• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PUPUK NPK MAJEMUK TERHADAP HASIL PADI VARIETAS CIHERANG DAN SIFAT KIMIA TANAH INCEPTISOL, BOGOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PUPUK NPK MAJEMUK TERHADAP HASIL PADI VARIETAS CIHERANG DAN SIFAT KIMIA TANAH INCEPTISOL, BOGOR"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

VARIETAS CIHERANG DAN SIFAT KIMIA TANAH

INCEPTISOL, BOGOR

J. Purnomo

ABSTRAK

Varietas padi dan pengelolaan hara pupuk menentukan hampir 75% dari target produksi yang diinginkan. Waktu pemberian, takaran, cara dan jenis pupuk yang diberikan sangat menentukan tingkat efisiensi pemupukan. Untuk mengetahui pengaruh pupuk NPK majemuk terhadap perubahan sifat kimia tanah dan hasil padi telah dilakukan penelitian pada tanah Inceptisol, Bogor dengan menggunakan tanaman padi varietas Ciherang. Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok dengan 8 perlakuan dan diulang 3 kali. Perlakuan yang diberikan adalah tanpa pupuk, NPK tunggal takaran rekomendasi yaitu 300-100-100, dan lima tingkat takaran pupuk NPK Majemuk (17-6-9). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman padi respon terhadap pemberian pupuk N, P, K baik dalam bentuk tunggal dan Majemuk. Pemberian NPK Majemuk hingga takaran 450 kg/ha dapat meningkatkan kadar N dan P tanaman. Kadar N tanaman umur 6 MST adalah 1,59% meningkat menjadi 2,84 – 3.35% dengan pemberian 300 kg urea/ha. Tanpa NPK, kadar P tanaman sekitar 0,21% meningkat menjadi 0,23% pada perlakuan NPK Tunggal (100 kg SP 36) dan pupuk majemuk NPK. Pengaruh takaran NPK Majemuk nyata meningkatkan bobot jerami kering saat panen (Y = 5,6 + 0.004 x – 7.10-6 x2, R2 = 0.60), serapan P pada 6 MST (Y = 2.94 + 0.007 x – 8.10-6 x2, R2 = 0.79), serapan P saat panen (Y = 3.81 + 0.01 x – 1.10-5 x2, R2 = 0.65), hasil gabah (Y = 4.8 + 0.012 x – 2.10-5 x2, R2 = 0.86), di mana x adalah takaran pupuk majemuk (kg/ha). Pada saat primordia, tanpa NPK menghasilkan 12 anakan/rumpun meningkat menjadi 20 anakan/rumpun dengan pemberian NPK Majemuk 600 kg/ha. Takaran terbaik NPK Majemuk adalah 150 kg /ha (hara N disetarakan dengan 135 kg N/ha) yang menghasilkan 7,09 ton GKP/ha.

PENDAHULUAN

Penggunaan pupuk secara rasional dan berimbang merupakan faktor kunci untuk memperbaiki dan meningkatkan produktivitas lahan pertanian. Penggunaan pupuk an-organik untuk kegiatan usahatani telah dianggap sebagai suatu keharusan. Hal ini berhubungan erat dengan penggunaan varietas unggul yang berpotensi hasil tinggi yang memerlukan hara tanah yang cukup banyak. Alasan lain adalah menurunnya kesuburan tanah secara alami.

(2)

Sat ini banyak jenis dan merk dagang pupuk yang beredar di pasar, sehingga petani dihadapkan banyak pilihan untuk menentukan kebutuhan pupuknya, baik pupuk tunggal dan majemuk. Banyaknya jenis dan merk dagang pupuk, di satu sisi dapat menguntungkan karena dapat menjaga pasokan pupuk dan kompetitif dalam harga di pasar, kerugiannya petani kesulitan menentukan jenis pupuk yang terjamin kualitasnnya.

