BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang MasalahDalam mengejar dan memenuhi kebutuhan tenaga listrik yang meningkat terus dari tahun ke tahun, PLN harus melakukan pembangunan – pembangunan pada sistem pembangkitan, penyaluran dan distribusi. Kita ketahui berkembangnya modernisasi pada kehidupan menuntut agar penyediaan energi listrik harus tetap berkembang, maka PT.PLN (PERSERO) sebagai salah satu perusahaan terbesar yang bergerak di bidang kelistrikan dituntut dapat memenuhi pasok distribusi listrik yang memadai bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Banyaknya pembangunan gardu atau pengoperasian gardu baru pada saat sekarang ini dilaksanakan berdasarkan permintaan konsumen PB/PD (Pembangunan Baru/Penambahan Daya. Dengan dasar – dasar laporan tersebut maka selanjutnya direncanakan pembangunan gardu baru. Pembangunan dan pengoperasian gardu baru adalah salah satu tindakan untuk mencukupi kebutuhan masyarakat di bidang listrik, salah satu contohnya adalah Pengoperasian Gardu Portal RMU CPD 086, dikarenakan daerah Cipondoh adalah salah satu daerah yang berkembang di Tangerang. PLN dituntut selalu menyediakan Energi Listrik ke pelanggan dengan mutu dan keandalan yang memadai, serta layak atau tidaknya suatu peralatan untuk dipakai ditentukan dengan lulus pemeriksaan dari pihak komisioning, dan memasuki tahap pengoperasian gardu.
1.2. TUJUAN Penilitian
Tujuan dari penelitian dalam proyek akhir ini adalah
1. Untuk mengetahui proses atau tahap tahap pengoperasian gardu distribusi yang baru dibangun pada gardu CPD 086 PT.PLN (PERSERO) Area Cikokol dan menuangkan ilmu pada karya tulis Proyek Akhir ini.
2. Sebagai salah satu hasil dari pembelajaran yang dipelajari selama dibangku kuliah dan kerja magang.
1.3. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut: 1.Dapat mengetahui proses atau tahap – tahap pengoperasian gardu
portal rmu.
2.Meningkatkan pengetahuan dan mempelajari penyaluran energi listrik pada gardu portal rmu.
1.4. Rumusan Masalah
Dalam penulisan proyek akhir ini, penulis merumuskan masalah pokok yang dibahas : Jelaskan cara mengoperasikan gardu portal rmu cpd 086 ?
1.5. BATASAN MASALAH
Untuk membatasi masalah agar proyek akhir ini terarah dan tidak keluar dari konteks yang dibahas, maka penulis membatasi ruang lingkup permasalahan hanya sebatas membahas tentang Pengoperasian Gardu Portal RMU pada Gardu CPD 086 PT. PLN (PERSERO) Area Cikokol, dan Comissioning tidak membahas pembangunan gardu.
1.6. Sistematika Penelitian
Pada Tugas Akhir ini dibagi menjadi lima bab berdasarkan sistematika penulisan tugas akhir, agar mudah dipahami oleh pembaca. Adapun susunan sistematika penulisan sebagai berikut : bab 1 berisi pendahuluan dari keseluruhan materi penulisan, bab II berisi landasan teori yang menerangkan tentang battery charger, bab III berisi tentang metodologi penelitian pada tugas akhir, bab IV berisi pembahasan permasalahan pada tugas akhir, bab V berisi penutup pada tugas akhir.
BAB II
Sistem Distribusi
Sistem distribusi adalah sistem yang berfungsi mendistribusikan tenaga listrik kepada para konsumen atau pemanfaat.Sistem Distribusi terbagi menjadi dua, yaitu :
1. Sistem Distribusi Sekunder 2. Sistem Distribusi Primer
Pada sistem distribusi ini akan menjelaskan pembahasan tentang Sistem Distribusi Primer.
2.1. Sistem Distribusi Primer
Sistem distribusi primer disebut sistem Jaringan Tegangan Menengah (JTM) dengan tegangan operasi nominal 20 kV, 12 kV atau 6 kV. Bentuk saluran distribusi yang umum digunakan di PT PLN (Persero) adalah Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) dan Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM). Penyaluran pada sistem distribusi ada 2 yaitu:
1. Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)
Saluran udara tegangan menengah berfungsi menyalurkan daya listrik dari gardu induk ke gardu-gardu distribusi atau pelanggan tegangan menengah dan dari gardu distribusi ke gardu distribusi lain melalui SUTM dengan tegangan kerja 20 kV. SUTM adalah sarana untuk menyalurkan daya listrik yang dipasang di udara dan ditempatkan di atas tiang dengan cara dan konstruksi tertentu sesuai ketentuan yang berlaku. Keunggulan pemakaian SUTM adalah harga lebih ekonomis dibandingkan dengan penggunaan SKTM, namun dari
sisi keandalan SKTM lebih handal dibandingkan SUTM karena relatif begitu terpengaruh oleh pepohonan ataupun gangguan cuaca.
2. Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM)
Saluran kabel tegangan menengah ini adalah konstruksi kabel bawahtanah yang aman dan andal untuk mendistribusikan tenaga listrik tegangan menengah, tetapi relatif lebih mahal untuk penyaluran daya yang sama. Penggunaan Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM) sebagai jaringan utama distribusi tenaga listrik adalah sebagai upaya utama peningkatan kualitas distribusi. Dibandingkan dengan SUTM, penggunaan SKTM akan memperkecil resiko kegagalan operasi akibat faktor eksternal atau meningkatkan keamanan ketenagalistrikan.
Kabel SKTM adalah kawat yang diisolasikan, sehingga tahan terhadap tegangan tertentu antara satu penghantar dengan penghantar lainnya, maupun penghantar dengan tanah yang dibungkus suatu pelindung, sehingga terhindar dari pengaruh keadaan dan gangguan dalam tanah.
2.2. Penyulang
Penyulang adalah Jaringan PLN yang berfungsi menyalurkan listrik dengan tegangan 20.000 Volt, dari Gardu Induk menuju Gardu Distribusi. Nantinya di Gardu Distribusi ini listrik diiubah tegangannya menjadi 380 Volt atau 220 Volt, untuk disalurkan ke pelanggan umum. Ada juga yang disalurkan kepada pelanggan dengan level tegangan masih 20.000 Volt, makanya disebut dengan pelanggan khusus.
