Bab III Pelaksanaan Penelitian
III.1 Daerah penelitian
Kabupaten Buton terletak di kepulauan Jazirah Tenggara pulau Sulawesi dan bila ditinjau dari peta Provinsi Sulawesi Tenggara, secara geografis terletak di bagian selatan garis khatulistiwa , memanjang dari utara ke selatan diantara 4,96° - 6,25° Lintang Selatan dan membentang dari barat ke timur di antara 120,00° - 123,34° Bujur Timur, meliputi sebagian Pulau Muna dan Buton.
Gambar III.1 Wilayah Kabupaten Buton
III.2 Persiapan
Dalam tahap ini di lakukan studi literatur yang terkait dengan materi penelitian, observasi ke lapangan yaitu ke Kecamatan Pasarwajo Kabupaten Buton. Kemudian berdasarkan latar belakang pada Bab I di atas yang menyatakan adanya permasalahan dalam kegiatan pengadaan tanah, maka dilakukan identifikasi masalah. Identifikasi masalah dilakukan dengan menginventarisasi data-data baik yang berasal dari instansi terkait dengan kegiatan pengadaan tanah maupun
Kecamatan Pasarwajo
informasi dari masyarakat, kemudian ditelaah sehingga dapat diketahui permasalahan keterlambatan kegiatan penyediaan tanah di Kecamatan Pasarwajo Kabupaten Buton.
Berdasarkan hasil identifikasi masalah yang dilakukan, maka dapat ditentukan penyebab lambatnya kegiatan pengadaan tanah untuk kepentingan umum di Kecamatan Pasarwajo Kabupaten Buton yaitu :
1. Administrasi pertanahan yang belum baik
a. sebagian besar kepemilikan tanah belum bersertipikat. b. Adanya peralihan hak atas tanah di lokasi kegiatan. 2. Faktor sosial-ekonomi masyarakat yang tidak mendukung
a. Adanya kepercayaan bahwa setiap pertemuan pagar antar 2 bidang tanah tidak boleh berbentuk + akibatnya bentuk bidang tanah tidak beraturan. b. Adanya kebiasan orang buton untuk berlayar, dimana tanahnya dititipkan
kepada orang lain sampai berpuluh-puluh tahun, akibatnya setelah adanya kegiatan pengadaan tanah di Kecamatan Pasarwajo banyak bermunculan sengketa kepemilikan atas tanah.
3. Ketidaksiapan Pemda Kabupaten Buton dalam percepatan pemindahan Ibukota Kabupaten Buton
a. Keterbatasan dana pengadaan tanah
b. Kantor Pemerintahan Kabupaten Buton sebagian masih berada di Kota Bau-Bau.
c. Ganti rugi tanah yang disepakati lebih kecil dari NJOP. 4. Terbatasnya tanah yang ada
a. Sebagian tanah sudah dikuasai oleh masyarakat
b. Lokasi Ibukota Kabupaten Buton berbatasan dengan kawasan hutan.
Setelah dilakukan identifikasi masalah , maka dilanjutkan pada pengidentifikasian lingkungan yang berguna untuk mengetahui keadaan organisasi baik itu Visi, Misi maupun faktor internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap pencapaian tujuan organisasi.
Visi organisasi dalam penelitian ini adalah : ”Terwujudnya Kabupaten Buton yang mandiri, mengutamakan kepentingan umum dalam rangka pemerataan dan keseimbangan pembangunan antar wilayah di Kabupaten Buton”. Sedangkan Misi yaitu :
a. Mewujudkan pemindahan Ibukota Kabupaten Buton di Kecamatan Pasarwajo b. Penyediaan sarana dan prasarana Pemerintah Kabupaten Buton yang
digunakan untuk kepentingan umum.
c. Pembangunan infrastruktur pendukung terbentuknya Ibukota Kabupaten Buton yang merata dan seimbang di Kecamatan Pasarwajo.
