• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab GAMBARAN UMUM DAN KONDISI WILAYAH KABUPATEN LABUHANBATU UTARA. 2.1 Kondisi Umum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab GAMBARAN UMUM DAN KONDISI WILAYAH KABUPATEN LABUHANBATU UTARA. 2.1 Kondisi Umum"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

P a g e 2 - 1

GAMBARAN UMUM

DAN KONDISI WILAYAH

KABUPATEN LABUHANBATU UTARA

2.1 Kondisi Umum

Kabupaten Labuhanbatu Utara merupakan salah satu Kabupaten dari pemekaran Kabupaten Labuhanbatu yang mekar menjadi 3 kabupaten yaitu Kabupaten Labuhanbatu, Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan Kabupaten LabuhanbatuUtara.

2.1.1 Sejarah Kabupaten Labuhanbatu Utara

Pembentukan Kabupaten Labuhanbatu Utara didasarkan pada hal-hal berikut ini:

1. Surat Keputusan DPRD Labuhanbatu No. 63 Tahun 2005 tanggal 31 Oktober 2005 tentang Persetujuan DPRD Labuhanbatu Terhadap Pembentukan Kabupaten Labuhanbatu, Kabupaten Labuhanbatu Utara dan Kabupaten Labuhanbatu Selatan;

2. Surat Keputusan DPRD Labuhanbatu No. 63a Tahun 2005 tanggal 31 Oktober 2005 tentang Penetapan ibukota Kabupaten Labuhanbatu Utara dan Labuhanbatu Selatan;

3. Surat Keputusan DPRD Labuhanbatu No. 63b Tahun 2005 tanggal 31 Oktober 2005 tentang Kesanggupan Dukungan Dana dari Kabupaten Labuhanbatu (induk) untuk Labuhanbatu Utara dan Kabupaten Labuhanbatu Selatan;

4. Keputusan Bupati Labuhanbatu No. 135/226/PEM/2005 tanggal 10 Maret 2005 tentang Penetapan Ibukota Kabupaten Labuhanbatu Utara dan Kabupaten Labuhanbatu Selatan; 5. Surat Bupati Labuhanbatu No. 135/2698/Pem/2005 tanggal 1 November 2005 perihal

Mohon Persetujuan Pemekaran Kabupaten Labuhanbatu Utara dan Kabupaten Labuhanbatu Selatan;

Bab

2

(2)

P a g e 2 - 2

6. Keputusan DPRD Provinsi Sumatera Utara No. 1/K/2006 tanggal 12 Januari 2006 tentang Persetujuan Pemekaran Kabupaten Labuhanbatu;

7. Surat Gubernur Sumatera Utara No. 903/035.K/2006 tanggal 26 Januari 2006 tentang Bantuan Dana dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah provinsi Sumatera Utara Bagi calon Kabupaten Labuhanbatu Utara dan Kabupaten Labuhanbatu Selatan di wilayah Provinsi Sumatera Utara;

8. Keputusan DPRD Kabupaten Labuhanbatu No. 08 Tahun 2008 tanggal 5 Mei tentang Dukungan Dana dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Labuhanbatu (induk) Bagi calonKabupaten Labuhanbatu Utara dan Kabupaten Labuhanbatu Selatan di Kabupaten Labuhanbatu;

9. Keputusan Bupati Labuhanbatu No. 903/452/Pem/2007 tanggal 27 Desember 2007 tentang Dukungan Dana dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Labuhanbatu (induk) Bagi calon Kabupaten Labuhanbatu Utara dan Kabupaten Labuhanbatu Selatan diKabupaten Labuhanbatu;

10. Surat Gubernur Sumatera Utara No. 135/6191 tanggal 24 Juni 2008 perihal Bantuan Dana Calon Kabupaten Labuhanbatu Utara dan Kabupaten Labuhanbatu Selatan.

Berdasarkan hal-hal tersebut, pemerintah telah melakukan pengkajian secara mendalam dan menyeluruh mengenai kelayakan pembentukan daerah dan berkesimpulan bahwa pemerintah perlumembentuk Kabupaten Labuhanbatu Utara. Pembentukan Kabupaten Labuhanbatu Utara tercantum dalam Undang-Undang RI No. 23 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Labuhanbatu Utara di Provinsi Sumatera Utara. Lebih jelasnya mengenai orientasi Wilayah Perencanaan dapat dilihat pada gambar 2.1.

(3)

P a g e 2 - 3

Gambar 2.1

Peta Orientasi Wilayah Kabupaten Labuhanbatu Utara

(4)

P a g e 2 - 4

2.1.2 Kondisi Geografi

Kabupaten Labuhanbatu Utara merupakan salah satu daerah yang berada di Kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis, Kabupaten Labuhanbatu Utaraterletak pada koordinat, 1058’00’’-2050’00 Lintang Utara, 99025’00’’-100005’00’’ Bujur Timur.

Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Labuhanbatu Utara di Provinsi Sumatera Utara, maka secara administrasi, wilayah Kabupaten Labuhanbatu Utara memiliki batas wilayah yaitu:

- Sebelah Utaraberbatasan dengan Kabupaten Asahan dan Selat Malaka;

- Sebelah Selatanberbatasan dengan Kabupaten Labuhanbatu, Kabupaten Padang LawasUtara, dan Kabupaten Tapanuli Selatan;

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Toba Samosir; dan

- Sebelah Timurberbatasan dengan Kabupaten Labuhanbatu.

Untuk lebih jelasnya mengenai batas Wilayah Administrasi Kabupaten Labuhanbatu Utara dapat dilihat pada gambar 2.2.

Kabupaten Labuhanbatu Utara terdiri dari 8 Kecamatan, 82 desa dan 8 kelurahan dengan luas area seluas 354.580 Ha; dengan Ibukotanya Aek Kanopan yang terletak di Kecamatan Kualuh Hulu. Kecamatan ini berbatasan langsung dengan Kabupaten Asahan. Adapun mengenai jumlah Kecamatan, Desa, Kelurahan serta jarak dari kota Kabupaten ke kota Kecamatan (IKK) dapat dilihat pada tabel II - 1.

(5)

P a g e 2 - 5

Gambar 2.2

Peta Administrasi Kabupaten Labuhanbatu Utara

(6)

P a g e 2 - 6

Tabel II - 1

Luas Daerah, Jumlah Desa/Kelurahan dan Jarak ke Ibukota Kabupaten

Sumber : RTRW Kabupaten Labuhanbatu Utara 2011 - 2031

2.1.3 Kondisi Klimatologi A. Curah Hujan

Seperti umumnya daerah-daerah lainnya yang berada di kawasan Sumatera Utara, Kabupaten Labuhanbatau Utara termasuk daerah yang beiklim tropis. Daerah ini memiliki 2 musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Musim kemarau dan musim hujan biasanya ditandai dengan sedikit banyaknya hari hujan dan volume curah hujan pada bulan terjadinya musim. Daerah Labuhanbatu Utara dan sekitarnya terletak pada zona iklim Indo-Australia yang bercirikan suhu, kelembaban dan curah hujan yang tinggi sepanjang tahun. Musim hujan berlangsung dari November sampai Juni, dan musim kemarau dari Juli sampai Oktober. Selama musim hujan, curah hujan bulanan rata-rata mencapai 130-301 mm, dan pada musim kemarau mencapai 0-47 mm, jumlah curah hujan tahunan rata-rata 10 mm, jumlah hari hujan terbanyak yaitu bulan Januari dan Desember antara 10-16 hari hujan perbulan. Sumber data dari penelitian curah hujan di

No Kecamatan Kecamatan Ibukota (HA) Luas Jumlah Jarak ke Ibukota Kabupaten Desa Kelurahan

1 Na IX-X Aek Kotabatu 55.400 12 1 46

2 Marbau Marbau 35.590 17 1 66

3 Aekkuo Aek Korsik 25.020 8 - 73

4 Aeknatas Bandar Durian 67.800 11 1 35

5 Kualuh Selatan Damuli 34.451 11 1 15

6 Kualuh Hilir Kampung Mesjid 38.548 6 1 69

7 Kualuh Hulu Aek Kanopan 63.739 11 2 1

(7)

P a g e 2 - 7

Kantor Dinas Pertanian Tanaman Pangan & Perkebunan Kabupaten Labuhanbatu Utara . Sebagian besar daerah penyelidikan ditutupi oleh perkebunan tropis homogen, persawahan, perkampungan dan sebagian besar perkebunan kelapa sawit.

B . Hari Hujan

Jumlah hari hujan pada tahun 2008 di Kabupaten Labuhanbatu Utara sebesar 159 hari. Hari hujan terbanyak terjadi pada bulan Desember yaitu 19 hari hujan, sedangkan hari hujan paling sedikit terjadi pada bulan Februari sebanyak 4 hari hujan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.3 dan tabel II-2 di bawah ini.

(8)

P a g e 2 - 8

Gambar 2.3

Peta Curah Hujan Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2008

(9)

P a g e 2 - 9

Tabel II-2

Curah Hujan dan Hari Hujan di Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2008

Sumber : RTRW Kabupaten Labuhanbatu Utara 2011 - 2031

2.1.4 Kondisi Topografi

Salah satu faktor utama dalam pertimbangan perencanaan pemanfaatan ruang dan bersifat “given” adalah faktor topografi dan kemiringan lerengnya. Dalam pengertian yang lebih luas, topografi tidak hanya mengenai bentuk permukaan saja, tetapi juga vegetasi dan pengaruh manusia terhadap lingkungan, dan bahkan kebudayaan lokal. Topografi umumnya menyuguhkan relief permukaan, model tiga dimensi, dan identifikasi jenis lahan. Pengkajian faktor ini dimaksudkan untuk mengetahui arah pemanfaatan suatu lahan. Oleh karena kondisi suatu topografi akan dapat menjadi potensi dan limitasi dalam proses pemanfaatannya.

