BAB 3
ANALISIS SISTEM/PROGRAM YANG BERJALAN
3.1. Latar belakang perusahaan
PT. Duta Indah Sejahtera merupakan perusahaan yang bergerak di bidang produksi/semi produksi/ jasa cutting tissue (converting tissue). Perusahaan ini berdiri pada tahun 2004 dan masih berbentuk PD (Perusahaan Dagang) dan diberi nama PD. Duta Indah Perkasa. Pada tahun 2007 barulah perusahaan ini berubah menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT. Duta Indah Sejahtera menurut akta notaris no 71.- pada hari Senin tanggal 8 Oktober 2007 pukul 10.00 WIB. Notaris yang saat itu berwenang adalah Setiawan,SH. (menurut SK Menteri Kehakiman RI No.C-1534 HT.03-02 th 99 tanggal 15 Juli 1999). Dalam pembentukannya menjadi PT, ada 1 orang yang menjabat sebagai direktur, yaitu Tuan Tjhin Guan, 1 orang yang menjabat sebagai komisaris utama, yaitu Tuan Heriyanto Samin, dan 1 orang menjadi komisaris, yaitu Tuan Ka Tjin. PT. Duta Indah Sejahtera merupakan anak perusahaan dari PT. Duta Indah Group. PT. Duta Indah Group bergerak di bidang Perumahan, Pergudangan, Aluminium, Plaza dan Hotel. PT. Duta Indah Sejahtera memiliki spesialisasi di bidang Tissue Paper Industry dan Paper Mill, dimana Tuan Thjin Guan yang dipercaya untuk menjadi Direktur dan menjalankan perusahaan ini.
PT. Duta Indah Sejahtera memproduksi semua jenis tissue, baik yang berbahan baku Virgin Pulp maupun berbahan baku Recycle. PT. Duta Indah Sejahtera memproduksi tisu untuk mereknya sendiri maupun untuk berbagai macam merek lainnya sesuai dengan permintaan customer. Pabriknya terletak di Jalan Tanjung Pura
168A, Kalideres, Jakarta Barat. PT Duta Indah Sejahtera menyalurkan tisu untuk usaha korporat, hotel dan juga tempat-tempat perbelanjaan.
Jenis tisu yang dihasilkan oleh perusahaan ini diberi merek Agies dan Tessy dan beragam jenisnya, yaitu :
1. Napkin 2. Facial 3. Roll core 4. Roll non core 5. Handkerchief 6. Hand towel
3.2. Visi dan Misi Perusahaan 3.2.1. Visi Perusahaan
PT. Duta Indah Sejahtera memiliki visi untuk menjadi yang terdepan dengan memberikan pelayanan dan hasil produksi tisu yang terbaik, sehingga produk nya dapat dikenal luas di masyarakat. Selain itu, PT Duta Indah Sejahtera juga mempunyai visi untuk mensejahterakan karyawannya dengan memberikan hak-hak yang sesuai untuk diterima karyawan.
3.2.2. Misi Perusahaan
PT. Duta Indah Sejahtera memiliki visi sebagai berikut :
1. Mengembangkan perusahaan dengan memberikan pelayanan yang terbaik sesuai dengan harapan customer agar tercipta loyalitas dari customer.
2. Mengembangkan jalur distribusi dengan baik agar produknya dapat dikenal dengan baik di masyarakat luas.
3.3. Struktur Organisasi dan Pembagian Tugas
Struktur organisasi PT. Duta Indah Sejahtera dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 3.1. Struktur Organisasi PT. Duta Indah Sejahtera Sumber : PT. Duta Indah Sejahtera
Direktur
Manager Akuntansi Manager Produksi
Manager Penjualan Bagian Marketing Bagian Purchasing Staff Keuangan Kepala Produksi Manager Pembelian Kepala Bagian PPIC Bagian Gudang Bahan Baku Bagian
Administrasi Pengiriman Staff
Bagian Gudang Barang Jadi
Adapun tugas,wewenang, dan tanggung jawab masing-masing bagian pada PT.Duta Indah Sejahtera adalah sebagai berikut :
1. Direktur
a. Memimpin dan mengorganisasikan ke manager dalam melaksanakan tugas sehari-hari
b. Meminta hasil laporan dari masing-masing manager mengenai penjualan, produksi, dan keuangan serta mempelajari hasil laporan tersebut untuk dianalisa lebih lanjut
c. Mengawasi dan mengontrol jalannya perusahaan secara keseluruhan
d. Merumuskan dan menetapkan sistem manajemen yang digunakan perusahaan
2. Manager Penjualan
a. Menawarkan dan memasarkan hasil-hasil produksi kepada customer b. Menerima order barang dari customer
c. Mengumpulkan data-data di lapangan apa yang diinginkan pasar dan membandingkan dengan barang competitor
d. Melaporkan kepada pimpinan perusahaan akan temuan di pasar baik dari harga, design, dan bentuk produk dari pesaing
e. Menerima complain secara langsung dari para customer mengenai keluhan dan kendala yang dihadapi oleh customer tersebut
a. Mengatur agar proses pembelian bahan baku berjalan dengan baik dan sesuai dengan kebutuhan.
4. Manager Akuntansi
a. Memeriksa laporan keuangan secara berkala
b. Memantau aliran cash flow untuk mengetahui kondisi keuangan yang sedang terjadi pada saat itu
c. Menandatangani kwitansi dan faktur pajak
5. Manager Produksi
a. Mengatur dan melaksanakan produksi barang sesuai order produksi
b. Menyiapkan bahan baku dan bahan pembantu dan tenaga kerja yang menunjang produksi
6. PPIC (Planning Production Inventory Control)
a. Mengatur pesanan-pesanan yang masuk ke perusahaan.
b. Menghitung apakah bahan baku yang akan digunakan untuk produksi cukup atau tidak
c. Mengatur agar proses produksi berjalan dengan baik.
7. Staff Marketing
a. Menjaga kepercayaan customer b. Melakukan kunjungan ke customer
8. Staff Keuangan
a. Menerima tagihan dari supplier b. Membuat kwitansi dan faktur pajak
c. Memantau tagihan yang telah jatuh tempo, serta transferan uang masuk dari customer
d. Membuat pengeluaran kas untuk operasional perusahaan
9. Staff Administrasi
a. Mengontrol kuantiti pengiriman dengan PO (Purchase Order)
b. Membuat surat jalan dan surat-surat keluar yang dibutuhkan untuk kegiatan perusahaan
c. Menerima keluhan dari customer via telepon d. Membuat laporan penjualan untuk direktur
10. Kepala Produksi
a. Mengatur kepala bagian agar setiap bagian mengetahui apa-apa saja yang harus dikerjakan.
