• Tidak ada hasil yang ditemukan

REVIU RENSTRA TAHUN PENGADILAN NEGERI PEKANBARU KELAS 1A

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "REVIU RENSTRA TAHUN PENGADILAN NEGERI PEKANBARU KELAS 1A"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

i

(2)

KATA PENGANTAR

Rencana Strategis (Renstra) Pengadilan Negeri Pekanbaru tahun 2020-2024 merupakan dokumen perencanaan Pengadilan Negeri Pekanbaru yang memuat visi, misi, tujuan, Sasaran strategi, kebijakan, program, dan kegiatan Pengadilan Negeri Pekanbaru, sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya pada tahun 2020-2024.

Penyusunan Renstra Pengadilan Negeri Pekanbaru mengacu pada pedoman Renstra dalam Permen PPN/Kepala Bappenas No. 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan dan Penelaahan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (RENSTRA K/L) 2020-2024. Secara substansi Renstra Pengadilan Negeri Pekanbaru tahun 2020- 2024 disusun berdasarkan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2014 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, dan berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahap Ill periode 2020-2024, serta mengacu pada rencana dan kebijakan Mahkamah Agung.

Penyusunan Reviu Renstra 2020-2024 ini diharapkan dapat digunakan sebagai landasan dalam perencanaan yang efektif dan terarah, pelaksanaan kegiatan yang berorientasi pada hasil (result oriented) dan proses penyusunan laporan, pengendalian serta evaluasi kegiatan guna meningkatkan produktivitas dan akuntabilitas kinerja seluruh pejabat dan staf di lingkungan Pengadilan Negeri Pekanbaru secara berkesinambungan.

Pekanbaru, 29 Januari 2021 KETUA PENGADILAN NEGERI PEKANBARU

\

SAUT MA�I TU��. SH. MH NIP. 196610191992121001

(3)

ii

DAFTAR ISI

Hal KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Kondisi Umum 1

1.2 Potensi dan Permasalahan 5

BAB II VISI, MISI DAN TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS

2.1 Visi & Misi 11

2.2 Tujuan dan Sasaran Strategis 11

BAB III ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGIS

3.1 Arah kebijakan dan Strategi Mahkamah Agung 15 3.2 Arah kebijakan dan Strategi Pengadilan Negeri 18

Pekanbaru

3.3 Kerangka Regulasi 21

3.4 Kerangka Kelembagaan 24

BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN 27

BAB V PENUTUP 34

Lampiran :

Matrik Reviu Renstra Pengadilan Negeri Pekanbaru Tahun 2020-2024 SK Penyusunan Reviu Renstra 2020-2024

(4)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

KONDISI UMUM

Penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Pengadilan Negeri Pekanbaru Tahun 2020-2024 merupakan salah satu amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN). Renstra tersebut merupakan dokumen perencanaan selama lima tahun (2020-2024) yang memuat visi, misi, tujuan, sasaran strategi, kebijakan serta program dan kegiatan Pengadilan Negeri Pekanbaru dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Renstra Pengadilan Negeri Pekanbaru mengacu pada Renstra M ahkamah Agung RI dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2020-2024.

Pengadilan Negeri Pekanbaru selaku salah satu kekuasaan Kehakiman di lingkungan Peradilan Umum mempunyai tugas dan kewenangan sebagaimana disebutkan dalam Undang – Undang Nomor 8 tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang – Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum dalam pasal 51 yang menyatakan :

 Pengadilan Negeri bertugas dan berwenang mengadili perkara perdata dan perkara pidana di tingkat pertama.

 Pengadilan dapat memberikan keterangan, pertimbangan, dan nasihat tentang hukum kepada instansi Pemerintah di daerahnya, apabila diminta.  Pengadilan dapat diserahi tugas dan kewenangan lain oleh atau

berdasarkan undang-undang.

Pengadilan Negeri Pekanbaru memiliki fungsi sebagai berikut :  Fungsi Peradilan (Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004)

a.Menerima, memeriksa, mengadili dan memutus perkara yang menjadi kewenangan Pengadilan Negeri dalam tingkat pertama.

b.Mengajukan berkas perkara yang mengajukan upaya hukum ke tingkat Banding, kasasi dan Peninjauan Kembali (PK).

(5)

2

c.Melaksanakan putusan (eksekusi) terhadap putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

 Fungsi Pengawasan

yakni mengadakan pengawasan melekat atas pelaksanaan tugas dan tingkah laku Hakim, Panitera, Sekretaris, Panitera Pengganti, dan Jurusita/Jurusita Pengganti, dan melakukan pengawasan terhadap jalannya peradilan di tingkat Pengadilan Negeri, serta menjaga agar peradilan diselenggarakan dengan seksama dan sewajarnya.

 Fungsi Pembinaan

yakni memberikan pengarahan, bimbingan dan petunjuk, serta teguran dan peringatan kepada pejabat struktural dan fungsional serta jajaran staf Pengadilan Negeri Pekanbaru yang berada dibawah binaannya, baik mengenai administrasi teknis peradilan maupun administrasi umum dan pembangunan.

 Fungsi Nasehat

a.Pengadilan Negeri dapat memberi nasehat atau pertimbangan-pertimbangan dalam bidang hukum kepada lembaga pemerintah daerah dan lembaga lain yang meminta (undang-Undang No. 5 tahun 2004).

 Fungsi Mediator, sebelum memutus suatu perkara perdata yang diajukan oleh para Pihak, maka harus dilakukan upaya mediasi untuk mendamaikan para pihak. (Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 01 Tahun 2008)

 Fungsi Administratif

Pengadilan Negeri menyelenggarakan administrasi umum, keuangan dan kepegawaian serta lainnya untuk mendukung pelaksanaan tugas pokok teknis peradilan dan administrasi peradilan.

 Fungsi lain

Selain tugas pokok untuk menerima, memeriksa, mengadili dan memutus perkara berdasarkan Undang-Undang No. 4 tahun 2004 dan No. 5 tahun 2004, Pengadilan Negeri dapat diserahi tugas dan kewenangan lain berdasarkan peraturan perundang-undangan.

(6)

3

Pengadilan Negeri Pekanbaru berusaha mewujudkan “Cetak Biru Mahkamah Agung 2010-2035”, sesuai dengan Visi Mahkamah Agung “Terwujudnya Badan Peradilan Indonesia Yang Agung”. maka Pengadilan Negeri Pekanbaru mempunyai visi dan misi yang kemudian dijabarkan dalam tugas pokok dan fungsinya, antara lain sebagai berikut :

1. Penyelesaian Perkara

Penyelesaian perkara pada Pengadilan Negeri Pekanbaru yakni paling lambat 5 bulan berdasarkan Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2014 tentang penyelesaian perkara, yaitu penyelesaian perkara tingkat pertama paling lambat 5 bulan.

2. Manajemen Perkara.

Modernisasi manajemen perkara pada pengadilan tingkat pertama telah diwujudkan dengan dibangunnya case management system di semua lingkungan peradilan. Penyempurnaan manajemen perkara dilakukan dengan pemberlakukan template dan standarisasi penomoran perkara yang ditetapkan dengan SK KMA Nomor 44/KMA/SK/III/2014 tanggal 20 Maret 2014. Dokumen template hasil standarisasi tersebut diintegrasikan dengan sistem informasi manajemen perkara, dimana pada lingkungan peradilan umum menggunakan Sistem Informasi Penelusuran Perkara (SIPP) yang dibangun oleh Mahkamah Agung RI.