Penggunaan pupuk tunggal secara meluas telah banyak dilakukan petani baik untuk tanaman pangan (Hayani et al., 2000), perkebunan (Nasution dan Sudarnoto, 2000; Wigena et al. 2007), dan hortikultura (Ernawati et al., 2000 dan Tuherkih et al., 2007) Penggunaan pupuk tunggal jika tidak berimbang dapat menyebabkan ketidak-seimbangan hara dalam tanah, jumlah hara yang diserap tanaman, penurunan produksi, dan kualitas hasil. Selain itu pengadaan pupuk tunggal sering tidak serentak, sehingga menyulitkan petani untuk aplikasinya. Penggunaan pupuk majemuk dapat menutup kekurangan pupuk tunggal. Pupuk majemuk memiliki keunggulan dibandingkan dengan pupuk tunggal, yaitu mengandung lebih dari jenis 2 hara, lebih praktis dalam pemesanan, transportasi, penyimpanan, dan aplikasinya di lapangan. Keuntungan lain penggunaan pupuk majemuk tersebut adalah lebih homogen dalam penyebaran pupuk.

Kerugian dari penggunaan pupuk NPK majemuk adalah sukar untuk memenuhi kebutuhan rekomendasi pupuk secara tepat dengan hanya menggunakan pupuk majemuk saja (Achorn dan Balay, 1997). Untuk memudahkan dan sebagai dasar menentukan takaran pupuk, Permentan 40/2007 telah mengatur takaran anjuran pemupukan P dan K untuk tanaman padi berdasarkan status hara pada lahan sawah spesifik lokasi pada setiap kecamatan, selain itu terdapat takaran anjuran bila menggunakan pupuk majemuk. Bila digunakan pupuk majemuk, pada Permentan juga mensyaratkan penambahan pupuk N, P, K tunggal untuk mencapai takaran tertentu.

Abdurahman et al. (2008) mengemukakan bahwa peningkatan produksi padi 75% disebabkan oleh perbaikan varietas dan penggunaan pupuk. Dengan semakin mahalnya harga pupuk, maka efisiensi pemupukan berimbang perlu dilakukan. Untuk menentukan rekomendasi pemupukan padi sawah spesifik lokasi sekarang ini bukan hal susah lagi, karena sudah ada metode sederhana dan akurat. Rekomendasi pemupukan nitrogen dapat digunakan bagan warna daun (BWD), rekomendasi pemupukan P dan K dapat menggunakan alat bantu PUTS (perangkat uji tanah sawah), peta status hara fosfat dan kalium; serta penelitian sederhana omision plot.

(3)

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh pemupukan NPK Majemuk terhadap hasil padi dan perubahan sifat kimia tanah Inceptisol, Bogor.

BAHAN DAN METODOLOGI

Penelitian dilaksanakan di lapang dengan menggunakan rancangan percobaan acak kelompok (RAK = Randomize Complete Block Design), dengan 8 perlakuan dan diulang 3 kali. Ukuran petak yang digunakan adalah 6 x 3,6 m2. Penelitian ditempatkan pada tanah Inceptisol di Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor.

Tanaman indikator yang digunakan adalah padi sawah varietas Ciherang. Padi ditanam dengan sistem jajar legowo 2 : 1, jarak tanam 40cm x 20cm x 10 cm, umur semai 10 -14 hari setelah sebar, jumlah bibit 2-3 bibit per rumpun. Penanaman dengan 1-2 bibit per rumpun saat tanam sudah mencukupi, tetapi karena lokasi penelitian merupakan endemik keong emas, maka digunakan 2-3 bibit/lubang.

Takaran pupuk rekomendasi dari SP 36 dan KCl ditentukan berdasarkan status hara P dan K tanah sawah yang ditetapkan menggunakan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS). Berdasarkan uji PUTS, lokasi penelitian mempunyai status P dan K tergolong rendah, berdasarkan Permentan 40/2007, maka takaran pupuk P adalah 100 kg SP 36 /ha dan pupuk K adalah 100 kg KCl/ha. Takaran urea yang digunakan adalah 300 kg urea/ha. Untuk mengetahui takaran optimum dari pupuk NPK Majemuk digunakan takaran bertingkat, yaitu: 0, 150, 300, 450, dan 600 kg/ha (Tabel 1). Pupuk NPK Majemuk yang digunakan mempunyai komposisi 17,2 %N, 6,7% P2O5, dan 9,5% K2O.

Takaran urea yang digunakan adalah 300 kg/ha setara dengan 135 kg N/ha, sehingga untuk setiap perlakuan pupuk NPK majemuk takaran nitrogen harus disetarakan menjadi 300 kg urea/ha. Hal ini berarti setiap peningkatan takaran NPK Majemuk, jumlah urea yang diberikan semakin berkurang (Tabel 1 kolom 2). Pupuk SP 36 dan KCl untuk perlakuan NPK Majemuk tidak diberikan lagi, artinya jumlah hara P dan K yang diberikan tergantung pada takaran NPK Majemuk.