Morfologi

Morfologi merupakan studi terhadap roman muka bumi. Morfologi daerah kajian dapat dibagi atas beberapa satuan morfologi yang didasarkan atas kesamaan bentuk bentang alamnya. Secara

No Bulan Curah Hujan (MM) Hujan Hari 1. Januari 273 14 2. Febuari 67 4 3. Maret 291 15 4. April 323 15 5. Mei 308 11 6. Juni 173 9 7. Juli 251 10 8. Agustus 242 13 9. September 184 17 10. Oktober 387 10 11. Nopember 428 14 12. Desember 441 19 Jumlah / Total 3 368 159

(10)

P a g e 2 - 10

umum berdasarkan peta topografi dan analisa citra serta pengamatan di lapangan morfologi daerah kajian dapat dikelompokkan atas beberapa satuan morfologi.

A. Satuan Morfologi Dataran

Morfologi ini merupakan bentuk bentang alam yang relatif datar atau hampir datar dengan kemiringan lereng 0 – 2 % serta ketinggian rata-rata berkisar dari 1 – 5 m diatas permukaan laut. Satuan morfologi ini mendominasi bentang alam di daerah kajian, laut dan daerah di sepanjang sempadan sungai. Kenampakan satuan morfologi pada peta topografi memperlihatkan garis kontur yang jarang sampai sangat jarang. Kontrol litologi sangat dominan pada satuan ini, yaitu disusun oleh endapan kwarter dari endapan aluvial dan aluvial tua. Satuan ini berada di sebelah timur yang memanjang dari barat daya hingga timur laut. Satuan ini umumnya terdapat di Kecamatan Kualuh Leidong, Kualuh Hilir, sebagian di Kecamatan Aek Kuo, Aek Natas, Kualuh Selatan, Aek Kanopan, dan Merbau.

B.Satuan Morfologi Perbukitan

Satuan ini mempunyai bentuk bentang alam yang memperlihatkan relif baik halus maupun kasar, membentuk bukit-bukit dengan kemiringan lereng yang bervariasi. Berkisar dari 10 – 16 %. Ketinggian dari morfologi ini berkisar dari 90 – 370 m di atas permukaan laut. Pada peta topografi satuan morfologi ini memperlihatkan kontur yang relatif agak rapat dan relatif membulat. Berdasarkan pembagian klasifikasi sudut lereng oleh Mabery (1972) maka satuan morfologi perbukitan dapat digunakan untuk beberapa aktifitas lingkungan binaan, seperti rekreasi umum, bangunan terstruktur, perkotaan umum, perumahan konvensional dan prasarana pendukungnya seperti terlihat pada tabel II-3 berikut ini.

(11)

P a g e 2 - 11

Tabel II-3

Klasifikasi Sudut Lereng (Mabery, 1972)

Sumber : RTRW Kabupaten Labuhanbatu Utara 2011 – 2031

Peruntukan Sudut Lereng

0-3 3-5 5-10 10-15 15-30 30-70 > 70 Rekreasi Umum v v v v v v v Bangunan terstruktur v v v v v v v Perkotaan Umum v v v v Jalan umum v v v Sistem Septik v v Perumahan Konvensional v v v v Pusat Perdagangan v v Jalan Raya v v Lapangan Terbang v

Jalan Kereta Api v

(12)

P a g e 2 - 12

Gambar 2.4

Peta Topografi dan Morfologi Kabupaten Labuhanbatu Utara

(13)

P a g e 2 - 13

2.1.5 Kondisi Geologi A. Geologi Umum

Informasi geologi merupakan salah satu aspek yang penting dilakukan pengkajian, khususnya dalam proyek perencanaan tata ruang wilayah. Secara regional atau secara tektonik daerah Labuhanbatu Utara merupakan daerah belakang busur (back arc bsin) sehingga mambentuk kondisi geologi yang relatif seragam di sebelah timurnya dan daerah penyangga di sebelah baratnya. Secara fisiografi, dimana fisiografi mengandung makna bentuk permukaan bumi dipandang dari faktor dan proses pembentukannya. Proses pembentukan permukaan bumi dipandang sebagai penciri suatu satuan fisiografi regional. Fisiografi daerah kajian didominasi oleh dataran aluvial (aluvial plain) yang umumnya disusun oleh endapan aluvial serta terdapat di sebelah timur. Kondisi yang demikian aktifitas kegempaan relatif kecil sekali sehingga lebih stabil akan faktor tersebut. Daerah kajian termasuk dalam fisiografi dataran aluvial yang terbentang di sebelah timur daerah penelitian dan sebagian kecil termasuk dalam Pegunungan Asahan Kualu di bagian barat daerah kajian.

Wilayah Perencanaan juga merupakan daerah yang terletak dalam zona transisi antara Cekungan Tengah dan Sumatera Utara, dan berada di pinggiran cekungan tersebut. Daerah penyelidikan termasuk dalam dataran pantai Sumatera bagian timur. Dataran rendah tersebut terbentang dari muara sungai Asahan di Sumatera Utara sampai bagian selatan muara Sungai Musi. Batuannya terdiri dari endapan aluvial dan gambut. Endapan aluvial diendapkan batuan sedimen berumur tersier. Batuan sedimen ini merupakan hasil pengendapan yang berasal dari daratan Sumatera bagian tengah. Dasar cekungan terdiri dari batuan pra-tersier yang tersingkap di sebelah barat, selatan (Pulau Sumatera) dan di Selat Malaka. Pengisian cekungan dimulai sejak zaman Eosen sampai Plistosen dengan diselingi oleh pelipatan, pengangkatan dan erosi. Lapisan batuan tersier dibagi menjadi beberapa formasi berdasarkan lingkungan pengendapan.

