• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN RUANG BERMAIN EDUKATIF PADA PERPUSTAKAAN UMUM JAKARTA SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN RUANG BERMAIN EDUKATIF PADA PERPUSTAKAAN UMUM JAKARTA SELATAN"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENERAPAN RUANG BERMAIN EDUKATIF

PADA PERPUSTAKAAN UMUM

JAKARTA SELATAN

Popi Lupita, Nina Nurdiani, Renhata Katili

Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Bina Nusantara

Jl. K.H. Syahdan No.9, Palmerah - Jakarta Barat 021 5543287 popeyelupita@gmail.com

ABSTRACT

Education have a very important role in improving the quality of life of the society. Therefore,

education is one of the priorities among society that should be required, and one of them is a

public library. Public Library with an Educative Playroom for children act as an educational

support that aim to increase reading interest and education quality from childhood,

implementation of educative playroom for children make study session more interesting and fun

by doing an educative games. (PL)

Keyword: Public’s Library, Children’s Playroom, Educative

ABSTRAK

Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas kehidupan

masyarakat. Oleh karena itu, pendidikan menjadi salah satu prioritas yang wajib

diselenggarakan, dan salah satunya adalah menyediakan perpustakaan umum. Perpustakaan

Umum dengan Ruang Bermain Edukatif menjadi penunjang pendidikan yang bertujuan untuk

meningkatkan minat baca dan mutu pendidikan anak sejak dini. Dengan penerapan Ruang

Bermain Edukatif menjadikan kegiatan belajar menjadi menarik dan menyenangkan dengan

melakukan berbagai permainan yang mendidik atau edukatif. (PL)

Kata kunci: Perpustakaan Umum, Ruang Bermain Anak, Edukatif

Pendahuluan

Latar Belakang

Jakarta, sebagai ibukota Negara Indonesia, memiliki jumlah penduduk yang lebih padat dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia. Penduduk di Jakarta dari tahun ke tahun terus meningkat pesat, pada tahun 2013 diperkirakan penduduk Jakarta mencapai 9 juta orang (Bappeda DKI Jakarta, 2013) dan sebagian besar diantaranya merupakan pelajar dan mahasiswa; SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi.

(2)

2

Fungsi pendidikan sangat penting dalam upaya mewujudkan kemajuan dan peningkatan kemakmuran masyarakat. Oleh karenanya, fungsi pendidikan merupakan salah satu prioritas urusan yang wajib diselenggarakan. Pendidikan dibentuk dari pengenalan akan tulisan, pendengaran akan pengajaran, pengajaran moral, pembacaan buku berkualitas dan pengalaman. Dari kelima pembentukan pendidikan, tiga diantaranya: pengenalan tulisan, pendengaran pengajaran, pengajaran moral dapat diperoleh dari sekolah. Sedangkan pembacaan buku berkualitas dapat diperoleh melalui perpustakaan. (Salim, 2012). Oleh karena itu, salah satu fasilitas yang membantu masyarakat dalam menunjang pendidikan dari semua tingkat pendidikan adalah perpustakaan.

Topik yang dipilih untuk penelitian ini adalah Social Development. Berdasarkan UN Documents (UN Documents: Gathering a body of global agreements, 1996), nomor 120 mengenai Social

Development, yang diartikan ke dalam bahasa Indonesia, untuk mengembangkan potensi dari anak-anak

dan mempersiapkan mereka untuk terjun ke masyarakat, pemerintah harus menyediakan akses pada lembaga pendidikan.

Anak dan permainan merupakan dua pengertian yang hampir tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Permainan merupakan rangsangan yang tepat bagi anak. Melalui permainan memungkinkan anak-anak mengembangkan kompetensi dan ketrampilan yang diperlukannya dengan cara yang menyenangkan. Bermain sambil belajar merupakan prinsip utama dalam mengembangkan seluruh potensi anak usia dini melalui simulasi pendidikan. Bermain sambil belajar bukanlah bermain liar atau bermain sesaat. Bermain sambil belajar merupakan suatu kondisi aktivitas yang dirancang secara terprogram dan mengandung tujuan yang jelas. (Pito, 2012). Oleh karena itu, penerapan Ruang Bermain Edukatif pada perpustakaan umum adalah menyediakan ruang atau fasilitas untuk bermain anak sebagai bagian dari layanan untuk anak di perpustakaan umum dimana anak dapat bermain sambil belajar.

