• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KESALAHAN BAHASA DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 1 SUKASADA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KESALAHAN BAHASA DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 1 SUKASADA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KESALAHAN BAHASA DISKUSI

DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 1 SUKASADA

Ni Md. Desy Purnamayani

1

, I Nym. Seloka Sudiara

2

, S.A.P Sriasih

3

1,2,3

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: desy_purnama21@yahoo.co.id, seloka_sudiara@yahoo.co.id,

sap.sriasih@yahoo.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan (1) kesalahan diksi bahasa diskusi dalam pembelajaran bahasa Indonesia siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Sukasada, (2) kesalahan struktur bahasa diskusi dalam pembelajaran bahasa Indonesia siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Sukasada, dan (3) kesalahan lafal bahasa diskusi dalam pembelajaran bahasa Indonesia siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Sukasada. Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Sukasada. Objek dalam penelitian ini adalah kesalahan diksi, struktur, dan lafal bahasa diskusi siswa. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi dan dokumentasi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ditemukan 373 kalimat yang mengandung kesalahan yang dituangkan dalam kartu data. Dari 373 kartu data, diperoleh 735 kesalahan, yaitu (1) kesalahan diksi berjumlah 309 (42,04%) yang terdiri atas 97 kesalahan penggunaan kata depan, 5 kesalahan penggunaan kata ganti, 14 kesalahan penggunaan idiom, 17 kesalahan penggunaan ungkapan penghubung, 61 kesalahan penggunaan kata bersinonim, 91 penggunaan unsur bahasa sehari-hari, dan 24 kata yang salah penggunaannya; (2) kesalahan struktur berjumlah 306 (41,63%) yang terdiri atas 31 kesalahan pembentukan kata, 1 kesalahan susunan kata, dan 274 kesalahan susunan kalimat; dan (3) kesalahan lafal berjumlah 120 (16,33%) yang terdiri atas 64 kata yang salah pengucapannya dan 56 pengucapan variasi dialek. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi umpan balik bagi siswa, guru bahasa Indonesia, sekolah, peneliti lain, pengguna bahasa dan pihak-pihak terkait.

Kata kunci: analisis kesalahan bahasa Indonesia, diksi, struktur, lafal

Abstract

This research aims at describing (1) error in diction of language use in learning discussion of Bahasa Indonesia subject at eleventh grade students in SMA Negeri 1 Sukasada, (2) error in language structure of language use in learning discussion of Bahasa Indonesia subject at eleventh grade students in SMA Negeri 1 Sukasada, and (3) pronunciation error of language use in learning discussion of Bahasa Indonesia subject at eleventh grade students in SMA Negeri 1 Sukasada. This research uses descriptive qualitative design. The subject of this research is eleventh grade students in SMA Negeri 1 Sukasada. The object of this research is error in diction, structure, and pronunciation of language use in learning discussion. The data of this study is collected throughout observation and documentation methods. This research uses descriptive qualitative research design. There are 373 sentences used in error input to 373 data cards. Based upon the 373 data cards, these result 753 errors, namely, (1) diction error as many as 309 errors (42,04%) which includes 97 errors in prepositions, 5 faultsin pronouns, 14 errors in idioms, 17 wrongness in conjunctions, 61 errors in synonym words, 91 errors in using daily language use, and 24 errors in words use; (2) language structure error amount to 306 (41,63%) involving 31 errors in word form, 1 single error in words formation, and 274 faults in sentences formation; and the last is (3) pronunciation error amount to 120 (16,33%) which requires 64 errors in pronouncing wordsand 56 faults in wordspronunciation ofdialect

(2)

variation. The result of this study is expected to be able to provide feedback for students, Indonesia language teacher, school, other researchers, language users and related parties.

Key word: error analysis in bahasa Indonesia, diction, structure, pronunciation

PENDAHULUAN

“Pergunakanlah bahasa Indonesia dengan baik dan benar”, demikian imbauan yang sering disampaikan oleh para pembina bahasa Indonesia, baik secara tertulis maupun secara lisan. Bahasa yang baik adalah bahasa yang sesuai dengan situasi pemakaiannya, sedangkan bahasa yang benar adalah bahasa yang memenuhi kaidah-kaidah kebahasaannya (Sudiara, 2006:128). Imbauan tersebut mengundang pertanyaan, “Apakah penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar itu belum dicapai saat ini? Apakah penggunaan bahasa Indonesia saat ini masih belum baik dan benar?”

Imbauan tersebut bukan tanpa alasan. Banyak kenyataan kegiatan berbahasa sehari-hari dapat dikemukakan sebagai contoh guna memperkuat alasan tersebut. Salah satunya adalah adanya sikap arogan mereka yang semestinya menjadi contoh masyarakat paternalistik. Terhadap masyarakat yang masih bersifat paternalistik, sikap atau gaya berbahasa tokoh yang dijadikan contoh berdampak psikologis: masyarakat menganggap bahwa bahasa yang digunakan si tokoh yang dijadikan contoh sudah benar dan pantas ditiru. Akibatnya, masyarakat akan menirukan begitu saja, tanpa koreksi.

