• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL. Survei Daerah Sebaran clan Intensitas Penyakit Pustul Bakteri Kedelai di Kalirnantan Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HASIL. Survei Daerah Sebaran clan Intensitas Penyakit Pustul Bakteri Kedelai di Kalirnantan Selatan"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

H A S I L

Survei Daerah Sebaran clan Intensitas Penyakit Pustul Bakteri Kedelai di Kalirnantan Selatan Daerah sebaran penyakit

Berdasarkan survei yang dilakukan dalam kurun waktu antara bulan November 1989 sampai dengan bulan Juli 1990,

penyakit pustul bakteri kedelai dapat dijumpai di seluruh daerah yang terdapat tanaman kedelai di Kalimantan Selatan

(lihat Tabel 3 dan Gambar 5).

Tabel 3. Daerah sebaran penyakit pustul bakteri kedelai di Kalimantan Selatan

DaerahIKabupaten Lokasi pertanaman kedelai

Tanah Laut Gunung Makmur (Ol), Tajau Pecah (02),

Batu Tungku (03), dan Batibati (04).

Hulu Sungai Tengah Muara Rintis (05), Kalubut (06), Pan- tai Hambawang (07), Batu Benawa (08).

Hulu Sungai Utara Desa 7 PIRSUS Karet Paringin (09).

Kotabaru PIRSUS Karet Karang Bintang Batu

Licin I (lo), Sebamban V (ll),

Berangas (12), dan Sarang Tiung (13).

Barito Kuala Sungai Seluang (14), Sakalagun (15),

Anjir Pasar (16), Barambai (17), Su- ngai Puntik (18), Rantau Badauh (19).

Paku (20), Rantau Bujur (21), Lok Tanah (22), dan Rampah (23)

.

Tapin Utara (24), Bungur (25), Lok Paikat (26), Piani ( 2 7 ) , Pulau Pinang (28), dan Binuang (29).

Hulu Sungai Selatan Padang Batung (30)

,

Sungai Raya (31)

.

Tabalong Jaro (32), Masingai (33), Kambitin

( 3 4 1 , dan Haruai (35).

Keterangan: Angka dalam kurung di belakang nama lokasi menunjukkan letak pada peta (Gambar 5).

(2)

Gambar 5 . Lokasi penyebaran p e n y a k i t p u s t u l b a k t e r i k e d e l a i d i Kaliknantan S e l a t a n

(3)
(4)
(5)

Intensitas penyakit

Intensitas penyakit pustul bakteri yang dijumpai di Kalimantan Selatan selama pengamatan yang dilakukan dari bulan Nopember 1989 sampai Desember 1990 beragam tergantung pada lokasi, musim, umur tanaman dan varietas kedelai yang ditanam. Hasil survei penyakit pustul bakteri kedelai ter- sebut disajikan pada Tabel 4.

Berdasarkan data pada Tabel Lampiran 23

-

27 dapat dikemukakan bahwa makin tua tanaman kedelai intensitas pe- nyakit pustul bakteri makin berat. Pada Tabel Lampiran 28 tampak bahwa intensitas penyakit pustul bakteri pada musim hujan lebih berat daripada intensitas penyakit pada musim kemarau. Data pada Tabel Lampiran 29 dan 31 menunjukkan bahwa intensitas penyakit pustul bakteri pada varietas Wilis lebih ringan dibandingkan pada varietas Kerinci, se- dangkan data pada Tabel Lampiran 30 menunjukkan tidak ada- nya perbedaan intensitas penyakit pada varietas Wilis, Ke- rinci dan Galunggung. Pada Tabel Lampiran 32 tampak bahwa intensitas penyakit pustul bakteri di Sungai Seluang lebih ringan dibandingkan di lokasi Pulau Pinang dan data pada Tabel Lampiran 33 menunjukkan bahwa intensitas penyakit di lokasi Nalui, Jaro, lebih berat dibandingkan di lokasi Paku. Berdasarkan data pada Tabel Lampiran 2, 4, 6, 8, 10, 12, 1 4 , 16, 18, 20 dan 22, dapat disimpulkan bahwa intensi- tas penyakit pustul bakteri di suatu lokasi pertanaman ke- delai tidak dipengaruhi oleh letak tanaman di lapangan.

