• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN ECENG GONDOK (Eichhornia crassipes) Dan LIMBAH KERTAS KORAN SEBAGAI BAHAN BAKU KERTAS SENI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMANFAATAN ECENG GONDOK (Eichhornia crassipes) Dan LIMBAH KERTAS KORAN SEBAGAI BAHAN BAKU KERTAS SENI"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

1

PEMANFAATAN ECENG GONDOK (Eichhornia crassipes) Dan

LIMBAH KERTAS KORAN SEBAGAI BAHAN BAKU

KERTAS SENI

Oleh :

RIDWAN WIDYA PERMANA NIM. 070 500 061

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL HUTAN JURUSAN PENGOLAHAN HASIL HUTAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA 2010

(2)

2

PEMANFAATAN ECENG GONDOK (Eichhornia crassipes) Dan

LIMBAH KERTAS KORAN SEBAGAI BAHAN BAKU

KERTAS SENI

Oleh :

RIDWAN WIDYA PERMANA NIM. 070 500 061

Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperole h Sebutan Ahli Madya (D III) Kehutanan Pada Program Diploma III

Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL HUTAN JURUSAN PENGOLAHAN HASIL HUTAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA 2010

(3)

3

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Karya Ilmiah : Pemanfaatan Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) Dan Limbah Kertas Koran Sebagai Bahan baku Kertas Seni

Nama : Ridwan Widya Permana

Nim : 070 500 061

Program Studi : Teknologi Hasil Hutan Jurusan : Pengolahan Hasil Hutan

Mengesahkan, Direktur,

Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

Ir. Wartomo, MP NIP. 19631028198803103

Lulus ujian pada tanggal : ………….. Dosen Pembimbing,

Ir. Sumiati

NIP. 195906121998032004

Disetujui, Dosen Penguji,

M. Fikri Hernandi, S.Hut. MP NIP. 197011271998021001

(4)

4

ABSTRAK

Ridwan Widya Permana. Pemanfaatan Eceng Gondok (Eichhornia

crassipes) dan Limbah Kertas Koran Sebagai Baha n Baku Kertas Seni (di bawah

bimbingan Ir. Sumiati).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rendemen dari kertas seni yang dihasilkan dan ingin mengetahui tekstur kertas seni yang dihasilkan pada komposisi yang berbeda.

Metode pengamatan yang dilakukan dalam pembuatan kertas seni ini adalah proses pembuatan bubur kertas koran (pulp), proses pembuatan bubur eceng gondok (pulp), proses pencampuran pulp kertas dan pulp eceng gondok, dan proses pencetakan.

Dari hasil penelitian diperoleh rendemen dari 4 komp osisi, untuk komposisi 1 adalah 20 % eceng gondok dan 80 % koran menghasilkan rendemen 26 %, memiliki unsur garis lengkung dan diagonal yang tidak beraturan, mempunyai tekstur kasar dan bergelombang. Komposisi 2 adalah 30 % eceng gondok dan 70 % koran me nghasilkan rendemen 26 %, memiliki unsur garis lengkung dan diagonal yang tidak beraturan, mempunyai tekstur kasar dan bergelombang. komposisi 3 adalah 40 % eceng gondok dan 60 % koran menghasilkan rendemen 22 %, memiliki unsur garis lengkung dan diagonal yang tidak beraturan, mempunyai tekstur kasar tetapi lembut. Komposisi 4 adalah 50 % eceng gondok dan 50 % koran menghasilkan rendemen 24 %, unsur garis lengkung dan diagonal yang tidak beraturan, mempunyai tekstur kasar tetapi lembut.

(5)

5

RIWAYAT HIDUP

Ridwan Widya Permana, lahir pada tanggal 12 Agustus 1986 di Kotamadya Jakarta Timur Provinsi DKI Jakarta. Merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan ayah Drs. Hendro Widiarto dan ibu Evi supiati.

Pada tahun 1993 memulai pendidikan Sekolah Dasar Negeri Komplek API Curug Tangerang dan memperoleh ijazah tahun 1998. Kemudian melanjutkan studi ke SMP Pramita tangerang dan memperoleh ijazah pada tahun 2001. Pada tahun 2004 mendapatkan ijazah SMUN 1 Curug tangerang-Banten.

Tahun 2007 melanjutkan ke jenjang pendidikan Perguruan Tinggi Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dengan mengambil Jurusan Teknologi Pengolahan Hasil Hutan sampai dengan sekarang. Pada bulan Maret 2010 sampai April 2010 melaksanakan Praktek Kerja Lapang ( PKL ) di CV. Pavettia Kurnia Atsiri yang bergerak di bidang Pengolahan Hasil Hutan Non Kayu berupa Minyak Atsiri.

(6)

6

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini dengan mudah dan tepat waktu.

Karya ilmiah ini disusun berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan dan merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kehutan di Politeknik Pertanian Nege ri Samarinda.

Pada kesempatan ini pula penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar - besarnya kepada :

1. Ayah, Ibu, Adik-adik tercinta, yang telah mengasuh dan telah memberikan bantuan yang sangat berharga berupa moril dan materil kepada penulis selama mengikuti pendidikan di Politenik Pertanian Negeri Samarinda, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan baik.