11. Kepala Bagian
a. Mengatur para staff produksi untuk mengerajakan tugas mereka masing-masing.
12. Bagian Gudang Bahan Baku
a. Menerima dan mengatur penempatan barang-barang dari supplier b. Memesan bahan baku jika sudah mencapai stock minimum
13. Bagian Gudang Barang Jadi
a. Mengatur penyimpanan barang-barang jadi dari produksi agar mudah disiapkan untuk dikirim ke customer
b. Menyiapkan barang sesuai surat jalan untuk dikirim ke customer c. Membuat schedule pengiriman barang
14. Staff Pengiriman
a. Mengirim barang sesuai instruksi dari kepala pengiriman dan bertanggung jawab penuh atas barang yang dikirim
b. Memastikan barang yang dikirim ke customer tepat waktu dan menjaga kondisi barang agar tetap bagus sampai di tempat.
c. Memastikan ditandatanganinya surat jalan oleh customer apabila barang tersebut telah diterima.
3.4. Dokumen-dokumen yang digunakan pada proses produksi PT. Duta Indah Sejahtera
Dari proses produksi yang ada di PT. Duta Indah Sejahtera berikut dokumen-dokumen yang terkait di dalamnya.
1. Sales Order
Sales Order memuat informasi mengenai data dari customer, jenis barang apa yang dipesan beserta rinciannya, tanggal kirim, dan ekspedisi apa yang digunakan. Sales Order dibuat oleh bagian marketing.
2. Bukti Order Barang
Dokumen ini dibuat oleh Bagian Gudang untuk Bagian pembelian yang memuat tentang jenis barang dan rinciannya yang sudah mencapai ROP sehingga barang perlu dipesan kembali. Bukti Order Barang harus disetujui oleh Bagian Planning Production Inventory Control.
3. Purchase Order
Purchase Order memuat nama barang, jumlah, harga, dan keterangan tentang barang-barang yang ingin dipesan. Purchase Order dibuat oleh bagian pembelian untuk supplier.
4. Bukti Terima Barang
Bukti Terima Barang memuat tentang nama barang, jumlah, satuan, keterangan barang yang diterima oleh bagian gudang saat supplier mengirimkan barang yang dipesan. Jumlah yang ada di Bukti Terima Barang harus sama dengan jumlah barang yang benar-benar diterima.
5. Order Produksi
Order Produksi memuat tentang kode barang, nama barang, qty, satuan, keterangan barang yang ingin diproduksi.
6. Bukti Keluar Barang
Bukti Keluar Barang memuat tentang nama barang, jumlah, satuan barang yang dikeluarkan oleh bagian gudang atas permintaan bagian produksi.
7. Bukti Penyerahan Barang Jadi
Bukti Penyerahan Barang Jadi memuat kode barang, nama barang, qty, satuan, keterangan barang yang telah selesai diproduksi oleh bagian produksi berdasarkan order produksi yang diterima. Bukti Penyerahan Barang Jadi diterima oleh Bagian Gudang bersama dengan barang jadi.
8. Laporan Hasil Produksi
Laporan Harian Produksi berisi tentang bahan baku, saldo awal, penerimaan, pemakaian, saldo akhir, waste dari bahan baku, dan hasil produksi dari penggunaan bahan baku tersebut.
9. Rekap Laporan Harian Produksi
Merupakan Laporan Harian Produksi per bulan.
3.5. Analisis Sistem yang Berjalan
Prosedur dalam sistem pembelian dan sistem produksi pada PT. Duta Indah Sejahtera saat ini dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.
Gambar 3.2. Rich Picture sistem berjalan PT. Duta Indah Sejahtera untuk proses pembelian
Keterangan Rich Picture :
SO =Sales Order
BOB =Bukti Order Barang
PO =Purchase Order
SJ =Surat Jalan
BB =Bahan Baku
BTB =Bukti Terima Barang Bagian Gudang Bahan Baku
A5. BOB $$ $ Bagian Purchasing A6. PO Supplier SJ A10. BTB
A7. BB untuk diperiksa
A9.
A8. Barang ok
BB
Bagian Akuntansi A11. BTB Bagian PPIC (Planning
Production Inventory Control) A2. SO
Marketing
Bagian Quality Control
Customer A1. order A3. BOB (untuk meminta persetujuan PPIC) A4. BOB + Harga jual
selama ini masih mengikuti harga
pasar
Penjelasan alur bisnis proses pembelian:
A1. Customer memberikan order ke Bagian Marketing.
A2. Bagian Marketing memberikan Sales Order ke bagian Planning Production Inventory Control (PPIC).
A3. Saat bahan baku yang dibutuhkan tidak cukup untuk produksi, maka Bagian Gudang Bahan Baku membuat Bukti Order Barang (BOB) untuk disetujui oleh Bagian PPIC
A4. Bagian PPIC mengembalikan BOB yang telah disetujui ke Bagian Gudang Bahan Baku.
A5. Bagian Gudang Bahan Baku menyerahkan BOB ke Bagian Purchasing untuk memesan bahan baku yang dibutuhkan
A6. Bagian Purchasing membuat Purchase Order ke Supplier setelah memperhitungkan supplier mana yang harus dipilih dari segi harga, kualitas, dll. Bagian Purchasing juga membuat laporan PO per hari untuk diberikan ke bagian admin gudang.
A7. Supplier mengantarkan bahan baku dan saat bahan baku diantar, bagian Quality Control dan Bagian Gudang Bahan Baku memeriksa Bahan Baku, apakah sesuai pesanan atau tidak.
A8. Saat barang sudah ok, Bagian Quality Control memberitahu supplier dan Bagian Admin Gudang
A9. Supplier memberikan Bahan Baku dan Surat Jalan ke Bagian Gudang Bahan Baku.
A10. Bagian Gudang Bahan Baku membuat Bukti Terima Barang yang diberikan ke Supplier.
A11. Bagian Gudang Bahan Baku membuat Bukti Terima Barang yang diberikan ke bagian Akuntansi.
Hasil produksi dengan jumlah bahan baku tertentu tidak diketahui secara pasti
Persediaan fisik biasanya tidak sesuai saat di
cross-check
dengan data
Harga pokok produksi belum benar-benar baku (belum diketahui
secara pasti)
Keterangan Rich Picture : OP = Order Produksi BKB = Bukti Keluar Barang BJ = Barang Jadi
LHP = Laporan Harian Produksi BPBJ = Bukti Penyerahan Barang Jadi RLHP = Rekap Laporan Harian Produksi
Penjelasan alur bisnis proses produksi:
B1. Bagian PPIC memberikan Order Produksi ke Kepala Produksi.