3. Keterbukaan Informasi

Pengadilan Negeri Pekanbaru terus melakukan pembenahan terhadap pengelolaan keterbukaan informasi pengadilan dengan berpedoman pada Surat Keputusan Ketua Mahkamah Nomor : 1-144/KMA/SK/I/2011, tentang Pedoman Pelayanan Informasi di Pengadilan. Kebijakan mengenai keterbukaan informasi yang dilaksanakan pada tahun 2016 tersebut meliputi : peningkatan publikasi putusan pada Direktori Putusan Mahkamah Agung RI http://putusan3.mahkamahagung.go.id, peningkatan publikasi informasi perkara melalui aplikasi Sistem Informasi Penelusuran Perkara (SIPP) www.sipp.pn-pekanbaru.go.id, peningkatan pengelolaan website

www.pn.pekanbaru.go.id, dan peningkatan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

(7)

4

4. Penanganan Pengaduan

Implementasi Aplikasi SIWAS MARI sesuai Peraturan Mahkamah Agung No.9 Tahun 2016. Berpedoman pada Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor : 9 Tahun 2016, tanggal 24 Agustus 2006, tentang Pedoman Penanganan Pengaduan (Whistleblowing System) Di Mahkamah Agung Dan Badan Peradilan yang berada di bawahnya.

5. Peningkatan Pelayanan Publik

Pengadilan Negeri Pekanbaru melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan pelayanan publik demi mewujudkan visi badan peradilan yang agung. Salah satuanya adalah mengikuti program Akreditasi Penjaminan Mutu Badan Peradilan Umum dan Pembangunan Zona Integritas menuju Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani.

Akreditasi Penjaminan Mutu yang dibentuk Ditjen Badilum ini dimaksudkan untuk menjawab tantangan dan tuntutan masyarakat pada saat ini dan untuk mewujudkan Performa/Kinerja Peradilan Indonesia yang Unggul (Indonesian Court Performance Excellent/ICPE). Adapun kriteria penilaian yang digunakan meliputi tujuh area yaitu:

1) Kepemimpinan (leadership);

2) Perencanaan Strategis (strategic planning); 3) Fokus Pelanggan (customer focus);

4) Sistem Dokumentasi (document system);

5) Manajemen Sumber Daya (resource management); 6) Manajemen Proses (process management); dan 7) Hasil Kinerja.

Sedangkan Zona Integritas (ZI) merupakan predikat yang diberikan kepada instansi pemerintah yang pimpinan dan jajarannya mempunyai komitmen untuk mewujudkan WBK/WBBM melalui reformasi birokrasi, khususnya dalam hal pencegahan korupsi dan peningkatan kualitas pelayanan publik. Adapun kriteria penilaian yang digunakan meliputi enam area yaitu:

(8)

5

1) Manajemen Perubahan; 2) Penataan Tatalaksana; 3) Penataan Manajemen SDM; 4) Penguatan Akuntabilitas Kinerja; 5) Penguatan Pengawasan; dan

6) Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik.

Pada Tahun 2020 Pengadilan Negeri Pekanbaru mendapatkan nilai Akreditasi A Excellent pada Surveillance Akreditasi Penjaminan Mutu yang diselenggarakan oleh Ditjen Badilum. Dalam Pembangunan Zona Integritas PN Pekanbaru berhasil mendapatkan predikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) tahun 2019 dari KemenPAN RB dan Agustus tahun 2020 Pengadilan Negeri Pekanbaru mendapatkan Juara Harapan Pertama Lomba Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) yang diselenggarakan oleh Ditjen Badilum kategori Pengadilan Negeri Kelas 1 A.

1.2 POTENSI DAN PERMASALAHAN

Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Pengadilan Negeri Pekanbaru masih dihadapkan pada beberapa kondisi objektif yang harus diselesaikan untuk meningkatkan kinerja Pengadilan. Berikut ini identifikasi potensi dan permasalahan di Pengadilan Negeri Pekanbaru ditinjau dari beberapa aspek :

1. Penyelesaian Perkara

Pengadilan Negeri Pekanbaru selalu meningkatkan pelayanan kepada masyarakat khususnya para pencari keadilan, salah satunya adalah kebijakan Mahkamah Agung mengeluarkan Surat Edaran Mahkamah Agung No 2 Tahun 2014 Tentang Penyelesaian Perkara di Pengadilan Tingkat Pertama dan Tingkat Banding pada 4 (Empat) Lingkungan Peradilan, yang mengatur Penyelesaian perkara pada Pengadilan Tingkat Pertama paling lambat dalam waktu 5 (lima) bulan.

Undang-Undang RI No.2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (PHI) Pasal 103 yang berbunyi bahwa Majelis Hakim

(9)

6

wajib memberikan putusan penyelesaian Penyelisihan Hubungan Industrial dalam waktu selambat-lambatnya 50 (lima puluh) hari kerja terhitung sejak sidang pertama.

Kebijakan tersebut, dijadikan acuan untuk membuat Standar Operasional Prosedur (SOP) penyelesaian perkara di Pengadilan Negeri Pekanbaru adalah maksimal 5 bulan. Kecuali untuk perkara Perdata khusus (PHI). Dalam pelaksanaannya setiap tahunnya penyelesaian perkara di Pengadilan Negeri Pekanbaru mengalami peningkatan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, namun pelaksanaan tersebut belum sepenuhnya berjalan efektif karena masih terdapat perkara yang penyelesaiannya lebih dari 5 (lima) bulan dikarenakan adanya panggilan para pihak yang tidak diketahui alamatnya (panggilan koran/umum). Dan penyelesaian perkara PHI lebih dari 50 (lima puluh) hari kerja terhitung sejak sidang pertama dikarenakan para pihaknya banyak yang berada diluar kota sehingga panggilan dilakukan melalui delegasi selain itu karena covid-19 ada para pihak yang meminta kepada Majelis Hakim untuk melakukan pengunduran sidang karena dilakukan PSBB pada daerah setempat.

2. Akses terhadap pengadilan

Kurangnya pemahaman pencari keadilan dan pengguna pengadilan mengenai prosedur beracara di pengadilan merupakan salah satu masalah yang terus berusaha dipecahkan oleh Mahkamah Agung dan lembaga peradilan di bawahnya.

Penguatan akses terhadap pengadilan merupakan salah satu komitmen yang ingin diwujudkan oleh Mahkamah Agung RI dengan tujuan :

a) Memberi kemudahan akses informasi kepada pencari keadilan; dan

b) Meringankan beban biaya berperkara untuk masyarakat miskin dan terpinggirkan.

Upaya peningkatan akses pengadilan terhadap masyarakat miskin sesuai Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) Nomor 10 Tahun 2010 tentang

(10)

7

Pedoman Pemberian Bantuan Hukum yang menyebutkan empat bentuk mekanisme pemberian bantuan masyarakat miskin yaitu:

1) Penyediaan Pos Bantuan Hukum (Posbakum) di Pengadilan,

2) Pemberian bantuan jasa advokat,

3) Pembebasan biaya perkara melalui fasilitas prodeo, dan

4) Pelaksanaan sidang keliling dan penyediaan tempat sidang diluar kantor pengadilan (zitting plaats).

Pengadilan Negeri Pekanbaru masih memiliki kendalan dalam hal fasilitas pembebasan biaya perkara melalui fasilitas prodeo, karena keterbatasan anggaran yang disediakan.

Dalam hal memberikan akses informasi kepada pencari keadilan, Pengadilan Negeri Pekanbaru telah menggunakan sarana meja informasi maupun teknologi informasi untuk mengakses berbagai informasi pada website pengadilan hingga putusan pengadilan pada Direktori Putusan Mahkamah Agung. Pedoman pelayanan informasi diatur dalam SK Ketua Mahkamah Agung No. 1-144/KMA/SK/I/2011 tentang pedoman pelayanan informasi pengadilan. Namun pemberian akses informasi tersebut masih mendapat keluhan dari publik karena sarana informasi tersebut belum menjamin sepenuhnya transparansi di pengadilan.

