BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Usahatani
Usahatani (Farm) adalah kegiatan ekonomi, Karena ilmu ekonomi berperan dalam membantu mengembangkannya. Ilmu ekonomi ialah ilmu yang mempelajari alokasi sumber yang terbatas untuk memenuhi kebutuhan dan kehenndak manusia yang tidak terbatas, menurut Rivai (1980 : 7). usahatani adalah sebagai organisasi dari alam, kerja, dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian. Organisasi ini sendiri dan sengaja di usahakan oleh atau sekumpulan orang, segolongan sosial, baik yang terikat genologis, politis maupun tertorial sebagai pengelolaannya.
Operasi usahatani meliputi hal – hal berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang apa, kapan, di mana, dan beberapa besar usahatani itu di jalankan. Masalah apa yang timbul menjadi pertimbangan dalam percakapan keputusan usaha operasi, usahatani mencakup hal – hal tentang pengalaman dan kegiatan merencanakan ushatani. Usahatani semata – mata menuju kepada keuntungan terus menerus, bersifat komersial, menurut Rivai (1980 : 8), potret usahatani ialah sebagai berikut:
a. Adanya lahan, tanah usahatani, yang di atasnya tumbuh tanaman ada tanah yang di sebut kolam, tambak, sawah, ada tegalan, ada tanaman setahun.
b. Adanya bangunan yang berupa rumah petani. Gedung, dan kandang, lantai jemur, dan lain – lain.
c. Adanya alat – alat pertanian seperti cangkul, parang, garpu, linggis, spayer, traktor, pompa air, dan lain – lain.
d. Adanya pencurahan kerja untuk mengelolah tanah, tanaman, memelihara dan lain – lain.
e. Adanya kegiatan petani yang menerapkan uashatani, dan menikmati hasil uashataninya.
Tri Tunggal Usahatani adalah suatu konsep yang di dalamnya terdapat tiga fondasi atau modal dasar dari kegiatan usahatani. Tiga modal dasar tersebut adalah petani, lahan dan tanaman atau tenak. Dari pengertian tersebut, petani memiliki suatu kedudukan yang memegang alih dalam menggerakkan kegiatan usahatani. Kemudian lahan diperlukan sebagai tempat untuk menjalankan usahatani. Sedangkan tanaman, merupakan komoditas yang dibudidayakan dalam kegiatan usahatani. Berikut penjelasan mengenai masing-masing modal dasar yang terdapat di dalam tri tunggal usahatani menurut (Witrianto 2011 : 1).
1. Petani
Bahwa yang disebut petani adalah orang yang menggantungkan hidupnya pada lahan pertanian sebagai mata pencaharian utamanya. Secara garis besar terdapat tiga jenis petani, yaitu petani pemilik lahan, petani pemilik yang sekaligus juga menggarap lahan, dan buruh tani.
2. Tanah
Tanah merupakan sumber daya alam fisik yang mempunyai peranan penting dalam segala kehidupan manusia karena diperlukan manusia untuk pertanian. Tanah memiliki kriteria-kriteria dalam peranannya sebagai media tanam untuk menunjang tumbuh dan berkembangnya tanaman. Kriteria-kriteria tersebut meliputi kesesuaian tanah untuk ditanami jenis tertentu, kemampuan tanah untuk berproduksi, dan kemampuan tanah untuk diolah secara berlanjut tempat tinggal dan hidup, kemudian untuk melakukan kegiatan pertanian.
3. Tanaman Atau Ternak
Adalah semua subyek usahatani dan hewan yang di budidayakan pada suatu ruang atau media yang sesuai untuk usaha itu. Umumnya petani di Indonesia selain bercocok tanam di lahan ataupun ladang mereka juga memiliki ternak atau ikan yang dipelihara dalam menunjang kegiatan usahataninya.
