dan diprajaya dalam pabaratan melawan bregada Jawa dari pedalaman,yakni bregada Jaka Tingkir,pejabat Pajang Hadiningrat. Perebutan kekuasaan dalam lingkungan keluarga terus berlangsung tetapi akhirnya yang berkuasa adalah Adipati Pajang Hadiningrat bernama Hadiwijaya,yang pada waktu mudanya lebih kawentar dengan nama Joko Tingkir.Ia adalah seorang menantu Kanjeng Sultan Trenggana Di dalam pabaratan-pabaratan itu Joko Tingkir berhasil membinasakan Harya Penangsang dan Keraton Demak Bintoro dipindahkan olehnya ke Pajang Hadin-ingrat,1568.Dengan tindakan ini maka habislah riwayat kraton Demak Bintoro.Sanajan mekaten demikian Pa-jang Hadiningrat pun mendukung agama ini,bahkan kraton-kraton sesudahnya pun demikian juga.

Jipang di Bawah Kekuasaan Pajang Hadiningrat

Sesudah Jipang direbut,Sultan Pajang Hadiningrat menyerahkan tlatah itu kepada salah seorang anggota keluarganya untuk diperintah sebagai tanah gaduhan “pinjaman”.Pada dasawarsa terakhir aba ke 16,tlatah Jipang juga jatuh ke bawah kekuasaan Narendra Mataram Hadiningrat membangun kem bali kotanegara Jipang dengan kerja rodi. Pada abad ke 17 dan 18 Jipang dijadikan tempat posisi bupati yang mewakili Raja Kartasura dan Surakarta.Pada 1554 atau 1556 Sultan Pajang Hadiningrat mengirim ekspedisi bersenjata ke Blora yang disebut Pamblora.Kemenangan atas Harya Penangsang dari Jipang terjadi pada 1549,maka lima tahun kemudian di Blora,tidak jauh dari Jipang,masih juga terjadi pemberontakan melawan kekuasaan Narendra Agung baru di Pa-jang Hadiningrat.

Hubungan Kadipaten Jipang dengan Palembang

Nama Kadipaten Jipak tampak dicantumkan pada plakat yang diumumkan pada 1 September 1818 oleh komisaris Belanda Muntinghe,yang isinya menjamin bahwa bagi Palembang pemerintah Hindia Belanda akan mempertahankan undang-undang yang kawentar dengan nama “Piagam Pameran Jipang” (de wet,bekend onder de naam van Pajagem van den Pangerang van Djiepan).Dalam kisah Palembang yang bersifat sejarah,berkali-kali terdapat kata-kata yang menunjukkan pada hubungan dengan Jawa.Khususnya dengan Jawa Timur.

BABAD KADIPATEN TUBAN DARUSSALAM

Sejarah Berdirinya Kadipaten Tuban

Tuban adalah kota pesisir kuno yang sangat vital dan menjadi kota pelabuhan yang sangat penting . se-jak dahulu kadipaten tuban menjadi posisi pejabat setempat yang sangat kuat yang mayoritas orang tuban ber-matapencaharian sebagai petani, bertenak dan sebagai nelayan. Orang tuban yang asal mulanya mungkin sebagai nelayan juga melekukan pembajakan terhadap perahu – perahu kecil, yang mengarungi laut jawa . Sudah sejak abad ke 11 Tuban disebut sebagai kota pelabuhan. Gerombolan Cina-Mongolia, yang pada tahun 1292 datang ke Jawa Timur dan berlabuh di Tuban . Lalu dari sana pulalah mereka meninggalkan daratan. Tujuh abad yang lalu tempat tersebut dapat lebih mudah untuk disinggahi kapal , dari pada sekarang. Sejak itu pesisir Tuban men-jadi dangkal oleh endapan lumpur. Jalan mudah di tempuh dengam kendaraan menuju Selatan . jaman dahulu telah menjadikan Tuban sebagai pintu gerbang bagi tlatah hulu sungai-sungai besar di Jawa Timur. Benar- benar sangat krusial dalam sejarah politik dan kebudayaan di Jawa Timur dan Jawa Tengah.

(12)

Dan-dang Wacana pergi ke Bali untuk mengambil putrid Bali bagi raja Majapahit yaitu Ardi Wijaya. Puri ini kelak akan menjadi nenek Ratu Majapahit yang terkenal denagn sebutan Ratu Kenya. Ranggalawe dan putranya adalah pahlawan kraton Ratu Kanya dalam pabaratan melawan adipati blambangan , menak jingga yang meminang dia. Ranggalawe menjadi pahlawan dalam balada – balada klasik sejarah di jawa Timur, yang dikarang pada abad ke- 15 atau sesudahnya . Ranggalawe hidup sekitar 1300, sezaman dengan teman seperjuangan sang paneran maja pahit.

Sejarah Kadipaten Tuban Di Bawah Demak Bintoro

Mengenai tuban pada permulaan abad 16 , kota itu tempat posisi raja, perdagangan dan pelayaran tidak berperan seperti di gresik. Kratonnya mewah dan kotanya meski tidak terlalu besar tapi pertahanannya sangat kuat , wangsa rajanya sekalipun muslim, sejak pertengahan abad 15 tetap menjalin hubungan baik dengan Nar-endra Agung Majapahit di pelosok. Raja tuban pada waktu itu disebut Pati Vira . ia bukan seorang muslim yang taat , meskipun kakeknya sudah masuk Islam. Menurut cerita kisah Jawa Tengah dan Jawa Timur, raja tuban yang memerintah pada sekitar 1500 itu memakai gelar Harya Wilatika. Harya wilatika itu anak dan pengganti Harya Teja, Yakni seorang ulama trah Arab yang berhasil meyakinkan raja Tuban , Harya Dikrara untuk masuk Islam . Kemudian ia mendapat putrid Harya Dikara sebagai istri . Nama Harya Teja dalam Bahasa Arab adlah Abdurrahman. Kisah ini sesuai sekali dengan kisah Tome Pires bahwa pejabat Tuban pada sekitar 1500. Itu ada-lah cucu raja Islam yang pertama di tempat itu.

