• Tidak ada hasil yang ditemukan

Post 25057c990bf5279f

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Post 25057c990bf5279f"

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL PENDIDIKAN KARAKTER ISLAMI PADA

SISWA DI SMK AL-MA’ARIF DEMAK

TAHUN PELAJARAN 2013/2014

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh:

AHMAD KHOTIBUL UMAM NIM. 11110158

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

(2)
(3)
(4)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Bismillahirrahmanirrahim

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya:

Nama : Ahmad Khotibul Umam NIM : 11110158

Jurusan : Tarbiyah

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang yang terdapat dalam skripsi ini di kutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga, 19 Agustus 2014 Yang menyatakan,

(5)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

ِ َ ُْ ْا ِ َ َنْ َ ََْو ِفوُ ْ َ ْ ِ َنوُ ُ َْ ِس َّ ِ ْ َ ِ ْ ُأ ٍ!َّ ُأ َ ْ"َ ْ#ُ$ُْآ

َن ُِ ْ&ُ ْا ُ#ُ ِْ ْ#ُ َ اً ْ"َ َن َ َ ِب َ$ِ ْا ُ)ْهَأ َ َ + ْ ََو ِ,َّ ِ َن ُِ ْ&َُو

:نا

لا/

١١٠

2

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik (QS. Ali Imran: 110) (Soenarjo, 2008: 94)

PERSEMBAHAN

Buah karya sederhana penulis persembahkan untuk: 1. Ayahanda dan Ibunda Tercinta

2. Kakak-kakakku dan adikku tersayang

(6)

Umam, Ahmad Khotibul, 2014, Model Pendidikan Karakter Islami Pada Siswa di SMK Al-Ma’arif Demak Tahun pelajaran 2013/2014, Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. Abdul Syukur, M.Si, Karakteristik peserta didik SMK Al-Ma’arif Demak yang kebanyakan berjenis kelamin laki-laki menjadikan mereka kurang lembut dalam pergaulan, sehingga agak susah di atur, solidaritas yang dibangun pada anak-anak SMK terkadang malah menjadikan mereka berperilaku negatif dengan bertengkar hanya karena rasa solidaritas sesama teman, merokok dan berbicara. Ketiga kasus-kasus perkelahian yang selama ini terjadi pada anak SMK hanya disebabkan masalah sepele baik harga diri, solidaritas maupun urusan cinta yang menjadikan mereka mudah bertengkar, menghadapi sebuah masalah, sekolah ini bekerja ekstra keras dalam membimbing karakter peserta didiknya melalui pendidikan karakter, pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk manusia secara utuh (holistik) yang berkarakter.

Penelitian berfokus pada model pendidikan karakter Islami Pada Siswa di SMK Al-Ma’arif Demak Tahun Pelajaran 2013/2014 dan penerapan model pendidikan karakter Islami Pada Siswa di SMK Al-Ma’arif Demak Tahun Pelajaran 2013/2014 bagi pembentukan perilaku Islami pada siswa.

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan ini bersifat kualitatif, dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan dokumentasi, data yang telah di dapat kemudian dianalisis melalui analisis data dengan tiga tahapan yaitu reduksi, penyajian data dan verifikasi atau kesimpulan.

Subyek penelitian adalah staf sekolah dan guru dalam proses penerapan model pendidikan karakter, dimana sumber utama dalam penelitian kepala SMK Al-Ma’arif Demak, wakil kepala sekolah dan guru SMK Al-Ma’arif Demak untuk memperoleh data pelaksanaan, pola pembinaan, pengalaman agama yang diberikan, langkah-langkah pelaksanaan, metode yang diberikan dan problematika dalam penerapan model pendidikan karakter Islami di SMK Al-Ma’arif Demak.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah 1) Model pendidikan karakter Islami Pada Siswa di SMK Al-Ma’arif Demak Tahun Pelajaran 2013/2014 dilakukan melalui proses penanaman karakter siswa baik di kelas dan diluar kelas, di dalam kelas pendidikan karakter dilakukan dengan memberikan materi yang mengarah pada akhlakul, pelaksanaan di sekolah meliputi kegiatan ibadah harian seperti sholat sunah dhuha dan rowatib, sholat berjamaah dhuhur dan ashar, dzikir dan doa bersama, membaca al-Quran dan hadist Bentuk pengamalan-pengamalan yang dilaksanakan meliputi bagian dari aspek ibadah, al-Qur'an hadits dan aspek akhlak. 2) Penerapan model pendidikan karakter Islami Pada Siswa di SMK Al-Ma’arif Demak Tahun Pelajaran 2013/2014 bagi pembentukan perilaku Islami pada siswa yaitu terciptanya siswa yang berakhlakul karimah melalui kebiasaan yang sudah mengkarakter pada diri peserta didik yaitu karakter akhlakul karimah, baik dalam kebiasaan sehari-hari di sekolah maupun di rumah baik dalam hal ibadah maupun sosial.

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT yang atas ijin dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Model Pendidikan Karakter Islami Pada Siswa Di SMK Al-Ma’arif Demak Tahun pelajaran 2013/2014” sebagai tugas akhir dalam menempuh gelar Sarjana Strata I jurusan Tarbiyah program Studi Pendidikan Agama Islam di STAIN Salatiga. Salawat serta salam tersanjugkan ke pangkuan baginda Rasulullah SAW beserta keluarga, Sahabat dan pengikutnya yang setia mengikuti tauladannya.

Dilakukannya penelitian ini bertujuan: 1) Untuk mendeskripsikan model pendidikan karakter Islami Pada Siswa di SMK Al-Ma’arif Demak Tahun pelajaran 2013/2014. 2) Untuk mendeskripsikan dan menganalisis penerapan model pendidikan karakter Islami Pada Siswa di SMK Al-Ma’arif Demak Tahun pelajaran 2013/2014 bagi pembentukan perilaku Islami pada siswa.

Tidak lupa penulis menghaturkan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung selesainya penulisan laporan ini, khususnya bapak dosen pembimbing (Drs. Abdul Syukur, M.Si) yang setia membimbing kami dalam menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa kepada Bapak/Ibu Dosen yang telah membekali kami pengetahuan dan ketrampilan baru yang sangat berharga bagi tugas kami sebagai pendidik.

Tidak kata yang pantas kami haturkan selain ucapan terima kasih atas segala bantuannya. Semoga jerih payah yang telah dicurahkan mendapat balasan yang berlipat dari Allah SWT. Akhirnya semoga laporan tindakan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Salatiga, 19 Agustus 2014

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN LOGO ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... v

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

HALAMAN ABSTRAK ... vii

HALAMAN KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Kegunaan Penelitian ... 8

E. Penegasan Istilah ... 9

F. Kajian Pustaka ... 11

G. Metode Penelitian ... 14

H. Sistematika Penulisan ... 23

BAB II MODEL PENDIDIKAN KARAKTER ISLAMI A. Pengertian Model Pendidikan Karakter ... 26

(9)

C. Tujuan Model Pendidikan Karakter ... 36

D. Metode dalam Model Pendidikan Karakter Islami ... 41

E. Model Pendidikan Karakter yang Islami ... 43

F. Nilai Model Pendidikan Karakter Islami ... 50

BAB III MODEL PENDIDIKAN KARAKTER ISLAMI PADA PESERTA DIDIK DI SMK AL-MA’ARIF DEMAK TAHUN PELAJARAN 2013/2014 A. Gambaran Umum SMK Al-Ma’arif Demak ... 61

1. Sejarah Berdiri dan perkembangan SMK Al-Ma’arif Demak... 61

2. Letak Geografis SMK Al-Ma’arif Demak ... 63

3. Identitas Sekolah ... 63

4. Visi, Misi, dan Tujuan ... 64

5. Struktur Organisasi ... 65

6. Keadaan Guru dan Peserta didik... 66

7. Sarana Prasarana ... 66

B. Penerapan Model Pendidikan Karakter Islami di SMK Al-Ma’arif Demak ... 67

1. Kurikulum di SMK Al-Ma’arif Demak ... 67

2. Pelaksanaan Pendidikan Karakter Islami di SMK Al-Ma’arif Demak ... 70

(10)

BAB IV ANALISIS MODEL PENDIDIKAN KARAKTER ISLAMI PADA PESERTA DIDIK DI SMK AL-MA’ARIF DEMAK TAHUN PELAJARAN 2013/2014

A. Analisis Model Pendidikan Karakter Islami Pada Peserta didik di SMK Al-Ma’arif Demak Tahun Pelajaran 2013/2014 bagi Pembentukan Perilaku Islami pada

Peserta didik ... 104 B. Analisis solusi terhadap Problematika Penerapan Model

Pendidikan Karakter Islami di SMK Al-Ma’arif Demak .. 119 C. Konfirmasi Teori dengan Hasil Penelitian ... 125

