• Tidak ada hasil yang ditemukan

KELEMAHAN STRATEGI GULF COOPERATION COUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KELEMAHAN STRATEGI GULF COOPERATION COUN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

KELEMAHAN STRATEGI GULF COOPERATION COUNCIL (GCC) + 4 DAN

KESALAHAN IRAK DALAM MELAWAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND

AL-SHAM (ISIS)

Kurnia Islami (Mahasiswa Hubungan Internasional)

Kekuatan ISIS dan Perlunya Upaya Regional

Munculnya Islamic State of Iraq and Al-Sham (ISIS) di Irak dan Suriah hingga saat ini menjadi sebuah ancaman besar baik bagi Irak maupun masa depan geopolitik Timur Tengah. ISIS tidak lagi sekadar bergerak sebagai organisasi terorisme, lebih dari itu ISIS juga telah memiliki badan militer dan politik yang terstruktur untuk menjadi sebuah negara (Lewis, 2014).

Secara militer, kekuatan ISIS bertumpu pada kemampuan strategi operasi militer dan rekrutmen pasukan. Dalam konteks strategi operasi militer, ISIS memiliki ratusan ribu pasukan bersenjata yang memiliki kemampuan sangat baik dalam military campaign design khususnya strategi distribusi sumber daya material saat melakukan operasi militer hingga mengatasi kelemahan dan membaliknya menjadi kekuatan untuk mencapai tujuan politis (Lewis, 2014). Kemampuan ini didukung pula dengan adanya berbagai peralatan militer baru dan berteknologi tinggi termasuk tank Abrams М1А1 buatan Amerika Serikat melalui penguasaan berbagai wilayah di Irak dan Suriah. Sementara itu dalam konteks rekrutmen pasukan, ISIS memanfaatkan distribusi propaganda melalui media sosial dan sebuah majalah berbahasa Inggris Dabiq yang disebarkan secara global.

Kekuatan ISIS secara politis tampak dengan dibentuknya otoritas ibukota di provinsi Raqqa dan Allepo yang bertugas memfasilitasi pembangunan sekolah dan rumah sakit, melakukan program rekonstruksi, mendistribusikan makanan menegakkan hukum dan membentuk pasukan polisi. Pada umumnya, wilayah yang berhasil dikuasai ISIS khususnya pada kota-kota besar, menjadi basis rekrutmen ISIS termasuk para jihadist

imigran.

(2)

2 negara-negara Timur Tengah terancam musnah dan bukan tidak mungkin ini akan mengubah tatanan geografis dan geopolitik negara Timur Tengah. Oleh sebab itu, strategi melawan ISIS menjadi perhatian tidak hanya negara Irak (di mana ISIS mulanya berkembang) melainkan juga negara tetangga dalam kawasan yang kemudian sejak 11 September 2014 tergabung dalam Gulf Cooperation Council (GCC) +4 (Mesir, Jordania, Libanon, Irak).

Pada dasarnya, upaya regional sendiri merupakan hal yang sangat penting dan diperlukan dalam melawan ISIS. Pernyataan ini banyak disampaikan oleh pengamat strategi militer dan analis hubungan internasional melihat fakta bahwa militer Irak tidak memiliki kemampuan militer cukup kuat dibandingkan ISIS, sedangkan aktor eksternal yang biasanya sangat dominan yakni AS, tidak cukup serius menangani kasus ini (Shinkman, 2015) bahkan belum menyiapkan strategi yang matang (RT Op-Edge, 2015).

Upaya GCC +4 Melawan ISIS

Komitmen awal GCC +4 untuk melawan ISIS sejak pertemuan 11 September 2014 di Jeddah ditandai dengan sebuah kesepakatan yang berisi antara lain: menuntut pemerintahan Irak baru, membantu orotitas Irak melawan ISIS, menghentikan masuknya pasukan jihad ISIS dari luar Irak melalui negara tetangga, membendung gerakan ekstrimis lainnya di Timur Tengah, melakukan upaya rehabilitasi dan rekonstruksi terhadap korban ISIS, serta melakukan berbagai upaya militer untuk menyerang ISIS. (Karasik, 2014)

Implementasi kesepakatan tersebut diantaranya adalah (Karasik, 2014):

1. Bantuan pelatihan militer yang diberikan Arab Saudi kepada kelompok Sunni moderat di Irak.

2. Membentuk GCC-POL, sebuah integrasi polisi negara-negara GCC yang bertugas memerangi semua organisasi terorisme termasuk yang berafiliasi dengan ISIS.