(14)

P a g e 2 - 14

B. Geologi Wilayah Kajian

Perkembangan suatu daerah sangat dipengaruhi oleh karakteristik fisiknya, khususnya kondisi geologi. Faktor tersebut akan memberi pengaruh terhadap daya dukung wilayah, khususnya untuk penggunaan lahan yang dapat dimanfaatkan dan berkembang di atasnya. Litologi daerah kajian tersusun oleh beberapa kelompok dan formasi batuan dari berbagai jenis sebagaimana dikemukakan di bawah ini, secara berurutan dari tua ke muda :

1. Kelompok dari Tapanuli tak terpisahkan (Put) : Kelompok batuan ini relatif hampir sama dengan Formasi Bahorok yang berumur Paleozoikum (Permokarbon), namun lebih dominan tersusun oleh wake (batu pasir) dengan klastika-klastika, berurutan lebih kecil dari 2 mm. Selain dalam Kelompok ini dijumpai juga batuan Greenskis (malihan), yang terdapat secara setempat, serta dekat dengan sentuhan intrusi. Sebaran batuan ini pada daerah kajian terdapat di bagian selatan.

2. Intrusi granit minor (Mpih). Batuan ini menerobos batuan yang telah ada termasuk batuan dari Kelompok Tapanuli yang menghasilkan Greenskis malihan. Batuan ini berumur Perm Akhir - Trias Awal.

3. Formasi Kualu (Mtk) dari Kelompok Peusangan yang berumur Trias. Formasi Kulau terdiri dari batupasir berlapis, batulanau dan batulumpur, umumnya berkarbon, batugampig dengan sisipan chert.

Kelompok Kampar, disusun oleh Formasi Peutu Anggota Parapat (Tmppt) dan Formasi Sihapas (Tms). Formasi Peutu Anggota Parapat disusun batuan-batuan konglomerat alat, batupasir kadang-kadang mengandung glaukonitan dan batulanau. Formasi Sihapas disusun oleh lapisan tebal dan diendapkan pada lingkungan fluvial-lakustrin dan paludal. Batuanya terdiri dari batupasir serpih kapuran, konglomerat-breksi dan batupasir berlapis dengan sisipan lempung, batulanau dan lapisan tipis serpih dan batubara dan ketebalannya 1200 meter. Kelompok batuan ini berumur Oligosen - Miosen.

5. Formasi Gunungapi Surungan (Tuvs) terdiri dari lava andesit dengan fenokris plagioklas, hornblende, aglomerat, tufa beberapa bersifat asam yang berumur Miosen Tengah – Pliosen Akhir.

6. Formasi Petani (Tup) terletak diatas Formasi Telisa dalam lingkungan laut terbuka sampai sublitoral dan fluvial. Batuannya terdiri dari serpih kelabu kehijauan,

(15)

P a g e 2 - 15

batupasir, lanau dengan sisipan batubara, batupasir gampingan dan lempung. kadang-kadang dengan struktur bioturbasi. Formasi ini diendapkan pada zaman Miosen Tengah sampai permulaan Pliosen Awal.dengan ketebalan antara 300-1000 meter. 7. Tufa Toba (Qvt) disusun oleh batuan polimik bersusunan riolit-dasit, aliran tufa

kristal, gelas, debu dengan sedikit tufa eksplosif pada bagian atas endapan ini. Batuan ini hadir akibat menigkatnya kegiatan gunung api pada zaman plistosen akhir sampai holosen sehingga sebagian besar daerah penyelidikan tertutup abu gunung api dari Toba.

8. Aluvial tua (Qp) merupakan endapan dari material-material batuan sebelumnya terusun oleh kerikil, pasir dan lempug yang berumur Plistosen Akhir.

9. Aluvial muda (Qh) sama dengan aluvial tua yang terusun dari pasir, kerikil, rawa bakau, yang diendapkan di daerah fluviatil dan lakustrin yang berumur Holosen. Pengendapan alluvial meluas ke arah laut, sehingga lingkungan pengendapan berubah dari lingkungan laut sampai fluvial. Endapan ini sebagian berada di sekitar sungai-sungai dari Sungai Kuala, Sungai Kuo dan Sungai Bilah.

Kondisi stuktur geologi di daerah Labuhanbatu Utara memperlihatkan adanya kelurusan-kelurusan sebagai indikasi adanya rekahan-rekahan atau sebagai bidang lemah di permukaan atau di bawah permukaan bumi. Kelurusan ini di terjemahkan sebagai struktur sesar. Kelurusan-kelurusan tersebut umumnya berada di bagian barat daerah Labuhanbatu arah sistem sesar Sumatera (Sumatera Fault Sistem). Sebagian kecil lainnya yang berarah timur laut - barat daya. Dengan adanya kompresi berarah timur laut diperkirakan sesar tersebut dapat saja aktif. Selain struktur sesar tersebut, terindikasi kehadiran struktur lipatan yang poros lipatan relatif berarah sama dengan arah kelurusan struktur sesar.