B2. Kepala Produksi melakukan koordinasi dengan Bagian Gudang Bahan Baku untuk meminta Bahan Baku yang diperlukan
B3. Bagian Gudang Bahan Baku memberikan Bahan Baku yang diperlukan serta membuat Bukti Keluar Barang untuk Kepala Produksi.
B4. Bukti Keluar Barang juga diberikan dari Bagian Gudang Bahan Baku ke Bagian Akuntansi agar Bagian Akuntansi mengetahui stock yang tersisa dan biaya yang terpakai.
B5. Kepala Produksi memberitahu secara lisan apa yang harus dikerjakan ke kepala bagian.
B6. Kepala Bagian menulis di papan tulis apa yang harus dikerjakan oleh bagian produksi per masing-masing jenis tisu dan produksi pun dilakukan yang dimulai dari Bagian Converting.
B7. Hasil Converting di packaging ke plastik.
B8. Setelah packaging ke plastik, tisu pun di packaging ke karton.
B9. Setelah di packaging ke karton, Barang Jadi diserahkan ke kepala bagian agar dapat dihitung.
B10. Kepala Bagian menghitung Barang Jadi yang telah dihasilkan oleh per bagian jenis tisu.
B11. Kepala Bagian membuat Laporan Harian Produksi untuk Kepala Produksi dan menyerahkan Barang Jadi.
B13. Setelah melihat Laporan Harian Produksi yang diberikan per Kepala Bagian dan menyetujuinya, maka Kepala Produksi menyerahkannya ke Bag. PPIC. B14. Kepala Produksi menyerahkan Barang Jadi dan Bukti Penyerahan Barang
Jadi ke Bagian Gudang Barang Jadi.
B15. Setiap akhir bulan, bagian PPIC membuat Rekap Laporan Harian Produksi untuk diserahkan ke Direktur.
B16. Bagian Akuntansi membuat laporan perhitungan Harga Pokok Produksi dengan metode tradisional (dimana total biaya dibagi berdasarkan unit produk yang dihasilkan) untuk diberikan ke direktur.
3.6. Permasalahan yang dihadapi
Masalah-masalah yang dihadapi oleh PT. Duta Indah Sejahtera yang dapat saya analisa adalah sebagai berikut :
Masalah : Harga Pokok Produksi tidak diketahui secara pasti
Sebab : Perhitungan harga pokok produksi masih menggunakan sistem tradisional
Akibat : Perusahaan tidak dapat menentukan harga jual secara akurat Rekomendasi : Menghitung harga pokok produksi dengan metode activity
based costing sehingga dapat diketahui secara akurat biaya yang dikeluarkan.
1. .
Masalah : Harga Jual masih berdasarkan harga pasar
Sebab : Harga Pokok Produksi tidak diketahui secara pasti
Akibat : Perusahaan tidak dapat memprediksi keuntungan dengan pasti Rekomendasi : Harga jual ditentukan oleh perusahaan
Masalah : Jumlah hasil produksi dengan jumlah bahan baku tertentu tidak diketahui jumlahnya secara pasti
Sebab : Tidak ada cutting-off saat dilakukannya produksi
Akibat : Hasil produksi dengan jumlah bahan baku tertentu tidak diketahui secara pasti dan dapat mengakibatkan kecurangan. Rekomendasi : Perlunya pengawasan lebih detail dan dibuat surat hasil
produksi dengan mencantumkan total waste dari bahan baku yang digunakan.
Masalah : Persediaan Bahan Baku seringkali tidak sesuai dengan data/stock yang ada
Sebab : Tidak adanya otorisasi pengambilan bahan baku di gudang saat malam hari
Akibat : Persediaan fisik tidak sesuai saat di cross-check dengan data Rekomendasi : Mempekerjakan satu orang untuk mengawasi gudang pada
malam hari sehingga Bahan Baku dapat dikeluarkan jika ada otorisasi.
3. 2.
Masalah : Kurangnya dokumen-dokumen pendukung yang memadai dalam pelaporan proses produksi.
Sebab : Perusahaan telah merasa cukup dengan dokumen yang ada saat ini.
Akibat : Hal ini dapat mengakibatkan adanya informasi yang tidak disajikan dan kurangnya bukti yang diperlukan untuk pencatatan aktivitas dalam proses produksi.
Rekomendasi : Merancang suatu sistem yang menyediakan formulir-formulir yang dibutuhkan untuk proses produksi secara lengkap.
3.7. Identifikasi Kebutuhan Informasi Usulan
Formulir dan laporan yang dibutuhkan antara lain : 1. Surat Permintaan Bahan Baku
Surat ini dibuat oleh bagian PPIC sebagai dokumen resmi yang menjadi bukti bahwa PPIC meminta bahan baku yang diperlukan untuk produksi kepada bagian gudang.
2. Surat Perintah Kerja
SPK ini dibuat oleh kepala produksi sebagai dokumen resmi untuk mencatat perintah kerja yang harus dilakukan oleh masing-masing bagian.
3. Surat Hasil Produksi
Dokumen ini dibuat untuk menggantikan laporan harian produksi sehingga pada akhir bulan dapat dihasilkan laporan hasil produksi.
4. Pemakaian Biaya
Form ini dibuat untuk mencatat setiap pemakaian biaya aktivitas overhead yang dikeluarkan perusahaan dimana di dalamnya telah terdapat biaya aktivitas yang dapat dipilih.
5. Pemakaian Mesin
Form ini dibuat untuk mencatat jumlah jam pemakaian mesin yang nantinya data tersebut akan digunakan untuk penghitungan laporan HPP.
6. Pemakaian Tenaga Kerja Langsung
Form ini digunakan untuk mencatat jumlah dan nama karyawan yang berperan dalam suatu order produksi sehingga dapat diketahui berapa total upah yang harus dibayar untuk tenaga kerja langsung dalam satu order produksi. 7. Laporan Perhitungan HPP dengan metode ABC
Laporan ini dibuat oleh Bagian Akuntansi untuk melaporkan biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Metode Activity Based Costing sehingga hasil yang didapat lebih akurat.