2. Ibu Ir. Sumiati, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing, membantu dan mengarahkan penulis.

3. Bapak M. Fikri Hernandi, S.Hut, MP, selaku Dosen Penguji Karya Ilmiah dan selaku Ketua Jurusan Pengolahan Hasil Hutan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

4. Bapak Ir. Wartomo, MP, selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

5. Segenap mahasiswa yang telah banyak membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan karya ilmiah tepat pada waktunya.

(7)

7

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya ilmiah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun untuk menyempurnakan laporan karya ilmiah ini.

Penulis juga mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat kesalahan dan kekurangan. Harapan penulis semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan rekan-rekan yang lain.

Samarinda, Juli 2010

(8)

8

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 4

A. Sejarah Kertas... 4

B. Pengertian Pulp ... 5

C.Macam-macam Proses Pulping ... 6

D. Faktor- faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Kertas... 7

E. Risalah Bahan Baku... 8

F. Rendemen... 10

BAB III. METODE PENELITIAN ... 11

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 11

B. Bahan dan Peralatan Penelitian ... 11

C. Prosedur Penelitian... 12

D. Pengolahan Data ... 15

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 17

A. Hasil... 17

B. Pembahasan... 21

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 25

A. Kesimpulan ... 25

B. Saran ... 25 LAMPIRAN

(9)

9

DAFTAR TABEL

Tubuh Utama

No. Halaman

1. Tabel 1. Rincian Waktu Pelaksanaan Kegiatan Penelitian ... 11

2. Tabel 2. Komposisi Pulp Eceng Gondok dan Pulp Kertas ... 14

3. Tabel 3. Rata-rata Rendemen Kertas Yang Dihasilkan ... 17

4. Tabel 4. Pengujian Organoleptik ... 18

Lampiran No. Halaman 4. Tabel 5. Rata-rata berat kertas dari 4 komposisi... 34

(10)

10

DAFTAR GAMBAR

Tubuh Utama

No. Halaman

1. Gambar 1. Rendemen Kertas Yang Dihasilkan Dari 4 Komposisi ... 17

Lampiran No. Halaman 1. Gambar 2. Lokasi Pengambilan Eceng Gondok ... 29

2. Gambar 3. Eceng Gondok Yang Telah Dirajang ... 29

3. Gambar 4. Proses Pemasakan Bahan Baku Eceng Gondok ... 30

4. Gambar 5. Proses Pembuatan Pulp Eceng Gondok ... 30

5. Gambar 6. Pulp Eceng Gondok ... 31

6. Gambar 7. Pulp Koran ... 31

7. Gambar 8. Proses Pencetakan ... 32

8. Gambar 9. Pengeringan Kertas ... 32

9. Gambar 10. Hasil Kertas Eceng Gondok Dan Koran ... 33

(11)

11

I. PENDAHULUAN

Indonesia sebagai negara agraris yang sedang menuju era industrialisasi perlu mencari bentuk yang sesuai perkembangan industri kecilnya serta diperlukan jembatan yang tepat dalam menghubungkan pola hidup masyarakat agraris menjadi pola hidup masyarakat industri. Membuat kertas seni adalah salah satu alternatif untuk mencari bentuk industri yang cocok dan sesuai pola hidup masyarakat agraris yaitu dengan cara memanfaatkan tanaman non produktifnya menjadi suatu bentuk yang dapat dimanfaatkan sebagai nilai tambah bagi perekonomian masyarakat tersebut, salah satunya dengan cara membuat kertas seni dari tanaman non produktif.

Kertas seni adalah kertas yang dimanfaatkan karena nilai seninya, baik dilihat dari motifnya maupun warnanya. Salah satu contoh dari pemanfaatan tanaman non produktif yang dapat dijadikan sebagai bahan baku kertas seni adalah eceng gondok.

Eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Solm.) merupakan tanaman gulma di wilayah perairan yang hidup terapung pada air yang dalam atau mengembangkan perakaran di dalam lumpur pada air yang dangkal. Eceng gondok berkembangbiak dengan sangat cepat, baik secara vegetatif maupun generatif. Perkembangbiakan dengan cara vegetatif dapat melipat ganda dua kali dalam waktu 7-10 hari. Hasil penelitian Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Sumatera Utara di Danau Toba (2003) melaporkan bahwa satu batang eceng gondok dalam waktu 52 hari mampu berkembang seluas 1 m2, atau dalam waktu 1 tahun mampu menutup area seluas 7 m2.

(12)

12

Heyne (1987) menyatakan bahwa dalam waktu 6 bulan pertumbuhan eceng gondok pada areal 1 ha dapat mencapai bobot basah sebesar 125 ton. Perkembangbiakannya yang demikian cepat menyebabkan tanaman eceng gondok telah berubah menjadi tanaman gulma di beberapa wilayah perairan di Indonesia. Di kawasan perairan danau, eceng gondok tumbuh pada bibir-bibir pantai sampai sejauh 5-20 m. Perkembangbiakan ini juga dipicu oleh peningkatan kesuburan di wilayah perairan danau (eutrofikasi), sebagai akibat dari erosi dan sedimentasi lahan, berbagai aktivitas masyarakat (mandi, cuci, kakus/MCK), budidaya perikanan (keramba jaring apung), limbah transportasi air, dan limbah pertanian.