(16)

P a g e 2 - 16

Gambar 2.5

Peta Kondisi Geologi Kabupaten Labuhanbatu Utara

(17)

P a g e 2 - 17

2.1.6 Kondisi Hidrologi

Informasi hidrologi dalam proses perencanaan tata ruang suatu wilayah adalah salah satu faktor penting. Manusia hidup memerlukan air untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Khususnya untuk kebutuhan akan air bersih. Pemenuhan kebutuhan akan air dapat dipenuhi melalui pengambilan dan pengolahan dari air permukaan maupun air tanah. Air tanah, air permukaan, air hujan dan mata air merupakan salah satu sumber daya alam yang penting dan memupnyai nilai strategis mengingat penggunaannyasudah sangat luas, baik untuk keperluan rumah tangga, industri, irigasi maupun untuk kebutuhan lain.

Walaupun demikian disadari bahwa tidak setiap daerah sama kondisinya dan atas dasar kenyataan ini maka dalam setiap keperluan akan sumber air (air permukaan, air tanah, air hujan, dan mata air) perlu kajian terhadap ketersedian sumber air tersebut.

A. Air Permukaan

Air permukaan merupakan air yang berada atau mengalir di permukaan bumi (surface run off), sebagai hasil dari curah hujan yang tidak meresap ke dalam tanah. Air permukaan dapat berupa air sungai, danau, rawa-rawa, laut, maupun mata air. Namun pada daerah kajian, air permukaan yang ada berupa air sungai. Oleh karena itu secara hidrologi Kabupaten Labuhanbatu Utara mempunyai 2 sungai besar yaitu Sungai Bilah dan Sungai Kualuh dengan Daerah Aliran Sungai (DAS)-nya sebagai berikut :

 DAS Bilah meliputi : Kecamatan Bilah Barat, Rantau Utara, Rantau Selatan, Bilah Hulu, Pangkatan, Bilah Hilir, Panai Hulu dan Kecamatan Panai Hilir.

 DAS Kualuh meliputi : Kecamatan Kualuh Hulu, Kualuh Selatan, Aek Natas, Aek Kuo, Marbau, Na.IX-X, Kualuh Hilir dan Kecamatan Kualuh Leidong.

Sungai-sungai besar tersebut dengan beberapa anak sungainya yang cenderung mengalir dari arah barat daya ke timur laut atau menuju Selat Malaka. Secara umum sungai-sungai yang ada membentuk pola aliran dendritik, di sebelah timur, yang berada pada daerah dataran atau hampir datar. Sebagian lain di sebelah barat membentuk pola aliran sub dendritik, oleh karena telah sebagian pola alirannya diubah oleh adanya sesar dan variasi litoogi. Kerapatan sungai berkisar dari 0,15 sampai dengan

(18)

P a g e 2 - 18

2,15. Stadia sungai bervariasi dari stadia sungai yang masih muda maka erosinya bersifat vertikal, jenis stadia ini berada di sebelah barat pada morfologi perbukitan. Kemudian beralih sedikit ke arah timur stadia sungai menjadi dewasa, dimana erosi vertikal menjadi relatif hampir sama antara erosi vertikal dan horizontal. Selanjutnya berubah menjadi stadia tua dimana erosi horizontal dominan yang membelah daerah dataran di sebelah timur.

Sebagian besar sungai-sungai itu merupakan sumber air irigasi bagi persawahan di sekitarnya. Sebagai wilayah yang mempunyai potensi pertanian tentunya dilengkapi dengan prasarana pengairan, namun pada saat ini prasarana pengairan yang ada masih belum memadai.

B. Air Tanah

Keadaan air tanah di daerah kajian secara hidrogeologi atas dasar cara air mengalir di dalam tubuh batuan (akifer) tersebut adalah :

1. Akifer kurang produktif, penyebarannya cukup luas yaitu sepanjang pantai atau sebelah timur daerah kajian. Akifernya dangkal dan tidak menerus, tipis dengan transimisivitas rendah sampai sedang. Debit umumnya kurang dari 5 liter per detik. Terdapat dalam batuan endapan sungai dan pantai berupa brangkal, kerakal, pasir dan lanau. Keterdapatan air tanahnya bervariasi¸ air tanah dangkal mempunyai kualitas asin, pada kedalaman lebih air tanahnya terdapatsetempat dan terbatas serta kualitasnya asin.

2. Akifer produktif sedang, penyebarannya cukup luas berada di bagian tengah daerah kajian. Transimisivitas beragam, kedalaman air tanah sedikit tertekan hingga bebas umumnya, debitumumnya kurang dari 5 liter perdetik. Sebagian terdapat dalam batuan aluvial sungai, dan rawa, dan berupa berangkal, kerakal, kerikil, pasir sedang. Terdapat pada kedalaman bervariasi dan setempat atau terbatas, kualitas aitanah baik akan djumpai pada akifer dalam.