Dalam usahatani salah satu faktor yang mempengaruhi yaitu faktor sosial ekonomi petani antara lain adalah umur, tingkat pendidikan, pengalaman usahatani, luas lahan, dan jumlah tanggungan keluarga terhadap kinerja petani. 1. Umur
Bagi petani yang lebih tua bisa jadi mempunyai kemampuan berusahatani yang konservatif dan lebih mudah lelah. Sedangkan petani muda mungkin lebih miskin dalam pengalaman dan keterampilan tetapi biasanya sifatnya lebih progresif terhadap inovasi baru dan relatif lebih kuat. Dalam hubungan dengan perilaku petani terhadap resiko, maka faktor sikap yang lebih progresi terhadap inovasi baru inilah yang lebih cenderung membentuk nilai perilaku petani usia muda untuk lebih berani menanggung resiko (Soekartawi, 2002 : 1).
2. Tingkat Pendidikan
Rendahnya tingkat pendidikan petani dan keterbatasan teknologi modern merupakan dua faktor penyebab utama yang menyebabkan kemiskinan di sektor pertanian di Indonesia. Keterbatasan dua faktor produksi tersebut yang sifatnya komplementer satu sama lain mengakibatkan rendahnya tingkat produktivitas yang pada akhirnya membuat rendahnya tingkat pendapatan riil petani sesuai mekanisme pasar yang sempurna (Tambunan, 2003 : 23).
Model pendidikan yang digambarkan dalam pendidikan petani bukanlah pendidikan formal yang acap kali mengasingkan petani dari realitas. Pendidikan petani tidak hanya berorientasi kepada peningkatan produksi petanian semata, tetapi juga menyangkut kehidupan sosial masyarakat petani. Masyarakat petani yang terbelakang lewat pendidikan petani diharapkan dapat lebih aktif, lebih optimis pada masa depan, lebih efetkif dan pada akhirnya membawa pada keadaan yang lebih produktif (Soetpomo, 1997 : 71).
3. Pengalaman Berusahatani
Belajar dengan mengamati pengalaman petani lain sangat penting, karena merupakan cara yang lebih baik untuk mengambil keputusan dari pada dengan cara mengolah sendiri informasi yang ada. Misalnya seorang petani dapat
mengamati dengan seksama dari petani lain yang lebih mencoba sebuah inovasi baru dan ini menjadi proses belajar secara sadar. Mempelajari pola perilaku baru, bisa juga tanpa disadari (Soekartawi, 2002 : 1).
4. Luas Lahan
Luas lahan yang selalu digunakan dalam skala usaha pertanian tradisional karena komunitas yang ditanam oleh petani tradisional selalu seragam yakni jagung dan tanaman keras yang sejenisnya. Dengan demikian pedoman luas lahan juga secara otomatis mengaju pada nilai modal, aset dan tenaga kerja
(Soekartawi, 2002 : 2).
5. Jumlah Tanggungan Keluarga
Ada hubungan yang nyata yang dapat dilihat melalui keengganan petani terhadap resiko dengan jumlah anggota keluarga. Keadaan demikian sangat beralasan, karena tuntutan kebutuhan uang tunai rumah tangga yang besar, sehingga petani harus berhati-hati alam bertindak khususnya berkaitan dengan cara-cara baru yang riskan terhadap risiko. Kegagalan petani dalam berusaha tani akan sangat berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan keluarga. Jumlah anggota keluarga yang besar seharusnya memberikan dorongan yang kuat untuk berusaha tani secara intensif dengan menerapkan teknologi baru sehingga akan mendapatkan pendapatan (Soekartawi, 2002 : 2).
D. Teori Produksi
Produksi dapat dinyatakan sebagai perangkat prosedur dan kegiatan yang terjadi penciptaan komoditas berupa kegiatan usahatani maupun usaha lainnya. Sebelum di lakukan proses produksi di lahan, terlebih dahulu di lakukan proses pengadaan saprodi (sarana produksi) pertanian berupa industri agro-kimia (pupuk dan pestisida), industri agro-otomotif (mesin dan peralatan pertanian), dan industri pembenihan dan pembibitan. Untuk proses produksi di lahan, dapat digunakan faktor – faktor produksi seperti lahan, tenaga kerja, modal, pupuk, pestisida, teknologi, serta manajemen. Jadi, produksi komoditas pertanian merupakan hasil proses dari lahan pertanian dalam arti luas berupa komododitas pertanian (pangan,
hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan, dan kehutanan) dengan berbagai pengaruh faktor – faktor produksi.