Di samping itu, dewasa ini, sebenarnya sebagian besar masyarakat Indonesia sudah cukup mampu berbahasa Indonesia. Akan tetapi, tidak dapat dimungkiri bahwa masih banyak warga masyarakat seperti “enggan” mempelajarinya dengan serius. Begitulah, jika bahasa Indonesia dipandang hanya sebagai alat komunikasi. Setelah

seseorang merasa mampu

menggunakannya, merasa mampu menyatakan pikiran dan gagasan dalam bahasa Indonesia, dan orang lain mampu memahaminya, dianggap selesailah tugas mempelajari bahasa Indonesia itu. Namun, harus disadari bahwa bahasa Indonesia bukanlah sekadar alat

komunikasi. Bagi bangsa Indonesia yang ingin menampilkan diri sebagai bangsa yang beridentitas, beradab, dan berkepribadian, bahasa Indonesia merupakan salah satu sarana pengungkapan diri (Sudiara, 2006:128). Hal itu berarti bahwa melalui penggunaan bahasa Indonesia, bangsa Indonesia menyatakan peradaban, identitas, dan kepribadiannya.

Kesalahan berbahasa sering terjadi pada situasi atau bidang-bidang tertentu yang memang menuntut adanya keteraturan kaidah berbahasa, terutama pada pemakaian bahasa yang tidak hanya mengutamakan faktor komunikatif sebagai hasil akhir dalam aktivitas berbahasa. Salah satu contohnya, proses belajar-mengajar di sekolah, yang notabene merupakan situasi resmi, menuntut adanya keteraturan kaidah berbahasa. Penguasaan terhadap bahasa Indonesia jelas diperlukan dalam interaksi belajar-mengajar di sekolah.

Bahasa Indonesia yang baik dan benar identik dengan bahasa Indonesia baku. Bahasa baku ialah bahasa yang digunakan oleh masyarakat yang paling luas pengaruhnya dan paling besar wibawanya (Sumadiria, 2010:7). Bahasa baku digunakan dalam situasi resmi, baik lisan maupun tertulis. Bahasa lisan yang bersifat resmi digunakan dalam berkhotbah, memberikan ceramah, berdiskusi, dan memimpin rapat. Bahasa tertulis yang bersifat resmi digunakan dalam surat-menyurat resmi, menulis laporan resmi, buku pelajaran, skripsi, disertasi, dan menulis undang-undang.

Salah satu fungsi bahasa Indonesia baku adalah sebagai kerangka acuan benar-salah, yang meliputi aspek kebahasaan, seperti tata bahasa, istilah, dan pembendaharaan kata yang digunakan sebagai pedoman bagi penuturnya. Bahasa Indonesia baku memiliki tiga kaidah dasar, yaitu (1) susunan kata bahasa Indonesia mengikuti hukum DM (diterangkan-menerangkan),

(3)

(2) tidak mengenal perubahan bentuk kata benda akibat penjamakan, dan (3) tidak mengenal tingkatan dalam pemakaian (Sudiara, 2006:113--116).

Akan tetapi, sebagaimana umumnya, kaidah bahasa itu tidak mutlak sifatnya. Hukum DM ini pun ada perkecualiannya. Ada sejumlah kelompok kata dalam bahasa Indonesia yang tidak mengikuti hukum DM, tetapi mengikuti hukum MD (menerangkan-diterangkan). Hal ini terjadi pada kelompok kata depan,

kata bilangan, kata keterangan, kata majemuk bermakna kias, dan kata majemuk dari kata asing (Sudiara, 2006:113--114).

Agar suatu pembicaraan dapat mencapai tujuan, pembicara harus memiliki kemampuan dan keterampilan untuk menyampaikan informasi kepada orang lain dengan menggunakan bahasa yang efektif. Hal inilah yang harus dimiliki oleh siswa, sebab interaksi edukatif yang terjadi di dalam kelas merupakan interaksi yang menggunakan ragam bahasa formal. Pemilihan kata (diksi) perlu diperhatikan oleh siswa ketika menyampaikan gagasannya. Pemilihan kata dalam berbicara harus jelas, tepat, dan menarik (Romli, 2003:105). Dengan kata lain, pemilihan kata dalam berbicara harus sesuai dengan maknanya, mengena, dan mengundang simpati atau keinginan untuk memperhatikan. Setidaknya, pemilihan kata yang tepat dapat merangsang antusiasme pendengar. Dengan adanya antusiasme, gagasan yang disampaikan akan lebih mudah diterima dan komunikasi akan berjalan lebih efektif.

Berkenaan dengan struktur kalimat, bahasa Indonesia baku diisyaratkan memakai kalimat efektif, yang didukung oleh pemakaian kata-kata atau istilah-istilah yang tepat, lazim, dan benar. Hal ini dilakukan komunikator untuk menyampaikan pesan atau informasi kepada komunikan sehingga informasi tersebut dapat diterima dengan baik.

Lafal atau ucapan juga merupakan hal yang cukup penting dalam berbahasa. Ketepatan dan kejelasan ucapan penutur akan menentukan tingkat kualitas pemakaian bahasa seseorang. Kendatipun sampai saat ini belum ada ketetapan yang pasti mengenai lafal baku

dalam bahasa Indonesia, tidaklah berarti bahwa lambang-lambang bunyi atau kata-kata bahasa Indonesia bisa diucapkan atau dilafalkan seenaknya saja. Setidaknya, lafal kata tersebut tidak menyimpang dari abjadnya.