3. Akifer produktif tinggi, penyebarannya cukup luas berada diantara akifer kurang produktif – produktif sedang, dengan arah baratlaut – tenggara. Akifer ini transmisifitasnya beragam, kedalaman muka air tanah juga beragam dengan debit umumnya lebih dari 5 liter perdetik. Terdapat pada di daerah transisi antara

(19)

P a g e 2 - 19

perbukitan dan pedataran. Pada akifer dangkal terdapat secara terbatas, airtanah baik akan dijumpai pada kedalaman sedang hingga dalam.

4. Air tanah Langka tersebar pada daerah disepanjang perbukitan di sebelah barat, dijumpai pada batuan metamorf dan batuan beku.

(20)

P a g e 2 - 20

Gambar 2.6

Peta Kondisi Hidrologi Kabupaten Labuhanbatu Utara

(21)

P a g e 2 - 21

2.1.7 Potensi Bencana Alam A. Gerakan Tanah

Longsoran atau gerakan tanah sangat potensial terjadi khususnya di daerah pegunungan. Parameter yang mengontrol gerakan tanah antara lain :

 Sudut lereng

 Jenis tanah/batuan, tebal tanah, kondisi pelapukan kandungan air dalam tanah

 Beban atau tekanan curah hujan, sumber air gempa

 Kondisi hutan - hutan serta faktor manusia

Dengan mempertimbangkan faktor tersebut di atas, maka gerakan lahan rombakan diperkirakan terjadi di sepanjang gawir terjal dan di kaki-kaki bukit di sekitar perbukitan sebelah barat daerah kajian. Sedangkan gerakan tanah diperkirakan dapat terjadi di daerah kestabilan lereng tidak mantap. Daerah ini dapat tenjadi bencana karena adanya jalan dan pemukinan penduduk di bawahnya. Penyebab gerakan tanah diperkirakan :

 Lereng (15-30 %)

 Tebal tanah sampai dengan 5 meter terdiri dari tanah pelapukan lempung dan lanau lempungan

 Vegetasi kurang

 Keairan berlebih

 Terdiri dari bahan rombahan yang mempunyai kohesi kecil

B.Gempa Bumi

Gempa adalah gelombang seismik/elastis yang dirambatkan melalui lapisan-lapisan batuan yang disebabkan karena energi yang timbul dari pelepasan tegangan dari dalam kulit bumi. Gempa dengan besaran (Magnitude/M) yang sama dapat menimbulkan dampak yang berbeda-beda, hal ini disebabkan karena sifat-sifat fisik medium (batuan/tanah) yang berbeda. Untuk menentukan apakah gempa tersebut membahayakan, harus dipertimbangkan harga magnitude (energi yang dilepaskan) dan kedalaman pusat gempa. Gempa dapat dikatakan merusak apabila mempunyai M > 4 dengan kedalaman dangkal ( 64 Km).

(22)

P a g e 2 - 22

Daerah kajian merupakan daerah dengan pusat episenter gempa dangkal dengan pusat-pusat gempa tersebut terkonsentrasi pada 3 lokasi, yaitu di sebelah barat. Secara teoritis, daerah ini mempunyai faktor kegempaan rata-rata 75, artinya dalam waktu 100 tahun kemungkinan akan mengalami gempa dangkal sebanyak 75 kali, dibandingkan dengan daerah di timur.

Berkaitan dengan bencanaa gempa ini, di daerah studi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:

1. Kehadiran struktur sesar normal dan kelurusan di daerah yang tersusun batuan vulkanik. Daerah-daerah di sekitar kedua gejala geologis itu perlu diwaspadai, dan dihindari untuk membangun bangunan di atasnya. Hal ini untuk mencegah bencana karena ada kemungkinan kedua kenampakan tersebut menjadi sesar aktif yang dapat merusak apapun yang melintang di atasnya.

2. Daerah berlereng terjal (kemiringan lereng > 40 %), karena ada kemungkinan terjadi gerakan tanah di daerah itu yang dipicu oleh gempa bumi.

3. Daerah endapan rawa berumur kwarter, karena daerah-daerah ini belum mengalami kompaksi dan relatif labil. Guncangan gempa dapat menimbulkan subsiden atau liquefaction di daerah yang tersusun oleh endapan rawa itu.

4. Daerah pesisir timur daerah kajian yang terbuka menghadap ke Selat Malaka. Daerah ini untuk terkena potensi bencana kecil tsunami, dimana tsunami timbul karena gempa tektonik di sekitarnya.

5. Untuk daerah kajian pada umumnya, kususnya daerah barat daya, ada kemungkinan terkena bencana gempa karena guncangan gampa itu sendri. Daerah tersebut tercatat memiliki percepatan permukaan maksimum sampai 300 gal. Menurut Santosa dan Ibrahim (1976, vide Rajoyowiryoni et al, 1982), percepatan permukaan 150 gal mampu merusak bangunan teknik konsentrasi sederhana.

