ANALISIS Z-SCORE UNTUK MEMPREDIKSI FINANCIAL DISTRESS
PADA PERUSAHAAN PULP AND PAPER
Maria Ulfah Febriani
mariaulfah.f@yahoo.comLailatul Amanah
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT
The purpose of this research is to find out the financial distress based on the analysis result by using Z-score at Pulp and Paper company which is listed in Indonesia Stock Exchange. The research type is using qualitative descriptive research. The population in this research is pulp and Paper Company which is listed in Indonesia Stock Exchange for 2 years period which are in the year of 2011 until 2012, the sample selection is using purposive sampling and the numbers of samples in this research are 7 pulp and paper companies. The data analysis technique is using qualitative descriptive method which are collecting, processing, and interpreting the data obtained theoretically. Based on the research result and the discussion by using Altman Z Score method at the pulp and paper company can be found that the financial condition of each company can be explained as follows: The company which has not indicated value of Z > 2.99 are: PT PKTK Tbk with the prediction value of Z in the year of 2013 is 8.359 and PT AN Tbk with the prediction value of Z in the year of 2013 is 3.713, there are five, it can be said that those two pulp and paper companies are in good condition; (2) The companies which have value of Z 1.20-2.99 are PT FSW with the prediction value of Z in the year of 2013 is 1.170, is followed by PT S Tbk with the prediction value of Z in the year 2013 is 2.073 and PT IKPP with the prediction value of Z in the year of 2013 is 2.044 as a result that all three companies can be categorized in the warning category; (3) The companies which have value of Z < 1.20 are PT TPL Tbk with the prediction value of Z in the year of 2013 is -5.716 and PT SAIP Tbk with the prediction value of Z in the year of 2013 is -1.775, both companies can be included financial distress.
Keywords: financial report, z-score and financial distress.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui financial distress berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan Z-Score pada perusahaan Pulp and Paper yang listing di Bursa Efek Indonesia.Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan pulp and paper yang listing di Bursa Efek Indonesia selama periode 2 tahun yaitu tahun 2011 sampai dengan tahun 2012, dengan pemilihan sampel menggunakan purposive sampling dengan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 7 perusahaan pulp and paper. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif kualitatif yaitu mengumpulkan, mengolah dan menginterprestasikan data yang diperoleh dengan teoritis.Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dengan menggunakan metode Altman Z Score pada perusahaan pulp and paper dapat diketahui kondisi keuangan masing-masing perusahaan dengan penjelasan sebagai berikut: (1) Perusahaan yang memiliki nilai Z > 2,99 antara lain: PT PKTK Tbk dengan nilai Z prediksi 2013 sebesar 8,359 dan PT AN Tbk dengan nilai Z prediksi 2013 sebesar 3,713, sehingga dua perusahaan pulp and paper tersebut dapat dikatakan sehat; (2) Perusahaan yang memiliki nilai Z 1,20-2,99 diantaranya PT FSW dengan nilai Z prediksi tahun 2013 sebesar 1,170, diikuti PT S Tbk dengan nilai Z prediksi tahun 2013 sebesar 2,073 dan PT IKPP dengan nilai Z prediksi tahun 2013 sebesar 2,044 sehingga ketiga perusahaan masuk kategori waspada.; (3) Perusahaan yang memiliki nilai Z < 1,20 diantaranya adalah PT TPL Tbk dengan nilai Z prediksi tahun 2013 sebesar -5,716 dan PT SAIP Tbk dengan nilai Z prediksi tahun 2013 sebesar -1,775, kedua perusahaan tersebut termasuk perusahaan yang tidak sehat (financial distress).
PENDAHULUAN
Dalam memasuki pasar bebas perdagangan dunia, aktivitas perekonomian di
Indonesia sedang gencar dilaksanakan. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi persaingan
yang semakin ketat antara pasar dalam negri dan luar negri dalam memperebutkan pangsa
pasar yang ada. Oleh karena itu, perusahaan dituntut untuk tanggap terhadap peluang
maupun permasalahan yang timbul pada saat ini maupun di masa yang akan datang.
Persaingan yang semakin ketat ini perusahaan dituntut untuk dapat bekerja lebih efektif
dan efisien sehingga dapat meningkatkan daya saing. Kebangkrutan merupakan masalah
yang sangat esensial yang harus di waspadai oleh perusahaan. Apabila suatu perusahaan
telah bangkrut berarti perusahaan tersebut benar-benar mengalami kegagalan usaha, oleh
karena itu perusahaan sedini mungkin untuk melakukan berbagai analisis terutama analisis
tentang kebangkrutan. Analisis kebangkrutan dilakukan untuk memperoleh peringatan
awal kebangkrutan (tanda-tanda awal kebangkrutan). Semakin awal tanda-tanda
kebangkrutan tersebut, semakin baik bagi pihak manajemen karena pihak manajemen bisa
melakukan perbaikanperbaikan. Pihak kreditur dan juga pihak pemegang saham bisa
melakukan persiapan-persiapan untuk mengatasi berbagai kemungkinan yang buruk
(Hanafi dan Halim, 2007:263).
Saat ini perusahaan yang go public memanfaatkan keberadaan pasar modal sebagai
sarana untuk mendapatkan sumber dana atau alternatif pembiayaan. Adanya pasar modal
dapat dijadikan sebagai alat untuk merefleksikan kinerja dan kondisi keuangan perusahaan.
