The Forced Oscillator
Behaviour, Displacement, Velocity and Frequency
Apriadi S. Adam M.Sc
Jurusan Fisika
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Update 5 November 2013
A.S. Adam (UIN SUKA) The Forced Oscillator Update 5 November 2013 1 / 41
Overview
1 Vector form of Ohm’s Law
2 The Impedance of a Mechanical Circuit
3 Behaviour of a Forced Oscillator
4 Behaviour of Velocity in Magnitude and Phase versus Driving Force
5 Behaviour of Displacement versus Driving Force
6 Power Supplied to Oscillator by the Driving Force
7 Variation of Pav with ω. Absorption Resonance Curve
8 The Q-Value in Terms of the Resonance Absorption Bandwidth
Vector form of Ohm’s Law
The Forced Oscillator in Circuit
Hukum Ohm menyatakan hubungan antara V = IR, dimana V adalah tegangan yang melewati hambatan (resistor) R dan I adalah arus yang mengalir. Relasi tersebut membentuk kondisi dimana tegangan dan arus selalu dalam fase. Keduanya akan mengikuti bentuk kurva sin(ωt + φ) atau cos(ωt + φ) dan nilai φ akan selalu sama untuk arus dan tegangan. Namun, keberadaan salah satu atau keduanya dari dua komponen listrik yang lain, induktansi L dan kapasistansi C, akan memasukkan sebuah fase berbeda antara tegangan dan arus, dan Hukum Ohm dalam bentuk vektor dapat dituliskan
V = IZe
dimana Ze disebut impedansi, menggantikan resistor, dan merupakan
vektor jumlahan dari resistansi efektif dari R, L dan C dalam rangkaian.
A.S. Adam (UIN SUKA) The Forced Oscillator Update 5 November 2013 4 / 41
Vector form of Ohm’s Law
Ketika tegangan bolak balik Va dengan frekuensi ω melewati sebuah
resistor, induktor, dan kondensor, maka kesetimbangan tegangan dapat dituliskan sebagai berikut
Va = LdI
dt + RI +
q
C (1)
dan arus yang melalui rangkaian adalah I = I0eiωt.
Tegangan yang melalui induktansi VL = LdI
dt = L
d(I0eiωt)
Vector form of Ohm’s Law
Tapi ωL, berdimensi Ohm, maka nilai efektif resistansi digambarkan oleh sebuah induktansi L terhadap sebuah arus berfrekuensi ω, sehingga hasil ωLI berdimensi tegangan (volt).
Informasi yang didapatkan adalah bahwa fase tegangan yang melewati
induktansi adalah 90◦ didepan arus yang melewati rangkaian.
Dengan cara yang sama, tegangan yang melewati kondensor (kapasitor) adalah VC = q C = 1 C Z Idt = 1 CI0 Z eiωtdt = − iI ωC (3)
1/ωC diukur dalam Ohm, yaitu nilai efektif resistansi yang digambarkan oleh kondensor terhadapa arus yang berfrekuensi ω.
Tegangan I/ωC melewati kondensor didahului oleh −i dan oleh karena itu terlambat dari arus dengan fase sebesar 90◦.
A.S. Adam (UIN SUKA) The Forced Oscillator Update 5 November 2013 6 / 41
Vector form of Ohm’s Law
Sedangkan arus dan tegangan yang melewati resistor se-fase atau ωL = 1/ωC.
Kuantitas ωL dan 1/ωC disebut reaktansi dan tanda kurung
(ωL − 1/ωC) sering dituliskan Xe.
Hukum Ohm dapat dituliskan V = IZe = I[R + i(ωL − 1/ωC)] dengan
Ze = R + i(ωL − 1/ωC) dan besarnya impedansi
Ze = " R2 + ωL − 1 ωC 2#1/2 (4)
Vector form of Ohm’s Law
Vektor Ze boleh dinyatakan dalam besar dan fasenya yaitu
Ze = Zeeiφ = Ze(cos φ + i sin φ)
sehingga cos φ = R Ze, sin φ = Xe Ze dan tan φ = Xe R
dimana φ adalah beda fase antara total tegangan yang melintasi rangkaian dan arus yang yang melewati rangkaian.
Nilai dari φ bisa positif atau negatif, bergantung pada nilai relatif ωL dan 1/ωC: Ketika ωL > 1/ωC, φ positif, tapi frekuensinya bergantung dari komponen-komponennya, yang menunjukkan bahwa φ dapat berubah tanda dan ukuran.