2.3. Gardu Distribusi
Gardu distribusi merupakan komponen dari suatu sistem distribusi yang berfungsi untuk menghubungkan atau mendistribusikan jaringan tenaga listrik ke konsumen tegangan menengah maupun konsumen tegangan rendah.
Macam – macam Gardu Distrbusi :
1. Gardu Beton
Seluruh komponen utama instalasi yaitu transformator dan peralatan pembagi,terangkai didalam bangunan sipil yang dirancang, dibangun dan difungsikan dengan konstruksi pasangan batu dan beton. Konstruksi ini dimaksudkan untuk pemenuhan persyaratan terbaik bagi keselamatan ketenagalistrikan. Gardu beton merupakan gardu distribusi yang terbuat dari tembok dengan atap di cor dari semen
Gambar 2.1. Gardu Beton
2.Gardu Kios
Gardu tipe ini adalah bangunan terbuat dari konstruksi baja, fiberglass atau kombinasinya, yang dapat dirangkai di lokasi rencana pembangunan gardu distribusi. Terdapat beberapa jenis konstruksi, yaitu Kios Kompak, Kios Modular dan Kios Bertingkat. Gardu ini dibangun pada tempat-tempat yang tidak diperbolehkan membangun Gardu Beton. Kapasitas maksimum adalah 400 kVA, dengan 4 jurusan Tegangan Rendah. Khusus untuk Kios Kompak, seluruh instalasi komponen utama gardu sudah dirangkai selengkapnya di pabrik, sehingga dapat langsung di angkut kelokasi dan disambungkan pada system distribusi yang sudah ada untuk difungsikan sesuai tujuannya.
Gambar 2.2. Gardu Kios
3. Gardu Portal
Gardu Portal dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Gardu Portal Konvensional
Umumnya konfigurasi Gardu Tiang yang dicatu dari SUTM dimana peralatan pengaman lebur Fuse Cut-Out (FCO) sebagai pengaman hubung singkat transformator dengan elemen pelebur (pengaman lebur link type
expulsion) dan Lightning Arrester (LA) sebagai sarana pencegah naiknya
tegangan pada transformator akibat surya petir.
b. Gardu Portal Compact (RMU)
Gardu Portal RMU (Ring Main Unit) adalah gardu listrik dengan konstruksi sama dengan gardu Portal, dengan penempatan kubikel jenis RMU/modular dalam lemari panel (metal clad) yang terhindar dari air hujan dan debu, dan dipasangkan pada jaringan SUTM/SKTM. Ring Main Unit adalah gardu distribusi yang berfungsi menyalurkan tenaga listrik dari sumber ke beban. Pemakaian RMU ini digunakan bila lahan untuk tanah gardu tidak ada dan jaringan tegangan menengahnya mempergunakan kabel tanah. Gardu portal RMU adalah gardu pasangan luar yang konstruksinya dibangun pada tiang, transformator dipasang pada bagian atas, Kubikel dan lemari phb-tr pada bagian bawah.
2.4. Gardu Portal RMU
2.4. Gardu Portal RMU
Gardu Portal RMU (Ring Main Unit) adalah gardu listrik dengan konstruksi sama dengan gardu Portal, dengan penempatan kubikel jenis RMU
dalam lemari besi atau tembok yang terhindar dari air hujan dan debu, dan dipasangkan pada jaringan SKTM atau SUTM. Ring Main Unit adalah gardu distribusi yang berfungsi menyalurkan tenaga listrik dari sumber ke beban. Pemakaian RMU ini digunakan bila lahan untuk tanah gardu tidak ada dan jaringan tegangan menengahnya mempergunakan kabel tanah. Gardu portal RMU adalah gardu pasangan luar yang konstruksinya dibangun pada dua tiang, transformator dipasang pada bagian atas, Kubikel dan lemari phb-tr pada bagian bawah.
2.5. Gardu Portal RMU
2.4.1. Kelebihan Gardu Portal Compact (RMU) dan Konvensional 1. Gardu portal Compact (RMU)
a) Komponen utama terdiri dari trafo, kubikel, dan PHB-TR
b) Pengaman trafo terdapat dalam kubikel, yang dilakukan oleh fuse TM.
2. Gardu Portal Konvensional
a) Komponen utama hanya terdiri dari trafo distribusi, dan PHB-TR. b) Pengaman trafonya dilakukan oleh FCO (fuse cut out).
Tabel 2.1. Tabel Perbedaan Gardu Portal RMU dan Porat Konvensional
Komponen Portal RMU Portal Konvensional
Trafo √ √ PHB – TR √ √ Kubikel √ X FCO X √ Lightning Arrester √ √ Fuse TM √ X
2.5. Material (Komponen) yang terdapat pada Gardu Portal RMU 2.5.1. Kubikel 20 kV
Kubikel 20 kv adalah seperangkat peralatan listrik yang dipasang pada gardu distribusi yang berfungsi sebagai pembagi, pemutus, penghubung pengontrol dan proteksi sistem penyaluran tenaga listrik tegangan 20 kV. Pada gardu portal RMU, digunakan kubikel sebagai pembagi, pemutus dan pengontrol dan proteksi sistem penyaluran tegangan menengah yang terdiri dari LBS (Incoming), LBS (Outgoing), dan Transformator Protection.
Gambar 2.6. Kubikel RMU
1. Cara Kerja Atau Fungsi Umum Kubikel
Pada umumnya kubikel terdapat 3 kotak atau 3 lemari, yang pertama kubikel LBS (Load Break Switch) incoming, yang kedua kubikel LBS (Load
Break Switch) outgoing, dan ketiga ada kubikel Transformer Protection.
Diagram satu garis (Single line diagram) adalah gambar sirkit listrik yang berbentuk simbol – simbol yang sudah distandarkan sehingga memudahkan pemahamannya. Seorang operator harus memahami arti gambar dan prinsip kerja dari single line diagram yang berbentuk simbol tersebut sehingga tahu adanya perubahan yang terjadi pada peralatan kubikel dan pengaruhnya pada jaringan saat dioperasikan.Dengan mengetahui fungsi dari 3 kotak kubikel ini maka akan diketahui pula kerja dari kubikel, berikut penjelasan tentang fungsinya dengan diagram satu garis (single line diagram).