Pasar akan merespon positif melalui peningkatan harga saham perusahaan jika kondisi
keuangan dan kinerja perusahaan bagus. Para investor dan kreditur sebelum menanamkan
dananya pada suatu perusahaan akan selalu melihat terlebih dahulu kondisi keuangan
perusahaan tersebut. Investor dan kreditor sebagai pihak yang berada diluar perusahaan
dituntut mengetahui perkembangan yang ada dalam perusahaan untuk mengamankan
investasi yang telah dilakukan. Ketidakmampuan untuk membaca sinyal-sinyal kesulitan
usaha akan mengakibatkan kerugian dalam investasi yang telah dilakukan. Untuk
mengatasi hal tersebut investor harus bisa mendeteksi kemungkinan kesulitan keuangan
adalah sinyal dari dalam perusahaan yang berupa indikator kesulitan keuangan (Darsono
dan Ashari, 2010:101). Berbagai analisis dikembangkan untuk memprediksi awal
kebangkrutan perusahaan. Analisis yang banyak digunakan adalah analisis diskriminan
Altman dimana analisis ini mengacu rasio-rasio keuangan perusahaan. Rasio
menggambarkan suatu hubungan atau pertimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan
jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio ini akan dapat
menjelaskan atau memberi gambaran kepada analisis tentang baik buruknya keadaan atau
posisi keuangan suatu perusahaan terutama angka rasio itu di banding rasio pembanding
yang digunakan sebagai standar (Munawir, 2012: 64), sedangkan yang digunakan dalam
analisis ini yaitu laporan neraca dan laporan laba rugi.
Dari laporan keuangan perusahaan dapat diperoleh informasi tentang posisi
keuangan, kinerja perusahaan, aliran kas perusahaan, dan informasi lain yang berkaitan
dengan laporan keuangan. Oleh karena itu, analisis laporan keuangan sangat dibutuhkan
untuk memahami informasi laporan keuangan. Setiap perusahaan dapat terancam
mengalami kesulitan keuangan tidak terkecuali pada perusahaan yang memproduksi
beberapa kebutuhan masyarakat. Terjadinya likuidasi atau kesulitan keuangan pada
sejumlah perusahaan tentu saja akan menimbulkan beberapa permasalahan yang berkaitan
dengan pemilik maupun karyawan yang harus kehilangan pekerjaannya. Resiko kesulitan
keuangan bagi perusahaan sebenarnya dapat dilihat dan diukur melalui laporan keuangan,
dengan cara melakukan analisis rasio terhadap laporan keuangan yang dikeluarkan oleh
perusahaan yang bersangkutan. Analisis rasio merupakan alat yang sangat penting untuk
mengetahui posisi keuangan perusahaan serta hasil-hasil yang telah dicapai sehubungan
dengan pemilihan strategi perusahaan yang telah dilaksanakan.
Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan salah satu sumber
informasi mengenai posisi keuangan perusahaan, kinerja serta perubahan posisi keuangan
yang sangat berguna untuk mendukung pengambilan keputusan yang tepat. Analisis
laporan keuangan tidak hanya digunakan untuk menunjukkan keberhasilan manajemen
mengelola perusahaan jangka pendek dengan menekankan pada satu aspek saja yaitu
keuangan. Untuk mengatasi kelemahan ini maka dapat dipergunakan alat analisis yang
menghubungkan beberapa rasio sekaligus untuk menilai kondisi keuangan perusahaan.
Analisis ini dikenal dengan nama analisis Z-Score. Model Altman (Z-Score) merupakan salah
satu model analisis multivariate yang berfungsi untuk memprediksi kebangkrutan
perusahaan dengan tingkat ketepatan dan keakuratan yang relatif dapat dipercaya. Model
Z-Score merupakan skor yang ditentukan dari hitungan standar dikalikan rasio-rasio
keuangan yang akan menunjukkan tingkat kemungkinan kebangkrutan perusahaan.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah penelitian
adalah: “Bagaimana menganalisis financial distress dengan Z-score pada perusahaan pulp and
paper
yang listing di Bursa Efek Indonesia?”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
financial distress
berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan Z-Score pada perusahaan
Pulp and Paper
yang listing di Bursa Efek Indonesia.
TINJAUAN TEORETIS
Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah laporan yang menyajikan informasi yang digunakan pada
pihak-pihak yang berkepentingan dari aktivitas ekonomi perusahaan. Menurut Munawir
(2012:2) laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai
alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan
pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut.
Sedangkan Baridwan (2008:17) laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses
pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi
selama tahun buku yang bersangkutan
Laporan keuangan memiliki tujuan masing-masing sesuai dengan kebijakan
perusahaan dan harus diterapkan sesuai prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku. Pernyataan
tersebut didukung pendapat oleh Harahap (2011:133), menggambarkan tujuan laporan
keuangan dibagi menjadi dua, yaitu: (1) Tujuan umum untuk menyajikan laporan posisi
keuangan, hasil usaha, dan perubahan posisi keuangan secara wajar sesuai prinsip akuntansi
yang diterima; (2) Tujuan khusus untuk memberi informasi tentang kekayaan, kewajiban,
kekayaan bersih, proyeksi laba, perubahaan kekayaan dan kewajiban, serta informasi yang
relevan.
Menurut pernyataan PSAK No. 1 yang menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan
untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan
arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan
dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggung
jawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan
kepada mereka (Ikatan Akuntansi Indonesia, 2009:9). Hanafi dan Halim (2007:31) tujuan
umum pelaporan keuangan adalah member informasi yang bermanfaat bagi investor,
kreditur, dan pemakai lainnya, sekarang atau masa yang akan datang (potensial) untuk
membuat keputusan investasi, pemberian kredit, dan keputusan lainnya yang serupa yang
rasional.
Komponen Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang disusun oleh manajemen perusahaan menurut Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI) (2009:13) terdiri dari: (1) Neraca (Balance Sheet); (2) Laporan laba
rugi (Income statement); (3) Laporan arus kas (Cash flow statement); (4) Laporan perubahan
ekuitas (Statement of charge in equity); (5) Catatan atas laporan Keuangan (Notes to financial
statement)
Analisis Laporan Keuangan
Menganalisis laporan keuangan berarti menggali lebih banyak informasi yang
dikandung suatu laporan keuangan. Pengertian analisis laporan keuangan menurut
Harahap (2011:190): Menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang
lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna
antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non-kuantitatif
dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam
proses menghasilkan keputusan yang tepat. Informasi yang ada pada laporan keuangan
hanyalah informasi yang berupa angka-angka yang merupakan rekaman dari transaksi yang
terjadi selama satu periode. Alat analitis yang digunakan biasanya adalah analisis laporan
keuangan yang berupa rasio-rasio laporan keuangan (Darsono dan Ashari, 2010:62). Hasil
dari analisis laporan keuangan pada akhirnya akan bisa menghilangkan situasi duga
menduga, ketidakpastian, pertimbangan pribadi, dan lain sebagainya. Sehingga akan
memperkuat keyakinan kita pada informasi yang ada sehingga keputusan yang diambil
akan lebih tepat.