Besar Ze juga bergantung frekuensi dan mempunyai nilai minimum
Ze = R ketika ωL = 1/ωC.
A.S. Adam (UIN SUKA) The Forced Oscillator Update 5 November 2013 8 / 41
Vector form of Ohm’s Law
Dalam bentuk vektor Hukum Ohm, jika V = V0eiωt dan Ze = Z0eiφ,
maka kita punya
I = V0e iωt Z0eiωt = V0 Z0e i(ωt−φ) (5)
dengan amplitudo arus V0/Z0 yang lebih lambat dari tegangan dengan
The Impedance of a Mechanical Circuit
The Impedance of a Mechanical Circuit
Impedansi mekanis didefinisikan sebagai gaya yang diperlukan untuk
menghasilkan kecepatan dalam osilator, yaitu Zm = F/v atau F = vZm.
Impedansi mekanis dituliskan sebagai
Zm = b + i ωm − k ω = b + iXm (6)
dimana Zm = Zmeiφ dan tan φ = Xm/b. φ merupakan beda fase antara
kecepatan dan gaya.
Besar Zm = [b2 + (ωm − k/ω)2]1/2.
Massa berkelakuan seperti induktansi, menghasilkan positif reaktansi mekanis sedangkan konstanta pegas berkelakuan seperti kapasistansi.
A.S. Adam (UIN SUKA) The Forced Oscillator Update 5 November 2013 11 / 41
Behaviour of a Forced Oscillator
Behaviour of a Forced Oscillator
Tinjau osilator mekanis (sistem pegas massa) bermassa m, konstanta
pegas k dan koefisien redaman b yang digerakkan oleh gaya F0cos ωt,
dengan F0 amplitudo gaya. Ini analog dengan rangkaian RLC ketika
diterapkan tagangan bolak-balik V0 dalam rangkaian.
Persamaan gerak mekanis yaitu kesetimbangan gaya, sebagai berikut
m¨x + b˙x + kx = F0cos ωt (7)
dan persamaan tegangan dalam kasus listrik L¨q+ R ˙q + q
Behaviour of a Forced Oscillator
Solusinya terdiri atas dua bentuk yaitu
(1) Transient, bentuk yang lenyap seiring bertambahnya waktu, seperti yang didiskusikan pada bab sebelumnya, persamaan m¨x+ b˙x + kx = 0
memiliki solusi
x = Ce−bt/2mei(k/m−b2/4m2)t (9)
(2) Steady state, menggambarkan kelakuan dari osilator setelah bentuk transient lenyap.
Kedua bentuk tersebut berkontribusi terhadap solusi awal, tapi untuk sekarang kita fokuskan pada steady state. Untuk memulainya, kita
tuliskan kembali persamaan gaya dalam bentuk vektor dan bentuk cos ωt digantikan dengan eωt,
m¨x + b˙x + kx = F0eωt (10)
Solusi vektor x akan memberikan besar dan fase berkenaan dengan gaya
penggerak F0eωt. Awalnya kita coba solusi x = Aeωt, dimana A bisa
kompleks, sehingga aoluai tersebut bisa jadi memiliki
komponen-komponen didalam dan diluar fase karena gaya penggerak. Kecepatan dan percepatannya adalah
˙x = iωx , ¨x = −ω2x (11)
A.S. Adam (UIN SUKA) The Forced Oscillator Update 5 November 2013 14 / 41
Behaviour of a Forced Oscillator
Persamaan (10) menjadi
−Aω2m+ iωAb + Ak eωt = F0eωt (12)
yang mana benar untuk semua t ketika
A = F0 iωb + (k − ω2m) atau A = −iF0 ωZm (13) Sementara x = −iF0e i(ωt−φ) ωZm (14) dimana Zm = [b2 + (ωm − k/ω)2]1/2.
Behaviour of a Forced Oscillator
Bentuk vektor perilaku steady state ini, memberikan tiga informasi dan secara lengkap mendefinisikan besar posisi x dan fasenya, yang sesuai dengan gaya penggerak setelah bentuk transient lenyap. Informasi itu adalah
1 Bahwa perbedaan fase φ ada, antara x dan gaya, oleh karena bagian reaktif
(ωm − k/ω) impedansi mekanis.