Salah satu upaya yang cukup prospektif untuk menanggulangi gulma eceng gondok di kawasan perairan danau adalah dengan memanfaatkan tanaman eceng gondok untuk kerajinan kertas seni. Eceng gondok dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku kertas karena mengandung serat/selulosa (Joedodibroto, 1983). Pulp eceng gondok yang dihasilkan berwarna coklat namun dapat diputihkan dengan proses pemutihan (bleaching). Pulp juga dapat menyerap zat pewarna ya ng diberikan dengan cukup baik, sehingga berbagai variasi warna kertas dapat dihasilkan melalui proses ini. Kertas seni yang dihasilkan selanjutnya dapat digunakan untuk pembuatan berbagai barang kerajinan seperti kartu undangan, figura, tempat tissue dan perhiasan.

(13)

13

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui rendemen dan tekstur dari kertas seni yang dihasilkan pada komposisi yang berbeda.

Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi kepada masyarakat khususnya mahasiswa Politeknik Pertanian Negeri Samarinda bahwa eceng gondok dan limbah kertas koran dapat dijadikan sebagai bahan baku kertas seni.

(14)

14

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Sejarah Kertas

Kertas pertama kali diciptakan oleh bangsa Cina. Tsai Lun adalah orang yang menemukan kertas yang dibuat dari bahan bambu yang mudah didapatkan di China pada tahun 101 Masehi. Penemuan ini kemudian menyebar ke Jepang dan Korea seiring dengan menyebarnya bangsa Cina ke timur dan perkembangannya peradaban di kawasan itu, walaupun sebenarnya cara pembuatan kertas pada awalnya merupakan hal yang sangat dirahasiakan. Teknik pembuatan kertas jatuh ketangan orang-orang arab pada masa Abbasiyah setelah kalahnya pasukan dinasti Tang dalam pertempuran Sungai Talas pada tahun 751 Masehi. Para tawanan perang mengajarkan cara pembuatan kertas pada orang-orang arab, sehingga muncullah industri- industri kertas disana. Teknik pembuatan kertas kemudian juga menyebar ke Italia dan India lalu Eropa khususnya setelah perang salib dan jatuhnya grenada dari bangsa Moor ke tangan Spanyol dan ke seluruh dunia. Kertas adalah bahan yang tipis dan rata, yang dihasilkan dengan kompresi serat yang berasal dari pulp serat yang digunakan biasanya adalah alami, dan mengandung selulosa dan hemiselulosa. Kertas dikenal sebagai media utama untuk menulis mencetak serta melukis dan banyak kegunaan lain yang dapat dilakukan dengan kertas misalnya, kertas pembersih (tissue) yang digunakan untuk hidangan kebersihan. Adanya kertas merupakan revolusi baru dalam dunia tulis- menulis yang menyumbangkan arti besar dalam peradaban dunia. Sebelum ditemukan kertas, bangsa-bangsa dahulu menggunakan tablet dari tanah lempung yang dibakar. Hal ini bisa dijumpai dari peradaban bangsa Sumeria, perasasti dari

(15)

15

batu, kayu, bambu, kulit atau tulang binatang, sutra, bahkan daun lontar yang dirangkai seperti dijumpai pada naskah-naskah nusantara beberapa abad lampau.

peradaban Mesir kuno menyumbangkan papirus sebagai media tulis-menulis. Penggunaan papyrus sebagai media tulis- menulis ini digunakan pada peradaban Mesir kuno pada masa wangsa Firaun kemudian menyebar keseluruh timur tengah sampai romawi dilaut tengah dan menyebar ke Seantero Eropa, meskipun penggunaan papirus masih dirasakan sangat mahal dari kata papirus (papyrus) itulah dikenal sabagai paper dalam bahasa Inggris, papier dalam bahasa Belanda, bahasa Jerman, bahasa Prancis misalnya atau papel dalam bahasa Spanyol.

B. Pengertian Pulp

Pulp adalah bahan serat yang didapat dari hasil pengolahan bahan berselulosa dengan cara mekanis, kimia dan semi kimia dan digunakan sebagai bahan dasar kertas,papan serat,rayon serta turunan selulosa lainnya (Anonim 1976 dalam Yusnandar 1996).

Menurut Suhartono (1991) dalam Yusnandar 1996), pulp adalah kumpulan serat dalam suatu larutan atau bubur serar dengan konsentrasi tertentu dan digunakan sebagai bahan baku pembuat kertas, papan serat, rayon serta turunan selulosa lainnya.

Proses pembuatan pulp (pulping) menurut Soenardi (1998) dalam Yusnandar 1996), memberikan pengertian proses buburan pulping kayu, yaitu suatu cara untuk memisahkan serat-serat kayu satu dari yang lain, sehingga kayu berubah jadi pulp.

(16)

16

C. Macam-macam Proses Pulping

Proses pulping merupakan proses pemisahan serat kayu / non kayu dari komponen-komponen lain seperti lignin, zat ekstraktif, dan bahan lain yang saling berikatan. Tujuannya adalah untuk memisahkan serat-serat kayu / non kayu dan menghilangkan lignin dan bahan-bahan lain yang tidak diperlukan dalam pembuatan pulp semaksimal mungkin

Menurut (Kasmudjo 1983 dalam Sumiati 2008), ada beberapa cara atau metoda yang dapat digunakan dalam proses pulping yang dapat digolongkan dalam 3 kelompok yaitu :

1. Proses mekanik

Pada proses pemisahan serat secara mekanik, proporsi bahan baku yang menjadi serat umumnya dapat mencapai 95 – 99%. Dengan demikian pulp yang dihasilkan relatif tinggi. Proses ini menggunakan bahan kimia dan peralatan yang digunakan sederhana.