Untuk faktor internal dan eksternal organisasi dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Faktor Internal
a. Adanya panitia pengadaan tanah
b. Adanya tupoksi panitia pengadaan tanah yang cukup jelas
c. Adanya Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) kawasan Ibukota Kabupaten Buton .
d. Telah dilakukan inventarisasi bidang-bidang tanah berupa peta bidang tanah yang dilakukan oleh Panitia Pengadaan Tanah.
e. Keterbatasan dana pengadaan tanah
f. Kantor pemerintahan Kabupaten Buton sebagian masih berada di Kota Bau-Bau
g. Lokasi Ibukota Kabupaten Buton berbatasan dengan Kawasan Hutan h. Sebagian besar kepemilikan tanah belum bersertipikat.
i. Adanya peralihan hak atas tanah dilokasi kegiatan. 2. Faktor Eksternal
a. Adanya dukungan perundangan mengenai pemindahan Ibukota Kabupaten Buton dari Kota Bau-Bau Ke Pasarwajo (Peraturan Pemerintah RI Nomor 29 Tahun 2003 tentang pemindahan ibukota Kabupaten Buton dari Wilayah Kota Bau-Bau ke Pasarwajo di Wilayah Kabupaten Buton , tanggal 10 Juni 2003)
b. Adanya dukungan perundangan yang menjamin kepastian pelaksanaan kegiatan pengadaan tanah di Kec. Pasarwajo (Keppres 55 Tahun 1993
yang telah direvisi dengan Perpres 36 Tahun 2005 jo Perpres 65 Tahun 2006 tentang Pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum).
c. Berdasarkan PP RI No. 29 Tahun 2003 lokasi kegiatan meliputi 5 (lima) kelurahan dan 5 (lima) desa
d. Dukungan politik dari legislatif
e. Bentuk bidang tanah yang tidak beraturan f. Adanya sengketa kepemilikan atas tanah
g. Ganti rugi yang disepakati lebih kecil dari NJOP.
Dalam identifikasi lingkungan ini, dilakukan identifikasi peran dari stakeholder kegiatan pengadaan tanah di Kabupaten Buton. Hal ini diperlukan agar dalam penyusunan program dan kegiatan sudah jelas peran dari stakeholder tersebut. Adapun perannya adalah :
1. Panitia Pengadaan Tanah :
a Bupati dan Wakil Bupati Buton bertindak sebagai penasehat dan pengarah kegiatan pengadaan tanah di Kecamatan Pasarwajo Kabupaten Buton agar kegiatan tersebut dapat berjalan dengan baik sehingga pemindahan Ibukota Kabupaten Buton dapat cepat terlaksana.
b Asisten Tata Praja Sekda Kabupaten Buton, dalam kegiatan ini bertugas sebagai ketua pelaksana yang bertanggungjawab atas keberhasilan kegiatan.
c Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Buton, dalam kegiatan ini bertugas sebagai sekretaris I . Tugas dari sekretaris I adalah menginventarisasikan seluruh kegiatan, selain itu sebagai kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Buton, sekretaris I juga berperan dalam penyedian informasi pertanahan . d Kepala Bagian Tata Pemerintahan Setda Kabupaten Buton, bertugas
sebagai sekretaris II. Sekretaris II ini berperan dalam mengkoordinasikan kegiatan dengan pihak kecamatan, kelurahan dan desa . Hal ini dikarenakan pihak-pihak tersebut merupakan pemerintahan yang dekat dengan masyarakat dalam paling tahu apa yang diinginkan oleh masyarakat.
e Kepala Dinas Perkebunan Kabupaten Buton, dalam kegiatan ini bertugas sebagai pihak yang memperhitungkan nilai tanaman masyarakat.
f Kepala Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kabupaten Buton, bertugas menjaga konsistensi RDTR Kawasan Ibukota Kabupaten Buton, dalam bentuk pengawasan penggunaan tanah, yang mana setiap ada kegiatan penggunaan tanah di lokasi kegiatan harus sepengetahuan Kepala Dinas Tata Ruang & Tata Bangunan.
g Kepala Kesbang & Linmas Kabupaten Buton, bertugas dalam ketertiban masyarakat sehingga kegiatan pembangunan Ibukota Kabupaten Buton dapat berjalan lancar.