3.Aspek Proses Peradilan

Dalam rangka terwujudnya Badan Peradilan Indonesia yang Agung, salah satu elemen pendukung adalah mediasi sebagai instrumen untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap keadilan sekaligus implementasi asas penyelenggaraan peradilan yang sederhana, cepat, dan berbiaya ringan. Penyelesaian perkara melalui mediasi diatur dalam peraturan Mahkamah Agung Perma Nomor 1 Tahun 2016 tanggal 3 Februari 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan dan Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor 108/KMA/SK/VI/2016 tanggal 17 Juni 2016 tentang Tata Kelola Mediasi di Pengadilan. Perma ini mewajibkan

(11)

8

ditempuhnya proses mediasi sebelum pemeriksaan pokok perkara perdata dengan mediator terdiri dari Hakim-Hakim Pengadilan Negeri tersebut yang tidak menangani perkaranya dan pihak lain yang memiliki Sertifikat Mediator. Dengan adanya Perma ini diharapkan dapat meningkatkan akses terhadap keadilan bagi masyarakat melalui penyelesaian sengketa, sebagai salah satu alternative penyelesaian sengketa yang saling menguntungkan kedua belah pihak melalui mediasi di Pengadilan. Tetapi dalam pelaksanaannya masih banyak mediasi yang belum berhasil di tingkat Pengadilan karena tidak tercapainya kesepakatan oleh para pihak

sehingga perkara tersebut dilanjutkan ke proses hukum selanjutnya

Penyelesaian perkara melalui diversi diatur dalam Peraturan Mahkamah Agung Nomor 4 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Diversi dalam Sistem Peradilan Pidana Anak. Sesungguhnya, diversi dapat juga digambarkan sebagai suatu sistem dimana fasilitator mengatur proses penyelesaian pihak-pihak yang bertikai untuk mencapai penyelesaian yang memuaskan sebagai keadilan restoratif. Saat ini seluruh pengadilan hingga tingkat daerah terus menyiapkan sarana dan prasarana untuk merespon dan mendukung implementasi UU Sistem Peradilan Pidana Anak tersebut. Tidak ada pilihan lain, semua pihak harus konsentrasi dan serius dalam mempersiapkan SDM, sarana dan prasarana untuk mendukung Sistem Peradilan Pidana Anak terutama Fasilitator, Hakim Peradilan Anak dan Pengadilan sebagai benteng terakhir dalam proses penyelesaian anak berhadapan hukum di Pengadilan.

Dalam pelaksanaannya pada tahun 2020 tidak tercapai kesepakatan diversi oleh para pihak di tingkat Pengadilan sehingga Hakim melanjutkan pemeriksaan perkara sesuai dengan hukum acara peradilan pidana Anak.

Minimnya capaian titik temu diantara pihak yang berperkara, baik perkara yang melalui jalur diversi maupun mediasi, sehingga perkara tersebut dilanjutkan ke proses hukum selanjutnya. Para pihak masih enggan menggunakan jalur tersebut sebagai salah satu alternative solusi dalam penyelesaian sengketa.

(12)

9

4.Meningkatnya kepatuhan terhadap Putusan Pengadilan

Kepatuhan terhadap putusan pengadilan dapat diukur dari jumlah putusan yang dilaksanakan oleh para pihak. Kepatuhan terhadap putusan perkara perdata dilakukan oleh para pihak secara sukarela, apabila pihak tidak melaksanakan putusan pengadilan, maka pihak yang menang dapat mengajukan permohonan eksekusi. Permohonan eksekusi muncul akibat ketidakpatuhan salah satu pihak terhadap putusan pengadilan. Semakin sedikit permohonan eksekusi maka kepatuhan terhadap putusan pengadilan semakin tinggi. Semakin tinggi persentase permohonan eksekusi yang ditindaklanjuti oleh Pengadilan maka semakin bagus kinerja pengadilan. Dalam hal ini masih terdapat para pihak yang mengajukan permohonan eksekusi ke Pengadilan Negeri. Karena disebabkan masih adanya salah satu pihak yang tidak patuh terhadap Putusan Pengadilan Negeri.

Table Potensi dan Permasalahan

Potensi Permasalahan

1. Penyelesaian Perkara

1. Surat Edaran Mahkamah Agung No 2 Tahun

2014 Tentang Penyelesaian Perkara di Pengadilan Tingkat Pertama dan Tingkat Banding pada 4 (Empat) Lingkungan Peradilan

2. Undang-Undang RI No.2 Tahun 2004

tentang Penyelesaian Perselisihan

Hubungan Industrial (PHI) Pasal 103 yang berbunyi bahwa Majelis Hakim wajib

memberikan Putusan penyelesaian

Penyelisihan Hubungan Industrial dalam waktu selambat-lambatnya 50 (lima puluh) hari kerja terhitung sejak sidang pertama. 3. Standar Operasional Penyelesaian Perkara

Pengadilan Negeri Pekanbaru

-

-

Masih terdapat perkara yang penyelesaiannya lebih dari 5

(lima) bulan dikarenakan

panggilan para pihak yang tidak diketahui alamatnya (panggilan koran/umum).

Masih terdapat penyelesaian perkara PHI lebih dari 50 (lima puluh) hari kerja terhitung sejak sidang pertama dikarenakan para pihaknya banyak yang diluar kota sehingga panggilan dilakukan melalui delegasi.

Dikarenakan covid-19 ada para pihak (khusus perkara PHI) yang meminta kepada Majelis Hakim untuk melakukan pengunduran sidang karena dilakukan PSBB pada daerah setempat.

(13)

10

2. Akses terhadap pengadilan

1. Akses pengadilan terhadap masyarakat miskin: Posbakum, Pembebasan biaya perkara dan perkara prodeo.

2. Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) Nomor 10 Tahun 2010 tentang Pedoman Pemberian Bantuan Hukum

- Keterbatasan anggaran pada perkara prodeo.

3. Aspek Proses Peradilan

1. Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan.

2. Peraturan Mahkamah Agung Nomor 4 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Diversi dalam Sistem Peradilan Pidana Anak.

Para pihak masih enggan

menggunakan jalur mediasi dan diversi sebagai salah satu alternative solusi dalam penyelesaian sengketa. 4. Meningkatnya Kepatuhan Terhadap Putusan Pengadilan

Kepatuhan terhadap putusan pengadilan dapat diukur dari jumlah isi putusan yang

dilaksanakan tanpa adanya eksekusi. Permohonan eksekusi muncul akibat ketidakpatuhan salah satu pihak.

- Masih ada para pihak yang

mengajukan permohonan eksekusi ke Pengadilan Negeri. Hal ini disebabkan masih adanya salah satu pihak yang tidak patuh terhadap Putusan Pengadilan Negeri.

(14)

11

BAB II

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS

2.1. Visi dan Misi

Visi adalah suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan yang diinginkan untuk mewujudkan tercapainya tugas pokok dan fungsi Pengadilan Negeri Pekanbaru. Adapun Visi Pengadilan Negeri Pekanbaru mengacu pada Visi Mahkamah Agung Republik Indonesia adalah

“Terwujudnya Pengadilan Negeri Pekanbaru Yang Agung”

Visi ini ingin menjadikan Pengadilan Negeri Pekanbaru sebagai lembaga peradilan yang dihormati, dan memiliki keluhuran dan kemulian dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dalam memutus perkara.

Misi adalah sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan sesuai visi yang ditetapkan agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan terwujud dengan baik.