2 Bahwa sebuah tambahan perbedaan yang diperkenalkan oleh faktor −i
dan bahkan jika φ nol, posisi x akan ketinggalan dari F0cos ωt dengan
sudut 90◦.
3 Bahwa maksimum amplitudo dari posisi x adalah F0/ωZm. Bisa dicek
bahwa secara dimensi, ini benar, karena kecepatan x/t mempunyai dimensi F0/Zm.
Digunakan F0eiωt untuk menyatakan bagian riil F0cos ωt sehingga bisa
diperoleh nilai sebenarnya dari x. x = −iF0e i(ωt−φ) ωZm = − iF0 ωZm [cos(ωt − φ) + i sin(ωt − φ)] = − iF0 ωZm cos(ωt − φ) | {z } F0sin ωt + F0 ωZm sin(ωt − φ) | {z } F0cos ωt (15)
A.S. Adam (UIN SUKA) The Forced Oscillator Update 5 November 2013 16 / 41
Behaviour of a Forced Oscillator
Kedua solusi ini memenuhi syarat bahwa beda fase total antara posisi dan gaya adalah φ ditambah suku −π/2yang diperkenalkan oleh faktor −i. Ketika φ = 0, posisi x = (F0/ωZm) sin ωt tertinggal dari gaya F0cos ωt
dengan sudut persis 90◦.
Kecepatan ayunan paksa dalam steady state dapat dituliskan
v = ˙x = F0
Zme
i(ωt−φ) (16)
Dari sini kita dapat mengetahui dua hal yaitu
1 Karena didepan tidak mengandung i, maka kecepatan dan gaya berbeda
fasenya hanya oleh φ, dan ketika φ = 0 kecepatan dan gaya sefase.
2 Amplitudo kecepatan adalah F0/Zm, yang mana kita harapakan dari
definisi diawal tentang impedansi mekanis yaitu Zm = F/v.
Bagian riil dari vektor kecepatan adalah
v = F0
Behaviour of a Forced Oscillator
Jadi kecepatan selalu eksak 90◦ didepan dari posisi dalam fase dan
berbeda dari gaya hanya oleh sudut fase φ, dimana
tan φ = ωm − k/ω
b =
Xm b
sehingga gaya F0cos ωt memberikan posisi dan kecepatan
x = F0
ωZm
sin (ωt − φ) , v = F0
Zm cos(ωt − φ)
A.S. Adam (UIN SUKA) The Forced Oscillator Update 5 November 2013 18 / 41
Behaviour of Velocity in Magnitude and Phase versus Driving Force
Velocity in Magnitude and Phase versus Driving Force
Amplitudo kecepatan yaitu F0
Zm =
F0
[b2 + (ωm − k/ω)2]1/2
sehingga besarnya kecepatan akan bervariasi dengan frekeunsinya ω
Behaviour of Velocity in Magnitude and Phase versus Driving Force
Pada frekuensi rendah, suku −k/ω adalah suku paling besar dalam Zm
dan impeddansi dikatakan stiffness controlled. Pada frekuensi yang tinggi, ωm merupakan suku yang dominan dan impedansi dikatakan mass controlled.
Pada frekuensi ω0 dimana ω0m = kω0, impednasi memiliki nilai
minimumnya Zm = b dan merupakan besaran riil dengan reaktansi nol.
Kecepatan F0/Zm kemudian meiliki nilai maksimum v = F0/b, dan ω0
dikatakan sebagai frekuensi kecepatan resonansi. Catatan bahwa
tan φ = 0 pada ω0, kecepatan dan gaya sefase.
Ketika ωm > k/ω, φ positif, kecepatan v akan tertinggal dari gaya karena −φ tampak dalam bentuk kosinus. Ketika gaya penggerak
berfrekuensi ω sangat tinggi dan ω → ∞, maka φ → 90◦ dan kecepatan
tertinggal dari gaya karena jumlah.
Ketika ωm < k/ω, φ negatif, kecepatan v didepan dari gaya dalam fasenya, dan pada frekuensi penggerak yang rendah seperti ω → ∞
maka suku k/ω → ∞ dan φ → -90◦.
Pada frekuensi ω0, ω0m = kω0 dan φ = 0, sehingga kecepatan dan gaya
sefase.