Kadipaten Tuban Dan Dakwah Islam

jika di pesisir utara pad pertengahan Abad ke 15 sudah masuk Islam , namun tetap berhubungan baik dengan kraton majapahit, merupakan pusat krusial untuk memulai upaya penyebaran Islam di Jawa Timur sangat sulit bagi Harya dari Tuban untuk dapat membebaskan diri dari upacara-upacara non islam. Padahal upacara itu merupakan bagian dari politik kraton majapahit . tetapi banyak dari saudara dan kerabat di krtaton yang sudah masuk islam tidak mengikuti upacara acara keagamaan .

anggota raja Tuban mempunyai sumbangan yang sangat besar dalm dakwah di Jawa Timur. Missal saja adipati wilantika rela menyerahkan putrinya kepada Raden Rahmat dari Surabaya. Dari pernikahan tersebut lahirlah seorang anak yang menjadi wali besar yaitu Sunan Wadad dari Bonang yang menjadi imam besar di Masjid Agung Demak, wali lain yang menurut asalnya dari Tuban ialah Raden Sahid atau sering dikenal sebagai sunan kali jaga , ia anak tumenggung wilatika dari tuban. Dahulunya beliau seorang berandal dan bertemu dengan kan-jeng Sunan Bonang beliau dapat kembali ke jalan yang benar. Beberapa lama ia tinggal di Darussalam Cirebon dan menjadi menantu Sunan Gunung Jati. Kemudian beliau muncul di keraton kanjeng Sultan trenggana di de-mak bintoro, dan di situ beliau bertemu dengan Sunan Kudus , khatib agung masjid keramat . kanjeng sunan kalijaga itu seorang ningrat Jawa, berasal dari kaum atasan , yang akhirnya menjadi ketua musyawarah Alim ula-ma yang mengadakan pertemuan di Masjid Agung Deula-mak Bintoro. Pada abad ke 17 dan 18 Tuban sudah tidak berarti lagi dalam bidang politik dan bidang ekonomi , tetapi tuban masih terkenal sebagai tempat tinggal para ulama terkemuka . didalam serat cibolek yang berisi tentang pertentangan tentang perbedaan maupun paham yang di ilhami oleh cerita simbolik dengan di hokum matinya she Siti Jenar, Sunan Panggung, KI Bebeluk dan she Amongraga. Semua di tuduh karena menyebarkan ajaran sesat yaitu paham kesatuan manusia dengan tuhan , dan mengaku manusia sebagai tuhan. Mungkin inilah awal dari sejarah terjadinya konflik antara kaum Syariat dengan gerakan tarekat.

Riwayat Singkat Para Bupati Tuban

Bupati ke pertama Tuban adalah Raden Aryo Dandang Wacana atau Kyiai Ageng Paparingan. Sampai tahun 1985-1991, bupati ke 48 yang bernama drs. Djoewarhiri marto prawiro

BABAD KADIPATEN GRESIK DARUSSALAM

Sejarah Kadipaten Gresik

(13)

kekuasaannya telah diakui. Hubungan antara raja lokal dan buruh asing yang tinggal di Negara mereka yang ingin tetap berhubungan dengan tanah leluhurnya , apalgi dalam kepentingan perdagangan , dapat di duga dengan adanya berita mengenai perutusan dari seberang lautan ke Cina. Sehubungan dengan Gresik perutusan yang mengadap kaisar tiongkok mengambil peranan yang penting . kisah – kisah jawa mengenai permulaan dakwah islam di jawa timur . di sana di kemukakan adanya makam – makam islam yang sudah sangat tua sekali , yang di temukan di dekat gresik maupun mengenai kedua saudara kakak adik yang bersejarah. Keduanya seorang putra arab yang nikah dengan putrid cempa. Dakwah islam di Gresik dari segi interaksinya di bagi menjadi dua tipe yaitu kompromis dan non kompromis . dasar pendekatan non kompromis di Grsik adalah pengembangan penalaran yang membedakan secara diametric antara yang islam dan tidak islam. Pendekatan ini hanya dapat menerima unsur yang seirama jati diri dan kepribadian beragama di jaga dan harus dominan tidak ada yang di korbankan.

Kadipaten Gresik Sebagai Kota Dagang

Kadipaten Gresik sebagai kota perdagangan laut yang paling kaya dan paling penting di seluruh Jawa. Di Grisik ada dua pejabat yang saling memerangi.Tlatah mereka di kota itu dipisahkan oleh sungai kecil yang dangkal. Pati Yusuf memerintah bagian kota yang paling besar dan penting,tempat perdagangan laut. Ia masih kerabat wngsa raja di Malaka dan ia dianggap trah Melayu, pejabat yang lain ,Pati Zainal, memerintah di bagian pelosok yang agraris, ia tidak berdagang dan tidak kaya. Ia adalah pejabat Islam yang tertua di kota-kota pesisir Jawa Tengah dan Jawa Timur,dan bersahabat dengan Pati Rodim senior dan Pati Rodim yunior dari Demak Bintoro.

Biografi Prabu Setmata

Wali Lanang yang telah memperistriseorang putrid Adipati Blambangan,ia mendapat seorang anak laki-laki dari pernikahannya itu.Namun Wali Lanang meninggalkan Blambangan karena tidak berhasil mengislamkan rajanya.Banyinya dimasukkan kedalam peti dan di lemparkan ke laut,kemudian diselamatkan oleh seorah nahko-da perahu milik Nyai Ageng Pinatih nahko-dari Gresik,jannahko-da Pati Samboja. Anak itu kemudian diangkat sebagai anak dan kemudian disuruh berguru kepada Kanjeng Sunan Ngampel Denta dari Surabaya,yang menamakanya Raden Paku.Raden Paku dari Gresik ini kemudian diasuh bersama anak Kanjeng Sunan Ngampel Denta,santri Bo-nang.Mereka berdua pergi ke Malaka dan menjadi murid Wali Lanang. Wali Lanang member mereka tugas yang mulia untuk menyebarkan agama Islam di Jawa Timur. Sekembalinya di Gresik,beberapa waktu kemudian Raden Paku tinggal di Giri sebagai kiai besar. Ia memilih nama Prabu Setmata.

Biografi Sunan Dalem

Sunan Dalem memerintahkan kepala pasukannya Jaga Pati untuk menghentikan pebaratan.Sunan Dalem meninggalkan Giri untuk menyingkirkan ke Gumena,yang diperintah oleh Ki Dang Palih.Sunan Dalem di Giri itu pada 1535 mengambil keuntungan politik dari rasa takut yang ditimbulkan oleh kedatangan bregada dari Sengguruh untuk memperkuat kekuasaannya sendiri di kota pelabuhan itu.