Lokasi penelitian berada di wilayah Jakarta Selatan yang terletak di Jl. Gandaria Tengah V No. 3 Kramat Pela, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Perpustakaan Umum Jakarta Selatan dibangun pada tahun 1986. Pada perkembangan selanjutnya, berdasarkan Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 155 Tahun 2009, lembaga ini digabung dengan Kantor Arsip Daerah dan namanya berubah menjadi Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Administrasi Jakarta Selatan. (Profil Perpustakaan Umum Provinsi & Kabupaten/Kota Se-Indonesia, 2011)

Gambar 1. Lokasi Tapak

Sumber: Peta Zonasi/Kebayoran Baru (2015)

Perpustakaan Umum Jakarta Selatan mempunyai fungsi yaitu melayani masyarakat umum dibidang pelayanan bahan pustaka dan kearsipan sebagai sumber informasi dan ilmu pengetahuan, sedangkan tugas pokoknya adalah mengumpulkan, menyimpan, memelihara atau merawat, melestarikan dan mendayagunakan bahan pustaka dan arsip untuk kepentingan pendidikan, penerangan dan rekreasi bagi masyarakat.

(3)

3

Gambar 2. Perpustakaan Umum Jakarta Selatan Sumber: Dokumentasi Pribadi (2015)

Perpustakaan Umum Jakarta Selatan memiliki potensi wilayah yang cukup baik dengan meliputi banyaknya sekolah-sekolah mulai dari tingkat SD, SMP dan SMA di sekitar lokasi yang dapat dijadikan sebagai target pengunjung perpustakaan.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian, maka permasalahan yang akan distudi, yaitu: bagaimana penilaian terhadap Perpustakaan Umum Jakarta Selatan menurut kriteria standar perpustakaan dan bagaimana perancangan Ruang Bermain Edukatif untuk anak pada perpustakaan umum.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini, yaitu untuk mengetahui penilaian terhadap Perpustakaan Umum Jakarta Selatan menurut kriteria standar perpustakaan seperti penyediaan fasilitas dan sarana, serta mengetahui perancangan Ruang Bermain Edukatif untuk anak pada perpustakaan umum. Penelitian ini dilakukan di bangunan Perpustakaan Umum Jakarta Selatan dengan memperhatikan aspek manusia, aspek lingkungan dan aspek bangunan yang nantinya dapat dijadikan acuan dalam pengembangan desain, terutama pada penerapan Ruang Bermain Edukatif di Perpustakaan Umum.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif dengan melakukan pengumpulan data-data deskriptif berupa data primer dan data sekunder. Data primer berupa foto kondisi bangunan Perpustakaan Umum Jakarta Selatan, foto kondisi lingkungan di sekitar tapak, pola aktivitas pelaku, sirkulasi kendaraan dan pejalan kaki dan ukuran dimensi ruang dan furniture Perpustakaan Umum Jakarta Selatan. Data sekunder berupa data statistik penduduk Jakarta, dana zona tapak, data mengenai perpustakaan, data tipe perkembangan anak, jenis permainan dan data contoh desain interior ruang bermain.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan studi literatur untuk data-data sekunder, dan dari hasil observasi atau pengamatan terhadap kondisi fisik bangunan Perpustakaan Umum Jakarta Selatan dan lingkungan sekitarnya.

(4)

4

Tabel 1. Data Primer

No. Data Tujuan Teknik Sumber/Alat

1. Foto kondisi bangunan Perpustakaan Umum Jakarta Selatan

Mengetahui kondisi interior dan eksterior bangunan untuk dikembangkan pada desain

Observasi Kamera

2. Foto kondisi lingkungan di sekitar lokasi tapak

Mengetahui potensi wilayah, menentukan pencahayaan dan penghawaan serta pemaksimalan view dari dalam bangunan

Observasi Kamera

3. Pola aktivitas pelaku di Perpustakaan Umum Jakarta Selatan

Mengetahui siapa dan apa kegiatan yang dilakukan di dalam bangunan dan menentukan zoning ruang pada desain