Proses produksi atau lebih di kenal dengan budidaya tanaman atau komoditas pertanian merupakan proses usaha bercocok tanam/budi daya di lahan untuk menghasilkan bahan segar (raw material). Bahan segar tersebut dijadikan bahan baku untuk meghasilkan bahan setengah jadi (work in proses) atau barang jadi ( finised produk) di industri – industri pertanian atau di kenal dengan nama agroindustri atau agrifood industry (Rahim 2007 : 31).
E. Produktivitas
(Rahim 2007 : 32). Produktivitas merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai (keluaran) dengan keseluruhan sumber daya (masukan) yang dipergunakan per satuan waktu, definisi kerja ini mengandung cara atau metode pengukuran, walaupun secara teori dapat dilakukan secara tetapi secara praktek sukar dilaksanakan, terutama karena sumber daya masukan yang dipergunakan umumnya terdiri dari banyak macam dan di proporsi yang berbeda
Faktor – faktor yang mempengaruhi produktivitas.
1). Pendidikan 2). Keterampilan 3). Sikap dan etika kerja 4). Tingkat
penghasilan 5). Jaminan sosial 6). Tingkat sosial dan iklim kerja 7). Motivasi 8). Gizi dan kesehatan 9). Hubungan individu 10). Teknologi 11). Produksi.
Terdapat berbagai macam produktivitas yang dapat dibedakan berdasarkan strata dan faktorial.
1. Produktivitas Total (total factor produktivity)
Produktivitas ini menunjukkan produktivitas dari semua faktor yang digunakan untuk menghasilkan out put.
2. Produktivitas Multi Faktor (multi factor productivity)
Menunjukkan produktivitas dari beberapa faktor yang digunakan untuk menghasilkan keluaran antara lain, modal dan tenaga kerjat out put.
3. Produktivitas Parsial (partial productivity)
Menunjukkan produktivitas dari faktor-faktor tertentu yang digunakan untuk menghasilkan keluaran.
F. Penelitian Terdahulu
Sutarto (2008), dengan judul, Hubungan sosial ekonomi petani dengan tingkat adopsi inovasi teknologi komoditas Jagung di Sidoarjo Wonogiri. Keadaan sosial ekonomi petani yang meliputi umur, pendidikan, luas lahan, pendapatan dan pengalaman akan mempengaruhi seberapa jauh petani mau dan mampu mengadopsi teknologi inovasi yang di tawarkan penyuluh. Tujuannya adalah : Mengetahui hubungan antara faktor sosial ekonomi petani dengan tingkat adopsi inovasi teknologi komoditas jagung di Sidoharjo Wonogiri. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian survey. Hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Terdapat hubungan yang signifikan antara kondisi sosial ekonomi dengan tingkat adopsi inovasi.
Warsana (2007), Analisis Efisiensi dan Keuntungan Usaha Tani Jagung, Studi Di Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora. Dalam pengembangannya petani jagung menghadapi permasalahan yaitu produktivitas yang masih rendah (32,99 kw/ha), harga faktor produksi (benih, tenaga kerja,pupuk dan pestisida) setiap tahun hampir dipastikan naik dan harga jagung berfluktuasi tidak menentu ketika panen raya. Tujuannya adalah : a. Seberapa besar keuntungan usahatani jagung di Kabupaten Blora, b. Bagaimana tingkat efisisiensi usahatani jagung di Kabupaten Blora, c. Bagaimana tingkat skala usahatani jagung di Kabupaten Blora. Sampel yang digunakan sebanyak 100 responden dengan metoda pengambilan sampel cara proportional stratified random sampling. Pada analisis data dilakukan dengan menggunakan fungsi keuntungan Cobb Douglass.
Berdasarka hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa usahatani jagung di Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora belum memberikan tingkat keuntungan yang maksimum kepada petani. Namun jika dilihat dari penggunaan input variabel menunjukan bahwa benih dan pestisida yang belum optimal sedangkan pengalokasian input variabel tenaga kerja dan pupuk telah mencapai
optimal. Hasil pendugaan skala usaha menunjukan bahwa kondisi skala usaha dalam usahatani jagung didaerah penelitian secara rata - rata berada dalam keadaan increasing returns to scale (kenaikan hasil semakin bertambah).