BAB V PENUTUP

A. Simpulan ... 129 B. Saran-saran ... 130 C. Penutup ... 132 DAFTAR PUSTAKA

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan sebagai upaya memanusiakan manusia pada dasarnya adalah usaha untuk mengembangkan potensi yang dimiliki setiap individu sehingga dapat hidup secara optimal, baik sebagai pribadi maupun sebagai bagian dari masyarakat, serta memiliki nilai–nilai moral dan sosial sebagai pedoman hidupnya. Dengan demikian pendidikan dipandang sebagai Usaha sadar yang bertujuan dan usaha mendewasakan anak (Sudjana, 2005: 2)

Dalam Undang–undang RI No 20 tahun 2003 pasal 1 ayat (1) disebutkan:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. (Undang-undang RI No 20 tahun 2003: 2)

(12)

Pendidikan iman atau tauhid, bukan sekedar menghafalkan nama-nama tuhan, malaikat, dan rasul. Inti pendidikan keagamaan ialah penyadaran diri tentang hidup dan kematian, bagi tumbuhnya kesadaran ketuhanan. Dari kesadaran seperti ini bisa dibangun komitmen ritualitas, ibadah, hubungan sosial berdasar harmonis dan ahklak sosial yang karimah. (Mulkhan, 2002:72)

Ironinya dunia pendidikan selama ini kurang menaruh perhatian pada pertumbuhan pribadi peserta didik yang sering dibiarkan tumbuh alamiah. Hanya dengan IQ (kognisi) tanpa EQ (psikomotor), dan SQ (afeksi), seorang lebih berbahaya karena mudah melakukan kejahatan profesional seperti KKN (korupsi, kolusi, nepotisme),dan lebih parah lagi apabila menyaksikan anak muda, pelajar dan mahasiswa yang tidak beta di rumah dan terasing dari lingkungan sosial. Gejala seperti ini semakin lama nampaknya semakin meluas dan salah satu sumbernya adalah metode pembelajaran di sekolah yang menyimpang dan melanggar nilai-nilai dasar kemanusiaan peserta didik. Hal ini yang dipercaya banyak pihak menjadi penyebab ketergantungan obat, putus sekolah, perilaku merusak, tawuran antar sekolah, dan perilaku negatif lainnya. (Mulkhan, 2002: 74)

(13)

dasarnya tidak sesuai dengan nilai-nilai agama dan budaya lokal yang dianut masyarakat sosial. (Mukhtar, 2003: 3)

Oleh karena itu, upaya mencerdaskan anak didik yang menekankan pada intelektual perlu diimbangi dengan pembinaan karakter yang juga termasuk dalam materi yang harus diajarkan dan dikuasai serta direalisasikan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Karena karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.

Hal tersebut perlu dilakukan karena melihat realitas yang ada pada masa sekarang. Dekadensi moral semakin merajalela di negeri ini, di kalangan masyarakat, anak muda, bahkan termasuk para siswa. Beberapa tindakan negatif yang sudah menjadi hal yang biasa, seperti

(14)

harus diberikan oleh guru yang benar-benar tercermin dalam sikap, tingkah laku, cara menghadapi persoalan dalam keseluruhan pribadinya. (Daradjat, 1996: 107)

Penerapan pendidikan sikap serta nilai yang ada dalam diri manusia dikembangkan. Manusia pada dasarnya memiliki potensi (nilai dalam diri) berupa fitrah sejak awal kehidupannya di dunia. Potensi tersebut sebenarnya mengarah pada kebaikan (tindakan positif). Namun, bersamaan dengan waktu, banyak hal yang dapat mempengaruhi potensi baik tersebut. Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang di dalam dirinya diberi kelengakapan-kelengkapan psikologis dan fisik yang memiliki kecenderungan ke arah yang baik dan buruk. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam Q.S. Asy-Syams:

َها3 َ4 َ َو ٍ5ْ6َ7َو

.

َهاَ ْ8ََو َهَر ُ:ُ; َ َ َ ََْ;

.

َه 3آَز ْ َ َ=َْ;َأ ْ>َ?

.

ْ>َ?َو

َه 34َد ْ َ َب َ

.

:5 A ا)

٧

١٠

(

Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (Q.S Al-Syamsiyah: 7-10) (Soenarjo, 2006: 596)

Dari ayat tersebut kaitannya dalam pendidikan karakter adalah berfungsi untuk tetap menjaga kesempurnaan jiwa agar tetap pada fitrah yang baik terutama bagi anak sekolah menengah kejuruan (SMK) yang belakangan ini di dalam pemberitaan media terjadi banyak tawuran, mabuk-mabukan, seks dan perilaku negatif lainnya.

(15)

mental dipengaruhi oleh kondisi sosial dan moral dirinya sendiri. Manusia akan menjadi sasaran kegalauan psikologis dan fisik, jika ia tidak mampu mengatasi krisis psikologis dengan cara yang cepat dan tepat, baik secara hakiki ataupun ilusi.

Berdasarkan studi lapangan yang dilakukan di SMK Al-Ma’arif Demak peneliti memperoleh informasi: pertama karakteristik peserta didik yang kebanyakan berjenis kelamin laki-laki menjadikan mereka kurang lembut dalam pergaulan, sehingga agak susah di atur sebagaimana jika siswa perempuan. (Wawancara dengan Ibu Kristanti Juni Lestari, S.Pd, Kepala Sekolah SMK Al-Ma’arif Demak pada tanggal 18 November 2013) Kedua berdasarkan wawancara dengan guru, solidaritas yang dibangun pada anak-anak SMK terkadang malah menjadikan mereka berperilaku negatif dengan bertengkar hanya karena rasa solidaritas sesama teman, merokok dan berbicara. Ketiga kasus-kasus perkelahian yang selama ini terjadi pada anak SMK hanya disebabkan masalah sepele baik harga diri, solidaritas maupun urusan cinta yang menjadikan mereka mudah bertengkar. (Wawancara dengan Khoirul Amri Kurniawan, S.Pd.I, guru SMK Al-Ma’arif Demak pada tanggal 18 November 2013)

(16)

SMK Al-Ma’arif Demak menjadi objek kajian penelitian yang sedang peneliti lakukan karena sekolah ini merupakan satu-satunya lembaga pendidikan tingkat sekolah menengah kejuruan Islam yang ada di kota Demak yang membimbing siswa dengan pendekatan khusus dengan menggabungkan sistem salaf dan modern dalam mengembangkan peserta didiknya baik dari segi moral maupun intelektual. Anak usia sekolah menengah atas di daerah nelayan adalah masa-masa paling rawan, di mana telah terbentuk geng-geng pada anak, pola hubungan lawan jenis yang semakin bahaya, pola pikir remaja yang mudah tersulut emosi dan lain sebagainya menjadikan sekolah ini harus bekerja ekstra keras dalam membimbing karakter peserta didiknya.

Menurut Juwangi Pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk manusia secara utuh (holistik) yang berkarakter, yaitu mengembangkan aspek fisik, emosi, sosial, kreativitas, spiritual dan intelektual siswa secara optimal. Selain itu, untuk membentuk manusia yang lifelong learners (pembelajar sejati) (http://www.co.id/file/indonesiaberprestasi/presentasiratnamegawangi. pdf, di akses pada tanggal 27 Januari 2013)

(17)

ini tidak sekedar berupa idealisme yang penentuan sarana untuk mencapai tujuan tidak dapat diverifikasi, melainkan sebuah pendekatan dialektis yang saling mendekatkan antara yang ideal dengan kenyataan, melalui proses refleksi dan interaksi terus menerus, antara idealisme, pilihan sarana, dan hasil langsung yang dapat dievaluasi secara objektif.

Hal tersebut bermaksud bahwa pendidikan karakter berperan dalam mengembangkan manusia secara individu, yang mana keluarga dan sekolah harus mendukungnya dengan bekerjasama memberikan pendidikan secara praktek sebagai kelanjutan dari proses pengajaran secara material di sekolah.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang model pendidikan karakter Islami Pada Siswa di SMK Al-Ma’arif Demak Tahun Pelajaran 2013/2014.

B. Fokus Penelitian

Berangkat dari latar belakang di atas maka dapat peneliti fokuskan penelitian pada permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah model pendidikan karakter Islami Pada Siswa di SMK Al-Ma’arif Demak Tahun Pelajaran 2013/2014?

2. Bagaimanakah penerapan model pendidikan karakter Islami Pada Siswa di SMK Al-Ma’arif Demak Tahun Pelajaran 2013/2014 bagi pembentukan perilaku Islami pada siswa?

C. Tujuan Penelitian

(18)

1. Untuk mendeskripsikan model pendidikan karakter Islami Pada Siswa di SMK Al-Ma’arif Demak Tahun Pelajaran 2013/2014.

2. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis penerapan model pendidikan karakter Islami Pada Siswa di SMK Al-Ma’arif Demak Tahun Pelajaran 2013/2014 bagi pembentukan perilaku Islami pada siswa.