Observasi Kamera

4. Sirkulasi kendaraan dan pejalan kaki

Menentukan entrance dan exit ke dalam bangunan serta area parkir kendaraan

Observasi Kamera

5. Ukuran dimensi ruang dan ukuran furniture Perpustakaan Umum Jakarta Selatan

Menentukan dan mengembangkan program ruang yang dibutuhkan

Survei Kamera, alat ukur, alat tulis

Tabel 2. Data Sekunder

No. Data Tujuan Teknik Sumber

1. Data statistik penduduk Jakarta menurut jenis kelamin dan tingkat pendidikan

Mengetahui jumlah anak-anak dan pelajar di Jakarta yang menjadi target penelitian

Literature review

BPS, Jakarta Dalam Angka 2014

2. Data zona tapak, zona peruntukkan, luas tapak, KDB, KLB, KDH, KB dan maksimal ketinggian bangunan

Mengetahui zona peruntukkan tapak untuk menetapkan fungsi, luas tapak, KDB, KLB, KDH, KB dan maksimal ketinggian bangunan di zona tersebut Literature review LRK Jakarta 2015

3. Data fungsi, tujuan, ruang, perabot pada perpustakaan

Mengetahui fungsi, tujuan, ruang dan perabot yang diperlukan dan digunakan di perpustakaan

Literature review

Berbagai sumber dari jurnal, buku dan artikel

4. Data tipe perkembangan anak, fungsi bermain, jenis-jenis permainan dan karakteristik anak saat bermain

Mengetahui tipe perkembangan anak, jenis-jenis permainan dan karakteristik anak saat bermain

Literature review

Berbagai sumber dari jurnal, buku dan artikel

5. Data contoh desain interior ruang bermain, perabot anak, mainan anak

Mengetahui desain interior ruang bermain dan perabot anak yang digunakan dan mainan

Literature review

Berbagai sumber dari jurnal, buku dan artikel

(5)

5

HASIL DAN BAHASAN

Data-data Kondisi Tapak

Gambar 3. Lokasi Tapak

Sumber: RK Jakarta/Peta Zonasi/Kebayoran Baru (2015)

Sumber: LRK Jakarta (2015)

Alamat

Jl. Gandaria Tengah V No. 3 Kramat

Pela, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan

Zona

Pemerintahan Daerah

Peruntukkan

Kantor dan Perpustakaan

Luas Tapak

2.730 m

2

Luas Bangunan

(existing)

1.780 m

2

KDB

30% x 2.730 m

2

= 819 m

2

KLB

1.2 x 2.730 m

2

= 3.276 m

2

KB

4

KDH

45% x 2.730 m

2

= 1128.5 m

2

KTB

40

GSB

± 6 m

Maks. Tinggi

Bangunan

3 lantai

Batas wilayah

Sisi Barat

Taman Gandaria Tengah

Sisi Timur

Perumahan Penduduk

Sisi Utara

Kantor

Lurah

Kramat

Pela

Sisi Selatan Perumahan Penduduk

Lebar Jalan

6 m

(6)

6

Zoning Tapak

Gambar 4. Zoning pada Tapak Sumber: Olahan Pribadi Area Parkir

(abu-abu)

Area parkir merupakan area untuk parkir kendaraan pribadi berupa mobil atau motor untuk pengunjung perpustakaan dan karyawan perpustakaan juga untuk mobil service seperti mobil perpustakaan keliling.

Area Hijau (vegetasi)

Area hijau merupakan area untuk tanaman atau vegetasi di sekitar bangunan. Zona Publik

(orange)

Zona Publik merupakan zona yang dapat dimasuki oleh semua pengunjung. Zona Publik meliputi lobi, resepsionis, area tunggu dan ruang loker.

Zona Semi-Publik (ungu)

Zona Semi-Publik merupakan zona yang hanya dapat dimasuki oleh pengunjung tertentu, seperti ruang untuk anak serta ruang untuk remaja dan dewasa.

Zona Private Zona Private merupakan zona yang hanya dapat dimasuki oleh karyawan atau tamu tertentu setelah mendapatkan izin dari karyawan. Zona Private meliputi ruang karyawan, ruang pengelola perpustakaan dan ruang rapat.