(6)

Tabel 4. Hasil survei penyakit pustul bakteri pada tanaman kedelai di Kalimantan Selatan

Lokasi Waktu Varietas Umur Jumlah tanaman2)

surveil) kedelai (hari) Ket

Bas Rin Ber Jml

Gunung Makmur, Kab. Pleihari Nov '89 (MH Wilis Kerinci Mar '90 (MK) Wilis Galunggung Kerinci Muara Rintis, Ilung, Kab. Hulu Sungai Tengah Feb '90 (MH) Wilis Des '90 ( m ) PIRSUS Karet, Paringin, Hulu Sungai Utara Feb '90 (MH) Kerinci PIRSUS Karet, Karang Bintang, Batu Licin, Kotabaru Feb '90 ( m ) Kerinci Sungai Seluang, Kab. Barito Kuala Juli '90 (MK) Wilis Galunggung Kerinci Paku , Simpang Empat, Banjar Mei '90 (MK) Wilis Kerinci Pulau Pinang, Kab. Tapin Juli '90 (MK) Kerinci Padanq Batung, Hulu Sungai Selatan Mar '90 (MK) Kerinci Nalui, Jaro, Kab

.

Tabalong Juni '90 (MK) Wilis Keterangan:

1 ) MH = musim hujan, MK = musim kemarau

2 ) Bas = bebas serangan, Rin = tingkat serangan ringan,

Ber = tingkat serangan berat, Jml = jumlah tanaman contoh

3 ) Beberapa petani menanam kedelai berkesinambungan 4 ) Lahan untuk pertama kali ditanami kedelai

(7)

5 0

Isolasi dan Uji Patogenisitas

Dari isolasi didapatkan tiga tipe koloni bakteri, ya- itu: 1) koloni berwarna kuning jingga, bertepi rata, dan mengkilat, 2) koloniberwarna kuning jingga, bertepi berge- rigi, dan tidak berkilat, 3) koloni berwarna kuning pucat, bertepi rata, dan tidak berkilat. Setelah masing-masing tipe koloni dipisahkan, diperbanyak dan diinokulasikan pada daun kedelai ternyata tipe koloni 1 yang dapat menimbulkan gejala yang serupa di lapangan. Dengan demikian, isolat tipe 1 yang dipelihara untuk diidentifikasi.

Identifikasi

Berdasarkan serangkaian uji fisiologis yang dilaksana- kan, datanya tertera pada Tabel 5.

Sebatas ciri-ciri fisiologis yang diuji, nampaknya bersesuaian dengan sifat yang dipunyai oleh isolat NIAES 1462, yang sering digunakan sebagai isolat baku untuk bak- teri pustul kedelai di Jepang (Suhendar, 1991). Beberapa hasil uji fisiologis tersebut tercantum pada Gambar 8.

Kehilangan Hasil

Dari pengolahan data yang tertera pada Tabel Lampiran 34, disimpulkan bahwa secara umum penyakit pustul bakteri dapat menurunkan hasil kedelai tidak tergantung pada vari- etas kedelai yang diinfeksinya. Kesimpulan serupa berlaku

(8)

Tabel 5. Ciri-ciri fisiologis dan biokimia bakteri pustul dari Kalimantan Selatan Reaksi Gram Reaksi katalase Reaksi oksidase Hambatan pertumbuhan oleh TZC 0.1% Hambatan pertumbuhan oleh TZC 0.02%

Pertumbuhan dengan warna kuning madu pada medium sumbat kentang Reaksi oksidasi

Reaksi fermentasi Hidrolisis pati Pencairan gelatin

Pembentukan asam dari sukrosa

+

= bereaksi positif;

-

= bereaksi negatif; ++3 = dalam 3 hari inkubasi telah terlihat reaksi positif (sangat cepat); +7 = penca- iran pada inkubasi hari ke-7.

pula untuk sebagian komponen hasil seperti jumlah polong per pot dan bobot biji, kecuali jumlah biji per polong. Berdasarkan ujibeda harga rata-rata pada Tabel Lampiran 35 maka dibuat Tabel 6. Dari tabel beda harga rata-rata tadi dapat ditarik kesimpulan bahwa penyakit pustul dapat menu- runkan hasil kedelai (15.9%) melalui penurunan jumlah po- long dan penurunan bobot biji.

(9)
(10)

Tabel .6. Pengaruh penyakit pustul bakteri terhadap hasil dan komponen hasil kedelail)

Hasil Komponen hasil

Berat bi j i Jumlah polong Jumlah bi

j

i Berat

Varietas per pot per pot per polong 100 biji

(9) (buah) (bij

i)

(4)

Galunggung 18.98 14.90 91.40 57.60 1.93 1.88 13.79 10.77

Lokon 26.45 21.28 148.50 114.80 2.12 2.07 8.97 7.94

Wilis 26.94 24.70 175.60 121.20 2.13 2.18 9.35 7.24

Data hasil adalah per pot (tiga tanaman)

2 , Po = tanaman tidak diinokulasi bakteri patogen, P1 = tanaman diinokulasi bakteri patogen

(11)

Persentase tanaman sakit yang benihnya berasal dari areal terserang

Dari 50 benih yang ditanam ternyata sebanyak enam be- nih tumbuh menjadi tanaman bergejala pustul bakteri. De- ngan demikian dapat pula dikatakan bahwa dari benih yang berasal dari areal terserang pustul bakteri, sebanyak 12% tumbuh menjadi tanaman sakit.