MISI :

1.Menjaga kemandirian Pengadilan Negeri Pekanbaru .

2.Memberikan pelayanan hukum yang berkeadilan kepada pencari keadilan. 3.Meningkatkan kualitas kepemimpinan Pengadilan Negeri Pekanbaru . 4.Meningkatkan kredibilitas dan transparansi Pengadilan Negeri Pekanbaru .

2.2 Tujuan dan Sasaran Strategis

Tujuan adalah sesuatu yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu satu sampai dengan lima tahun yaitu tahun 2020 sampai dengan 2024 dan tujuan ditetapkan mengacu kepada pernyataan visi dan Misi Pengadilan Negeri Pekanbaru .

Adapun Tujuan yang hendak dicapai Pengadilan Negeri Pekanbaru adalah sebagai berikut :

1) Pencari keadilan merasa kebutuhan dan kepuasannya terpenuhi. Indikator kinerja untuk mengukur capaian tujuan ini adalah :

(15)

12

Indeks kepuasan pencari keadilan yang puas terhadap layanan Pengadilan Negeri. 2) Setiap pencari keadilan dapat menjangkau Badan Peradilan

Indikator kinerja untuk mengukur capaian tujuan ini adalah :

Untuk mencapai tujuan yang dapat diukur, Pengadilan Negeri Pekanbaru menggunakan 4 (empat) sasaran strategis sebagai berikut :

1. Terwujudnya Proses Peradilan yang Pasti, Transparan dan Akuntabel Indikator kinerja untuk mengukur capaian sasaran ini adalah :

a. Persentase sisa perkara perdata yang diselesaikan

b. Persentase sisa perkara perdata khusus yang diselesaikan

c. Persentase sisa perkara pidana yang diselesaikan

d. Persentase sisa perkara pidana khusus yang diselesaikan

e. Persentase perkara perdata yang diselesaikan tepat waktu

f. Persentase perkara perdata khusus yang diselesaikan tepat waktu

g. Persentase perkara pidana yang diselesaikan tepat waktu

h. Persentase perkara pidana khusus yang diselesaikan tepat waktu

i. Persentase perkara yang tidak mengajukan upaya hukum banding

j. Persentase perkara yang tidak mengajukan upaya hukum kasasi

k. Persentase perkara yang tidak mengajukan upaya hukum PK

l. Persentase Perkara Pidana Anak yang diselesaikan dengan Diversi

m. Index kepuasaan pencari peradilan

2. Peningkatan Efektivitas Pengelolaan Penyelesaian Perkara Indikator kinerja untuk mengukur capaian sasaran ini adalah :

a. Persentase salinan putusan perkara perdata yang dikirim kepada para pihak tepat waktu.

b. Persentase salinan putusan perkara pidana yang dikirim kepada para pihak tepat waktu.

c. Persentase Perkara yang Diselesaikan melalui Mediasi

d. Persentase berkas perkara yang dimohonkan Banding, Kasasi dan PK yang diajukan secara lengkap dan tepat waktu

e. Persentase putusan perkara yang menarik perhatian masyarakat yang dapat diakses secara online dalam waktu 1 hari setelah diputus

(16)

13

3. Meningkatnya Akses Peradilan bagi Masyarakat Miskin dan Terpinggirkan Indikator kinerja untuk mengukur capaian sasaran ini adalah :

a. Persentase Perkara Prodeo yang diselesaikan

b. Persentase Pencari Keadilan Golongan Tertentu yang Mendapat Layanan Bantuan Hukum (Posbakum)

4. Meningkatnya Kepatuhan Terhadap Putusan Pengadilan

Indikator kinerja untuk mengukur capaian sasaran ini adalah :

Persentase putusan perkara perdata yang ditindaklanjuti (dieksekusi)

Untuk mencapai tujuan dan sasaran strategis , Pengadilan Negeri Pekanbaru menggunakan program dan kegiatan sesuai program dan kegiatan Mahkamah Agung sebagai berikut :

1. Program : Dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya MA.

Kegiatan : Penyelenggaraan operasional perkantoran dan non operasional satker daerah. Program dan kegiatan ini untuk mendukung tercapainya :

 Indikator Sasaran Strategis Pertama, yaitu :

a. Persentase perkara yang tidak mengajukan upaya hukum Banding b. Persentase perkara yang tidak mengajukan upaya hukum Kasasi

c. Persentase perkara yang tidak mengajukan upaya hukum Peninjauan Kembali (PK) d. Persentase Perkara Pidana Anak yang diselesaikan dengan Diversi

e. Index kepuasaan pencari peradilan

 Indikator Sasaran Strategis Kedua, yaitu :

a. Persentase perkara yang diselesaikan melalui mediasi.

2. Program : Peningkatan sarana dan prasarana aparatur Mahkamah Agung RI. Kegiatan : Pengadaan sarana dan prasarana di lingkungan Mahkamah Agung RI. Program dan kegiatan ini untuk mendukung tercapainya indikator :

Indikator Sasaran Strategis Kedua, yaitu :

a. Persentase putusan perkara yang menarik perhatian masyarakat yang dapat diakses secara online dalam waktu 1 hari setelah putus.

3. Program : Peningkatan manajemen peradilan umum. Kegiatan : Peningkatan manajemen peradilan umum.

(17)

14

Program dan kegiatan ini untuk mendukung tercapainya :

 Indikator Sasaran Strategis Pertama, yaitu :

a. Persentase sisa perkara perdata yang diselesaikan b. Persentase sisa perkara perdata khusus yang diselesaikan c. Persentase sisa perkara pidana yang diselesaikan

d. Persentase sisa perkara pidana khusus yang diselesaikan e. Persentase perkara perdata yang diselesaikan tepat waktu

f. Persentase perkara perdata khusus yang diselesaikan tepat waktu g. Persentase perkara pidana yang diselesaikan tepat waktu

h. Persentase perkara pidana khusus yang diselesaikan tepat waktu

 Indikator Sasaran Strategis Kedua, yaitu :

a. Persentase salinan putusan perkara perdata yang dikirim kepada para pihak tepat waktu

b. Persentase salinan putusan perkara pidana yang dikirim kepada para pihak tepat waktu

c. Persentase berkas perkara yang dimohonkan Banding, Kasasi, dan PK yang diajukan secara lengkap dan tepat waktu

 Indikator Sasaran Strategis Ketiga, yaitu :

a. Persentase Perkara Prodeo yang diselesaikan

b. Persentase Pencari Keadilan Golongan Tertentu yang mendapat Layanan Bantuan Hukum (Posbakum)

 Indikator Sasaran Strategis Keempat, yaitu :

(18)

15

BAB III

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

3.1. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI MAHKAMAH AGUNG

Arah kebijakan dan strategi Mahkamah Agung tahun 2020-2024 ditetapkan berdasarkan arah kebijakan dan strategi pemerintah. Keberhasilan Mahkamah Agung terkait dengan percepatan penyelesaian perkara, penyelesaian perkara secara sederhana, murah dan biaya ringan, pos bantuan hukum, restorative justice dan sistem peradilan pidana terpadu sebagai berikut:

Penyelesaian Perkara

Mahkamah Agung memegang peranan yang sangat penting dalam mewujudkan kepastian hukum ditengah-tengah masyarakat, keberlangsungan suatu negara akan sangat bergantung dari ada atau tidaknya kepastian hukum, terwujudnya kepastian hukum menjadi tugas utama Mahkamah Agung.

Capaian penyelesaian Mahkamah Agung diuraikan berdasarkan tingkatan peradilan, yaitu penyelesaian perkara pada Pengdilan Tingkat Pertama, Pengadilan Tingkat Banding dan Mahkamah Agung, beban perkara yang harus diselesaikan terdiri dari sisa perkara tahun sebelumnya dan perkara yang diterima pada tahun berjalan.