Waktu pemberian pupuk urea, KCl, dan NPK Majemuk diberikan 2 kali, yaitu saat tanam dan 4 minggu setelah tanam (MST) masing-masing dengan setengah takaran. Seluruh takaran pupuk SP 36 diberikan pada saat tanam. Semua pupuk diberikan dengan cara dilarik 5-10 cm di samping barisan tanaman. Pemeliharaan tanaman meliputi penyiangan, perbaikan dan perapian galengan,

(4)

pengairan, dan pengendalian hama - penyakit dilakukan sebaik mungkin disesuaikan dengan kondisi lapangan.

Tabel 1. Perlakuan dan takaran pupuk NPK Majemuk untuk padi sawah

Urea SP-36 KCl NPK Majemuk Perlakuan ...kg/ha... 1. Tanpa NPK 0 0 0 0 2. NPK tunggal (Rekomendasi) 300 100* 100* 0 3. N 300 0 0 0 4. NPK Majemuk (150) 243 0 0 150 5. NPK Majemuk (300) 187 0 0 300 6. NPK Majemuk (450) 130 0 0 450 7. NPK Majemuk (600) 73 0 0 600 8. NPK tunggal S450** 170 84* 71* 0

* Takaran SP 36 dan KCl ditentukan berdasarkan PUTS ** Setara dengan 450 kg NPK Majemuk/ha

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik tanah sebelum percobaan

Tanah yang dipergunakan untuk percobaan NPK Majemuk adalah lahan sawah di Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Tanah digolongkan dalam ordo Inceptisol dengan kandungan P dan K yang diukur dengan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) adalah rendah. Selain itu, kadar P tersedia (Bray I) dan Kdd

tergolong rendah.

Tekstur lapisan atas (0-20 cm) adalah lempung berliat. Tanah mempunyai pH (H2O) sebesar 5,4; sehingga tergolong agak masam. Kadar bahan organik

sebesar 1,66% C, tergolong rendah. Rendahnya kadar C-organik ini berkaitan dengan kebiasaan pengelolaan jerami padi yang umumnya masih membuang jerami atau membakarnya. Kadar nitrogen dalam tanah tergolong rendah. Kadar Nitrogen umumnya mengikuti kecenderungan kadar bahan organiknya, bila kadar bahan organik rendah umumnya kadar nitrogen dalam tanah juga rendah. Kadar kalsium dan magnesium tergolong tinggi. Tingginya kadar kation Ca dan Mg ini dapat menjadi penyebab rendahnya kadar kalium dalam tanah, sehingga dapat disarankan pemberian pupuk K dilakukan secara bertahap 2-3 kali pemberian selama pertanaman padi.

(5)

Tabel 3. Tekstur dan sifat kimia tanah Inceptisol, Cibungbulang Bogor lapisan atas 0-20 cm sebelum percobaan

No Parameter Satuan Nominal

1 Tekstur (Pasir, debu, liat : 19, 43, 38%) - Lempung liat

2 pH-H2O pH-KCl - - 5.4 4.3 3 Bahan organik C-organik N-total C/N (%) (%) - 1.66 0.16 10 4 P-Bray I ppm P2O5 2,5 5 Ekstrak NH4OAC 1N pH 7 Ca Mg K Na KTK me/100 g me/100 g me/100 g me/100 g me/100 g 6.79 1.48 0.05 0.14 12.7 6 Ekstrak KCl 1N Al H me/100 g me/100 g 0.19 0.17 7 Kejenuhan Basa Kejenuhan Aluminium % % 91 2

Kapasitas tukar kation adalah kemampuan tanah untuk menukarkan kation, jika KTK tanah tinggi maka kemampuan tanah menukarkan kation juga tinggi. Tanah yang subur biasanya dicirikan dengan KTK tinggi, jika sebaliknya dapat dikatakan tanah kurang subur. Tanah di lokasi penelitian mempunyai KTK tanah rendah. Berdasarkan uraian diaatas seperti: KTK tanah, kadar P, dan bahan organik rendah, tanah dapat digolongkan pada tingkat kesuburan rendah.