Lokasi bakteri di dalam benih

Data yang menun jukkan bahwa sebanyak 22% bi ji dari areal terserang pustul bakteri kedelai terbawa oleh biji, secara terperinci lagi disajikan pada Tabel 7. Dari tabel tersebut tampak bahwa bakteri terbanyak terdapat dalam endosperma, kemudian hilum, dan kulit biji. Kulit biji

Tabel 7. Lokasi bakteri pustul dalam benihl)

Keberadaan bakteri Jumlah benih

Tidak terdapat pada semua bagian 78

Hanya terdapat pada kulit biji 0

Hanya terdapat pada endosperma 7

Hanya terdapat pada hilum 2

Terdapat pada kulit biji dan endosperma 3

Terdapat pada kulit biji dan hilum 1

Terdapat pada endosperma dan hilum 5

Terdapat pada kulit biji, endosperma dan hilum

4

(12)
(13)
(14)

57

Secara visual, perkembangan bakteri pada benih terin- feksi, setelah panen, dapat dilihat pada Gambar 11.

"

1 2 3

Bulan seteloh panen

Gambar 11. Populasi bakteri pada benih ter- infeksi yang diisolasi 1, 2 dan 3 bulan setelah panen

Peranan Benih dalam Penularan Penyakit

Satu bak yang digunakan sebagai kontrol, dimana tanam- an sentralnya dari benih sehat, tidak memperlihatkan ge- jala. Pada bak lainnya, tanaman sentral telah bergejala pada waktu tanaman berumur 17 hari. Perkembangan jumlah kumulatif tanaman sakit per bak setelah hari ke-17 dapat dilihat pada Tabel 8. Kurva perkembangan tanaman tertular merupakan kurva pertumbuhan sigmoid (Gambar 12). Berdasar- kan perhitungan pada Tabel Lampiran 48, besarnya laju in- feksi (r) adalah 0.212 (per unit per hari).

(15)

Tabel 8 . Jumlah kumulatif persentase tanaman terserang tiap bak pengamatan

- - - ---

Jumlah kumulatif persentase tanaman terserang Bak ke- Setelah tanam, hari ke-

Jumlah 36 176 , 364 576 7 8 8 896 900

Inang Kacang-kacangan Lain

Dari sejumlah kacang-kacangan yang diuji, hasilnya adalah seperti pada Tabel 9.

Gejala pada daun buncis dan daun kacang jogo hanyalah berupa nekrosa yang terdapat di sekitar luka tusuk. Pada kontrol, hanya dengan air steril, luka bekas tusukan tidak disertai nekrosa.

(16)

1 7 24 31 38 45 52 59

Hari setelah tanam

Gambar 12. Kurva perkembangan tanaman tertular

Kelangsungan Hidup Patogen dalam Tanah Perkembangan populasi bakteri pustul dalam tanah

Pada contoh tanah yang tidak diperkaya, populasi bak- teri pustul tidak terlacak. Pada contoh tanah yang diper- kaya, didapatkan plak bakteriofag pada masing-masing masa pemberaantanah. Jumlah plak tersebut selengkapnya tertera pada Tabel 10. Contoh hasil isolasi bakteriofag ditunjuk- kan pada G a b a r 13,

Tanah sebagtli sumber inokulum

Tanah yang diberakan 1 bulan, 2 bulan, dan 3 bulan, masih potensial sebagai sumber inokulum untuk menginfeksi tanaman kedelai yang tumbuh pada lahan tersebut, tetapi tidak lagi potensial setelah lahan diberakan selama 4

(17)

bulan. Tanaman kedelai yang ditanam pada tanah kontrol tidak menunjukkan gejala penyakit pustul bakteri.

Tabel 9. Hasil pengujian inang

Tanaman uji Tnokulasi

Alamiah

Tak dilukai Dilukai Kacang panjang (Vigna sinensis)

-

Kacang hi jau (Phaseolus radiatus)

-

Kacang tanah (Arachis hypogaea )

-

Kacang buncis (Phaseolus vulgaris)

-

Kacang jogo (Phaseolus vulgaris)

-

Kacang asu ( Cal opogonium mucunoides ) Kudzu (Pueraria japonica)

-

Tanggap:

+

= ada gejala,

-

= tidak ada gejala

Rotasi Tanaman

Pada kedelapan pola rotasi yang dicoba, tanaman kede- lai yang ditanamterakhir bergejala penyakit pustul bakteri dengan keadaan yang hampir sama. Pengaruh rotasi tanaman terhadap perkembangan penyakit pustul bakteri kedelai ter- sebut selengkapnya disajikan pada Tabel 11.