2. Proses semi kimia

Pada proses ini pembuatan pulp dilakukan dengan cara menghubungkan antara proses mekanis yang mempunyai rendemen tinggi dengan proses kimia yang berkualitas tinggi.

3. Proses Kimia

Pada proses kimia ini dibedakan menjadi 3 proses, yaitu : a. Proses sulfit

Bahan kimia yang digunakan dalam proses ini adalah Ca(HSO3)2 atau Mg(HSO3)2. Bahan kimia ini dapat dengan baik menghilangkan zat- zat

(17)

17

dalam kayu yang bersifat non selulosa. Rendemen yang dihasilkan pada proses ini adalah antara 49 – 50 %.

b. Proses sulfat

Merupakan proses pemasakan yang bersifat alkalis karena NaOH merupakan zat yang aktif disamping Na2S dan Na2SO4. Rendemen pulp yang dihasilkan pada proses ini adalah bersifat 45 – 48 %.

c. Proses soda

Merupakan proses pemasakan dengan menggunakan bahan kimia yaitu sodium hidroksida (NaOH) atau biasa dikenal dengan sebutan koustic soda, dapat digunakan dengan baik untuk memasak bahan baku yang berserat pendek. Pulp yang dihasilkan umumnya berwarna agak gelap karena masih terdapat kandungan lignin. Rendemen berkisar sekitar 75 %.

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas kertas

1. Dimensi dan nilai turunan serat

Dimensi serat adalah ukuran serat yang meliputi panjang serat, diameter serat dan diameter lumen (Kasmudjo, 1983). Menurut Casey (1960), kekuatan kertas bergantung pada kekuatan serat, kekuatan ikatan dan distribusi/penyebaran ikatan serat sendiri bergantung pada luas permukaan serat yang tersedia untuk saling berikatan, kelenturan serat, kemampuan pengembangan dari serat dan perbandingan dari serat perbandingan antara panjang dan lebar serat.

(18)

18

2. Penggilingan

Menurut Casey (1960), suatu lembaran kertas tidak dapat terbentuk tanpa adanya ikatan antara serat yang kuat. Tingkat kekuatan ikatan atau yang disebut derajat ikatan yang kuat antar serat sangat menentukan kualitas kertas yang dihasilkan.

3. Pembentukan lembaran kertas

Pembentukan lembaran kertas (sheet formation) adalah tahapan kegiatan yang sangat penting dan memberikan pengaruh yang besar terhadap sifat akhir kertas yang dihasilkan seperti sifat kekuatan kertas dan sifat kenampakan kertas. Pembentukan lembaran secara baik sangat diperlukan untuk pencetakan berbagai jenis kertas terlebih pada jenis kertas dengan berat yang ringan

(light-weight paper) seperti kertas tissue (Casey 1960 dalam Sumiati 2008).

E. Risalah Bahan Baku

1. Eceng Go ndok

Eceng gondok (Eichhornia crassipes) adalah salah satu jenis tumbuhan air mengapung. Selain dikenal dengan nama eceng gondok, di beberapa daerah di Indonesia, eceng gondok mempunyai nama lain seperti di daerah Palembang di kenal dengan nama Kelipuk, di Lampung dikenal dengan nama ringgak, di Dayak di kenal dengan nama Ilung-Ilung, di Manado dikenal dengan nama Tumpe. Eceng gondok pertama kali di temukan secara tidak sengaja oleh seorang ilmuan bernama Carl Friedrich Philipp Von Martius, seorang ahli

(19)

19

Botani berkebangsaan Jerman pada tahun 1824 ketika sedang melakukan ekspedisi di sungai amazon brazil.

Eceng gondok memiliki kecepatan tumbuh yang tinggi sehingga tumbuhan ini dianggap sebagai Gulma yang dapat merusak lingkungan perairan. Eceng gondok dengan mudah menyebar melalui saluran air ke badan air lainnya. Eceng gondok hidup mengapung di air dan kadang-kadang berakar dalam tanah. Tingginya sekitar 0,4 - 0,8 meter. Tidak mempunyai batang. Daunnya tunggal dan berbentuk oval. Ujung dan pangkalnya meruncing, pangkal tangkai daun menggelembung. Permukaan daunnya licin dan berwarna hijau. Bunganya termasuk bunga majemuk, berbentuk bulir, kelopaknya berbentuk tabung. Bijinya berbentuk bulat dan berwarna hitam. Buahnya kotak beruang tiga dan berwarna hijau. Akarnya merupakan akar serabut.

2. Limbah Kertas

Sebagian kecil saja orang-orang yang peduli dan akrab dengan berbagai limbah. Mereka adalah orang-orang sukses karena kejelian dan kreatifitasnya, sehingga ditemukan cara sederhana untuk mendaur ulang limbah kertas menjadi sebuah produk kertas baru yang bernilai seni dan bernilai jual cukup tinggi. Kegiatan daur ulang sebagai upaya untuk memanfaatkan kembali barang limbah bekas pakai pada dekade terakhir ini sudah selayaknya untuk terus dikembangkan lebih intensif, karena jika diperhatikan ternyata banyak manfaat yang bisa diperoleh dari hasil kegiatan tersebut. Selain untuk mengurangi pencemaran pada suatu lingkungan yang bersih, kegiatan daur ulang terhadap beberapa limbah, terutama kertas yang sudah tidak terpakai.

