• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN SILA KE-3 DALAM KEHIDUPAN GOTONG ROYONG DAN KEKELUARGAAN DI DESA PULE DI SUSUN OLEH : : AGUNG NUGROHO NIM :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN SILA KE-3 DALAM KEHIDUPAN GOTONG ROYONG DAN KEKELUARGAAN DI DESA PULE DI SUSUN OLEH : : AGUNG NUGROHO NIM :"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN SILA KE-3 DALAM KEHIDUPAN

GOTONG ROYONG DAN KEKELUARGAAN DI DESA

PULE

DI SUSUN OLEH :

NAMA

: AGUNG NUGROHO

NIM

: 11.11.5036

KELOMPOK : D

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH PENDIDIKAN

PANCASILA

STIMIK AMIKOM YOGYAKRTA

2011

(2)

INTISARI

Paper ini mengenai kehidupan orang desa Pule di jawa tengah,

bahwa setiap orang saling membutuhkan, makanya tidak ada orang

yang hidup secara individulisme di dunia ini.

Orang di desa pule harus memiliki rasa kegotong royongan yang

besar, agar terwujudnya desa pule yang indah dan asri serta saling

menjaga keakraban antara warga yang satu dengan yang lain semakin

erat.

Kalau masyarakat desa pule tidak saling akrab, maka

pembangunan desa pule akan terhambat. Oleh karena itu di butuhkan

sekali toleransi antar masyarkat.

Pada masa presiden soeharto, budaya yang masuk ke Indonesia

tidak ada batasanya maka kesenjagan sosial terjadi di masyarakat

sehingga nilai-nilai kegotong royongan mulai pudar.

(3)

Latar Belakang

Keluarga merupakan suatu wadah dimana orang-orang berkumpul dan membentuk suatu kesatuan ,keluarga sebagai tempat orang-orang bisa bercerita, berckita, dan melakukan aksi-aksi sosial lainnya. Biasanya kita mengenal keluarga sebagai saudara yang terikat secara lahiriah dan batiniah, seperti contoh : ayah, ibu, dan anak.

Mereka disebut keluarga terikat secara lahiriah dan batiniah. Akan tetapi, dalam suatu masyarakat, keluarga memiliki peranan penting, mereka berkumpul dan membentuk suatu kelompok/komunitas yang akhirnya mereka anggap sebagai keluarga.

Keluarga juga merupakan suatu komunitas kecil sebelum menjadi masyarakat. Mereka dapat berkembang atau menghasilkan keturunan secara terus-menerus sehingga membentuk keluarga besar.

Di Indonesia dikenal dengan penduduk yang ramah tamah dan memiliki sikap kekeluargaan yang kuat, gotong royong serta kepedulian terhadap sesama bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke, dalam arti khusus keluarga dapat diartikan untuk membantu satu sama lainnya, tidak memiliki sikap ego, pelit, dan sombong, berarti keluarga bukan hanya diartikan sebagai satu perkumpulan kecil anggota masyarakat tetapi dapat diartikan sebagai sikap toleransi dan menjunjung tinggi kebersamaan yang kuat.

Gotong royong merupakan salah satu ciri khas bangsa Indonesia khususnya Ds.Pule, sebagaimana yang tertuang dalam pancasila yaitu sila ke- 3 “Persatuan Indonesia”. Perilaku gotong royong yang telah dimiliki Bangsa Indonesia sejak dahulu kala. Gotong royong merupakan keperibadian bangsa dan merupakan budaya yang telah berakar kuat dalam kehidupan masyarakat. Gotong royong tumbuh dari kita sendiri, prilaku dari masyarakat.

Namun seiring dengan berjalanya waktu,prilaku gotong royongan mulai hilang akibat pengaruh dari budaya luar yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia Oleh karena itu untuk mengetahui seberapa besar pengaruh budaya individualisme pada masyarakat, maka melalui penelitian ini kami mencari fakta pengaruh budaya individualism dan materialism ini.

(4)

B. Rumusan Masalah

A. Definisi Sikap Kekeluargaan? B .Definisi Sikap Gotong royong?

C .Kekeluargaan dan Kegotongroyongan ?

D .Prinsip kekeluargaan dan Kegotongroyongan?

E .Azas Kekeluargaan dan gotong royong dalam kehidupan sehari-hari?

(5)

Gotong royong adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama dan bersifat suka rela agar kegiatan yang dikerjakan dapat berjalan dengan lancar, mudah dan ringan.

Contoh kegiatan yang dapat dilakukan secara bergotong royong antara lain pembangunan fasilitas umum dan membersihkan lingkungan sekitar.