Zona Service (merah)

Zona Service merupakan zona untuk staf service seperti janitor. Zona Service meliputi ruang janitor, gudang dan toilet karyawan

Sumber: Olahan Pribadi

Bangunan eksisting Perpustakaan Umum Jakarta Selatan memiliki 2 lantai bangunan dengan bentuk bangunan sebagai berikut:

Gambar 5. Bentuk Bangunan Sumber: Olahan Pribadi

(7)

7

Berikut adalah pembagian zoning pada bangunan eksisting Perpustakaan Umum Jakarta Selatan:

Gambar 6. Zoning pada Lantai 1 (Lama) Sumber: Olahan Pribadi

Gambar 7. Zoning pada Lantai 2 (Lama) Sumber: Olahan Pribadi

MASUK Tangga Pengunjung Toilet

R. Tata

Usaha

LOBI

R. Koleksi

Buku Anak

Dapur

R. Rapat

R. Pengelola

Perpustakaan

R. Koleksi Buku

Remaja

Toilet

R. Baca

Anak

A. Aktivitas Anak R. Lo ker Tangga Karyawan Koridor Toilet

Publik

Semi-Publik Private Service Ket:

R. Data Arsip

Perpustakaan

R. Baca

Umum

R. Koleksi

Buku Umum

Tangga Pengunjung Tangga Karyawan Koridor Toilet R. Referensi Musholla R. Sir ku lasi R. Layanan Perpustakaan Koridor

Publik

Semi-Publik Private Service Ket:

(8)

8

Aspek Bangunan

Zoning Horizonal Bangunan

Zoning horizontal didapat berdasarkan pelaku kegiatan, fungsi ruang dan aktivitas di dalam ruang yang

dibagi menjadi zona publik, zona semi-publik, zona private dan zona service.

Gambar 8. Zoning Horizontal Bangunan Lantai 1 Sumber: Olahan Pribadi

Gambar 9. Zoning Horizontal Bangunan Lantai 2 Sumber: Olahan Pribadi

Gambar 10. Zoning Horizontal Bangunan Lantai 3 Sumber: Olahan Pribadi

Publik

Semi-Publik Private Service Ket: Publik Semi-Publik Private Service Ket:

Publik

Semi-Publik Private Service Ket:

(9)

9

Zona publik yang dapat dimasuki oleh semua pengunjung berada di dekat entrance bangunan. Setelah mengisi buku pengunjung, pengunjung anak dengan pengunjung remaja dan dewasa dipisah menurut zona masing-masing (semi-publik).

Zoning Vertical Bangunan

Gambar 11. Zoning Vertical Bangunan Sumber: Olahan Pribadi

Zoning vertical didapat berdasarkan pelaku kegiatan, fungsi ruang dan aktivitas di dalam ruang

tersebut yang dibagi menjadi zona publik, zona semi-publik, zona private dan zona service.

Zona semi-publik (kotak ungu) pada setiap lantai dibagi berdasarkan pengunjung anak dengan pengunjung remaja dan dewasa. Pengunjung anak hanya dapat memasuki zona semi-publik di lantai 1 dan lantai mezzanine dan tidak boleh memasuki zona semi-publik untuk pengunjung remaja dan dewasa di lantai 2 dan lantai 3

.

Ruang Bermain Edukatif

Ruang Bermain Edukatif merupakan fasilitas yang menyediakan sarana bermain untuk anak di perpustakaan umum agar anak dapat belajar sambil melakukan permainan yang mendidik, memberikan suasana yang menyenangkan di perpustakaan dibandingkan saat belajar secara formal di sekolah.

Analisa Pelaku Kegiatan

Pelaku kegiatan pada Ruang Bermain Edukatif berdasarkan klasifikasi dan karakteristik usia anak, terdiri dari Balita (Early Childhood) yaitu kelompok usia 3-5 tahun dan Anak (Childhood) yaitu kelompok usia 6-11 tahun. Pustakawan anak bertugas untuk membimbing, mendampingi dan mengawasi anak saat mereka beraktivitas. Orangtua atau pendamping anak juga dapat mendampingi dan mengawasi anak saat mereka beraktivitas. Kegiatan anak dibagi berdasarkan tipe perkembangan anak dan aktivitas/permainan yang dilakukan dari tipe perkembangan anak tersebut:

Tabel 3. Tipe Perkembangan dan Aktivitas Anak

Tipe Perkembangan Anak Aktivitas/Permainan Alat/Mainan Umur

Perkembangan Kognitif Anak • Tebak gambar

• Mengetahui bentuk dan gambar

• Mengenal perbedaan dari bentuk dan gambar • Menyusun, membagi, menderetkan objek • Alat peraga berupa gambar atau objek berbentuk binatang, dll. • Balok-balok • Puzzle 2-3 tahun 4-5 tahun 5-6 tahun