Biografi Kanjeng Sunan Prapen

(14)

itu.Kyai keempat di Giri tersebut pasti telah lanjut usianya.Raja tua itu berumur 120tahun, ia wafat pada tahun 1605.

Pengaruh Kanjeng Sunan Giri di Seberang

Sejak jaman Kanjeng Sunan Prapen kekuasaan para kyai dari Giri ternyata mendominasi Gresik. Pengaruh Giri juga sampai ke Sulawesi.Di Kalimanta Selatan juga menceritakan adanya pernikahan antara “pangeran -pangeran” Giri dengan putri-putri setempat .Karena raja Matan dari Sukadana,yang mulai memerintah pada ta-hun 1590,memakai nama Giri Kusuma,di duga ada pula pengaruh Giri disana. Berita-berita yang panjang lebar dan besar jumlahnya mengenai hubungan antara Giri dan Indonesia bagian timur terdapat dalam kisah-kisah dari kepulauan itu sendiri.

Hubungan Kanjeng Sunan Kudus dan Kanjeng Sunan Giri

Ketiga kraton penting yang diperintah oleh kyai,yang di Jawa berdiri berdampingan dalam paruh kedua abad 16,yakni Cirebon Darussalam,Kudus,dan Giri.Dalam bidang ekonomi dan politik,para Kanjeng Sunan Giri mempunyai posisi yang jauh lebih krusial dari sunan-sunan di Cirebon Darussalam atau Kudus.Kanjeng Sunan Prapen dari Giri dan Kanjeng Sunan Gunung Jati dari Cirebon Darussalam hidup sezaman.

BABAD KADIPATEN SURABAYA

Sejarah Berdirinya Kadipaten Surabaya

Nama kota Surabaya disebut-sebut dalam naskah Jawa abad ke 14.Menurut penulis Negara Kertaga-ma,raja Majapahit Hayam Wuruk berkunjung ke Surabaya yang pada waktu itu dianggap sebagai kotanegara Jenggala.Tempat penyeberangan di Surabaya adalah salah satu tempat tambangan yang disebut dalam “Piagam Tambangan” tahun 1358 .Hal-hal itu menunjukkan bahwa Surabaya pada pertengahan abad ke 14 sudah men-jadi Kotanegara dan pusat ekonomi yang berarti.

Kadipaten Surabaya Sebagai Pelabuhan Dagang

Antara Surabaya dan Tlatah Majapahit “Gusti Pati” yang mewakili kekuasaan keraton,terjadi ketegangan hubungan ,namun ada juga masa-masa damai diantara mereka.Disamping keberaniannya,juga oleh orang Portugis yang sezaman dengannya,tanah miliknya yang luas ,yang letaknya di delta Sungai Brantas ,yang merupakan sum-ber pedapatannya. Pada abad ke 14 kota Bubat di tepi Sungai Brantas menjadi pelabuhan sungai bagi kota kraton Majapahit.Tempat tersebut cukup jauh dari Surabaya lebih masuk ke pelosok dan ke arah udik.

Biografi Kanjeng Sunan Ngampel Denta

Tentang Kanjeng Sunan Ngampel Denta ,wali ini diangkat imam di Masjid Surabaya oleh seorang pecat tandha di Terung,yang disebut Harya Sena.Nama Sena ini mungkin dihubungkan dengan gelar Senopati Ngalaga di Terung,dipakai oleh Adipati Surabay apada permulaan abad ke 16.Oleh karena itu Raden Rahmat yang kemudian bergelar Kanjeng Sunan Ngampel Denta tinggal di Surabaya mulai pada perempat abad ke 15 ,maka Senopati Terung,yang bertindak sebagai pelindungnya,termasuk generasi yang lebih tua dari Pati Bubat.

Pengaruh Kadipaten Surabaya ke Seberang

(15)

Kadipaten Surabaya Pada Jaman Kolonial

Para pejabat Surabaya menyatakan diri “bebas” dari Raja Madura,dengan demikian mereka dapat mengakui Panji Wiyakrama,Adipati Surabaya sebagai atasan mereka bersama. Tentang sejarah ujung timur Jawa ini dalam paruh abad 16 ada kemungkinan raja-raja Islam di Jawa Timur merasa terancam oleh makin mening-katnya kekuasaan di ujung timur Jawa.oleh karena itu mereka bersatu dibawah kepemimpinan Adipati Suraba-ya.Juga dapat dimengerti jika raja-raja Islam di Jawa Timur dan di tlatah pesisir lalu menjalin hubungan dengan Sultan Pajang Hadiningrat yang dianggap sebagai pengganti Sultan Demak Bintoro yang sah.

Pengaruh Surabaya Terhadap Jawa Timur

Kanjeng Panembahan Jayalengkara sebagai raja merdeka Surabaya yang terakhir ,terus gigih berjuang se-umur hidup melawan ngelar jajahan kea rah timur oleh raja-raja Mataram Hadiningrat.Dalam bidang ekonomi dan sosial terdapat jurang yang dalam antara Mataram Hadiningrat di pelosok yang masih rendah kebudayaannya dan tlatah-tlatah Jawa Timur yang telah maju. Jayalengkara memang nama seorang raja penting di Suraba-ya.Pejabat Surabaya yang pada pertengahan abad ke 16 bertindak sebagai “juru bicara” Adipati Jawa Timur da-lam menghadapi Sultan Pajang Hadiningrat,memakai nama Panji Wiryakrarna sebagai gelar keningratan kuno yang sudah dikenal sejak sebelum jaman Islam.Hal itu karena Pengaruh Kraton Surabaya.

Sejarah Surabaya di Bawah Mataram Hadiningrat

Konon pada masa tuanya,Senopati Mataram Hadiningrat tidak lagi berusaha menguasai Surabaya.Raja yang memerintah Surabaya Buta,tetapi dapat diperkirakan bahwa ia masih mengalami pendudukan kotanya oleh pasukan Mataram Hadiningrat pada tahun 1625. Sesudah pada tahun0tahun sebelumnya Surabaya berkali-kali di serang,pada 1625 Surabaya kalah kepada Manggala Yuda wadyabala Mataram Hadiningrat tanpa menunggu serangan terakhir lagi,dan setelah menjadi amat lemah oleh kelaparan dan penyakit .Mengingat hal itu trahraja mendapat pengampunan dari pihak pemenang,Kanjeng Sultan Agung.Pangeran Pekik yang kemudian menjadi ipar Kanjeng Sunan Agung.Sejak dulu kala memang Surabaya memancing perhatian semua kalangan.