C. Banjir

Bencana ini berupa adanya genangan air yang melampaui dari keadaan normal sehingga menggenangi daerah yang biasanya kering. Umumnya terjadi pada musim hujan. Berbagai sumber yang dapat menyebabkan banjir antara lain adalah luapan kiriman maupun lokal, gelombang pasang air laut, akibat badai, gempa, longsoran di sekitar waduk dan lain-lain. Kejadian banjir dipengaruhi oleh:

(23)

P a g e 2 - 23  Kondisi geologi jenis batuan dan tanah

 Iklim, cuaca, hujan dengan intensitas tinggi dalam waktu yang lama (air run off melebihi kapasitas resapan dalam suatu waktu)

 Relief/topografi dan morfologi

 Keadaan Daerah Aliran Sungai (luas, panjang dan tingkat erosi hulu)

 Pasang-surut

 Faktor manusia (misalnya : tata guna lahan)

Mempertimbangkan faktor-faktor tersebut, maka diperkirakan daerah Kabupaten Labuhanbatu Utara relatif sedikit berpotensi banjir. Intensitas ancaman banjir atau penggenangan dalam jangka waktu sempit. Hal yang perlu diwaspadai adalah daerah-daerah yang berelief rendah dekat pantai (endapan rawa-rawa, aluvial) yang dipengaruhi oleh pasang-surut.

(24)

P a g e 2 - 24

Gambar 2.7

Peta Rawan Bencana Kabupaten Labuhanbatu Utara

(25)

P a g e 2 - 25

2.1.8 Kemampuan Lahan

A. Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Morfologi

Analisa kemampuan lahan adalah merupakan analisis spesifik atau superimpose terhadap data dan peta tematik yang ada. Pada tahap ini akan dilakukan analisa Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Morfologi. Morfologi berhubungan dengan kondisi fisik permukaan bumi yang menyatakan kondisi roman muka bumi atau bentang alam. Analisis ini merupakan salah satu kriteria dalam pengalokasian penggunaan lahan. Kemampuan lahan morfologi tinggi berarti kondisi morfologis suatu kawasan kompl eks. Morfologi kompleks berarti bentang alamnya berupa gunung, pegunungan, dan bergelombang. Akibatnya, kemampuan pengembangannnya sangat rendah sehingga sulit dikembangkan dan atau tidak layak dikembangkan. Morfologi tinggi tidak bisa digunakan untuk peruntukan ladang dan sawah. Sedangkan kemampuan lahan morfologi rendah berarti kondisi morfologis tidak kompleks. Ini berarti tanahnya datar dan mudah dikembangkan sebagai tempat permukiman dan budi daya. Berdasarkan hasil analisis, kondisi SKL Morfologi Kabupaten Labuhanbatu Utara adalah sebagai berikut :

 Pada bagian utara, didominasi oleh kemampuan lahan dengan morfologi rendah, hal ini karena pada umumnya pada wilayah tersebut memiliki kemiringan dibawah 2 %.

 Pada bagian tengah didominasi oleh kemampuan lah an dengan morfologi kurang;

 Sedangkan pada bagian selatan didominasi oleh kemampuan lahan dengan morfologi tinggi.

Satuan geomorfologi mencerminkan kestabilan lereng. Hal ini karena ditunjang oleh jenis material penyusun tanah/batuan, kemiringan 3 – 15% dan stabil adalah ideal untuk menunjang aktivitas perkotaan (Maberry, 1972) di daerah penelitian satuan kolovium yang didominasi oleh lempung walaupun agak landai namun sering mengalami gerakantanah berupa perosokan (“amblesan”). Jadi disini material penyusun menjadi faktor utama terjadinya longsor. Kisaran kemampuan lahan morfologi disajikan pada gambar 2.8 dan tabel II - 4 berikut.

(26)

P a g e 2 - 26

Gambar 2.8

Peta Analisis Satuan Kemampuan Lahan Morfologi Kabupaten Labuhanbatu Utara

(27)

P a g e 2 - 27

Tabel II-4

Analisis Satuan Kemampuan Lahan Kabupaten Labuhanbatu Utara No. Kemampuan Lahan Kemiringan Lereng Disusun Oleh

1 Baik 0 – 3 % Lanau – lempung pasiran – kerikilan

2 Sedang 3 – 10 % Lanau pasiran

3 Kurang 10 – 30 % Lempung pasiran – lempung lanauan

4 Buruk > 30 % Satuan kolovium

Sumber : RTRW Kabupaten Labuhanbatu Utara 2011-2031

B. Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kemudahan Dikerjakan

Analisis Kemudahan Dikerjakan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kemudahan lahan di wilayah danlatau kawasan untuk digali/ dimatangkan dalam proses pembangunan/pengembangan kawasan: Kemudahan dikerjakan tinggi berarti sema kin mudah suatu lahan digali maka semakin tinggi pula kemudahan untuk dikerjakan. Indikator utama adalah kondisi geologi dan kedalaman efektif tanah. Jika diperhatikan kondisi geologi batuan yang ada di Kabupaten Labuhanbatu Utara, secara umum terdiri dari Aluvium muda dan tua dengan unsur pasir, kerikil, rawa bakau, fluviatil, asallaut, lakustrin dan lempung. Hal ini menunjukan tingkat kekerasan batuan yang kecil sehingga mudah untuk digali. Berdasarkan hasil analisis, kondisi SKL Kemudahan Dikerjakan Kabupaten Labuhanbatu Utara adalah sebagai berikut :

 Mulai dari bagian utara atau pesisir hingga kebagian tengah Kabupaten Labuhanbatu Utara merupakan lahan dengan kemampuan lahannya untuk mudah dikerjakan sangat tinggi. Artinya potensi pengembangannya tinggi .