Zona Kognitif

Lobi

Zona Sosial

R. Koleksi

Buku Umum

Area Sirkulasi

R. Baca

Umum

R. Pengelola

Perpustakaan

R. Audio

Visual

R. Arsip

Zona Bahasa

Tan

gga

Tan

gga

Tan

gga

(10)

10

Perkembangan Motorik Anak Motorik Kasar:

• Melempar bola ke dalam keranjang

• Mencari benda yang disembunyikan • Berjalan, berlari dan

melompat

• Bola-bola dari plastic

• Alat gambar dan mewarnai berupa pensil, pensil warna, krayon, spidol, buku gambar • Kertas origami • Tanah liat (lilin

mainan)

• Gunting dan lem

2-3 tahun 4-5 tahun 5-6 tahun 7-8 tahun 9-10 tahun Motorik Halus: • Menggambar dan mewarnai

• Membuat bentuk dari origami

• Membuat bentuk dari tanah liat

• Memotong dan melipat kertas

Perkembangan Sosial Anak • Bermain bersama teman, membentuk kelompok dan berkompetisi dalam suatu permainan

• Bermain bersama

dengan orang tua atau pendamping

• Melakukan drama

berdasarkan cerita atau dongeng • Rumah-rumahan • Kostum untuk drama 4-6 tahun 7-8 tahun 9-10 tahun 11-12 tahun

Perkembangan Bahasa Anak • Mendongeng (Storytelling)

• Membaca keras

• Menulis

• Mendengarkan musik

• Menyanyi

• Buku cerita atau dongeng • Buku tulis, alat

tulis • Radio, TV, DVD 2-3 tahun 4-5 tahun 5-6 tahun 7-8 tahun 9-10 tahun 11-12 tahun Perkembangan Moral Anak • Memahami

peraturan-peraturan

• Mengetahui mana

perilaku yang benar atau salah • Menonton film/kartun mengenai keluarga, teman, dll. • Alat-alat peraga mengenai perilaku yang benar atau salah • Radio, TV, DVD

2-3 tahun 4-5 tahun 5-6 tahun 7-8 tahun

Sumber: Olahan Pribadi

Zoning Ruang Bermain Edukatif

Berdasarkan tipe perkembangan anak dan aktivitas/permainan yang dilakukan dari tipe perkembangan anak tersebut, zoning pada Ruang Bermain Edukatif dapat dibagi menjadi 5 zona, yaitu zona Kognitif, zona Motorik, zona Sosial, zona Moral dan zona Bahasa.

(11)

11

Gambar 12. Zoning Ruang Bermain Edukatif Sumber: Olahan Pribadi

Gambar 13. Skematik Desain Ruang Bermain Edukatif lantai dasar Sumber: Olahan Pribadi

Gambar 14. Skematik Desain Ruang Bermain Edukatif lantai mezzanine Sumber: Olahan Pribadi

Gambar 15. Potongan Skematik Desain Ruang Bermain Edukatif Sumber: Olahan Pribadi

Zona

Kognitif

Zona

Motorik

Zona

Sosial

Zona

Moral

Zona

Bahasa

Zona Bahasa

Zona Bahasa

Zona Bahasa

Zona Kognitif

Zona Motorik

Zona Sosial

Zona Kognitif

Zona Motorik

Zona

Sosial

Zona Moral

Zona Bahasa

Ramp

(12)

12

Penggunaan Material

Penggunaan material furniture untuk anak saat bermain di Ruang Bermain Edukatif mengutamakan kenyamanan, keamanan dan kesehatan anak saat beraktivitas dengan menghindari material furniture yang keras, kasar, mengeluarkan bau menyengat atau mudah rusak. Setiap zona memiliki aktivitas yang berbeda dan membutuhkan material dan furniture yang berbeda.

Tabel 4. Material di Ruang Bermain Edukatif

Zona Aktivitas Material Furniture

Sosial • Bermain bersama teman, membentuk kelompok dan berkompetisi dalam suatu permainan

• Bermain bersama dengan orang tua

atau pendamping

• Melakukan drama berdasarkan

cerita atau dongeng

Doll house: menggunakan material

kayu yang tidak keras, kasar atau licin dan tidak menggunakan finishing yang mengeluarkan bau menyengat seperti

melamine, diberi alas seperti karpet

atau rug yang lembut.