Sikap gotong royong itu seharusnya dimiliki oleh seluruh elemen atau lapisan masyarakat yang ada di desa Pule. Karena, dengan adanya kesadaran setiap elemen atau lapisan masyarakat melakukan setiap kegiatan dengan cara bergotong royong. Dengan demikian segala sesuatu yang akan dikerjakan dapat lebih mudah dan cepat diselesaikan dan pastinya pembangunan di desa tersebut akan semakin lancar dan maju. Bukan itu saja, tetapi dengan adanya kesadaran setiap elemen atau lapisan masyarakat dalam menerapkan perilaku gotong royong maka hubungan persaudaraan atau silaturahim akan semakin erat.

Dibandingkan dengan cara individualisme yang mementingkan diri sendiri maka akan memperlambat pembangunan di suatu daerah. Karena individualisme itu dapat menimbulkan keserakahan dan kesenjangan diantara masyarakat di desa tersebut.

Perubahan ekonomi Indonesia di bawah rezim Soeharto memungkinkan masuknya modal asing dan liberalisasi. Nilai-nilai budaya mulai dengan deras masuk dan menjadi bagian dari hidup masyarakat Indonesia. Kehidupan perekonomian masyarakat berangsur-angsur berubah dari ekonomi agraris ke industri. Indusri berkembang maju dan pada zaman sekarang tatanan kehidupan lebih banyak didasarkan pada pertimbangan ekonomi, sehingga bersifat materialistik. Maka nilai kegotong royongan pada masyarakat telah memudar.

PEMBAHASAN

(6)

Kekeluargaan berasal dari kata keluarga yang mendapat awalan ke- dan akhiran -an. Keluarga sendiri berasal dari bahasa Sansekerta, kula artinya saya dan warga yang artinya orang disekitar kita. Keluarga memiliki makna orang yang masih sealiran darah dengan kita.

Keluarga adalah satu unit sosial yang terdiri dari dua atau lebih orang yang

dihubungkan oleh ikatan darah, ikatan perkawinan, atau adopsi dan hidup/tinggal serumah atau mungkin tidak serumah.

Sikap kekeluargaan memiliki makna sebagai perilaku yang menunjukkan sebuah manifestasi yang cenderung didasari rasa familiar yang tinggi dengan wujud responsible yang mempertimbangkan hubungan keakraban sebagai kedekatan keluarga kepada orang lain, sehingga dengan manifestasi tingkah lakunya ini menimbulkan keakraban rasa dekat seperti layaknya keluarga yang memiliki hubungan darah.

B. Definisi Sikap Gotong royong

Gotong royong merupakan suatu istilah asli Indonesia yang berarti bekerja bersama-sama untuk mencapai suatu hasil yang didambakan. Berbersama-sama-bersama-sama dengan

musyawarah, pantun, Pancasila, hukum adat, ketuhanan, dan kekeluargaan, gotong royong menjadi dasar Filsafat Indonesia seperti yang dikemukakan oleh M. Nasroen. Sikap gotong royong adalah bekerja bersama-sama dalam menyelesaikan pekerjaan dan secara bersama-sama menikmati hasil pekerjaan tersebut secara adil. Atau suatu usaha atau pekerjaan yang dilakukan tanpa pamrih dan secara sukarela oleh semua warga menurut batas kemampuannya masing-masing.

C. Kekeluargaan dan Kegotongroyongan

Sifat gotong royong dan kekeluargaan di daerah pedesaan lebih menonjol dalam polakehidupan mereka, seperti memperbaiki dan membersihkan jalan, atau

membangun/ emperbaiki rumah.Sedangkan di daerah perkotaan gotong royong dapat dijumpai dalam kegiatan kerja bakti di RT/RW, di sekolah dan bahkan di kantor-kantor, misalnya pada saat memperingati ari-hari besar nasional dan keagamaan, mereka bekerja tanpa imbalan jasa, karena demi kepentingan bersama. Dari sini timbullah rasa kebersamaan, kekeluargaan, tolong menolong sehingga dapat terbina rasa kesatuan dan persatuan Nasional.

Coba Kita berikan contoh gotong royong yang pernah Kita lakukan di lingkungan keluarga Kita!

(7)

Semangat gotong royong didorong oleh suatu alasan yaitu:

a. bahwa manusia tidak hidup sendiri melainkan hidup bersama dengan orang lain atau lingkungan sosial;

b. pada dasarnya manusia itu tergantung pada manusia lainnya; c. manusia perlu menjaga hubungan baik dengan sesamanya; dan

d. manusia perlu menyesuaikan dirinya dengan anggota masyarakat yang lain. Dari alasan diatas timbul suatu kesadaran bahwa kita tidak boleh hanya

mementingkan diri sendiri atau kelompok sendiri. Oleh karena itu perlu ditumbuhkan suatu kesadaran dan tanggung jawab terhadap kepentingan bersama.