Ketiga aspek berbahasa dalam berbicara seperti yang disebutkan di atas menjadi sangat penting ketika siswa menyampaikan gagasan dalam berdiskusi di kelas, sebab penyampaian gagasan terjadi di dalam kelas dan interaksi di dalam kelas dapat dikatakan sebagai interaksi formal. Tentu saja, dalam sebuah interaksi formal, dibutuhkan bahasa dengan kaidah-kaidah baku. Oleh sebab itu, dipandang perlu untuk melatih siswa menggunakan struktur kalimat yang benar, lafal yang tepat, serta pilihan kata yang sesuai dalam menyampaikan gagasan.

Ada anggapan bahwa semakin tinggi jenjang sekolah, semakin matang kemampuan berbahasanya. Benarkah demikian? Belum ada penelitian yang membenarkan anggapan tersebut. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai penggunaan bahasa Indonesia siswa kelas XI SMA Negeri 1 Sukasada. Sebagai langkah awal, penelitian dilakukan terhadap penggunaan bahasa diskusi siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan berupa penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, baik pada siswa SMA Negeri 1 Sukasada maupun siswa di luar sekolah itu.

Ketika observasi awal pada proses diskusi kelas XI di SMA Negeri 1 Sukasada, penggunaan bahasa siswa masih mengandung kesalahan-kesalahan, antara lain dari aspek struktur, diksi (pilihan kata), dan lafal (ucapan). Salah satu wacana yang pernah diungkapkan oleh salah seorang siswa ketika berdiskusi adalah “Buk, saya ingin nanyak”. Terdapat kesalahan diksi dan lafal pada kalimat tersebut. Kesalahan diksi terletak pada penggunaan kata “nanyak” yang merupakan kata yang tidak baku dalam bahasa Indonesia. Salah satu ciri bahasa Indonesia baku adalah hadirnya imbuhan

(4)

dan konsisten. Kesalahan lafal terletak pada penggunaan kata “buk” yang merupakan variasi dialek (nonbaku) yang tidak seharusnya digunakan dalam situasi formal. Wacana tersebut seharusnya bisa diungkapkan seperti “Bu, saya ingin bertanya”. Contoh wacana lain yang pernah diungkapkan siswa adalah “Saya kurang jelas”. Terdapat kesalahan struktur pada wacana tersebut. Wacana “Saya kurang jelas” tergolong kalimat tidak logis. Secara logika, siswa yang mengucapkan kalimat tersebut jelas keberadaannya, tetapi ia mengatakan bahwa dirinya kurang jelas. Wacana tersebut seharusnya bisa diungkapkan dengan “Saya belum mengerti dengan jelas pendapat Anda”.

Kesalahan semacam itu tentu akan berpengaruh pada kualitas berbahasa siswa itu sendiri. Oleh sebab itu, sebagai calon pendidik di bidang bahasa Indonesia, peneliti merasa bertanggung jawab menanggulangi hal tersebut. Untuk merealisasikan tanggung jawab dan guna mengetahui penggunaan bahasa Indonesia para siswa tersebut, peneliti merasa perlu mengadakan penelitian tentang kesalahan bahasa Indonesia lisan siswa dari aspek diksi, struktur, dan lafal.

Dipilihnya kelas XI di SMA Negeri 1 Sukasada didasarkan pada hasil observasi awal terhadap proses diskusi di sekolah tersebut. Dalam proses belajar, baik dalam menyampaikan gagasan maupun berdiskusi, banyak siswa yang mengabaikan struktur, diksi, dan lafal dalam berbahasa Indonesia. Hal ini cenderung dikesampingkan oleh guru dalam penilaian pembelajaran dengan metode diskusi. Hal ini juga akan berpengaruh terhadap penggunaan bahasa siswa. Karena mengetahui penggunaan bahasa mereka tidak menjadi kriteria penilaian, siswa cenderung menggunakan bahasa yang seenaknya, padahal di dalam kelas dibutuhkan penggunaan bahasa yang formal. Melalui penelitian ini diharapkan guru dapat lebih memperhatikan penggunaan bahasa siswa, tidak semata-mata menilai kebenaran atau ketepatan gagasan siswa sebab penggunaan bahasa yang baik dapat mencerminkan pemikiran seorang siswa. Dengan melihat kesalahan

penggunaan bahasa siswa dalam menyampaikan gagasan, guru dapat memberikan perhatian terhadap penggunaan bahasa siswa. Dengan melihat kesalahan-kesalahan tersebut, guru dapat melatih kembali aspek berbicara siswa agar siswa dapat menggunakan bahasa yang tepat dalam forum yang tepat.