(3)

3 4. Rehabilitasi dan rekonstruksi korban ISIS sebagai salah satu tindakan kemanusiaan yang diharapkan mampu memperkuat legitimasi Irak dan Suriah dan mencegah destruksi yang dilakukan ISIS.

5. Pengiriman pasukan militer dalam upaya serangan militer terhadap ISIS bersama koalisi Amerika Serikat.

Meskipun demikian, setelah hampir setahun upaya-upaya koalisi GCC +4 telah dilakukan, hingga saat ini ISIS masih eksis dan semakin menguat dengan menguasai daerah utara Irak dan sebagian Suriah yang kaya sumber daya alam dan energi. Berbekal analisis Center of Gravity Clausewitz dan strategi Jesica Lewis, belum berhasilnya upaya GCC +4 melawan ISIS dapat dijelaskan sebab adanya kelemahan strategi GCC +4 sendiri serta kesalahan dalam otoritas Irak.

Penerapan Analisis Center of Gravity ISIS

Analisis Center of Gravity diperkenalkan oleh Carl von Clausewitz untuk mendapatkan gambaran sumber kekuatan lawan. Metode analisis ini kemudian dikembangkan dalam militer Amerika Serikat menjadi 3 bagian yang lebih detil yakni :

Critical Capabilities (cara utama lawan), Critical Requirements (kebutuhan primer lawan untuk bertindak), dan Critical Vulnerabilities (kelemahan lawan).

Penerapan analisis Center of Gravity terhadap ISIS salah satunya dilakukan oleh Jesica D Lewis. Elemen analisis diawali analisis tujuan ISIS lebih dulu, kemudian analisis Critical Capabilities, Requirements , Vulnerabilities selanjutnya menarik garis besar ketiganya menjadi Center of Gravity. Tujuan ISIS dalam majalah Dabiq adalah meruntuhkan batas teritori utamanya di Irak dan Suriah serta mendirikan kekhalifahan Islam secara global. Berikutnya, analisis elemen Center of Gravity ISIS dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1 Hasil Analisis Elemen Center of Gravity ISIS

sumber : Institute for the Study of War dengan olahan penulis

CRITICAL CAPABILITIES

A means that is considered a

crucial enabler for a center of

gravity to function and is essential

to the accomplishment

of the specified or assumed

1. Penyusunan strategi operasi militer

2. Rekrutmen pasukan militer (pembebasan tawanan, rekrutmen lokal, dan propaganda) 3. Kampanye politik (propaganda melalui media

atas kesuksesan militer ISIS, dakwah)

(4)

4

objective(s). besar (membangun sekolah, rumah sakit,

distribusi makanan)

CRITICAL REQUIREMENTS

An essential condition, resource,

or means for a critical

capability to be fully operational

1. Kemenangan militer yang berkelanjutan 2. Pasukan dan material penunjang militer

3. Otoritas keagamaan (untuk mempertahankan nilai kekhalifahan Islam)

CRITICAL

VULNERABILITIES

An aspect of a critical requirement

which is deficient

or vulnerable to direct or indirect

attack that will create

decisive or significant effects.