Menurut Bernstein (dalam Prastowo, 2006:52) menjelaskan bahwa analisis laporan
keuangan merupakan suatu proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu
mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa
lalu, dengan tujuan utama untuk menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin
mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa mendatang. Sedangkan menurut
Bactiar dan Nurwahyu (2008:3) analisis laporan keuangan adalah aplikasi dari alat dan
teknik analitis untuk laporan keuangan bertujuan umum dan data data yang berkaitan
untuk menghasilkan estimasi dan kesimpulan yang bermanfaat dalam analisis bisnis.
Harahap (2008:190) analisis laporan keuangan berarti, mengurangi pos-pos laporan
keuangan menjadi unit informasi yang lebih dan melihat hubungan yang bersifat signifikan
atau mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kualitatif maupun
data non kualitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang
sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat.
Kesulitan Keuangan (
Financial Distress)
Menurut Munawir (2012:289) secara garis besar penyebab kesulitan keuangan biasa
dibagi menjadi dua yaitu faktor internal perusahaan maupun eksternal baik yang bersifat
khusus yang berkaitan langsung dengan perusahaan maupun yang bersifat umum.
Faktor internal yang bisa menyebabkan kesulitan keuangan (financial distress): (1)
Manajemen yang tidak efisien akan mengakibatkan kerugian terus menerus yang pada
akhirnya menyebabkan perusahaan tidak mampu membayar kewajibannya; (2) Pemborosan
dalam alokasi biaya, kurangnya keterampilan, dan keahlian manajemen; (3) Modal yang
dimiliki dengan jumlah utang-piutang yang dimiliki. Utang yang terlalu besar akan
mengakibatkan biaya bunga yang besar sehingga memperkecil laba bahkan bisa
mengakibatkan kerugian; (4)
Piutang yang terlalu besar juga akan merugikan karena
aset yang menganggur terlalu banyak sehingga tidak menghasilkan pendapatan pemegang
saham atau investor.
Menurut Darsono dan Ashari (2010:103-104) faktor eksternal adalah perubahan
dalam keinginan pelanggan yang tidak diantisipasi oleh perusahaan yang
mengakibatkan pelanggan lari sehingga terjadi penurunan dalam pendapatan. Kesulitan
bahan baku karena supplier tidak dapat memasok lagi kebutuhan bahan baku
yang digunakan untuk produksi. Terlalu banyak piutang yang diberikan kepada
debitur dalam jangka waktu pengembalian yang lama akan mengakibatkan banyak aset
yang menganggur yang tidak memberikan penghasilan sehingga mengakibatkan kerugian
yang besar bagi perusahaan. Hubungan yang tidak harmonis dengan kreditur juga bisa
berakibat fatal terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Persaingan bisnis yang
semakin ketat menuntut perusahaan agar selalu memperbaiki diri sehingga bisa
bersaing dengan perusahaan lain dalam memenuhi kebutuhan pelanggan.
Alat-alat dan Teknik Analisis Laporan Keuangan
Banyak alat dan teknik yang digunakan oleh analis laporan keuangan untuk
mengubah data keuangan menjadi format yang memudahkan evaluasi tentang kondisi
keuangan perusahaan dan kinerjanya dari waktu ke waktu dan perbandingan dengan
kompetitor dalam industri. Teknik analis yang digunakan adalah analisis rasio dan analisis
persentase yang memungkinkan untuk mengidentifikasi, mengkaji, dan merangkum
hubungan-hubungan yang signifikan dari data keuangan perusahaan. Menurut Harahap
(2011:20) teknik analisis laporan keuangan dapat digunakan dengan berbagai metode antara
lain: 1) Metode Komparatif; 2) Laporan keuangan bentuk Commond Size; 3) Metode Index
Time Series
; 4) Analisis rasio; 5) Teknik analisis lain seperti: (a) Analisis sumber dan
penggunaan dana, (b) Analisis Break Even, (c) Analisis gross profit; (d) Dupont analysis; dan 6)
Model Analisis seperti: (a) Z-score pediction model, b) Net cash flow prediction model, (c) Take
over prediction model.
Financial Distress
Financial distress
merupakan suatu situasi dimana aliran kas operasi sebuah
perusahaan tidak cukup memuaskan kewajiban-kewajiban yang sekarang (seperti
perdagangan kredit atau pengeluaran bunga) dan perusahaan dipaksa untuk melakukan
tindakan korektif (Sjahrial, 2007:453) Financial distress mungkin membawa suatu perusahaan
untuk menggagalkan suatu kontrak dan itu mungkin melibatkan restrukturisasi diantara
perusahaan, para krediturnya, dan para investor ekuitasnya. Definisi financial distress dapat
diperluas dengan kaitannya dengan kebangkrutan. Kebangkrutan yang didefinisikan dalam
balck’s law dirictionary
sebagai berikut: ”ketidak mampuan untuk membayar utang
seseorang:suatu kondisi yang demikian dari aktiva dan kewajiban seorang perempuan atau
laki-laki dimana yang terdahulu yang telah membuat dengan segera tersedia tidak cukup
untuk membuang nya lebih lanjut (Sjahrial, 2007:453).