D. Kegunaan Penelitian

Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Secara Teoritis

Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan dan khazanah dan ilmu pengetahuan tentang pendidikan Islam, khususnya tentang pendidikan karakter.

2. Secara Praktis

a. Bagi guru dapat memberikan gambaran tentang pola penerapan pendidikan karakter dalam menghadapi dekadensi moral yang selama ini menjadi masalah besar di setiap sekolah.

b. Bagi sekolah dapat memberikan informasi tentang perlunya menyiapkan pola pendidikan karakter yang baik, melalui sistem kurikulum maupun pola kebijakan yang mengarah pada terciptanya karakter siswa yang ber akhlakul karimah.

(19)

penguasaan ketrampilan hidup, kemampuan akademik, seni dan pengembangan kepribadian yang paripurna.

d. Dapat memberi gambaran pada pembaca tentang proses pendidikan karakter yang dilakukan SMK Al-Ma’arif Demak.

E. Penegasan Istilah

Agar tidak terjadi kesalahan penafsiran dan untuk memberikan pemahaman yang lebih jelas serta operasional, berikut ini diberikan penjelasan istilah-istilah utama yang digunakan dalam judul penelitian ini.

1. Model

Model yaitu pola (contoh, acuan, ragam, dsb) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan. (Alwi: 2008, 751)

2. Pendidikan Karakter Islami

Pendidikan adalah “sebagai suatu proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik yang menyangkut daya pikir (intelektual)

maupun daya perasaan (emosional) menuju ke arah tabiat manusia dan manusia biasa”. (Arifin, 2005: 1)

Sedangkan karakter (character) adalah “sikap pribadi yang stabil hasil proses konsolidasi secara progresif dan dinamis, integrasi pernyataan dan tindakan”. (Khan, 2010:1)

(20)

karakter yang baik. Sedangkan pendidikan karakter Islami adalah setiap individu dilatih agar tetap dapat memelihara sifat baik dalam diri (fitrah) sehingga karakter tersebut akan melekat kuat dengan latihan melalui pendidikan sehingga akan terbentuk akhlakul sesuai ajaran Islam.

Maksud pendidikan karakter Islami dalam penelitian ini adalah proses pembentukan fitrah anak SMK Al-Ma’arif Demak menuju manusia yang berakhlakul karimah sesuai dengan ajaran Islam, sehingga menjadi pribadi yang kuat dan muttaqin.

3. Siswa

Siswa adalah orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. (Djamarah, 2000: 51)

Sedangkan maksud siswa di sini adalah orang yang belajar atau menerima pelajaran di SMK Al-Ma’arif Demak.

4. SMK Al-Ma’arif Demak

SMK Al-Ma’arif Demak adalah sekolah menengah kejuruan Islam yang terletak di Jalan Sultan Hadiwijaya Demak.

F. Kajian Pustaka

(21)

1. Penelitian yang dilakukan oleh Muhamad Sidik Afandi (2014) mahasiswa Fakultas Tarbiyah STAIN Salatiga berjudul Penerapan Pendidikan Karakter Melalui Pembelajaran PAI di SMK N 1 Tengaran Tahun

Pelajaran 2012/2013. Hasil penelitian menunjukkan Usia remaja setingkat SMK, sering menjadi trending topic, banyak di kota besar anak usia mereka banyak yang tawuran, terlibat narkotika, bahkan sampai ke tindak asusila. Pendidikan karakter bertujuan pula untuk mencegah terjadinya hal tersebut. Sebagai pendukung pembentukan karakter di SMK N 1 Tengaran, guru PAI memiliki beberapa program untuk membentuk religiusitas peserta didik, diantaranya adalah pembacaan asma’ul husna ditiap jam 0/ sebelum kbm dimulai, mengadakan sholat dhuha yang dilakukan secara bergiliran, mengadakan kajian untuk SKI, Nisa’ (khusus siswa putri), guru, pemberantasan buta aksara al qur’an, istighosah/ mujahadah, dan beberapa kegiatan yang berkaitan dengan peringatan hari besar Islam.

Penelitian Muhamad Sidik Afandi mempunyai kesamaan dengan penelitian yang peneliti lakukan yaitu tentang pendidikan karakter, namun perbedaannya terletak pada pendidikan karakter yang dilakukan peneliti mengarah pada semua mata pelajaran yang dilakukan di kelas maupun di luar kelas, sedangkan penelitian hanya khusus pada pembelajaran PAI. Posisi peneliti pada penelitian di atas adalah justifikasi yaitu menguatkan pada penelitian di atas.

(22)

Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga berjudul Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Kegiatan Extra Kurikuler Siswa di MAN Salatiga Tahun

2013. Hasil penelitian skripsi ini menunjukkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler KIR di MAN Salatiga mengandung nilai-nilai pendidikan karakter seperti yang dirumuskan oleh pemerintah, antara lain: gemar membaca, jujur, bersahabat, rasa ingin tahu, menghargai prestasi, kreatif. Tanpa mengurangi kemungkinan siswa dapat memperoleh nilai pendidikan karakter yang lain berdasarkan pengalaman pribadinya.

Penelitian Syarif Anam Muhammad mempunyai kesamaan dengan penelitian yang peneliti lakukan yaitu tentang pendidikan karakter, namun perbedaannya terletak pada pendidikan karakter pada penelitian di atas diarahkan pada siswa MAN sedangkan penelitian peneliti diarahkan pada anak SMK, sehingga kultur dan proses pelaksanaannya berbeda. Posisi peneliti pada penelitian di atas adalah komparatif yaitu mendeskripsikan dan membandingkan bentuk pendidikan karakter pada siswa MAN yang ada pada penelitian di atas dan pendidikan karakter pada anak SMK yang peneliti lakukan.

(23)

pembinaan kepribadian generasi muda yang mencakup 3 aspek yaitu pengetahuan moral (moral knowing), sikap moral (moral feelling), dan perilaku moral (moral acting). Konsep pendidikan Islam adalah bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran islam yang meyangkut pembinaan aspek jasmani, akal, dan hati anak didik. Pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pendidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa indonesia dalam rangka pembinaan kepribadian generasi muda. Nilai-nilai pendidikan karakter yang bersumber dari agama, pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional Indonesia yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat atau komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab yang seluruhnya harus mengacu pada tiga komponen yaitu moral knonwing (pengetahuan moral), moral feelling (merasakan moral), dan

moral acting ( tindakan moral). Ketiga aspek tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan islam yaitu aspek jasmani, rohani, dan akal.

(24)

pelaksanaannya berbeda. Posisi peneliti pada penelitian di atas adalah komparatif yaitu mendeskripsikan dan membandingkan kajian literatur yang ada pada penelitian di atas dengan hasil penelitian lapangan yang peneliti lakukan.

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian dan Pendekatan

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan yang berbentuk kualitatif yaitu penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik, bahwa datanya dinyatakan dalam keadaan sewajarnya atau sebagaimana adanya (natural setting) dengan tidak merubah dalam bentuk simbol-simbol atau bilangan sehingga dalam penelitian ini peneliti menggambarkan peristiwa maupun kejadian yang ada di lapangan tanpa mengubahnya menjadi angka maupun simbol. (Nawawi, dan Martini, 1996: 174)

Sedangkan pendekatan penelitian yang dipakai adalah pendekatan kualitatif yaitu Penelitian ini menggunakan pendekatan pendekatan kualitatif, yakni prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dan orang-orang dan perilaku yang dapat diamati dan diarahkan pada latar alamiah dan individu tersebut secara holistik (menyeluruh) (Moleong, 2002: 3).

(25)

2. Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai instrumen sekaligus pengumpul data, sehingga peneliti hadir di lapangan penelitian untuk mendapatkan data, sedangkan kehadiran peneliti tidak setiap hari, hanya waktu-waktu tertentu yang mengharuskan peneliti mencari data. 3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini di lakukan dengan mendeskripsikan SMK Al-Ma’arif Demak yang terletak di Jalan Sultan Hadiwijaya Kota Demak. SMK Al-Ma’arif Demak menjadi objek kajian penelitian yang sedang peneliti lakukan, karena sekolah ini merupakan satu-satunya lembaga pendidikan tingkat sekolah menengah kejuruan Islam yang ada di kota Demak yang membimbing siswa dengan pendekatan khusus dengan menggabungkan sistem salaf dan modern dalam mengembangkan peserta didiknya baik dari segi moral maupun intelektual. Anak usia sekolah menengah atas di daerah nelayan adalah masa-masa paling rawan, di mana telah terbentuk geng-geng pada anak, pola hubungan lawan jenis yang semakin bahaya, pola pikir remaja yang mudah tersulut emosi dan lain sebagainya menjadikan sekolah ini harus bekerja ekstra keras dalam membimbing karakter peserta didiknya.