Karakteristik tanah pada 6 MST

Pada perlakuan tanpa urea menghasilkan kadar N-total sebesar 0.14% dapat meningkatkan menjadi 0.16-0.17% dengan pemberian 300 kg urea/ha (Perlakuan 2-8). Pemberian NPK Majemuk meningkatkan kadar P-terekstrak HCl 25% dari 71 mg P2O5/100 g pada perlakuan N (perlakuan 3) menjadi 73-81 mg

P2O5/100 g pada pemberian 150 – 600 kg NPK Majemuk/ha (Perlakuan 4-7)

(Tabel 4). Hal ini disebabkan NPK Majemuk mengandung 6,7% P2O5, sehingga

pemberian pupuk NPK Majemuk dapat meningkatkan kadar P dalam tanah. Fosfat yang tidak diserap tanaman akan diikat oleh tanah menjadi bentuk yang sementara tidak dapat diambil tanaman dan terakumulasi sehingga mempunyai efek residu pada musim berikutnya. Pemberian NPK Majemuk tidak meningkatkan kadar Kdd dan K-HCl 25%. Berbeda dengan karakteristik P, kalium

(6)

air irigasi. Kadar K dalam tanah tergolong sangat rendah, sehingga pemberian pupuk NPK Majemuk takaran 600 kg/ha belum meningkatkan kadar K dalam tanah.

Tabel 4 Pengaruh pemupukan N, P, K terhadap perubahan sifat kimia tanah 6 MST pada tanah Inceptisol, Cibungbulang, Kabupaten Bogor

pH (1:5) W &B* Kjeldahl HCl 25% Bray 1 Kataion Tukar

H2O KCl C N P2O5 K2O P2O5 Ca Mg K KTK Perlakuan --- % --- mg/100 g ppm cmol(+)/kg 1. Tanpa NPK 5.4 4.3 1.66 0.14 71 3 2.5 6.79 1.46 0.05 12.70 2. NPK Tunggal 5.4 4.2 1.71 0.16 72 4 1.9 6.43 1.49 0.05 12.04 3. N 5.4 4.2 1.81 0.17 71 6 2.7 6.69 1.51 0.05 10.64 4. NPK 150 5.4 4.3 1.83 0.16 73 5 2.7 6.47 1.45 0.05 14.37 5. NPK 300 5.4 4.4 1.87 0.17 79 7 4.4 7.58 1.58 0.05 13.84 6. NPK 450 5.4 4.2 1.85 0.19 81 3 3.6 6.72 1.39 0.05 11.00 7. NPK 600 5.4 4.2 1.84 0.18 79 4 4.2 6.25 1.44 0.05 11.38 8. NPK Tunggal S450 5.4 4.2 1.82 0.18 76 4 2.3 6.27 1.32 0.05 10.71

* kadar C dianalisis menggunakan metode Walkley and Black.

Pertumbuhan dan serapan hara

Tanaman padi respon terhadap pemberian pupuk NPK tunggal dan NPK Majemuk. Pemupukan NPK Majemuk nyata meningkatkan tinggi tanaman padi hingga saat primordia (Tabel 5). Peningkatan pertumbuhan ini disebabkan oleh perbaikan sifat kimia tanah diantaranya adalah meningkatnya kadar N dan P dalam tanah (Tabel 4). Tinggi tanaman saat primordia tertinggi sebesar 86 cm dicapai pada perlakuan 600 kg NPK Majemuk/ha. Hasil tersebut tidak berbeda nyata antara NPK tunggal takaran rekomendasi dengan 300-600 kg NPK Majemuk/ha. Takaran NPK tunggal setara dengan NPK Majemuk 450 kg/ha (Perlakuan 8) sama baiknya dengan 450 kg NPK Majemuk/ha (Perlakuan 6) dalam menghasilkan tinggi tanaman padi saat primordia.

Jumlah anakan padi meningkat secara nyata dengan pemberian pupuk N, P, dan K. Pada saat primordia tanpa NPK menghasilkan jumlah anakan 12 batang per rumpun, dengan pemberian pupuk NPK Majemuk 600 kg/ha jumlah anakan dapat ditingkatkan menjadi 20 batang/rumpun (Tabel 6). Takaran NPK Majemuk 300, 450 dan 600 kg/ha sama baiknya dengan NPK tunggal takaran rekomendasi dalam menghasilkan jumlah anakan saat primordia lebih rendah. Takaran NPK tunggal setara dengan NPK Majemuk 450 kg/ha (Perlakuan 8) dalam menghasilkan jumlah anakan saat primordia dibandingkan 450 kg NPK

(7)

Majemuk/ha (Perlakuan 6), yaitu16 anakan dibanding 20 anakan/rumpun. Dengan demikian pada takaran N, P, K sama; penggunaan NPK Majemuk lebih baik dibandingkan pupuk tunggal dalam menghasilkan jumlah anakan.