h Kepala Bagian Hukum Setda Kabupaten Buton, bertugas memberikan bantuan hukum kepada pelaksana kegiatan terhadap upaya-upaya hukum dari pihak luar. Selain itu Kepala Bagian Hukum juga bertugas menyiapkan perangkat hukum yang menjadi payung hukum panitia pengadaan tanah, sehingga kegiatan pengadaan tanah dapat terlaksana dengan baik
i Kepala Bagian Perlengkapan Setda Kabupaten Buton, bertugas memberikan bantuan kelengkapan lain yang dibutuhkan oleh panitia pengadaan tanah.
j Camat, Lurah dan Kepala Desa, bertugas memberikan pemahaman tentang kegiatan pengadaan tanah kepada masyarakatnya dan penyambunga aspirasi masyarakat kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Buton.
2. Pemerintah Daerah Kabupaten Buton sebagai pihak yang membutuhkan tanah, bertugas menyediakan dana kegiatan, payung hukum pelaksanaan kegiatan pengadaan tanah, melaksanakan pengawasan dan penertiban dalam penggunaan tanah serta memberikan saran dan masukan kepada panitia pengadaan tanah.
3. Masyarakat sebagai pihak pemilik tanah dan akan merasakan hasil dari kegiatan pengadaan tanah, bertugas memberikan kontrol dan pengawasan kegiatan pengadaan tanah. Selain itu masyarakat juga partisipasi aktifnya sangat diperlukan , baik itu dengan menyetujui kegiatan pengadaan tanah maupun dengan memberikan masukan bagi kegiatan tersebut.
4. Swasta, bertugas dalam melaksanakan sub-sub bagian kegiatan,misalnya pembangunan jalan, melaksanakan pengukuran dan sebagainya.
III.3 Pengumpulan Data
Pengumpulan bahan, data dan sumber data yang diperlukan terdiri dari :
1. Keputusan Bupati Buton Nomor 95 Tahun 2006 Tanggal 13 Maret 2006 Tentang Pembentukan panitia pengadaan tanah untuk pelaksanaan pembangunan sarana/prasarana pemerintahan Kabupaten Buton, diperoleh dari Panitia Pengadaan Tanah Kabupaten Buton (lihat lampiran A).
2. Daftar tugas Panitia Pengadaan Tanah Buton, yang terdapat pada Keputusan Bupati Buton Nomor 95 Tahun 2006 .
3. RDTR Kawasan Ibukota Kabupaten Buton, yang diperoleh dari Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kabupaten Buton. Adapun RDTR tersebut adalah :
Gambar III.2 RDTR Kawasan Ibukota Kabupaten Buton
4. Peta Bidang tanah dan daftar pemilik tanah hasil inventarisasi dan identifikasi yang dilakukan Panitia Pengadaan Tanah yang terdapat pada lampiran B dan C, datanya diperoleh dari Panitia Pengadaan Tanah Kabupaten Buton
5. Laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Buton untuk tahun anggaran 2006 Nomor : 32/HP/XIV.KDI/06/2007 tanggal 29 Juni 2007 (lampiran I), data diperoleh dari hasil download di www.bpk.go.id tanggal 5 Januari 2008.
6. Sebanyak 27 (dua puluh tujuh) kantor dinas Pemerintah Kabupaten Buton, baru 6 (enam) dinas yang sudah menggunakan kantor definitif yaitu Sekretariat Daerah, Dinas pendapatan daerah, Bappeda, Bawasda, BPKD, dan BKD, data diperoleh dari hasil observasi ke lapangan di Kota Bau-Bau dan Kecamatan Pasarwajo.