BABAD KADIPATEN AROS BAYA DI MADURA DARUSSALAM

Sejarah Kadipaten Aros Baya

Madura juga mempunyai hubungan dengan para raja Jawa. Sejak dulu terdapat perbedaan antara Madura Barat, kadipaten Aros Baya, yang kelak bernama Bangkalan dan Sampang, dan Madura Timur, kadipaten Su-menep dan Pamekasan. Madura Barat, yang berhadapan dengan Surabaya dan Gersik, dapat lebih banyak mengambil keuntungan dari kemajuan ekonomi, kebudayaan, dan politik Jawa Timur dan kraton-kraton pesisir, dibanding dengan Madura Timur. Tidak sama dengan etnis utama Jawa, yakni orang Pasundan dan Bali, orang Madura tidak mempunyai sejarah tertulis dalam bahasa sendiri mengenai raja lokal. Sejak abad ke-16, raja-raja Madura mengikat tali pernikahan dengan para pejabat di sepanjang pesisir utara Jawa. Pada abad ke-17 dan 18 ada anggota trah raja Madura yang berperan penting dalam kehidupan politik trah kraton Mataram Hadin-ingrat. Dalam ekonomi nusantara sebelah selatan, Madura memberikan sumbangan, terutama angkatan kerja, kepada Jawa Timur. Sejarah Madura Barat, dimulai dengan seorang raja di Gili Mandangin atau Sampang, yang bernama Lembu Peteng, putra raja Brawijaya dari Majapahit dengan putri islam dari Cempa. Putri Lembu Peteng dari Sampang, diperistri oleh putra Maolana Iskak. Pada paruh kedua abad ke-15 di Madura Barat para pejabat Jawa dari kelompok ningrat dan orang Islam dari seberang lain menjalin hubungan persahabatan.

Madura Barat Kota Garam

(16)

memung-kinkan adanya kebenaran bahwa wangsa raja Madura Barat sebagian besar karena terdorong oleh pertimbangan politik memutuskan mengakui pejabat islam di Demak Bintoro sebagai Raja Agung. Karena hubungan Gersik dan Surabaya, asas-asas keagamaan dan kemasyarakatan islam dalam perempat pertama abad ke-16 sudah cukup dikenal di Madura.Putra mahkota yang sudah masuk islam itu bernama Pratanu yang terkenal sebagai Kanjeng Panembahan Lemah Duwur di Aros Baya.

Biografi Kanjeng Panembahan Lemah Duwur

Pratanu dari Lemah Duwur sepanjang hidupnya menyibukkan diri mengukuhkan dan memperluas kekuasaan atas kraton-kraton kecil yang banyak jumlahnya. Alur keturunan raja-raja Madura yang pertama, me-nyebutkan banyak perkampungan atau tanah merdeka tempat tinggal anggota wangsa raja. Diantaranya kemudian menjadi Kotanegara kraton-kraton kecil yang merdeka. Menurut kisah Madura, Pratanu dari Lemah Duwur meluaskan kekuasaannya sampai Balega dan Sampang. Ibunya, istri Pangeran Palakaran, berasal dari Pamandegan, dekat Sampang, dan cicitnya, Cakraningrat I, menjadikan Sampang Kotanegara Madura Barat sebagai ganti Aros Baya. Kanjeng Panembahan Lemah Duwur dari Aros Baya menikahi putri Sultan Pajang Hadiningrat sebagai anugrah. Karena pernikahan ini, untuk pertama kalinya ada hubungan antara wangsa raja Madura Barat dan Jawa Tengah. Kanjeng Panembahan Lemah Duwur dari Aros Baya meninggal sekitar tahun 1590, setelah lama me-merintah Madura Barat. Menurut Sujarah Dalem, ia diganti oleh anaknya dari pernikahannya dengan putri Pa-jang Hadiningrat yang disebut Kanjeng Panembahan Tengah. Raja itu terpaksa lama berjuang untuk menun-dukkan adiknya, Sakatah, yang tinggal di balega, yang akhirnya dapat ditaklukkan juga. Pada sekitar tahun 1590, di dekat Japan, kini Mojokerto, raja-raja ini menahan tentara Mataram Hadiningrat yang bergerak ke arah timur.

Kadipaten Aros Baya Di Bawah Mataram Hadiningrat

Kanjeng Panembahan Tengah dari Aros Baya meninggal sekitar tahun 1620, ia diganti oleh adiknya, ka-rena pewaris yang berhak masih muda. Anak Kanjeng Panembahan Lemah Duwur yang kedua ini hanya empat tahun memerintah Aros Baya. Keponakannya, Raden Prasena, yang tinggal di Smpang, pada tahun 1624 perang dengan Mataram Hadiningrat di dekat Sampang. Mataram Hadiningrat menyeberang ke Sampang dari Pasuruan, yang telah diduduki pada 1617, Surabaya pada tahun 1724 belum direbut. Pangeran dari Aros Baya, yang merasa diri seperti diserang dari belakang oleh Mataram Hadiningrat pergi ke Giri, di situ ia meninggal. Raja-Adipati Pamekasan dan Sumenep gugur dalam serangan mendadak oleh Mataram Hadiningrat itu.

BABAD KADIPATEN SUMENEP DAN PAMEKASAN DARUSSALAM

Berita Kuno Mengenai Madura Timur

Kadipaten Sumenep terdapat sebuah kisah penting yang berasal dari zaman sebelum islam, yaitu zaman Majapahit. Kadipaten Sumenep merupakan tlatah kekuasaan Wiraraja, Banyak Wide, seorang kadipaten raja Singasari yang terakhir pada akhir abad 13. Ia berperan menentukan berdirinya kraton baru Majapahit, sesudah serangan oleh kaisar Cina-Mongolia, Kublai Khan. Raja Majapahit pertama yang berkat bantuan dari Sumenep dapat naik tahta kraton menghadiahkan tlatah Lumajang di tlatah ujung timur Jawa kepada Banyak Wide. Sesudah abad 14, terjalin hubungan antara Madura Timur dan tlatah-tlatah didaratan seberang.

Sejarah Madura Timur

(17)

Kotanega-ra adalah makan Adipati Kuduruwan. PangeKotanega-ran Jawa Tengah dari wangsa Sultan Demak Bintoro ini memang berperan di Sumenep pada perenpat kedua dan ketiga abad 16.