Togatorop (2010), Analisis Efisiensi Produksi Dan Pendapatan Pada Usahatani Jagung Di Kecamatan Wirosari, Kabupaten Grobogan, Studi Kasus : Di Desa Tambahrejo dan Desa Tambahselo. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat efisiensi pada usahatani jagung di kabupaten Grobogan serta mengetahui pendapatan yang diterima petani di daerah penelitian. Analisis data, Model yang digunakan dalam penelitian ini menggambarkan hubungan antara input dan output dalam proses produksi dikenal dengan fungsi Cobb-Douglas dengan aplikasi fungsi produksi frontier. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa usahatani padi mempunyai efisiensi teknis (ET) sebesar 0,84, efisiensi harga (EH) sebesar 2,14 dan efisiensi ekonomi (EE) sebesar 1,79. Nilai efisiensi teknis mendekati nilai satu yang berarti usahatani yang dilakukan tidak efisien. Usahatani di Kecamatan Wirosari tersebut masih menguntungkan, hal ini ditunjukkan oleh nilai R/C rasio sebesar 2,80. Untuk meningkatkan efisiensi, petani hendaknya bisa menggunakan input secara proporsional.
Gultom (2008), Tingkat Adopsi Petani terhadap teknologi budidaya Jagung Dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhinya di kabupaten Langkat. Desa namu ukur utara, kecamatan Sei Bigei, kabupaten langkat di pilih sebagai lokasi penelitan secara sengaja karena merupakan sentra produksi 6.784 ton pertahun dan luas lahan 1.032 Ha dengan produktivitas 6, 57 ton/Ha. Penelitian ini bertujuan untuk megetahui teknologi budidaya jagung yang di anjurkan oleh PPL di daerah penelitian, untuk mengetahui tingkat adopsi petani terhadap teknologi budidaya jagung anjuran yang di gunakan dengan metode analisis Chi – Sguare. Hasil penelitian menunjukan bahwa pola tanam jagung yang dilaksanakan adalah menanam jagung 2 kali setahun yaitu bulan maret dan bulan juli, komponen sistem pengelolaan budidaya anjuran tanaman jagung meliputi penggunaan bibit bermutu, pengolahan lahan, penanaman, pemupukan, pemeliharaan, pengendalian hama penyakit, pengairan, panen, pasca panen, tingkat adopsi petani terhadap
teknologi budidaya anjuran pada tanaman jagung termasuk dalam kategori sedang yaitu18,30.
Malta (2011), Kompetensi Petani Jagung Dalam Berusahatani Di Lahan Gambut Di Desa Limbung Kabupaten Pontianak Kalimantan Barat. Jenis penelitian yang di gunakan adalah penelitian deskriptif korelational, mendeskripsikan peubah yang di gunakan dan melihat hubungan antara peubah – peubah penelitian. Hasil penelitian 1). Kompetensi petani jagung di lahan gambut di desa limbung termasuk kategori sedang; kegiatan usahatani umumnya masih bersifat tradisional dan belum di lakukan secara tepat sesuai dengan teknologi anjuran. 2). Faktor yang penting di perhatikan di perhatikan untuk mengembangkan kompetensi petani jagung di lahan gambut adalah umur, pendidikan formal, dan pengalaman berusahatani.
G. Kerangka Pemikiran Teoritis
Gambar 1. Kerangka pemikiran teoritis.
Berdasarkan gambar 1 diatas, dapat di uraikan dalam usahatani jagung terdapat tanah, petani, dan tanaman jagung, tanah terdiri dari lahan dan luas lahan, petani terdiri dari karakteristik petani yaitu umur, tingkat pendidikan, pengalaman usahatani dan jumlah tanggunngan keluarga, sedangkan tanaman jagung terdiri dari produksi jagung, dan produktivitas jagung, masing – masing memiliki keterkaitan satu sama lain.
Usahatani jagung Tanaman jagung Tanah Petani Produksi jagung Karakteristik petani Lahan Umur Tingkat pendidikan Pengalaman usahatani Jumlah tanggungan keluarga
Produktivitas jagung Luas lahan