7. Peta Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Sulawesi Tenggara skala 1 : 150000 (lampiran D), diperoleh dari Balai Inventarisasi dan
Perpetaan Hutan Provinsi Sulawesi Tenggara
8. Terdapat 3 (tiga) bidang tanah yang sudah mempunyai status kepemilikan, yang diperoleh dari Panitia Pengadaan Tanah Kabupaten Buton, adapun bidang tanahnya yaitu :
a. Hak Milik No.01 Atas nama La Amiri b. Hak Milik No.02 Atas nama Didin A c. Hak Milik No.03 Atas nama Didin A
9. Terdapat 2 (dua) bidang tanah yang beralih di lokasi kegiatan, data diperoleh dari Panitia Pengadaan Tanah Kabupaten Buton , adapun bidang tanahnya adalah :
a. Tanah La Umane yang dijual kepada LM. Syafei seluas 7.770 M2 b. Tanah La Sima yang dijual kepada La Ana seluas 2.495 M2
10. Peraturan Pemerintah RI Nomor 29 Tahun 2003 tentang Pemindahan Ibukota Kabupaten Buton dari wilayah Kota Bau-Bau ke Pasarwajo di Wilayah Kabupaten Buton (lampiran E) .
11. Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 (lampiran F) 12. Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 (Lampiran G) 13. Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 (Lampiran H).
14. Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 29 Tahun 2003 terdapat 10 (sepuluh) kelurahan atau desa yang menjadi lokasi kegiatan pengadaan tanah yaitu : Kelurahan Wasaga, Kelurahan Saragi, Kelurahan Pasarwajo, Kelurahan Kambula bulana, Kelurahan Takimpo, Desa Banabungi, Desa Lapanda, Desa Wagola, Desa Dongkala, Desa Kondowa.
15. Berdasarkan data Kabupaten Buton dalam angka tahun 2006 menyebutkan bahwa Partai Golkar Dan PAN berada ke dalam 2 (dua) fraksi yaitu Fraksi
Karya Sejahtera (Golkar) dengan 9 (sembilan) orang dan Fraksi Amanat Demokrasi Baru (PAN) dengan 6 (enam) . Kedua partai tersebut merupakan pengusung Bupati Buton terpilih dalam pemilihan kepala daerah tahun 2006. 16. Berdasarkan data dari Panitia Pengadaan Tanah Kabupaten Buton diketahui
adanya beberapa sengketa pertanahan yaitu :
Tabel III.1 Daftar sengketa kepemilikan tanah No Pihak I Pihak II Luas (M2) Keterangan
1 La Inu Nafii 12.396 Masing-masing pihak tidak ada bukti kepemilikan
2 La Sihaya Murtaba 3.703 Masing-masing pihak tidak ada bukti kepemilikan
3 La Majida La Ambu 7.761 Masing-masing pihak tidak ada bukti kepemilikan
4 La Sihaya La Sanaa (Penggarap)
1.550 Masing-masing pihak tidak ada bukti kepemilikan
5 Abdullah La Wance 988 La Wance tidak ada bukti kepemilikan 6 Salima La Wance 7.869 La Wance tidak ada bukti kepemilikan dan
berdasarkan laporan Hasan Adia, bahwa La Wance tidak punya tanah bahkan sering palsukan surat-surat.
7 Ahmad - 1.659 Tidak diakui oleh pihak Desa 8 La Bokoro La Muru 3.907 La Muru tidak ada bukti kepemilikan
9 Nasamani La Iwaru - Masing-masing pihak tidak ada bukti kepemilikan
10 Hadaria Udin 3.479 Masing-masing pihak tidak ada bukti kepemilikan
11 Hariru Ld. Mufair 4.866 Masing-masing pihak tidak ada bukti kepemilikan
12 Yayasan Kolawana Jaya
La Isi - Obyek perkara tingkat kasasi No.Reg. 2181.K/PDT/2001 tgl 21 April 2001
17. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari sekretaris panitia pengadaan tanah Kabupaten Buton, dalam rangka pemberian kompensasi disepakati sebagai berikut :
a. Pegadaan tanah untuk keperluan jalan ganti ruginya sebesar Rp.1000/meter
b. Pengadaan tanah untuk keperluan di luar jalan sebesar Rp.9.000/meter Dilain pihak NJOP rata-rata bidang tanah di lokasi kegiatan adalah sebesar Rp. 12.000/meter .