Istilah kesulitan keuangan (financial distress) digunakan untuk mencerminkan adanya
permasalahan dengan likuiditas yang tidak dapat dijawab atau diatasi tanpa harus
melakukan perubahan skala operasi atau restrukturisasi perusahaan. Pengelolaan kesulitan
keuangan jangka pendek (tidak mampu membayar kewajiban keuangan pada saat jatuh
temponya) yang tidak tepat maka akan menimbulkan permasalahan yang lebih besar yaitu
menjadi tidak solvable (jumlah utang lebih besar dari pada jumlah aktiva) dan akhirnya
mengalami kebangkrutan (Munawir, 2012:291). Financial distress terjadi sebelum
kebangkrutan. Model financial distress perlu untuk dikembangkan, karena dengan
mengetahui kondisi financial distress perusahaan sejak dini diharapkan dapatdilakukan
tindakan-tindakan untuk mengantisipasi kondisi yang mengarah pada kebangkrutan.
Kebangkrutan dan Kegagalan
Kebangkrutan adalah kesulitan likuiditas yang sangat parah sehingga perusahaan
tidak mampu menjalankan operasi dengan baik. Kebangkrutan biasanya diartikan sebagai
kegagalan perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan laba.
Kebangkrutan juga sering disebut likuidasi perusahaan atau penutupan perusahaan atau
insolvabilitas. Alimiansyah dan Padji (dalam Iflaha, 2008:33) bahwa kebangkrutan dapat
diartikan sebagai pernyataan keadaan yang menunjukkan jalannya usaha yang sangat kritis
(genting) dan akhirnya jatuh pailit atau bangkrut. Kebangkrutan usaha telah diartikan
dengan berbagai cara untuk memperoleh yang jelas tentang masalah keuangan yang
dihadapi oleh suatu perusahaan. Namun kata-kata yang sering dijumpai dalam literatur
berkaitan dengan kebangkrutan adalah failure, insolvency. Meskipun kata-kata tersebut
terkadang disamakan tetapi sebenarnya mempunyai perbedaan.
Kebangkrutan sebagai kegagalan didefinisikan dalam beberapa arti (Martin et al.
dalam Indah, 2005) adalah: (1) Kegagalan dalam arti ekonomi berarti bahwa perusahaan
kehilangan uang atau pendapatan perusahaan tidak mampu menutup biaya sendiri, ini
berarti bahwa tingkat labanya lebih kecil dari kewajiban. Kegagalan terjadi bila arus kas
sebenarnya dari perusahaan tersebut jauh dibawah arus kas yang diharapkan; (2). Kegagalan
keuangan (financial failure) Kegagalan keuangan bisa diartikan sebagai insolvensi. Insolvensi
atas dasar arus kas ada dua bentuk: (a) Insolvensi teknis (tehnical insolvency); (b) Insolvensi
dalam pengertian kebangkrutan.
Menurut Munawir (2012:289) secara garis besar penyebab kesulitan keuangan biasa
dibagi menjadi dua yaitu faktor internal perusahaan maupun eksternal baik yang bersifat
khusus yang berkaitan langsung dengan perusahaan maupun yang bersifat umum.
Faktor internal yang bisa menyebabkan kesulitan keuangan (financial distress)
perusahaan meliputi: (a) Manajemen yang tidak efisien akan mengakibatkan kerugian
terus menerus yang pada akhirnya menyebabkan perusahaan tidak mampu membayar
kewajibannya; (b) Pemborosan dalam alokasi biaya, kurangnya keterampilan, dan keahlian
manajemen; (c) Modal yang dimiliki dengan jumlah utang-piutang yang dimiliki; (d)
Utang yang terlalu besar akan mengakibatkan biaya bunga yang besar sehingga
memperkecil laba bahkan bisa mengakibatkan kerugian; (e) Piutang yang terlalu besar
juga akan merugikan karena aset yang menganggur terlalu banyak sehingga tidak
menghasilkan pendapatan pemegang saham atau investor.
Secara garis besar penyebab kebangkrutan bisa dibagi menjadi dua yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari bagian internal
manajemen perusahaan. Sedangkan faktor eksternal bisa berasal dari faktor luar yang
berhubungan langsung dengan operasi perusahaan atau faktor perekonomian secara makro
(Darsono dan Ashari, 2010:102).
Analisis Model
Altman Z-score
Analisis Model Altman Z-score adalah analisis yang dirancang untuk membantu
memprediksi laporan keuangan, yaitu untuk mengungkapkan kekuatan dan kelemahan
relatif suatu perusahaan menunjukkan apakah posisi keuangan membaik atau memburuk
demi kelangsungan usaha perusahaan jadi analisis z-score lebih cocok digunakan skala
operasi perusahaan non bank
(Darsono dan Ashari, 2010:110)
. Menurut Munawir (2012:309)
bahwa analisis model Z-Score Altman memiliki berbagai macam model, yaitu: (1) Z score
Original (Zo) digunakan untuk perusahaan publik memiliki prediksi 94 % setahun sebelum
kebangkrutan dan dua tahun setelah kebangkrutan Rumus Z Score Altman Original (Zo):
Zo = 1,2.X1 + 1,4.X2 + 3,3.X3 + 0,6.X4 + 1,0.X5; (
2) Z score untuk perusahaan tertutup
maupun perusahaan go publik tetapi pada variabel X4 direvisi menjadi nilai buku dari nilai
pasar modal saham dan total hutang . Rumus Z Score Altman revisi (Za):
Za = 0,717.X1 +
0,847.X2 + 3,10.X3 + 0,42.X4 + 0,998.X5
Kelima rasio inilah yang akan digunakan dalam menganalisa laporan keuangan
sebuah perusahaan untuk kemudian mendeteksi kemungkinan terjadinya kesulitan
keuangan pada perusahaan tersebut. Uraian masing-masing variabel tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Modal kerja terhadap total harta (working capital to total assets) digunakan untuk
mengukur likuiditas aset perusahaan relatif terhadap total kapitalisasinya atau untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek.
Rumus working capital to total assets (X1)
Assets
Total
s
Liabilitie
Current
-Ratio
Current
assets
total
capital
Working
2. Laba ditahan terhadap total harta (retained earnings to total assets) digunakan untuk
mengukur keuntungan secara kumulatif. Rasio ini mengukur akumulasi laba selama
perusahaan beroperasi.