Madura Timur Kota Pesantren

Adipati Kaduruwan meninggal akibat perang melawan orang Bali. Pada paruh kedua abad 16 berkali-kali terjadi peperangan antara para pejabat islam di Pasuruan dan raja-raja di ujung timur Jawa. Dalam paruh kedua abad 16, kraton Sumenep dipandang sebagai pertahanan terdepan oleh kraton-kraton islam di Jawa Tengah, De-nak Bintoro dan Pajang Hadiningrat, dalam melawan kraton Bali. Seperti halnya Madura Barat, Sumenep tidak menghadapi serangan Senopati dari Mataram Hadiningrat, yang pada tahun1589 berusaha memulihkan kembali kraton Jawa Tengah sesudah wafatnya Kanjeng Sultan Pajang Hadiningrat.

Pengaruh Mataram Hadiningrat Di Kadipaten Sumenep Pamekasan

Kanjeng Sultan Agung yang menundukan kraton-kraton Madura Barat pada 1624 mencapai Sumenep. Adipati Sumenep memberikan perlawanan terhadap Jawa Tengah. Sesudah Sumenep diduduki, tlatahnya di-perintah atas nama Raja Mataram Hadiningrat oleh seorang wali negara bernama Angga Dipa trah Jepara. Sesudah direbutnya Madura, baik Barat maupun Timur, banyak tawanan perang yang diangkut dari pulau Madu-ra ke Gersik dan Ke Jawa Tengah untuk diperkerjakan oleh paMadu-ra pemenang. Raja-Madu-raja MataMadu-ram HadiningMadu-rat memerintahkan pemindahan paksa secara besar-besaran kelompok petani dan buruh dari tlatah-tlatah pendudukan ke Kotanegara mereka. Mereka diserahi pekerjaan berat, sedangkan pegawai dalam kraton dan sanak keluarga raja dapat mencurahkan perhatian penuh pada tugas pemerintahan sebagai prajurit atau pegawai negeri.

BABAD KADIPATEN PASURUAN DARUSSALAM

Sejarah kadipaten pasuruan

Kadipaten Pasuruan atau Gembong merupakan tlatah yang paling lama dikuasai oleh raja-raja Tumapel. Di tlatah-tlatah ini ditemukan banyak peninggalan candi Jawa Timur tempat pemakaman raja-raja serta keluar-ganya. Pada abad ke-19 dikumpulkan banyak dongeng setempat, yang berasal dari tlatah-tlatah di Pasuruan dan Singasari. Raja Singasari adalah salah seorang dari empat raja disamping Jenggala, Kediri, dan Ngurawan yang ditampilkan dalam kisah-kisah panji yang bersifat sejarah.

Nilai Strategis Kadipaten Pasuruan

Pada awal abad 16 yang menjadi raja Gamda adalah putra Gusti Pati, yang bernama Pati Sepetat, dan ia menjadi menantu Pati Pimtor, raja dari Blambangan, juga menantu dari Raja Madura. Tuban, Gamda, dan kota-kota pelabuhan Jawa yang pada zamannya masih dikuasai Raja Agung atau patih Gusti Pati. Pati Sepetat, dengan bantuan patih Majapahit, memerangi Adipati Surabaya dan menghalang-halangi dakwa islam di Jawa Timur. Itu terjadi sesudah runtuhnya kota kraton Majapahit pada tahun 1527.

Perkembangan islam di pasuruan

(18)

Hubungan Pasuruan Dan Pajang Hadiningrat

Pengambilalihhan kekuasaan kraton islam di Jawa Tengah oleh sultan Pajang Hadiningrat tidak men-imbulkan keguncangan di Pasuruan maupun tlatah Jawa Timur lainnya. Tahun 1581, Sultan Pajang Hadiningrat diakui sebagai Kanjeng Sultan oleh Sunan Prapen dari Giri. Penyatuan kekuasaan politik raja-raja islam Jawa Tengah dan Jawa Timur dibawah pimpinan pemuka agama dari Giri dan Kanjenng Sultan Pajang Hadiningrat juga bertujuan mengatasi ancaman raja-raja di ujung Jawa timur uang dibantu oleh Dewa agung dari Bali. Pada paruh kedua abad 16 raja Aros Baya, Kanjeng Panembahan Lemah Duwur yang menjadi menantu Sultan Pajang telah berkuasa juga di seberang, yaitu di Sidayu, Gersik dan Pasuruan. Perempat terakhir abad 16, Adipati Pasuruan berhasil melebarkan sayapnya ke pelosok Jawa Timur hingga tlatah Kediri. Sesudah mengalahkan Ma-diun tahun1590, Senopati Mataram Hadiningrat yang masih muda mengalahkan Adipati Kaniten dalam perang berkuda. Adipati Kaniten adalah seorang adipaten Pasuruan. Adipati Pasuruan yang pada perempat terakhir abad 16 berhasil meluaskan kekuasaannya sampai Kediri. Kadipaten Blambangan tahun1596 dan 1597 diserang oleh tentara islam dari Pasuruan. Pada tahun 1600 atau 1601, kota Kadipaten Blambangan direbut. Orang Bali yang dikirin oleh Adipati Gelgel untuk membantu, tetapi gagal.

Kadipaten Pasuruan Di Bawah Mataram Hadiningrat

Tahun1589, gabungan Adipati Jawa Timur dan pesisir dekat Japan, Mojokerto, menghentikan gerakan pasukan Senopati Mataram Hadiningrat ke timur, Adipati Pasuruan juga membantu Adipati Surabaya. Ta-hun1613, cucu Senopati Mataram Hadiningrat melanjutkan siasat politik trahnya. Para prajurit yang harus mempertahankan ibi-Kotanegara di Jawa Tmur dari tlatah pesisir yang besar dan sudah maju itu, tidak mampu bertahan terhadap Mataram Hadiningrat. Pada 1616 atau1617 Pasuruan diduduki oleh pasukan Kanjeng Sultan Agung.