Proses berperkara yang sederhana, murah dan biaya ringan

Dalam rangka mewujudkan azas sederhana, murah dan biaya ringan, Mahkamah Agung RI mengeluarkan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2015 tentang Tata Cara Penyelesaian Gugatan Sederhana pada tanggal 7 Agustus 2015. penyelesaian perkara secara cepat dengan beberapa ketentuan yang ada diantaranya, yaitu gugatan tersebut merupakan gugatan dengan nilai materil maksimal Rp.200.000.000,- (dua

(19)

16

ratus juta rupiah), para pihak harus berada dalam domisili wilayah hukum yang sama, waktu penyelesaian tidak boleh melebih 25 (dua lima) hari.

Disamping itu Mahkamah Agung (MA) telah meluncurkan aplikasi administrasi perkara berbasis online ini merupakan implementasi Peraturan MA No. 3 Tahun 2018 tentang Pedoman Administrasi Perkara di Pengadilan Secara Elektronik yang mengatur mulai dari pengguna layanan administrasi perkara, pendaftaran administrasi perkara, pemanggilan para pihak, penerbitan salinan putusan, dan tata kelola administrasi, pembayaran biaya perkara yang seluruhnya dilakukan secara elektronik/online saat mengajukan permohonan/gugatan perkara perdata, agama, tata usaha negara yang berlaku masing-masing lingkungan peradilan.

Seiring dengan tuntutan proses peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan, Mahkamah Agung kini mengembangkan aplikasi e-Court ini dengan fitur e-Litigasi, sehingga semua proses penyelesaian perkara dapat dilakukan secara elektronik tanpa hadirnya para didepan pengadilan. Aplikasi e-litigasi tidak hanya diberlakukan dalam pendaftaran perkara, pembayaran panjar dan panggilan para pihak, tetapi diberlakukan juga dalam pertukaran dokumen jawab-jinawab, pembuktian, dan penyampaian putusan secara elektronik.

Pembebasan Biaya Perkara, Pos Bantuan Hukum, Sidang di Luar Gedung Pengadilan dan Pelayanan Sidang Terpadu

Pembebasan Biaya Perkara adalah sebuah layanan dimana negara menanggung biaya proses berperkara di pengadilan.

Pemberian layanan melalui Pos Bantuan Hukum bagi para pencari keadilan terutama bagi mereka yang tidak mampu karena melalui program ini masyarakat dapat memperoleh layanan hukum berupa pemberian informasi, konsultasi dan advis hukum serta pembuatan dokumen hukum yang dibutuhkan dalam proses penyelesaian perkara.

(20)

17

Pelayanan Sidang di Luar Gedung Pengadilan baik didalam maupun di luar negeri jumlahnya cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Pemenuhan akses terhadap keadilan bagi Warga Negara Indonesia yang bertempat tinggal di luar negeri juga dilakukan pada yurisdiksi KJRI. Secara rutin, Pengadilan Agama Jakarta Pusat menyelenggarakan sidang di luar negeri sejak tahun 2011. Pelaksanaan sidang di luar negeri terselenggara atas kerjasama Mahkamah Agung dengan Kementerian Luar Negeri, kegiatan ini dilaksanakan berdasarkan SK KMA Nomor 084/KMA/SK/V/2011. Adapun jenis perkara yang disidangkan adalah perkara isbat (penetapan) nikah dalam rangka memperoleh identitas hukum.

Pelayanan Sidang Terpadu dilakukan Mahkamah Agung sebagai respon atas tuntutan masyarakat terhadap identitas hukum anak anak yang belum mempunyai atau kesulitan untuk mendapatkan akte kelahiran, Pelayanan Sidang Terpadu dilaksanakan oleh pengadilan agama/Mahkamah Syar’iyah untuk perkara pengesahan perkawinan dan isbat nikah.

Restoratif Justice

Sistem Hukum Pidana Indonesia memasuki babak baru, salah satu bentuk pembaharuan yang ada dalam Hukum Pidana Indonesia adalah pengaturan tentang hukum pidana dalam perspektif dan pencapaian keadilan kepada perbaikan maupun pemulihan keadaan setelah peristiwa, pada saat ini restorative justice pada umumnya menyangkut perkara pidana anak dimana menempatkan anak pelaku kejahatan sebagai korban. Sesuai dengan Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) Nomor 4 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Diversi dalam Sistem Peradilan Pidana Anak.

Poin penting PERMA tersebut bahwa Hakim wajib menyelesaikan persoalan ABH dengan acara Diversi yang merupakan prosedur hukum yang masih baru dalam sistem dan pembaharuan hukum pidana di Indonesia. Disamping itu juga, PERMA ini memuat tata cara pelaksanaan diversi yang menjadi pegangan hakim dalam penyelesaian pidana anak mengingat

(21)

18

belum ada regulasi yang memuat hukum acara khusus diversi Sistem Peradilan Pidana Anak.

Sesungguhnya, diversi dapat juga digambarkan sebagai suatu sistem dimana fasilitator mengatur proses penyelesaian pihak-pihak yang bertikai untuk mencapai penyelesaian yang memuaskan sebagai keadilan restoratif. Tradisi dan mekanisme musyawarah mufakat merupakan wujud nyata dalam memperkuat hukum yang hidup dalam masyarakat sejak dulu. Dengan demikian, inti dari keadilan restoratif adalah penyembuhan, pembelajaran moral, partisipasi dan perhatian masyarakat, dialog, rasa memaafkan, tanggungjawab dan membuat perubahan, yang semuanya itu merupakan pedoman bagi proses restorasi dalam perspektif keadilan restoratif. Saat ini seluruh pengadilan hingga tingkat daerah terus menyiapkan sarana dan prasarana untuk merespon dan mendukung implementasi UU Sistem Peradilan Pidana Anak tersebut. Tidak ada pilihan lain, semua pihak harus konsentrasi dan serius dalam mempersiapkan SDM, sarana dan prasarana untuk mendukung Sistem Peradilan Pidana Anak terutama Fasilitator, Hakim Peradilan Anak dan Pengadilan sebagai benteng terakhir dalam proses penyelesaian anak berhadapan hukum di Pengadilan.

3.2. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGADILAN NEGERI PEKANBARU

Pengadilan Negeri Pekanbaru dalam mendukung kebijakan nasional dalam mencapai sasaran pembangunan dibidang hukum menetapkan arah kebijakan dan strategi mengacu pada arah kebijakan strategis Mahkamah Agung RI.

Dalam rangka mewujudkan visi dan misi, tujuan yang ditetapkan, pada tahun 2020-2024, Pengadilan Negeri Pekanbaru menetapkan empat sasaran strategis yang terdiri dari:

1. Terwujudnya Proses Peradilan yang Pasti, Transparan dan Akuntabel 2. Peningkatan Efektivitas Pengelolaan Penyelesaian Perkara

3. Meningkatnya Akses Peradilan bagi Masyarakat Miskin dan Terpinggirkan 4. Meningkatnya kepatuhan terhadap putusan pengadilan

(22)

19

Arah kebijakan untuk mewujudkan sasaran terwujudnya proses peradilan yang pasti, transparan, dan akuntabel adalah :

1) Peningkatan transparansi peradilan dan publikasi informasi perkara melalui aplikasi Sistem Informasi Penelusuran Perkara (SIPP), peningkatan pengelolaan website, dan peningkatan pelayanan meja informasi di pengadilan berpedoman pada Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor : 1-144/KMA/SK/I/2011, Tentang Pedoman Pelayanan Informasi di Pengadilan.