(20)

20

F. Rendemen

Menurut Cenmark dan Ruhendi (1976) dalam Yusnandar (1996) Menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan rendemen adalah merupakan persen dari hasil pembagian antara output yang dihasilkan dengan input. Pengertian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

Dimana :

1. Input : berat banyaknya bahan baku 2. Output : berat yang dihasilkan

(21)

21

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Lab. Rekayasa Pengolahan Kayu Pulp dan Kertas Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dan dilaksanakan selama kurang lebih 2 bulan dengan rincian kegiatan sebagai berikut :

Tabel 1. Rincian Waktu Pelaksanaan Kegiatan Penelitian. Bulan Ke- No Kegiatan I II 1 Persiapan 2 Proses pemasakan 3 Proses Pencampuran 4 Proses Pencetakan 5 Proses penjemuran 6 Analisa Data

7 Penulisan Hasil Penelitian

B. Bahan dan Peralatan Penelitian 1. Bahan Penelitian

a. Bahan mentah pokok yang digunakan adalah : 1) Limbah Kertas Koran

2) Eceng Gondok b. Bahan pelengkap :

1) Koustic Soda 2) Formalin

3) Natrium Klorida 4) Lem Putih (lem kanji)

(22)

22 2. Peralalatan Penelitian a. Kompor b. Panci pemasak c. Baskom d. Ember e. Lesung f. Blender g. Mixer

h. Screen (alat cetak) mess 100 i. Rakel

j. Multiplek k. Strika

C. Prosedur Penelitian

Adapun proses pembuatan kertas seni sebagai berikut : 1. Proses Pembuatan Bubur Kertas Koran (Pulp)

a. Limbah kertas ditimbang sebanyak 2 Kg. Kemudian dipotong (dirajang) dengan ukuran kurang lebih 2 x 2 cm dan direndam selama 24 jam.

b. Kertas yang sudah direndam kemudian diblender hingga menjadi bubur kertas koran (Pulp).

c. Setelah kertas tersebut menjadi bubur, diperas dengan menggunakan kain kasa hingga tiris.

(23)

23

2. Proses Pembuatan Bubur Eceng Gondok (pulp)

a. Eceng gondok yang telah diperoleh dari lapangan dicuci hingga bersih, kemudian dipotong (dirajang) dengan ukuran 2 – 3 cm dengan menggunakan pisau dan gunting.

b. Setelah eceng gondok tersebut dipotong (dirajang) kemudian di jemur hingga kering dan ditimbang sebanyak 2 Kg.

c. Setelah eceng gondok ditimbang kemudian direbus selama kurang lebih 4 jam dengan menggunakan panci, dengan tambahan bahan – bahan kimia lain seperti koustic soda 500 gram dan natrium klorida 30 gram.

d. Setelah eceng gondok direbus proses selanjutnya adalah eceng gondok tersebut dicuci menggunakan air hingga bersih.

e. Setelah bersih, eceng gondok tersebut digiling / ditumbuk dengan lesung dan diblender hingga menjadi bubur atau pulp.

f. Setelah eceng gondok menjadi bubur, diperas dengan menggunakan kain kasa hingga tiris

(24)

24

3. Proses Pencampuran Pulp Kertas Dan Pulp Eceng Gondok

Langkah berikutnya adalah proses pencampuran pulp kertas dan pulp eceng gondok, dengan menggunakan bahan lain seperti, formalin 30 gram, bahan pengisi (perekat) 60 gram dan air 17,5 liter kemudian dimixer hingga homogen (tercampur rata) dengan komposisi pulp eceng gondok dan pulp kertas yang dicampurkan adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Komposisi Pulp Eceng Gondok dan Pulp Kertas

No Bahan Baku (Pulp) Komposisi (%) Komposisi (Gram) 1. Eceng Gondok Kertas 20 80 100 400 2. Eceng Gondok Kertas 30 70 150 350 3. Eceng Gondok Kertas 40 60 200 300 4. Eceng Gondok Kertas 50 50 250 250 4. Proses Pencetakan

a. Mempersiapkan alat yang berupa, 2 buah baskom yang berdiameter 50 cm, screen (alat cetak) mess 100, rakel, multiplek yang telah dilapisi oleh kain.

b. Memasukkan alat screen kedalam baskom yang telah berisi air kemudian menekan alat screen kedalam air hingga permukaan screen tenggelam.

c. Kemudian menuangkan adonan pulp kedalam alat screen dengan menggunakan gelas ukur sebanyak 1 liter.

d. kemudian langkah selanjutnya, mengangkat alat screen dengan perlahan dan seimbang hingga tiris.

(25)

25

e. Kemudian dipindahkan ke alat penjemuran yang berupa multiplek yang telah dilapisi kain kasa tekan dengan menggunakan rakel dan siap dilakukan pengeringan dengan cara dijemur dibawah sinar matahari dan disetrika agar permukaan kertas lebih halus dan rata. D. Pengolahan Data

1. Rendemen

Dari hasil pengamatan dilakukan perhitungan mengenai Rendemen dengan rumus sebagai berikut (Cenmark dan Ruhendi 1976 Yusnandar, 1996).