8. Laporan Pembelian Bahan Baku
Laporan ini dibuat oleh Bagian Akuntansi untuk mencatat jumlah bahan baku yang dibeli selama periode tertentu
9. Laporan Hasil Produksi
3.8. Perhitungan Harga Pokok Produk pada PT. Duta Indah Sejahtera Laporan Rugi Laba untuk keseluruhan produk
Tahun 2011
Keterangan Per tahun (Dalam Rupiah)
PENJUALAN 4,740,225,000
HARGA POKOK PENJUALAN
Persediaan awal Barang jadi 2,414,466,210
Harga pokok produksi 2,393,505,180
Barang jadi siap dijual 4,807,971,390 Persediaan Barang Akhir 2,433,150,210
HPP 2,374,821,180 Biaya-Biaya Operasional Upah 509,091,270 Transport 268,854,000 Ekspedisi 104,745,000 Pemeliharaan Kendaraan 38,685,000 Pemeliharaan Gedung 3,765,000 Pemeliharaan mesin 249,180,000
Alat tulis kantor 9,810,000
Cetak dan fotocopy 49,311,000
Entertainment 2,730,000 Marketing 3,900,000 Listrik 55,426,050 Telepon 19,704,000 Air 13,575,000 Pengobatan 4,035,000 Keamanan 24,900,000 Sumbangan 27,600,000 Lain-lain 9,270,000 Penyusutan/amortisasi 16,945,350
Pendapatan (Beban) lain-lain
Pendapatan lain-lain 112,425,000
Beban lain-lain
Jumlah pendapatan (beban) lain 112,425,000
Laba Bersih 1,066,302,150
Tabel 3.1. Laporan Rugi Laba tahun 2011 untuk keseluruhan produk LAPORAN RUGI LABA 2011
untuk produk Napkin
Keterangan Per tahun (dalam rupiah)
PENJUALAN 2,370,112,500
HARGA POKOK PENJUALAN
Persediaan awal Barang jadi 1,207,233,105 Harga pokok produksi 1,196,752,590 Barang jadi siap dijual 2,403,985,695 Persediaan Barang Akhir 1,216,575,105
HPP 1,187,410,590 Biaya-Biaya Operasional Upah 254,545,635 Transport 134,427,000 Ekspedisi 52,372,500 Pemeliharaan Kendaraan 19,342,500 Pemeliharaan Gedung 1,882,500 Pemeliharaan mesin 124,590,000
Alat tulis kantor 4,905,000
Cetak dan fotocopy 24,655,500
Entertainment 1,365,000 Marketing 1,950,000 Listrik 27,713,025 Telepon 9,852,000 Air 6,787,500 Pengobatan 2,017,500 12,450,000 Tahun 2011 (lanjutan)
Keamanan
Sumbangan 13,800,000
Lain-lain 4,635,000
Penyusutan/amortisasi 8,472,675 Jumlah beban operasional 705,763,335 Pendapatan (Beban) lain-lain
Pendapatan lain-lain 56,212,500
Beban lain-lain -
Jumlah pendapatan (beban) lain 56,212,500 Laba Bersih 533,151,075
Tabel 3.2. Laporan Rugi Laba tahun 2011 untuk produk Napkin
LAPORAN RUGI LABA TAHUN 2011 untuk produk Hand Towel
Keterangan Per tahun (dalam rupiah)
PENJUALAN 94,804,500
HARGA POKOK PENJUALAN
Persediaan awal Barang jadi 48,289,324 Harga pokok produksi 47,870,104 Barang jadi siap dijual 96,159,428 Persediaan Barang Akhir 48,663,004
HPP 47,496,424 Biaya-Biaya Operasional Upah 10,181,825 Transport 5,377,080 Ekspedisi 2,094,900 Pemeliharaan Kendaraan 773,700 Pemeliharaan Gedung 75,300 Pemeliharaan mesin 4,983,600
Alat tulis kantor 196,200
Cetak dan fotocopy 986,220
54,600 LAPORAN RUGI LABA 2011 (lanjutan)
Tabel 3.3. Laporan Rugi Laba tahun 2011 untuk produk Hand Towel
Dari data perusahaan tersebut dan hasil wawancara penulis dan penelitian langsung di perusahaan, penulis mendapatkan data alokasi biaya dari seluruh produk. Sesuai pembahasan di ruang lingkup penulis, maka penulis hanya membatasi perhitungan biaya untuk 2 produk, yaitu produk Napkin dan Hand Towel.
Di bawah ini, penulis membuat alokasi biaya (direct allocation) Bahan Baku, Biaya Tenaga Kerja, dan Biaya Overhead Produk dari kedua jenis tisu tersebut.
Entertainment Marketing 78,000 Listrik 1,108,521 Telepon 394,080 Air 271,500 Pengobatan 80,700 Keamanan 498,000 Sumbangan 552,000 Lain-lain 185,400 Penyusutan/amortisasi 338,907
Jumlah beban operasional 28,230,533 Pendapatan (Beban) lain-lain
Pendapatan lain-lain 2,248,500
Beban lain-lain -
Jumlah pendapatan (beban) lain 2,248,500 Laba Bersih 21,326,043 LAPORAN RUGI LABA 2011 (lanjutan)
1. Napkin Agies 20s : 60 pack/karton
Harga jual : Rp 38.500,- (Dalam Rupiah) Penjualan per tahun
2,370,112,500
Biaya Bahan Baku :
Mono Glass putih 2 kg @Rp 9,250
18,500
Waste (20% dari bahan baku)
3,700
Biaya tenaga kerja langsung
3,308
Biaya Bahan Pembantu :
Karton 3,900 Plastik 60 pcs @Rp 56 3,360 Waste plastik (5%) 168
Total Biaya per karton
32,936 Tabel 3.4. Alokasi biaya HPP untuk produk Napkin
2. Hand Towel Agies 150's : 24 pack/karton
Harga Jual : Rp 126.000/karton (Dalam Rupiah) Penjualan per tahun
94,804,500
Biaya Bahan Baku :
6kg @ Rp 12,050
72,300
waste (20% dari bahan baku)
14,460
Biaya tenaga kerja langsung
10,817
Biaya Bahan Pembantu :
Karton 4,000 Plastik 24@Rp 98 2,352 Waste plastik (5%) 118
Total Biaya per karton
104,047 Tabel 3.5. Alokasi biaya HPP untuk produk Hand Towel
Gambar 3.4. Grafik hasil produksi per jenis tisu
Dari grafik tersebut diatas, penulis hanya membahas perhitungan harga pokok produksi dengan metode ABC untuk dua jenis produk, yaitu produk Napkin (yang penjualannya terbesar) dan produk Hand Towel (yang penjualannya terkecil), sedangkan produk lainnya hanya sebagai pendukung.
Tabel perhitungan HPP dengan sistem tradisional dari Napkin dan Hand Towel yang dilakukan oleh penulis sesudah alokasi dapat dilihat sebagai berikut.