Tabel 5. Pengaruh pemupukan N, P, K terhadap tinggi tanaman padi umur 2, 4, 6 MST dan saat primordia

Tinggi tanaman Perlakuan 2 MST 4 MST 6 MST Primordia ……….. cm ……… 1. Tanpa NPK 25.6 a 36.6 a 51.1 a 63.6 a 2. NPK tunggal (Rekomendasi) 26.4 cd 48.5 cd 65.1 c 83.7 cd 3. N 25.5 b 39.6 ab 59.7 b 73.6 b 4. NPK Majemuk (150) 26.5 cd 42.8 b 60.5 b 79.8 bc 5. NPK Majemuk (300) 27.3 d 47.3 cd 65.1 c 84.0 cd 6. NPK Majemuk (450) 26.8 d 46.3 c 66.6 c 81.7 cd 7. NPK Majemuk (600) 27.1 d 50.1 d 66.6 c 86.1 d 8. NPK tunggal S450 25.8 bc 41.8 b 60.6 b 75.9 bc

Tabel 6. Pengaruh pemupukan N, P, K terhadap jumlah anakan padi umur 2, 4, 6 MST dan saat primordia ( 7 MST)

Jumlah anakan Perlakuan 2 MST 4 MST 6 MST Primordia 1. Tanpa NPK 5 a 9 a 11 a 12 a 2. NPK tunggal (Rekomendasi) 6 bc 14 b 18 c 20 c 3. N 5 a 10 a 16 bc 18 bc 4. NPK Majemuk (150) 6 bc 13 b 17 bc 17 b 5. NPK Majemuk (300) 7 d 14 b 17 bc 20 c 6. NPK Majemuk (450) 7 cd 14 b 18 bc 20 c 7. NPK Majemuk (600) 7 cd 14 b 17 c 20 c 8. NPK tunggal S 450 6 bc 12 b 15 b 16 b

Pada 6 MST, Pada perlakuan tanpa NPK (Perlakuan 1) kadar N tanaman u adalah 1,59% meningkat menjadi 2,84 – 3.35% dengan pemberian 300 kg urea/ha (Perlakuan 2-8) (Tabel 7). Kadar P tanaman juga meningkat dengan pemberian pupuk P, baik dari SP 36 (NPK tunggal) maupun NPK Majemuk. Tanpa NPK kadar P tanaman sekitar 0,21% meningkat menjadi 0,23% pada perlakuan NPK tunggal takaran rekomendasi (Perlakuan 2). Pemberian NPK Majemuk meningkatkan kadar N dalam tanaman, dimana peningkatan takaran NPK Majemuk diikuti dengan peningkatan kadar N dan P tanaman (Gambar 1). Kadar N tanaman tertinggi sebesar 3.35% dicapai oleh pemberian 450 kg NPK Majemuk/ha, pemberian NPK Majemuk di atas takaran tersebut justru menurunkan kadar N tanaman.

(8)

Tabel 7. Kadar hara N, P, K, Ca, Mg tanaman padi 6 MST pada tanah Inceptisol Cibungbulang, Kabupaten Bogor

Kadar hara Perlakuan N P K Ca Mg ... % ……… 1. Tanpa NPK 1.59 0.21 2.35 0.40 0.14 2. NPK tunggal (Rekomendasi) 3.24 0.23 1.70 0.30 0.18 3. N 2.84 0.19 2.02 0.31 0.15 4. NPK Majemuk (150) 3.19 0.22 2.04 0.38 0.17 5. NPK Majemuk (300) 3.15 0.24 1.87 0.32 0.16 6. NPK Majemuk (450) 3.35 0.24 2.39 0.32 0.17 7. NPK Majemuk (600) 3.00 0.25 1.68 0.38 0.17 8. NPK tunggal S450 2.54 0.22 4.39 0.27 0.13

Gambar 1. Pengaruh takaran NPK Majemuk terhadap kadar hara N, P, K tanaman umur 6MST