4. Sumber penelitian

(26)

a. Data yang berasal dari kepala SMK Al-Ma’arif Demak, yang meliputi: sejarah berdiri dan perkembangan SMK Al-Ma’arif Demak keadaan umum SMK Al-Ma’arif Demak dan pola penerapan model pendidikan karakter yang dilakukan di SMK Al-Ma’arif Demak.

b. Data yang berasal dari wakil kepala sekolah dan guru SMK Al-Ma’arif Demak yang meliputi: pelaksanaan, pola pembinaan, pengalaman agama yang diberikan, langkah-langkah pelaksanaan, metode yang diberikan dan problematika dalam penerapan model pendidikan karakter Islami di SMK Al-Ma’arif Demak

c. Inventarisasi yang berupa data-data yang ada pada SMK Al-Ma’arif Demak antara lain berupa: papan atau data-data SMK Al-Ma’arif Demak, dan fasilitas-fasilitas lainnya yang berkaitan dengan model pendidikan karakter di SMK Al-Ma’arif Demak.

5. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan, baik yang berhubungan dengan studi literatur maupun data yang dihasilkan dari data empiris. Dalam studi literatur peneliti menelaah buku-buku, karya tulis, karya ilmiah maupun dokumen-dokumen yang berkaitan dengan tema penelitian untuk selanjutnya dijadikan sebagai acuan dan alat utama bagi praktik penelitian lapangan.

(27)

a. Observasi, yaitu metode yang digunakan melalui pengamatan yang meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan keseluruhan alat indera. (Arikunto, 1998: 149) Data yang dihimpun dengan teknik ini adalah proses pelaksanaan model pendidikan karakter di SMK Al-Ma’arif Demak yang dilakukan di kelas maupun di luar kelas. Dalam hal ini peneliti berkedudukan sebagai non partisipan observer, yakni peneliti tidak turut aktif setiap hari berada di sekolah tersebut, hanya pada waktu penelitian.

b. Interview atau wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui komunikasi langsung antara pewawancara (interviewer) dengan responden (subyek yang diwawancarai atau interviewed). Dalam wawancara ini peneliti menggunakan pedoman wawancara semi structured, karena bentuk wawancara ini tidak membuat peneliti kaku, melainkan lebih bebas dan luwes dalam melakukan wawancara. (Yusuf, 2003: 87) Metode interview ini dilakukan untuk mendapatkan informasi terhadap data-data yang berkaitan dengan segala sesuatu tentang penerapan model pendidikan karakter Islami di SMK Al-Ma’arif Demak baik mulai pelaksanaan, pola pembinaan, pengalaman agama yang diberikan, langkah-langkah pelaksanaan, metode yang diberikan dan problematika dalam penerapan model pendidikan karakter Islami di SMK Al-Ma’arif Demak.

(28)

c. Dokumentasi adalah salah satu metode yang digunakan untuk mencari data-data otentik yang bersifat dokumentasi, baik data itu berupa catatan harian, memori atau catatan penting lainnya. Adapun yang dimaksud dengan dokumen di sini adalah data atau dokumen yang tertulis (Sarlito, 2000: 71-73). Metode dokumentasi ini dilakukan untuk mendapatkan informasi terhadap data-data yang berkaitan dengan gambaran umum madrasah dan dokumen-dokumen yang terkait dengan penerapan model pendidikan karakter Islami di SMK Al-Ma’arif Demak.

6. Analisis Data

Analisis data yaitu data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. (Moleong, 2002: 7) Analisis data adalah mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam satu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Sehingga dapat ditemukan tema, dan dapat dirumuskan hipotesis (ide) kerja seperti yang disarankan data. (Moleong, 2002: 103)

Langkah-langkah analisis data yang dimaksud sebagai berikut: a. DataReduction

(29)

antara data yang sesuai dengan data yang tidak, berarti data itu dipilih-pilih. (Sugiyono, 2005: 92)

Data yang peneliti pilih-pilih adalah data dari hasil pengumpulan data lewat metode observasi, metode wawancara dan metode dokumenter. Seperti data hasil observasi mulai dari alasan sampai problematika penerapan model pendidikan karakter Islami di pelaksanaan, pola pembinaan, pengalaman agama yang diberikan, langkah-langkah pelaksanaan, metode yang diberikan dan problematika dalam penerapan model pendidikan karakter Islami di SMK Al-Ma’arif Demak yang dilakukan pihak sekolah, guru dan siswa. Semua data itu dipilih-pilih sesuai dengan masalah penelitian yang peneliti pakai. Data yang peneliti wawancara di lapangan juga dipilih-pilih mana data yang berkaitan dengan masalah penelitian seperti hasil wawancara mengenai komponen-komponen pembelajaran mulai dari tujuan sampai evaluasi. Semua data wawancara itu dipilih-pilih yang sangat mendekati dengan masalah penelitian.

b. Data Display

(30)

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Menurut Miles and Huberman sebagaimana dikutip Sugiyono menyatakan “the most frequent form of display data for qualitative research data in the past has been narrative text”. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. (Sugiyono, 2005: 95) Data yang peneliti sajikan adalah data dari pengumpulan data kemudian dipilih-pilih mana data yang berkaitan dengan masalah penelitian, selanjutnya data itu disajikan (penyajian data). Dari hasil pemilihan data maka data itu dapat disajikan seperti data tentang alasan dilakukan model pendidikan karakter, proses pelaksanaan, pengalaman yang diberikan, termasuk data proses pembelajaran di dalam kelas dan di luar kelas.

c. Verification Data / Conclusion Drawing

(31)

Data yang didapat merupakan kesimpulan dari berbagai proses dalam penelitian kualitatif, seperti pengumpulan data kemudian dipilih-pilih data yang sesuai, kemudian disajikan, setelah disajikan ada proses menyimpulkan, setelah menyimpulkan data, ada hasil penelitian yaitu temuan baru berupa deskripsi , yang sebelumnya masih remang-remang tapi setelah diadakan penelitian masalah tersebut menjadi jelas.

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa detesis atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas. (Sugiyono, 2005: 99) Dalam hal ini diketahui relevansi penerapan model pendidikan karakter Islami Pada Siswa di SMK Al-Ma’arif Demak Tahun Pelajaran 2013/2014 bagi pembentukan perilaku Islami pada siswa.

7. Pengecekan Keabsahan Data

(32)

a. Trianggulasi dengan sumber

Berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif.

b. Trianggulasi dengan menggunakan metode

Terdapat dua strategi yaitu pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan pengecekan derajat kepercayaan beberapa data dengan metode yang sama.

c. Trianggulasi penyidik

Adalah dengan jalan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali dengan derajat kepercayaan data.

d. Trianggulasi dengan teori

Berdasarkan anggapan bahwa fakta tertentu tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu atau lebih teori.

(33)

Jadi maksud dari penggunaan pengelolaan data ini adalah peneliti mengecek beberapa data (members check) yang berasal selain kepala sekolah seperti wakil kepala sekolah, guru, siswa, dan staf orang tua di SMK Al-Ma’arif Demak Tahun Pelajaran 2013/2014.

H. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pemahaman dan agar pembaca skripsi segera mengetahui pokok-pokok pembahasan skripsi, maka penulis akan mendeskripsikan ke dalam bentuk kerangka skripsi.

Sistematika penulisan ini terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian muka, bagian isi dan bagian akhir.

1. Bagian Muka

Bagian muka terdiri dari halaman judul, lembar berlogo, judul, persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, motto dan persembahan, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel.

2. Bagian Isi/Batang Tubuh Karangan

Bagian isi terdiri dari beberapa bab, yang masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab dengan susunan sebagai berikut :

Bab pertama adalah Pendahuluan, mencakup: latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian dan sistematika penulisan.

(34)

model pendidikan karakter dan kegunaannya dalam pembentukan perilaku Islami, landasan teori ini merupakan telaah pustaka yang peneliti pakai untuk menunjukkan bahwa penelitian skripsi ini mempunyai landasan secara keilmuan. Bab kedua ini terdiri dari pengertian model pendidikan karakter, landasan dasar model pendidikan karakter, tujuan model pendidikan karakter, metode dalam model pendidikan karakter, model pendidikan karakter yang Islami, dan nilai model pendidikan karakter Islami.

Bab ketiga membahas paparan data dan temuan penelitian yang mengkaji model pendidikan karakter Islami Pada Siswa di SMK Al-Ma’arif Demak Tahun Pelajaran 2013/2014, adalah bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan penelitian ini, karena penelitian ini berbentuk kualitatif lapangan maka diperlukan satu bab untuk mengetahui keadaan lapangan penelitian ini. Bab ini terdiri dari tiga sub bab yaitu sub bab pertama tentang gambaran umum SMK Al-Ma’arif Demak Tahun Pelajaran 2013/2014, sub bab kedua tentang penerapan model pendidikan karakter Islami Pada Siswa di SMK Al-Ma’arif Demak dan terakhir sub bab ketiga tentang problematika yang dihadapi dalam penerapan model pendidikan karakter Islami Pada Siswa di SMK Al-Ma’arif Demak.