Penelitian tentang analisis kesalahan bahasa diskusi belum pernah dilakukan, meskipun ada penelitian yang serupa tentang analisis berbahasa yang dilaksanakan oleh beberapa peneliti lainnya. Dewi (2013), misalnya, meneliti tentang kesalahan bahasa lisan guru SMP Laboraturium Undiksha Singaraja. Yang membedakan dengan penelitian ini adalah subjek penelitian dan objek penelitiannya. Subjek penelitian Dewi adalah guru bidang studi bahasa Indonesia di SMP Laboratorium Undiksha Singaraja, sedangkan subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri 1 Sukasada. Objek yang diteliti oleh Dewi adalah kesalahan berbahasa guru bidang studi bahasa Indonesia, sedangkan objek penelitian ini adalah kesalahan bahasa diskusi siswa. Wijayanti (2012) juga meneliti tentang kesalahan bahasa Indonesia. Wijayanti meneliti kesalahan bahasa Indonesia dalam karya ilmiah siswa kelas XI IA di SMA Negeri 1 Sawan. Yang membedakan dengan penelitian ini adalah subjek penelitian dan objek penelitiannya. Subjek penelitian Wijayanti adalah siswa kelas XI IA SMA Negeri 1 Sawan, sedangkan subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri 1 Sukasada. Objek dalam penelitian Wijayanti adalah kesalahan bahasa dalam karya ilmiah yang tergolong bahasa tulis, sedangkan objek penelitian ini adalah kesalahan bahasa diskusi yang tergolong bahasa lisan.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merumuskan beberapa permasalahan berkaitan kesalahan bahasa diskusi siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Sukasada adalah sebagai berikut. (1) Bagaimanakah kesalahan diksi bahasa diskusi dalam pembelajaran bahasa Indonesia siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Sukasada? (2) Bagaimanakah kesalahan struktur bahasa diskusi dalam

(5)

No. Data : ... Data : ... Bidang Kesalahan : ... Sumber : ... Pembahasan : ... Perbaikan

: ...

pembelajaran bahasa Indonesia siswa

kelas XI di SMA Negeri 1 Sukasada? (3) Bagaimanakah kesalahan lafal bahasa diskusi dalam pembelajaran bahasa Indonesia siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Sukasada? Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) kesalahan diksi bahasa diskusi dalam pembelajaran bahasa Indonesia siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Sukasada, (2) kesalahan struktur bahasa diskusi dalam pembelajaran bahasa Indonesia siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Sukasada, dan (3) kesalahan lafal bahasa diskusi dalam pembelajaran bahasa Indonesia siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Sukasada.

METODE PENELITIAN

Uraian metode penelitian ini meliputi (1) rancangan penelitian, (2) subjek penelitian dan objek penelitian, (3) metode pengumpulan data dan instrumen penelitian, dan (4) teknik analisis data.

Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif. Penelitian deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan data yang berkaitan dengan kesalahan bahasa diskusi dalam pembelajaran bahasa Indonesia ditinjau dari aspek diksi, struktur, dan lafal pada siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Sukasada.

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Sukasada. Objek penelitian ini adalah kesalahan diksi, struktur, dan lafal pada bahasa diskusi dalam pembelajaran bahasa Indonesia siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Sukasada.

Pengumpulan data dilakukan dengan tujuan memperoleh data yang diharapkan. Data yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Data kualitatif ini berupa kalimat-kalimat yang disampaikan oleh siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Sukasada.

Ada tiga kelompok data yang dicari dalam penelitian ini, yaitu data yang berkaitan dengan kesalahan berbahasa dari aspek diksi, struktur, dan lafal. Data yang dicari adalah untuk menjawab masalah yang dikaji dalam penelitian ini berdasarkan rumusan masalah. Data yang pertama mengenai kesalahan berbahasa siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Sukasada

dari aspek diksi. Data yang kedua mengenai kesalahan berbahasa siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Sukasada dari aspek struktur. Data yang ketiga mengenai kesalahan berbahasa siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Sukasada dari aspek lafal.

Untuk mengumpulkan data tersebut, peneliti menggunakan metode pengumpulan data, yaitu dengan metode observasi dan metode dokumentasi. Kedua metode ini dilakukan secara bersamaan. Observasi dilakukan peneliti sendiri dengan cara mengamati proses pembelajaran yang dilakukan dalam kelas. Pada saat observasi, peneliti melakukan perekaman dengan tape recorder.

Rekaman diskusi kemudian ditranskripsikan. Dari transkrip (dokumen) itulah peneliti menemukan data kesalahan penggunaan bahasa Indonesia siswa dalam berdiskusi, dalam wujud diksi, struktur, dan lafal. Kesalahan (dalam bentuk kalimat) itu dikartukan dalam bentuk kartu data. Jadi, setiap kartu data diisi sebuah kalimat.

Dalam setiap kartu data minimal terdapat sebuah kesalahan, baik dalam bentuk diksi, struktur, maupun lafal saja. Itu berarti tidak tertutup kemungkinan bahwa dalam kartu data terdapat lebih daripada sebuah kesalahan. Dengan demikian, sangat dimungkinkan bahwa jumlah kesalahan lebih banyak daripada jumlah kartu data.

Contoh kartu data,

Analisis data ini menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif, yaitu data yang telah dikumpulkan melalui prosedur-prosedur, seperti perekaman, pengartuan sampai pada penyimpulan, disusun secara sitematis, dan digambarkan dengan kata-kata atau kalimat dalam rangka memperoleh suatu simpulan umum.

Analisis data dalam penelitian ini mencakup empat tahap, yaitu 1)

(6)

identifikasi data, 2) klasifikasi data, 3) penyajian data, dan 4) verifikasi dan penarikan kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sumber data dalam penelitian ini adalah bahasa diskusi siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Sukasada dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Dalam penelitian ini, data yang diperoleh adalah kesalahan diksi, struktur, dan lafal bahasa diskusi siswa.