Gambar 2.7. Diagram Satu Garis a. LBS Incoming
Berfungsi sebagai penerima tegangan atau arus dari gardu distribusi yang satu penyulang darinya, yang mana nantinya akan dikirim kembali melalui outgoing untuk dikirim ke gardu distribusi selanjutnya yang masih satu penyulang.
b. LBS Outgoing
Berfungsi sebagai pengirim atau pengantar arus atau tegangan yang diterima oleh incoming dari gardu distribusi sebelumnya yang masih satu penyulang ke gardu distribusi berikutnya yang masih dalam satu penyulang.
c. TP (Transformator Protection)
Tranformator Protection merupakan pengantar tenaga atau tegangan pada
sisi primer trafo, setelah itu pada sisi sekunder trafo akan di kirim ke PHB-TR sehingga tegangan tadi diturunkan menjadi tegangan yang akan di
pergunakan oleh pelanggan umum. Pada TP ini terdapat di dalamnya suatu komponen yang bernama fuse, berguna untuk pengamanan trafo. Misal jika trafo mengalami hubung singkat maka yang akan bekerja terlebih dahulu untuk memutus arus adalah fuse yang ada didalam TP tersebut.
2.5.2. Transformator
Transformator atau sering disebut trafo adalah suatu alat listrik yang digunakan untuk menurunkan tegangan. Transformator digunakan secara luas, baik dalam bidang tenaga listrik maupun elektronika. Penggunaan transformator dalam sistem tenaga memungkinkan terpilihnya tegangan yang sesuai, dan ekonomis untuk tiap tiap keperluan misalnya kebutuhan akan tegangan tinggi dalam pengiriman daya listrik jarak jauh.
Gamba 2.8. Transformator
Semakin besar kapasitas trafo maka menentukan kondisi penggunaan tiang.
Berikut penggunaan tiang berdasarkan kapasitas transformator :
Tabel 2.2. Kapasitas trafo berdasarkan banyaknya tiang pada gardu portal Kapasitas (KVA) Penggunaan Tiang pada Gardu Portal
250 KVA 2 Tiang
315 KVA 2 Tiang
400 KVA 2 Tiang
630 KVA 4 Tiang
1000 KVA dst Harus pada gardu beton
2.5.3. Saluran Kabel Tanah Tegangan Menengah (SKTM)
Konstruksi SKTM ini adalah konstruksi yang aman dan andal untuk mendistribusikan tenaga listrik Tegangan Menengah, tetapi relatif lebih mahal untuk penyaluran daya yang sama.
Gambar 2.9. SKTM
Penandaan Kabel SKTM
Menggunakan kode pengenal dari masing-masing bahan pada kabel dimulai dari bagian paling dalam (inti) sampai dengan bagian paling luar (Selubung Luar)
Tabel 2.3. Penandaan SKTM N Inti Terbuat Dari Bahan Tembaga
NF Kabel udara dengan initi terbuat dari tembaga NA inti terbuat dari bahan alumunium
NFA Kabel udara dengan inti terbuat dari alumunium
Y Isolasi Atau Selubung Dari Pvc (Poly Vynil Chloride) Tegangan Kerja Maksimal 1000 V Titik Lebih 70oc
2X
Isolasi atau selubung dari xlpe (Cross Link Poly Etheline) Tegangan Kerja Sampai Di Atas 20 Kv Titik Leleh 90oc
S atau SE Pelindung Elektrik, Terbuat Dari Pita Pelat Tembaga C atau CE
Pelindung Elektrik Terbuat Dari Penghantar Tembaga yang dipasang Konsentris
F Pelindung Mekanik Terbuat Dari Fita Baja Pipih Gb Pelindung Mekanik Terbuat Dari Spiral Pelat Baja B Pelindung Mekanik Terbuat Dari Lapisan Pelat Baja Berikut adalah salah satu contoh SKTM :
Gambar 2.10.Kabel tanah NA2XSEYBY 20 kV
2.5.4 PHB – TR (Penghantar Hubung Bagi - Tegangan Rendah)
PHB-TR adalah suatu kombinasi dari satu atau lebih Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Rendah dengan peralatan kontrol, peralatan ukur, pengaman dan kendali yang saling berhubungan. Keseluruhannya dirakit lengkap dengan sistem pengawatan dan mekanis pada bagian-bagian penyangganya. Jumlah jurusan per transformator atau gardu distribusi 4 sampai 16 jurusan, disesuaikan dengan besar daya transformator dan Kemampuan Hantar Arus ( KHA ) Penghantar JTR yang digunakan.
Gambar 2.11. PHB - TR
2.5.5 Lightning Arrester (LA)
Lightning Arrester adalah alat pelindung bagi peralatan sistem terhadap
surja petir dan tegangan abnormal frekuensi jala – jala. Lightning Arrester berfungsi untuk mengamankan trafo portal dari sambaran petir, bila penghantar terkena sambaran petir. LA ini dihubungkan ke penghantar fasa dan tanah. LA berlaku sebagai jalan pintas (by – pass) sekitar isolasi. LA membentuk jalan yang mudah dilalui oleh arus kilat atau petir, sehingga tidak timbul tegangan lebih yang tinggi pada peralatan. Jalan pintas harus sedemikian rupa sehingga
tidak mengganggu aliran daya sistem. Jadi pada keadaan normal LA berlaku sebagai isolator dan bila timbul surja berlaku sebagai konduktor, jadi melewatkan arus yang tinggi. Setelah petir hilang LA harus dapat dengan kembali menjadi isolator, sehingga pemutus beban tidak sempat membuka. Macam – macam kapasitas LA :
1.Kelas arus 10 kA 2. Kelas Arus 5 kA 3. Kelas 2,5 Kv
Gambar 2.12. Lightning Arrester
2.5.6. Pentanahan (Grounding)
Sistem pentanahan dibuat untuk mengalirkan arus petir ke tanah sehingga sistem yang dilindungi dan manusia terhindar dari sambaran petir.Adapun tujuan dari sistem pentanahan tersebut adalah untuk membatasi tegangan pada bagian-bagian peralatan yang tidak seharusnya dialiri arus mis: body/casing, hingga tercapai suatu nilai yang aman untuk semua kondisi operasi, baik kondisi normal maupun saat terjadi gangguan, memberikan jaminan keselamatan dari bahaya kejut listrik, baik perlindungan dari sentuh langsung. Peralatan pentanahan menjamin kerja peralatan dalam struktur bangunan ditanahkan dengan baik. Hal ini untuk mencegah perbedaan tegangan potensial dari kemungkinan terjadinya loncatan api ketika terjadi
sambaran petir. Perlunya pentanahan untuk melindungi manusia, tanaman, dan peralatan.