Dimana :

a. Input : berat banyaknya bahan baku b. Output : berat yang dihasilkan. 2. Menghitung Nilai Rata-Rata Berat Kertas

Dari hasil pengamatan yaitu berupa lembaran kertas kemudian dilakukan penimbangan untuk mengetahui berat kertas tersebut. Selanjutnya setelah melakukan penimbangan dihitung berat rata-rata per lembar kertas dengan rumus sebagai berikut (Sudjana dalam Yusnandar, 1996)

(26)

26

Dimana :

a. : Nilai berat rata-rata per lembar kertas b. Zx : Jumlah berat dari kertas yang ditimbang c. N : Banyaknya kertas yang ditimbang

3. Uji Organoleptik

Menurut Panuti Sudjiman dan Aart Zoest, 1992 dalam Sumiati (2008), Uji organoleptik adalah analisa secara kualitatif diskriptif yaitu dengan pendekatan estetika dan semiotika yang meliputi :

a. Unsur Garis b. Unsur Tekstur c. Unsur Corak / motif d. Unsur Warna

(27)

27

IV. Hasil dan Pembahasan

A. Hasil

Dari penelitian yang dilakukan, diperoleh data hasil pengukuran rata-rata rendemen kertas yang dihasilkan sebagaimana yang ditunjukan pada tabel berikut ini :

Tabel 3. Rata-rata Rendemen Kertas Yang Dihasilkan

No Komposisi (%)

Eceng Gondok Koran

Rendemen (%) 1. 20 80 26 2. 30 70 26 3. 40 60 22 4. 50 50 24 Total 98 Rata-rata 24,5

Untuk lebih jelasnya mengenai rata-rata rendemen tersebut diatas dapat dilihat pada gambar berikut ini :

50 % 80 70 50 % 60 % 23% 22 26% 25 % rendemen Eceng Limbah

(28)

28

ko

Gambar 1. Rendemen Kertas Yang Dihasilkan Dari 4 Komposisi.

Untuk hasil pengamatan secara kualitatif deskriptif yaitu dengan pendekatan estetika dan semiotika dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4. Pengujian Organoleptik Komposisi (%) No Eceng Gondok Koran Unsur Garis Unsur Tekstur Unsur Corak/motif Unsur Warna 1. 20 80 Lengkung dan diagonal Kasar dan bergelombang Bergelombang, lengkung dan abstrak Abu-abu keputihan 2. 30 70 Lengkung dan diagonal Kasar dan bergelombang Bergelombang, lengkung dan abstrak Abu-abu 3. 40 60 Lengkung dan diagonal Kasar dan lembut Bergelombang, lengkung dan abstrak Abu-abu kecoklatan 4. 50 50 Lengkung dan diagonal Kasar dan lembut Bergelombang, lengkung dan abstrak Abu-abu kecoklatan 20 30% 40 20 Komposis 1 2 3 4

(29)

29

Untuk garis lengkung dan diagonal bisa kita lihat pada 4 kertas yang dihasilkan dari masing- masing komposisi berikut ini :

Gambar 2. Hasil Kertas dari komposisi 1

Garis Lengkung

(30)

30

Gambar 2. Hasil Kertas dari komposisi 2

Gambar 2. Hasil Kertas dari komposisi 3

Garis Diagonal Garis Lengkung

Garis Lengkung

(31)

31

Gambar 2. Hasil Kertas dari komposisi 4

Garis Lengkung

(32)

32

B. Pembahasan

1. Rendemen

Dari hasil perhitungan dan pengamatan seperti yang terlihat pada tabel 3 menunjukkan bahwa rata-rata rendemen kertas yang dihasilkan dari 4 komposisi pencampuran pulp eceng gondok dengan pulp koran, untuk komposisi 1, yaitu eceng gondok 20 % dan koran 80 % rendemen yang dihasilkan adalah 26 %, untuk komposisi 2, yaitu 30 % eceng gondok dan 70 % koran rendemen ya ng dihasilkan 26 %, sedangkan untuk komposisi 3, yaitu 40 % eceng gondok dan 60 % koran rendemen yang dihasilkan adalah 22 %, dan untuk komposisi ke 4 yaitu 50 % eceng gondok dan 50 % koran rendemen yang dihasilkan adalah 24 %. Dari hasil rendemen yang diperoleh dari masing-masing komposisi maka dapat diperoleh rendemen rata-rata yang dihasilkan dari 4 komposisi tersebut yaitu 24,5 %.

Melihat data tersebut diatas rendemen yang dihasilkan dari masing-masing komposisi sedikit berbeda, hal ini disebabkan antara lain oleh yang pertama ialah disaat proses pencetakan, dimana serat yang kecil banyak yang terbuang sehingga mempengaruhi hasil rendemen, selanjutnya yang kedua yaitu pada saat proses pencampuran, dimana pulp eceng gondok dan pulp koran kurang homoge n sehingga terjadi sedikit penggumpalan yang mengakibatkan rendemen tidak merata pada setiap komposisinya dan yang ketiga ialah ketelitian dari individu pembuat kertas seni itu sendiri karena dalam proses pembuatan kertas seni ini memerlukan ketelitian dan kesabaran.