2) Penguatan produktifitas penyelesaian perkara dengan mereviu Standar Operasional Prosedur (SOP) penyelesaian perkara di Pengadilan Tinggi Pekanbaru mengacu pada Surat Edaran Mahkamah Agung No 2 Tahun 2014 Tentang Penyelesaian Perkara di Pengadilan Tingkat Pertama dan Tingkat Banding pada 4 (Empat) Lingkungan Peradilan, yang mengatur Penyelesaian perkara pada Pengadilan Tingkat Pertama paling lambat dalam waktu 5 (lima) bulan.

3) Peningkatan sumber daya hakim dalam hal hukum formil dan materiil, untuk meningkatkan kualitas putusan yang dibuat oleh hakim akan dapat memenuhi rasa keadilan masyarakat pencari keadilan.

4) Peningkatan fungsi pengawasan & penanganan pengaduan untuk mengembalikan kepercayaan publik kepada pengadilan mengacu pada Peraturan Bersama Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial Nomor 02/PB/MA/IX/201202/PB/P.KY/09/2012 tentang Panduan Penegakan Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim dan Keputusan KMA RI Nomor 076/KMA/SK/VI/2009 tentang petunjuk pelaksanaan penanganan pengaduan di lingkungan lembaga Peradilan.

5) Peningkatan pelayanan publik melalui program Akreditasi Penjaminan Mutu Badan Peradilan Umum dan Zona Integritas Wilayah Bebas Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM).

6) Peningkatan kepuasan pencari keadilan.

Arah kebijakan untuk mewujudkan sasaran peningkatan efektifitas pengelolaan penyelesaian perkara adalah :

(23)

20

2) Peningkatan perkara yang diselesaikan melalui mediasi.

3) Peningkatan permohonan banding, kasasi, dan PK yang diajukan secara lengkap dan tepat waktu.

4) Peningkatan putusan perkara, yaitu menayangkan putusan secara cepat, sehingga putusan dapat diakses secara online oleh masyarakat (One day publish).

Arah kebijakan untuk mewujudkan sasaran meningkatnya akses peradilan bagi masyarakat miskin dan terpinggirkan adalah :

1)Pembebasan Biaya Perkara adalah sebuah layanan dimana negara menanggung biaya proses berperkara di pengadilan.

2)Pemberian layanan melalui Pos Bantuan Hukum bagi para pencari keadilan terutama bagi mereka yang tidak mampu karena melalui program ini masyarakat dapat memperoleh layanan hukum berupa pemberian informasi, konsultasi dan advis hukum serta pembuatan dokumen hukum yang dibutuhkan dalam proses penyelesaian perkara.

Arah kebijakan untuk mewujudkan sasaran peningkatnya kepatuhan terhadap putusan pengadilan adalah :

Kepatuhan terhadap putusan pengadilan dapat diukur dari jumlah putusan yang dilaksanakan oleh para pihak. Kepatuhan terhadap putusan perkara perdata dilakukan oleh para pihak secara sukarela, apabila pihak tidak melaksanakan putusan pengadilan, maka pihak yang menang dapat mengajukan permohonan eksekusi. Permohonan eksekusi muncul akibat ketidakpatuhan salah satu pihak terhadap putusan pengadilan. Semakin sedikit permohonan eksekusi maka kepatuhan terhadap putusan pengadilan semakin tinggi. Semakin tinggi persentase permohonan eksekusi yang ditindaklanjuti oleh Pengadilan maka semakin bagus kinerja pengadilan.

(24)

21 1.3 KERANGKA REGULASI

Dalam melaksanakan program prioritas pemerintah yang tertuang dalam RPJM tahun 2020-2024 yang diamanatkan kepada setiap kementrian/lembaga maka kementerian/lembaga dimaksud harus menetapkan kerangka regulasi yang dijadikan sebagai instrument guna pencapaian sasaran kelembagaan. Pada Pengadilan Negeri Pekanbaru kerangka regulasi merupakan perencanaan pembentukan regulasi dalam rangka memfasilitasi, mendorong dan mengatur perilaku dan penyelenggaran peradilan dalam rangka mencapai tujuan.

Perlunya dimasukkan kerangka regulasi dalam rencana strategi tahun 2020-2024 adalah :

a. Mengarahkan proses perencanaan pembentukan regulasi sesuai kebutuhan pembangunan pengadilan.

b. Meningkatkan kualitas regulasi dalam rangka mendukung pencapaian prioritas pembangunan

c. Meningkatkan efisiensi pengalokasian anggaran untuk keperluan pembentukan regulasi.

Isu Strategis Arah Kebijakan 2020-2024 Regulasi Tahun 2020 Penanggung Jawab 1. Peningkatan Penyelesaian Perkara 1. Penyederhanaan proses berperkara. 2. Penguatan akses pada keadilan. 3. Moderniasasi manajemen perkara. 4. Penataan ulang organisasi 1. SK Ketua tentang penunjukan majelis hakim. 2. Penunjukan majelis hakim yang menangani keberatan dalam gugaan sederhana. 3. SK Koordinator delegasi. 1. Hakim 2. Kepaniteraan PN

(25)

22 manajemen perkara. 4. SK susunan Hakim mediator. 5. SK Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu. 6. SK Ketua Tentang Petugas Direktori Putusan. 7. SK Ketua tentang Penunjukan protokoler persidangan. 8. SK tentang Tim Resume Permohonan Eksekusi. 9. SK Penunjukan Tim Reformasi Birokrasi. 10.SK tentang Penanganan bantuan delegasi. 2. Optimalisasi Manajemen Peradilan Umum 1. Peningkatan penyelesaian perkara 2. Peningkatan aksesibilitas masyarakat terhadap peradilan 3. Peningkatan Kualitas SDM 1. Implementasi SK KMA tentang percepatan penyelesaian perkara. 2. Penambahan volume Penanganan Posbakum bagi masyarakat kurang mampu. 3. MOU dengan lembaga bantuan 1. Hakim 2. Kepaniteraan PN

(26)

23 4. SK Standar Pelayanan Pengadilan. 5. Penunjukan Tim Pemilihan Role Model. 3. Peningkatan Dukungan Manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Optimalisasi pemanfaatan teknologi informasi, peningkatan kualitas sumber daya manunisa 1. SK Ketua tentang Tim Pelaksana SIPP. 2. Penunjukan Admin

dan Operator SIPP. 3. Penunjukan Pengelola SIKEP. 4. Tim Pengelola Informasi dan Dokumentasi. 1. Kesekretariat an PN 4. Sarana dan

prasarana Peningkatan sarana dan prasarana pendukung kinerja aparatur peradilan. SK Ketua tentang pemberlakuan baner,papan fisual,papan pengumuman dan media informasi lainnya yang dipajang di area gedung

Pengadilan.

1. Kesekretariat an PN

2. Optimalisasi

pengawasan 1. Peningkatan efektifitas pengelolaan penyelesaian perkara 2. Peningkatan kualitas pengawasan 1. SK Tim Audit Internal sistem Akreditasi Penjamin Mutu. 2. Penunjukan Hakim Pengawas Mediasi 3. Penunjukan Hakim Pengawas Eksekusi.

(27)

24

1.4 KERANGKA KELEMBAGAAN

Pengadilan Negeri Pekanbaru selaku salah satu kekuasaan Kehakiman di lingkungan Peradilan Umum mempunyai tugas dan kewenangan sebagaimana disebutkan dalam Undang – Undang Nomor 8 tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang – Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum dalam pasal 51 yang menyatakan :

 Pengadilan Negeri bertugas dan berwenang mengadili perkara perdata dan perkara pidana di tingkat pertama.