BAB III
LANGKAH PENGOPERASIAN GARDU
3.1. Langkah – langkah yang dilakukan sebelum membangun dan mengoperasi gardu :
Untuk mengoperasikan sebuah gardu baru maka sebelumnya harus melewati proses sebagai berikut.
Gambar 3.1.Proses Pembangunan Hingga Pengoperasian Gardu 1. Cari lokasi (survei) gardu yang akan dibangun
Garduharus ditempatkan sedemikian rupa sehingga memudahkanpemasangan, pengoperasian dan pemeliharaannya.
2. Reksis
Reksis adalah rekomendasi sistem yang menjelaskan tentang rencana teknis pembangunan gardu (volume pekerjaan) yang dilakukan berdasarkan hasil survei
3. Izin Instansi Terkait Pemerintah Daerah( PEMDA).
Sebagai perizinan untuk melakukan pembangunan gardu. 4. Lakukan pembangunan gardu
Dilakukan pembangunan gardu.
5. Lakukan comissioning alat yang dilaksanakan oleh tim comissioning.
Lakukan comissioning atau Pemeriksaan pada gardu portal RMU berupa tes secara visual, pengecekan pemasangan, pengujian putaran fasa dan tes pentanahan, dan tahanan isolasi.
6. Lakukan pengoperasian gardu baru
Lakukan manuver jaringan, pemotongan kabel pada penyulang yang ada untuk disambungkan ke gardu portal rmu yang baru, lakukan manuver jaringan kembali, dan pemberian tegangan (energize).
7. Gardu telah dioperasikan
3.2. Hal – hal yang harus diperhatikan dalam pengoperasian gardu.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum mengoperasikan gardu yang baru dibangun, yaitu :
1. Keamanan
Aman bagi manusia, peralatan, dan lingkungan.Syarat keamanan dan keselamatan kerja :
b. Pemeliharaan instalasi sesuai jadwal
c. Alat kerja dan peralatan keselamatan kerja memenuhi syarat d. Koordinasi kerja baik
e. Sikap dan cara kerja memperhatikan aturan K3 2. Mutu :
Harus sesuai kriteria dan standar yang ditentukan, karena Perusahaan Listrik Negara (PLN) selalu dituntut menyediakan Energi Listrik ke pelanggan dengan mutu yang baik.
3.3. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Keselamatan kerja mengatur segala upaya guna mencegah atau mengurangi terjadinya kecelakaan di tempat kerja yang mana dapat mengakibatkan kerugian, baik jiwa/raga dan atau harta. Sedangkan kesehatan kerja mengatur segala upaya guna mencegah atau mengurangi sakit akibat melaksanakan kerja.
Tujuan K3 adalah mewujudkan masyarakat dan lingkungan kerja yang aman, sehat dan sejahtera, sehingga akan tercapai :
1. Suasana lingkungan kerja yang aman, sehat, dan nyaman.
2. Tenaga kerja yang sehat fisik, mental, sosial, dan bebas kecelakaan. 3. Meningkatnya produktivitas dan efisiensi perusahaan.
4. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat tenaga kerja. berikut merupakan peralatan keselamatan dan kesehatan kerja :
Gambar 3.3. Sepatu Pengaman
Gambar 3.4. Sarung Tangan
Gambar 3.5. Kotak P3K
3.4. Pemeriksaan (Comissioning)
Comissioning perlu dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui apakah
pemasangan dan penyetelan dari tiap – tiap peralatan telah baik. Untuk mengetahui penampilan unjuk kerja sesungguhnya unit baru yang telah selesai dibangun tersebut apakah telah sesuai dengan spesifikasi dan garansi kontrak. Suatu instalasi tenaga listrik dapat dinyatakan baik dan andal bila telah
diadakan suatu comissioning secermat – cermatnya. Jika sudah diperiksa dengan baik dan dikatakan layak untuk dioperasikan oleh tim comissioning, maka alat tersebut sudah siap pakai untuk pengoperasian gardu.
Laporan comissioning adalah laporan yang mencatat semua kejadian selama pelaksanaan comissioning termasuk di hasil pengujian dan pengukuran. Tahap comissioning merupakan salah satu tahap yang sangat penting. Laporan ini merupakan dasar untuk menerbitkan izin beroperasi.
3.4.1. Macam – macam pemeriksaan atau pengujian
secara umum macam -macam pengujian dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Pemeriksaan Secara Visual
Pemeriksaan secara visual ini ditujukan untuk melihat apakah semua perlengkapan dalam kondisi baik, secara fisik tidak ada kelainan, misalnya berkarat, pecah ataupun retak.
2. Pemeriksaan secara pengukuran atau pengujian sebagai berikut : a. Pengukuran pentanahan
Pentanahan (grounding) adalah merupakan suatu mekanisme dimana daya listrik dihubungkan langsung dengan tanah (bumi). Dilaksanakan pengukuran tahanan tanah sistem pentanahan dan dicek seluruh perlengkapan yang harus ditanahkan, apakah telah ditanahkan dengan baik atau tidak.Keadaan pentanahan yang baik apa bila tahanan bernilai < 1 ohm (kurang dari satu ohm), semakin mendekati nol (0) maka semakin dikatakan baik.
b. Pengujian Urutan Fasa
Saat peny ambungan pelanggan 3 fasa dengan tegangan rendah atau tegangan menengah cek terlebih dahulu fasa R, S, dan T dengan menggunakan alat tes fasa, bila putaran searah jarum jam berarti urutan fasa sudah benar.Kegiatan ini sangat penting karena dalam melaksanakan penyambungan gardu – gardu ataupun konsumen listrik, karena kesalahan urutan fasa dapat menimbulkan kerusakan pada peralatan listrik 3 fasa, yaitu kerusakan pada peralatan atau mesin antara lain putaran motor listrik terbalik.
c. Pengujian Tahanan Isolasi
Yang dimaksud dengan tahanan isolasi adalah Tahanan yang terdapat di antara dua kawat saluran atau dua bagian yang diisolasi satu sama lain serta tahanan antara satu kawat saluran dengan tanah.