Penelitian dilakukan mulai dari tanggal 10 September 2013 sampai dengan 16 November 2013. Jumlah seluruh siswa yang menyampaikan gagasan dalam diskusi sebanyak 99 dari 130 siswa yang terbagi dalam enam kelas. Penelitian dihentikan ketika peneliti mendapatkan data jenuh, yaitu data yang mengandung kesalahan yang sama yang dilakukan secara berulang-ulang oleh siswa.

Peneliti melakukan perekaman penggunaan bahasa siswa selama diskusi berlangsung di dalam kelas. Rekaman diskusi kemudian ditranskripsikan. Peneliti menemukan 896 kalimat. Dari 896 kalimat, ditemukan 373 kalimat yang mengandung kesalahan. Kesalahan-kesalahan itu dituangkan dalam 373 kartu data (dari nomor urut 001 sampai dengan nomor urut 373). Dalam setiap kartu data (kalimat) minimal terdapat sebuah kesalahan; dimungkinkan juga lebih daripada satu kesalahan yang sama ataupun dari bidang kesalahan yang berbeda. Dengan demikian, jumlah kesalahan secara keseluruhan jauh lebih banyak daripada jumlah kartu yang ada.

Hasil penelitian ini mencakup tiga hal, meliputi kesalahan diksi, struktur, dan lafal bahasa diskusi siswa.

Berikut disajikan tabel rekapitulasi kesalahan bahasa diskusi siswa.

No. Kode

Siswa Diksi Struktur Lafal

1 IA1.1 11 6 7 2 IA1.2 7 3 2 3 IA1.3 17 9 5 4 IA1.4 2 7 2 5 IA1.5 6 7 1 6 IA1.6 12 9 4 7 IA1.7 18 9 4 8 IA1.8 4 5 2 9 IA1.9 7 1 1 10 IA1.10 3 4 1 11 IA1.11 8 9 3 12 IA1.12 8 7 3 13 IA1.13 10 13 2 14 IA1.14 3 7 2 15 IA1.15 10 5 5 16 IA1.16 2 6 2 17 IA1.17 5 4 2 18 IA1.18 6 4 2 19 IA2.1 1 4 1 20 IA2.2 0 1 1 21 IA2.3 1 2 1 22 IA2.4 4 2 0 23 IA2.5 0 1 0 24 IA2.7 3 2 1 25 IA2.8 5 3 0 26 IA2.9 2 1 3 27 IA2.10 4 2 2 28 IA2.11 2 10 1 29 IA2.12 0 1 0 30 IA2.13 3 1 1 31 IA2.14 4 8 0 32 IA2.15 2 2 0 33 IA2.17 3 3 1 34 IS1.2 4 4 2 35 IS1.4 1 3 0 36 IS1.5 1 2 2 37 IS1.6 0 3 1 38 IS1.8 0 2 0 39 IS1.9 2 3 1 40 IS1.15 1 2 1 41 IS1.18 1 1 0 42 IS1.20 1 3 1 43 IS1.22 3 3 1 44 IS1.23 1 0 1 45 IS1.27 2 4 1 46 IS1.29 0 0 1 47 IS2.1 1 2 2 48 IS2.2 1 1 0 49 IS2.3 3 4 2 50 IS2.5 1 0 0 51 IS2.6 1 0 0 52 IS2.7 2 1 0 53 IS2.8 3 3 2 54 IS2.10 3 1 1 55 IS2.11 2 1 0 56 IS2.14 3 3 1 57 IS2.15 0 3 1 58 IS2.16 1 2 1

(7)

59 IS2.18 2 2 0 60 IS2.19 1 0 0 61 IS2.20 0 1 0 62 IS2.22 2 0 0 63 IS2.23 0 1 0 64 IS2.24 0 3 2 65 IS2.25 1 0 0 66 IS2.27 4 5 2 67 IS2.28 2 2 0 68 IS2.29 2 0 0 69 IS2.30 2 3 1 70 IS2.31 3 3 1 71 IB1.1 0 4 1 72 IB1.2 0 5 0 73 IB1.3 1 3 0 74 IB1.4 2 2 1 75 IB1.5 4 3 4 76 IB1.6 3 4 2 77 IB1.7 6 4 0 78 IB1.8 5 1 2 79 IB1.9 0 3 0 80 IB1.10 1 6 1 81 IB1.11 8 2 0 82 IB1.12 6 7 3 83 IB1.13 2 3 2 84 IB1.14 8 0 3 85 IB1.15 6 1 0 86 IB1.16 6 1 1 87 IB1.17 2 1 0 88 IB2.2 4 7 2 89 IB2.4 0 3 1 90 IB2.5 0 1 0 91 IB2.6 1 3 0 92 IB2.7 2 2 1 93 IB2.8 1 0 0 94 IB2.9 2 1 1 95 IB2.10 1 0 1 96 IB2.11 1 3 2 97 IB2.12 1 1 1 98 IB2.13 3 3 1 99 IB2.14 3 3 0 Total 309 306 120 Tabel 01 Rekapitulasi Kesalahan Bahasa