Property yang digunakan saat bermain

drama terbuat dari bahan-bahan yang ringan dan

Motorik Motorik Kasar:

• Melempar bola ke dalam keranjang • Mencari benda yang

disembunyikan

• Berjalan, berlari dan melompat

Menggunakan furniture yang tidak berujung lancip agar anak tidak terluka terutama pada meja dan kursi, mudah untuk dipindah-pindahkan.

Motorik Halus:

• Menggambar dan mewarnai • Membuat bentuk dari origami • Membuat bentuk dari tanah liat • Memotong dan melipat kertas

Menggunakan tanah liat yang tidak mengeluarkan bau menyengat, menggunakan gunting yang tidak runcing, menggunakan alas seperti koran di sekitar meja dan kursi saat aktivitas mewarnai.

Moral • Memahami peraturan-peraturan

• Mengetahui mana perilaku yang

benar atau salah

• Menonton film/kartun mengenai

keluarga, teman, dll.

Menggunakan furniture yang tidak berujung lancip agar anak tidak terluka terutama pada meja dan kursi.

Kognitif • Tebak gambar

• Mengetahui bentuk dan gambar • Mengenal perbedaan dari bentuk

dan gambar

• Menyusun, membagi,

menderetkan dan membagi objek

Menggunakan furniture yang tidak berujung lancip agar anak tidak terluka terutama pada meja dan kursi.

Menggunakan objek peraga yang ringan dan tidak lancip.

Bahasa • Mendongeng (Storytelling)

• Membaca keras

• Menulis

• Mendengarkan musik

• Menyanyi

Menggunakan furniture yang tidak berujung lancip agar anak tidak terluka terutama pada meja dan kursi.

Sumber: Olahan Pribadi

Aspek Keselamatan (Safety)

Aktivitas anak saat bermain sambil belajar di Ruang Bermain Edukatif juga mementingkan aspek keselamatan (safety) agar anak dapat beraktivitas dengan nyaman dan aman.

(13)

13

Tabel 5. Safety pada Ruang Bermain Edukatif

Safety

Lantai • Menggunakan material wood parquet yang tidak menggunakan

finishing laminate sehingga tidak licin saat anak berjalan atau

berlari karena tanpa menggunakan alas kaki terutama di zona yang aktif seperti zona sosial dan motorik.

Menggunakan karpet atau rug atau kids mats dari bahan yang lembut terutama di area menonton dan area mendongeng di zona sosial dan bahasa sehingga anak merasa nyaman saat duduk dan tidak perlu khawatir jika terjatuh. Dengan tidak menggunakan alas kaki juga membantu dalam menghindari debu dan kotoran yang terdapat di sepatu anak dan dapat menempel di karpet atau rug. • Tidak banyak menaikkan tinggi lantai sehingga anak dapat leluasa

bergerak dan menghindari terjatuh, juga untuk memudahkan anak dengan disabilitas melintas.

Dinding Dinding dilapisi dengan cat tembok yang tidak mengeluarkan bau menyengat yang bisa bertahan lama, menggunakan wallpaper atau

kids mats yang lembut dan terbuat dari foam agar anak yang aktif

tidak terluka saat bermain.

Ramp dan Railing Menggunakan ramp saat menuju ke lantai mezzanine dengan sudut yang tidak terlalu tajam sehingga anak dapat naik dengan mudah terutama untuk anak dengan disabilitas. Di sekitar ramp diberi railing agar menghindari anak untuk terjatuh dari lantai mezzanine.

Pintu dan Jendela • Pintu masuk ke Ruang Bermain Edukatif dibiarkan terbuka tanpa daun pintu sehingga anak dapat leluasa saat masuk dan keluar, tapi diberi rolling door untuk menghindari pencurian setelah jam tutup perpustakaan.

• Jendela dinaikkan ± 90 cm dari lantai agar anak tidak mudah melompat atau keluar dari jendela.