Pengukuran terhadap besarnya tahanan isolasi ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah bahan – bahan isolasi tersebut masih memenuhi persyaratan minimum yang telah ditetapkan untuk peralatan listrik tersebut. Jika dari hasil pengukuran itu, ternyata mempunyai nilai yang lebih rendah bila dibandingkan dengan syarat minimum, maka dapat disimpulkan bahwa peralatan listrik atau instalasi itu kurang baik dan ini tidak benar untuk digunakan. Pada saluran – saluran dan alat – alat listrik ditetapkan bahwa harga tahanan isolasi antara dua kawat paling sedikit harus 1.000 x dari harga tegangan kerjanya atau tegangan saluran yang akan disatukan.
R = 1000 x V...(3.1) Dimana :
R = Resistansi (ohm) V = Tegangan (V)
Untuk mengalirkan arus listrik yang cukup besar di dalam tahanan isolasi , diperlukan tegangan ukur yang agak tinggi. Untuk menentukan besarnya tahanan isolasi, nilai tegangan ukur yang tinggi ini dimaksudkan juga untuk menentukan kekuatan bahan isolasi dari saluran yang akan digunakan.
Tabel 3.1 Batasan Nilai Tahanan Isolasi Minimum Trafo Berdasarkan Kapasitas No. Kapasitas
Trafo (KVA) TM BODYTahanan Isolasi Minimum (MΩ)TR BODY TM-TR Megger 5000V Megger1000V Megger5000V 1. 100 1600 MΩ 1600 MΩ 1600 MΩ 2. 160 1265 MΩ 1265 MΩ 1265 MΩ 3. 250 1012 MΩ 1012 MΩ 1012 MΩ 4. 315 902 MΩ 902 MΩ 902 MΩ 5. 400 800 MΩ 800 MΩ 800 MΩ 6. 630 637 MΩ 637 MΩ 637 MΩ 7. 1000 506 MΩ 506 MΩ 506 MΩ Pengukuran Tahanan Isolasi TM – TM dan TR –TR Harus = Nol (Zero)
3.5. Peralatan yang dipakai pada kegiatan comissioning
1. Meter Tahanan Pentanahan (Earth Tester)
Earth Tester digunakan untuk mengukur tahanan pentanahan kerangka kubikel dan pentanahan kabel. Terminal alat ukur terdiri dari tiga buah, satu dihubungkan dengan elektroda yang akan diukur nilai tahanan pentanahannya dandua dihubungkan dengan elektroda bantu yang merupakan bagian dari alat ukurnya.
2. Meter Urutan Fasa(Phase Squence)
Gunanya untuk memeriksa urutan fasa. Cara penggunaannya dengan cara kabel merah dipasang pada sisi fasa R, kabel putih dipasang pada sisi fasa S, dan kabel biru dipasang pada sisi fasa T.
Gambar 3.7. Phasa Squence 3. Tang Ampere
Tang Ampere adalah sebuah alat ukur yang berfungsi untuk mengukur arus listrik tanpa memutus jalur arus listrik tersebut, selain itu tang ampere dapat mengukur tegangan.
Gambar 3.8. Tang Ampere 4. Mega Ohm Meter
Mega Ohm Meter adalah suatu alat ukur yang digunakan untuk mengukur serta mengukur besarnya nilai tahanan isolasi. Dengan alat ukur ini dapat langsung menunjukkan harga tahanan isolasi yang diharapkan.
Gambar 3.9. Mega Ohm Metter
3.6. Memahami Konfigurasi Jaringan
Memahami konfigurasi jaringan mempunyai tujuan agar operator dapat mengerti prinsip kerja konfigurasi jaringan dalam mengatur jaringan pada saat manuver dilakukan, untuk menghindari atau tidak terjadi kesalahan (pemadaman) pada saat pengerjaan, dan untuk menjaga keamanan.
3.7. Penyambungan SKTM Pada Gardu Baru
Lakukan Pemotongan kabel SKTM yang berasal dari 2 gardu yang berada sebelum atau sesudah gardu baru dapat dilihat pada diagram satu garis (single
line diagram). Lakukan penyambungan kabel SKTM yang berasal dari gardu
sebelum atau sesudah gardu baru dengan kabel SKTM yang berada pada gardu baru.
Gambar 3.10. Penyambungan Kabel SKTM
3.8. Manuver Jaringan
Manuver jaringan distribusi adalah serangkaian kegiatan membuat modifikasi terhadap operasi normal dari jaringan akibat adanya pemadaman terencana atau tidak terencana, sehingga dapat mengurangi daerah pemadaman dan agar tetap tercapai kondisi penyaluran tenaga listrik yang semaksimal mungkin
Kriteria penyusunan prioritas :Identifikasi pelanggan yang sangat penting, seperti : rumah sakit, gedung perkantoran, dll. Penyulang yang memikul beban yang sangat penting adalah prioritas yang paling rendah (akhir) untuk dilepas dari sistim.
3.9. Prosedur Komunikasi
Dalam prosedur Komunikasi pengoperasin gardu, ada 3 pihak yang terlibat yaitu : Pengatur, Operator dan Pengawas. Dimana Pengatur bertugas untuk
mengatur jaringan (manuver jaringan), Operator berfungsi untuk melaksanakan kegiatan manuver jaringan dilapangan, dan Pengawas bertugas untuk mengawasi apakah kegiatan telah dilakukan dengan benar atau tidak, serta memastikan keselamatan kerja.
Prosedur Komunikasi yang dilakukan sebagai berikut :
1. Berisi tentang urutan komunikasi dengan pihak yang terkait(persiapan pengoperasian, saat pengoperasian sampai pelaporan pekerjaan).
2. Peralatan yang digunakan untuk berkomunikasi dapat berupa telepon atau Hand-Talky (HT).
Pada saat pengoperasian gardu, pemadaman atau pemutusan pelayanan gangguan yang terjadi dapat ditolerir sekecil mungkin. Untuk menghindarkan terjadinya kesalahan pada pengoperasian dan pengontrolan peralatan maka perlu diperhatikan hal – hal sebagai berikut :
1. Pemberitahuan sebelum melakukan pengontrolan harus ditegaskan oleh Pengatur kepada penerima instruksi (operator).
2. Petugas pengontrolan dilakukan oleh dua orang, yaitu pelaksana (operator) dan pengawas
3. Sebelum dilakukan pengoperasian peralatan, instrument yang bersangkutan harus diperhatikan posisinya. Hal tersebut diulangi lagi apabila sudah melakukan pengoperasian dan hasilnya diberitahukan kepada pusat pengatur beban yang ada diruang control outgoing feeder 20 kV.