Diskusi Siswa Kelas XI di SMA Negeri 1 Sukasada

Jumlah kesalahan bahasa diskusi siswa kelas XI SMA Negeri 1 Sukasada adalah sebanyak 735 kesalahan. Adapun jumlah keseluruhan kesalahan pada masing-masing bidang yang diteliti, yaitu (1) kesalahan diksi sebanyak 309 kesalahan (42,04%) yang terdiri atas 97

kesalahan penggunaan kata depan, 5 kesalahan penggunaan kata ganti, 14 kesalahan penggunaan idiom, 17 kesalahan penggunaan ungkapan penghubung, 61 kesalahan penggunaan kata bersinonim, 91 penggunaan unsur bahasa sehari-hari, dan 24 kata-kata yang salah penggunaannya; (2) kesalahan struktur sebanyak 306 kesalahan (41,63%) yang terdiri atas 31 kesalahan pembentukan kata, 1 kesalahan susunan kata, dan 274 kesalahan susunan kalimat; dan (3) kesalahan lafal sebanyak 120 kesalahan (16,33%) yang terdiri atas 64 kesalahan kata-kata yang salah pengucapannya dan 56 kesalahan pengucapan variasi dialek. Adapun kesalahan bahasa Indonesia yang tidak ditemukan dalam penelitian ini, meliputi kata bermakna denotasi dan konotasi, makna khusus-umum, pengucapan abjad, dan pengucapan singkatan.

Pilihan kata merupakan aspek yang sangat penting dalam kegiatan berbahasa karena pilihan kata yang tidak tepat selain dapat menyebabkan ketidakefektifan bahasa yang digunakan, juga dapat mengganggu kejelasan informasi yang sampaikan (Mustakim, 1994:41). Pemilihan kata dalam berbicara harus jelas, tepat, dan menarik. Dengan kata lain, pemilihan kata dalam berbicara harus sesuai dengan maknanya, mengena, dan mengundang simpati atau keinginan untuk memperhatikan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesalahan terbanyak dalam gagasan siswa terdapat pada bidang diksi yang ditemukan sebanyak 309 kesalahan, khususnya pada penggunaan kata depan berjumlah 97. Hal ini disebabkan oleh kekurangtahuan siswa dalam memilih kata depan yang sesuai dengan konteks kalimat. Selain itu, guru kurang memberikan pemahaman kepada siswa mengenai penggunaan kata depan dalam proses belajar mengajar sehingga siswa memilih kata tersebut secara manasuka.

Struktur bahasa, dalam penelitian ini, dibatasi pada pembentukan kata, susunan kata, dan susunan kalimat. Bentukan kata berkaitan dengan pengimbuhan kata, pengulangan kata, dan penggabungan kata; susunan kata berkaitan dengan hukum DM

(8)

(diterangkan-menerangkan) dan hukum MD (menerangkan-diterangkan); sedangkan susunan kalimat dibatasi pada kalimat efektif.

Dalam penelitian ini ditemukan 306 kesalahan pada bidang struktur. Kesalahan terbanyak terdapat pada subbidang susunan kalimat, yaitu 274 kesalahan. Hal ini disebabkan oleh kecenderungan siswa tidak memperhatikan unsur-unsur kalimat dalam menyampaikan gagasan sehingga unsur-unsur tersebut menjadi kabur. Selain itu, siswa sering menggunakan kalimat yang terlalu panjang dan berlebihan. Hal ini juga dapat mengganggu keutuhan dan kepaduan kalimat.

Untuk menghasilkan suatu komunikasi yang efektif dalam ragam formal, pembicara harus terbiasa mengucapkan bunyi-bunyi bahasa dengan baik. Pengucapan bunyi-bunyi bahasa yang kurang jelas, akan membingungkan pendengar dalam menangkap maksud penutur.

Kesalahan lafal dalam penelitian ini berjumlah 120. Kesalahan lafal meliputi pengucapan abjad, pengucapan singkatan, kata-kata yang sering salah pengucapannya, dan variasi dialek. Hanya saja, peneliti tidak menemukan kesalahan pengucapan abjad dan pengucapan singkatan pada bahasa diskusi dalam pembelajaran bahasa Indonesia siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Sukasada.

Kesalahan lafal dalam penelitian ini disebabkan oleh penggunaan bahasa pergaulan dalam menyampaikan gagasan. Hal ini tidak dibenarkan, sebab situasi belajar mengajar merupakan situasi formal yang menuntut siswa dan guru berbicara dengan bahasa yang baku.

Dalam penelitian ini kesalahan paling banyak ditemukan pada bidang diksi berjumlah 309, diikuti bidang struktur yang berjumlah 306, dan kesalahan pada bidang lafal berjumlah 120.

Dari 373 data, terdapat beberapa data yang mengandung kesalahan sama yang dilakukan secara berulang-ulang oleh siswa. Contoh kesalahan yang sama pada aspek diksi, yaitu penggunaan kata depan dari yang menyatakan ‘milik’ sebanyak 80 data, penggunaan kata ganti

kita sebanyak 2 data, dan penggunaan

unsur bahasa sehari-hari yang seharusnya tidak diucapkan dalam situasi formal, seperti kata makasi (seharusnya

terima kasih) sebanyak 12 data, kata tapi

(seharusnya tetapi) sebanyak 21 data, dan kata udah (seharusnya sudah) sebanyak 25 data. Contoh kesalahan yang sama pada aspek struktur, yaitu pembentukan kata mengkomentari

(seharusnya mengomentari) sebanyak 6 data dan pembentukan kata

mempengaruhi (seharusnya

memengaruhi) sebanyak 4 data. Contoh

kesalahan yang sama pada aspek lafal, yaitu pengucapan kata Indonesia yang seharusnya diucapkan dengan [i] seperti pada kata indah sebanyak 4 data dan pengucapan kata mengomentari yang seharusnya diucapkan dengan [e] seperti pada kata kera sebanyak 45 data.