III.4. Pengolahan Data
III.4.1 Penentuan Lingkungan Strategi
Pada tahap ini dilakukan penyusunan lingkungan strategi berdasarkan hasil identifikasi lingkungan pada tahap persiapan. Adapun lingkungan strateginya yaitu :
1. Faktor Internal a. Kekuatan
Adanya panitia pengadaan tanah
Adanya tupoksi panitia pengadaan tanah yang cukup jelas
Adanya Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) kawasan Ibukota Kabupaten Buton
Telah dilakukan inventarisasi bidang-bidang tanah b. Kelemahan
Keterbatasan dana pengadaan tanah
Kantor pemerintahan Kabupaten Buton sebagian masih berada di Kota Bau-Bau
Lokasi Ibukota Kabupaten Buton berbatasan dengan Kawasan Hutan Sebagian besar kepemilikan tanah belum bersertipikat.
Adanya peralihan hak atas tanah dilokasi kegiatan. 2. Faktor Eksternal
a. Peluang
Adanya dukungan perundangan mengenai pemindahan Ibukota Kabupaten Buton dari Kota Bau-Bau Ke Pasarwajo (Peraturan Pemerintah RI Nomor 29 Tahun 2003 )
Adanya dukungan perundangan yang menjamin kepastian pelaksanaan kegiatan pengadaan tanah di Kec. Pasarwajo (Keppres 55 Tahun 1993 yang telah direvisi dengan Perpres 36 Tahun 2005 jo Perpres 65 Tahun 2006 )
Lokasi kegiatan meliputi 5 (lima) kelurahan dan 5 (lima) desa Dukungan politik dari legislatif
b. Ancaman
Bentuk bidang tanah yang tidak beraturan Adanya sengketa kepemilikan atas tanah
Ganti rugi yang disepakati lebih kecil dari NJOP.
III.4.2 Penentuan Bobot Faktor
Tahap awal adalah melakukan pembobotan terhadap faktor internal dan eksternal , baik yang bersifat sebagai pendorong maupun penghambat. Pembobotan dilakukan terhadap tingkat urgensi dari setiap faktor internal maupun eksternal . Bobot setiap faktor dihitung dari nilai urgensinya , dibagi dengan total nilai semua faktor dan dikalikan dengan 100%. Diagram III.3 menampilkan bobot faktor internal dan diagram III.4 menampilkan bobot faktor eksternal .
Faktor Yang Lebih Urgen
No Faktor Internal
a b c d e f g h i Total Bobot Faktor Strengths
a Adanya panitia pengadaan tanah
b c a e a a a i 4 11,11% b Adanya Tupoksi panitia pengadaan
tanah yang cukup jelas b c b e b b b i 5 13,89% c Adanya Rencana Detail Tata
Ruang (RDTR) Kawasan Ibukota Kabupaten Buton
c c c c c c c c 8 22,22%
d Telah dilakukan inventarisasi
bidang-bidang tanah a b c e d d d i 3 8,33% Weaknesses
e Keterbatasan dana pengadaan
tanah e e c e e e e e 7 19,44% f Kantor pemerintahan Kabupaten
Buton sebagian masih berada di Kota Bau-Bau
a b c d e g h i 0 0,00%
g Lokasi Ibukota Kabupaten Buton
berbatasan dengan Kawasan Hutan. a b c d e g h i 1 2,78% h Sebagian besar kepemilikan tanah
belum bersertipikat a b c d e h h i 2 5,56% i Adanya peralihan hak atas tanah
dilokasi kegiatan i i c i e i i i 6 16,67%
JUMLAH 36 100%
Gambar III.3. Diagram Matriks Urgensi Faktor Internal
Dalam Gambar III.3 terlihat bahwa variabel yang mempunyai tingkat urgensi yang tertinggi adalah adanya Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Ibukota Kabupaten Buton yang mempunyai Nilai Bobot Faktor (NBF) sebesar 22,22 %, kemudian diikuti oleh variabel keterbatasan dana pengadaan tanah, adanya peralihan hak atas tanah dilokasi kegiatan, adanya Tupoksi panitia pengadaan tanah yang cukup jelas, adanya panitia pengadaan tanah, telah dilakukan inventarisasi bidang-bidang tanah,
sebagian besar kepemilikan tanah belum bersertipikat, lokasi Ibukota Kabupaten Buton berbatasan dengan Kawasan Hutan, Kantor pemerintahan Kabupaten Buton sebagian masih berada di Kota Bau-Bau dengan NBF masing-masing sebesar 19,44%, 16,67%, 13,89%, 11,11%, 8,33%, 5,56%, 2,78%, 0,00% .