Napkin Hand Towel Facial Handkerchief Roll core Roll non core
Hasil Produksi per jenis tisu 61562 753 2516 1482 5577 7525
0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000
Keterangan Napkin Hand Towel
Biaya bahan baku langsung 1,823,958,936 70,202,190
Biaya tenaga kerja langsung 203,636,508 8,145,460
Biaya overhead pabrik :
Biaya bahan baku tidak langsung 3,139,662 38,403 Biaya tenaga kerja tidak langsung 50,909,127 2,036,365 Biaya transport 134,427,000 5,377,080 Biaya Ekspedisi 52,372,500 2,094,900 Biaya pemeliharaan kendaraan 19,342,500 773,700 Biaya pemeliharaan gedung 1,882,500 75,300 Biaya pemeliharaan mesin 124,590,000 4,983,600 Alat tulis kantor 4,905,000 196,200 Cetak dan fotocopy 24,655,500 986,220
Entertainment 1,365,000 54,600 Marketing 1,950,000 78,000 Listrik 27,713,025 1,108,521 Telepon 9,852,000 394,080 Air 6,787,500 271,500 Pengobatan 2,017,500 80,700 Keamanan 12,450,000 498,000 Sumbangan 13,800,000 552,000 Lain-lain 4,635,000 185,400 Penyusutan/Amortisasi 8,472,675 338,907
Total Biaya Overhead 505,266,489 20,123,476
Harga Pokok Produksi 2,532,861,933 98,471,126
Tabel 3.6. Perhitungan HPP sistem tradisional untuk produk Napkin dan Hand Towel
Tabel 3.6 menunjukkan bahwa Harga Pokok Produksi untuk produk Napkin adalah Rp 2,532,861,933 sedangkan Harga Pokok Produksi untuk produk Hand Towel adalah Rp 98,471,126 yang didapat dari penjumlahan biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.
Perhitungan tarif overhead
Dari data-data yang telah ada, dapat dihitung tarif biaya overhead per pack/karton untuk jenis tisu Napkin dan Hand Towel, yang dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel perhitungan tarif overhead berdasarkan sistem tradisional untuk produk Napkin dan Hand Towel tahun 2011.
Biaya overhead pabrik
Napkin (dalam rupiah) Hand Towel (Dalam Rupiah) Total (Dalam Rupiah)
1.Biaya bahan baku tidak langsung 3,139,662 38,403 3,178,065 2.Biaya tenaga kerja tidak langsung 50,909,127 2,036,365 52,945,492 3.Biaya transport 134,427,000 5,377,080 139,804,080 4.Biaya Ekspedisi 52,372,500 2,094,900 54,467,400 5.Biaya pemeliharaan kendaraan 19,342,500 773,700 20,116,200 6.Biaya pemeliharaan gedung 1,882,500 75,300 1,957,800 7.Biaya pemeliharaan mesin 124,590,000 4,983,600 129,573,600
8.Alat tulis kantor 4,905,000 196,200 5,101,200
9.Cetak dan fotocopy 24,655,500 986,220 25,641,720
10.Entertainment 1,365,000 54,600 1,419,600 11.Marketing 1,950,000 78,000 2,028,000 12.Listrik 27,713,025 1,108,521 28,821,546 13.Telepon 9,852,000 394,080 10,246,080 14.Air 6,787,500 271,500 7,059,000 15.Pengobatan 2,017,500 80,700 2,098,200 16.Keamanan 12,450,000 498,000 12,948,000 17.Sumbangan 13,800,000 552,000 14,352,000 18.Lain-lain 4,635,000 185,400 4,820,400 19.Penyusutan/Amortisasi 8,472,675 338,907 8,811,582 Total Biaya overhead pabrik 505,266,489 20,123,476 525,389,965
Unit diproduksi 61562 753 62,315
Tarif Overhead per karton 8,207.44 26,724.40 8,431
Tabel 3.7. Perhitungan tarif overhead berdasarkan sistem tradisional untuk produk Napkin dan Hand Towel tahun 2011
Tabel 3.7 menunjukkan perhitungan tarif overhead berdasarkan sistem Tradisional untuk produk Napkin dan Hand Towel dimana tarif overhead per unit adalah Rp 8,431 yang diperoleh dari total biaya overhead pabrik yang dibagi dengan unit yang diproduksi.
Keterangan Napkin
(Dalam Rupiah)
Hand Towel
(Dalam Rupiah)
Biaya Bahan Baku Langsung 1,823,958,936 70,202,190 Biaya Tenaga Kerja Langsung 203,636,508 8,145,460
Biaya Overhead pabrik :
Rp 8,431 x 61562 unit 519,029,222 Rp 8,431 x 753 unit 6,348,543 Total Harga Pokok Produksi 2,546,624,666 84,696,193
Volume Produksi 61562 unit 753 unit
Harga Pokok Produksi per karton 41,367 112,478 Tabel 3.8. Laporan HPP berdasarkan sistem Tradisional
Tabel 3.8 menampilkan perhitungan Harga Pokok Produksi per unit produk Napkin dan Hand Towel berdasarkan perhitungan sistem Tradisional. Harga Pokok Produksi per unit Napkin untuk sistem tradisional adalah Rp 41,367 sedangkan untuk produk Hand Towel adalah Rp 112,478. Harga Pokok Produksi per unit tersebut diperoleh dari total harga pokok produksi (penjumlahan dari biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik) dibagi dengan volume produksi per produk.
3.9. Penerapan Sistem Activity-Based Costing untuk perhitungan Harga Pokok Produk pada PT. Duta Indah Sejahtera
Penulis akan menyajikan perhitungan tentang penerapan sistem ABC pada PT. Duta Indah Sejahtera. Langkah-langkah yang dilakukan dalam perhitungan sistem ABC adalah sebagai berikut :
Prosedur tahap pertama
1. Identifikasi dan klasifikasi aktivitas
Aktivitas Perusahaan
Tingkat Aktivitas
1. Aktivitas pemakaian bahan baku tidak langsung unit 2. Aktivitas pemakaian tenaga kerja tidak langsung unit
3. Aktivitas transport batch
4. Aktivitas Ekspedisi produk
5. Aktivitas pemeliharaan kendaraan fasilitas 6. Aktivitas pemeliharaan gedung fasilitas 7. Aktivitas pemeliharaan mesin fasilitas
8. Aktivitas Entertainment unit
9. Aktivitas pemakaian alat tulis kantor produk 10. Aktivitas cetak dan fotocopy produk
11. Aktivitas Marketing unit
12. Aktivitas pemakaian listrik unit 13. Aktivitas pemakaian telepon unit 14. Aktivitas pemakaian air minum unit
15. Aktivitas pengobatan unit
16. Aktivitas keamanan fasilitas
17. Aktivitas sumbangan fasilitas
18. Aktivitas penyusutan mesin produk 19. Aktivitas penyusutan pabrik fasilitas 20. Aktivitas penyusutan kendaraan batch 21. Aktivitas penyusutan inventaris kantor produk
22. Aktivitas overhead lainnya unit
Tabel 3.9. Identifikasi dan klasifikasi aktivitas pada PT. Duta Indah Sejahtera
2. Penentuan penggerak biaya (cost driver)
Setelah mengidentifikasi dan mengklasifikasi aktivitas yang terjadi, maka selanjutnya adalah sejauh mungkin menelusuri biaya overhead secara langsung ke objek biaya, yang menyebabkan timbulnya biaya, kemudian menentukan pemicu biayanya.