Sampai dengan takaran 600 kg NPK Majemuk/ha, kadar P tanaman masih dapat ditingkat, hal ini disebabkan kadar P dalam tanah tergolong rendah. Pengaruh takaran NPK Majemuk tidak nyata mempengaruhi kadar K, Ca, dan Mg dalam tanaman

Serapan hara merupakan perkalian antara kadar hara dengan bobot kering tanaman. Pemberian pupuk NPK baik tunggal dan Majemuk meningkatkan bobot jerami kering umur 6 MST. Tanpa pupuk NPK menghasilkan bobot jerami sebesar 0,86 t/ha meningkat menjadi 1,83 - 1,94 t/ha dengan pemberian pupuk NPK (Tabel 8). Bobot jerami kering tertinggi sebesar 9,03 t/ha dicapai pada perlakuan NPK tunggal takaran rekomendasi, dan hasil terendah dihasilkan

(9)

kontrol yaitu sebesar 3.54 t/ha (Tabel 10). Peningkat takaran NPK majemuk tidak nyata meningkatkan bobot jerami kering.

Tabel 8. Serapan hara N, P, K, Ca, Mg tanaman padi 6 MST pada tanah inceptisol Cibungbulang, Kabupaten Bogor

Serapan Perlakuan Jerami kering N P K Ca Mg ... kg/ha ... 1. Tanpa NPK 857 13.63 1.84 20.17 3.43 1.21 2. NPK tunggal 1829 59.30 4.23 31.05 5.54 3.21 3. N 1604 45.49 3.04 32.36 4.94 2.46 4. NPK majemuk (150) 1405 44.76 3.11 28.64 5.35 2.44 5. NPK majemuk (300) 1942 61.14 4.75 36.29 6.20 3.16 6. NPK majemuk (450) 1942 64.99 4.74 46.50 6.20 3.35 7. NPK majemuk (600) 1802 54.13 4.54 30.27 6.86 3.14 8. NPK tunggal S450 1810 45.91 3.89 79.46 4.86 2.41 Hasil gabah

Pemberian pupuk N, P, K baik tunggal dan majemuk dapat meningkatkan secara nyata jumlah, panjang, dan bobot malai dibandingkan tanpa NPK. Pemberian 300 kg/ha urea menghasilkan jumlah dan bobot malai tidak berbeda nyata dengan NPK tunggal takaran rekomendasi (NPK tunggal) dan 600 NPK majemuk/ha. Pupuk NPK tunggal dan NPK majemuk 450 kg/ha nyata meningkatkan panjang malai dan bobot 1000 butir gabah (Tabel 9). Bobot 1000 butir gabah tertinggi sebesar 24,3 g dicapai pada pemberian 600 kg NPK majemuk/ha dan tidak berbeda nyata dengan 150 kg NPK majemuk/ha dan NPK tunggal.

Tabel 9. Pengaruh pemupukan N, P, K terhadap jumlah, panjang, dan bobot malai, serta bobot 100 butir gabah pada Inceptisol dari Bogor.

Malai 1000 butir

Perlakuan

Jumlah Panjang Bobot gr/1000 butir

10 rp cm g/10 rp 1. Tanpa NPK 63 a 20.0 a 7.1 a 19.1 a 2. NPK tunggal (Rekomendasi) 103 b 23.9 c 13.0 b 23.9 cd 3. N 92 b 22.1 b 13.2 b 20.9 ab 4. NPK Majemuk (150) 96 b 22.6 bc 11.7 b 23.5 bcd 5. NPK Majemuk (300) 107 b 23.5 bc 13.4 b 23.1 bcd 6. NPK Majemuk (450) 105 b 24.1 c 11.9 b 22.6 bcd 7. NPK Majemuk (600) 91 b 24.1 c 11.6 b 24.3 d 8. NPK tunggal S450 102 b 22.3 b 11.0 b 21.1 abc

Berdasarkan hasil gabah kering panen (GKP), takaran terbaik dari NPK Majemuk adalah 150 kg/ha yang menghasilkan 7,09 t GKP/ha. Hasil gabah pada

(10)

150 kg Penabur/ha tidak berbeda nyata dengan NPK tunggal (Tabel 10). Berdasarkan persamaan pada Gambar 2 dapat diduga bahwa untuk mencapai hasil GKP dan bobot jerami tertinggi diperlukan 300 kg dan 375 kg NPK Majemuk/ha.