Faktor Yang Lebih Urgen
No Faktor Eksternal
a b c d e f g Total Bobot Faktor Opportunities
a Adanya dukungan peraturan (PP RI Nomor 29
Tahun 2003 ) a a d a a a 5 23,81% b Adanya dukungan peraturan (Keppres 55
Tahun 1993 direvisi dengan Peppres 36 Tahun 2005 jo Peppres 65 Tahun 2006)
a b b b b b 5 23,81%
c Lokasi kegiatan meliputi 5 (lima) kelurahan
dan 5 (lima) desa a b c e f g 1 4,76% d Dukungan politik dari Legislatif
d b c e f g 1 4,76% Threats
e Bentuk bidang tanah yang tidak beraturan
a b e e f g 2 9,52% f Adanya sengketa kepemilikan atas tanah
a b f f f f 4 19,05% g Ganti rugi yang disepakati lebih kecil dari
NJOP a b g g g f 3 14,29%
JUMLAH 21 100%
Gambar III.4 Diagram Matriks Urgensi Faktor Eksternal
Sedangkan faktor eksternal, sebagaimana terlihat pada Gambar III.4, variabel yang mempunyai urgensi yang tertinggi adalah adanya Peraturan Pemerintah RI Nomor 29 Tahun 2003 dan adanya Keppres 55 Tahun 1993 yang telah direvisi dengan Peppres 36 Tahun 2005 jo Peppres 65 Tahun 2006 dengan NBF sebesar 23,81% diikuti oleh variabel adanya sengketa kepemilikan atas tanah dengan NBF sebesar 19,05%, ganti rugi yang
disepakati lebih kecil dari NJOP NBF sebesar 14,29%, bentuk bidang tanah yang tidak beraturan NBF sebesar 9,52% , sedangkan lokasi kegiatan meliputi 5 (lima) kelurahan dan 5 (lima) desa dan dukungan politik dari Legislatif mempunyai NBF sebesar 4,76%.
III.4.3 Penentuan Nilai Keterkaitan
Langkah berikutnya adalah menentukan nilai keterkaitan antar variabel pada setiap faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Penentuan nilai keterkaitan ini dilakukan dengan menggunakan skala dengan rentang 1 s/d 5, yaitu semakin tinggi nilai yang diberikan makin tinggi keterkaitannya.
Dari hasil penilaian keterkaitan antar variabel tersebut, kemudian dibuat rata-ratanya (NRK) yang merupakan hasil bagi dari total nilai yang dimiliki oleh setiap variabel yang bersangkutan dengan jumlah variabel keseluruhan.
NRK ini bermanfaat untuk menentukan Nilai Bobot Keterkaitan (NBK) yang pada akhirnya nilai ini akan digunakan untuk menentukan Total Nilai Bobot (TNB) dan kemudian digunakan untuk menentukan posisi kekuatan organisasi SWOT.
Hasil penilaian keterkaitan antar faktor tersebut dapat terlihat dalam gambar III.5 . Adapun keterangannya yaitu :
1. 0 = tidak ada keterkaitan 2. 1 = sangat kecil keterkaitannya 3. 2 = kecil kaitannya
4. 3 = cukup besar kaitannya 5. 4 = besar kaitannya 6. 5 = sangat besar kaitannya
Gambar III.5 Diagram Nilai Keterkaitan Antar Faktor Kekuatan pendorong/ Nilai Keterkaitan
No.