1. Wilayah yang luas (sulit untuk menjaga komunikasi dengan baik)

2. Beragam pemimpin dengan beragam karakter yang berbeda

3. Berkurangnya aliansi (dari etnis atau kelompok agama)

1. Kemampuan militer (ketepatan strategi dan kemenangan operasi militer)

2. Kemampuan politik (praktik penerapan kekhalifahan Islam pada daerah yang dikuasai)

Setelah mengetahui sumber kekuatan ISIS, maka strategi yang dibutuhkan untuk melawan ISIS adalah menjatuhkan kemampuan militer dan politik ISIS. Perlu menjadi perhatian sebelumnya bahwa menjatuhkan kemampuan militer ISIS semata tidak menjamin musnahnya organisasi ini secara keseluruhan sebab masih ada sumber kekuatan lainnya yakni kekuatan politik (Lewis, 2014). Oleh sebab itu diperlukan upaya komprehensif untuk menjatuhkan kekuatan militer dan politik ISIS.

Upaya menjatuhkan kekuatan militer dan politik ISIS diantaranya dapat dilakukan melalui :

(5)

5 2. Merusak penunjang militer ISIS, salah satunya melalui jaringan komunikasi ISIS secara internal maupun eksternal (Target ISIS critical requirements and vulnerabilities)

3. Memecah fokus militer ISIS melalui penyerangan bersamaan pada beberapa titik berbeda. (Target ISIS critical vulnerabilities)

4. Merusak institusi dan birokrasi yang telah dibentuk ISIS tanpa melanggar hukum humaniter (Target ISIS political capabilities)

Kelemahan Strategi GCC +4 dan Kesalahan Otoritas Irak dalam Melawan ISIS

Setelah melihat penerapan analisis Center of Gravity Clausewitz pada ISIS serta strategi yang dibutuhkan untuk menimbulkan efek signifikan terhadap ISIS, dapat dilihat adanya kelemahan strategi GCC +4 pada beberapa hal. Pertama, inefektivitas tindakan yang dipilih GCC +4 di mana meskipun ada banyak upaya yang telah terlaksana namun tidak semuanya ditargetkan untuk menjatuhkan sumber kekuatan ISIS. Salah satu contohnya adalah rehabilitasi dan rekonsiliasi korban ISIS. Tindakan ini seharusnya menjadi perhatian domestik negara yang bersangkutan, khususnya Irak dan Suriah, sebab kapabilitas regional yang lebih besar daripada negara seharusnya dimanfaatkan pula untuk melakukan tindakan besar yang berdampak terhadap ISIS. Apabila ini dilakukan oleh GCC +4 akan mengurangi fokus terhadap persiapan melawan kekuatan militer dan politik ISIS. Apabila memang dirasa perlu menjadi perhatian regional, sebaiknya dilakukan setelah tidak ada konflik dengan ISIS, sebab rehabilitasi akan sia-sia jika dirusak kembali oleh ISIS.

Kedua, sikap pasrah terhadap Amerika Serikat dan tidak adanya semangat dan komitmen tinggi memerangi ISIS dari GCC +4, khususnya dari Irak. Ini tampak diantaranya melalui GCC Summit dan berbagai pertemuan negara GCC dan Amerika Serikat yang tidak menampakkan adanya hasil strategi detail dari negara GCC. Hal terpenting bagi negara-negara GCC yakni AS tetap memberi bantuan operasi militer (Shinkman, 2015). Padahal, AS sendiri belum menyiapkan strategi yang matang melawan ISIS sebagaimana dinyatakan Obama “We don’t yet have a complete strategy because it

(6)

6 dihabiskan Pentagon untuk memerangi ISIS (Newser, 2015). Namun demikian sebenarnya belum ada strategi yang serius menangani ISIS.

Ketiga, strategi koalisi hanya berfokus untuk melumpuhkan kapabilitas militer ISIS misalnya melalui serangan koalisi, namun belum ada tindakan menjatuhkan kapabilitas politik ISIS. Ini tentu tidak akan mampu menghentikan ISIS secara total, mengingat analisis Lewis bahwa ISIS memiliki 2 sumber kekuatan sehingga tidak cukup menjatuhkan satu saja.