(35)
(36)

BAB II

MODEL PENDIDIKAN KARAKTER ISLAMI

A. Pengertian Model Pendidikan Karakter

Model dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan (Sagala, 2005: 175). Selain itu juga dapat dipahami sebagai tipe desain atau diskripsi yang dari suatu sistem yang disederhanakan agar dapat menjelaskan dan menunjukkan sifat bentuk aslinya (Komaruddin, 2006: 152). Sedangkan Pendidikan merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia, dan berlangsung sepanjang hayat, yang dilaksanakan di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Oleh karena itu pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Pendidikan dalam proses mencapai tujuannya perlu dikelola dalam suatu sistem terpadu dan serasi baik antar sektor pendidikan dan sektor pembangunan lainnya; antar daerah dan antar berbagai jenjang dan jenisnya (Arifin, 2005: 75).

Menurut Frederick Y. Mc. Donald (t.th: 4) dalam bukunya Educational Psychology mengatakan: Education is a process or an activity which is directed at producing desirable changes into the behavior of human beings. Pendidikan adalah suatu proses atau aktifitas yang menunjukkan perubahan yang diharapkan pada tingkah laku manusia.

(37)

ث>F"; !8 4 ة H I أ JK # $ ا هذ ف ""M ه # $ ا نإ

ا>K> ا "O ";

Sesungguhnya belajar merupakan perubahan di dalam orang yang belajar (murid) yang terdiri atas pengalaman lama, kemudian menjadi perubahan baru.

Musthofa Fahmi (t.th: 23) mengemukakan dalam kitabnya

Siklulujjiyyah al-Ta’allum, bahwa:

ةر Pا Q 7 ك S ا T; "M ةر H # $ ا

"Belajar adalah suatu perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya dorongan”.

Dalam buku karya George F. Kneller (2005: 14-15) yang berjudul

Logic and Language of Education dinyatakan bahwa education is the process of self-realization, in which the self realizes and develops all its potentialities.

Pendidikan adalah proses perwujudan diri di mana seseorang menyadari dan mengembangkan semua kemampuannya.

Menurut Syaikh Mustafa al-Ghulayani (t.th: 189), bahwa pendidikan adalah :

"84و "VP ا س 67 I; ! W 6 ا قY Zا س O Tه !" $ ا

56 ا ت

! =H\ T$] !F"\ او د PرZا ء

. ` ا a6 ) ا b]و "c او , "W 6 ا d ن #d

Pendidikan adalah menanamkan akhlak yang mulia dalam jiwa murid serta menyiraminya dengan petunjuk dan nasihat, sehingga menjadi kecenderungan jiwa yang membuahkan keutamaan, kebaikan, serta cinta bekerja yang berguna bagi tanah air.

(38)

akhlak. Dan hal tersebut dilakukan dengan pembinaan dan pembiasaan. Karena sesungguhnya manusia sejak awal memiliki potensi baik (fitrah). Manusia selaku makhluk Tuhan dibekali berbagai potensi yang dibawa sejak lahir dan salah satunya adalah fitrah (Shihab, 2004: 282). Menurut M. Arifin (2005: 70), bahwa fitrah manusia diberi kemampuan untuk memilih jalan yang benar dan yang salah, kemampuan ini diperoleh dari proses pendidikan yang telah mempengaruhinya.

Untuk mendapatkan pengertian tentang pendidikan karakter secara keseluruhan, maka dalam sub bab ini akan diuraikan masing-masing unsur dari pendidikan dan karakter secara terpisah.

Secara etimologi, pengertian pendidikan yang diberikan oleh ahli John Dewey, seperti yang dikutip oleh M. Arifin (2005: 1) menyatakan bahwa pendidikan adalah sebagai suatu proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik yang menyangkut daya pikir (intelektual) maupun daya perasaan (emosional) menuju ke arah tabiat manusia dan manusia biasa.

Istilah pendidikan dalam konteks Islam pada umumnya terkandung dalam istilah al-tarbiyah (proses pengasuhan pada fase permulaan pertumbuhan manusia), al-ta’lim (pengetahuan teoritis, mengulang kaji secara lisan dan menyusul melaksanakan pengetahuan itu), dan al-ta’dib (tidak sekedar transfer ilmu, tetapi juga pengaktualisasiannya dalam bukti). Dari ketiga istilah tersebut yang paling populer digunakan dalam praktik pendidikan Islam adalah

al-tarbiyah, sedangkan al-ta’dib dan al-ta’lim jarang sekali (Langgulung,

(39)

semua kemampuan manusia (bakat dan kemampuan yang diperoleh) yang dapat dipengaruhi oleh pembiasaan, disempurnakan dengan kebiasaan yang baik melalui sarana yang artistik dibuat dan dipakai oleh siapapun untuk membantu orang lain atau dirinya sendiri dalam mencapai tujuan yang ditetapkannya, yaitu kebiasaan yang baik (Rosyadi, 2004: 35).

Dari pengertian pendidikan yang telah diuraikan, maka dapat dipahami bahwa pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan terkonsep serta terencana untuk memberikan pembinaan dan pembimbingan pada peserta didik (anak-anak). Bimbingan dan pembinaan tersebut tidak hanya berorientasi pada daya pikir (intelektual) saja, akan tetapi juga pada segi emosional yang dengan pembinaan dan bimbingan akan dapat membawa perubahan pada arah yang lebih positif.

(40)

Yahya Kahn (2010: 1), menyatakan karakter (character) adalah attitude

pribadi yang stabil hasil proses konsolidasi secara progresif dan dinamis, integrasi pernyataan dan tindakan.

Secara bahasa, karakter berasal dari bahasa Yunani charassein, yang artinya “mengukir”. Dari bahasa ini yang dimaksud sifat utama ukiran adalah melekat kuat di atas benda yang diukir. Tidak mudah usang ditelan oleh waktu atau terkena gesekan. Menghilangkan ukiran sama saja dengan mnghilangkan benda yang diukir ini merenda dengan gambar atau tulisan tinta yang hanya disatukan di atas permukaan benda. Karena itulah, sifatnya juga berbeda dengan ukiran, terutama dalam hal ketahanan dan kekuatannya dalam menghadapi tantangan waktu (Muslich, 2011: 71).

(41)

dikerucutkan dari kedua pendapat tersebut adalah bermakna pada sesuatu yang ada pada diri manusia yang dapat menjadikan ciri khas pada diri seseorang. Karakter sama dengan kepribadian, tetapi dipandang dari sudut yang berlainan. Istilah karakter dipandang dari sudut ”penilaian”, baik-buruk, senang-benci, menerima-menolak, suatu tingkah laku berdasarkan norma-norma yang dianut. Istilah kepribadian dipandang dari sudut “penggambaran”, manusia apa adanya tanpa disertai penilaian. Menurut Nana Syaodiah Sukmadinata (2003:136), kepribadian dalam bahasa Inggris disebut personality, yang berasal dari bahasa Yunani per dan sonare yang berarti topeng, tetapi juga berasal dari kata personae yang berarti pemain sandiwara, yaitu pemain yang memakai topeng tersebut. Kepribadian diartikan dalam dua macam. Pertama, sebagai topeng (mask personality), yaitu kepribadian yang berpura-pura, yang dibuat-buat, yang semua mengandung kepalsuan. Kedua, kepribadian sejati (real personality) yaitu kepribadian yang sesungguhnya, yang asli.

Seperti dalam bukunya Child Development, Elzabeth B. Hurlock (2003, 524) menyebutkan bahwa :

The term "personality" comes from the Latin word "persona". Personality is the dinamis organization within the individual of those psychophysical system that determine the individual's unique adjustments to the environment.

Istilah personality berasal dari kata Latin persona yang berarti topeng. Kepribadian adalah susunan sistem-sistem psikofisik yang dinamai dalam diri suatu individu yang unik terhadap lingkungan.

(42)

psikologis seseorang dan sebagian besar terungkap melalui perilaku. Karena itu, kepribadian bukanlah suatu atribut yang pasti dan spesifik, melainkan merupakan kualitas perilaku total seseorang.

Jadi pendidikan karakter adalah pendidikan untuk membentuk pola sifat atau karakter baik mulai dari usia dini, agar karakter baik tersebut tertanam dan mengakar pada jiwa anak. Pendidikan karakter adalah pendidikan yang tidak hanya berorientasi pada aspek kognitif saja, akan tetapi lebih berorientasi pada proses pembinaan potensi yang ada dalam diri anak, dikembangkan melalui pembiasaan sifat-sifat baik yaitu berupa pengajaran nilai-nilai karakter yang baik. Dalam pendidikan karakter, setiap individu dilatih agar tetap dapat memelihara sifat baik dalam diri (fitrah) sehingga karakter tersebut akan melekat kuat dengan latihan melalui pendidikan sehingga akan terbentuk

akhlakul karimah.