Penghambat 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 Total NRK Strengths
01 Adanya panitia pengadaan tanah 5 3 4 5 2 1 3 4 4 5 3 0 2 4 4 49 3,06 02 Adanya Tupoksi panitia pengadaan tanah
yang cukup jelas 5 4 5 4 1 1 3 3 5 5 3 1 3 4 5 52 3,25
03
Adanya Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Ibukota Kabupaten Buton
3 4 2 2 0 4 3 3 5 4 4 3 3 2 1 43 2,69
04 Telah dilakukan inventarisasi
bidang-bidang tanah 4 5 2 5 2 2 3 4 5 5 3 1 3 3 3 50 3,13 Weaknesses
05 Keterbatasan dana pengadaan tanah 5 4 2 5 1 2 4 3 4 4 4 3 0 1 5 47 2,94
06 Kantor pemerintahan Kabupaten Buton
sebagian masih berada di Kota Bau-Bau 2 1 0 2 1 0 0 1 2 2 2 2 0 2 0 17 1,06
07 Lokasi Ibukota Kabupaten Buton
berbatasan dengan Kawasan Hutan. 1 1 4 2 2 0 3 2 2 2 2 1 0 1 0 23 1,44
08 Sebagian besar kepemilikan tanah belum
bersertipikat 3 3 3 3 4 0 3 4 3 3 2 0 2 4 3 40 2,50 09 Adanya peralihan hak atas tanah dilokasi
kegiatan 4 3 3 4 3 1 2 4 0 2 1 0 1 3 3 34 2,13 Opportunities
10 Adanya dukungan peraturan (PP RI
Nomor 29 Tahun 2003 ) 4 5 5 5 4 2 2 3 0 5 5 3 0 0 0 43 2,69
11
Adanya dukungan peraturan (Keppres 55 Tahun 1993 direvisi dengan Peppres 36 Tahun 2005 jo Peppres 65 Tahun 2006)
5 5 4 5 4 2 2 3 2 5 4 3 2 2 3 51 3,19
12 Lokasi kegiatan meliputi 5 (lima)
kelurahan dan 5 (lima) desa 3 3 4 3 4 2 2 2 1 5 4 1 3 3 2 52 3,25 13 Dukungan politik dari Legislatif 0 1 3 1 3 2 1 0 0 3 1 0 2 2 19 1,19
Threats
14 Bentuk bidang tanah yang tidak beraturan 2 3 3 3 0 0 0 2 1 3 2 3 0 3 1 26 1,63
15 Adanya sengketa kepemilikan atas tanah 4 4 2 3 1 2 1 4 3 0 2 3 2 3 2 36 2,25
16 Ganti rugi yang disepakati lebih kecil dari
III.4.4 Penentuan Nilai Dukungan
Agar setiap faktor dapat diketahui sejauh mana tingkat pengaruh yang diberikan, maka dilakukan penilaian. Dengan adanya penilaian tersebut, maka setiap factor akan diketahui besar kecilnya nilai yang diperoleh, yang disebut dengan Nilai Dukungan (ND). Penilaian dilakukan dengan memberi nilai berdasarkan skala mulai dari 1 s/d 5 seperti terlihat pada tabel III.2 Nilai dukungan .
Tabel III.2 Nilai Dukungan
No Faktor Internal dan Eksternal Nilai Dukungan Strengths
1 Adanya panitia pengadaan tanah 5 2 Adanya Tupoksi panitia pengadaan tanah yang cukup jelas 5 3 Adanya Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan
Ibukota Kabupaten Buton 5 4 Telah dilakukan inventarisasi bidang-bidang tanah 4
Weaknesses
5 Keterbatasan dana pengadaan tanah 5 6 Kantor pemerintahan Kabupaten Buton sebagian masih
berada di Kota Bau-Bau 2 7 Lokasi Ibukota Kabupaten Buton berbatasan dengan Kawasan
Hutan. 2
8 Sebagian besar kepemilikan tanah belum bersertipikat 4 9 Adanya peralihan hak atas tanah dilokasi kegiatan 4
Opportunities
10 Adanya dukungan peraturan (PP RI Nomor 29 Tahun 2003 ) 5 11 Adanya dukungan peraturan (Keppres 55 Tahun 1993 direvisi