Keempat, strategi militer GCC +4 secara regional bentuknya masih sangat lemah dan kurang efektif. Ini dibuktikan dengan pembentukan GCC-POL yang merupakan bentuk kerjasama seperti interpol yang bertugas di perbatasan negara-negara GCC (Ali, 2014). Kerjasama ini bersifat defensif, padahal kerjasama yang seharusnya lebih ditekankan adalah kerjasama militer yang ofensif mengingat ISIS tidak berhenti melakukan berbagai aksi militer sebagai critical capabilites yang juga digunakan untuk merekrut pasukan militer. GCC sendiri sempat berwacana membentuk kerjasama militer bermodel seperti NATO (Anthony, 2014). Hal ini dibahas pada pertemuan Supreme Council GCC ke-35, namun belum ada implementasi lebih lanjut dan GCC nampak lebih serius pada GCC-POL dan koalisi militer yang dipimpin Amerika Serikat. Upaya membentuk joint-military command olehh GCC sendiri diragukan keberhasilannya karena pada berbagai pertemuan GCC sebelumnya banyak kerjasama yang digagas, mulai dari ekonomi seperti common currency, dan political union belum terwujud (Ali, 2014).

Negara-negara GCC +4 sendiri tampak tidak cukup kompak memerangi ISIS secara militer, banyak kepentingan yang berbeda bahkan ada anggota yang tidak sepenuhnya berniat memerangi ISIS dan faksi ekstrimis yang berkaitan, seperti Qatar yang ,meskipun membantu menyediakan military base AS di negaranya, membiayai kelompok ekstrimis yang berafiliasi dengan AQI di Suriah yakni Khorasan (Ahmed, 2014). Ini kemudian mendorong negara anggota GCC berdiri secara personal dan bergabung dengan koalisi militer lain dalam memerangi ISIS, yakni AS, yang mana juga kurang antusias melawan ISIS.

(7)

7 lainnya dengan peringkat 25 di dunia, satu tingkat di atas Suriah. Namun kapabilitas ini tidak disertai sumber daya manusia yang baik dimana kemampuan berperang sangat rendah bahkan tidak ada pengalaman mengirim pasukan perdamaian bersama PBB (Ghosh, 2014).

Keempat, kesalahan otoritas Irak yakni korupsi dan diskriminasi etnis. Berkat korupsi, tidak kurang dari USD 22 juta bantuan Amerika Serikat lenyap dalam kantong-kantong rakyat sipil dan personil militer gadungan ‘fadhaiyin’ (Veselov, 2015). Diskriminasi etnis oleh otoritas Irak meletakkan warga Sunni pada kelas inferior. Selain itu, permintaan bantuan senjata baru oleh Sunni pro-Irak pun ditolak, sehingga mendorong peningkatan dukungan Sunni terhadap ISIS di bawah komando Hadi Al-Amri (Veselov, 2015) atau bahkan membuka peluang intervensi bantuan militer Iran.

Kesimpulan

Sumber kekuatan ISIS terletak pada militer dan politik, oleh sebab itu upaya yang perlu dilakukan untuk mengalahkan ISIS adalah dengan menjatuhkan kedua kekuatan tersebut. Melawan kekuatan militer ISIS tidak cukup kuat dengan satu negara, setidaknya membutuhkan kekuatan regional. Sayangnya kapabilitas regional, dalam hal ini GCC +4 masih kurang kuat menghadapi ISIS. Ini tampak dari inefektivitas strategi GCC +4, rendahnya kapabilitas pasukan GCC dalam berperang dan anggota GCC yang tidak satu suara melakukan aksi ofensif terhadap ISIS. Aktor regional juga mencari dukungan terhadap aktor eksternal, AS, namun ternyata tidak ada kesiapan dan kematangan strategi. Sementara itu, internal domestik Irak dipenuhi korupsi dan diskriminasi etnis yang tidak mendukung kelompok Sunni pro-Irak melawan ISIS. Semua indikator tersebut akibatnya membuka peluang lebar bagi aktor lain, yakni Iran yang siap secara strategi dan kapabilitas militer (Chulov, 2015).