 Pengadilan dapat memberikan keterangan, pertimbangan, dan nasihat tentang hukum kepada instansi Pemerintah di daerahnya, apabila diminta.  Pengadilan dapat diserahi tugas dan kewenangan lain oleh atau

berdasarkan undang-undang.

Pengadilan Negeri Pekanbaru memiliki fungsi sebagai berikut :  Fungsi Peradilan (Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004)

(28)

25

kewenangan Pengadilan Negeri dalam tingkat pertama.

e.Mengajukan berkas perkara yang mengajukan upaya hukum ke tingkat Banding, kasasi dan Peninjauan Kembali (PK).

f. Melaksanakan putusan (eksekusi) terhadap putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

 Fungsi Pengawasan

yakni mengadakan pengawasan melekat atas pelaksanaan tugas dan tingkah laku Hakim, Panitera, Sekretaris, Panitera Pengganti, dan Jurusita/Jurusita Pengganti, dan melakukan pengawasan terhadap jalannya peradilan di tingkat Pengadilan Negeri, serta menjaga agar peradilan diselenggarakan dengan seksama dan sewajarnya.

 Fungsi Pembinaan

yakni memberikan pengarahan, bimbingan dan petunjuk, serta teguran dan peringatan kepada pejabat struktural dan fungsional serta jajaran staf Pengadilan Negeri Pekanbaru yang berada dibawah binaannya, baik mengenai administrasi teknis peradilan maupun administrasi umum dan pembangunan.

 Fungsi Nasehat

b.Pengadilan Negeri dapat memberi nasehat atau pertimbangan-pertimbangan dalam bidang hukum kepada lembaga pemerintah daerah dan lembaga lain yang meminta (undang-Undang No. 5 tahun 2004).

 Fungsi Mediator, sebelum memutus suatu perkara perdata yang diajukan oleh para Pihak, maka harus dilakukan upaya mediasi untuk mendamaikan para pihak. (Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 01 Tahun 2008)

 Fungsi Administratif

Pengadilan Negeri menyelenggarakan administrasi umum, keuangan dan kepegawaian serta lainnya untuk mendukung pelaksanaan tugas pokok teknis peradilan dan administrasi peradilan.

(29)

26

 Fungsi lain

Selain tugas pokok untuk menerima, memeriksa, mengadili dan memutus perkara berdasarkan Undang-Undang No. 4 tahun 2004 dan No. 5 tahun 2004, Pengadilan Negeri dapat diserahi tugas dan kewenangan lain berdasarkan peraturan perundang-undangan.

(30)

27 BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

Sasaran Target Strategis

Uraian Indikator

kinerja 2020 2021 2022 2023 2024

Program Kegiatan Indikator Kegiatan Target Anggaran Terwujudnya Proses Peradilan yang Pasti, Transparan, dan Akuntabel a. Persentase sisa perkara perdata yang diselesaikan 100% 100 % 100 % 100 % 100 % 1.Program Peningkata n Manajemen Peradilan Umum 2.Program Peningkata n Sarana 2.Peningkat an Manajemen Peradilan Umum 2.Pengadaa n Sarana dan Prasarana di Lingkungan 1.Perkara peradilan umum yang diselesaika n ditingkat pertama dan banding secara tepat waktu 2.Jumlah pengadaan peralatan/f asilitas kantor di Lingkungan Mahkamah Agung 1. 938 Perkara 2. 12 layanan 1 525.100.000 16.456.977.000 b. Persentase sisa perkara perdata khusus yang diselesaikan 100% 100 % 100 % 100 % 100 % c. Persentase sisa perkara pidana yang diselesaikan 100 % 100 % 100 % 100 % 100 %

(31)

28 dan Prasarana Aparatur Pengadila n Negeri Pekanbaru Pengadilan Negeri Pekanbaru layanan 295.000.000 d. Persentase sisa perkara pidana khusus yang diselesaikan 100% 100 % 100 % 100 % 100 % e. Persentase perkara perdata yang diselesaikan tepat waktu 77% 85% 85% 86% 86% f. Persentase perkara perdata khusus yang diselesaikan tepat waktu 25% 25% 26% 28% 30% g. Persentase perkara pidana yang diselesaikan

(32)

29 % % h. Persentase perkara pidana khusus yang diselesaikan tepat waktu 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % i. Persentase perkara yang tidak mengajukan upaya hukum banding 89% 90% 90% 91% 92% j. Persentase perkara yang tidak mengajukan upaya hukum kasasi 94% 90% 90% 91% 92% k. Persentase perkara yang tidak mengajukan

(33)

30 upaya hukum peninjauan kembali 99% 99% 99% 99% 99% l. Persentase Perkara Pidana Anak yang diselesaikan dengan Diversi 3% 2% 2% 3% 3% m. Index kepuasaan pencari peradilan 90% 91% 91% 92% 92% Peningkatan Efektifitas Pengelolaan Penyelesaian Perkara a. Persentase salinan putusan perkara perdata yang dikirim kepada para pihak tepat waktu 100 % 87% 87% 88% 89% b. Persentase salinan

(34)

31 perkara pidana yang dikirim kepada para pihak tepat waktu % % % % % c. Persentase perkara yang diselesaikan melalui mediasi 3% 2% 3% 3% 3% d. Persentase berkas perkara yang dimohonkan Banding, Kasasi, dan PK yang diajukan secara lengkap dan tepat waktu 100 % 100 % 100 % 100 % 100 %

(35)

32 e. Persentase Putusan perkara yang menarik perhatian masyarakat yang dapat diakses secara online dalam waktu 1 hari setelah putus 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % Meningkatnya Akses Peradilan bagi Masyarakat Miskin dan Terpinggirkan a. Persentase Perkara Prodeo yang diselesaikan 77% 70% 73% 76% 77% b. Persentase Pencari Keadilan Golongan 100 % 100 % 100 % 100 % 100 %

(36)

33 yang mendapat Layanan Bantuan Hukum (Posbakum) Meningkatnya Kepatuhan Terhadap Putusan Pengadilan Persentase putusan perkara perdata yang ditindaklanjuti (dieksekusi) 31% 28% 29% 30% 31%

(37)

34

R

BAB V

PENUTUP

encana Strategis (Renstra) Pengadilan Negeri Pekanbaru tahun 2020-2024 adalah dokumen perencanaan yang disusun secara sistematis, terarah, dan menyeluruh terhadap perubahan dengan mengacu kepada tugas pokok dan fungsinya sebagai lembaga peradilan.

Renstra ini menggambarkan permasalahan, kelemahan, peluang tantangan, sasaran, program, dan kebijakan yang akan dijalankan selama kurun waktu tahun 2020-2024 dan telah direviu sejalan dengan perubahan kebijakan Mahkamah Agung dalam hal Organsasi Dan Tata Laksana Peradilan Kepaniteraan dan Kesekretariatan yang diharapkan mampu membawa arah Pengadilan Negeri Pekanbaru untuk mencapai visi dan misinya.

Rencana Strategis Pengadilan Negeri Pekanbaru dapat direviu kembali dan terus disempurnakan dari waktu kewaktu. Dengan demikian renstra ini bersifat terbuka dari kemungkinan perubahan. Melalui renstra ini diharapkan dapat membantu pelaksana pengelola kegiatan dalam melakukan pengukuran tingkat keberhasilan terhadap kegiatan yang dikelola.

Pada akhirnya dengan Renstra ini diharapkan Pengadilan Negeri Pekanbaru memiliki pedoman yang dapat dijadikan penuntun bagi pencapaian arah, tujuan dan sasaran program selama lima tahun yaitu tahun 2020-2024.