dengan Peppres 36 Tahun 2005 jo Peppres 65 Tahun 2006) 5 12 Lokasi kegiatan meliputi 5 (lima) kelurahan dan 5 (lima) desa 3 13 Dukungan politik dari Legislatif 2
Threats
14 Bentuk bidang tanah yang tidak beraturan 2 15 Adanya sengketa kepemilikan atas tanah 4 16 Ganti rugi yang disepakati lebih kecil dari NJOP 3
Keterangan :
W dan T (penghambat)
1 : Tidak ada hambatannya 2 : Sangat kecil hambatannya 3 : Kecil hambatannya 4 : Cukup hambatannya S dan O (pendorong)
1 : Tidak ada dorongannya 2 : Sangat kecil dorongannya 3 : Kurang kuat dorongannya 4 : Cukup kuat dorongannya
III.4.5 Penilaian Kekuatan Kunci a. Penilaian Kekuatan Kunci
Tabel III.3 Evaluasi faktor internal dan eksternal
Pemilihan kekuatan kunci diperlukan untuk menemukan faktor-faktor yang sangat menentukan dan berpengaruh terhadap arah garis regresi pada No Faktor Internal/Eksternal BF % ND NBD NRK NBK TNB TOTAL
Strengths
1 Adanya panitia pengadaan
tanah 11,11% 5 0,56 3,06
0,34 0,90 2 Adanya Tupoksi panitia
pengadaan tanah yang cukup jelas
13,89% 5 0,69 3,25 0,45 1,14 3 Adanya Rencana Detail Tata
Ruang (RDTR) Kawasan Ibukota Kabupaten Buton
22,22% 5 1,11 2,69 0,60 1,71 4 Telah dilakukan inventarisasi
bidang-bidang tanah 8,33%
4 0,33
3,13 0,26 0,59 4,34
Weaknesses
5 Keterbatasan dana pengadaan
tanah 19,44% 5 0,97 2,94
0,57 1,54 6 Kantor pemerintahan
Kabupaten Buton sebagian masih berada di Kota Bau-Bau
0,00% 2 0,00 1,06 0,00 0,00 7 Lokasi Ibukota Kabupaten
Buton berbatasan dengan Kawasan Hutan.
2,78% 2 0,06 1,44 0,04 0,10 8 Sebagian besar kepemilikan
tanah belum bersertipikat 5,56%
4 0,22 2,50 0,14 0,35 9 Adanya peralihan hak atas
tanah dilokasi kegiatan 16,67% 4 0,67
2,13 0,36 1,03 3,02
Opportunities
10 Adanya dukungan peraturan
(PP RI Nomor 29 Tahun 2003 ) 23,81% 5 1,19 2,69
0,64 1,83 11 Adanya dukungan peraturan
(Keppres 55 Tahun 1993 direvisi dengan Peppres 36 Tahun 2005 jo Peppres 65 Tahun 2006) 23,81% 5 1,19 3,19 0,76 1,95
12 Lokasi kegiatan meliputi 5 (lima) kelurahan dan 5 (lima) desa
4,76% 3 0,14 3,25 0,15 0,29 13 Dukungan politik dari Legislatif 4,76% 2 0,09 1,19 0,06 0,15
4,22
Threats
14 Bentuk bidang tanah yang tidak
beraturan 9,52%
2 0,19
1,63 0,16 0,35 15 Adanya sengketa kepemilikan
atas tanah 19,05% 4 0,76 2,25
0,43 1,19 16 Ganti rugi yang disepakati lebih
kecil dari NJOP 14,29% 3 0,43 2,16
0,31 0,74 2,28
peta kekuatan organisasi. Dan berdasarkan diagram tabel terdahulu, untuk setiap faktor yang telah diberi Bobot Faktor (BF), Nilai Dukungan (ND), Nilai Rata-Rata Keterkaitan (NRK) seperti terlihat pada tabel III.3 . TNB merupakan kombinasi bobot dari faktor urgensi dan faktor keterkaitan. Keterangan :
1. BF = Bobot Faktor
2. ND = Nilai Dukungan Faktor
3. NBD = Nilai Bobot Dukungan (BF X ND) 4. NRK = Nilai Rata-rata Keterkaitan
5. NBK = Nilai Bobot Keterkaitan (BF X NRK) 6. TNB = Total Nilai Bobot (NBD + NBK)