Perlakuan tanpa NPK menghasilkan bobot gabah hampa paling rendah dibandingkan perlakuan lainnya. Terdapat kecenderungan bahwa semakin banyak takaran pupuk yang diberikan semakin besar juga bobot gabah hampa yang dihasilkan. Jika perhitungan didasarkan persen bobot, nampak bahwa persen bobot gabah hampa tertinggi didapatkan pada pelakuan tanpa NPK yaitu sebesar 7,96% dan menurun seiring dengan pemberian pupuk NPK baik majemuk dan NPK tunggal. Hasil ini mengindikasikan bahwa persentase bobot gabah hampa terbanyak terdapat pada tanaman padi yang tidak dipupuk.

Tabel 10. Pengaruh pemupukan N, P, K terhadap bobot gabah pada Inceptisol dari Bogor

Perlakuan Jerami kering GKP RAE Gabah hampa

………… t/ha .…………. ... % ………….. 1. Tanpa NPK 3.54 a 4.50 a 0 7.96 2. NPK tunggal (Rekomendasi) 9.03 c 6.86 bc 100 6.06 3. N 5.63 ab 6.11 b 68 5.62 4. NPK Majemuk (150) 5.85 ab 7.09 c 110 6.22 5. NPK Majemuk (300) 6.23 ab 6.79 bc 97 5.72 6. NPK Majemuk (450) 6.03 ab 6.85 bc 100 6.39 7. NPK Majemuk (600) 5.47 ab 6.60 bc 89 5.80 8. NPK tunggal S 450 7.47 bc 6.31 bc 77 5.60

Gambar 2. Pengaruh takaran NPK Majemuk terhadap bobot jerami dan gabah kering panen (GKP) pada Inceptisol Cibungbulang, Bogor.

(11)

Nilai RAE (Relative agronomic effectivness) menunjukkan nilai nisbi efektivitas pupuk yang diuji dibandingkan dengan pupuk standar. Pupuk standar yang dimaksudkan disini adalah NPK tunggal takaran rekomendasi, yaitu 300 kg urea, 100 kg SP-36, dan 100 kg KCl/ha. Pupuk yang diuji adalah NPK Majemuk dengan 5 tingkat takaran. Nilai RAE 100 diberikan pada pupuk standar, sedangkan nilai RAE pupuk yang diuji mengikuti persamaan dari (Machay et al. 1984). Berdasarkan persamaan tersebut diketahui bahwa NPK Majemuk takaran 150 kg/ha mempunyai nilai RAE 110 sehingga lebih efektif menghasilkan bobot gabah dibandingkan pupuk NPK tunggal takaran rekomendasi (Tabel 10). Takaran NPK Majemuk di atas 150 kg/ha juga menghasilkan nilai RAE yang sama atau bahkan lebih tinggi dibandingkan NPK tunggal. Dengan demikian NPK majemuk 150 kg/ha mempunyai efektivitas sama dengan NPK tunggal.

Untuk takaran P, K yang sama yaitu perlakuan 6 dan 8, menunjukkan bahwa perlakuan NPK Majemuk 450 kg/ha menghasilkan nilai RAE lebih tinggi dibandingkan perlakuan 8 (NPK tunggal).

KESIMPULAN

1. Pengaruh NPK Majemuk nyata meningkatkan pertumbuhan, bobot jerami, dan hasil gabah pada Inceptisol Cibungbulang, Kabupaten Bogor. 2. Pupuk NPK majemuk takaran 150 kg/ha mempunyai efektivitas sama

bahkan lebih baik dibandingkan pupuk tunggal takaran rekomendasi. Takaran 150 kg NPK majemuk/ha + 243 kg urea/ha menghasilkan nilai RAE sebesar 110, serta menghasilkan GKP tertinggi sebesar 7,09 t/ha. 3. Pemberian NPK majemuk dapat meningkatkan kadar N dan P tanaman,

serta kadar N dan P dalam tanah.

4. Takaran optimum NPK majemuk adalah 150 kg/ha dengan penambahan hara N setara dengan 300 kg Urea/ha

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih disampaikan kepada PT Fuji Fresh Industries yang telah memberikan kepercayaan untuk melaksanakan penelitian kerjasama ini dengan Balai Penelitian Tanah. Terima kasih juga kami sampaikan kepada Sdr. Ir. Ukup Sudriatna yang telah aktif membantu pelaksanaan penelitian dan Sdr. Jojon Suryono, SP yang telah melaksanakan penelitian ini di lapang dengan baik.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Achorn, F. P. and H. L. Balay. 1997. Produksi, pemasaran, dan penggunan pupuk-pupuk padat, larutan, dan suspensi. Dalam Teknologi dan Penggunaan Pupuk. Edisi Ketiga. Penerjemah D. H. Gunadi. Gadjah Mada University Press. hal. 724-751.