A.S. Adam (UIN SUKA) The Forced Oscillator Update 5 November 2013 21 / 41
Behaviour of Displacement versus Driving Force
Behaviour of Displacement versus Driving Force Frequency
ω
Fase posisi
x = F0
ωZm sin (ωt − φ)
pada waktu kapanpun, eksak 90◦ dibelakang dari kecepatan. Sementara
grafik φ versus ω tetap sama, beda fase total antara posisi dan gaya, yaitu
menyangkut perlambatan tambahan 90◦ yang diperkenalkan oleh
operator −i.
Pada frekuensi rendah, dimana φ = −π/2 radian dan kecepatan didepan dari gaya, posisi dan gaya sefase, seperti apa yang diharapkan.
Pada frekuensi tinggi, posisi tertinggal dari gaya oleh π radian dan secara eksak keluar dari fase, sehingga gambar kurva menunjukkan sudut fase antara posisi dan gaya ekuivalen dengan kurva φ versus ω, digeser sebesar π/2 radian.
Amplitudo dari posisi x = F0/ωZm, dan pada frekuensi rendah
Zm = [b2 + (ωm − k/ω)]1/2, sehingga x ≈ F0/k. Pada frekuensi tinggi
Zm → ωm, sehingga x ≈ F0/ω2m, yang mana cenderung menuju nol
seperti ω yang menjadi sangat besar. Pada frekuensi tinggi, kemudian, amplitudo posisi hampir nol oleh karena massa terkontrol atau efek dari inersial.
A.S. Adam (UIN SUKA) The Forced Oscillator Update 5 November 2013 24 / 41
Behaviour of Displacement versus Driving Force
Kecepatan resonnasi terjadi ketika ω02 = k/m, dimana Zm dari kecepatan
amplitudo minimum, tetapi posisi resonansi akan terjadi, saat
x = (F0/ωZm) sin(ωt − φ), ketika pembagi ωZm minimum. Ini terjadi
ketika d dω(ωZm) = d dωω[b 2 + (ωm − k/ω)]1/2 = 0 2ωb2 + 2m(ω2m− k) = 0 Solusinya ω = 0 atau ω2 = ω02 − b 2 2m2
Behaviour of Displacement versus Driving Force
Posisi resonansi terjadi ketika frekuensi sedikit lebih kecil dari ω0,
frekuensi kecepatan resonansi. Untuk b yang kecil atau massa m besar, terdapat dua resonansi, terjadi ketika frekuensinya ω0.
Frekuensi posisi resonansi diberikan oleh
ωr = k m − b2 2m2 1/2
dan posisi maksimum adalah
xmax = F0
ωrZm
Nilai ωrZm (dengan mudah dapat ditunjukkan) sama dengan ω0b dimana
ω02 = k m − b2 4m2 = ω 2 0 − b2 4m2
A.S. Adam (UIN SUKA) The Forced Oscillator Update 5 November 2013 26 / 41
Behaviour of Displacement versus Driving Force
Sehingga nilai dari posisi resonansi x adalah
xmax = F0 ω0b dimana ω0 = ω20 − b 2 4m2 1/2
Behaviour of Displacement versus Driving Force
A.S. Adam (UIN SUKA) The Forced Oscillator Update 5 November 2013 28 / 41
Power Supplied to Oscillator by the Driving Force
Power Supplied to Oscillator by the Driving Force
Berkaitan dengan sistem osilasi untuk kasus steady state dengan, gaya penggerak harus digantikan dengan energi yang hilang dalam setiap kali vibrasi karena adanya faktor redaman.
Dalam kasus steady state, amplitudo dan fase osilator penggerak teratur sesuai dengan amplitudo dan fase mereka, sehingga rerata daya yang disediakan oleh gaya penggerak sama dengan yang terdisipasi oleh gaya hambat/gesek.
Daya yang tersediaadalah hasil kali gaya penggerak dengan kecepatan
pada saat/waktu itu, yakni
P = F
2 0
Zm cos ωt cos(ωt − φ) (17)
Rerata daya
Pav = Usaha total per getaran
Power Supplied to Oscillator by the Driving Force Bukti: Pav = Z T 0 Pdt T = F 2 0 ZmT Z T 0
cos ωt cos(ωt − φ) cos ωt cos(ωt − φ)
= F
2 0
2Zm
cos φ (19)
Daya yang disediakan oleh gaya penggerak tidak tersimpan dalam
sistem, akan tetapi terdisipasi sebagai usaha dalam sistem yang bergerak, yaitu gaya hambat/gesek b˙x.