Rumus retained earning to total assets (X2)
Assets
Total
Earnings
Retained
assets
total
to
earnings
Retained
3. Pendapatan sebelum pajak dan bunga terhadap total harta (earnings before interest and
taxes to total assets
) digunakan untuk mengukur produktivitas yang sebenarnya dari aset
perusahaan. Rasio tersebut mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
dari aset yang digunakan.
Rumus earnings before interest and taxes to total assets (X3)
Assets
Total
Taxes
Income
Before
Earnings
assets
total
to
EBIT
4. Nilai pasar ekuitas terhadap nilai buku dari hutang (market value equity to book value of total
debt
) digunakan untuk mengukur seberapa banyak aset perusahaan dapat turun nilainya
sebelum jumlah hutang lebih besar daripada asetnya dan perusahaan menjadi pailit.
Rumus market value equity to book value of total debt (X4)
Debt
Total
of
Value
Book
Equity
Value
Market
BVTD
to
MVE
Pedoman pengambilan model Z-Score mengalami perkembangan dengan mengganti nilai
pasar, Altman kemudian menggunakan nilai buku saham biasa dan saham preferen
sebagai salah satu komponen dari X4
Debt
Total
of
Value
Book
Equity
Value
Book
BVTD
to
BVE
5. Penjualan terhadap total harta (sales to total assets) digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen dalam menghadapi kondisi persaingan.
Rumus sales to total assets (X5)
Assets
Total
Sales
turnover
assets
Total
Nilai kritis ditemukan sebagai 1,2. Hal tersebut berarti jika suatu perusahaan mempunyai
nilai Z di atas 1,2 maka perusahaan diperkirakan tidak mengalami kebangkrutan, dan
sebaliknya. Model tersebut kemudian bisa digunakan baik untuk perusahaan yang go public
maupun yang tidak go-public. Perbandingan nilai skor Z kritis dan skor daerah rawan
dengan model yang baru bisa dilihat pada tabel 1 berikut ini :
Tabel 1
Titik
Cut-off Model Z-Score
Klasifikasi
Dengan nilai pasar
Dengan nilai buku
Tidak bangkrut JIka
Bangkrut jika Z<
Daerah rawan
2,99
1,81
1,81-2,99
2,90
1,20
1,20-2,90
Sumber : Hanafi (2011:657)Penelitian Terdahulu.
Purwanti (2005) meneliti “Analisis Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Kondisi
Keuangan Financial Distress Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”.
Hasil penelitian menyimpulkan tidak ada rasio keuangan lain yang dapat digunakan sebagai
alat untuk memprediksi kondisi financial distress perusahaan selain rasio-rasio keuangan
yang digunakan dalam model altman.
Kartikawati (2008) meneliti “Analisis Z-Score Dalam Mengukur Kinerja Keuangan
Untuk Memprediksi Kebangkrutan Pada Tujuh Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek
Jakarta”. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan salah satu
sumber informasi yang dapat digunakan untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan,
kinerja serta membantu dalam pengambilan keputusan yang tepat. Metode penelitian yang
digunakan adalah dengan menggunakan metode Altman Z-Score. Kesimpulan dari skripsi
ini adalah PT. Gudang Garam Tbk dan PT. Kimia Farma Tbk berada pada kondisi sehat, PT.
Kalbe Farma Tbk berada pada kondisi sehat namun sempat berada pada kondisi bangkrut
dan gray area. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk berada pada kondisi gray area. PT Ultra
Jaya Milk Tbk berada pada kondisi gray area dan sempat dikatakan bangkrut. PT.
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk berada pada kondisi gray area dan sempat dikatakan
bangkrut. PT. Mayora Indah Tbk mempunyai kondisi keuangan yang naik turun. Secara
metodologi penggunaan metode Altman Z-Score dapat mengidentifikasi keadaan suatu
perusahaan.
Iflaha (2008) meneliti “Analisis Financial Distress Dengan Metode Z-Score Untuk
Memprediksi Kebangkrutan Perusahaan”. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa rata-rata
rasio working capital to total assets sebesar 0,101, retained earning to total assets sebesar 0,214,
earning before interest and taxes to total assets
sebesar 0,045, market value of equity to book value of
debt
sebesar 0,969 dan rata-rata rasio sales to total assets sebesar 2,103. Pada analisis Z-Score
terdapat empat perushaan yang berada pada kategori sehat, satu perusahaan yang berada di
grea area namun pada akhirnya bangkrut, empat perusahaan berada pada kategori
bangkrut. Pada analisis trend tidak terdapat satupun perusahaan yang mengalami trend
naik dan menurun, sehingga seluruh perusahaan mengalami trend fluktuatif.
Rerangka Pemikiran
Berdasarkan tinjauan teoretis serta permasalahan telah dikemukan, berikut ini
digambarkan model (bagan) rerangka analisis Z-Score untuk mengetahui potensi
kebangkrutan pada perusahaan Pulp and Paper. Rerangka pemikiran dalam penelitian ini
dapat digambarkan dalam suatu bagan seperti yang tersaji pada gambar 1 berikut ini:
Gambar 1
Rerangka Pemikiran
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian dan Gambaran dari Populasi (Objek) Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi
yang bersifat deskriptif. “Penelitian deskriptif yaitu prosedur pemecahan masalah yang
diselidiki, dengan menggunakan atau melukiskan keadaan obyek penelitian pada masa
sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau bagaimana adanya dengan berbentuk
kata-kata Bungin (2008:6).
Industri Pulp and Paper
Analisis Altman Z-Score
Za = 0,717 X1 + 0,847 X2 + 3,107 X3 + 0,42 X4 + 0,998 X5
Tidak Sehat
Tidak Kesulitan Keuangan
Kesulitan Keuangan
Waspada
Sehat
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012:119). Populasi dalam
penelitian ini adalah semua perusahaan pulp and paper yang listed di Bursa Efek Indonesia
terdiri dari PT FSW Tbk, PT S. Tbk, PT SAIP Tbk, PT TPL Tbk, PT PKTK Tbk, PT IKPP Tbk,
PT AN Tbk, dan PT KBRI Tbk.
