• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENGANTAR. kesadaran akan kebersamaan yang sama (Cooper, 2003). bentuk rambut, bentuk wajah, dan bentuk badan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENGANTAR. kesadaran akan kebersamaan yang sama (Cooper, 2003). bentuk rambut, bentuk wajah, dan bentuk badan."

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENGANTAR

1.1. Latar Belakang Penelitian.

Bangsa Indonesia bersifat multi rasial dan multi etnik. Etnis atau suku bangsa, adalah bagian dari suatu bangsa. Suku bangsa adalah kumpulan kerabat atau keluarga yang bersifat luas, berasal dari keturunan yang sama, merasa sebagai satu golongan, mempunyai bahasa dan adat istiadat sendiri yang berasal dari nenek moyang mereka, mempunyai sejarah budaya dan organisasi sosial yang sama, menghuni suatu teritori tertentu dan memiliki kesadaran akan kebersamaan yang sama (Cooper, 2003).

Suku bangsa mempunyai tanda fisik tertentu, yang berkaitan dengan asal-usul dan kebudayaan dengan ciri-ciri tertentu, yang dapat digunakan untuk mengenal suatu sukubangsa, seperti misalnya warna kulit, warna dan bentuk rambut, bentuk wajah, dan bentuk badan. Ciri inilah yang membedakan satu suku bangsa dengan suku bangsayang lain. Menurut Koentjaraningrat (2003), di Indonesia terdapat hampir 500 suku bangsa, namun pada dasarnya semua suku bangsa termasuk satu jenis makhluk yaitu Homo sapiens, dapat mengadakan perkawinan sehingga mereka dapat menghasilkan keturunan (Grose cit Munoz, 2009).

Manusia adalah mahluk hidup berkelompok,mempunyai lingkungan sosial dan budayayang sangat beragam, mempunyai tradisi masing-masing, diantaranya adalah pedoman perkawinan danberagam larangan cara

(2)

lingkungan, misalnya di daerah tropis suatu populasi akan makin hitam dengan rambut makin keriting, sebaliknya di daerah dekat kutub Utara, akan memiliki pigmen yang jumlahnya kurang, dibandingkan dengan di daerah tropis. Daerah dengan sinar matahari kuat, bentuk lipatan mata mengarah kesipit, sedangkan di daerah dengan matahari kurang bentuk mata lebih terbuka (Suryo, 2001).

Cooper (2003), menyatakan ciri-ciri biologis manusia terdapat dalam gen. Gen adalah sutu unit biologis yang berada didalam inti sel (kromosome). Kromosomeini dapat memindahkan sifat genetik dari yang tua kegenerasi berikutnya. Karena gen dapat mengarahkan sifat tertentu, maka sifat tersebut dapat di observasi dan di identifikasi. Menurut (Jacob cit Indriati 2000), manusia dapat dipengaruhi oleh pola perjodohan dan pola kebudayaan, sehingga pewarisan tidak hanya biologis tetapi juga biokultural. Selain itu pola reproduksi seksual dan pola perjodohan akan mempengaruhi mikroevolusi dan masa depan manusia.

Enlow (1990), menyatakan wajah manusia adalah khas, tidak ada wajah yang persissama. Peran ras dan kelompok populasi, keanekaragaman kultural, serta jenis kelamin sangat berpengaruh terhadap bentuk profil wajah. Ras Kaukasiamempunyai bentuk profil wajah orthognathik, sedangkan ras Mongoloid prognathik, perempuan lebih prognathik daripada lelaki.

Wajah dikatakan menarik bila ada keseimbangan dan keserasian bentuk, serta proporsi seimbang antara hidung, mulut dan dagu. Spradley (1981), profil wajah dikatakan menarik bila bibir atas dan bibir bawah serta dagu

(3)

terletak dalam satu garis vertikal melalui subnasal. Angle (1907, cit Thomas, 1979), menekankan pentingnya bibir dan gigi untuk mendapatkan keharmonisan dan keseimbangan terbaik dalam relasinya dengan komponen-komponen wajah yang lain.