Sangat disayangkan, dari 130 siswa, hanya 99 siswa yang berbicara dalam diskusi. Ketika diminta berpendapat oleh guru, mereka hanya diam saja. Pada saat inilah, kreativitas guru diperlukan untuk merangsang siswa agar mau mengeluarkan gagasannya. Guru dianjurkan ‘memaksa’ siswa berbicara dalam diskusi. Kalau siswa tidak berbicara, guru tentu akan sulit menggevaluasi penggunaan bahasa lisan siswa. Dengan kata lain, guru sulit mengetahui kompetensi berbahasa lisan siswa.

Di samping itu, peneliti menemukan data yang memiliki kesalahan pengucapan unsur bunyi, sebut saja ‘bunyi kodok’, seperti bunyi e... yang cukup banyak, yaitu sejumlah 110 kesalahan. Bunyi tersebut sangat mengganggu dan mencerminkan seseorang tidak siap berbicara. Pengucapan e... tidak termasuk ke dalam kesalahan bahasa yang peneliti cari sehingga jumlah data yang mengandung kesalahan tersebut tidak dimasukkan ke dalam tabel rekapitulasi dan tabel rincian kesalahan bahasa diskusi siswa.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan sajian, analisis data, dan pembahasan hasil penelitian yang telah dipaparkan, secara umum dapat disimpulkan bahwa kesalahan bahasa

(9)

diskusi dalam pembelajaran bahasa Indonesia siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Sukasada secara kumulatif berjumlah 735 kesalahan, yaitu (1) kesalahan diksi berjumlah 309 (42,04%), (2) kesalahan struktur berjumlah 306 (41,63%), dan kesalahan lafal berjumlah 120 (16,33%).

Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan, hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut. (1) Kesalahan diksi dalam bahasa diskusi siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Sukasada terdiri atas kata depan, kata ganti, idiom, ungkapan penghubung, kata bersinonim, unsur bahasa sehari-hari, dan kata-kata yang sering salah pemakaiannya. Kesalahan pada subbidang kata depan paling banyak ditemukan dalam bahasa diskusi siswa, yaitu sebanyak 97 kesalahan. (2) Kesalahan struktur dalam bahasa diskusi siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Sukasada terdiri atas kesatuan, kepaduan, dan keringkasan kalimat. Kesalahan terbanyak terdapat pada keringkasan kalimat disebabkan oleh penggunaan kata berlebih-lebihan atau pleonastis, yaitu sebanyak 100 kesalahan. (3) Kesalahan lafal dalam bahasa diskusi siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Sukasada terdiri atas kata-kata yang salah pengucapannya dan variasi dialek. Kesalahan pada bidang lafal disebabkan oleh penggunaan bahasa pergaulan dalam menyampaikan gagasan. Hal ini tidak dibenarkan, sebab situasi belajar mengajar merupakan situasi formal yang menuntut siswa dan guru berbicara dengan bahasa yang baku. (4) Di samping itu, peneliti menemukan data yang mengandung kesalahan pengucapan unsur bunyi, sebut saja ‘bunyi kodok’, seperti bunyi e... yang cukup banyak, yaitu sejumlah 110 kesalahan. Bunyi tersebut sangat mengganggu dan mencerminkan seseorang tidak siap berbicara. Pengucapan e... tidak termasuk ke dalam kesalahan bahasa yang peneliti cari sehingga jumlah data yang mengandung kesalahan tersebut tidak dimasukkan ke dalam tabel rekapitulasi dan tabel rincian kesalahan bahasa diskusi siswa. (5) Dari 130 siswa, hanya 99 siswa yang berbicara. Ketika diminta berpendapat oleh guru, mereka hanya diam saja. Hal

itulah yang menyebabkan 31 siswa yang tidak berbicara dalam diskusi tidak memiliki data kesalahan bahasa.

Keterampilan berbicara merupakan satu dari empat keterampilan berbahasa yang wajib dimiliki semua orang. Selain kemampuan mengucapkan kata demi kata dengan baik, seorang penutur juga dituntut untuk memperhatikan konteks atau situasi dalam bertutur sehingga dapat membedakan situasi pemakaian bahasa baku dan tidak baku.