Teknik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive
sampling
yaitu teknik pengambilan sampel dengan kriteria-kriteria atau
pertimbangan-pertimbangan tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti terhadap obyek yang akan diteliti
(Sugiyono, 2012:126). Adapun kriteria-kriteria dalam pengambilan sampel dalam penelitian
ini dapat dijelaskan sebagai berikut: (1) Saham perusahaan pulp and paper yang aktif
diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2011-2012; (2) Laporan keuangan
perusahaan pulp and paper tersedia di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2011-2012.
Tabel 2
Sampel Perusahaan
Pulp and Paper yang Listing di Bursa Efek Indonesia
No
Inisial Perusahaan
1
PT. FSW, Tbk
2
PT. S, Tbk
3
PT. SAIP, Tbk
4
PT. TPL, Tbk
5
PT. PKTK, Tbk
6
PT. IKPP, Tbk
7
PT. AN, Tbk
Sumber: Bursa Efek Indonesia Pojok STIESIA Surabaya
Teknik Pengumpulan Data
Dalam rangka mendapat data dan informasi untuk penyusunan penelitian, teknik
pengumpulan data melalui sumber data sekunder, yaitu teknik pengumpulan data dengan
cara memanfaatkan laporan keuangan perusahaan pulp and paper di Bursa Efek Indonesia
Pojok STIESIA Surabaya dari tahun 2011–2012.
Satuan Kajian
1. Kebangkrutan
Kebangkrutan dapat diartikan sebagai pernyataan keadaan yang menunjukkan jalannya
usaha yang sangat kritis (genting) dan akhirnya jatuh pailit atau bangkrut atau dapat
diartikan sebagai
ketidakmampuan perusahaan
untuk
membayar kewajiban
keuangannya pada saat jatuh tempo yang menyabkan perusahaan mengalami
kebangkrutan atau menyebabkan terjadinya perjanjian khusus dengan para kreditur
untuk mengurangi atau menghapus utangnya (Munawir, 2012:288)
2. Metode Z-Score
Altman z-score model yaitu untuk mengungkapkan kekuatan dan kelemahan relatif suatu
perusahaan menunjukkan apakah posisi keuangan membaik atau memburuk demi
kelangsungan usaha perusahaan tetapi pada variabel X4 direvisi menjadi nilai buku dari
nilai pasar modal saham dan total hutang. Rumus Z Score Altman revisi (Za) untuk
perusahaan yang go public:
Za = 0,717.X1 + 0,847.X2 + 3,107.X3 + 0,42.X4 + 0,998.X5
3. Perusahaan pulp and paper
Perusahaan pulp and paper adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang usaha
industri kertas dan industri terkait dengan bidang tersebut. Perusahaan pulp and paper
yang dipilih adalah perusahaan yang telah listing di Bursa Efek Indonesia atau sudah go
public
karena data-data yang diperoleh akan lebih akurat.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam
rangka memecahkan masalah. Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan metode
deskriptif kualitatif, yaitu dengan mengumpulkan, mengolah dan menginterprestasikan data
yang diperoleh sehingga memberikan keterangan yang benar dan lengkap yaitu dengan
cara:
1. Melakukan perhitungan terhadap rasio keuangan pada masing-masing perusahaan. Rasio
keuangan tersebut adalah:
X
1= Modal kerja/total aktiva (%) dengan rumus:
Assets
Total
s
Liabilitie
Current
-Ratio
Current
assets
total
capital
Working
X
2= Laba ditahan/ Total aktiva (%) dengan rumus:
Assets
Total
Earnings
Retained
assets
total
to
earnings
Retained
X
3= Laba sebelum bunga dan pajak / total aktiva (%)
Assets
Total
Taxes
and
Interest
Before
Earning
assets
total
to
EBIT
X
4= Nilai pasar dari modal/ nilai buku utang (%) dengan rumus:
Debt
Total
of
Value
Book
Equity
Value
Market
BVTD
to
MVE
X
5= Penjualan/total aktiva (%) dengan rumus:
Assets
Total
Sales
turnover
assets
Total
2. Menghitung Z-Score masing-masing perusahaan yang dijadikan obyek penelitian
dengan rumus Hanafi (2011 :657):
Za = 0,717.X1 + 0,847.X2 + 3,107.X3 + 0,42.X4 + 0,998.X5
3. Melakukan klasifikasi perusahaan berdasarkan titik cut off model Altman dengan
kriteria sebagi berikut:
a. Z < 1,81 = Perusahaan dalam kondisi bangkrut
b. 1,81 < Z < 2,99 = Perusahaan dalam kondisi rawan bangkrut
c. Z > 2,99 = Perusahaan dalam kondisi sehat
4. Membuat kesimpulan dengan berdasarkan titik cut off model Altman yang merupakan
kesimpulan dari penelitian ini.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Perhitungan Metode
Altman Z-Score
Analisis kebangkrutan dilakukan untuk memperoleh peringatan awal kebangkrutan.
Semakin awal tanda-tanda kebangkrutan tersebut, semakin baik bagi pihak manajemen
karena pihak manajemen bisa melakukan perbaikan-perbaikan. Dalam memprediksi
kebangkrutan perusahaan perlu memasukkann rasio-rasio keuangan kedalam model
Altman yang dapat menentukan besarnya kemungkinan kebangkrutan. Penerapan analisis
metode Altman Z-Score pada 7 perusahaan pulp and paper yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia selama tahun 2011 sampai 2012 beserta hasil perhitungan nilai variabel X1 sampai
X5 dan Z-Score pada masing-masing perusahaan. Nilai dari masing-masing variabel yang
terdiri dari modal kerja/total aktiva (X1), laba ditahan/total aktiva (X2), laba sebelum
pajak/total aktiva (X3), nilai pasar modal/nilai buku utang (X4), dan penjualan/total aktiva
(X5).