Sumber: Olahan Pribadi

Sistem Pelayanan

Sistem pelayanan pada Ruang Bermain Edukatif menggunakan sistem pelayanan terbuka dimana anak-anak yang datang berkunjung bebas untuk memakai mainan atau buku yang mereka inginkan di zona masing-masing dengan dibawah pengawasan pustakawan anak atau pembimbing. Rak koleksi buku anak dibagi berdasarkan koleksi buku yang sesuai dengan umur anak sehingga anak-anak dapat merasa nyaman saat membaca buku-buku tersebut.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil observasi dan analisa di bangunan Perpustakaan Umum Jakarta Selatan, perpustakaan umum tersebut belum memenuhi kriteria standar perpustakaan dengan masih kurangnya penyediaan fasilitas, teutama untuk anak. Ruang aktivitas anak yang kurang maksimal dengan luas yang terlalu sempit dan tidak nyaman untuk melakukan aktivitas membuat anak jarang melakukan aktivitas di area tersebut. Ruang di lantai 1 dimaksimalkan untuk penggunaan Ruang Bermain Edukatif. Penambahan lantai dari 2 lantai bangunan menjadi 3 lantai dimaksudkan untuk memaksimalkan penyediaan fasilitas dan penggunaan ruang.

(14)

14

Perancangan Ruang Bermain Edukatif dibagi berdasarkan tipe perkembangan anak dan aktivitas/permainan yang dilakukan dengan membuat zona-zona bermain. Zona-zona tersebut adalah zona Kognitif, zona Motorik, zona Sosial, zona Bahasa dan zona Moral.

Saran

Penelitian ini masih banyak kekurangan. Penelitian mengenai perpustakaan secara keseluruhan dapat diteliti lebih lanjut, terutama dalam pembahasan mengenai penyediaan ruang atau fasilitas lainnya untuk anak agar perpustakaan umum dapat menjadi tempat yang menyenangkan bagi anak dan dapat menarik banyak perhatian pengunjung.

REFERENSI

Bunanta, M. (2004). Buku, Mendongeng dan Minat Membaca. Jakarta: Pustaka Tangga.

Mutiah, D. (2010). Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA GROUP.

Pito, A. (2012). Pengaruh Metode Permainan Edukatif dalam Pembelajaran PAI terhadap Kreativitas Anak Usia Dini di PAUD Inklusi Ahsanu Amala Lempongsari Sariharjo Ngaklik Sleman Yogyakarta .

Profil Perpustakaan Umum Provinsi & Kabupaten/Kota Se-Indonesia. (2011). Perpustakaan Nasional RI.

Salim, J. (2012). Perpustakaan Anak Medan. Arsitektur Perilaku .

RIWAYAT PENULIS

Popi Lupita lahir di kota Jakarta pada tanggal 15 Januari 1993. Penulis menamatkan pendidikan S1 di

Gambar

Gambar 1. Lokasi Tapak
Tabel 2. Data Sekunder
Gambar 3. Lokasi Tapak
Gambar 4. Zoning pada Tapak  Sumber: Olahan Pribadi  Area Parkir
+6

Referensi

Dokumen terkait

Tesis yang berjudul : “PENYULUH SEBAGAI KOMUNIKATOR PROGRAM KELUARGA BERENCANA (Studi Kasus Karakter dan Atribusi Penyuluh sebagai Komunikator Program Keluarga Berencana

Selain itu dalam penelitian yang dilakukan oleh Arief Nugroho yang berjudul Analisis Framing Pemberitaan Program bela Negara di media online metrotvnews.com dan

Begitu juga dengan SA dengan variasi ion logam Ca 2+ dimana hal ini disebabkan karena penambahan ion Ca 2+ dapat menyebabkan larutan SA membentuk gel sehingga dapat

Perizinan Berusaha pada subsektor penangkapan ikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b yang ditetapkan berdasarkan hasil analisis Risiko kegiatan usaha terdiri

Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan agar bagaimana meningkatkan keputusan pembelian konsumen terhadap bubur bayi promina melalui aspek komunikasi pemasaran,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Dimensi Karakteristik Kualitas Pelayanan Yang Paling Dominan Yang Diberikan Oleh PT PLN (Persero) WS2JB Rayon Sukarami Saat Proses Pemasangan

Hubungan Dengan Pengendalian Gulma Hasil wawancara dengan petani jagung didapati bahwa pengendalian yang dilakukan ada 2 cara yaitu pengendalian secara kimia dengan

Distingsi gender pada nomina dalam bA tidak hanya mengacu pada benda hidup seperti manusia dan hewan, tetapi juga pada benda mati, konsep, dan pengertian. Hal ini