Skinazy (1994), menyatakan wajah pada lelaki berbeda dengan perempuan, hal tersebut terlihat pada ketebalan jaringan lunak yang menutupi jaringan keras lelaki lebih tebal daripada perempuan. Profil wajah lelaki kurang cembung dibandingkan perempuan, pertumbuhan dagu dan hidung lelaki membentuk sudut lebih besar daripada perempuan, profil wajah perempuan secara keseluruhan menunjukkan lebih cembung daripada lelaki, ini disebabkan karena paru-paru lelaki lebih besar daripada perempuan.

Di Indonesia cukup banyak keturunan dari berbagai etnis antara lain etnis Tionghoa, Arab, India dan sebagian kecil hasil asimilasi dengan orang kulit putih (Kaukasia). Menurut Olivier(1960), etnis Asia memiliki kekhasan pada beberapa organ wajah, etnis Asia bagian Timur atau keturunan Tionghoa memiliki kelopak mata mulus tanpa lipatan mata (Mongolian fold), hidung lebih besar dibanding etnis kulit putih, bentuk dagu lancip dibandingkan denganetnis AsiaBarat (Arab)dan Asia Selatan (India).Etnis Melayu cenderung memiliki garis daguyang landai, bahkan golongan suku Melayu tua atau etnis Batak, memiliki dagu yang kotak dan tulang rahang yang kokoh dan tegas(Usman, 2000 danDaldjoni, 1991).

Wajah cantik atau menarik adalah relatif dan sulit untuk dikwantitatifkan. Memiliki wajah menarik merupakan keinginan setiap individu. Menurut

(4)

Buschang (2008), dengan berkembangnya teknologi banyak usaha telah dilakukan oleh pakar dibidangnya untuk melakukan pengukuran secara kwantitatif mengenai profil wajah, salah satunya dengan menggunakan sefalometri.Pemakaian radiografi sering digunakan sebagai sarana penelitian dan mengkaji kisaran normal suatu populasi dan merekonstruksi kelainan kraniofasial(Djoeana, 2005).

Menurut Glinka (1991), antropometri adalah teknik pengukuran dan pengamatan pada manusia, meliputi tulang rangka dan organ-organ tubuh manusia dengan metode dan alat tertentu untuk tujuan ilmiah. Pengukuran antropometri harus mengacu pada kaidah-kaidah pokok penelitian ilmiah yaitu objektifitas, keandalan dan keabsahan.

Balajhi cit (Rakosi2003), menyatakankeseimbangan wajah tergantung pada perbandingan wajah bagian atas, tengah dan bawah dari tinggi total wajah.Buditaslim (2004), dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara tinggi total wajah kelompok masyarakat Batak mewakili Proto-Melayu dan masyarakat Jawa mewakili Deutro-Melayu, yaitu wajah orang Batak lebih tinggi daripada orang Jawa, dengan kata lain kelompok Proto-Melayu mempunyai bentuk kepala lebih kecil dibandingkan kelompok Deutro-Melayu.

Penelitian profil wajah, baik jaringan lunak maupun jaringan keras, dengan membandingkan antara ras yang satu dengan ras yang lain, baik diluar maupun didalam negeri, menunjukkan adanya perbedaan ukuran antar ras (Smith, 2000). Adanya perbedaan ukuran antara ras Kaukasoid dengan orang

(5)

Indonesia berakibat,rumus-rumus anthropometri yang berasal dari ras Kaukasoid tidak dapat dipakai untuk orang Indonesia. Semenjak konsep tersebut ada maka mulai bermunculan penelitian tentang validitas dari beberapa rumus anthropometri, dan hasilnya menunjukkan bahwa rumus-rumus yang selama ini digunakan yang berasal dari ras Kaukasoid tidak valid untuk kelompok ras Deutro-Melayu (Swasonoprijo, 2004)