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan pulp and paper yang diperoleh dari Galeri
Investasi Bursa Efek Indonesia STIESIA Surabaya, maka dapat diketahui financial distress
dari masing-masing perusahaan pulp and paper dengan menghitung nilai variabel X1
sampai X5 dengan penjelasan sebagai berikut:
Tabel 3
Perhitungan Z-
Score PT FSW Tbk
(dalam Rupiah)
Keterangan
2012
2011
Aset Lancar
Rp 1,680,952,250,957
Rp 1,137,863,058,240
Kewajiban Lancar
Rp 2,879,319,498,802
Rp 861,199,320,481
Modal Kerja
Rp(1,198,367,247,845)
Rp 276,663,737,759
Saldo Laba
Rp 564,484,795,423
Rp 559,192,332,553
Beban Bunga
Rp 50,177,853,115
Rp 179,439,034,432
Laba Rugi Sebelum Pajak
Rp 11,029,481,502
Rp 182,076,423,484
Ebit
Rp (572,675,117,805)
Rp 1,197,371,528,228
Total Aset
Rp 5,578,334,207,456
Rp 4,936,093,736,569
Penjualan Bersih
Rp 3,987,782,936,544
Rp 4,123,728,086,965
Nilai Buku Hutang
Rp 3,771,344,290,709
Rp 3,134,396,282,692
Nilai Buku Saham
Rp 1,238,944,393,500
Rp 1,238,944,393,500
X1
(0.215)
0.056
X2
0.101
0.113
X3
(0.103)
0.243
X4
0.329
0.395
X5
0.715
0.835
Z
0.459
1.881
Sumber: Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia STIESIA Surabaya (diolah)
Berdasarkan Tabel 3 kondisi keuangan PT FSW Tbk menunjukkan penurunan dari
tahun 2011-2012 dimana, nilai Z-Score tahun 2010 sebesar 1,881, tahun 2011 menunjukkan
penurunan menjadi 0,459. Rata-rata Z-Score PT FSW Tbk selama tahun 2010-2011 adalah
0,585 dengan demikian kondisi keuangan masuk kategori tidak sehat. Adanya penurunan
nilai Z-Score pada PT FSW Tbk dikarenakan adanya penurunan modal kerja yang terdapat
pada perusahaan, sedangkan kewajiban lancar menunjukkan peningkatan.
Tabel 4
Perhitungan Z-
Score PT S Tbk
(dalam Rupiah)
Keterangan
2012
2011
Aset Lancar
Rp 482,596,835,881
Rp 371,564,331,873
Kewajiban Lancar
Rp 182,354,489,018
Rp 304,846,562,444
Modal Kerja
Rp 300,242,346,863
Rp 66,717,769,429
Saldo Laba
Rp 182,001,777,713
Rp 154,045,100,092
Beban Bunga
Rp 47,300,718,124
Rp 43,067,152,253
Laba Rugi Sebelum Pajak
Rp 53,663,026,543
Rp 44,417,304,471
Ebit
Rp 583,207,869,243
Rp 308,247,326,245
Total Aset
Rp 1,664,353,264,549
Rp 1,551,777,407,073
Penjualan Bersih
Rp 1,274,793,105,314
Rp 1,189,507,920,704
Nilai Buku Hutang
Rp 884,860,701,242
Rp 800,315,824,231
Nilai Buku Saham
Rp 596,818,663,200
Rp 596,818,663,200
X1
0.180
0.043
X2
0.109
0.099
X3
0.350
0.199
X4
0.674
0.746
X5
0.766
0.767
Z
2.350
1.803
Tabel 5
Berdasarkan Tabel 4 kondisi keuangan PT S Tbk menunjukkan peningkatan dari
tahun 2011-2012 dimana, nilai Z score tahun 2011 sebesar 1,803 menunjukkan peningkatan
menjadi 2,350 tahun 2012. Rata-rata Z-Score PT S Tbk selama tahun 2011-2012 adalah 2,076,
dengan demikian kondisi keuangan masuk kategori sehat.
Tabel 5
Perhitungan Z-
Score PT SAIP Tbk
(dalam Rupiah)
Keterangan
2012
2011
Aset Lancar
Rp 174,304,356,538
Rp 170,280,979,659
Kewajiban Lancar
Rp 205,119,015,588
Rp 57,013,644,168
Modal Kerja
Rp (30,814,659,050)
Rp 113,267,335,491
Saldo Laba
Rp (2,323,513,113,207)
Rp (2,160,693,470,643)
Beban Bunga
Rp 2,804,586,446
Rp 2,818,608,326
Laba Rugi Sebelum Pajak
Rp (123,394,838,206)
Rp 248,901,636,605
Ebit
Rp (2,474,918,024,017)
Rp (1,795,705,890,221)
Total Aset
Rp 1,975,958,750,400
Rp 2,067,405,320,348
Penjualan Bersih
Rp 245,840,318,623
Rp 357,120,210,416
Nilai Buku Hutang
Rp 696,824,557,751
Rp 625,451,485,135
Nilai Buku Saham
Rp 3,599,826,466,025
Rp 3,599,826,466,025
X1
(0.016)
0.055
X2
(1.176)
(1.045)
X3
(1.253)
(0.869)
X4
5.166
5.756
X5
0.124
0.173
Z
(2.597)
(0.950)
Sumber: Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia STIESIA Surabaya (diolah)
Berdasarkan Tabel 5 kondisi keuangan PT SAIP Tbk menunjukkan penurunan dari
tahun 2011-2012dimana, nilai Z score tahun 2010 sebesar (0,950), tahun 2011 menunjukkan
peningkatan juga negative menjadi (2,597). Rata-rata Z-Score PT SAIP Tbk selama Tahun
2011-2012 adalah -1,773, dengan demikian kondisi keuangan masuk kategori tidak sehat.