BABAD KADIPATEN PROBOLINGGO DARUSSALAM

Sejarah Kadipaten Probolinggo

Probolinggo sejak zaman Majapahit juga sudah mempunyai peranan yang amat penting.Nama kadipaten probolinggo yang lama ialah Kadipaten Banger. Di tlatah Probolinggo,bermula jalan besar yang tua,dari pesisir menanjak kea rah barat daya,naik menuju ke Dataran Tinggi Tengger.Bagi sebagian desa pegunungan di dataran tinggi itu,sejak jaman dulu jalan tersebut merupakan jalan yang menghubungkannya dengan tlatah dataran ren-dah.Disitu juga dimulai sebuah jalan yang naik ke tlatah pegunungan.Masyarakat Tengger sejak dulu kala,sejak jaman raja-raja Majapahit,selalu menolak campur tangan para pejabat dataran rendah,baik dalam bidang pemerintahan maupun agama. Mengenai Kadipaten Probolinggo sebagai salah satu dari kelompok tiga keraton di samping Nilambara dan Asmalila,dalam naskah Jawa-Bali yang bernama Adi Purama.Naskah tersebut baru di-tulis pada abad ke 19 di Lombok.

Hubungan Kadipaten Probolinggo-Panarukan

Dalam kumpulan sajak pujian dari abad ke 14 yang ditujukan kepada Sang Prabu Hayam Wuruk di Majapahit terdapat uraian mengenai perjalanan keliling menjelajahi ujung timur Jawa,yang dilakukan Raja pada 1359. Menurut penulis,perlawatan raja itu tidak lebih ke timur dari Patukangan.Tempat itu boleh kita hub-ungkan dengan Panarukan yang kini.Utusan Bali,Blambangan,dan Madura hadir disitu.Pada waktu itu rupanya Panarukan merupakan salah satu pangkalan krusial bagi kekuasaan Raja Majapahit. Perjalanan keliling Sang Pra-bu Hayam Wuruk menjelajahi ujung timur Jawa itu terdapat beberapa berita krusial mengenai Sagara.Tempat ini konon menjadi pusat kekuasaan kerohanian. Tempat-tempat lain di ujung timur Jawa bagian tengah pada pertengahan abad ke 14 ialah Sadeng,Keta dan Pajarakan.

Hubungan Kadipaten Probolinggo-Pajarakan

(19)

Nilai Strategis Kadipaten Probolinggo

Canjtam,Pajarakan,dan Panarukan pada permulaan abad ke 16 hampir terkuasai oleh raja Islam di Sura-baya.Kemudian ketiga tlatah itu oleh raja dari Blambangan ditaklukan dan diduduki. Ekspedisi Kanjeng Sultan Demak Bintoro melawan Kadipaten Blambangan di ujung timur Jawa terjadi pada tahun 1546 yang berakhir dengan pengepungan Panarukan.Meninggalnya Kanjeng Sultan Demak Bintoro pada waktu atau sebagai akibat ekspedisi terhadap Panarukan pada tahun 1546,dan berkuasanya Kanjeng Sultan Pajang Hadiningrat atas Jawa Tengah mengakibatkan kraton-kraton ujung timur Jawaselama lebih dari tiga perempat abad bebas dari ancaman para raja Islam dari sebelah barat.Baru pada 1639-1640 Kanjeng Sultan Agung dari Mataram Hadiningrat ber-hasil menduduki tlatah itu.

Pengaruh Mataram Hadiningrat ke Kadipaten Blitar

Adipati Pasuruan,yang pada akhir abad ke 16 berhasil mencaplok Panarukan dan Blambangan,kemudian mendapat pukulan dari Kanjeng Sultan Agung dari Jawa Tengah.Pada 1616 dan 1617,Kadipaten Pasuruan diduduki oleh orang Mataram Hadiningrat,kira-kira 80 tahun sesudah raja terakhir disitu ditundug atau di-turunkan dari takhta oleh Kanjeng Sultan Demak Bintoro.Dalam pentas sejarah kota Probolinggo berperan aktif dalam kehidupan politik nasional.

BABAD KADIPATEN BLAMBANGAN DARUSSALAM

Kedatangan Islam Di Kadipaten Blambangan

Kota blambangan terdapat di ujung timur pulau jawa. Suatu ketika, kraton blambangan terkena serangan wabah penyakit. Akibatnya banyak penduduk yang jatuh sakit dan tewas. Termasuk seorang yang sakit adalah Dewi Sekardadu, putri Prabu Menak Sembuyu. Sudah menjadi tradisi raja-raja Jawa, jika keluarga raja mengalami masalah, sering diadakan sayembara dengan imbalan tertentu bagi yang bisa menyelesaikannya. Dan atas saran istrinya, prabu menak sembuyu pun mengadakan sayembara. Isi sayembara tersebut adalah pertama, barang siapa yang bisa menyembuhkan putri sang Prabu, maka ia akan dinikahkan dengan sang putri. Dan kedua, barang siapa yang bisa mengusir wabah penyakit dari Blambangan akan diberi hadiah separuh kraton. Patih Banjul Sangara mendapat tugas untuk mengatur sayembara tersebut dan kemudian disebar ke seluruh negeri. Kemudian Patih Banjul Sangara bertemu dengan seorang ulama yang bernama Kanjeng Maulana Ishak yang bersedia menyem-buhkan putri raja. Setelah sang putri sembuh, Kanjeng Maulana Ishak kemudian menyemmenyem-buhkan rakyat Blam-bangan.

Setelah selesai menyembuhkan rakyat, kanjeng Maulana Ishak diambil mantu oleh Prabu Menak Sem-buyu. Tetapi sebelum dinakahkan, Kanjeng Maulana Ishak menasehati Dewi Sekardadu mengucapkan syahadat terlebih dahulu. Upacara pernikahan akhirnya diadakan dengan adat dan tata cara Islam sesuai anjuran Kanjeng Maulana Ishak. Sikap Maulana Ishak yang rendah hati dan ilmunya yang luas membuat banyak rakyat terpikat. Semakin lama, semakin banyak orang yang tertarik dan berguru pada Kanjeng Maulana Ishak. Di Jawa, berlaku hukum adat agama ageming aji, artinya agama rakyat adalah agama yang dianut rajanya. Oleh karena itu, Kanjeng Maulana Ishak ingin menyaksikan rajanya masuk islam. Tenyata Prabu Menak Sembuyu tersinggung akan ajakan Kanjeng Maulana Ishak yang mengajaknya masuk agama islam. Mulai saat itulah muncul ketegangan antara Kan-jeng Maulana Ishak dengan pihak istanah, terutana Adipati Blambangan. Namun, pengaruh KanKan-jeng Maulana Ishak diluar istanah makin luas. Karena itu, Prabu Menak Sembuyu dan Patih Bajul Sangara merasa kawatir. Dengan itu Patih Bajul sangara membuat tipu muslihat untuk mengusir Kanjeng Maulana Ishak. Orang-orang yang telah masuk islam diteror. Karena itu, pada suatu hari Kanjeng Maulana Ishak pergi dari Blambangan. Pada saat Kanjeng Maulana Ishak pergi dari Blambangan, Dewi Sekardadu sedang hamil tujuh bulan. Ia berpesan pada istrinya, jika anaknya laki-laki, namailah ia Raden Paku.