Laju kerja yang dilakukan oleh gaya hambat adalah
b˙x ˙x = b˙x2 = bF
2 0
Zm2 cos
2(ωt − φ)
A.S. Adam (UIN SUKA) The Forced Oscillator Update 5 November 2013 31 / 41
Power Supplied to Oscillator by the Driving Force
Rerata nilai ini dalam jangka waktu satu periode osilasi 1 2 bF02 Z2 m = F 2 0 2Zm cos φ untuk b Zm = cos φ
Ini membuktikan bahwa pernyataan diawal bahwa daya yang tersedia sama dengan daya yang terdisipasi!
Dalam rangkaian listrik, daya diberikan oleh VI cos φ, dimana V dan I adalah nilai akar perata kuadrat instan dari tegangan dan cos φ sebagai faktor daya. VIcos φ = V 2 Ze cos φ = V02 2Ze cos φ karena V = √V0 2
Variation of Pavwith ω. Absorption Resonance Curve
Variation of P
avwith ω
Rerata daya yang tersedia Pav maksimum ketika cos φ = 1, yaitu, ketika
φ = 0 dan ωm − k/ω = 0 atau ω02 = k/m.
Gaya dan kecepatan sefase dan Zm memiliki nilai minimumnya b, maka
Pav(max) = F02/2b.
A.S. Adam (UIN SUKA) The Forced Oscillator Update 5 November 2013 34 / 41
Variation of Pavwith ω. Absorption Resonance Curve
Seperti halnya kurva posisi versus ω, kurva ini juga mengukur respon dari osilator; ketajaman dari puncaknya pada resonansi adalah juga ditentukan oleh nilai dari konstanta redaman b, yang mana merupakan
satu-satunya bentuk yang tetap dalam Zm pada frekuensi resonansi ω0.
Puncak maksimum terjadi pada frekuensi kecepatan resonansi ketika daya yang diserap oleh sistem dari gaya penggerak maksimum; yang diketahui sebagai kurva penyerapan osilator.
The Q-Value in Terms of the Resonance Absorption Bandwidth
The Q-Value in Terms of the Resonance Absorption
Bandwidth
Ketajaman resonansi didefinisikan dengan rasio
Q = ω0
ω2 − ω1 =
ω0
∆ω
dimana ω1 dan ω2 adalah frekuensi yang dipilih ketika daya yang tersedia
Pav = 1
2Pav(maksimum)
Perbedaan frekuensi ∆ω = ω2 − ω1 disebut sebagai lebar-pita
(bandwidth) resonansi. Sekarang Pav = bF02/2Zm2 = 1 2Pav(maksimum) = 1 2F 2 0/2b
ketika Zm2 = 2b2, yakni ketika
b2 + Xm2 = 2b2 atau Xm = ωm − k/ω = ±b
A.S. Adam (UIN SUKA) The Forced Oscillator Update 5 November 2013 37 / 41
The Q-Value in Terms of the Resonance Absorption Bandwidth
Jika ω2 > ω1, maka
ω2m− k/ω2 = +b
ω1m− k/ω1 = −b
Dengan mengeliminasi k antara kedua persamaan diatas memberikan
ω2 − ω1 = b/m sehingga Q = ω0m/b
dan ω1 = ω0 − b/2m danω2 = ω0 + b/2m.
Faktor kualitas sebuah rangkaian listrik diberikan oleh
Q = ω0L
R dimana ω
2
0 = (LC)−1
Untuk nilai Q yang tinggi, dimana konstanta redaman b kecil, frekuensi
ω0 dalam definisi Q = ω0m/b bergerak sangat dekat terhadap frekuensi
The Q-Value as an Amplification Factor
The Q-Value as an Amplification Factor
Kembali pada posisi pada resonansi
Amaks = F0 ω0b dimana ω 02 = k m − b2 4m2
Pada frekuensi rendah (ω → 0) posisi memiliki nilai A0 = F0/k,
sehingga Amaks A0 2 = Q 2 [1 − 1/4Q2]
Untuk Q yang besar
Amaks
A0 ≈ Q
A.S. Adam (UIN SUKA) The Forced Oscillator Update 5 November 2013 40 / 41