Tabel 6
Perhitungan Z-
Score PT TPL Tbk
(dalam Ribuan Rupiah)
Keterangan
2012
2011
Aset Lancar
Rp 48,010
Rp 61,987
Kewajiban Lancar
Rp 65,930
Rp 53,019
Modal Kerja
Rp (17,920)
Rp 8,968
Saldo Laba
Rp (567,722)
Rp (564,594)
Beban Bunga
Rp 2,922
Rp 2,759
Laba Rugi Sebelum Pajak
Rp (4,035)
Rp 521
Ebit
Rp (586,755)
Rp (552,346)
Total Aset
Rp 314,695
Rp 320,506
Penjualan Bersih
Rp 108,146
Rp 91,189
Nilai Buku Hutang
Rp 125,779
Rp 141,369
Nilai Buku Saham
Rp 334,361
Rp 334,355
X1
(0.057)
0.028
X2
(1.804)
(1.762)
X3
(1.865)
(1.723)
X4
2.658
2.365
X5
0.344
0.285
Z
(5.892)
(5.539)
Sumber: Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia STIESIA Surabaya (diolah)
Berdasarkan Tabel 6 kondisi keuangan PT TPL Tbk menunjukkan peningkatan dari
tahun 2011-2012 dimana, nilai Z-score tahun 2010 sebesar (5,539), tahun 2011 menunjukkan
peningkatan menjadi (5,892). Rata-rata Z-Score PT TPL Tbk selama Tahun 2011-2012 adalah
(5,720) dengan demikian kondisi keuangan masuk kategori tidak sehat.
Tabel 7
Perhitungan Z-
Score PT PKTK Tbk
(dalam Ribuan Rupiah)
Keterangan
2011
2010
Aset Lancar
Rp 327,815,305
Rp 271,268,159
Kewajiban Lancar
Rp 46,152,721
Rp 28,732,816
Modal Kerja
Rp 281,662,584
Rp 242,535,343
Saldo Laba
Rp 248,089,835
Rp 205,957,887
Beban Bunga
Rp 121,607
Rp 224,215
Laba Rugi Sebelum Pajak
Rp 67,194,615
Rp 50,270,400
Ebit
Rp 597,068,641
Rp 498,987,845
Total Aset
Rp 365,815,749
Rp 303,899,974
Penjualan Bersih
Rp 268,414,285
Rp 207,832,622
Nilai Buku Hutang
Rp 18,302,522
Rp 12,720,601
Nilai Buku Saham
Rp 52,016,000
Rp 52,016,000
X1
0.770
0.798
X2
0.678
0.678
X3
1.632
1.642
X4
2.842
4.089
X5
0.734
0.684
Z
8.106
8.631
Sumber: Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia STIESIA Surabaya (diolah)
Berdasarkan tabel 7 kondisi keuangan PT PKTK Tbk menunjukkan peningkatan dari
tahun 2011-2012 dimana, nilai Z score tahun 2011 sebesar 8.631 menunjukkan penurunan
menjadi 8,106. Adanya penurunan Z-Score pada tahun 2012 dikarenakan kewajiban lancar
dan nilai buku hutang menunjukkan peningkatan yang cukup besar. Rata-rata Z-Score PT
PKTK Tbk selama tahun 2011-2012 adalah 8,230, dengan demikian kondisi keuangan masuk
kategori sehat.
Tabel 8
Perhitungan Z-
Score PT IKPP Tbk
(Dalam Rupiah)
Keterangan
2012
2011
Aset Lancar
Rp 371,050,395
Rp 354,570,030
Kewajiban Lancar
Rp 319,184,194
Rp 345,396,207
Modal Kerja
Rp 51,866,201
Rp 9,173,823
Saldo Laba
Rp 57,188,042
Rp 44,864,970
Beban Bunga
Rp 34,515,092
Rp 32,994,415
Laba Rugi Sebelum Pajak
Rp 16,747,155
Rp 16,721,865
Ebit
Rp 160,316,490
Rp 103,755,073
Total Aset
Rp 561,840,337
Rp 570,360,266
Penjualan Bersih
Rp 621,233,560
Rp 586,317,697
Nilai Buku Hutang
Rp 350,354,905
Rp 375,532,688
Nilai Buku Saham
Rp 130,726,250
Rp 130,726,250
X1
0.092
0.016
X2
0.102
0.079
X3
0.285
0.182
X4
0.373
0.348
X5
1.106
1.028
Z
2.288
1.806
Sumber: Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia STIESIA Surabaya (diolah)
Berdasarkan Tabel 8 kondisi keuangan PT. IKPP Tbk menunjukkan peningkatan dari
tahun 2011-2012 dimana, nilai Z score tahun 2011 sebesar 1,806, tahun 2012 menunjukkan
peningkatan menjadi 2,288. Rata-rata Z-Score PT IKPP Tbk selama tahun 2011-2012 adalah
2,047, dengan demikian kondisi keuangan masuk kategori sehat.
Tabel 9
Perhitungan Z-
Score PT. AN Tbk
(dalam Rupiah)
Keterangan
2012
2011
Aset Lancar
Rp 653,979,251
Rp 801,272,202
Kewajiban Lancar
Rp 431,883,936
Rp 390,661,454
Modal Kerja
Rp 222,095,315
Rp 410,610,748
Saldo Laba
Rp 82,814,239
Rp 127,310,981
Beban Bunga
Rp 5,453,293
Rp 6,959,224
Laba Rugi Sebelum Pajak
Rp (19,870,330)
Rp 93,648,189
Ebit
Rp 290,492,517
Rp 638,529,142
Total Aset
Rp 921,277,510
Rp 917,662,004
Penjualan Bersih
Rp 1,264,409,623
Rp 1,361,898,489
Nilai Buku Hutang
Rp 418,165,581
Rp 359,020,275
Nilai Buku Saham
Rp 359,624,206
Rp 359,624,206
X1
0.241
0.447
X2
0.090
0.139
X3
0.315
0.696
X4
0.860
1.002
X5
1.372
1.484
Z
2.946
4.485
Sumber: Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia STIESIA Surabaya (diolah)