(20)

sebenarnya menginginkan Dewi Sekardadu menjadi istrinya untukmewarisi kekuasaan Blambangan. Tetapi rencana Patih gagal, apalagi beberapa lama kemudian di Blambangan terjadi bencana besar dan Patih tidak dapat mengatasi, maka ia dipersalahkan oleh Prabu Menak Sembuyu.

Biografi Prabu Minak Jingga

Menak Jingga, Adipati Blambangan, dalam sastra Jawa menjadi lawan Damarwulan, tokoh suatu kisah yang sejak abad 17 menjadi perhatian rakyat. Ada suatu kisah mengenai asal usul sejarah Adipati Menak Jingga dari Blambangan. Ia yang dikatakan sebagai seorang tokoh yang dilindungi, atau diciptakan oleh seorangpem-impin religi kepercayaan lama dari Dataran Tinggi Tengger yang bernama “ajar” Guntur Geni yang telah me-matahkan serangan di pesisir Jawa Timur. Sebagai imbalan, “ajar” diberi nama Pamengger beserta wewenang untuk memerintah Blambangan. Ada hubungan antara Dataran Tinggi Tengger dan Adipati Blambangan. Yang masih perlu disebutkan ialah dongeng Sri Tanjung, yang diubah dalam bentuk tembang, yang digolongkan dalam sastra Jawa-Bali. Kisah ini mungkin ditulis di Blambangan pada abad 16. Sri Tanjung bisa dianggap hasil ciptaan kebudayaan Blambangan, dengan bantuan pengaruh raja-raja Bali, masih mampu bertahan terhadap desakan para penakluk Jawa-Islam yang datang dari barat.

Nilai Strategis Kadipaten Blambangan

Banyak wilayah-wilayang yang dikuasai oleh Adipati Blambangan seperti, Canjtam, Pajarakan, Panarukan serta Kadipaten Lumajang. Ekonomi Blambangan sepenuhnya bersifat agraris, perdagangan keseberang lautan. Di Jawa barat diperdagangkan budak belian laki-laki dan wanita dari Blambangan. Banyak laki-laki yang menjadi budak belian, karena tidak dapat membayar utang atau denda atau hukuman yang berat yang dijatuhkan oleh hakim-hakim raja sesuai dengan naskah undang-undang Jawa-Bali lama.

Hubungan Kadipaten Blambangan Dengan Demak Bintoro

Babad mengenai penaklukan oleh kraton Demak Bintoro memberitakan bahwa Blambangan diduduki pa-da 1546. Terjadi serangan keprajuritan terhapa-dap Pasuruan yang membawa malapetaka bagi keraton islam mupa-da di bawah pimpinan Kanjeng Sultan Trenggana. Orang islam Jawa Tengahtelah menerobos terus sampai inti kra-ton ujung timur Jawa yang merupakan wilayah Banyuwangi. Pada 1575 Adipati Blambangan yang bernama Santa Gunamerebut Panarukan dari tangan islam. Ini merupakan salah satu babak baru pada abad 16 yang berkecam-buk di tengah ujung tinur Jawa antara raja-raja islam dari Pasuruan dan Surabayadengan para pejabat Blam-bangan dan Bali Selatan. Panarukan diperebutkan di antara mereka. Selama sebagian besar dari perempat terakhir abad 16 raja dari Blambangan mengguasai bagian tengah ujung timur Jawa dengan atau tanpa bantuan prajurit Bali. Raja Santa Guna meninggal pada sekitar 1590 dan anaknya menggantikan posisinya, ia mulai diserang raja islam dari Pasuruan. Adipati Pasuruan pada 1590 merencanakan perluasan kekuasaannya ke barat sampai melewati Kediri, di dekat Madiun pasukannya terbentur Senopati Mataram Hadiningrat yang saat itu masih mu-da. Mulai 1596 ia berhasil menduduki kota Blambangan. Kelompok-kelompok Bali dipimpin seorang trah Jlan-tik datang membantu raja di ujung timur Jawa, namun mereka dikalahkan dan JlanJlan-tik pun gugur. Dengan keme-nangan pada tahun 1600 atau 1601 yang diraih oleh raja islam Pasuruan, atas Blambangan, akhirnya semua kra-ton penting di Jawa berada di bawah pemerintahan Islam.

Hubungan Kadipaten Blambangan Dengan Mataram Hadiningrat

(21)

dipimpin oleh seorang raja dari Tabanan rupanya tidak berhasil menghadapi serangan Mataram Hadiningrat di timur Jawa.

BABAD KADIPATEN PENGGING HADININGRAT Sejarah Kadipaten Pengging

Pengging adalah tlatah yang menjadi penerus kraton Majapahit dan Demak dan cikal bakal kraton Pajang. Menjelang akhir abad ke-17 atau abad 18, di kraton raja-raja Mataram Hadiningrat di kartasura ada kisah mengenai asal wangsa Narendra Mataram Hadiningrat dan Pajang Hadiningrat di catat dan disusun dalam ben-tuk Sejarah Kraton mengenai Asal Usul Pemerintahan Kanjeng Sultan Pajang Hadiningrat. Trah Kanjeng Sultan Pajang Hadiningrat berasal dari Pengging. Seorang raja dari Pengging, yang bernama Andayaningrat, di-perkirakan masih berkerabat dengan raja Majapahit dan trah Patih Gajah Mada. Sebagai hadiah atas jasanya ter-hadap raja, ia mendapat putri Majapahit sebagai istri. Jasanya itu berupa penaklukan kraton di ujung timur, yakni Blambangan dan Bali dengan bantuan Sapu Laga dari Probolinggo. Ia mencapai kemenangan itu berkat bantuan masyarakat bajul (buaya), yang merupakan asal usul ayahnya, Bajul Sangara dari Semanggi. Raja dari Pengging ini dalam sejarah juga memakai nama Jaka Sengara dan Jaka Bodo.