Menurut Bambang Q-Anees dan Adang Hambali (2008: 103) ada dua paradigma dasar pendidikan karakter, pertama, paradigma yang memandang pendidikan karakter dalam cakupan pemahaman moral yang sifatnya lebih sempit (narrow scope to moral education). Pada paradigma ini disepakati telah adanya karakter tertentu yang tinggal diberikan kepada peserta didik.

(43)

memandang peserta didik sebagai agen tafsir, penghayat, sekaligus pelaksana nilai melalui kebebasan yang dimilikinya.

Pendidikan karakter tidaklah bersifat teoritis (meyakini telah ada konsep yang akan dijadikan rujukan karakter), tetapi melibatkan penciptaan situasi yang mengkondisikan peserta didik mencapai pemenuhan karakter utamanya. Penciptaan konteks (komunitas belajar) yang baik, dan pemahaman akan konteks peserta didik (latar belakang dan perkembangan psikologi) menjadi bagian dari pendidikan karakter (Q-Anees dan Hambali, 2008: 104). Perilaku yang dibimbing oleh nilai-nilai utama sebagai bukti dari karakter, pendidikan karakter tidak meyakini adanya pemisahan antara roh, jiwa, dan badan. Karena harus ini melalui perkataan, keyakinan, dan penindakan. Tanpa tindakan, semua yang diucapkan dan diyakini bukanlah apa-apa. Tanpa keyakinan, tindakan dan perkataan tidak memiliki makna. Tanpa pernyataan dalam perkataan, penindakan dan keyakinan tidak akan terhubung.

(44)

B. Landasan Dasar Model Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter berorientasi pada pembentukan manusia yang berakhlak mulia dan berkepribadian luhur. Maka dalam hal ini, landasan dasar dari pada pendidikan karakter adalah sesuai dengan UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, yaitu :

Pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengenalan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan karakter didasarkan pada UU Sisdiknas karena dalam uraian undang-undang tersebut salah satu tujuan dari pendidikan adalah dapat mengembangkan potensi manusia. Yang mana arah dari pengembangan potensi tersebut adalah terwujudnya akhlak mulia. Hal ini sesuai dengan maksud dan tujuan daripada pendidikan karakter.

Selain itu, pendidikan karakter juga sesuai dengan Al-Qur’an :

َaْ 3S ا ُ#ُ َ َ)َ َ 3و ًVْ"َP َنْ ُ َْ َ َZ ْ#ُ ِ$َ 3 ُا ِنْ ُJُ ْ ِّ ْ#ُ َ َ ْ َا ُeاَو

: )F ا) .َنْوُ ُ ْAَ ْ#ُ 3َ َ َةَ>ِVْ;َZْاَو َر َ\َْZْاَو

٧٨

(

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu bersyukur. (Q.S. An-Nahl : 78) (Departemen Agama RI., 2008: 269).

(45)

pendidikan secara operasional bersifat hidayah (petunjuk). Kaitannya dengan pendidikan karakter adalah bahwa pendidikan karakter adalah sebuah usaha pendidikan dalam proses pengembangan potensi (fitrah) manusia dari sisi eksternal yang berupa pengaruh lingkungan.

Dalam hadits Rasulullah Muhammad SAW dikatakan

," eا I g eا ل 4ر ل ? :ل ? , eا TWر ة K ه T ا

, K> K h ; ة J; I > K Zا د

:# 4و

ن SF )ه ء

! " ! " H ا Q$ آ ,7 S: Kوأ.,7 \ Kوا

eا ة J;) :, eا TWر ة K ه أ ل 8K #d ,ء > ";

c )K>H Z " س ا J; T$ ا

hاور) .(#"8 ا K> ا j ذ eا k

(ىر cH ا

“Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a.: Rasululloh Saw. pernah bersabda “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fithrah (keimanan terhadap tauhid [tidak mempersekutukan Allah]) tetapi orang tuanyalah menjadikan dia seorang yahudi atau nasrani atau majusi sebagaimana seekor hewan melahirkan seekor hewan yang sempurna. Apakah kau melihatnya buntung? “Kemudian Abu Hurairah membacakan ayat – ayat suci ini : ( Tetaplah atas ) fitrah manusia menurut fitrah itu. ( Hukum – hukum ) ciptaan Allah tidak dapat diubah. Itulah agama yang benar. Tetapi sebagian manusia tidak mengetahui.” (H.R. Bukhori) (Azzubaidi, 2003: 272-273).

(46)

menerima agama Islam. Pendidikan adalah upaya seseorang untuk mengembangkan potensi tauhid agar dapat mewarnai kualitas kehidupan pribadi seseorang (Armai, 2004: 3 – 8).

C. Tujuan Model Pendidikan Karakter

Model pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk manusia secara utuh (holistik) yang berkarakter, yaitu mengembangkan aspek fisik, emosi, sosial, kreativitas, spiritual dan intelektual siswa secara optimal. Selain itu, untuk membentuk manusia yang lifelong learners (pembelajar sejati) (Supriyogo, http://www.co.id/file/indonesiaberprestasi/presentasi).

Sedangkan Koesoema (2007: 135) dalam bukunya mengungkapkan untuk kepentingan pertumbuhan individu secara integral, pendidikan karakter semestinya memiliki tujuan jangka panjang yang mendasarkan diri pada tanggapan aktif kontekstual individu atas impuls natural sosial yang diterimanya yang pada gilirannya semakin mempertajam visi hidup yang akan diraih lewat proses pembentukan diri terus-menerus. Tujuan jangka panjang ini tidak sekedar berupa idealisme yang penentuan sarana untuk mencapai tujuan tidak dapat diverifikasi, melainkan sebuah pendekatan dialektis yang saling mendekatkan antara yang ideal dengan kenyataan, melalui proses refleksi dan interaksi terus menerus, antara idealisme, pilihan sarana, dan hasil langsung yang dapat dievaluasi secara objektif.

(47)

harus mendukungnya dengan bekerjasama memberikan pendidikan secara praktek sebagai kelanjutan dari proses pengajaran secara material di sekolah.

Sedangkan Koesoema (2007: 135) dalam bukunya mengungkapkan untuk kepentingan pertumbuhan individu secara intergral, pendidikan karakter semestinya memiliki tujuan jangka panjang yang mendasarkan diri pada tanggapan aktif kontekstual individu atas impuls natural sosial yang diterimanya yang pada gilirannya semakin mempertajam visi hidup yang akan diraih lewat proses pembentukan diri terus-menerus. Tujuan jangka panjang ini tidak sekedar berupa idealisme yang penentuan sarana untuk mencapai tujuan tidak dapat diverifikasi, melainkan sebuah pendekatan dialektis yang saling mendekatkan antara yang ideal dengan kenyataan, melalui proses refleksi dan interaksi terus menerus, antara idealisme, pilihan sarana, dan hasil langsung yang dapat dievaluasi secara objektif .

Tujuan pembentukan karakter menghendaki adanya perubahan tingkah laku, sikap dan kepribadian pada subjek didik tersebut sebagaimana dijelaskan dalam surat Ali Imran ayat 10 sebagai berikut:

ِ َ َنۡ َ ۡ ََو ِفوُ ۡ َ ۡ ﭑِ َنوُ ُ ۡ َ ِس 3 ِ ۡ َ ِ ۡ ُأ ٍ!3 ُأ َ ۡ"َ ۡ#ُ$ ُآ

ِۗ,3 ﭑِ َن ُِ ۡ&َُو ِ َ ُ ۡ ٱ

...

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah ... (QS. Ali Imran: 110) (Soenarjo, 2008: 94)

(48)

1. Pembentukan insan saleh

Insan saleh adalah manusia yang mendekati kesempurnaan. Manusia yang penuh dengan keimanan dan ketakwaan, berhubungan dengan Allah, memelihara dan menghadap kepada-Nya dalam segala perbuatan yang dikerjakannya dan segala perasaan yang berdetak dijantungnya. Ia adalah manusia yang mengikuti jejak langkah Rasulullah dalam pikiran dan perbuatannya (Langgulung, 2008: 137).

Pembentukan insan saleh ini juga berhubungan dengan kedudukan manusia sebagai khalifah Allah di bumi. Ia mempunyai tanggung jawab dan risalah ketuhanan yang harus dilaksanakan. Oleh karena itu, ia akan selalu menuju dan mendekati kesempurnaan walaupun kesempurnaan itu sulit dicapai, karena pada hekekatnya kesempurnaan hanya milik Allah semata.

2. Pembentukan masyarakat saleh

Masyarakat saleh adalah masyarakat yang percaya bahwa ia mempunyai risalah untuk umat manusia, yaitu risalah keadilan, kebenaran dan kebaikan. Suatu risalah yang kekal selama-lamanya, tak akan terpengaruh oleh faktor waktu dan tempat (Langgulung, 2008: 139).

(49)

Hal tersebut bermaksud bahwa pendidikan karakter berperan dalam mengembangkan manusia secara individu, yang mana keluarga dan sekolah harus mendukungnya dengan bekerjasama memberikan pendidikan secara praktek sebagai kelanjutan dari proses pengajaran secara material di sekolah.