Deptan 2006. Keputusan Menteri Pertanian No 02/Pert/HK/2/2006 tentang pupuk organik dan pembenah tanah.

Deptan. 2007. Peraturan Menteri Pertanian No. 40/2007 tentang pemupukan P dan K padi sawah spesifik lokasi.

Machay, A.D., J. K. Syers. and P.E.H. Gregg. 1984. Ability of chemical extraction procedures to assess the agronomic effectiveness of phosphate rock material. New Zealand Journal of Agricultural Research 27: 219 – 230 Kadariah. 1988. Evaluasi Proyek Analisis Ekonomi. Edisi kedua. Universitas

Indonesia. Jakarta.

Nasution, M.Z. dan R. Sudarnoto. 2000. Efektivitas PMLT Suburin pada pembibitan utama tanaman karet. Hal 961-968 dalam Pros. Konggres Nasional HITI VII. Buku II. Himpunan Ilmu Tanah Indonesia. Bandung 2-4 Nopember 1999.

Ernawati, Rr., Ida Dwiwarni, Hasanah, dan Agusni. 2000. Pengaruh pemberian pupuk NPK Multiorganik pada tiga kultivar Cabai Merah. Hal 793-800 dalam dalam Pros. Konggres Nasional HITI VII. Buku II. Himpunan Ilmu Tanah Indonesia. Bandung 2-4 Nopember 1999.

Hayani, Slameto, dan Ade Sopendi. 2000. Kajian takaran pupuk NPK pada beberapa varietas jagung hibrida dan komposit di Sidorahayu-Lampung Selatan. Hal 845-852 dalam dalam Pros. Konggres Nasional HITI VII. Buku II. Himpunan Ilmu Tanah Indonesia. Bandung 2-4 Nopember 1999.

Wigena, I G.P., J. Purnomo, E. Tuherkih, dan A. Saleh. 2006. Pengaruh pupuk “slow release” majemuk padat terhadap pertumbuhan dan produksi kelapa sawit muda pada Xanthic Hapludox di Merangin, Jambi. Hal 10-21 dalam Jurnal Tanah dan Iklim No 24 Desember 2006. BB Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian.

Tuherkih, E., J. Purnomo, dan P, Nainggolan. 2007. Pengaruh pupuk Majemuk NPK terhadap produksi dan kualitas buah jeruk keprok di Kabupaten Karo, Sumatra Utara (Laporan Tahunan Balai Penelitian Tanah, Belum dipublikasikan)

Gambar

Tabel 7.  Kadar hara N, P, K, Ca, Mg tanaman padi 6 MST pada tanah  Inceptisol Cibungbulang, Kabupaten Bogor
Tabel 10.  Pengaruh pemupukan N, P, K terhadap bobot gabah pada Inceptisol  dari Bogor

Referensi

Dokumen terkait

perempuan pada dasarnya memiliki peran gender yang berbeda, yang pastinya berpengaruh pada pelaksanaan layanan konseling, namun hal tersebut tidak memunculkan perbedaan

Kelas kuliah terintegrasi dikandung maksud ada- lah ruang kelas perkuliahan ataupun kegiatan perku- liahan yang memiliki koneksi dengan pihak luar un- tuk mendapatkan materi

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bagaimana citra noise dapat direduksi dengan menggunakan metode gaussian lowpass filter.. Dari hasil nilai PSNR menunjukkan bahwa

Pada pengendalian Prototype Car Bomb shield sudah diuji coba menggunakan aplikasi desktop yang dibuat secara terpisah, proses pengujian Prototype Car Bomb shield antara

Aplikasi mobile SIG ATM BANK BNI di Kota Serangdibangun dengan menggunakan rancangan permodelan UML ( Unified Modeling Language) yang terdiri dari Use Case

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap motivasi belajar siswa di SMK Unggulan NU Mojoagung Jombang. Jenis penelitian ini

11 Sekolah rumah (homeschooling) adalah proses layanan pendidikan yang secara sadar, teratur dan terarah dilakukan oleh orang tua/ keluarga di rumah atau tempat-tempat lain