3.10. Standar Operation Procedure (SOP)
Seorang operator harus memahami batas kewenangan dalam pengoperasian kubikel pada sistem jaringan distribusi, yaitu :
1. Melakukan kegiatan membuka dan menutup peralatan – hubung kubikel atas perintah dan ijin pengatur atau piket yang berwenang.
3. Memberikan informasi yang benar pada pihak – pihak yang terkait dengan pengoperasian kubikel, misal Pembangkit, Gardu Induk atau konsumen listrik.
Standar Operation Procedure (SOP) adalah urutan pelaksanaan pekerjaan.
1. Peralatan jaringan distribusi atau instalasi baru yang sesuai dengan standar yang telah ditentukan oleh PLN.
2. Buku SOP sistem jaringan distribusi yang berlaku dan telah disepakati. 3. Penerapan setting sesuai dengan hasil perhitungan dari petugas yang
diberi wewenang oleh pejabat terkait.
4. Telah terbit pernyataan laik operasi dari pejabat yang berwenang. 5. Telah dinyatakan siap operasi oleh manager.
6. Skenario atau panduan manuver yang telah dibuat.
3.11. Pengoperasian Kubikel
3.11.1. Persiapan pengoperasian kubikel
Adalah kegiatan menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk melaksanakan pengoperasian kubikel pada gardu guna membuka atau menutup sirkit jaringan distribusi tegangan menengah atau beban (pemanfaatan energi listrik).Beberapa hal yang dilakukan pada tahapan persiapan pengoperasian kubikel adalah :
1. Memahami single line diagram dan prinsip kerja kubikel dan sistem jaringantegangan menengah.
2. Memahami kegiatan operasi yang akan dilakukan sesuai SOP.
3. Memahami perubahan konfigurasi jaringan akibat akan dilaksanakan kubikel.
3.11.2. Petunjuk atau Langkah – Langkah Pengoperasian Kubikel
Langkah – langkah mengoperasikan kubikel:
1. Memasukkan kontak hubung (LBS), tahap ini berarti memasukkan tegangan dari saluran atau penyulang ke busbar untuk kubikel incoming busbar ke saluran ke busbar untuk kubikel outgoing busbar ke beban ke busbar untuk kubikel PB.
2. Mengeluarkan kontak pembumian, tahap ini merupakan kebalikan dari tahap memasukkan kontak hubung.
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
COMISSIONING DAN PENGOPERASIAN GARDU
Pengoperasian gardu distribusi adalah segala kegiatan yang mencaup pengaturan, pembagian, pemindahan, dan penyaluran tenaga listrik kepada konsumen serta menjamin kelangsungan penyaluran atau pelayanan. Dibawah ini salah satu contoh dari pengoperasian gardu yaitu Pengoperasian Gardu Portal RMU CPD.086
4.1. Survei Lokasi
Survei Lokasi adalah pemilihan letak gardu. Letak gardu dipengardu dipengaruhi oleh beberapa faktor. Lokasi ideal gardu mengikuti pandangan -pandangan sebagai berikut :
1. Lokasi gardu tersebut sebanyak mungkin melingkupi sejumlah beban 2. Mempunyai ruang yang cukup untuk pengembangan
3. Tidak bertentangan dengan aturan tata guna lahan
4. Dapat meminimisasi jumlah konsumen yang terpengaruh terhadap adanya gangguan
4.2. Rekomendasi Sistem Gardu Portal RMU CPD 086
Rekomendasi Sistem berlaku 3 (tiga) bulan sejak diterbitkan, berdasarkan pertimbangan teknis pembebanan normal trafo gardu distribusi, maka untuk melayani penambahan daya pelanggan dibutuhkan pembangunan sebuah Gardu Portal RMU.
Rencana Teknis material yang dibutuhkan : 1. Kubikel :
Gambar 4.1. Kubikel Schneider Merk : Schneider
Type/No.Seri/Tahun : LBS/CI-2016-W-20-7-0010 /2016 LBS / CI-016-21-3-5-0011 / 2016 PB / CI-2016-WI-3-4-0030 / 2016
2. SKTM 20 kV
Gambar 4.2. Kabel SKTM 20 kV Jenis : NA2XSEYBY
Ukuran : 3x240mm2
Panjang : ± 220m
Indoor / Jumlah : Outdoor / 2st / RAYCHEM
3. Transformator
Merk / Daya : Trafindo / 400 kVA No.Seri / Tahun : 163303045 / 2016 Jumlah : 1
4. Lightning Arrester
Gambar 4.4. Lightning Arrester Jumlah : 3 Buah kapasitas : 10 kA 5. Konduktor Pentanahan : Jenis : Cu Jumlah : 17 m 6. PHB – TR
Banyak Jurusan : 4 Jurusan Yang Aktif : 2 Jurusan Kapasitas : 630A
Gambar 4.5. PHB – TR
4.3. Comissioning dan Hasil Comissioning Gardu Portal RMU CPD 086
Tabel 4.1. Hasil Pemerikaan Comissioning Gardu CPD 086 Daftar Instalasi / Konstruksi Kondisi
No. Gardu CPD 086
Type PORTAL RMU
Alamat Jl.Kav. DPR Blok A Cipondoh
Gardu Baru
Kondisi Tiang /Jumlah tiang Baik / 2 Tiang Ukuran Tiang Gardu 11 / 350 daN Kondisi Pondasi Tiang Baik Kondisi Pondasi Box RMU Baik
Ranjau Panjat Ada
Support Kabel TM Outdoor Ada Papan tanda bahaya Ada
Gambar 4.6. Gardu Portal RMU CPD.086
4.3.1. Pengujian Arah Putaran Fasa
Untuk memerika urutan fasa pada sisi sekunder trafo. Kegiatan ini sangat penting karena dalam melaksanakan penyambungan gardu – gardu ataupun konsumen listrik, karena kesalahan urutan fasa dapat menimbulkan kerusakan pada peralatan listrik 3 fasa, yaitu kerusakan pada peralatan atau mesin antara lain putaran motor listrik terbalik.
Gambar 4.7. PHB - TR Gardu CPD 86
Saat penyambungan pelanggan 3 fasa dengan tegangan rendah atau tegangan menengah cek terlebih dahulu fasa R, S, dan T dengan menggunakan alat test fasa, bila putaran searah jarum jam berarti benar.