(18)

Tabel 10. Jumlah plak dari 1 ml supernatan larutan contoh tanah yang diperkaya

Lamanya pemberaan Pengamatan

ulang ke- 1 bulan 2 bulan 3 bulan 4 bulan

...

plak

. . . . r . . . , . . . . , , . .

1 4240 2120 664 4 2 2170 1790 240 10 3 3120 3540 188 265 4 1540 1680 236 51 5 3560 2460 264 30 Jumlah 14 6.30 11590 1592 360

Kelangsungan Hidup Patogen dalam Serasah

Serasah daun kedelai yang diletakkan di atas permukaan tanah bertahan sampai tiga bulan, sedangkan serasah yang dibenamkan dalam tanah hanya bertahan dua bulan setelah pembenaman. Karena itu, pengamatan hanya dilakukan hingga bulan keempat.

(19)
(20)

Tabel 11. Hasil rotasi tanaman pada tanaman kedelai terakhir

Rotasi

Keadaan tanaman kedelai terakhir ~edelai')

-

kacang tanah

-

kedelai

Kedelai

-

kacang hijau

-

kedelai Kedelai

-

kacang panjang

-

kedelai Kedelai

-

terong

-

kedelai Kedelai

-

padi gogo

-

kedelai Kedelai

-

padi sawah

-

kedelai Kedelai

-

kedelai

-

kedelai Kedelai

-

bera

-

kedelai

Berpenyakit Berpenyakit Berpenyakit Berpenyakit Berpenyakit Berpenyakit Berpenyakit Berpenyakit

') tanaman pertama yang terserang pustul

Dari Tabel 12 (hal. 64) dapat ditarik dua kesimpulan:

1. Populasi bakteri pustul, yang digambarkan oleh adanya plak bakteriofag, lebih besar pada serasah yang berada di permukaan tanah dibanding yang terbenam di dalam tanah.

2. Populasi tersebut makin lama makin kecil, namun pada se- rasah yang berada di permukaan tanah pada bulan ketiga, yaitu menjelang kehancurannya, bakteri pustul masih ter- deteksi

.

(21)

Tabel 12. Jumlah plak dari 1 ml supernatan larutan rendaman serasah

Lamanya pemberaan Status

serasah 1 .bulan 2 bulan 3 bulan

Di permukaan tanah -

...

plak

...

Jumlah 7 8 8 2 674 161 26

-

Dibenamkan 15 cm dalam tanah 59

-

Jumlah 450

-

-

Rata-rata 90

-

-

Gambar

Tabel  3.  Daerah sebaran penyakit pustul bakteri kedelai  di Kalimantan Selatan
Gambar  5 .   Lokasi  penyebaran  p e n y a k i t   p u s t u l   b a k t e r i   k e d e l a i   d i   Kaliknantan  S e l a t a n
Tabel  4.  Hasil survei penyakit pustul bakteri pada tanaman  kedelai di Kalimantan Selatan
Tabel 5.  Ciri-ciri fisiologis dan biokimia  bakteri pustul dari Kalimantan  Selatan  Reaksi Gram  Reaksi katalase  Reaksi oksidase  Hambatan pertumbuhan  oleh TZC 0.1%  Hambatan pertumbuhan  oleh TZC 0.02%
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini berarti hubungan pengetahuan keuangan dan sikap keuangan berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan investasi dan setelah memasukkan variabel kontrol

Pendekatan yang sering digunakan dalam mengkaji hubungan norma subyektif, sikap dan niat induvidu adalah model TPB ( Theory of Planned Behaviour) yang dikembangkan oleh Ajzen

Setelah aliran menabrak dinding tangki terdapat sebagian aliran yang bergerak ke atas kemudian menbrak dinding kanan tangki, dan terjadi pusaran air, lalu

Dalam penelitian ini, berdasarkan status pekerjaan dan pendidikan pasien didapatkan sampel dengan pendidikan terakhir terbanyak yaitu SMA dengan jumlah 23 orang pasien dan

Setiap proses kegiatan yang mengacu pada teroptimalnya kemampuan anak tentunya tidak terlepas dari berbagai faktor-faktor pendukung maupun penghambat. Adapun faktor pendukung

( human trafficking ), berdasarkan dari beberapa faktor penyebab terjadinya tindak pidana perdagangan manusia yang telah dijelaskan diatas maka perlu adanya upaya

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tradisi mengasuh Gemblak sudah berkembang lama di Kabupaten Ponorogo, bahkan diperkirakan sejak berdirinya Kabupaten Ponorogo

Sumber data primer diperoleh dari hasil wawancara yang dilakukan kepada anggota Malang Creator yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan oleh