Aktivitas Perusahaan
Tingkat
Aktivitas Cost Driver
1. Aktivitas pemakaian bahan baku tidak langsung unit Volume Produksi 2. Aktivitas pemakaian tenaga kerja tidak langsung unit JTKL
3. Aktivitas transport batch Jumlah pengiriman
4. Aktivitas Ekspedisi produk Jumlah pengiriman
5. Aktivitas pemeliharaan kendaraan fasilitas JTKL 6. Aktivitas pemeliharaan gedung fasilitas JTKL 7. Aktivitas pemeliharaan mesin fasilitas Jam Mesin
8. Aktivitas Entertainment unit Jumlah Pesanan
9. Aktivitas pemakaian alat tulis kantor produk Jumlah Pesanan 10. Aktivitas cetak dan fotocopy produk Jumlah Pesanan
11. Aktivitas Marketing unit Jumlah Pesanan
12. Aktivitas pemakaian listrik unit Jam Mesin
13. Aktivitas pemakaian telepon unit Jumlah Pesanan
14. Aktivitas pemakaian air minum unit JTKL
15. Aktivitas pengobatan unit JTKL
16. Aktivitas keamanan fasilitas Luas Lantai
17. Aktivitas sumbangan fasilitas Luas Lantai
18. Aktivitas penyusutan mesin produk Jam Mesin
19. Aktivitas penyusutan pabrik fasilitas Luas Lantai 20. Aktivitas penyusutan kendaraan batch Jumlah pengiriman 21. Aktivitas penyusutan inventaris kantor produk Jumlah Pesanan 22. Aktivitas overhead lainnya unit Volume Produksi
Tabel 3.10. Hubungan biaya dengan tingkat aktivitas dan cost driver
3. Membebankan biaya ke pool biaya aktivitas
Dalam Activity Based Costing (ABC) sangat umum overhead terkait dengan beberapa aktivitas. Berdasarkan cost driver yang telah ditentukan, maka biaya dari beberapa aktivitas dapat dikelompokkan berdasarkan cost driver yang sejenis.
Aktivitas Perusahaan
Tingkat
Aktivitas Cost Driver
Kelompok Biaya 1 :
Aktivitas pemakaian bahan baku tidak langsung unit Volume Produksi
Aktivitas overhead lainnya unit Volume Produksi
Kelompok Biaya 2 :
Aktivitas pemakaian tenaga kerja tidak langsung unit JTKL Aktivitas pemeliharaan kendaraan fasilitas JTKL
Aktivitas pemeliharaan gedung fasilitas JTKL
Aktivitas pemakaian air unit JTKL
Aktivitas pengobatan unit JTKL
Kelompok Biaya 3 :
Aktivitas pemeliharaan mesin fasilitas Jam Mesin
Aktivitas pemakaian listrik unit Jam Mesin
Aktivitas penyusutan mesin produk Jam Mesin
Kelompok Biaya 4 :
Aktivitas Entertainment unit Jumlah Pesanan
Aktivitas pemakaian alat tulis kantor produk Jumlah Pesanan Aktivitas cetak dan fotocopy produk Jumlah Pesanan
Aktivitas Marketing unit Jumlah Pesanan
Aktivitas pemakaian telepon unit Jumlah Pesanan
Aktivitas penyusutan inventaris kantor produk Jumlah Pesanan
Kelompok Biaya 5 :
Aktivitas transport batch Jumlah Pengiriman
Aktivitas Ekspedisi produk Jumlah Pengiriman
Aktivitas penyusutan kendaraan batch Jumlah pengiriman
Kelompok Biaya 6 :
Aktivitas keamanan fasilitas Luas Lantai
Aktivitas sumbangan fasilitas Luas Lantai
Aktivitas penyusutan pabrik fasilitas Luas Lantai Tabel 3.11. Kelompok aktivitas dan kelompok biaya sejenis
4. Perhitungan tarif overhead kelompok
Setelah biaya dikelompokkan ke dalam cost driver yang sejenis, maka langkah selanjutnya adalah menghitung tarif overhead dari masing-masing cost driver, yaitu dengan cara membagi biaya overhead dengan cost driver-nya.