Referensi

Ahmed, A. S. (2014, September 23). Huffington Post. Retrieved June 16, 2015, from What Do America's Arab Partners Against ISIS Really Want?: http://www.huffingtonpost.com/2014/09/23/arab-coalition-isis_n_5870298.html

Ali, J. (2014, December 10). Middle East Confidental. Retrieved June 16, 2015, from GCC forms regional police force, navy and: http://me-confidential.com/8873-gcc-forms-regional-police-force-navy-and-military-in-the-pipeline.html

Anthony, J. D. (2014, December 12). Saudi-US Relations Infomation Service. Retrieved June 16, 2015, from GCC Establishes Unprecedented Joint Military Command :

(8)

8 Chulov, M. (2015, June 14). The Guardian. Retrieved June 16, 2015, from Iran sends troops into Iraq to aid

fight against Isis militants: http://www.theguardian.com/world/2014/jun/14/iran-iraq-isis-fight-militants-nouri-maliki

Ghosh, B. (2014, September 13). Quartz. Retrieved June 16, 2015, from Why Arab militaries would not bring much firepower to the coalition against ISIL: http://qz.com/265286/why-arab-militaries-would-not-bring-much-firepower-to-the-coalition-against-isil/

Karasik, T. (2014, September 14). Al-Arabiya. Retrieved June 6, 2015, from Analyzing The Emergence of The GCC +4 Against ISIS:

http://english.alarabiya.net/en/views/news/middle-east/2014/09/14/Analyzing-the-emergence-of-the-GCC-4-against-ISIS.html

Lewis, J. D. (2014). The Islamic State: a Counter-Strategy for a Counter-State. Washington DC: Institute for the Study of War.

Newser. (2015, June 12). Newser. Retrieved June 16, 2015, from We're Spending $9M a Day to Fight ISIS: http://www.newser.com/story/208212/were-spending-9m-a-day-to-fight-isis.html

RT Op-Edge. (2015, June 10). RT. Retrieved June 15, 2015, from Defeating IS: ‘US didn’t have strategy before, it doesn’t have one today’: http://rt.com/op-edge/266275-us-isis-obama-strategy/ Shinkman, P. D. (2015, May 12). US News. Retrieved June 14, 2015, from Don't Expect Much From

Obama's GCC Summit: http://www.usnews.com/news/articles/2015/05/12/dont-expect-much-from-obamas-gcc-summit

Thompson, M. (2015, June 8). Time. Retrieved June 14, 2015, from Fight Against ISIS Militants Lags Because They’re Nimble … and the U.S. Isn’t: http://time.com/3913433 /barack-obama-isis-strategy-g7/

Referensi

Dokumen terkait

UUD 1945: yang fundamental: Alinea pertama memuat pernyataan bahwa kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu penjajahan harus dihapuskan karena tidak sesuai

Diharapkan dengan adanya pengukuran kerja menggunakan metode work sampling ini dapat diketahui waktu standar kerja sehingga dapat ditentukan jumlah tenaga kerja

Kepada graduan program pembelajaran sepanjang hayat kelolaan UMP Advanced Education Sdn Bhd pula, saya berharap bahawa ijazah Sarjana Eksekutif, Diploma Profesional dan

Metode yang paling efisien adalah metode ekstraksi menggunakan alat soxhlet dengan pelarut aseton, fraksinasi dengan kromatografi kolom, isolasi dan identifikasi

Berdasarkan perhitungan beban kerja yang telah dilakukan, beban kerja mental pada operator3 sebesar 62.Maka berdasarkan nilai tersebut, beban kerja mental yang dialami

Berdasarkan analisis data statistik upaya dan produksi tahun 2001-2010 dengan analisis regresi dengan program Microsoft Excel tahun 2007 didapatkan nilai konstanta

Formula yang memiliki aktivitas antioksidan tertinggi adalah formula yang mengandung ekstrak buah jambu biji putih 22,5% dengan nilai IC 50.. sebesar

Penelitian lain yang sejalan adalah penelitian yang dilakukan Arifiyanti (2013) menggunakan model PBL dengan pendekatan multirepresentasi menemukan ada terjadi penurunan