(38)

35

LAMPIRAN

MATRIK RENSTRA

TAHUN 2020-2024

(39)

36 MATRIK REVIU RENCANA STRATEGIS TAHUN 2020 – 2024

PENGADILAN NEGERI PEKANBARU

Visi : Terwujudnya Pengadilan Negeri Pekanbaru Yang Agung Misi : 1. Menjaga Kemandirian Pengadilan Negeri Pekanbaru.

2.Memberikan Pelayanan Hukum Yang Berkeadilan Kepada Pencari Keadilan. 3.Meningkatkan Kualitas Kepemimpinan Pengadilan Negeri Pekanbaru. 4.Meningkatkan Kredibilitas Dan Transparansi Pengadilan Negeri Pekanbaru.

Tujuan Target Jang ka Men enga h

Sasaran Target Strategis

Uraian Indikator

kinerja

Uraian Indikator kinerja

202

0 2021 2022 2023 2024

Program Kegiatan Indikator

Kegiatan Targ et Anggaran Pencari keadilan merasa kebutuhan dan kepuasanny a terpenuhi Persentase perkara yang Tidak Mengajukan Upaya Hukum : - Banding - Kasasi - PK 80% Terwujudnya Proses Peradilan yang Pasti, Transparan, dan Akuntabel a. Persentase sisa perkara perdata yang diselesaikan 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 1.Program Peningkatan Manajemen Peradilan Umum 2.Peningkat an Manajemen Peradilan Umum 3.Perkara peradilan umum yang diselesaika n ditingkat pertama dan banding secara tepat waktu 1. 938 Perkar a 525.100.000 b.Persentase sisa perkara perdata khusus yang

(40)

37 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 2.Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Pengadilan Negeri Pekanbaru 2.Pengadaa n Sarana dan Prasarana di Lingkungan Pengadilan Negeri Pekanbaru 4.Jumlah pengadaan peralatan/f asilitas kantor di Lingkunga n Mahkamah Agung 2. 12 layan an 1 layan an 16.456.977.0 00 295.000.000 c.Persentase sisa perkara pidana yang

diselesaikan 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % d.Persentase sisa perkara pidana khusus yang diselesaikan 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % e.Persentase perkara perdata yang diselesaikan tepat waktu 77% 85% 85% 86% 86% f.Persentase perkara perdata khusus yang diselesaikan tepat waktu

(41)

38 g.Persentase perkara pidana yang diselesaikan tepat waktu 99% 99% 99% 100 % 100 % h.Persentase perkara

pidana khusus yang diselesaikan tepat waktu 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % i. Persentase perkara yang tidak mengajukan upaya hukum banding 89% 90% 90% 91% 92% j. Persentase perkara yang tidak mengajukan upaya hukum kasasi

(42)

39 a. Persentase perkara yang tidak mengajukan upaya hukum peninjauan kembal 99% 99% 99% 99% 99% b. Persentase Perkara Pidana Anak yang diselesaikan dengan Diversi 3% 2% 2% 3% 3% c. Index kepuasaan pencari peradilan d. 90% 91% 91% 92% 92% Peningkatan Efektifitas Pengelolaan Penyelesaian Perkara a. Persentase salinan putusan perkara perdata yang dikirim kepada para pihak tepat waktu 100 % 87% 87% 88% 89% b. Persentase salinan putusan perkara 100 100 100 100 100

(43)

40

pidana yang dikirim kepada para pihak tepat waktu % % % % % c. Persentase perkara yang diselesaikan melalui mediasi 3% 2% 3% 3% 3% d. Persentase berkas perkara yang dimohonkan Banding, Kasasi, dan PK yang diajukan secara lengkap dan tepat waktu 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % e. Persentase Putusan perkara yang menarik perhatian masyarakat yang dapat diakses secara online dalam waktu 1 hari setelah putus

100 % 100 % 100 % 100 % 100 %

(44)

41 pencari keadilan dapat menjangkau Badan Peradilan Pencari Keadilan Golongan Tertentu yang Mendapat Layanan Bantuan Hukum Akses Peradilan bagi Masyarakat Miskin dan Terpinggirkan Perkara Prodeo yang diselesaikan 77% 70% 73% 76% 77% b. Persentase Pencari Keadilan Golongan Tertentu yang mendapat Layanan Bantuan Hukum (Posbakum) 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % Meningkatnya Kepatuhan Terhadap Putusan Pengadilan Persentase putusan perkara perdata yang ditindaklanjuti (dieksekusi)

(45)

42

LAMPIRAN

SK TIM PENYUSUN RENSTRA

TAHUN 2020-2024

(46)

43

SURAT KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN NEGERI PEKANBARU NOMOR : W4.U1/113/OT.01.10/I/2021

TENTANG

TIM PENYUSUNAN REVIU RENCANA STRATEGIS 2020-2024 PENGADILAN NEGERI PEKANBARU

KETUA PENGADILAN NEGERI PEKANBARU

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka menindaklanjuti surat Sekretaris

Mahkamah Agung Nomor : 1931A/SEK/OT.01.2/11/ 2020 tanggal 27 November 2020 perihal Penyampaian Dokumen SAKIP maka telah dilakukan reviu Indikator Kinerja Utama (IKU) Pengadilan Negeri Pekanbaru ; b. Bahwa dalam rangka penyusunan Reviu Renstra

2020-2024 Pengadilan Negeri Pekanbaru, maka dipandang perlu dibentuk Tim Penyusunan Reviu Renstra 2020-2024 Pengadilan Negeri Pekanbaru; c. bahwa dengan pertimbangan point a dan b tersebut

diatas, perlu diatur dengan diterbitkan Surat Keputusan Tim Penyusunan Reviu Renstra 2020-2024 Pengadilan Negeri Pekanbaru, dengan susunan sebagaimana terlampir;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025;

2. Undang-undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang

perubahan kedua atas Undang-undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung;

3. Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2009 Tentang

Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 Tentang Peradilan Umum;

4. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019;

5. Peraturan Mahkamah Agung Nomor 7 Tahun 2015

tentang Organisasi dan Tata Kerja Kepaniteraan dan Kesekretariatan di Pengadilan;

(47)
(48)

Gambar

Table Potensi dan Permasalahan

Referensi

Dokumen terkait

2 Switch atau hub adalah perangkat pendukung jaringan komputer dan jumlah ”port” bisa dilihat dari jumlah lubang untuk kabel data yang disambungkan pada switch atau hub

Untuk mengatasi masalah lambatnya penyelesaian perkara ini maka Pengadilan Agama telah melaksanakan managemen perkara yang berbasis IT dan aplikasi SIPP sehingga

Persentase percepatan penyelesaian perkara melalui Sistem Informasi Penelusuran Perkara (SIPP) diambil dari perbandingan jumla perkara yang yang telah diinput

Sejalan dengan urgensi analisis hadis seperti diterangkan di atas, hadis-hadis yang memperbincangkan masalah batas aurat laki-laki, yang digunakan sebagai rujukan oleh

Uang kartal adalah uang dalam bentuk kertas dan logam. Uang saku yang kalian bawa ke sekolah merupakan uang kartal. Uang kartal biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti

Sehingga tujuan pembuatan Sistem Informasi Pendaftaran Perkara Melalui Website Pada Pengadilan Agama Kelas II Kabupaten Penajam Paser, agar dapat memudahkan

Sasaran Peningkatan Efektifitas Pengelolaan Penyelesaian Perkara dimaksudkan untuk menggambarkan efektifitas dan efisiensi upaya Pengadilan Negeri Negeri Cibinong Kelas IA

Persentase percepatan penyelesaian perkara melalui Sistem Informasi Penelusuran Perkara (SIPP) diambil dari perbandingan jumla perkara yang.. RKT Tahun Anggaran