Kelompok Biaya 1 : (Dalam Rupiah)
Overhead yang berhubungan dengan Volume Produksi
Aktivitas pemakaian bahan baku tidak langsung 3,178,065
Aktivitas overhead lainnya 4,820,400
Total biaya 1 7,998,465
Volume Produksi 62315 unit
Tarif overhead per kelompok biaya 1 128
Kelompok Biaya 2 :
Overhead yang berhubungan dengan Jam Tenaga Kerja Langsung
Aktivitas pemakaian tenaga kerja tidak langsung 52,945,492
Aktivitas pemeliharaan kendaraan 20,116,200
Aktivitas pemeliharaan gedung 1,957,800
Aktivitas pemakaian air minum 7,059,000
Aktivitas pengobatan 2,098,200
Total biaya 2 84,176,692
Jam Tenaga Kerja Langsung 196,160 jam
Tarif overhead per kelompok biaya 2 429
Kelompok Biaya 3 :
Overhead yang berhubungan dengan Jam Mesin
Aktivitas pemeliharaan mesin 129,573,600
Aktivitas pemakaian listrik 28,821,546
Aktivitas penyusutan mesin 3,524,633
Total biaya 3 161,919,779
Jam Mesin 10432 jam
Tarif overhead per kelompok biaya 3 15,521
Kelompok Biaya 4 :
Overhead yang berhubungan dengan Jumlah Pesanan
Aktivitas Entertainment 1,419,600
Aktivitas pemakaian alat tulis kantor 5,101,200
Aktivitas cetak dan fotocopy 25,641,720
Aktivitas Marketing 2,028,000
Aktivitas pemakaian telepon 10,246,080
Aktivitas penyusutan inventaris kantor 1,762,316
Total biaya 4 46,198,916
Jumlah Pesanan 62315
Tarif overhead per kelompok biaya 4 741
Kelompok Biaya 5 :
Overhead yang berhubungan dengan Jumlah Pengiriman
Aktivitas transport 139,804,080
Aktivitas Ekspedisi 54,467,400
Aktivitas penyusutan kendaraan 3,524,633
Total biaya 5 197,796,113
Jumlah Pengiriman 676
Tarif overhead per kelompok biaya 5 292,598
Kelompok Biaya 6 :
Overhead yang berhubungan dengan Luas Lantai
Aktivitas keamanan 12,948,000
Aktivitas sumbangan 14,352,000
Aktivitas penyusutan pabrik 881,158
Total biaya 6 28,181,158
Luas Lantai 575 m2
Tarif overhead per kelompok biaya 6 49,011 Tabel 3.12. Perhitungan tarif overhead per kelompok biaya
Dari tabel 3.12 diatas, tarif overhead per kelompok biaya telah diketahui, dimana tarif overhead kelompok biaya 1 adalah yang terendah dibandingkan dengan kelompok biaya lainnya, yaitu Rp 128, kelompok biaya 2 adalah Rp 429, kelompok biaya 3 adalah Rp 15,521, kelompok biaya 4 adalah Rp 741, kelompok biaya 5 adalah yang tertinggi di antara kelompok biaya lainnya, yaitu Rp 292,598, dan kelompok biaya 6 adalah Rp 49,011.
Prosedur tahap kedua
Pada tahap ini, semua biaya aktivitas akan dibebankan ke masing-masing produk. Besarnya alokasi biaya overhead ke masing-masing produk diperoleh dengan cara mengalikan tarif overhead masing-masing cost driver dengan besarnya unit cost driver yang dikonsumsi untuk tiap produk.
Berikut ini akan disajikan tabel perhitungan overhead berdasarkan sistem Activity Based Costing.
Keterangan Napkin
(dalam rupiah)
Hand Towel
(dalam rupiah)
Kelompok Biaya 1 :
Overhead yang berhubungan dengan Volume Produksi
Rp 128 x 61,562 unit 7,879,936
Rp 128 x 753 unit 96,384
Kelompok Biaya 2 :
Overhead yang berhubungan dengan Jam Tenaga Kerja
Langsung
Rp 429 x 192,000 jam 82,368,000
Rp 429 x 4,160 jam 1,784,640
Kelompok Biaya 3 :
Overhead yang berhubungan dengan Jam Mesin
Rp 15,521 x 9,600 jam 149,001,600
Rp 15,521 x 832 jam 12,913,472
Kelompok Biaya 4 :
Overhead yang berhubungan dengan Jumlah Pesanan
Rp 741 x 61,562 45,617,442
Rp 741 x 753 557,973
Kelompok Biaya 5 :
Overhead yang berhubungan dengan Jumlah Pengiriman
Rp 292,598 x 624 182,581,152
Rp 292,598 x 52 15,215,096
Kelompok Biaya 6 :
Overhead yang berhubungan dengan Luas Lantai
Rp 49,011 x 500 m2 24,505,500
Rp 49,011 x 75 m2 3,675,825
Total Biaya Overhead 491,953,630 34,243,390 Tabel 3.13. Perhitungan overhead berdasarkan sistem Activity Based Costing
Dari tabel 3.13 diatas dapat diketahui bahwa total biaya overhead yang digunakan oleh produk Napkin adalah Rp 491,953,630 sedangkan produk Hand Towel memiliki biaya overhead sebesar Rp 34,243,390.
Keterangan Napkin
(Dalam Rupiah)
Hand Towel
(Dalam Rupiah)
Bahan baku langsung 1,823,958,936 70,202,190 Tenaga kerja langsung 203,636,508 8,145,460 Biaya Overhead 491,953,630 34,243,390 Total Biaya Produksi 2,519,549,074 112,591,040
Volume Produksi 61562 unit 753 unit
Harga pokok produksi per unit 40,927 149,523 Tabel 3.14. Harga Pokok Produksi berdasarkan sistem Activity Based Costing
Tabel 3.14 menunjukkan harga pokok produksi masing-masing produk yang telah dihitung berdasarkan metode Activity Based Costing sehingga diketahui bahwa HPP per unit produk Napkin adalah Rp 40,927 sedangan produk Hand Towel adalah Rp 149,523.
Keterangan Sistem Tradisional
(Dalam Rupiah)
Sistem ABC (Dalam Rupiah)
Bahan baku langsung 1,823,958,936 1,823,958,936 Tenaga kerja langsung 203,636,508 203,636,508 Biaya Overhead 519,029,222 491,953,630 Total Biaya Produksi 2,546,624,666 2,519,549,074
Volume Produksi 61562 unit 61562 unit
Harga pokok produksi per unit 41,367 40,927 Tabel 3.15. Perbandingan Harga Pokok Produksi tisu Napkin
Tabel 3.15 menunjukkan perbandingan harga pokok produksi tisu jenis Napkin jika menggunakan sistem Tradisional dengan sistem ABC, dimana pada sistem Tradisional HPP per unit adalah Rp 41,367 (overstated sebesar Rp 440 jika dibandingkan dengan perhitungan menggunakan sistem ABC).
Keterangan Sistem Tradisional (Dalam Rupiah)
Sistem ABC (Dalam Rupiah)
Bahan baku langsung 70,202,190 70,202,190 Tenaga kerja langsung 8,145,460 8,145,460 Biaya Overhead 6,348,543 34,243,390 Total Biaya Produksi 84,696,193 112,591,040
Volume Produksi 753 unit 753 unit
Harga pokok produksi per unit 112,478 149,523 Tabel 3.16. Perbandingan Harga Pokok Produksi tisu Hand Towel
Dari tabel 3.16 dapat dilihat perbandingan harga pokok produki per unit tisu jenis Hand Towel dimana jika menggunakan perhitungan dengan sistem tradisional harganya adalah Rp 112,478 (understated sebesar 37,045 dibandingkan dengan perhitungan HPP per unit dengan sistem ABC).
3.10. Analisis Rekonsiliasi
Analisis rekonsiliasi antara sistem tradisional dan sistem ABC perlu dilakukan agar perhitungan harga pokok produksi produk Napkin dan Hand Towel diketahui dengan jelas.