(33)

33

2. Organoleptik

Menurut Panuti Sudjiman dan Aart Van Zoest, 1992 dalam Sumiati (2008), semiotika adalah ilmu tanda dan istilah ini berasal dari kata yunani Semion yang berarti tanda. Tanda ini bisa terdapat dimana-mana,misalnya bendera, karya sastra, lampu lalu lintas dan lain- lain, hal ini disebabkan karena manusia adalah homo semioticus, yaitu mencari arti pada barang-barang dan gejala- gejala yang mengelilinginya.

Pendekatan semiotika merupakan salah satu cara untuk mengetahui dan mengontrol karya-karya yang dibuat karena karya seni merupakan sesuatu yang diciptakan seniman yang dapat dibaca oleh penerima tanda (penonton). Semiotika sebagai pendekatan meninjau karya adalah dengan melakukan otokritik terhadap karya-karya yang dibuat. Unsur kritik dalam meninjau karya adalah deskripsi, yaitu menyebutkan, mencatat dan melaporkan hal-hal yang tersaji secara langsung yang tampak melalui penglihatan mengenai wujud kemudian menganalisi, menafsir atau interpretasi dan terakhir adalah hasil karya seni.

Melihat dari hasil penelitian yang telah dilakukan dari pencampuran bahan baku eceng gondok dan Koran yang dibuat kertas seni secara manual, ternyata secara visual menghadirkan suatu corak yang hidup, bergerak, bergelombang dan dinamis, yang terlihat agak samar, hal ini terjadi juga karena pertautan antara garis lengkung dan diagonal yang silih berganti dari serat-seratnya. Setiap komposisi dari pencampuran eceng gondok dan koran

(34)

34

memiliki tekstur dan warna yang berbeda-beda, tergantung dari komposisi dan proses pencetakan ketas seni tersebut.

Dari hasil pengamatan secara semiotika yang terdapat dalam tabel 4 dapat dilihat hasil kertas seni dari masing- masing komposisi, komposisi 1, yaitu eceng gondok 20 % dan koran 80 % menghasilkan unsur garis lengkung dan diagonal yang tidak beraturan, disamping itu kertas seni ini menghadirkan corak yang hidup, lengkung dan bergelombang, yang terlihat agak samar, mempunyai tekstur kasar dan bergelombang, dan memiliki warna abu-abu keputihan.

komposisi 2 yaitu eceng gondok 30 % dan koran 70 % menghadirkan unsur garis lengkung dan diagonal yang tidak beraturan, disamping itu kertas seni ini menghadirkan corak yang hidup, lengkung dan bergelombang, yang terlihat agak samar, mempunyai tekstur kasar, bergelombang dan memiliki warna abu-abu.

komposisi 3 yaitu eceng gondok 40 % dan koran 60 % menghasilkan unsur garis lengkung dan diagonal yang tidak beraturan, disamping itu kertas seni ini menghadirkan corak yang hidup, lengkung dan bergelombang, yang terlihat agak samar, mempunya i tekstur kasar, tetapi lembut dan memiliki warna abu-abu kecoklatan.

(35)

35

Komposisi yang ke 4 yaitu eceng gondok 50 % dan koran 50 % menghasilkan unsur garis lengkung dan diagonal yang tidak beraturan, disamping itu kertas seni ini menghadirkan corak yang hidup, lengkung dan bergelombang, yang terlihat agak samar, mempunyai tekstur kasar, tetapi lembut dan memiliki warna abu-abu kecoklatan tetapi lebih tua warnanya bila dibandingkan komposisi 3.

Secara keseluruhan kertas seni yang dibuat secara manual ini menghasilkan motif yang baik, dimana corak, warna dan tekstur secara visual dipengaruhi oleh komposisi, proses pencampuran, selain itu juga tergantung pada ketelitian dari individu pembuatnya. Kertas seni yang dihasilkan berbeda dengan kertas budaya seperti hvs, kwarto, dan lain- lain seperti yang biasa dipergunakan sehari-hari. Dimana kertas budaya ini mempunyai permukaan yang licin dan rata sementara kertas seni ini selain memiliki permukaan yang kasar juga tidak merata. Di dalam ilmu semiotic hal ini dapat dikategorikan sinsign (singular sign), yaitu tanda-tanda yang menjadi tanda berdasarkan bentuk/rupa dalam kenyataan.

(36)

36

V. Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan

1. Kertas seni dari masing- masing komposisi menghasilkan Rendemen yang berbeda-beda, dari komposisi yang pertama menghasilkan rendemen 26 %, untuk komposisi yang kedua menghasilkan rendemen 26 %, dari komposisi yang ketiga menghasilkan rendemen 22 %, dan dari komposisi yang ke empat menghasilkan rendemen 24 %. Sehingga diperoleh rata-rata rendemen yang dihasilkan adalah 24,5 %.

2. Estetika dan semiotika kertas yang dihasilkan ini secara keseluruhan menghasilkan garis lengkung, diagonal , kasar, dan bergelombang.

B. Saran

1. Untuk mendapatkan hasil yang lebih bervariasi baik dari segi unsur garis, corak, tekstur dan warna perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan memvariasikan kombinasi bahan baku, warna-warna alami serta pernak pernik untuk mendapatkan corak yang lebih variatif.