 Sedangkan untuk bagian selatan atau daera berbukit merupakan lahan dengan kemampuan yang sedang hingga rendah.

(28)

P a g e 2 - 28

Gambar 2.9

Peta Sumber Daya Mineral Kabupaten Labuhanbatu Utara

(29)

P a g e 2 - 29

C.Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kestabilan Lereng

Kestabilan lereng artinya wilayah tersebut dapat dikatakan stabil atau tidak kondisi lahannya dengan melihat kemiringan lereng di lahan tersebut. Analisis ini merupakan salah satu kriteria dalam pengalokasian penggunaan lahan. Bila suatu kawasan disebut kestabilan lerengnya rendah, maka kondisi wilayahnya tidak stabil. Tidak stabil artinya mudah longsor, mudah bergerak yang artinya tidak aman dikembangkan untuk bangunan atau permukiman dan budi daya. Kawasan ini bisa digunakan untuk hutan, perkebunan dan resapan air. Sedangkan kawasan dengan kestabilan lereng tinggi artinya wilayah tersebut stabil dan aman untuk dikembangkan. Hal ini juga dipengaruhi oleh kondisi geologi ada dan tingkat curah hujan yang tinggi atau rendah.

Berdasarkan hasil analisis, kondisi SKL Kestabilan Lereng Kabupaten Labuhanatu Utara adalah sebagai berikut :

 Pada bagian pesisir hingga bagian tengah kabupaten Labuhanbatu Utara memiliki kestabilan lereng yang tinggi karena merupakan wilayah dengan kemiringan yang relatif datar.

 Sedangkan bagian selatan relatif merupakan kemampuan lahan dengan kestabilan yang rendah.

D. Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kestabilan Pondasi

Kestabilan pondasi artinya kondisi lahan / wilayah yang mendukung stabil atau tidaknya suatu bangunan atau kawasan terbangun. Kestabilan pondasi tinggi artinya wilayah tersebut akan stabil untuk pondasi bangunan apa saja atau untuk segala jenis pondasi. Kestabilan pondasi kurang berarti wilayah tersebut kurang stabil, namun mungkin untuk jenis pondasi terte ntu, bisa lebih stabil, misalnya pondasi cakar ayam. Kestabilan pondasi rendah berarti wilayah tersebut kurang stabil untuk berbagai bangunan. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kemampuan lahan dalam mendukung bangunan berat dalam pengembangan perkotaan, serta jenis jenis pondasi yang sesuai untuk masing-masing tingkatan. SKL ini diperlukan untuk memperkirakan jenis pondasi wilayah terbangun. Analisis ini merupakan salah satu kriteria dalam pengalokasian penggunaan lahan khususnya untuk kawasan budi daya permukiman. Berdasarkan hasil analisis, kondisi SKL Kestabilan Pondasi

(30)

P a g e 2 - 30

Kabupaten Labuhanbatu Utara adalah sebagai berikut :

 Pada bagian utara atau wilayah pesisir pada umumnya memiliki kemampuan lahan dengan kestabilan lereng yang rendah karena jenis batuannya yang mudah lepas.

 Sedangkan untuk bagian tengah hingga selatan relatif lebih tinggi tingkat kemampuan lahannya untuk pondasi.

Referensi

Dokumen terkait

Orang memerlukan kata sebagai wakil dari apa yang ada dalam pikirannya untuk disampaikan kepada orang lain.” Dengan demikian, segala macam interaksi dan konflik yang

Dari latar belakang di atas, rumusan masalahnya adalah "Bagaimana mendesain kawasan pusat pemasaran yang juga dapat menjadi faktor penarik bagi pengunjung

Penyusunan skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi jurusan Akuntansi pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA)

Berdasarkan nilai MSE dan koefisien determinasi dapat dikatakan bahwa metode estimasi-M IRLS dengan fungsi pembobot Bisquare Tukey lebih baik dipilih dari

Gyyas Putra, 2009.. Dalam menganalisis dan menginterpretasikan data penelitian ini digunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bermaksud untuk

Untuk meningkatkan komunikasi dan penyediaan informasi tentang PMRI dalam rangka membantu guru matematika dan siswa belajar matematika sedang dikembangkan suatu portal blog

Dengan demikian, sesungguhnya Mahkamah Pelayaran tidak memiliki yurisdiksi untuk memutus perkara yang berkaitan dengan aspek keperdataan (seperti tanggung jawab pengangkut,

Pada penelitian ini, permasalahan PDPTW dalam menentukan sejumlah rute kendaraan memenuhi kondisi sebagai berikut, (1) terdapat satu depot dan sejumlah kendaraan yang