Suku Aceh yang termasuk subras Deutro-Melayudiperkirakan berasal dari wilayah IndoChina, bagi mereka yang menempati daerah pesisir, berasal dari Campa yaitu sebuah kepulauan di Khmeratau Kamboja.Perkiraan ini diperkuat dengan terdapatnya ratusankata dalam bahasa Aceh yg sama denganbahasa Campa dan Khmer (Nieman dan Bladen, 1891 cit Sutedjo, 1995). Perkembangan sejarah Aceh dimulai dari posisi geografisnya yangunik. BandaAceh adalahIbukota Propinsi Nangro Aceh Darussalam, terletak diujung barat pulau Sumatera disepanjang pesisir pantai selat Malaka. Sebagian besar Propinsi Nangro Aceh Darussalam dikelilingi lautan yaitusebelah Barat dikelilingi oleh Samudera Hindia yang menghubungkan Afrika, Hindia, Parsi dan benua Eropa, sedangkan di sebelah Timur dikelilingi laut Cina Selatan yang menghubungkan negeri Cina, Korea dan Jepang, hanya pada bagian Tenggara berbatasan dengan daratan yaitu Propinsi Sumatera Utara.Geografis Propinsi Aceh sangat strategis, sebagai pintu gerbang lalu lintas kapal dari Timur kebagian Barat dan dari Barat kebagian Timur, sehingga Aceh merupakan tempat singgah kapal-kapal yang hendak berdagang (Sudirman, 2009).

(6)

Selat Malaka merupakan terusan penting dalam gerak migrasi bangsa-bangsa diAsia dan gerak ekspansi kebudayaan India dan sebagai jalur niaga dunia sertajalanpenghubung utama dua kebudayaan besar yaitu China dan India. Sejakabadke-13 Samudera Pasai di daerah Aceh Utara merupakan pusat perdagangan di Selat Malaka,berhubungan erat dengan India, Arab, China, Eropa, Afrika. Tercatat selama abad ke 13 sampai abad 16 samudera pasai dikenal dengan bandar pelabuhan yang sangat sibuk,karena hilir mudik berbagai pedagang dari mancanegara. Oleh karenanya selama berabad-abad,Aceh sebagai tempat sentuhan pertama semua budaya dan agama yang masuk ke Indonesia (Akbar, 2009).Para pendatang ini bukan hanya berdagang, tetapi menetap dan melakukan hubungan perkawinan dengan penduduk setempat, sehingga leluhur penduduk Aceh merupakan keturunan berbagai bangsa. Kehadiran mereka bukan saja mempengaruhi budaya dan kehidupan sosial tetapi juga membentuk suku Aceh dizaman sekarang (Sutedjo, 1995).

Mudjosemedi (2003), mengatakan asal tempat tinggal pasangan suami istri, atau radius perjodohan perlu dipelajari untuk dasar pemikiran dalam memilih subjek penelitian. Sufi (2004), mengatakan bahwa pasangan suami istri yang berasal dari keturunan yang sama (saudara sedarah), seperti kawin antar sepupu, masih banyak terjadi dimasyarakat Aceh, demikian juga pasangan suami istri kawin dengan kerabatberasal dari satu desa atau satu kecamatan. Jarang sekali penduduk Aceh menikah dengan orang dari luar pulau, sehingga dapat diasumsikan bahwa penduduk Aceh mempunyai pola

(7)

perkawinan endogami, dan bukaneksogami, sehingga suku Aceh yang berasal dari keturunan berbagai bangsa, sangat menarik untuk di teliti karakteristik wajah orang Aceh berdasarkan keturunan Arab, China, Eropa dan Hindia.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah,maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1.2.1.Bagaimanakah bentuk profil wajah jaringan lunaklelaki dan perempuan dewasa Aceh berdasarkan keturunan Arab, China, Eropa dan Hindia?

1.2.2. Bagaimanakah bentuk profil wajah jaringan keras lelaki dan perempuan dewasaAcehberdasarkan keturunan Arab, China, Eropa dan Hindia?

1.2.3. Bagaimanakahtinggi total wajah lelakidan perempuan dewasa Aceh berdasarkanketurunan Arab, China,Eropa dan Hindia?

1.2.4. Bagaimanakah morfologi komponenhidung, mata, telinga dan bibir lelaki dan perempuan dewasa Aceh, berdasarkan keturunan Arab,

China, Eropa dan Hindia?

1.2.5. Bagaimanakahbentuklengkung rahang lelaki dan perempuan dewasa Aceh berdasarkan keturunan Arab, China, Eropa dan Hindia?

1.3. Tujuan Penelitian A. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan karakteristik bentukwajah,lelaki dan perempuan dewasaAceh, disertai morfologi komponen mata, hidung,

(8)

bibir, telinga dan lengkung rahang berdasarkan keturunan Arab, China, Eropa dan Hindia.