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, dan penarikan simpulan yang telah diuraikan sebelumnya, peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut. (1) Bagi siswa, hasil penelitian ini hendaknya dijadikan bahan evaluasi diri setelah mengetahui kesalahan-kesalahan dalam berbahasa Indonesia yang telah dilakukan, baik di bidang diksi, struktur, maupun lafal. (2) Bagi guru bahasa Indonesia, hasil penelitian ini hendaknya sebagai bahan refleksi mengajar dalam pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya pada aspek berbicara dengan memperhatikan diksi, struktur, dan lafal bahasa. Walaupun materi kebahasaan tidak tersurat dalam kurikulum, guru bahasa Indonesia hendaknya memberi contoh kepada siswa mengenai cara berbicara dalam situasi formal yang memperhatikan kaidah kebahasaan. Di samping itu, guru bahasa Indonesia dianjurkan ‘memaksa’ siswa berbicara dalam diskusi. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kompetensi bahasa siswa jika ingin mengadakan evaluasi penggunaan bahasa lisan siswa itu sendiri. (3) Bagi sekolah, khususnya sumber data, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi mengenai penggunaan bahasa Indonesia yang benar untuk menyempurnakan kualitas baik komunikasi antara siswa dan guru maupun antara siswa dan siswa di dalam kelas. (4) Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi jika melakukan penelitian sejenis. (5) Bagi pengguna bahasa pada umumnya, dalam berbicara agar menghindarkan pengucapan bunyi kodok, seperti bunyi

e.... Bunyi tersebut sangat mengganggu

dan mencerminkan seseorang tidak siap berbicara.

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan dkk. 2003. Tata Bahasa Baku

Bahasa Indonesia Edisi Ketiga.

Jakarta: Balai Pustaka.

Arifin, Zaenal. 1985. Cermat Berbahasa

Indonesia. Jakarta: MSP.

Arikunto, Suharsimi. 1997. Prosedur

Penelitian, Suatu Pendekatan

Praktek. Yogyakarta: Rineka Cipta.

---. 2002. Prosedur Penelitian, Suatu

Pendekatan Praktek. Jakarta:

Rineka Cipta.

Badudu, J.S. 1968. Pelik-Pelik Bahasa

Indonesia. Bandung : Pustaka Prima.

---. 1985. Cakrawala Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia.

Chaer, Abdul. 1993. Gramatika Bahasa

Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Dantes, Nyoman. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1997. Tata Bahasa Baku Bahasa

Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Dewi, Ni Putu Juniana. 2013. “Analisis Kesalahan Bahasa Guru Bahasa Indonesia SMP Laboratorium Undiksha: Tinjauan Aspek Struktur dan Diksi”. Skripsi (tidak diterbitkan). Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Keraf, Gorys. 1980. Komposisi. Ende-Flores: Nusa Indah.

Mustakim. 1994. Membina Kemampuan

Berbahasa. Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama.

Parera, Jos Daniel. 1988. Belajar Mengemukakan Pendapat. Jakarta:

Erlangga.

Putrayasa, Ida Bagus dan Ketut Dibia. 2010. “Bahasa Indonesia: Teori dan Aplikasinya”. Buku Ajar (tidak

diterbitkan). Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Putrayasa, Ida Bagus. 2009. Kalimat

Efektif (Diksi, Struktur, dan Logika).

Bandung : PT. Rafika Aditama.

Suandi, I Nengah. 2008. Pengantar

Metodologi Penelitian Bahasa.

Singaraja : Universitas Pendidikan Ganesha.

Sudiara, I Nyoman Seloka. 2006. “Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia”. Modul (tidak diterbitkan). Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

---. 2008. “Antara yang Lazim dan yang Benar: Bahasa Indonesia Aplikasi”.

Bahan Ajar (tidak diterbitkan). Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan kualitatif, kuantitatif dan R&B). Bandung:

Alfabeta.

---. 2010. Metode Penelitian Pendidikan

Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Sumadiria, Haris. 2010. Bahasa Jurnalistik: Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis. Bandung: Simbiosa

Rekatama Media.

Tarigan, H.G.1984. Pengajaran Ejaan

Bahasa Indonesia. Bandung:

Angkasa.

Tarigan, Henry Guntur dan Jago Tarigan. 1988. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung:

Angkasa.

Wijayanti, Luh Eka. 2012. “Kesalahan Bahasa Indonesia dalam Karya Ilmiah Siswa Kelas XI IA SMA Negeri 1 Sawan”. Skripsi (tidak diterbitkan). Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

(11)

Gambar

Tabel 01 Rekapitulasi Kesalahan Bahasa  Diskusi Siswa Kelas XI di SMA Negeri 1

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana banjir, mengurangi akibat yang ditimbulkan ketika banjir terjadi, menggambarkan potensi risikonya,

ABSTRAK : Pada penetitian ini pembentukan kokristal asam usnat-N- methyl -D -glucamine bertujuan untuk meningkatkan kelarutan dan laju disolusi asam usnat serta uji

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (A) faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) pada Kecamatan Jebres Kota Surakarta,

Analisis Total Bakteri Dan Total Koliform Dalam Sari Kedelai Selama Proses Penyimpanan Pada Suhu Kamar Dan Hubungannya ” adalah hasil karya saya, dan dalam

Hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan : 1) Kelompok nelayan Malos 3 merupakan kelompok nelayan yang memiliki aktivitas menangkap ikan dengan bebagai jenis alat tangkap,

Dilakukan  Pengamatan  pertumbuhan  pada  kacang  hijau   setiap  hari  selama  7  hari,  hasil  di  catat  di  dalam  tabel..  1  Keterangan  perlakuan  pada

Hasil ingin dicapai setelah adanya kegiatan perancangan dan promosi, tentunya adalah keberhasilan produk perancangan untuk dapat digunakan sebagai media pembelajaran alternatif

Surat Keputusan Pembetulan adalah surat keputusan yang membetulkan kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan/atau kekeliruan dalam penerapan ketentuan tertentu