Jaka Bodo Pendiri Kadipaten Pengging

Nama lama untuk tlatah Pengging adalah Bobodo. Nama itu terdapat dalam kisah perjalanan yang ditulis dalam bahasa Pasundan pada abad 15, yang dilakukan oleh seorang peziarah, Bujangga Manik. Nama tokoh se-jarah Joko Bodo diperkirakan ada hubungannya dengan tlatah Bobodo. Pada abad ke-15, Pengging di sebelah barat dan Blambangan di sebelah timur kraton mempunyai posisi yang setaraf terhadap kota kraton Majapahit di Jawa Timur. Kisah mengenai Andayaningrat, raja di Pengging dan penakluk Blambangan dapat ditinjau sesuai pandangan tadi. Menurut sejarah, Jaka Sinangara akan menjadi Adipati Andayaningrat dari Pengging adalah anak dari raja buaya dari Bengawan Solo dan dari pihak ibu, ia cucu tokoh sejarah Raden Juru, seorang anggota trah Majapahit. Dapat dibayangkan bahwa pada suatu ketika Raja Majapahit pada abad 15 ingin menghadiahi kepada seorang prajurit yang berjasa dengan mengusahakan kepadanya tlatah terpencil yang belum ada rajanya.

Pasang Surut Kadipaten Pengging

Para priyayi Majapahit yang disingkirkan kemudian bekerja sama dan menyebar ke Pajang Hadiningrat dan Pengging di sebelah barat Gunung Lawu, ada juga yang ke Gersik dan Madura. Wilayah antara gunung Lawu dan Merapi di Bengawan Solo bermuara ke Laut Jawa dekat Gersik, pada zaman Jawa Kuno dalam bidang ekonomi dan politik kurang potensial dibandingkan dengan Mataram Hadiningrat. Raja-raja Jawa-Hindu selama berabad-abad membangun candi-candi di Jawa Tengah bagian selatan, yang lebih senang berada di wilayanh sungai Opak dan Progo, yang bermuara di lautan Hindia daripada di aliran Bengawan Solo. Sebagian besar prasasti raja-raja yang masih tersimpan menyangkut tempat-tempat di Jawa Tengah bagian selatan. Berdasarkan prasasti itu dapat disimpulkan bahwa pada abad 10 wilayah kekuasaan raja-raja Jawa Hindu di Mataram Hadin-ingrat lama juga meliputiwilatah hulu Bengawan Solo. Dapat diduga bahwa jalam perdagangan lama dekat penambangan yang memotong sungai Bengawan Solo merupakan salah satu jalan penghubung antara Jawa Ten-gah bagian selatan dan wilayah-wilayah disebelah timur. Pajang adalah salah satu tanah kekuasaan kraton Majapahit pada abad 14. Putra Sinuwun Prabu Brawijaya yang berkuasa di Pajang Hadiningrat adalah Kebo Kanigara. Putra-putra Prabu Brawijaya yang lainnya adalah Begawan Wasidibagno/raden Jaka Dolog, raden Jaka Bodo, Raden Jaka Pandak, dan Raden Jaka Wujil. Nama-nama tersebut akan terkenal dikemudian hari karena keahlian ilmu agama islam.

Runtuhnya Kadipaten Pengging

(22)

islam, putranya yang kedua mengggantikan anyahnya menjadi raja di Pengging. Kadipaten Pengging ternyata masih bertahan sampai perempat kedua abad ke-16. Di kraton Demak Bintoro, karena rajanya dianggap raja is-lam yang sesungguhnya sesudah Majapahit menyerah, orang yakin semua raja Jawa lainnya harus tunduk kepada Demak Bintoro. Sultan Demak Bintoro juga mencurigai Adipati Pengging, ia khawatir jika pejabat Pengging akan memberanikan diri mengambil kekuasaan sebagai raja. Oleh karena itu, Sultan Demak Bintoro mengutus orang kepercayaannya, Ki Wanapala dan Kanjeng Sunan Kudus ke Pengging. Akhirnya Kebo Kenanga dikala-hkan oleh Kanjeng Sunan Kudus. Karena anak laki-lakinya, Mas Karebet, satu-satunya ahli waris masih terlalu muda sesudah Kebo Kenanga tidak ada pejabat lagi di Pengging.

BABAD KRATON PAJANG HADININGRAT

Biografi Jaka Tingkir

Jaka Tingkir adalah pendiri kraton Pajang yang bergelar Sultan Hadiwijaya. Ia putra raja Pengging tera-khir yang dibunuh Kanjeng Sunan Kudus. Waktu masih kecil ia bernama Mas Krebet, karena pada saat lahirnya wayang beber sedang dipertunjukan di rumah ayahnya. Pada masa remaja ia bernama Jaka Tingkir, sesuai dengan nama Tingkir tempat ia dibesarkan. Ia dianggap menguasai masyarakat buaya, seperti kakeknya, Adipati Anda-yaningrat. Jaka Tingkir masuk wangsa Sultan Demak Bintoro karena menikah dengan putri Kanjeng Sultan Trenggana yang muda. Jaka Tingkir adalah cucu Kanjeng Sunan Kalijaga dari Kadilangu, yakni wali yang diang-gap terpenting di antara Wali Sanga. Seorang anak perempuan Kanjeng Sunan Kalijagadiambil oleh Sultan Trenggana sebagai permaisuri muda. Dari pernikahan itu, lahir ratu muda di Pajang Hadiningrat, permaisuri Jaka Tingkir, dan adik laki-lakinya, Raden Mas Timur. Putra Sultan Trenggana yang lahir dari pernikahan yang lebih dulu, diberi posisi sebagai ulama yang bergelar Sunan Prawata.

Pada tahun 1549 Sunan Prawata dihukum atas perintah keponakannya Harya Penangsang dari Jipang yang merasa berhak atas takhat Kraton Demak Bintoro. Harya Penangsang kemudian dikalahkan dalam perang tanding dengan Jaka Tingkir. Kekuaasaan kraton Jipang patah, dan kekuasaan Pajang Hadiningrat sejak saat itu diakui oleh sebagian besar pelosok Jawa Tengah. Harya Penangsang dari Jipang adalah murid Kanjeng Sunan Kudus. Dapat diperkirakan, Jaka Tingkir semakin ingin bertarung dengan Harya Penangsang, karena juga dapat membalas dendam terhadap Sunan Kudus atas pembunuhan terhadap Kebo Kenanga dari Pengging yang juga ayah Jaka Tingkir.

Kejayaan Kesultanan Pajang Hadiningrat

Referensi

Dokumen terkait