Cost driver yang digunakan dalam perhitungan tradisional adalah volume produksi sedangkan cost driver yang digunakan dalam sistem ABC pada PT. Duta Indah Sejahtera adalah volume produksi, Jam Tenaga Kerja Langsung, Jam Mesin, Jumlah Pesanan, Jumlah Pengiriman, dan Luas Lantai. Melihat digunakannya cost driver tersebut, maka dapat dibuat proporsi masing-masing cost driver untuk produk Napkin dan Hand Towel.
Gambar 3.5. Proporsi Volume Produksi
Pada gambar 3.5, dapat dilihat bahwa proporsi volume produksi produk Napkin sebesar 98.79% sedangkan produk Hand Towel adalah 1.21%.
Gambar 3.6. Proporsi konsumsi Jam Tenaga Kerja Langsung (JTKL)
Pada gambar 3.6. diketahui bahwa proporsi konsumsi JTKL untuk produk Napkin adalah 97.88% sedangan produk Hand Towel 2.12%.
Gambar 3.7. Proporsi konsumsi Jam Mesin
Gambar 3.7. menunjukkan proporsi jam mesin untuk produk Napkin adalah 92.02% sedangkan untuk produk Hand Towel adalah 7.98%.
Gambar 3.8. Proporsi Jumlah Pesanan
Gambar 3.8. menunjukkan proporsi jumlah pesanan untuk produk Napkin adalah 98.79% sedangkan untuk produk Hand Towel adalah 1.21%.
Gambar 3.9. Proporsi Jumlah Pengiriman
Gambar 3.9. menunjukkan proporsi jumlah pengiriman untuk produk Napkin adalah 92.31% sedangkan untuk produk Hand Towel adalah 7.69%.
Gambar 3.10. Proporsi Luas Lantai
Gambar 3.10. menunjukkan proporsi luas lantai untuk produk Napkin adalah 86.96% sedangkan untuk produk Hand Towel adalah 13.04%.
Analisis Rekonsiliasi untuk kedua produk akan penulis uraikan secara sistematis pada tabel berikut.
Tabel 3.17. Rekonsiliasi Harga Pokok Produk Napkin antara sistem tradisional dan sistem ABC
Keterangan Total (dalam Rupiah)
Per karton
Biaya produk napkin dari sistem tradisional 2,546,624,666 41,367
Penyesuaian untuk :
Biaya produk dengan cost driver JTKL yang dibebankan terlalu tinggi
Rp 84,176,692 x (98.79%-97.88%) (766,007.90)
Biaya produk dengan cost driver Jam Mesin yang dibebankan terlalu tinggi
Rp 161,919,779 x (98.79%-92.02%) (10,961,969.04)
Biaya produk dengan cost driver Jumlah Pengiriman yang dibebankan terlalu tinggi
Rp 197,796,113 x (98.79%-92.31%) (12,817,188.12)
Biaya produk dengan cost driver Luas Lantai yang dibebankan terlalu tinggi
Rp 28,181,158 x (98.79%-86.96%) (3,333,830.99)
Total penyesuaian (27,878,996.05) (453)
Dari tabel 3.17, dapat dilihat rekonsiliasi Harga Pokok Produk Napkin antara sistem tradisional dan sistem ABC dimana ada biaya produk dengan cost driver yang dibebankan terlalu tinggi. Ada 4 penyesuaian yang perlu dilakukan yaitu: 1) Biaya produk dengan cost driver JTKL dibebankan terlalu tinggi (lihat gambar 3.6) sehingga diperlukan penyesuaian senilai Rp 766,007.90, 2) Biaya produk dengan cost driver Jam Mesin dibebankan terlalu tinggi (lihat gambar 3.7) sehingga diperlukan penyesuaian senilai Rp 10,961,969.04, 3) Biaya produk dengan cost driver Jumlah Pengiriman dibebankan terlalu tinggi (lihat gambar 3.9) sehingga diperlukan penyesuaian senilai Rp 12,817,188.12, 4) Biaya produk dengan cost driver Luas Lantai dibebankan terlalu tinggi (lihat gambar 3.10) sehingga diperlukan penyesuaian senilai Rp 3,333,830.99. Dari 4 penyesuaian tersebut maka total penyesuaian untuk produk Napkin adalah Rp 27,878,996.05 sehingga biaya produk Napkin dari sistem ABC adalah Rp 2,518,745,670 dan biaya per kartonnya menjadi Rp 40,927.
Keterangan Total (dalam Rp) Per unit
Biaya produk hand towel dari sistem tradisional 84,696,193 112,478
Penyesuaian untuk :
Biaya produk dengan cost driver JTKL yang dibebankan terlalu rendah
Rp 84,176,692 x (1.21%-2.12%) 766,007.89
Biaya produk dengan cost driver Jam Mesin yang dibebankan terlalu rendah
Rp 161,919,779 x (1.21%-7.98%) 10,961,969.04
Biaya produk dengan cost driver Jumlah Pengiriman yang dibebankan terlalu
rendah
Rp 197,796,113 x (1.21%-7.69%) 12,817,188.12
Biaya produk dengan cost driver Luas Lantai yang dibebankan terlalu rendah
Rp 28,181,158 x (1.21%-13.04%) 3,333,830.99
Total penyesuaian 27,878,996.04 37,045
Biaya produk hand towel dari sistem ABC 112,591,040 149,523
Dari tabel 3.18, dapat dilihat rekonsiliasi Harga Pokok Produk Hand Towel antara sistem tradisional dan sistem ABC dimana ada biaya produk dengan cost driver yang dibebankan terlalu rendah. Ada 4 penyesuaian yang perlu dilakukan yaitu: 1) Biaya produk dengan cost driver JTKL dibebankan terlalu rendah (lihat gambar 3.6) sehingga diperlukan penyesuaian senilai Rp 766,007.89, 2) Biaya produk dengan cost driver Jam Mesin dibebankan terlalu rendah (lihat gambar 3.7) sehingga diperlukan penyesuaian senilai Rp 10,961,969.04, 3) Biaya produk dengan cost driver Jumlah Pengiriman dibebankan terlalu rendah (lihat gambar 3.9) sehingga diperlukan penyesuaian senilai Rp 12,817,188.12, 4) Biaya produk dengan cost driver Luas Lantai dibebankan terlalu rendah (lihat gambar 3.10) sehingga diperlukan penyesuaian senilai Rp 3,333,830.99. Dari 4 penyesuaian tersebut maka total penyesuaian untuk produk Hand Towel adalah Rp 27,878,996.04 sehingga biaya produk Hand Towel dari sistem ABC adalah Rp 112,591,040 dan biaya per kartonnya menjadi Rp 149,523.