D. Prinsip kekeluargaan dan Kegotongroyongan

Prinsip kekeluargaan dan kegotongroyongan dalam tata kehidupan ekonomi adalah prinsip kehidupan ekonomi berdasarkan azas kerjasama atau usaha bersama. Hal ini berarti dalam kegiatan usaha ekonomi digunakan prinsip kerjasama, saling membantu dalam suasana demokrasi ekonomi untuk mencapai kesejahteraan bersama secara adil (adil dalam kemakmuran dalam bidang ekonomi, prinsip kegotongroyongan dan kekeluargaan terlihat dalam pasal 33 UUD 1945).

Silahkan Kita buka UUD 1945, bagaimana bunyi Pasal 33 tersebut? Pasal 33 UUD 1945 terdiri dari 3 ayat:

(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas azas kekeluargaan. (2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.

(3) Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Dalam pasal 33 UUD 1945 tersebut tercantum dasar demokrasi ekonomi produksi dikerjakan oleh semua, untuk semua di bawah pimpinan atau pemilikan anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakat yang diutamakan, bukan orang-seorang. Sebab itu perekonomian disusun sebagai usaha bersama atas azas kekeluargaan.

E. Azas Kekeluargaan dan gotong royong dalam kehidupan sehari-hari

Sekarang mari kita lihat pengamalan azas gotong royong dalam berbagai kehidupan! Perwujudan partisipasi rakyat dalam reformasi merupakan pengabdian dan kesetiaan masyarakat terhadap program reformasi yang mana senantiasa berbicara, bergotong royong dalam kebersamaan melakukan suatu pekerjaan. Sikap gotong royong memang sudah menjadi kepribadian bangsa Indonesia yang harus benar-benar dijaga dan dipelihara, akan tetapi arus kemajuan ilmu dan teknologi ternyata membawa pengaruh yang cukup besar terhadap sikap dan kepribadian suatu bangsa, serta selalu diikuti oleh

perubahan tatanan nilai dan norma yang berlaku dalam suatu masyarakat.

(8)

Indonesia, tentu tidak akan lepas dari pengaruh tersebut. Namun syukurlah bahwa sistem budaya kita dilandasi oleh nilai-nilai keagamaan yang merupakan benteng kokoh dalam menghadapi arus perubahan jaman.

Untuk dapat meningkatkan pengamalan azas kegotongroyongan dalam berbagai kehidupan perlu membahas latar belakang dan alasan pentingnya bergotong rotong yaitu:

a. Bahwa manusia membutuhkan sesamanya dalam mencapai kesejahteraan baik jasmani maupun rohani.

b. Manusia baru berarti dalam kehidupannya apabila ia berada dalam kehidupan sesamanya.

c. Manusia sebagai mahluk berbudi luhur memiliki rasa saling mencintai, mengasihidan tenggang rasa terhadap sesamanya.

d. Dasar keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa mengharuskan setiap manusia untuk bekerjasama, bergotong royong dalam mencapai kesehjahteraan hidupnya baik di dunia maupun di akhirat.

e. Usaha yang dilakukan secara gotong royong akan menjadikan suatu kegiatan terasa lebih ringan, mudah dan lancar.

(9)

Kesimpulan

1. Gotong Royong merupakan budaya bangsa Indonesia sejak jaman dahulu yang mencerminkan adanya kesatuan yang bercirikan kekeluargaan.

2. Salah satu bentuk usaha yang cocok dalam sistem ekonomi kita adalah koperasi; sebab berwatak sosial dan mempunyai nilai lebih dan keunggulan bila dibandingkan dengan sistem ekonomi liberal/bebas dan sosialis komunis/menghalalkan berbagai cara untuk mencapai sesuatu serta mengutamakan anggota dan kemakmuran bersama tanpa mengabaikan hak-hak pribadi.

3. Pasal 33 UUD 1945 adalah landasan sistem perekonomian kita, memiliki ciri-ciri positif yang bermanfaat dan berguna bagi kepentingan masyarakat dan tidak ada persaingan bebas serta tidak untuk mencari keuntungan untuk sebagian kecil orang (free fight liberalisme).

4. Pembangunan nasional berlandaskan pada Pancasila, UUD 1945 dan GBHN. 5. Hasil pembangunan harus dapat dinikmati secara adil dan merata oleh seluruh rakyat Indonesia dalam bentuk peningkatan kesejahteraan lahir dan batin.

Saran-Saran

• Meningkatkan sikap persatuan dalam bergaul,

• Membiasakan bergotong royong dalam menyelesaikan masalah • Selalu bekerja sama dalam mengatasi kesulitan bersama.

(10)

REFERENSI

Aim Abdul Karim, Drs.M.Pd.,Memahami PPKn untuk kelas I SMU,

Bandung:Penerbit GaneqaExact, 2000.

Conyers, Diana, 1992, Perencanaan Sosial di Dunia Ketiga : Suatu

Pengantar,Susetiawan(Penerjemah),Gajah Mada University Perss,

Yogyakarta.

Benda Beckman et al. 2001.sumber daya alam dan jaminan social, pustaka

pelajar.yogyakarta

Referensi

Dokumen terkait