Jadi, pada intinya pendidikan karakter adalah bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan dan membentuk manusia secara keseluruhan serta mengembangkan potensi yang dimilikinya. Yang tidak hanya memiliki kepandaian dalam berpikir tetapi juga respek terhadap lingkungan, dan juga melatih setiap potensi diri anak agar dapat berkembang ke arah yang positif.

Selain itu, pendidikan karakter juga berfungsi untuk menumbuhkan kesadaran diri. Kesadaran diri ini pada dasarnya merupakan penghayatan diri sebagai hamba Tuhan Yang Maha Esa, sebagai anggota masyarakat dan warga negara, sebagai bagian dari lingkungan serta menyadari dan mensyukuri kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, sekaligus menjadikannya sebagai modal untuk meningkatkan diri sebagai individu yang bermanfaat bagi diri sendiri maupun lingkungannya. Jika kesadaran diri sebagai makhluk Tuhan, sebagai makhluk sosial dan makhluk lingkungan, serta kesadaran diri akan potensi diri dapat dikembangkan akan mampu menumbuhkan kepercayaan diri pada anak, karena mengetahui potensi yang dimiliki, sekaligus toleransi kepada sesama teman yang mungkin saja memiliki potensi yang berbeda.

(50)

kepandaian dalam berpikir tetapi juga respek terhadap lingkungan, dan juga melatih setiap potensi diri anak agar dapat berkembang ke arah yang positif.

Selain itu, pendidikan karakter juga berfungsi untuk menumbuhkan kesadaran diri. Kesadaran diri ini pada dasarnya merupakan penghayatan diri sebagai hamba Tuhan Yang Maha Esa, sebagai anggota masyarakat dan warga negara, sebagai bagian dari lingkungan serta menyadari dan mensyukuri kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, sekaligus menjadikannya sebagai modal untuk meningkatkan diri sebagai individu yang bermanfaat bagi diri sendiri maupun lingkungannya. Jika kesadaran diri sebagai makhluk Tuhan, sebagai makhluk sosial dan makhluk lingkungan, serta kesadaran diri akan potensi diri dapat dikembangkan akan mampu menumbuhkan kepercayaan diri pada anak, karena mengetahui potensi yang dimiliki, sekaligus toleransi kepada sesama teman yang mungkin saja memiliki potensi yang berbeda. D. Metode dalam Model Pendidikan Karakter Islami

Koesoema (2007: 212-217) mengajukan 5 (lima) metode pendidikan karakter (dalam penerapan di lembaga sekolah) yaitu mengajarkan, keteladanan, menentukan prioritas, praktis prioritas dan refleksi.

(51)

atas pengetahuan yang telah dimiliki oleh peserta didik. Karena itu, maka proses mengajarkan tidaklah monolog, melainkan melibatkan peran serta peserta didik

2. Keteladanan. Manusia lebih banyak belajar dari apa yang mereka lihat. Keteladanan menepati posisi yang sangat penting. Guru harus terlebih dahulu memiliki karakter yang hendak diajarkan. Peserta didik akan meniru apa yang dilakukan gurunya ketimbang yang dilaksanakan sang guru. Keteladanan tidak hanya bersumber dari guru, melainkan juga dari seluruh manusia yang ada dalam lembaga pendidikan tersebut. Juga bersumber dari orang tua, karib kerabat, dan siapapun yang sering berhubungan dengan peserta didik. Pada titik ini, pendidikan karakter membutuhkan lingkungan pendidikan yang utuh, saling mengajarkan karakter.

(52)

lembaga maka karakter lembaga itu harus dipahami oleh anak didik , orang tua dan masyarakat.

4. Praksis prioritas. Unsur lain yang sangat penting setelah penentuan prioritas karakter adalah bukti dilaksanakan prioritas karakter tersebut. Lembaga pendidikan harus mampu membuat verifikasi sejauh mana prioritas yang telah ditentukan telah dapat direalisasikan dalam lingkungan pendidikan melalui berbagai unsur yang ada dalam lembaga pendidikan itu. 5. Refleksi. Berarti dipantulkan ke dalam diri. Apa yang telah dialami masih tetap terpisah dengan kesadaran diri sejauh ia belum dikaitkan, dipantulkan dengan isi kesadaran seseorang. Refleksi juga dapat disebut sebagai proses bercermin, mematut-matutkan diri ada peristiwa/konsep yang telah teralami.

E. Model Pendidikan Karakter yang Islami

Manusia adalah salah satu makhluk Allah yang diciptakan dengan potensi, yaitu disebut dengan fitrah (potensi baik). Dalam kaitannya dengan pembentukan akhlak adalah bahwa fitrah dalam diri dapat dikembangkan dengan pendidikan, yang kemudian dapat terbentuk akhlak manusia.

Kata fitrah memiliki arti seperti dalam kata

A7أ . J; .k

yang

dimaksud kata di atas adalah ciptaan asal atau blue print yang diciptakan Allah SWT kepada manusia, dalam blue print itu, pada diri manusia diberikan

sumber daya atau potensi menuju pada tujuan diri manusia yaitu

ن S7qا k

#K 8 S]أ I;

untuk menciptakan manusia menjadi Abid dan khalifah, yang
(53)

Kata-kata yang biasannya digunakan dalam Al-Qur'an untuk menunjukkan bahwa Allah SWT menyempurnakan pola dasar penciptaan atau melengkapi penciptaan itu adalah kata ja’ala yang artinya menjadikan, yang diletakkan dalam satu ayat setelah kata khalqa dan ansyaa, perwujudan dan penyempunaan selanjutnya diserahkan pada manusia (Achmadi, 2005: 41). Misalnya:

ًا "ِ\َ ً "ِ َ4 ُh ََْ َ:َ; ِ,"َِ$ْH37 ٍج َAْ َأ ٍ!َ6ْJs7 ِ َن َS7ِtْا َْ8ََ 37ِإ

Sesungguhnya kami telah menciptakan (kholaqna) manusia dari setetes air mani yang bercampur, yang Kami hendak mengujinya. Karena itu Kami jadikan(ja’alna) dia mendengar dan melihat. (Q.S. Al-Insan: 2) (Soenarjo, 2008: 1003).

َنوُ ُ ْAَ 3 ًY"َِ? َةَ>ِVْ;َْاَو َر َ\َْْاَو َaْ 3S ا ُ#ُ َ َ)َ َ َو ْ#ُآََA7َأ ىِu3ا َ ُه

Dialah Yang menciptakan kamu (ansyaakum) dan menjadikan (ja’ala) bagimu pendengaran, penglihatan dan hati (fuad), Tetapi amat sedikit kamu bersyukur.(Q.S. al-Mulk: 23) (Soenarjo, 2008: 957)”

َ َ ْ"ََ َس 3 ا َ َJَ; Tِ$3ا ِ,3 ا َةَ ْJِ; ً6"َِ] ِ Kv> ِ َjَ ْ َو ْ#ِ?ََ;

v"َ8ْا ُ Kv> ا َjَِذ ِ,3 ا ِkَْcِ َ)Kِ>ْHَ

َن ُ َْ َK َ ِس 3 ا َ َwْآَأ 3 ِ ََو ُ#

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah SWT, tetaplah atas fitah Allah SWT yang telah menciptakan (fathara) manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah SWT. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (Q.S. ar-Rum: 30) (Soenarjo, 2008: 645).

Dari ketiga ayat tersebut dapat dipahami bahwa:

(54)

Kedua, penciptaan yang menggunakan kata fathara sudah final, manusia tinggal melaksanakan atau mewujudkannya.

Ketiga, pernyataan Allah SWT setelah kata-kata ja’ala menunjukkan potensi dasar yang merupakan bagian integral dari fitrah manusia, seperti pendengaran, penglihatan, akal-pikiran sebagai SDM. Berbangsa-bangsa dan bersuku-suku sebagai potensi sosial. Semua itu baru bermakna bagi kehidupan manusia apabila manusia mensyukurinya, dalam artian maupun menggunakannya dengan baik, memelihara dan meningkatkan daya gunanya. Menurut Aisyah Abdurrahman binti Syaty penggunaan kata ja’ala merupakan kelengkapan potensi manusia untuk melihat dan mengembangkan fitrahnya (Achmadi,2005: 42-43).

Kata fitrah dalam ayat di atas berkonotasi pada paham Nativisme, di mana dalam paham ini menyatakan bahwa perkembangan manusia secara mutlak ditentukan oleh potensi dasarnya, yaitu pembawaan atau faktor keturunan (hereditas) (Iman, t.th:27).