B. Tujuan Khusus

1.3.1. Untuk mengetahui bentuk profil jaringan lunak wajah lelaki dan perempuan dewasa Aceh berdasarkan keturunan Arab, China, Eropa dan Hindia.

1.3.2. Untuk mengetahui bentuk profil jaringan keras wajah lelaki dan perempuan dewasa Aceh berdasarkan keturunan Arab, China, Eropa dan Hindia.

1.3.3. Untuk mengetahui tinggi wajah, lelaki dan perempuan dewasa Aceh berdasarkanAceh berdasarkan keturunan Arab, China, Eropa dan Hindia.

1.3.4. Untuk mengetahui morfologi komponen hidung, mata, telinga dan bibir, lelaki dan perempuan dewasa Aceh berdasarkan keturunan Arab, China, Eropa dan Hindia.

1.3.5. Untuk mengetahui ukuran lebar dan panjang serta bentuk lengkung rahang, lelaki dan perempuan dewasa Aceh berdasarkan keturunan Arab, China, Eropadan Hindia.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian inidapat memberi sumbangan pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi antara lain :

1.4.1. Dapat menambah informasi tentang karakteristik profilwajah antar ras dan sukudi Indonesia, mengingat di Indonesia terdapat lebih dari 500 suku bangsa.

(9)

dapat dipakai sebagai pedoman dalam menentukan morfologi wajah, sudah saatnya kita meninggalkan rumus ras Kaukasoid, mengingat di Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa.

1.4.3. Dapat digunakan untuk aplikasi klinis, terutama bidang ilmu bedah plastik, untuk mendapatkan proporsi wajah estetis dan identifikasi wajah pada ilmu forensik.

1.4.4. Ukuran yang akan diperoleh dari hasil penelitian ini dapat memperkaya data variasi manusia Indonesia yang sangat majemuk, sekaligus dapat memberikan sumbangan yang sangat berarti bagi ilmu anthropologi, khususnya untuk rekonstruksi wajahdari tengkorak.

1.5. Keaslian Penelitian

1.5.1. Penelitian mengenai perbedaan bentuk profil wajah antara kelompok Jawa dan China di daerahYogyakarta telah dilakukan oleh Putranto (2001), dengan menggunakan analisis Fourier, terdapat perbedaan profil wajah antara kelompok lelaki dan perempuan Jawa dan China.

1.5.2. Susilawati (2007), menyatakan profil jaringan lunak dan keras wajah penduduk bugis dan Makasar adalah cembung.

1.5.3. Menurut Enlow (1990), ras Asia memiliki dorsum hidung relatif besar dan dengan tonjolan yang kurang tinggi dibandingkan dengan ras kulit putih, hidung lelakiumumnya lebih besar dengan lubang hidung lebih mengembang dan cembung, sedangkan hidung perempuan lebih kecil.

(10)

1.5.4. Lutfi (2012), menyatakan variasi bentuk telinga adalah bentuk melekat dan bebas. Pada lelaki 70% masuk pada katagori bebas, dan 30% masuk katagori melekat. Pada perempuan, 76% masuk pada kategori bebas dan 24% masuk katagori melekat. Lutfi juga menyatakan tidak banyak terdapat Darwinian Tubercule, tetapi kecenderungan terdapat pada daun telinga kanan daripada telinga kiri.

1.5.5. Survei yang dilakukan psikolog seksual Thomas (1979), menyatakan bibir tebal wanita lebih menarik dibanding bibir tipis. Bibir dikatakan tebal bila indeks bibir diatas 45 mm,tipis kurang dari34,9 mm. 1.5.6. Indriati (2000), menyatakan pinggir lipatan mata agak tajam atau tipis pada wanita, dan tumpul serta tebal pada lelaki. Pada ras Xanthoderm, lipatan mata bentuk Mongolian menutupi ruangan caruncle interocular besar. Orbita lelaki bersegi empat dan pada perempuan berbentuk oval.

1.5.7.Penelitian profil wajah jaringan lunak dan keras dengan tinggi total wajah, disertai morfologi mata, hidung, bibir, telinga dan bentuk rahang lelaki dan perempuan Aceh berdasarkan keturunan Arab, China, Eropa dan Hindia belum pernah diteliti 

Referensi

Dokumen terkait