Gambar 4.8. Pengujian Arah Putaran Fasa
Hasil Pengujian Arah Putaran Fasa Gardu CPD 086 : Sudah Benar
4.3.2. Mengukur Tegangan pada PHB – TR
Pada prinsipnya jaringan tenaga listrik distribusi sebagai penyalur tenaga listrik ke pelanggan mempergunakan tegangan menengah yaitu 20 kV atau tegangan rendah (231 V – 400V). Untuk pemakaian tenaga listrik yang dibutuhkan pemakai tenaga listrik adalah mutu listrik yang baik adalah dengan tegangan (+5% dan -10%)
Mutu peralatan listrik :
Tegangan dikatakan baik apabila tegangan fasa – fasa dan fasa netral masih dalam (207,9 V – 420 V)
Tabel 4.2. Hasil Pengukuran tegangan fasa - fasa dan fasa - netral
R – N (V) S – N (V) T – N (V) R – T (V) S- T (V) R –S (V)
229 229 228 396 398 392
Penyaluran tenaga listrik ke pelanggan (tegangan rendah) pada gardu cpd 086 mempunyai mutu yang baik,
4.3.3. Mengukur pembumian tanah
Tancapkan pasak (spike) pembumian Bantu A dan B ke dalam tanah yang dalam.Hubungan kabel hijau ke elektroda pembumian yang dites, kabel kuning ke pasak pembumian bantu A dan kabel merah ke pasak pembumian bantu B.
Gambar 4.10. Mengukur Pembumian
Pengukuran : Atur saklar bulat ke posisi 2000 Ω dan tekan tombol tes. Putar saklar bulat ke 20 Ω saat tahanan pembumian bernilai kecil. Nilai yang ditunjukkan adalah tahanan pembumian dari elektroda pembumian yang sedang dites.
Gambar 4.11.Hasil Pembumian Kubikel Gambar 4.12.Hasil Pembumian Arrester
Gambar 4.13.Hasil Pembumian Gambar 4.14. Hasil Netral Sisi PHB-TR Sekunder Transformator
Tabel 4.3. Hasil Pengukuran Pembumian Gardu
Titik Ukur Hasil Pengukuran Keterangan
Titik Netral Sisi Sekunder Transformator
0,93 ohm Sesuai Titik Pentanahan Kubikel 0,92 ohm Sesuai Titik Pentanahan PHB – TR 0,96 ohm Sesuai Titik Pentanahan Arrester 0,92 ohm Sesuai
Pembumian gardu yang baik apabila mempunyai nilai < 1 ohm (kurang dari satu), semakin mendekati angka nol maka pembumian dikatakan semakin baik.
Pembumian berdasarkan PUIL (Persyaratan Umum Instalasi Listrik) dikatakan tidak baik apabila pembumian bernilai > 5 ohm (lebih dari 5 ohm), dijelaskan bahwa nilai sebesar 5 ohm merupakan nilai maksimal atau batas tertinggi dari tahanan pembumian. Pembumian yang buruk dapat disebabkan oleh sifat geologi tanah. Sifat Geologi tanah merupakan faktor utama yang menentukan tahanan jenis tanah. Bahan dasar dari pada tanah relatif bersifat bukan penghantar. Tanah liat umumnya mempunyai tahanan jenis terendah, sedang batu - batuan bersifat insulator. Kedua adalah kondisi kelembaban tanah (kadar air tanah). Kadar air tanah sangat berpengaruh terhadap perubahan tahanan jenis tanah. Dalam suatu test laboratorium untuk tanah merah penurunan kadar air tanah dari 20% menjadi 10% menyebabkan tahanan jenis tanah baik sampai 30 kali. Ketiga adalah Temperatur tanah. Temperatur bumi pada kedalaman 1,5m biasanya stabil terhadap perubahan temperatur permukaan. Bagi Indonesia daerah tropic perbedaan temperatur selama setahun tidak banyak, sehingga faktor temperatur dapat dikatakan tidak terlalu berpengaruh. Untuk memperbaiki pembumian yang buruk dapat diperbaiki dengan cara menambahkan elekroda dan dihubungkan secara paralel. Dari hasil
comissioning diatas menunjukan bahwa gardu portal rmu cpd 086 berkeadaan
baik dan layak untuk ke tahap pengoperasian.
4.3.4. Pengukuran tahanan isolasi transformator
Tahanan isolasi adalah tahanan yang terdapat diantara dua kawat saluran atau dua bagian yang diisolai satu sama lain, dan tahanan antara satu kawat saluran dengan tanah. Pengukuran tahanan isolasi dengan menggunakan Mega Ohm meter. Transformator diuji tahanan isolasi pada sisi primer, Pengukuran pada sisi sekunder. Kemudian pada sisi primer dengan sekundernya.
Tabel 4.4. Hasil Pengukuran Tahanan Isolasi Transformator Pengukuran Tahanan Isolasi
Primer Sekunder Primer - Sekunder Fasa 1 – Body 5000 MΩ Fasa 1 - Body 5000 MΩ Fp 1 -FS 2 5000 MΩ Fasa 2 – Body 5000 MΩ Fasa 2 - Body 5000 MΩ Fp 1 -Fs 2 5000 MΩ Fasa 3 -Body 5000 MΩ Fasa 3 - Body 5000 MΩ Fp 1 -Fs 2 5000 MΩ Fasa 1 – Fasa 2 0 MΩ Netral - Body 5000 MΩ Fp 1 -Netral 5000 MΩ Fasa 2 -Fasa 3 0 MΩ Fasa 1 - Fasa 0 Ω Fasa 1 – Fasa 3 0 MΩ Fasa 2 - Fasa 3 0 Ω Fasa 3 - Fasa 1 0 Ω Netral - Fasa 0 Ω
Bahan - bahan isolasi yang digunakan untuk membungkus (melindungi) saluran - saluran kawat listrik, atau yang pada umumnya digunakan didalam alat listrik untuk mengisolir satu bagian dari bagian yang lain, harus memenuhi syarat - syarat tertentu yang biasanya ditetapkan dengan syarat minimum yang digunakan. Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui apakah bahan - bahan isolasi tersebut masih memenuhi persyaratan minimum yang telah ditetapkan agar pengukuran tahanan isolasi ini harus diadakan, baik itu terhadap semua alat pemakai listrik, perlengkapan dan sambungan - sambungan listrik atau instalasi rumah atau industri yang baru, sebelum alat - alat dan instalasi itu
digunakan atau dihubungkan dengan tegangan kerja. Jika hasil pengukuran itu ternyata mempunyai nilai yang lebih rendah bila dibandingkan dengan syarat minimum, maka dapat disimpulkan bahwa alat - alat atau instalasi kurang baik dan ini tidak dibenarkan untuk digunakan. Transformator diuji tahanan isolasi pada sisi primer, antar fasa dengan body yang bernilai 5000 MΩ dan antar fasa yang bernilai 0 Ω, Pengukuran pada sisi sekunder, antar fasa dengan body bernilai 5000 MΩ, antar fasa dengan fasa bernilai 0 Ω. Kemudian pada sisi primer dengan sekundernya nilai antar fasa dengan fasa bernilai 5000 MΩ, nilai antar fasa dengan netralnya bernilai 5000 MΩ. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa transformator tersebut sudah sesuai dengan standar untuk trafo distribusi adalah >800 MΩ sehingga dapat dikatakan layak dioperasikan.