Hal ini sesuai dengan Hadits Rasulullah SAW:

: ل ? vيِ ْهsy ا ُ5ُ7 K 7 H أ : eا >H 7 H أ نأ >H d>]

eا ل 4ر ل ? : ل ? , eا TWر >H ! 4 أ T7 H أ

,ِةَ ْJِ6 ْا َI َ ُ>َْ ُK 3Zِإ ٍٍدْ ُْ َ ْ ِ َ : # 4 و ," eا I g

َ ُK ْوَأ ِ,ِ7اَ 3\َُK ْوَأ ِ,ِ7اَدv َ ُK ُhاَ َََ;

ِ,ِ7 َSv:

.

hاور)

(55)

Dari Hadits tersebut di atas, jelas bahwa meskipun manusia lahir dengan fitrahnya (potensi baik) untuk menjadikan manusia baik (insan kamil) tetap memerlukan pendidikan dan pembinaan. Nah, dalam kaitannya fitrah dengan pendidikan karakter adalah bahwa pendidikan karakter berfungsi untuk mengembangkan potensi-potensi baik yang ada dalam diri manusia, sehingga potensi itu tetap terjaga pada kebaikan. Fitrah baik tidak menjamin manusia akan menjadi baik selamanya, karena manusia hidup di lingkungan yang mampu mempengaruhi atau bahkan merubah fitrah tersebut. Dalam pendidikan karakter ditanamkan nilai-nilai dan karakter-karakter yang dapat mengembangkan potensi manusia.

Sebagai manusia yang dibekali akal dan pikiran diperlukan proses pendidikan yang bertujuan untuk mengarahkan potensi itu ke jalan yang baik terutama menuju terciptanya insan kamil yang mempunyai akhlakul karimah. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Abdul Fattah Jalal sebagaimana dikutip Ahmad Tafsir (2003: 39) bahwa, “kata ‘Aqala dalam Al Quran kebanyakan dalam bentuk fi’il (kata kerja); hanya sedikit dalam bentuk ism (kata benda)”. Lebih lanjut Abdul Fattah Jalal mengatakan bahwa, “kata ‘aqal menghasilkan

‘aqaluhu, ta’qilana, na’qilu, ya’qiluha dan ya’qiluna dimuat dalam Al Quran di 49 tempat. Kata albab, jamak kata lubbun yang berarti akal terdapat di 16 tempat dalam Al Quran”.

(56)

keikhlasan, kejujuran, jiwa kemanusiaan yang tinggi. Sesuai nya kata dengan perbuatan, prestasi kerja, kedisiplinan, jiwa dedikasi dan selalu berorientasi kepada hari depan dan pembaharuan.

Dengan adanya penerapan pendidikan tersebut, maka akan terbentuklah sosok manusia cerdas, kreatif dan berakhlakul karimah yang siap membangun “peradaban dunia” yang lebih baik dengan landasan iman dan takwa kepada Allah.

Pendidikan modern adalah pembinaan yang hanya terfokus pada perkembangan jasmani saja, sehingga terdapat persoalan mendasar yaitu pendidikan tidak berhasil dalam membangun masyarakat seutuhnya. Manusia yang dididik dalam paradigma yang demikian akan mengalami kekosongan bathiniah atau akan kehilangan ruh pendidikannya. Justru yang terjadi sebaliknya, pendidikan menghasilkan pribadi-pribadi yang cenderung konsumtif, bermewah-mewah, dan berpacu untuk mencapai prestasi yang setinggi-tingginya tanpa mengindahkan cara dan perilaku yang baik, mekanisme kerja yang berkualitas, dan menjunjung tinggi kesederhanaan.

(57)

dan akhlak al-karimah. Karena Islam memelihara aspek yang lebih luas baik dari aspek fisik maupun mental- spiritual, intelektual, perilaku, sosial dan pengalaman.

Islam menganut pendidikan sebagai suatu proses spiritual, akhlak, intelektual yang berusaha membimbing manusia dan memberinya nilai-nilai, prinsip-prinsip dan teladan ideal dalam membentuk karakter, juga bertujuan mempersiapkan untuk kehidupan di dunia dan akhirat. Ia juga bertujuan mengembangkan tujuan pribadinya dan memberinya segala pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang berguna disamping mengembangkan ketrampilan diri sendiri yang berkesinambungan tidak terbatas oleh waktu dan tempat kecuali taqwa. Firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 282.

ٌ#"َِ ٍءْTَP v)ُ ِ ُ,3 اَو ُ,3 ا ُ#ُ ُ vَ ُKَو َ,3 ا ا ُ83اَو

Bertaqwalah kamu kepada Allah SWT niscaya Allah SWT akan mengajarmu, sebab Allah SWT maha mengetahui segala sesuatu. (QS Al-Baqoroh: 282) (Soenarjo, 2008: 71).

Sistem nilai atau sistem moral yang dijadikan kerangka acuan yang menjadi rujukan cara berperilaku lahiriah dan rohaniah manusia muslim ialah nilai dan moralitas yang diajarkan oleh agama Islam sebagai wahyu Allah, yang diturunkan kepada utusan-Nya yaitu Nabi Muhammad SAW.

(58)

Nilai-nilai yang tercakup di dalam sistem nilai Islami yang merupakan komponen atau subsistem adalah sebagai berikut:

a. Sistem nilai kultural yang senada dan senafas dengan Islam.

b. Sistem nilai sosial yang memiliki mekanisme gerak yang berorientasi kepada kehidupan sejahtera di dunia dan bahagia di akhirat.

c. Sistem nilai yang bersifat psikologis dari masing-masing individu yang didorong oleh fungsi-fungsi psikologis nya untuk berperilaku secara terkontrol oleh nilai yang menjadi sumber rujukan nya, yaitu Islam. d. Sistem nilai tingkah laku dari makhluk (manusia) yang mengandung

interelasi atau interkomunikasi dengan yang lainnya. Tingkah laku ini timbul karena adanya tuntutan dari kebutuhan mempertahankan hidup yang banyak diwarnai oleh nilai-nilai yang motivatif dalam pribadinya (Arifin, 2003: 126).

Perlu dijelaskan bahwa apa yang disebut "nilai" adalah suatu pola normatif yang menentukan tingkah laku yang diinginkan bagi suatu sistem yang ada kaitannya dengan lingkungan sekitar tanpa membedakan fungsi-fungsi bagian-bagiannya. Nilai lebih mengutamakan berfungsinya pemeliharaan pola dari sistem sosial.

(59)

Ilmu merupakan sesuatu yang paling penting bagi manusia namun ilmu itu harus diletakkan secara proporsional dan memihak pada nilai-nilai kebaikan dan kemanusiaan, begitu juga dalam proses pendidikan karakter anak, perlu penanaman nilai akhlak dengan baik agar nantinya akhlak yang dimiliki oleh anak dapat berkembang dan berguna bagi dirinya dan lingkungannya.

F. Nilai Model Pendidikan Karakter Islami

Secara umum nilai-nilai karakter atau budi pekerti ini menggambarkan sikap dan perilaku dalam hubungan dengan tuhan, diri sendiri, masyarakat dan alam sekitar, mengutip pendapat Lickona pendidikan karakter secara psikologis harus mencakup dimensi penalaran berlandasan moral (moral reasoning), perasaan berlandasan moral (moral feeling), dan perilaku berasaskan moral(moral behavior).

Secara umum nilai-nilai karakter atau budi pekerti ini menggambarkan sikap dan perilaku dalam hubungan dengan tuhan, diri sendiri, masyarakat dan alam sekitar. Mengutip pendapat Lickona (2003),”pendidikan karakter secara psikologis harus mencakup dimensi penalaran berlandasan moral (moral reasoning), perasaan berlandasan moral (moral feeling),dan perilaku berasaskan moral (moral behavior)

(60)

Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional, Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter Tahun 2011).

Nilai-nilai Pendidikan Karakter

No Nilai Deskripsi

1. Religius

Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

2. Jujur

Perilaku yang didasarkan pada up

Gambar

Tabel 4.1 Keadaan Guru

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Evaluasi Kualitas Lingkungan Permukiman di Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu.. DAFT AR

Demikian Daftar Riwayat hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya dan dapat dipertanggungjawabkanI.

Seorang perempuan 30 tahun datang dengan keluhan nyeri kepala sejak 6 bulan yang lalu, pasien merasa sulit tidur, tidak nafsu makan dan berat badan turun 3 kg, pasien cemas akan

Contoh dengan menggunakan operasional LinkList java kita bisa memasukkan data pada indeks yang terkecil dengan menggunakan operasi addFirst ataupun pula pada

Musim kering yang panjang yang disebut sebagai gejala El Nino terjadi pada tahun 2015 dimana bulan kering (<100 mm) mencapai lima bulan dengan periode dry spell

Dalam penelitian ini, analisis hubungan kejadian kebakaran dengan masing- masing kode SPBK dibangkitkan dari luas kebakaran (Ha) yang terjadi di 30 lokasi kebakaran

Akan lebih rumit, Jika kita melakukan hal ini dengan hati-hati akan ada bentuk lain yang dapat diterima dengan penataan ikatan tunggal dan rangkap yang berbeda