2. Penggunaan kertas seni hanya sebagai cover atau hiasan lain, dan tidak untuk dipergunakan sebagai media alat tulis.

3. Untuk mendapatkan warna yang lebih bersih dan cerah, perlu dilakukan proses pemutihan (bleaching).

(37)

37

DAFTAR PUSTAKA

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid II. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Departemen Kehutanan. Bogor.

Joedodibroto, R. 1983. Prospek Pemanfaatan Eceng Gondok dalam Industri Pulp dan Kertas. Berita Selulosa. Edisi Maret 1983. Vol. XIX No. 1. Balai Besar Selulosa. Bandung.

Muladi, S. 2001. Kajian Eceng Gondok sebagai Bahan Baku Industri dan Penyelamat Lingkungan Hidup di Perairan. Prosiding Seminar Nasional IVMasyarakat Peneliti Kayu Indonesia (MAPEKI). Samarinda.

Bahari, Nooryan. 1993. Pelapukan Kayu sebagai Sumber Inspirasi dalam Penciptaan Karya Seni Rupa dengan Bahan Kertas. Laporan Proyek Akhir Program Magister Seni Rupa dan Design, Progra Pasca Sarjana ITB.

, Membuat Kertas Seni. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Bidang Pendidikan, Vol. 1 No. 2, hal. 26 – 28.

, Hasil Proses Limbah Kertas untuk Dimanfaatkan Sebagai Media Karya Seni Rupa. Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan, BKS PTN B, Vol. 1. No. 3, 27 Maret 1995.

, Membuat Kertas Seni. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Bidang Pendidikan, Vol. 1, No. 2, Tahun I, Agustus 1994.

Sumiati HK, 2008. Pemanfaatan Limbah Kertas, Limbah Pertanian Dan Tanaman Non Produktif Sebagai Bahan Baku Kertas Seni.

Elly yuliani, 1991. Diktat Pengujian Bahan Baku. Sekolah Teknologi Pulp dan Kertas. Bandung.

(38)

38

Yusnandar M. Syahani, 1996. Studi Tentang Rendemen Pulp Jenis Kayu Nangka Air (Artocarpus Kemando MIQ) Pada Pemasakan Soda.

Alamat – alamat rujukan pada web site :

http://id.wikipedia.org/wiki/Eceng gondok. http://www.geocities.com/kertas seni/ http://www.sejarah kertas.com

(39)
(40)

40

Lampiran 1

Gambar 3. Lokasi Pengambilan Eceng Gondok

(41)

41

Lampiran 2

Gambar 5. Proses Pemasakan Bahan Baku Eceng Gondok

(42)

42

Lampiran 3

Gambar 7. Pulp Eceng Gondok

(43)

43

Lampiran 4

Gambar 9. Proses Pencetakan

(44)

44

Lampiran 5

Gambar 11. Hasil Kertas Campuran Eceng Gondok Dan Koran

(45)

45

Lampiran 6

Tabel 5. Rata-rata berat kertas dari 4 komposisi. Komposisi (%) No Eceng Gondok Koran Berat Kertas yang dihasilkan (gram) Jumlah lembaran kertas yang dihasilkan (Lembar) Berat Kertas per lembarnya (gram) 1. 20 80 130 20 6,5 2. 30 70 130 22 5,9 3. 40 60 110 20 5,5 4. 50 50 120 21 5,7 Total 490 83 23,6 Rata-rata (x) 122,5 21 5,9

Gambar

Gambar 1.   Rendemen Kertas Yang Dihasilkan Dari 4 Komposisi.
Gambar 2. Hasil Kertas dari komposisi 1
Gambar 2. Hasil Kertas dari komposisi 2
Gambar 2. Hasil Kertas dari komposisi 4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pembahasan diatas, dapat diketahui bahwa eceng gondok dapat dimanfaatkan sebagai pakan tambahan dengan proses fermentasi seperti yang telah digunakan pada

Selulosa adalah senyawa yang tidak larut di dalam air dan ditemukan pada.. dinding sel tumbuhan terutama pada tangkai, batang, dahan, dan

Tujuan Penelitian : Tujuan penelitian ini untuk membuat dan memanfaatkan tulang ikan lele menjadi gelatin serta mengetahui rendemen yang dihasilkan serta melihat

[5] Sintani Sari, Mumu Sutisna dan Yulianti Pratama, “Biogas Yang Dihasilkan Dari Dekomposisi Eceng Gondok ( Eichhornia Crassipes ) Dengan Penambahan Kotoran Sapi

Hasil dari penelitian menunjukkan perbedaan komposisi substrat slurry pada reaktor A dengan komposisi 1:2 (20% eceng gondok dan 40% limbah jeroan ikan gabus)

Perumusan masalah yang ditinjau dalam penelitian ini meliputi kadar bioetanol yang dihasilkan dari variasi campuran bahan baku eceng gondok dan jerami padi

Hal ini diduga terjadinya peningkatan konsentrasi nitrat selama penelitian mengindikasikan terjadinya proses nitrifikasi amonia oleh bakteri sehingga nitrat yang

Tujuan Penelitian : Tujuan penelitian ini untuk membuat dan memanfaatkan tulang ikan lele menjadi gelatin serta mengetahui rendemen yang dihasilkan serta melihat