4.4. Manuver Jaringan dan Pengoperasian Gardu CPD 086
Langkah - langkah pengoperasian gardu :
1. Melepaskan arus dan tegangan
Sumber tegangan dan arus yang berasal dari GI Ciledug penyulang santri yang mengalir ke arah PJ 175 dilepas. Lalu LBS kubikel pada gardu PJ 175 yang mengarah ke GI Ciledug dilepas.
Gambar 4.16. Single Line Diagram
2. Menampung tegangan dan beban atau back-up gardu
Menampung tegangan agar gardu PJ 175,DK 241 dan gardu lainnya tidak padam, maka gardu – gardu tersebut yang seharusnya mendapatkan sumber tegangan dan arus yang berasal dari GI Ciledug akan di tampung
(back – up)arus dan tegangan dengan dikirim oleh penyulang yunior, yang
3. Penyambungan Kabel SKTM Gardu CPD 086
a. Lakukan pemotongan kabel SKTM yang berasal dari GI Ciledug Penyulang Santri ke arah PJ 175.
b. Lakukan Penyambungan kabel SKTM dengan teknis : kabel SKTM pada gardu CPD 086 disambung dengan kabel SKTM yang berasal dari GI Ciledug Penyulang Santri dan disambung juga dengan kabel SKTM gardu PJ 175.
4. Operasi Gardu Portal RMU CPD 086
Prosedur Operasi Gardu sebagai berikut.
Gambar 4.18. Prosedur pengoperasian Pengoperasian Gardu Portal RMU CPD 086 :
a. Feeder atau sumber tenaga dari Penyulang Yunior sanggup menampung beban Agar gardu PJ 175,DK 241 dan gardu lainnya tidak padam
b. Telah diketahui dengan pasti daerah yang dilayani 1) Jaringan distribusi tersebut aman
2) Perkiraan beban pada Jaring Distribusi tersebut 3) Daerah-daerah yang dilayani
c. Setelah hal vang tersebut pada butir 1,2, dan 3. dinyatakan OK (memenuhi syarat) maka akan dilaksanakan Pengoperasian Kubikel. Proses Pengoperasian Kubikel Gardu Portal RMU CPD 086 sebagai berikut : a. Masukan atau kirim tegangan dari GI ke gardu CPD 086. (LBS Incoming)
telah bertegangan dan LBS (Outgoing) dalam kondisi standby.
Gambar 4.19. LBS Incoming Gambar 4.20.LBS Outgoing dalam berkondisi bertegangan Kondisi Stand by
b. Penormalan Jaringan
Gardu PJ.175 dan DK.241 dipadamkan terlebih dahulu. Arus dan Tegangan yang berasal dari penyulang yunior yang berfungsi untuk menampung energi listrik ke gardu PJ.175 dan gardu DK.241 dilepas.
c. Masukkan LBS Outgoing CPD 086.
Operasikan kubikel LBS outgoing pada gardu CPD.086 untuk memberi arus dan tegangan kepada gardu PJ.175 dan DK.241.
d. Masukkan TP
Gambar 4.22.TP belum operasi Gambar 4.23. TP dioperasikan e. Masukan Handle Saklar Utama PHB – TR.
f. Gardu CPD 086 BERHASIL DIOPERASIKAN
Gambar 4.24. Gardu Portal RMU CPD 086
Kubikel LBS Incoming berfungsi sebagai penerima tegangan atau arus dari gardu induk, yang mana nantinya akan dikirim kembali melalui LBS
outgoing untuk dikirim ke gardu distribusi selanjutnya yaitu PJ 175 yang masih
satu penyulang. Kubikel LBS Outgoing berfungsi sebagai pengirim atau pengantar arus atau tegangan yang diterima oleh incoming dari gardu induk ke gardu distribusi berikutnya yang masih dalam satu penyulang. TP merupakan
pengantar tenaga atau tegangan dari tegangan menengah ke rendah yang dikirim dari kubikel ke trafo pada sisi primer trafo, setelah itu pada sisi sekunder trafo akan di kirim ke PHB-TR sehingga tegangan tadi diturunkan menjadi tegangan yang akan di pergunakan oleh pelanggan umum.
BAB V
PENUTUP
5.1. SimpulanSimpulan yang dapat ditarik dari hasil karya tulis “Kajian Pengoperasian Gardu Portal RMU CPD.086” ini adalah sebagai berikut :
1. Pengoperasian Gardu Distribusi adalah segala kegiatan yang mencakup pengaturan, pembagian, pemindahan, dan penyaluran tenaga listrik kepada konsumen serta menjamin kelangsungan penyaluran atau pelayanan.
2. Gardu boleh dioperasikan apabila pemeriksaan yang dilakukan oleh tim
comissioning telah dinyatakan layak untuk beroperasi.
3. Comissioning perlu dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui apakah pemasangan dan penyetelan dari tiap – tiap peralatan telah baik.
4. Hasil pengukuran pembumian, hasil pengujian arah putaran fasa, dan pengukuran tegangan telah dinyatakan baik oleh tim comissioning..
5. Data atau hasil yang didapat pada saat pemeriksaan Gardu Portal RMU CPD 086 telah dinyatakan layak operasi dari pihak tim comissioning.
6. Gardu Portal RMU CPD 086 telah dioperasikan dengan benar.
5.2. Saran
Berdasarkan pengamatan yang diperoleh selama kerja praktik PT.PLN(PERSERO) Distribusi Banten Area Cikokol, terdapat beberapa hal yang menjadi saran untuk meningkatkan penyaluran energi listrik : Pada saat penormalan jaringan harus dikerjakan secepat mungkin agar pemadaman listrik tidak terlalu lama.